bab iii isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan...
TRANSCRIPT
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 54
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Dinas Lingkungan dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul
dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang
tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak
diantisipasi. Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana permasalahan
infrastruktur dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan baik, tiap-tiap
permasalahan juga diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilannya
dimasa datang. Faktor-faktor penentu keberhasilan adalah faktor kritis,
hasil kinerja, dan faktor-faktor lainnya yang memiliki daya ungkit yang
tinggi dalam memecahkan permasalahan pembangunan atau dalam
mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi
SKPD/ OPD dalam pelayanannya berdasarkan tugas dan fungsinya, maka
dilakukan identifikasi permasalahan dari aspek lingkungan internal, yakni
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Kedua aspek tersebut
menjadi sangat penting dalam menunjang keberhasilan program-program
dan kegiatan yang telah ditetapkan dan yang akan dilakukan dalam
mewujudkan visi dan misi Gubernur.
Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan
atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena
dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat
penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.
Berdasarkan penyelenggaraan pelayanan pada Dinas Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah teridentifikasi beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, pelanggan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah
sebagai berikut :
1) Masih adanya sungai dalam kondisi tercemar
Sungai yang tercemar berdasarkan sumbernya berasal dari limbah
domestik, selain dari limbah domestik rumah tangga, sektor industri
besar/menengah/kecil juga berkontribusi menyumbang pencemaran
dan banyak industri garmen yang belum mengolah air limbah domestik
yang sebagian besar bersumber dari karyawan.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 55
2) Menurunnya kualitas udara di Jawa Tengah
Kualitas udara di Jawa Tengah (perumahan, industri dan padat lalu
lintas) untuk parameter Hidrokarbon (HC) melebihi baku mutu ambien
hal ini disebabkan jumlah kendaraan bermotor yang menghasilkan
emisi gas buang kurang memadai kondisi kendaraan dan penggunaan
BBM dengan kualitas kurang baik.
3) Meningkatnya jumlah timbulan sampah (limbah padat) yang tidak
sebanding dengan cakupan pelayanan serta sarana prasarana
pengolahan sampah.
Pada umumnya layanan tidak sampai menjangkau pemukiman yang
berada pada sempadan sungai, danau dan wilayah pesisir walaupun
pemukiman tersebut cukup padat.
4) Usaha/kegiatan skala kecil/menengah/besar di Jawa Tengah yang
mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Belum
terkelolanya secara baik limbah cair dan limbah B3 sebagian rumah
sakit pemerintah dan hotel memberikan kontribusi yang cukup berarti
terhadap pencemaran di Jawa Tengah, sehingga isu limbah cair dan
limbah B3 rumah sakit dan hotel patut menjadi isu prioritas.
5) Meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) utamanya dari sektor energi
dan transportasi yang mengakibatkan perubahan iklim dan yang
berdampak pada eksistensi keanekaragaman hayati, degradasi lahan,
lahan kering, kehilangan badan air, kenaikan temperatur serta
pergeseran musim.
6) Masih adanya lahan kritis yang menurunkan fungsi hidroorologis DAS
dan Fungsi Pemanfaatan air;
Tingkat kerusakan dan degradasi hutan dan lahan yang masih cukup
tinggi, sehingga hutan dan lahan belum dapat berfungsi dengan
optimal, baik sebagai unsur produksi, unsur penyangga dan pengatur
kondisi hidroorologis wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). Dampak
yang ditimbulkan adalah bencana banjir yang secara rutin tahunan
menimpa wilayah Jawa Tengah, demikian pula dengan kejadian tanah
longsor, dan kebakaran hutan di musim kemarau.
7) Meningkatnya kerusakan hutan akibat pencurian kayu dan kebakaran
hutan;
Kerusakan hutan yang diakibatkan pencurian dan kebakaran hutan
merupakan gangguan keamanan hutan yang masih sering terjadi.
Dampak negatif yang ditimbulkan antara lain kerusakan ekologis,
menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan
dan produktifitas tanah.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 56
8) Tuntutan dunia internasional hasil hutan kayu berasal dari hutan
lestari; Sertifikasi legalitas kayu berbasis skema SVLK merupakan
salah satu langkah strategis terutama dalam rangka meningkatkan
nilai perdagangan kayu ke luar negeri.
9) Masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat sekitar hutan;
Masih tingginya masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan
memberikan gambaran bahwa keberadaan hutan yang selama ini
dimanfaatkan ternyata belum banyak memberikan manfaat ekonomi
secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di
sekitarnya.
10) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
alam yang aman dan berkelanjutan;
Pengelolaan SDA yang dilakukan secara tidak terkendali oleh
masyarakat telah menyebabkan kerusakan lingkungan, merosotnya
cadangan SDA, dan berkurangnya kualitas ruang tempat manusia dan
makhluk hidup berada mempertahankan eksistensinya.
Tabel 3.1 Pemetaan Permasalahan Pelayanan Perangkat Daerah
No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Penataan, Pengkajian Dampak dan Pengembangan Kapasitas
1 Minimnya pengelolaan
lingkungan hidup
Kurangnya pemahaman
masyarakat/pelaku usaha terhadap pengelolaan LH
Kurang optimalnya
peran stakeholder pendukung dalam sosialisasi pengelolaan
lingkungan hidup Belum optimalnya
sosialisasi tentang pengelolaan lingkungan hidup
2 Kurangnya akses data dan Informasi
lingkungan hidup
Minimnya data, dan informasi lingkungan
hidup
Belum optimalnya penerapan teknologi
informasi (basis data) pada kegiatan inventarisasi,
pengelolaan data dan penyajian informasi
Lingkungan hidup;
2 RPPLH belum disusun Belum terintegrasinya Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan HIdup (RPPLH) dalam RPJMD
RPPLH Nasional belum tersusun, Data terkait
Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun, Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
1 Pengendalian mutu dan pengembangan
Penerapan system manajemen laboratorium
Sarana dan prasarana dan SDM
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 57
No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
laboratorium kurang
optimal
(ISO 17025:2017) dan
system pelayanan public (ISO 9001:2015)
2 Pengujian kualitas lingkungan kurang maksimal
Penerimaan jasa uji kualitas lingkungan terbatas
Sarana dan prasarana dan SDM
Pemeliharaan dan kalibrasi alat/jaminan
mutu pengujian terhambat
Sarana dan prasarana dan SDM
Lamanya laporan hasil pegujian kualitas lingkungan
Sarana dan prasarana dan SDM
3 Menurunnya kualitas lingkungan hidup (air,
udara, dan laut)
Meningkatnya pencemaran lingkungan
hidup di Jawa Tengah
Rendahnya kesadaran dan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan hidup
Rendahnya ketaatan pelaku usaha terhadap peraturan bidang
lingkungan hidup
4 Meningkatnya jumlah
timbulan sampah, limbah cair/limbah B3
Pertumbuhan penduduk
Meningkat jumlah usaha
kegiatan
Kurangnya
Pemahaman pelaksanaan pemilahan
sampah pada sumbernya
Perubahan prilaku masyarakat
membutuhkan waktu Sarpras pengelolaan sampah terbatas
Penataan dan Pemanfaatan Hutan
1 Pengelolaan hutan
seperti perubahan fungsi, penggunaan
kawasan hutan serta pengolahan hasil hutan masih banyak
yang belum tuntas
Belum tertibnya ijin
pengelolaan hutan dan pengelolaan hasil hutan
Pemahaman terkait
tertib ijin dari unit pengelolaan hutan dan
pengolahan hasil hutan belum optimal
2 Produksi hasil hutan
yang belum stabil
Manajemen pengelolaan
huta pada unit pengelolaan hutan dan pengolahan hasil hutan
belum sesuai dengan peraturan yang berlaku
Pengelolaan hutan
pada unit pengelolaan dan pengolahan hasil hutan belum optimal.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam
1 Menurunnya fungsi hutan sebagai sstem
penyangga kehidupan
Menurunnya daya dukung daerah aliran
sungai sehingga mengakibatkan bencana banjir, erosi, longsor dan
kekeringan
Tutupan vegetasi pada beberapa wilayah DAS
belum mantap dan pola usaha tani wilayah hulu DAS yang kurang
menerapkan prinsip-prinsip konservasi
tanah dan aiar
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 58
No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Habitat beberapa jenis
tumbuhan dan satwa sebagai sumber plasmanutfah menurun
datya dukungnya
Terjadinya perambahan
kawasan hutan, perburuan dan perdagangan
tumbuhan dan satwa yang dilindungi secara
illegal dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian
tumbuhan dan satwa langka
Penyuluhan, Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Perlindungan Hutan
1 Pengembangan dan
peningkatan kelas kelompok tani hutan belum optimal
Perkembangan usaha
produktif kelompok masyarakat masih rendah
Akses informasi
terbatas Rentang kendali dengan distribusi
penyuluh jauh Pengembangan SDM
terbatas, Wahana gelar teknologi terbatas
2 Kurang optimalnya
fungsi pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum
Minimnya jumlah SDM
Pengawas lingkungan dan pengendali dampak lingkungan;
Kurangnya SDM teknis
yang menguasai aspek perizinan lingkungan, pengendalian
pencemaran air, udara, pengelolaan B3,
pengelolaan limbah B3, pengelolaan sampah sejenis sampah rumah
tangga dan limbah non B3 dalam rangka pelaksanaan
pengawasan atas aduan masyarakat
3 Hasil pengawasan belum optimal
Layanan pengawasan LHK tidak dilakukan oleh
PPLHD fungsional
Belum ada PPLHD
4 Peningkatan kapasitas untuk SDM sebagai
mediator LH belum ada
Penyelesaian sengketa belum tuntas
Belum tersedia sarpras mediator
5 Belum pahamnya tata cara pembentukan
lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa LH
Belum ada lembaga penyelesaian sengketa
Tidak tersedia PPNS
6 Masih seringnya terjadi gangguan
keamanan hutan (Kebakaran, pencurian kayu, dll)
Jumlah Polhut dan tenaga pengamanan
hutan terbatas
Rasio personil dengan luas kawasan hutan
tidak sebanding, Tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar
hutan masih rendah
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 59
3.2 TELAAH VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL
KEPALA DAERAH TERPILIH
Untuk melakukan analisis terhadap tugas pokok dan Fungsi Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah yang terkait
dengan visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah
perlu dilakukan telaahan terhadap visi, misi dan program tersebut. Adapun
visi dan misi dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah adalah
sebagai berikut:
Visi :
“Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan berdikari”
Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi
Visi pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2018-2023
merupakan keberlanjutan dari cita-cita pembangunan Jawa Tengah tahun
2013-2018. Makna yang terkandung dalam visi sebagai berikut:
Sejahtera
Masyarakat Jawa Tengah Sejahtera adalah masyarakat yang
tercukupi segala kebutuhan dasarnya secara adil dan merata berprinsip
pada peri kemanusiaan dan peri keadilan. Masyarakat sejahtera juga
terbebas dari ketidakmerdekaan, kebodohan, kesakitan, kelaparan, serta
ancaman dari perlakuan atau tindak kekerasan fisik maupun non fisik.
Dalam lingkungan masyarakat yang sejahtera akan tercipta hubungan
sosial yang nyaman dan aman, tanpa adanya diskriminasi SARA, serta
tercipta relasi yang dinamis, saling menghargai, saling pengertian, dan
toleransi yang tinggi. Ketercukupan kebutuhan masyarakat juga didukung
dengan pemenuhan prasarana dan sarana dasar, pelayanan publik, ruang
publik, transportasi, serta teknologi yang harus disediakan secara cukup
dan menerus, untuk mencapai kemajuan dan perkembangan kehidupan
masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.
Berdikari
Berdikari merupakan sebuah tujuan agar masyarakat mampu
memenuhi segala kebutuhan dasarnya secara mandiri dan cukup. Dengan
begitu, berdikari menjadi sebuah metode untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidupnya berbasis modal pokok
milik sendiri, baik sumberdaya alam, manusia, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik. Sedangkan sumberdaya yang berasal dari luar merupakan
tambahan apabila diperlukan.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 60
Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang sejahtera dan
berdikari dilandasi semangat dan nilai utama Mboten Korupsi, Mboten
Ngapusi. Nilai ini dimanifestasi dalam sikap, tindakan, dan laku seluruh
masyarakat Jawa Tengah untuk dapat bersama mencapai kesejahteraan
yang berdikari.
Misi
Dalam rangka upaya menuju pencapaian visi pembangunan daerah
Jawa Tengah tahun 2018-2023, ditetapkan misi pembangunan daerah
yaitu:
1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan
guyub untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia
Misi ini menggambarkan sebuah kondisi yang ingin diciptakan
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, tercermin dari
rasa aman dan nyaman yang dirasakan dalam kehidupan masyarakat.
Kondisi yang tercipta merupakan manifestasi implementasi nilai-nilai
religius dalam kehidupan masyarakat. Membangun masyarakat Jawa
Tengah yang religius, toleran, dan guyup ini adalah dengan menciptakan
kondisi obyektif yang memungkinkan interaksi antar umat beragama
untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain, mendorong
keberagaman, kebhinekaan, dan toleransi dalam kerangka kesatuan.
Upaya yang dilakukan antara lain dengan menguatkan
pemahaman keberagaman dan kebhinekaan sejak usia dini,
mengembangkan ruang-ruang publik untuk membangun komunikasi
antar masyarakat melalui kegiatan seni dan rekreasi, serta mendorong
kearifan lokal dalam bentuk gerakangerakan masyarakat termasuk
gerakan gotong royong. Dalam misi ini terkandung tujuan untuk
menciptakan kehidupan masyarakat Jawa Tengah yang aman dan
nyaman, tanpa ada konflik sosial maupun agama, bahkan konflik SARA,
dan tercipta kohesi sosial masyarakat yang baik.
2. Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas
sasaran ke pemerintahan Kabupaten/Kota
Misi kedua ini bertujuan untuk semakin mempercepat
implementasi reformasi birokrasi secara optimal, yang pada periode
sebelumnya telah terwujud dalam membaiknya tata kelola pemerintahan
Jawa Tengah berlandaskan nilai “Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”.
Dalam lima tahun kedepan, reformasi birokrasi diharapkan semakin
diperluas sampai ke pemerintah kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Reformasi birokrasi yang diharapkan kedepan adalah pada tiga
dimensi utama yaitu pelayanan publik yang semakin dinamis, efektivitas
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 61
dan efisiensi manajemen pemerintahan, serta profesionalisme.
Pelayanan publik yang dinamis diwujudkan dengan membangun open
government dan pemerintahan yang responsif. Open government
dilakukan dengan perkuatan keterbukaan informasi publik,
transparansi, partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemerintahan,
serta meningkatkan komunikasi dan serapan aspirasi publik.
Sedangkan pemerintahan yang responsif tercermin dalam respon
pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dalam menghadapi aduan
dan persoalan riil masyarakat, dengan cepat dan tepat, baik dalam
bentuk kebijakan maupun kegiatan. Pelayanan publik yang dinamis,
terbuka, dan responsif diikat dalam satu tagline pelayanan yang mudah,
murah, cepat, serta didukung inovasi dan teknologi informasi.
Efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan
tergambarkan dalam proses perencanaan, penganggaran, serta evaluasi
pembangunan yang akuntabel. Manajemen pembangunan Jawa Tengah
kedepan tidak hanya fokus pada kerja tetapi kinerja, dan berorientasi
pada hasil (outcome). Untuk itu perlu juga dilakukan pengawasan dalam
prosesnya, sejak dimulainya proses perencanaan, implementasi hingga
evaluasi.
Agar dapat melaksanakan manajemen pemerintahan yang baik
dan bersih maka dibutuhkan kelembagaan/organisasi yang tepat dan
didukung dengan profesionalisme aparatur. Profesionalisme aparatur
terejawantahkan dalam bentuk integritas aparatur yang dibangun
melalui kompetensi dan etika menuju integritas pribadi dan institusi,
mendorong birokrasi yang inovatif, dan dijamin dalam quality assurance
aparatur.
3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja
baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran
Misi ini adalah untuk mengarahkan kebijakan program dan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
dalam rangka menurunkan jumlah penduduk miskin, yang didukung
oleh perekonomian daerah yang stabil, berkualitas, inklusif, dan
menyebar.
Program pengentasan kemiskinan difokuskan kepada kelompok
sasaran utama, seperti petani, nelayan, pelaku UKM dan pekerja.
Program pengentasan kemisikinan tersebut perlu didukung oleh
pertumbuhan ekonomi yang tersebar, inklusif, dan berkualitas, yakni
pertumbuhan ekonomi yang menyebar di seluruh wilayah Jawa Tengah,
memperhitungkan kelestarian lingkungan dan keberlangsungan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 62
ketersediaan sumber daya, melibatkan seluruh kelompok masyarakat
dengan mengutamakan peran dan kontribusi kelompok masyarakat
yang kurang beruntung, dan menghapus praktek ekonomi biaya tinggi.
Program pengentasan kemiskinan ke depan juga diarahkan untuk fokus
pada pendidikan dan kesehatan terutama bagi rumah tangga miskin
pada dua desil terbawah, dengan sebaran pada wilayah kabupaten/kota
miskin di Jawa Tengah. Perluasan lapangan pekerjaan juga menjadi
penting bukan hanya untuk mengatasi pengangguran, namun juga
bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja untuk bisa bekerja
lebih dari 15 jam per minggu.
4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih
berbudaya dan mencintai lingkungan
Misi keempat mengarah pada kualitas dan daya saing
sumberdaya manusia Jawa Tengah, agar semakin sehat, pintar,
berbudaya, dan lebih mencintai lingkungan. Era globalisasi yang
semakin terbuka menuntut kualitas sumberdaya manusia yang mampu
bersaing secara kompetitif dalam kompetensi dan kualifikasi. Bonus
demografi yang saat ini telah dialami oleh Jawa Tengah dapat dijadikan
sebagai peluang sekaligus tantangan, bagaimana kedepan modal sosial
ini akan menempatkan Jawa Tengah sebagai salah satu daerah dengan
sumberdaya manusia yang mampu bersaing. Sehingga diharapkan,
dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang semakin baik,
dan menciptakan masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera.
Tidak hanya tentang kualitas dan daya saing sumberdaya
manusia yang diharapkan, namun juga bagaimana membentuk karakter
masyarakat Jawa Tengah yang semakin berbudaya. Di tengah arus
keterbukaan informasi dunia yang nyata kemudian bagaimana
masyarakat Jawa Tengah tetap kuat menjaga etika dan norma serta nilai
budaya asli Jawa Tengah, serta menjaga kearifan lokal sejak dini.
Program Unggulan
Program unggulan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah
tahun 2018-2023 yang harus diimplementasikan yaitu:
1. Sekolah tanpa sekat; pelatihan tentang demokrasi dan pemilu, gender,
anti korupsi dan magang gubernur untuk siswa SMA/SMK; Sekolah
tanpa sekat: pendidikan politik warga negara, pelatihan demokrasi dan
pemilu, gender, dan pendidikan anti korupsi, dan program magang
gubernur untuk SMA/SMK. Pendidikan tanpa sekat merupakan
integrasi pendidikan formal, informal, dan non formal sebagai
perwujudan bahwa urusan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 63
jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab keluarga dan
masyarakat.
2. Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitasi pendakwah dan guru ngaji;
Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitasi pendakwah, dan guru agama
sebagai media komunikasi antar agama dan penghayat untuk
membangun hubungan yang saling menyejahteraan menuju kehidupan
yang saling menghormati, terwujudnya kehidupan yang aman dan
nyaman tanpa adanya diskriminasi.
3. Reformasi birokrasi di kabupaten/kota yang dinamis berbasis teknologi
informasi dan sistem layanan terintegrasi; Reformasi birokrasi yang
diharapkan kedepan adalah pada tiga dimensi utama yaitu pelayanan
publik yang semakin dinamis, efektivitas dan efisiensi manajemen
pemerintahan, serta profesionalisme
4. Satgas kemiskinan, bantuan desa, rumah sederhana layak huni;
Merupakan satuan yang aktif dalam pendataan, perumusan masalah
dan perumusan kebijakan, serta pelaporan.
5. Obligasi daerah, kemudahan akses kredit UMKM, penguatan BUMDes
dan pelatihan startup untuk Wirausaha Muda; Obligasi karena
menurunnya kapasitas fiskal. Adanya kebutuhan proyek yang harus
segera dilaksanakan. Tetepi kapasitas fiskal tidak cukup untuk
membiayai.
6. Menjaga harga komoditas dan asuransi gagal panen untuk petani serta
melindungi kepentingan nelayan; Dilakukan dengan perlindungan harga
dan menjamin pemasaran produk pertanian; pemerintah membeli secara
langsung produk pertanian dengan menugaskan BUMD pertanian; serta
penguatan kelembagaan petani di tingkat desa sebagaimana tertuang
dalam amanat Perda No 5 tahun 2016.
7. Pengembangan transportasi massal, revitaliasi jalur kereta dan bandara
serta pembangunan embung/irigasi; Program ini dilakukan dengan
melakukan perluasan koridor BRT; subsidi KA Semarang-Solo dan KA
Semarang-Purwokerto; jalan penghubung utaraselatan Jawa Tengah,
dalam rangka meningkatkan koneksitas, serta untuk percepatan
pergerakan manusia, barang dan jasa.
8. Pembukaan kawasan industri baru dan rintisan pertanian terintegrasi;
Afirmasi kebijakan tumbuhnya kawasan industri baru di perbatasan
barat dan selatan, dalam mempercepat proses persebaran pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi. Rintisan pertanian terintegrasi dimaksudkan
dengan integrasi vertikal hulu hilir, integrasi holistik perpanjangan
rantai energi untuk menghasilkan 5F (food, feed, fuel, fertilizer, fiber).
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 64
Selain itu juga mengembangkan konsep pertanian terintegrasi sektoral
(mayor sektoral) dan sektor terintegrasi dalam pertanian (pertanian
mayor), integrasi berbasis konsolidasi lahan (penerapan mekanisasi
penuh), integrasi berbasis organisasi pertanian contoh pertanian
organik, gula semu, serta kawasan pertanian terintegrasi berbasis
unggulan.
9. Rumah sakit tanpa dinding, sekolah biaya pemerintah khusus untuk
siswa miskin (SMAN, SMKN, SLB) dan bantuan sekolah swasta, ponpes,
madrasah dan difabel; RS tanpa dinding mengubah paradigma
kesehatan dari kuratif ke promotif dan preventif, penanganan kesehatan
jemput bola, serta pengembangan kesehatan lingkungan. Program ini
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat melalui kombinasi program
kesehatan dan pendidikan serta kesehatan lingkungan.
10. Festival seni serta pengembangan infrastruktur olahraga, rumah
kebudayaan dan kepedulian lingkungan. Program ini adalah mendorong
kegiatan-kegiatan seni, kebugaran (olahraga prestasi dan rekreasi), serta
mengembangkan rumah kebudayan sebagai wadah forum publik saling
bertemu dan komunikasi tentang seni dan budaya.
Dalam mencapai visi dan misi pembangunan daerah Jawa Tengah
lima tahun kedepan, menggunakan Trisakti Bung Karno sebagai haluan
politik. Yang pertama adalah berdaulat di bidang politik yang diartikan
sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut hajat hidup mereka, yang menjadikan masyarakat juga
sebagai subyek politik dalam pembangunan. Hal ini didasari berbagai
situasi bangsa saat ini, sehingga Jawa Tengah memiliki kewajiban untuk
aktif menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertama, nilai-nilai
Pancasila harus ditanamkan di benak rakyat; kedua, rakyat harus
dibangkitkan kesadarannya untuk berani membela Pancasila dan
menegakkan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, rakyat secara
sistematis merawat kelangsungan hidup bangsa dan negara, sekaligus
menjaga kedaulatannya sebagai warga negara. Sebab, tanpa negara, rakyat
tidak mungkin berdaulat; tanpa rakyat berdaulat, negara tidak akan nyata.
Yang kedua adalah berdikari dibidang ekonomi, yang digambarkan
sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada umumnya dan
di Jawa Tengah khususnya harus memberikan dampak pada peningkatan
kesejahteraan sekaligus kualitas hidup rakyat Jawa Tengah secara
berkelanjutan. Kesejahteraan harus meliputi, tercukupinya kebutuhan
dasar warga, seperti: pangan, perumahan, sandang, air bersih, kesehatan,
pekerjaan, pendidikan, alat transportasi, alat komunikasi dan lain-lain.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 65
Kemudian, terciptanya relasi sosial yang aman dan tidak diskriminatif,
serta tersedianya infrastruktur sosial, ekonomi, politik, keamanan dan
kebudayaan yang nyaman, memadahi dan terjangkau. Untuk itu, perlu
mengembangkan ekonomi berbasis pada sumber daya manusia dan
sumber daya alam lokal, demi mengurangi ketergantungan ekonomi dari
pihak luar. Sedang unsur luar merupakan tambahan apabila diperlukan,
serta membuka akses seluas-luasnya kepada rakyat untuk penghidupan
ekonomi yang lebih baik dengan prinsip berdikari dibidang ekonomi.
Ketiga adalah berkepribadian dalam kebudayaan, yang dijelaskan
sebagai berikut. Demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara,
pemanfaatan teknologi informasi harus diarahkan agar mampu mendorong
transparansi pemerintahan, penghargaan atas perbedaan, penggalangan
solidaritas sosial, dan penguatan gotong royong. Transparansi
pemerintahan diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran untuk
memerangi korupsi; membangun sikap menghormati atas perbedaan
merupakan keniscayaan mengingat keragaman merupakan kodrat alam;
menggalang solidaritas sosial untuk mempertahankan dan memajukan
kehidupan bersama; dan menguatkan budaya gotong royong sebagai
landasan untuk mempertahankan kepribadian bangsa. Semua itu perlu
dilakukan guna mencapai apa yang disebut dengan berkepribadian dalam
kebudayaan.
Tujuan Dan Sasaran
Agar visi dan misi pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2018-
2023 lebih terarah dalam implementasinya ke depan, maka visi dan misi
tersebut dijabarkan secara operasional dalam tujuan dan sasaran, disertai
dengan indikator kinerjanya. Penjabaran tujuan dan sasaran
pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2018-2023 meliputi 6 (enam)
tujuan dan 10 (sepuluh) sasaran, yang diuraikan sebagai berikut.
1. Misi 1: Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan
guyup untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi ini
memiliki tujuan membangun masyarakat Jawa Tengah semakin religius,
toleran, dan guyup, dengan sasaran terciptanya kohesi sosial
masyarakat. Tujuan misi ini diukur dengan menggunakan indikator
tidak terjadinya konflik SARA di Jawa Tengah, dengan indikator
sasarannya adalah indeks toleransi dan persentase tindak pidana yang
tertangani.
2. Misi 2: Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas
sasaran ke pemerintah kabupaten/kota Misi kedua bertujuan untuk
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 66
governance and clean government), dengan indikator kinerja tujuan
adalah Indeks Reformasi Birokrasi. Sasaran yang ingin diciptakan terdiri
dari 3 (tiga) hal yaitu: 1) Meningkatnya kualitas pelayanan publik; 2)
Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan; dan 3)
Meningkatnya efisiensi kelembagaan dan profesionalitas ASN.
3. Misi 3: Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan
kerja untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran Misi ketiga ini
memiliki 2 (dua) tujuan yaitu: 1) Menurunkan kemiskinan di Jawa
Tengah secara merata; dan 2) Menciptakan stabilitas ekonomi daerah
yang berkualitas, menyebar, dan inklusif berbasis potensi unggulan.
Ukuran keberhasilan yang diharapkan dari tujuan ini adalah angka
kemiskinan yang menurun, Indeks Gini, pertumbuhan ekonomi, inflasi,
PDRB per kapita, dan Indeks Williamson. Untuk itu sasaran yang ingin
dihasilkan dalam rangka mencapai tujuan ini adalah: 1) Meningkatnya
kualitas hidup penduduk miskin terutama penduduk miskin pedesaan,
dan kelompok rumah tangga dua desil terbawah; 2) Menurunnya
pengangguran terbuka; dan 3) Meningkatnya pertumbuhan sektor
unggulan daerah dan peran investasi terhadap ekonomi daerah.
4. Misi 4: Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih
berbudaya, dan mencintai lingkungan Misi ini bertujuan untuk: 1)
Membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing
dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM); dan 2)
Mewujudkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Jawa Tengah
yang lestari dan berkelanjutan dengan indikator Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH). Sasaran yang ingin dicapai adalah: 1)
Meningkatnya kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat secara luas;
2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat; dan 3) Meningkatnya
kualitas air, udara, serta tutupan hutan
Sedangkan berdasarkan relevansi dan korelasi tugas pokok dan
fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur adalah terletak pada
Misi ke-3 Mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan memperkuat
basis ekonomi rakyat dan membuka ruang usaha baru dan Misi ke-4 :
“Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar lebih berbudaya
dan mencintai lingkungan”, yang bertujuan Menciptakan stabilitas
ekonomi daerah yang berdaya saing, berbasis potensi unggulan daerah,
dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan;
Berdasarkan rancangan agenda kebijakan pembangunan daerah
yang tertuang dalam rancangan RPJMD tahun 2018 – 2023 Kebijakan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 67
pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan hidup dan penanggulangan
bencana
Jawa Tengah tahun 2018-2023 ditujukan dalam rangka
mewujudkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Jawa Tengah yang
lestari dan berkelanjutan dengan indikator tujuannya adalah Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup dan Indeks Risiko Bencana. Sasarannya
meliputi:
1) Meningkatnya kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat secara luas
2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
3) Meningkatnya kualitas air dan udara, serta tutupan hutan
Arah kebijakan daerah tahun 2018 - 2023 dalam upaya
pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan hidup dalam lima tahun
kedepan adalah:
1) Tahun 2019 : Peningkatan daya saing daerah melalui pemerataan
pembangunan dan pemanfaatan iptek, dengan arah kebijakan :
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta
penanggulangan bencana
2) Tahun 2020 : Peningkatan kesejahteraan masyarakat didukung
peningkatanKualitas Hidup dan Kapasitas Sumber Daya Manusia,
dengan arah kebijakan : Percepatan pengurangan kemiskinan dan
pengangguran, Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas Sumber
Daya Manusia Jawa Tengah Menuju Jawa Tengah berdaya saing;
3) Tahun 2021 : Peningkatan kesejahteraan dan perekonomian
masyarakat didukung penguatan daya saing SDM, dengan arah
kebijakan: Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran,
Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas Sumber Daya Manusia
Jawa Tengah Menuju Jawa Tengah berdaya saing;
4) Tahun 2022 : Peningkatan kesejahteraan dan perekonomian
masyarakat didukung penguatan daya saing Daerah, dengan arah
kebijakan: Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran,
Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas Sumber Daya Manusia
Jawa Tengah Menuju Jawa Tengah berdaya saing;
5) Tahun 2023 : Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang semakin
sejahtera dan berdikari, dengan arah kebijakan: Percepatan
pengurangan kemiskinan dan pengangguran, Peningkatan kualitas
hidup dan kapasitas Sumber Daya Manusia Jawa Tengah Menuju
Jawa Tengah berdaya saing;
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 68
Untuk itu maka strategi Optimalisasi pemanfaatan potensi
sumberdaya hutan kayu dan kayu dan Strategi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup dapat dijelaskan melalui:
1) Optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya hutan kayu dan kayu
melalui:
a. Legalisasi sertifikasi kayu dan perijinan industri primer
pengolahan hasil hutan kapasitas < 6.000 M3
2) Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
melalui:
a. Rehabilitasi hutan dan lahan;
b. Peningkatan konservasi sumberdaya air, konservasi daerah hulu
dan tangkapan air berbasis pemberdayaan masyarakat;
c. Peningkatan pengendalian pemanfaatan air ( (air permukaan dan
air tanah), dan pengendalian banjir
d. Peningkatan perijinan dan pemantauan lingkungan
e. Pendidikan lingkungan bagi masyarakat
f. Pengembagang energi baru terbarukan dan audit energi;
g. Rehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang; dan
h. Meningkatkan upaya penanggulangan bencana berbasis resiko
bencana
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 32
Tabel 3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Gubernur Jawa Tengah
No Visi/Misi/Program Kerja Gubernur Jawa Tengah
Tupoksi Dinas
LHK Permasalahan Faktor Penghambat dan Pendorong
1. Misi 3
Mengurangi kemiskinan dan
pengangguran dengan
memperkuat basis ekonomi rakyat dan membuka ruang
usaha baru
Program Kerja 8
Penataan dan pemanfaatan hutan
Kemiskinan di sekitar hutan masih tinggi
(Kesenjangan antar kelompok masih lebar dan Lingkungan kurang dipelihara)
Faktor Penghambat :
Keterbatasan akses, modal, pengetahuan
Faktor Pendorong :
Program Pemerintah dalam
pemberdayaan masyarakat
Penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat di bidang
kehutanan, penegakan
hukum lingkungan
hidup dan perlindungan
hutan
Kemiskinan di sekitar hutan masih tinggi
(Kesenjangan antar kelompok masih
lebar dan Lingkungan kurang dipelihara)
a) Masih banyak pengelolaan hutan dan
hasil hutan belum menerapkan prinsip
keberkelanjutan b) Rendahnya keterlibatan masyarakat
sebagai mitra usaha kehutanan (hutan
tanaman rakyat, hutan rakyat),
c) Rendahnya pemanfaatan sumberdaya
hutan non kayu
4. Misi 4
Menjadikan rakyat Jawa Tengah
lebih sehat, lebih pintar lebih berbudaya dan mencintai
lingkungan;
Program Kerja 10
Pengkajian dan
penanganan dampak
lingkungan hidup,
pengembangan
kapasitas dan fasilitas
teknis lingkungan hidup
Semakin tingginya tuntutan proses
Amdal, UKL-UPL dan Ijin lingkungan
yang dituntut cepat, tepat dan akurat
Faktor Penghambat :
a) Terbatasnya jumlah komisi penilai
amdal
b) Perubahan kebijakan menyangkut
peraturan dan perundangan
Faktor Pendorong :
a) Tersedianya dokumen teknis yang
sudah jelas
b) Tersedianya regulasi terkait
perlindungan lingkungan hidup
Pengelolaan sampah,
limbah bahan berbahaya
beracun, pengendalian
pencemaran dan
a) Masih adanya sungai dalam kondisi
tercemar;
b) Meningkatnya jumlah timbulan
sampah yang tidak sebanding dengan
Faktor penghambat :
Sumber pencemaran utama berasal dari
limbah domestik dan kegiatan skala kecil
masih ada yang tidak mempunyai
69
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 33
kerusakan lingkungan
hidup
cakupan pelayanan;
c) Meningkatnya emisi gas rumah kaca utamanya dari sector energy dan
transportasi;
d) Meningkatnya indikator HC
disebabkan oleh kendaraan bermotor.
pengelolaan limbah cair.
Minimnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat, usaha/kegiatan
industri/domestik rumah tangga dalam
pengelolaan lingkungan
Faktor pendorong : Tersedianya regulasi terkait perlindungan
lingkungan hidup
Ruang terbuka hijau dan hutan masih
cukup baik untuk menyerap polutan udara.
Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai,
Rehabilitasi hutan/lahan, konservasi
sumber daya alam
a) Masih adanya lahan kritis
b) Meningkatnya kerusakan hutan
akibat pencurian kayu dan
kebakaran hutan;
Faktor Penghambat :
a. Kondisi lahan kritis di Provinsi Jawa
Tengah yag memiliki lahan kritis cukup besar : 634.601 Ha
b. Kebutuhan bahan baku kayu sebesar
6.000.000 M3 per tahun untuk
industri dan kebutuhan lainnya yang
harus dipenuhi
Faktor Pendorong :
a. Daya dukung fungsi lindung dalam
kategori baik
b. Tuntutan dunia internasional hasil hutan kayu berasal dari hutan lestari;
70
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 32
3.3. TELAAH RENSTRA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
Presiden Republik Indonesia telah mengarahkan visi dan misi
pembangunan Tahun 2015-2019 yang dijadikan peta jalan seluruh
kementerian dalam merancang arah pembangunan, sasaran dan strategi
yang akan dilaksanakannya. Arahan pembangunan Indonesia ini tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor : 2
Tahun 2015.
Visi pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”.
Misi yang diemban untuk memenuhi visi yang telah dirumuskan
adalah:
1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan;
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum;
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
4) sebagai Negara maritim;
5) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera;
6) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan,
8) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan 9 agenda
pembangunan Tahun 2015-2019, yang di dalamnya memuat sub agenda
dan sasaran yang hendak dicapai dan menjadi amanat bagi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pelaksanaan pembangunan dibagi ke
dalam : prioritas nasional, yang memuat sasaran pembangunan yang
memiliki kaitan langsung dengan janji Presiden dan Wakil Presiden;
prioritas bidang, yang memuat sasaran yang memiliki kaitan terhadap
bidang sumberdaya alam dan lingkungan untuk Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan; dan lintas bidang yang sasarannya merupakan hasil
kerja bersama lintas kementerian.
71
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 33
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan
tujuan pembangunan Tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi
lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan
manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara
paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan
sumbangan bagi perekonomian nasional. Selanjutnya, untuk memastikan
peran pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
dirumuskan sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Sasaran strategis ini akan menjadi panduan dan mendorong
arsitektur kinerja tahun 2015-2019.
Sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tahun 2015-2019 adalah : (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan
masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42.
Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani,
yaitu air, udara dan tutupan hutan; (2) Memanfaatkan potensi Sumberdaya
hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja
peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen
pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu
maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan eksport; dan,
(3) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat
keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan
agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan
dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan
kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan
konsumsi bahan perisak ozon, dan lain-lain).
Memperhatikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan kebijakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014 – 2019, pada
prinsipnya sasaran strategi dan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tersebut akan menjadi salah satu faktor pendorong atas
peningkatan kualitas pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Jawa Tengah, dikarenakan kebijakan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tersebut secara langsung akan mendukung
penyelesaian permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan di Jawa
Tengah. Selain hal tersebut peran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
72
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 34
Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari entitas lingkungan hidup dan
kehutanan dan sekaligus sebagai katalis bagi para pihak yang jumlahnya
banyak dan kepentingannya cukup beragam.
Tabel 3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Pelayanan Renstra Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan berdasarkan Telaahan Sasaran Renstra Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No
Sasaran Jangka
Menengah Renstra
Kementerian LHK
Tupoksi Dinas LHK
Permasalahan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 Menjaga
kualitas lingkungan
hidup untuk
meningkatkan
daya dukung
lingkungan,
ketahanan air dan
kesehatan
masyarakat,
dengan
indikator kinerja indeks
kualitas
lingkungan
hidup berada
pada kisaran
66,5-68,6
Pengkajian
dan penanganan
dampak
lingkungan
hidup,
pengembang
an kapasitas dan fasilitas
teknis
ligkungan
hidup
Belum
optimalnya pengawasan dan
pengendalian
pencemaran
yang dilakukan
karena masih
bersifat mempertahan-
kan mutu
kualitas media
lingkungan
Masih belum
optimalnya pemberdayaan
partisipasi
masyarakat
dalam
memper-tahankan
Sumber
pencemaran utama berasal
dari limbah
domestik dan
kegiatan skala
kecil seperti
hotel/ pengi-napan, klinik,-
restauran dan
industri rumah
tangga yang
umumnya tidak mempunyai pe-
ngelolaan limbah
cair Pemahaman
masyarakat yang
masih rendah
terhadap ling-kungan hidup
a. Tersedianya
regulasi terkait perlindungan
lingkungan
hidup
b. Semakin
meningkatnya kelompok
masyarakat
yang
melaksanakan
praktek pengelolaan
sumber daya
alam skala
komunitas
secara
berkelanjutan
Pengelolaan
sampah,
limbah bahan
berbahaya
beracun,
pengendalia
n
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan
hidup
a. Masih
terbatasnya
Jumlah wilayah yang
memiliki
kapasitas
adaptasi
perubahan
iklim b. Lemahnya
kapasitas
kelembagaan
dan
kapasitas kelompok
masyarakat
1. Kesadaran
masyarakat
dalam membuang
sampah dan
dampak
perubahan
iklim masih
kurang 2. Keterbatasan
sarpras dalam
pengelolaan
sampah
1. Meningkatnya
bank sampah
yang terbangun
2.Meningkatnya
kampung iklim,
dan sekolah
peduli
lingkungan
73
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 35
2 Memanfaatka
n potensi
sumberdaya
hutan dan
lingkungan
secara lestari untuk
meningkatkan
ekonomi dan
kesejahteraan
masyarakat yang
berkeadilan,
dengan
indikator
kinerja
peningkatan konstribusi
sumberdaya
hutan dan
lingkungan
hidup
terhadap devisa dan
PNBP
Penataan
dan
pemanfaata
n hutan
Belum
mantapnya tata
hutan yang
berkelanjutan
sebagai
prakondisi pembangunan
daerah
1. Belum
tersedianya
hasil hutan
yang
bersertifikat
serta teknologi tepat guna
yang
memadai;
2. Belum
optimalnya pelaksanaan
program
pemberdayaan
masyarakat
sekitar hutan
3. Masih lemahnya
Sumber daya
manusia,
khususnya
dalam
pengembangan hasil hutan
bukan kayu;
1. Tuntutan pasar
internasional
terhadap
produk hasil
hutan yang
bersertifikat
2. Penerapan
perhutanan sosial
3. Tersedianya bimtek,
peningkatan
keterampilan
dalam
pengembangan
hasil hutan bukan kayu
3 Melestarikan
keseimbangan
ekosistem dan
keanekaragaman hayati
serta
keberadaan
sumber daya
alam sebagai system
penyangga
kehidupan
untuk
mendukung
pemabngunan berkelanjutan,
dengan
indikator
kinerja derajat
keberfungsian
ekosistem meningkat
setiap tahun
Pengelolaan
Daerah
Aliran
Sungai, Rehabilitasi
hutan/lahan
, konservasi
sumber daya
alam
1. Luas tutupan
hutan
lindung dan
lahan masih kurang
2. Kualitas DAS
prioritas
belum baik
3. Rendahnya Kontribusi
PDB dari
Pemanfaatan
Hutan
Lindung
4. Rendahnya Jumlah Unit
Pengelolaan
Hutan
Lindung yang
beroperasi
1. Belum
terpadunya
program
pengelolaan hutan dan
lahan di
daerah hulu
dan hilir DAS
2. Produktivitas hutan dari
aspek non-
kayu masih
sangat rendah
dan belum
dilakukan sebagai
sebuah usaha
yang
menguntungk
an
1. Potensi lahan
yang sesuai
untuk
pengembangan tanaman
kehutanan
tersedia
2. Berkembangnya industri
pengolahan
hasil hutan
dengan akses
pemasaran
yang relatif dekat;
3. Mulai tingginya
animo
masyarakat
untuk
mengkonsumsi produk
pemanfaatan
hasil hutan,
seperti; jamur,
madu, gula areng dan
lainnya
Penyuluhan,
pemberdaya
an
masyarakat
di bidang kehutanan,
penegakan
hukum
lingkungan
hidup dan perlindunga
n hutan
Masih belum
optimalnya
pemberdayaan
partisipasi
masyarakat dalam
mempertahan
kan fungsi
ekosistem
1. Kurangnya
SDM dalam
pengawasan
daan
penegakan hokum
lingkungan
(PPNS dan
PPLHD)
1. Koordinasi yang
intensif antara
provinsi dan
Kab/Kota
dalam menangani
setiap
permasalahan
kasus-kasus
lingkungan yang timbul
74
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 36
a. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2009-2029 DAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD 2018 – 2023
A. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kebijakan dan strategi penataan ruang ini meliputi; 1) kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang, 2) kebijakan dan strategi
pengembangan pola ruang, dan 3) kebijakan dan strategi pengembangan
kawasan strategis. Lebih rinci sebagai berikut:
1. Kebijakan dan Strategi Pada Struktur Ruang
Rekomendasi untuk memperkuat tujuan RTRW Jawa Tengah 2009 –
2029 adalah perlunya ditambahkan dalam tujuan, kebijakan dan
strategi tata ruang berupa:
a. Perlu dijelaskan bahwa upaya untuk menciptakan daya saing
dan pemerataan pembangunan tetap dalam kerangka
pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan untuk mencapai
kelestarian lingkungan dan ekonomi berkelanjutan.
b. Perlu dikembangkan dalam strategi pengembangan kawasan
lindung sebagai bagian perwujudan kelestarian fungsi dan daya
dukung lingkungan yang diwujudkan dalam tutupan hutan yang
memiliki fungsi vital dalam menjaga kelestarian lingkungan dan
jasa ekosistem pendukung kehidupan manusia. Oleh sebab itu
secara spesifik perlu adanya strategi penetapan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) minimal 30% sebagai upaya konservasi lingkungan
dan menjaga keseimbangan pembangunan. Peningkatan RTH
dapat dioptimalkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan
kawasan permukiman.
c. Berdasarkan kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup maka segala kegiatan budidaya secara rinci harus sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lahan. Oleh sebab itu
dalam strategi pengembangan kawasan budidaya, perlu
mengembangkan strategi pemanfaatan budidaya yang harus
sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan minimal
dengn memperhatikan daya dukung lahan, air, dan pangan
d. Kebijakan pertambangan harus sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan untuk mendukung pembangunan infrastruktur,
untuk mendukung peningkatan dan pengembangan infrastruktur
Jawa Tengah terutama untuk transportasi yang menjadi
infrastruktur penting dalam pengembangan agribisnis. Pada
strategi pertambangan perlu ditekankan bahwa tujuan utama
75
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 37
atau prioritas kegiatan penambangan adalah untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan infrastruktur Jawa Tengah dan
pemanfaatannya sesuai dengan kebutuhan dengan tetap
mencadangkan untuk masa yang akan datang.
e. Kebutuhan lahan permukiman yang terus meningkat terutama di
perkotaan sementara kebutuhan lahan untuk pertanian dan juga
tutupan lahan tetap harus dipertahankan, maka perlu
dikembangkan strategi pembangunan kawasan permukiman di
perkotaan secara vertikal dalam rangka menghemat atau
optimalisasi lahan.
f. Sesuai dengan daya dukung lahan maka pengembangan
bangunan pada kawasan bencana dilakukan melalui kajian
teknis untuk mendapatkan teknologi yang tepat dalam rangka
menghindari kerugian (mitigasi) akibat bencana yang terjadi.
Oleh sebab itu dalam strategi tersebut perlu ditambahkan dalam
strategi kegiatan budidaya permukiman.
g. Kebijakan industri yang memanfaatkan potensi bahan baku
lokal, merupakan salah satu hal penting untuk mewujudkan
wilayah yang berdaya saing. Industri yang dikembangkan
tentunya harus memiliki pengelolaan limbah sehingga
dampaknya terhadap kualitas lingkungan dapat diminimalkan.
Oleh sebab itu industri harus diarahkan ke kawasan industri
agar pengelolaan limbahnya lebih efisien dan pengawasannya
lebih efektif karena dilaksanakan dalam kawasan. Oleh sebab itu
dalam strategi pemanfaatan budidaya industri perlu diarahkan
ke kawasan industri untuk memudahkan pengelolaan dampak
yang ditimbulkan.
h. Berdasarkan kajian terhadap potensi dampak lingkungan hidup
menunjukkan bahwa lahan pertanian merupakan lahan yang
rentan terhadap alih fungsi lahan karena adanya kebutuhan
pembangunan infrastruktur, industri, maupun permukiman.
Dalam rangka memperkuat daya dukung lingkungan hidup dari
segi pangan di Jawa Tengah maka perlu strategi menetapkan
lahan pertanian terutama tanaman pangan. Minimal lahan
dibutuhkan sesuai untuk memenuhi surplus beras di Jawa
Tengah sebagai bagian dari kontribusi nasional.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang
Pola ruang wilayah Provinsi menggambarkan rencana sebaran
kawasan lindung dan kawasan budidaya
76
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 38
1. Kawasan lindung terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya; Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. Kawasan rawan bencana alam;
e. Kawasan lindung geologi; dan
f. Kawasan lindung lainnya
2. Kawasan Budidaya terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi;
b. Kawasan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian;
d. Kawasan peruntukan perkebunan;
e. Kawasan peruntukan peternakan;
f. Kawasan peruntukan perikanan;
g. Kawasan peruntukan pertambangan;
h. Kawasan peruntukan industri;
i. Kawasan peruntukan pariwisata;
j. Kawasan peruntukan permukiman;
k. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
Rekomendasi KLHS untuk penyempurnaan KRP struktur ruang
meliputi:
a. Pergeseran rute pada:
• Rencana jalan tol rute Pejagan – Cilacap yang melewati kawasan
hutan lindung yang berada di dalam KPH Pekalongan Barat di
Kabupaten Banyumas ke arah barat wilayah KPH (lihat gambar).
Perubahan rute ini ditujukan untuk melindungi hutan lindung
yang memiliki fungsi sebagai perlindungan keanekaragaman
hayati serta fungsi pengendali dan penyedia air.
• Rencana reaktivasi kereta api jalur Banyumas – Wonosobo yang
melewati kawasan rawan gunungapi di Kab. Banyumas dan Kab.
Wonosobo digeser ke arah selatan (lihat gambar). Perubahan rute
ini ditujukan untuk menghindari wilayah bencana Gunung
Slamet dan Sundoro Sumbing.
• Rencana reaktivasi kereta api jalur dari rembang yang ke arah
Jawa Timur menyusur pantura yang melewati kawasan hutan
lindung yang berada di KPH Kebonharjo Bagian Hutan Lasem
(lihat gambar). Perubahan rute ini ditujukan untuk melindungi
77
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 39
hutan lindung yang memiliki fungsi sebagai perlindungan
keanekaragaman hayati serta fungsi pengendali dan penyedia air
b. Perlu dilakukan inventarisasi ulang sebagai bahan revisi terhadap
penetapan KBAK di Jawa Tengah. Hasil revisi KBAK digunakan
untuk meninjau kembali rencana jalan tol rute Cilacap –
Yogyakarta yang melewati kawasan karst di Kabupaten Kebumen
serta rencana reaktivasi kereta api rute Rembang – Blora yang
melewati kawasan karst di Kabupaten Rembang. Rekomendasi
tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa KBAK yang
dihasilkan dari inventarisasi endokarst dan eksokarst sehingga
kedepannya tidak ada lagi permasalahan terkait kelestarian
sungai bawah tanah dan meminimalkan konflik sosial.
c. Terdapat dua alternatif rute untuk rencana jalan tol Bawen –
Magelang yang memiliki dampak hampir sama baik dari daya
dukung lahan, perubahan lahan, dan jasa ekosistem,
(perbandingan tutupan lahan pada tabel di atas) sehingga
pemilihan rute diserahkan kepada pemerintah provinsi.
d. Rekomendasi teknis dari pertimbangan daya dukung dan daya
tampung lahan pada pembangunan rute transportasi baik jalan
tol, jalan arteri primer, reaktivasi kereta api ditindaklanjuti pada
tingkat proyek sebagai rambu-rambu untuk meningkatkan fungsi
ekosistem dan mitigasi dampak dan resiko lingkungan hidup.
e. Emisi GRK akibat dari perubahan tutupan lahan terutama
pembukaan lahan berhutan untuk kegiatan infrastruktur harus
dilakukan mitigasi melalui penyediaan RTH terutama pada
sempadan jalan dan kereta api dengan minimal sesuai arahan
luasan yang telah dihitung pada pengaruh KRP terhadap kondisi
lingkungan hidup (Bab V). Rekomendasi perbaikan pada indikasi
program dapat dilakukan melalui penambahan kawasan
perlindungan setempat atau pada jaringan sistem transportasi
darat sebagai prasyarat dalam peningkatan jalan dan jalur kereta
api
f. Penurunan pertanian lahan basah yang berdampak pada
penurunan produksi beras secara keseluruhan di Jawa Tengah,
relatif tidak terlalu banyak mengurangi produksi dan masih tetap
mampu untuk swasembada dan berkontribusi terhadap pangan
nasional. Meskipun demikian pembangunan yang melalui sawah
irigasi yang telah ditetapkan sebagai kawasan LP2B harus tetap
mengganti sesuai dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 2
78
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 40
tahun 2013 tentang Perlindungan LP2B Provinsi Jawa Tengah
yaitu:
• Seluas 3 kali luas yang digunakan dan mengganti biaya
infrastruktur jaringan irigasi yang terkena untuk dibangun
kembali pada pembukaan lahan sawah irigasi baru.
Peningkatan sawah irigasi dialokasikan pada ruang lahan
pertanian lahan kering yang memiliki potensi sumber daya air
(sesuai arahan lokasi dalam peta). Untuk mendukung sistem
ini akan diintegrasikan dalam rencana pengembangan
embung dan waduk sesuai arahan tata ruang.
• Untuk penggunaan pertanian lahan kering yang telah
ditetapkan dalam LP2B penggantiannya seluas 1 kali luasan
dari lahan yang terkena
g. Luasan kawasan berhutan yang direncanakan sebesar 20%
sampai tahun 2029. Dalam rangka memenuhi kebutuhan lahan
berhutan minimal 30% maka perlu arahan pada kawasan non
terbangun (terbuka) terutama pada kawasan peruntukkan
pertanian lahan kering minimal seluas 325 ribu hektar dari total
837 ribu hektar (38%) untuk menjadi kawasan berhutan.
h. Daya dukung air pada tahun 2013 berdasarkan hitungan
kebutuhan air layak yang dipenuhi oleh air permukan mengalami
deficit 1,85 milyar m3 atau sebesar 5,55%. Jawa Tengah sendiri
memiliki potensi sumber air dari Cekungan Air Tanah (CAT) antar
kabupaten kota dan juga di dalam kabupaten kota sebesar 7,57
milyar m3. Potensi tersebut tidak termasuk yang lintas provinsi.
Sehingga kebutuhan 2013 jika dipenuhi dari CAT mencukupi.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis
a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
bentang alam, dan melestarikan warisan budaya daerah;
b. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian daerah yang produktif, efisien, dan mampu bersaing;
c. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara
optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; d. pelestarian
dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;
79
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 41
d. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan
sebagai warisan dunia; Pengembangan kawasan tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan.
Tugas pokok dan fungsi Dinas dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029, sebagai berikut :
Tabel 3.4. Telaah Tata Ruang Wilayah (RTRW)
No.
Kebijakan RTRW
Tupoksi Dinas LHK
Permasalahan
Faktor Penghambat
dan Pendorong 1. Rencana Struktur Ruang Wilayah,
merupakan kerangka tata ruang
wilayah
Kebijakan:
Peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan infrastruktur
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah
Provinsi
Strategi:
Mengembangkan prasarana lingkungan permukiman untuk
meningkatkan kualitas keterpaduan
sistem penyediaan pelayanan
regional untuk air bersih,
persampahan, drainase dan limbah
Rencana: Pengembangan prasarana
penyehatan lingkungan, meliputi :
a. Pengembangan prasarana
persampahan
b. Prasarana limbah dan drainase
c. Pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan
lintas wilayah administratif
Pengelolaan sampah,
limbah bahan
berbahaya
beracun,
pengendalian
pencemaran dan
kerusakan
lingkungan
hidup
1. Ketersediaan lahan bagi
pengembangan
sarpras
terbatas.
2. Pembangunan
fisik sapras membutuhkan
koordinasi
dengan pihak
lain khususnya
sarpras limbah dan sarpras
lingkungan
untuk lintas
wilayah.
3. Pengembangan
sarpras limbah usaha/kegiata
n skala kecil
membutuhkan
kontinuitas
pemeliharaan
yang sulit untuk dipenuhi
oleh
masyarakat.
Faktor Penghambat:
1. Pengembangan
sapras
membutuhkan
biaya yang
besar dan membutuhkan
kerjasama
pemerintah
daerah
khususnya lintas kab/kota.
2. Regulasi
pengembangan
TPA regional
yang sulit
dipenuhi. Faktor Pendorong:
1. Adanya kondisi
darurat sampah
mendorong
semua pihak
dalam pengembangan
sarpras
sampah.
2. Alternatif
pemanfaatan sampah dengan
memanfaatkan
teknologi
2.
Rencana Pola Ruang Wilayah,
merupakan rencana distribusi peruntukan wilayah
Kebijakan:
a. Pemeliharaan dan perwujudan
kelestarian fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup;
b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup
Strategi:
a. Penetapan kawasan lindung di
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi
b. Mewujudkan kawasan hutan
dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas
Pengkajian
dan penanganan
dampak
lingkungan
hidup,
pengembanga
n kapasitas dan fasilitas
teknis
ligkungan
hidup
Penataan dan pemanfaatan
hutan
Pengelolaan
Daerah Aliran
1. Pembangunan
yang berorientasi
pertumbuhan
dengan
mengesamping
kan nilai-nilai
kelestarian lingkungan
berdampak
pada
penurunan
kualitas
lingkungan 2. Kondisi
kawasan
lindung
khususnya
kawasan hutan
Faktor
Penghambat: 1. Komitmen
semua level
pemerintahan
dalam
Pengendalian
kualitas lingkungan
hidup masih
kurang;
2. Kebutuhan
manusia dalam
memenuhi kebutuhannya
seiring dengan
pertambahan
jumlah
penduduk
80
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 42
Daerah Aliran Sungai dengan
sebaran proporsional;
c. Mengembalikan dan
meningkatkan fungsi kawasan
lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka
mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilayah;
d. Mengarahkan kawasan rawan
bencana sebagai kawasan lindung
Rencana:
a. Menyelenggarakan upaya terpadu
untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup;
b. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. Melindungi kemampuan
lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
d. Mencegah terjadinya tindakan
yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan
perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang
berkelanjutan;
e. Mengendalikan pemanfaatan
sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini
dan generasi masa depan
f. Mengelola sumber daya alam tak
terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam
yang terbarukan untuk
menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya;
g. Mengembangkan kegiatan
budidaya yang mempunyai daya
adaptasi bencana di kawasan
rawan bencana
Sungai,
Rehabilitasi
hutan/lahan,
konservasi
sumber daya
alam
Penyuluhan,
pemberdayaa
n masyarakat
di bidang kehutanan,
penegakan
hukum
lingkungan
hidup dan
perlindungan hutan
lindung yang
mengalami
degradasi
kualitas karena
pembukaan
ilegal oleh masyarakat.
3. Intensitas
bencana banjir
dan tanah
longsor yang menimbulkan
kerugian
material dan
nonmaterial.
4. Penegakan
hukum lingkungan
hidup dan
kehutanan
kurang dapat
dilakukan
karena keterbatasan
SDM yang
memenuhi
syarat.
3. Perubahan
iklim yang
berdampak
pada
peningkatan
intensitas bencana
Faktor pendorong:
1. Peran serta
masyarakat dalam
pengembangan
hutan rakyat
berkelanjutan
2. Kemudahan
dalam perizinan mendorong
tertib
usaha/kegiatan
sehingga
mudah
dikendalikan dalam
pengelolaan
lingkungan
3. Maraknya
komunitas-komunitas
milenial pedul
lingkungan
4. Mantapnya
kelembagaan
pengelola kawasan
lindung
5. Adanya
komitmen
pemerintah pusat dalam
perbaikan
kualitas
lingkungan
khususnya
dalam rehabilitasi di
dalam kawasan
hutan.
3. Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan:
a. Pelestarian dan peningkatan
fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan
ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati,
mempertahankan dan
meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang
Penataan dan pemanfaatan
hutan
Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai,
Rehabilitasi
hutan/lahan,
konservasi
sumber daya
alam
1. Pemanfaatan kawasan
Dataran Tinggi
Dieng untuk
lahan
pertanian hortikultura
2. Sedimentasi
dan enceng
gondok pada
Danau Rawa
pening 3. Sedimentasi
Faktor Penghambat:
1. Kesadaran
masyarakat
dalam
memanfaatkan sumber daya
alam yang
kurang
mengindahkan
daya dukung
dan tampung lingkungan
81
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 43
alam, dan melestarikan warisan
budaya daerah;
b. Pelestarian dan peningkatan nilai
kawasan lindung yang ditetapkan
sebagai warisan dunia
Strategi: a. Menetapkan kawasan strategis
provinsi berfungsi lindung;
b. Mencegah pemanfaatan ruang di
kawasan strategis provinsi yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
c. Membatasi pemanfaatan ruang di
sekitar kawasan strategis
provinsi yang berpotensi
mengurangi fungsi lindung
kawasan; d. Membatasi pengembangan
prasarana dan sarana di dalam
dan di sekitar kawasan strategis
provinsi yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budi
daya; e. Mengembangkan kegiatan budi
daya tidak terbangun di sekitar
kawasan strategis provinsi yang
berfungsi sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan
kawasan budi daya terbangun;
f. Merehabilitasi fungsi lindung
kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang
berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis
provinsi.
g. Melestarikan keaslian fisik serta
mempertahankan keseimbangan
ekosistemnya; h. Meningkatkan kepariwisataan
provinsi;
i. Mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
j. Melestarikan keberlanjutan
lingkungan hidup. Rencana:
Kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup yang
meliputi: a. Kawasan Taman Nasional
Merapi;
b. Kawasan Taman Nasional
Merbabu;
c. Kawasan Taman Nasional
Karimunjawa; d. Kawasan Dataran Tinggi Dieng;
e. Kawasan Sindoro Sumbing;
f. Kawasan Rawa Pening;
g. Kawasan Segara Anakan;
h. Daerah Aliran Sungai Garang; i. Kawasan Daerah Aliran Sungai
kritis lintas kabupaten/kota;
j. Kawasan Kebun Raya
Baturraden;
k. Kawasan Pantai Ujung Negoro-
Roban; l. Kawasan Gunung Lawu;
m. Kawasan Gunung Slamet.
Penyuluhan,
pemberdayaa
n masyarakat
di bidang
kehutanan,
penegakan hukum
lingkungan
hidup dan
perlindungan
hutan
pada Segara
Anakan
4. Eksploitasi
kawasan
penyangga
Taman Nasional
Karimunjawa
5. Alih fungsi
lahan pada
hulu DAS Garang
Faktor Pendorong:
1. Kelembagaan
pengelola
kawasan yang
sudah mantap
2. Adanya komitmen
pemerintah
pusat yang
menetapkan
Danau Rawa Pening sebagai
danau prioritas
nasional
3. Tumbuhnya
ekowisata di
sekitar penyangga
kawasan
4. Pengukuran
kualitas
lingkungan
secara berkala 5. Adanya
dorongan dari
LIPI untuk
menjadikan
kawasan strategis
sebagai cagar
biosfer.
6. Rencana
perluasan
Tahura KGPAA Mangkunagoro
I
82
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 44
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan kawasan
adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
Rencana struktur tata ruang Jawa Tengah terdiri dari 4 Sistem, yaitu
Pedesaan, Perkotaan, Perwilayahan, dan Jaringan Prasarana Wilayah.
Pengelolaan lingkungan hidup sangat terkait erat dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah RTRW. Semakin tinggi tingkat kesesuaian
pembangunan infrastruktur dengan RTRW yang telah ditetapkan semakin
baik pengelolaan lingkungan hidupnya.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009-2029 pada pasal 3 huruf (h) bahwa RTRW Provinsi
Jawa Tengah menjadi pedoman untuk rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Rencana Pola Ruang Jawa Tengah menempatkan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah sebagai
Pelaksana Utama untuk Perwujudan Hutan Lindung, Perwujudan
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, Perwujudan
Pengembangan Kawasan Hutan Produksi, Perwujudan Kawasan Hutan
Rakyat, selain itu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menjadi
Pelaksana Pendukung pada Rencana Pengembangan Sungai,
Pengembangan Waduk, Pengembangan Embung, Perwujudan Kawasan
Resapan Air, Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat, Perwujudan
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah dan Kawasan Pengungsian Satwa,
Perwujudan Kawasan Lindung Geologi, Kawasan Strategis Provinsi Jateng
dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup.
Rencana Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah antara lain dari
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
menempatkan Kawasan Hutan Jawa Tengah sebagai kawasan yang
strategis (diantaranya TN Merapi, TN Merbabu, TN Karimunjawa, Dataran
Tinggi Dieng, Sindoro Sumbing, Rawa Pening, Segara Anakan, DAS
Garang, KR Baturraden, Gunung Lawu, Gunung Slamet) Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 telah merinci
Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Jangka Menengah Kehutanan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 adalah sebagai berikut:
1. Indikasi Program Utama Perwujudan Sistem Jaringan
Pelaksana Pendukung Pengembangan Sungai (Konservasi Sumber
Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, Pengendalian Daya Rusak
83
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 45
Air Sungai), Pengembangan Waduk (Konservasi Sumber Daya Air
Waduk, Pendayagunaan Sumber Daya Air waduk, Pengendalian Daya
Rusak Air Waduk), Pengembangan Embung.
2. Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
a. Pelaksana Utama Perwujudan Hutan Lindung (Rehabilitasi dan
pemantapan fungsi kawasan hutan lindung, Pengembangan dan
pengelolaan kawasan hutan lindung). Perwujudan Kawasan Hutan
Lindung Secara Fisiografis Seperti Hutan Lindung (Rehabilitasi dan
Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan pengelolaan
kawasan)
b. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Resapan Air
(Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan
pengelolaan Kawasan)
c. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat
(Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan
Pengelolaan Kawasan)
d. Pelaksana Utama Perwujudan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian
Alam dan Cagar Budaya (Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi
Kawasan, Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Suaka Alam,
Pelestarian Alam dan Cagar Budaya)
e. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Perlindungan Plasma
Nutfah dan Kawasan Pengungsian Satwa (Rehabilitasi dan
Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan Pengelolaan
Kawasan)
f. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Lindung Geologi
(Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan
Pengelolaan Kawasan)
g. Pelaksana Utama Perwujudan Pengembangan Kawasan Hutan
Produksi (Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan,
Pengembangan dan Pengeloaan Kawasan)
Pelaksana Utama Perwujudan Kawasan Hutan Rakyat (Rehabilitasi
dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan Pengelolaan
Kawasan
3. Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi
Pelaksana Pendukung
Perwujudan Kawasan Strategis Prov Jateng dari Sudut Kepentingan
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup (Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi) Memperhatikan arahan
RTRWP, maka permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan tugas
84
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 46
pokok dan fungsi pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan
Provinsi Jawa Tengah pada prinsipnya sama dengan permasalahan
yang akan dihadapi dalam mewujudkan RTRWP Provinsi Jateng 2009
s.d 2029. Atas arahan dalam RTRWP telah menjadi pendorong utama
untuk meningkatkan pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Jawa Tengah khususnya untuk mewujudkan luas tutupan
hutan minimal 30% dari luas daratan dan tersebar secara proporsional.
b. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, pelanggan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dan memperhatikan Visi, Misi, Program Kerja Gubernur dan Wakil
Gubernur Periode 2018 – 2023 yang dituangkan dalam RPJMD Jawa
Tengah Periode 2018 - 2023, Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Periode 2014 – 2019, RTRWP Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029
dan Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis, terhadap hasil identifikasi
isu-isu pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di Jawa Tengah
dan analisis internal, berdasarkan pelingkupan tersebut ditetapkan
beberapa isu strategis yang akan ditangani sebagai berikut:
1. Masih adanya sungai dalam kondisi tercemar;
Kondisi tercemar sungai di Jawa Tengah meliputi cemar ringan sampai
sedang.
2. Meningkatnya jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan
cakupan pelayanan;
Kondisi pelayanan pengelolaan sampah pada tahun 2018 baru sebesar
25,27%.
3. Meningkatnya emisi gas rumah kaca yang didominasi oleh sektor energi
dan transportasi;
Pertumbuhan industri dan kendaraan pribadi meningkatkan emisi gas
rumah kaca.
4. Meskipun kualitas udara masih dalam kondisi baik (bawah baku mutu)
tetapi untuk indikator HC sudah melebihi baku mutu.
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menghasikan emisi gas
buang akibat perawatan kendaraan yang kurang memadai dan
penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM).
5. Masih adanya lahan kritis walaupun kondisi daya dukung fungsi
lindung dalam kategori baik;
Penanganan lahan kritis terus dilakukan karena belum selesai pada
RPJMD sebelumnya.
85
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 47
6. Meningkatnya kerusakan hutan akibat pencurian kayu dan kebakaran
hutan;
Bahaya kebakaran hutan menjadi mengancam setiap tahun terutama
pada musim kemarau panjang.
7. Tuntutan dunia internasional hasil hutan kayu berasal dari hutan
lestari;
Pengelolaan hutan produksi lestari menjadi isu internasional dalam
perdagangan kayu.
8. Masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat sekitar hutan.
Kemiskinan di desa masih didominasi desa sekitar hutan sehingga
membutuhkan upaya sinergis dan berkesinmabungan.
86