bab iii isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan...

33
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 54 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Lingkungan dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana permasalahan infrastruktur dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan baik, tiap-tiap permasalahan juga diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilannya dimasa datang. Faktor-faktor penentu keberhasilan adalah faktor kritis, hasil kinerja, dan faktor-faktor lainnya yang memiliki daya ungkit yang tinggi dalam memecahkan permasalahan pembangunan atau dalam mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi SKPD/ OPD dalam pelayanannya berdasarkan tugas dan fungsinya, maka dilakukan identifikasi permasalahan dari aspek lingkungan internal, yakni kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Kedua aspek tersebut menjadi sangat penting dalam menunjang keberhasilan program-program dan kegiatan yang telah ditetapkan dan yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi dan misi Gubernur. Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang. Berdasarkan penyelenggaraan pelayanan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah teridentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pelanggan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut : 1) Masih adanya sungai dalam kondisi tercemar Sungai yang tercemar berdasarkan sumbernya berasal dari limbah domestik, selain dari limbah domestik rumah tangga, sektor industri besar/menengah/kecil juga berkontribusi menyumbang pencemaran dan banyak industri garmen yang belum mengolah air limbah domestik yang sebagian besar bersumber dari karyawan.

Upload: others

Post on 09-Oct-2019

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 54

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Dinas Lingkungan dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul

dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang

tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak

diantisipasi. Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana permasalahan

infrastruktur dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan baik, tiap-tiap

permasalahan juga diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilannya

dimasa datang. Faktor-faktor penentu keberhasilan adalah faktor kritis,

hasil kinerja, dan faktor-faktor lainnya yang memiliki daya ungkit yang

tinggi dalam memecahkan permasalahan pembangunan atau dalam

mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi

SKPD/ OPD dalam pelayanannya berdasarkan tugas dan fungsinya, maka

dilakukan identifikasi permasalahan dari aspek lingkungan internal, yakni

kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Kedua aspek tersebut

menjadi sangat penting dalam menunjang keberhasilan program-program

dan kegiatan yang telah ditetapkan dan yang akan dilakukan dalam

mewujudkan visi dan misi Gubernur.

Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan

atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena

dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat

penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.

Berdasarkan penyelenggaraan pelayanan pada Dinas Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah teridentifikasi beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, pelanggan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah

sebagai berikut :

1) Masih adanya sungai dalam kondisi tercemar

Sungai yang tercemar berdasarkan sumbernya berasal dari limbah

domestik, selain dari limbah domestik rumah tangga, sektor industri

besar/menengah/kecil juga berkontribusi menyumbang pencemaran

dan banyak industri garmen yang belum mengolah air limbah domestik

yang sebagian besar bersumber dari karyawan.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 55

2) Menurunnya kualitas udara di Jawa Tengah

Kualitas udara di Jawa Tengah (perumahan, industri dan padat lalu

lintas) untuk parameter Hidrokarbon (HC) melebihi baku mutu ambien

hal ini disebabkan jumlah kendaraan bermotor yang menghasilkan

emisi gas buang kurang memadai kondisi kendaraan dan penggunaan

BBM dengan kualitas kurang baik.

3) Meningkatnya jumlah timbulan sampah (limbah padat) yang tidak

sebanding dengan cakupan pelayanan serta sarana prasarana

pengolahan sampah.

Pada umumnya layanan tidak sampai menjangkau pemukiman yang

berada pada sempadan sungai, danau dan wilayah pesisir walaupun

pemukiman tersebut cukup padat.

4) Usaha/kegiatan skala kecil/menengah/besar di Jawa Tengah yang

mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Belum

terkelolanya secara baik limbah cair dan limbah B3 sebagian rumah

sakit pemerintah dan hotel memberikan kontribusi yang cukup berarti

terhadap pencemaran di Jawa Tengah, sehingga isu limbah cair dan

limbah B3 rumah sakit dan hotel patut menjadi isu prioritas.

5) Meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) utamanya dari sektor energi

dan transportasi yang mengakibatkan perubahan iklim dan yang

berdampak pada eksistensi keanekaragaman hayati, degradasi lahan,

lahan kering, kehilangan badan air, kenaikan temperatur serta

pergeseran musim.

6) Masih adanya lahan kritis yang menurunkan fungsi hidroorologis DAS

dan Fungsi Pemanfaatan air;

Tingkat kerusakan dan degradasi hutan dan lahan yang masih cukup

tinggi, sehingga hutan dan lahan belum dapat berfungsi dengan

optimal, baik sebagai unsur produksi, unsur penyangga dan pengatur

kondisi hidroorologis wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). Dampak

yang ditimbulkan adalah bencana banjir yang secara rutin tahunan

menimpa wilayah Jawa Tengah, demikian pula dengan kejadian tanah

longsor, dan kebakaran hutan di musim kemarau.

7) Meningkatnya kerusakan hutan akibat pencurian kayu dan kebakaran

hutan;

Kerusakan hutan yang diakibatkan pencurian dan kebakaran hutan

merupakan gangguan keamanan hutan yang masih sering terjadi.

Dampak negatif yang ditimbulkan antara lain kerusakan ekologis,

menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan

dan produktifitas tanah.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 56

8) Tuntutan dunia internasional hasil hutan kayu berasal dari hutan

lestari; Sertifikasi legalitas kayu berbasis skema SVLK merupakan

salah satu langkah strategis terutama dalam rangka meningkatkan

nilai perdagangan kayu ke luar negeri.

9) Masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat sekitar hutan;

Masih tingginya masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan

memberikan gambaran bahwa keberadaan hutan yang selama ini

dimanfaatkan ternyata belum banyak memberikan manfaat ekonomi

secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di

sekitarnya.

10) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya

alam yang aman dan berkelanjutan;

Pengelolaan SDA yang dilakukan secara tidak terkendali oleh

masyarakat telah menyebabkan kerusakan lingkungan, merosotnya

cadangan SDA, dan berkurangnya kualitas ruang tempat manusia dan

makhluk hidup berada mempertahankan eksistensinya.

Tabel 3.1 Pemetaan Permasalahan Pelayanan Perangkat Daerah

No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Penataan, Pengkajian Dampak dan Pengembangan Kapasitas

1 Minimnya pengelolaan

lingkungan hidup

Kurangnya pemahaman

masyarakat/pelaku usaha terhadap pengelolaan LH

Kurang optimalnya

peran stakeholder pendukung dalam sosialisasi pengelolaan

lingkungan hidup Belum optimalnya

sosialisasi tentang pengelolaan lingkungan hidup

2 Kurangnya akses data dan Informasi

lingkungan hidup

Minimnya data, dan informasi lingkungan

hidup

Belum optimalnya penerapan teknologi

informasi (basis data) pada kegiatan inventarisasi,

pengelolaan data dan penyajian informasi

Lingkungan hidup;

2 RPPLH belum disusun Belum terintegrasinya Rencana Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan HIdup (RPPLH) dalam RPJMD

RPPLH Nasional belum tersusun, Data terkait

Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun, Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

1 Pengendalian mutu dan pengembangan

Penerapan system manajemen laboratorium

Sarana dan prasarana dan SDM

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 57

No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

laboratorium kurang

optimal

(ISO 17025:2017) dan

system pelayanan public (ISO 9001:2015)

2 Pengujian kualitas lingkungan kurang maksimal

Penerimaan jasa uji kualitas lingkungan terbatas

Sarana dan prasarana dan SDM

Pemeliharaan dan kalibrasi alat/jaminan

mutu pengujian terhambat

Sarana dan prasarana dan SDM

Lamanya laporan hasil pegujian kualitas lingkungan

Sarana dan prasarana dan SDM

3 Menurunnya kualitas lingkungan hidup (air,

udara, dan laut)

Meningkatnya pencemaran lingkungan

hidup di Jawa Tengah

Rendahnya kesadaran dan kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan hidup

Rendahnya ketaatan pelaku usaha terhadap peraturan bidang

lingkungan hidup

4 Meningkatnya jumlah

timbulan sampah, limbah cair/limbah B3

Pertumbuhan penduduk

Meningkat jumlah usaha

kegiatan

Kurangnya

Pemahaman pelaksanaan pemilahan

sampah pada sumbernya

Perubahan prilaku masyarakat

membutuhkan waktu Sarpras pengelolaan sampah terbatas

Penataan dan Pemanfaatan Hutan

1 Pengelolaan hutan

seperti perubahan fungsi, penggunaan

kawasan hutan serta pengolahan hasil hutan masih banyak

yang belum tuntas

Belum tertibnya ijin

pengelolaan hutan dan pengelolaan hasil hutan

Pemahaman terkait

tertib ijin dari unit pengelolaan hutan dan

pengolahan hasil hutan belum optimal

2 Produksi hasil hutan

yang belum stabil

Manajemen pengelolaan

huta pada unit pengelolaan hutan dan pengolahan hasil hutan

belum sesuai dengan peraturan yang berlaku

Pengelolaan hutan

pada unit pengelolaan dan pengolahan hasil hutan belum optimal.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam

1 Menurunnya fungsi hutan sebagai sstem

penyangga kehidupan

Menurunnya daya dukung daerah aliran

sungai sehingga mengakibatkan bencana banjir, erosi, longsor dan

kekeringan

Tutupan vegetasi pada beberapa wilayah DAS

belum mantap dan pola usaha tani wilayah hulu DAS yang kurang

menerapkan prinsip-prinsip konservasi

tanah dan aiar

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 58

No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Habitat beberapa jenis

tumbuhan dan satwa sebagai sumber plasmanutfah menurun

datya dukungnya

Terjadinya perambahan

kawasan hutan, perburuan dan perdagangan

tumbuhan dan satwa yang dilindungi secara

illegal dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian

tumbuhan dan satwa langka

Penyuluhan, Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Perlindungan Hutan

1 Pengembangan dan

peningkatan kelas kelompok tani hutan belum optimal

Perkembangan usaha

produktif kelompok masyarakat masih rendah

Akses informasi

terbatas Rentang kendali dengan distribusi

penyuluh jauh Pengembangan SDM

terbatas, Wahana gelar teknologi terbatas

2 Kurang optimalnya

fungsi pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum

Minimnya jumlah SDM

Pengawas lingkungan dan pengendali dampak lingkungan;

Kurangnya SDM teknis

yang menguasai aspek perizinan lingkungan, pengendalian

pencemaran air, udara, pengelolaan B3,

pengelolaan limbah B3, pengelolaan sampah sejenis sampah rumah

tangga dan limbah non B3 dalam rangka pelaksanaan

pengawasan atas aduan masyarakat

3 Hasil pengawasan belum optimal

Layanan pengawasan LHK tidak dilakukan oleh

PPLHD fungsional

Belum ada PPLHD

4 Peningkatan kapasitas untuk SDM sebagai

mediator LH belum ada

Penyelesaian sengketa belum tuntas

Belum tersedia sarpras mediator

5 Belum pahamnya tata cara pembentukan

lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa LH

Belum ada lembaga penyelesaian sengketa

Tidak tersedia PPNS

6 Masih seringnya terjadi gangguan

keamanan hutan (Kebakaran, pencurian kayu, dll)

Jumlah Polhut dan tenaga pengamanan

hutan terbatas

Rasio personil dengan luas kawasan hutan

tidak sebanding, Tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar

hutan masih rendah

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 59

3.2 TELAAH VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL

KEPALA DAERAH TERPILIH

Untuk melakukan analisis terhadap tugas pokok dan Fungsi Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah yang terkait

dengan visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah

perlu dilakukan telaahan terhadap visi, misi dan program tersebut. Adapun

visi dan misi dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah adalah

sebagai berikut:

Visi :

“Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan berdikari”

Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi

Visi pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2018-2023

merupakan keberlanjutan dari cita-cita pembangunan Jawa Tengah tahun

2013-2018. Makna yang terkandung dalam visi sebagai berikut:

Sejahtera

Masyarakat Jawa Tengah Sejahtera adalah masyarakat yang

tercukupi segala kebutuhan dasarnya secara adil dan merata berprinsip

pada peri kemanusiaan dan peri keadilan. Masyarakat sejahtera juga

terbebas dari ketidakmerdekaan, kebodohan, kesakitan, kelaparan, serta

ancaman dari perlakuan atau tindak kekerasan fisik maupun non fisik.

Dalam lingkungan masyarakat yang sejahtera akan tercipta hubungan

sosial yang nyaman dan aman, tanpa adanya diskriminasi SARA, serta

tercipta relasi yang dinamis, saling menghargai, saling pengertian, dan

toleransi yang tinggi. Ketercukupan kebutuhan masyarakat juga didukung

dengan pemenuhan prasarana dan sarana dasar, pelayanan publik, ruang

publik, transportasi, serta teknologi yang harus disediakan secara cukup

dan menerus, untuk mencapai kemajuan dan perkembangan kehidupan

masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.

Berdikari

Berdikari merupakan sebuah tujuan agar masyarakat mampu

memenuhi segala kebutuhan dasarnya secara mandiri dan cukup. Dengan

begitu, berdikari menjadi sebuah metode untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidupnya berbasis modal pokok

milik sendiri, baik sumberdaya alam, manusia, sosial, budaya, ekonomi,

dan politik. Sedangkan sumberdaya yang berasal dari luar merupakan

tambahan apabila diperlukan.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 60

Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang sejahtera dan

berdikari dilandasi semangat dan nilai utama Mboten Korupsi, Mboten

Ngapusi. Nilai ini dimanifestasi dalam sikap, tindakan, dan laku seluruh

masyarakat Jawa Tengah untuk dapat bersama mencapai kesejahteraan

yang berdikari.

Misi

Dalam rangka upaya menuju pencapaian visi pembangunan daerah

Jawa Tengah tahun 2018-2023, ditetapkan misi pembangunan daerah

yaitu:

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan

guyub untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia

Misi ini menggambarkan sebuah kondisi yang ingin diciptakan

dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, tercermin dari

rasa aman dan nyaman yang dirasakan dalam kehidupan masyarakat.

Kondisi yang tercipta merupakan manifestasi implementasi nilai-nilai

religius dalam kehidupan masyarakat. Membangun masyarakat Jawa

Tengah yang religius, toleran, dan guyup ini adalah dengan menciptakan

kondisi obyektif yang memungkinkan interaksi antar umat beragama

untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain, mendorong

keberagaman, kebhinekaan, dan toleransi dalam kerangka kesatuan.

Upaya yang dilakukan antara lain dengan menguatkan

pemahaman keberagaman dan kebhinekaan sejak usia dini,

mengembangkan ruang-ruang publik untuk membangun komunikasi

antar masyarakat melalui kegiatan seni dan rekreasi, serta mendorong

kearifan lokal dalam bentuk gerakangerakan masyarakat termasuk

gerakan gotong royong. Dalam misi ini terkandung tujuan untuk

menciptakan kehidupan masyarakat Jawa Tengah yang aman dan

nyaman, tanpa ada konflik sosial maupun agama, bahkan konflik SARA,

dan tercipta kohesi sosial masyarakat yang baik.

2. Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas

sasaran ke pemerintahan Kabupaten/Kota

Misi kedua ini bertujuan untuk semakin mempercepat

implementasi reformasi birokrasi secara optimal, yang pada periode

sebelumnya telah terwujud dalam membaiknya tata kelola pemerintahan

Jawa Tengah berlandaskan nilai “Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”.

Dalam lima tahun kedepan, reformasi birokrasi diharapkan semakin

diperluas sampai ke pemerintah kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Reformasi birokrasi yang diharapkan kedepan adalah pada tiga

dimensi utama yaitu pelayanan publik yang semakin dinamis, efektivitas

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 61

dan efisiensi manajemen pemerintahan, serta profesionalisme.

Pelayanan publik yang dinamis diwujudkan dengan membangun open

government dan pemerintahan yang responsif. Open government

dilakukan dengan perkuatan keterbukaan informasi publik,

transparansi, partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemerintahan,

serta meningkatkan komunikasi dan serapan aspirasi publik.

Sedangkan pemerintahan yang responsif tercermin dalam respon

pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dalam menghadapi aduan

dan persoalan riil masyarakat, dengan cepat dan tepat, baik dalam

bentuk kebijakan maupun kegiatan. Pelayanan publik yang dinamis,

terbuka, dan responsif diikat dalam satu tagline pelayanan yang mudah,

murah, cepat, serta didukung inovasi dan teknologi informasi.

Efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan

tergambarkan dalam proses perencanaan, penganggaran, serta evaluasi

pembangunan yang akuntabel. Manajemen pembangunan Jawa Tengah

kedepan tidak hanya fokus pada kerja tetapi kinerja, dan berorientasi

pada hasil (outcome). Untuk itu perlu juga dilakukan pengawasan dalam

prosesnya, sejak dimulainya proses perencanaan, implementasi hingga

evaluasi.

Agar dapat melaksanakan manajemen pemerintahan yang baik

dan bersih maka dibutuhkan kelembagaan/organisasi yang tepat dan

didukung dengan profesionalisme aparatur. Profesionalisme aparatur

terejawantahkan dalam bentuk integritas aparatur yang dibangun

melalui kompetensi dan etika menuju integritas pribadi dan institusi,

mendorong birokrasi yang inovatif, dan dijamin dalam quality assurance

aparatur.

3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja

baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran

Misi ini adalah untuk mengarahkan kebijakan program dan

kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dalam rangka menurunkan jumlah penduduk miskin, yang didukung

oleh perekonomian daerah yang stabil, berkualitas, inklusif, dan

menyebar.

Program pengentasan kemiskinan difokuskan kepada kelompok

sasaran utama, seperti petani, nelayan, pelaku UKM dan pekerja.

Program pengentasan kemisikinan tersebut perlu didukung oleh

pertumbuhan ekonomi yang tersebar, inklusif, dan berkualitas, yakni

pertumbuhan ekonomi yang menyebar di seluruh wilayah Jawa Tengah,

memperhitungkan kelestarian lingkungan dan keberlangsungan

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 62

ketersediaan sumber daya, melibatkan seluruh kelompok masyarakat

dengan mengutamakan peran dan kontribusi kelompok masyarakat

yang kurang beruntung, dan menghapus praktek ekonomi biaya tinggi.

Program pengentasan kemiskinan ke depan juga diarahkan untuk fokus

pada pendidikan dan kesehatan terutama bagi rumah tangga miskin

pada dua desil terbawah, dengan sebaran pada wilayah kabupaten/kota

miskin di Jawa Tengah. Perluasan lapangan pekerjaan juga menjadi

penting bukan hanya untuk mengatasi pengangguran, namun juga

bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja untuk bisa bekerja

lebih dari 15 jam per minggu.

4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih

berbudaya dan mencintai lingkungan

Misi keempat mengarah pada kualitas dan daya saing

sumberdaya manusia Jawa Tengah, agar semakin sehat, pintar,

berbudaya, dan lebih mencintai lingkungan. Era globalisasi yang

semakin terbuka menuntut kualitas sumberdaya manusia yang mampu

bersaing secara kompetitif dalam kompetensi dan kualifikasi. Bonus

demografi yang saat ini telah dialami oleh Jawa Tengah dapat dijadikan

sebagai peluang sekaligus tantangan, bagaimana kedepan modal sosial

ini akan menempatkan Jawa Tengah sebagai salah satu daerah dengan

sumberdaya manusia yang mampu bersaing. Sehingga diharapkan,

dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang semakin baik,

dan menciptakan masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera.

Tidak hanya tentang kualitas dan daya saing sumberdaya

manusia yang diharapkan, namun juga bagaimana membentuk karakter

masyarakat Jawa Tengah yang semakin berbudaya. Di tengah arus

keterbukaan informasi dunia yang nyata kemudian bagaimana

masyarakat Jawa Tengah tetap kuat menjaga etika dan norma serta nilai

budaya asli Jawa Tengah, serta menjaga kearifan lokal sejak dini.

Program Unggulan

Program unggulan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah

tahun 2018-2023 yang harus diimplementasikan yaitu:

1. Sekolah tanpa sekat; pelatihan tentang demokrasi dan pemilu, gender,

anti korupsi dan magang gubernur untuk siswa SMA/SMK; Sekolah

tanpa sekat: pendidikan politik warga negara, pelatihan demokrasi dan

pemilu, gender, dan pendidikan anti korupsi, dan program magang

gubernur untuk SMA/SMK. Pendidikan tanpa sekat merupakan

integrasi pendidikan formal, informal, dan non formal sebagai

perwujudan bahwa urusan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 63

jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab keluarga dan

masyarakat.

2. Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitasi pendakwah dan guru ngaji;

Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitasi pendakwah, dan guru agama

sebagai media komunikasi antar agama dan penghayat untuk

membangun hubungan yang saling menyejahteraan menuju kehidupan

yang saling menghormati, terwujudnya kehidupan yang aman dan

nyaman tanpa adanya diskriminasi.

3. Reformasi birokrasi di kabupaten/kota yang dinamis berbasis teknologi

informasi dan sistem layanan terintegrasi; Reformasi birokrasi yang

diharapkan kedepan adalah pada tiga dimensi utama yaitu pelayanan

publik yang semakin dinamis, efektivitas dan efisiensi manajemen

pemerintahan, serta profesionalisme

4. Satgas kemiskinan, bantuan desa, rumah sederhana layak huni;

Merupakan satuan yang aktif dalam pendataan, perumusan masalah

dan perumusan kebijakan, serta pelaporan.

5. Obligasi daerah, kemudahan akses kredit UMKM, penguatan BUMDes

dan pelatihan startup untuk Wirausaha Muda; Obligasi karena

menurunnya kapasitas fiskal. Adanya kebutuhan proyek yang harus

segera dilaksanakan. Tetepi kapasitas fiskal tidak cukup untuk

membiayai.

6. Menjaga harga komoditas dan asuransi gagal panen untuk petani serta

melindungi kepentingan nelayan; Dilakukan dengan perlindungan harga

dan menjamin pemasaran produk pertanian; pemerintah membeli secara

langsung produk pertanian dengan menugaskan BUMD pertanian; serta

penguatan kelembagaan petani di tingkat desa sebagaimana tertuang

dalam amanat Perda No 5 tahun 2016.

7. Pengembangan transportasi massal, revitaliasi jalur kereta dan bandara

serta pembangunan embung/irigasi; Program ini dilakukan dengan

melakukan perluasan koridor BRT; subsidi KA Semarang-Solo dan KA

Semarang-Purwokerto; jalan penghubung utaraselatan Jawa Tengah,

dalam rangka meningkatkan koneksitas, serta untuk percepatan

pergerakan manusia, barang dan jasa.

8. Pembukaan kawasan industri baru dan rintisan pertanian terintegrasi;

Afirmasi kebijakan tumbuhnya kawasan industri baru di perbatasan

barat dan selatan, dalam mempercepat proses persebaran pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi. Rintisan pertanian terintegrasi dimaksudkan

dengan integrasi vertikal hulu hilir, integrasi holistik perpanjangan

rantai energi untuk menghasilkan 5F (food, feed, fuel, fertilizer, fiber).

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 64

Selain itu juga mengembangkan konsep pertanian terintegrasi sektoral

(mayor sektoral) dan sektor terintegrasi dalam pertanian (pertanian

mayor), integrasi berbasis konsolidasi lahan (penerapan mekanisasi

penuh), integrasi berbasis organisasi pertanian contoh pertanian

organik, gula semu, serta kawasan pertanian terintegrasi berbasis

unggulan.

9. Rumah sakit tanpa dinding, sekolah biaya pemerintah khusus untuk

siswa miskin (SMAN, SMKN, SLB) dan bantuan sekolah swasta, ponpes,

madrasah dan difabel; RS tanpa dinding mengubah paradigma

kesehatan dari kuratif ke promotif dan preventif, penanganan kesehatan

jemput bola, serta pengembangan kesehatan lingkungan. Program ini

untuk meningkatkan kapasitas masyarakat melalui kombinasi program

kesehatan dan pendidikan serta kesehatan lingkungan.

10. Festival seni serta pengembangan infrastruktur olahraga, rumah

kebudayaan dan kepedulian lingkungan. Program ini adalah mendorong

kegiatan-kegiatan seni, kebugaran (olahraga prestasi dan rekreasi), serta

mengembangkan rumah kebudayan sebagai wadah forum publik saling

bertemu dan komunikasi tentang seni dan budaya.

Dalam mencapai visi dan misi pembangunan daerah Jawa Tengah

lima tahun kedepan, menggunakan Trisakti Bung Karno sebagai haluan

politik. Yang pertama adalah berdaulat di bidang politik yang diartikan

sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut hajat hidup mereka, yang menjadikan masyarakat juga

sebagai subyek politik dalam pembangunan. Hal ini didasari berbagai

situasi bangsa saat ini, sehingga Jawa Tengah memiliki kewajiban untuk

aktif menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertama, nilai-nilai

Pancasila harus ditanamkan di benak rakyat; kedua, rakyat harus

dibangkitkan kesadarannya untuk berani membela Pancasila dan

menegakkan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, rakyat secara

sistematis merawat kelangsungan hidup bangsa dan negara, sekaligus

menjaga kedaulatannya sebagai warga negara. Sebab, tanpa negara, rakyat

tidak mungkin berdaulat; tanpa rakyat berdaulat, negara tidak akan nyata.

Yang kedua adalah berdikari dibidang ekonomi, yang digambarkan

sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada umumnya dan

di Jawa Tengah khususnya harus memberikan dampak pada peningkatan

kesejahteraan sekaligus kualitas hidup rakyat Jawa Tengah secara

berkelanjutan. Kesejahteraan harus meliputi, tercukupinya kebutuhan

dasar warga, seperti: pangan, perumahan, sandang, air bersih, kesehatan,

pekerjaan, pendidikan, alat transportasi, alat komunikasi dan lain-lain.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 65

Kemudian, terciptanya relasi sosial yang aman dan tidak diskriminatif,

serta tersedianya infrastruktur sosial, ekonomi, politik, keamanan dan

kebudayaan yang nyaman, memadahi dan terjangkau. Untuk itu, perlu

mengembangkan ekonomi berbasis pada sumber daya manusia dan

sumber daya alam lokal, demi mengurangi ketergantungan ekonomi dari

pihak luar. Sedang unsur luar merupakan tambahan apabila diperlukan,

serta membuka akses seluas-luasnya kepada rakyat untuk penghidupan

ekonomi yang lebih baik dengan prinsip berdikari dibidang ekonomi.

Ketiga adalah berkepribadian dalam kebudayaan, yang dijelaskan

sebagai berikut. Demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara,

pemanfaatan teknologi informasi harus diarahkan agar mampu mendorong

transparansi pemerintahan, penghargaan atas perbedaan, penggalangan

solidaritas sosial, dan penguatan gotong royong. Transparansi

pemerintahan diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran untuk

memerangi korupsi; membangun sikap menghormati atas perbedaan

merupakan keniscayaan mengingat keragaman merupakan kodrat alam;

menggalang solidaritas sosial untuk mempertahankan dan memajukan

kehidupan bersama; dan menguatkan budaya gotong royong sebagai

landasan untuk mempertahankan kepribadian bangsa. Semua itu perlu

dilakukan guna mencapai apa yang disebut dengan berkepribadian dalam

kebudayaan.

Tujuan Dan Sasaran

Agar visi dan misi pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2018-

2023 lebih terarah dalam implementasinya ke depan, maka visi dan misi

tersebut dijabarkan secara operasional dalam tujuan dan sasaran, disertai

dengan indikator kinerjanya. Penjabaran tujuan dan sasaran

pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2018-2023 meliputi 6 (enam)

tujuan dan 10 (sepuluh) sasaran, yang diuraikan sebagai berikut.

1. Misi 1: Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan

guyup untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi ini

memiliki tujuan membangun masyarakat Jawa Tengah semakin religius,

toleran, dan guyup, dengan sasaran terciptanya kohesi sosial

masyarakat. Tujuan misi ini diukur dengan menggunakan indikator

tidak terjadinya konflik SARA di Jawa Tengah, dengan indikator

sasarannya adalah indeks toleransi dan persentase tindak pidana yang

tertangani.

2. Misi 2: Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas

sasaran ke pemerintah kabupaten/kota Misi kedua bertujuan untuk

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 66

governance and clean government), dengan indikator kinerja tujuan

adalah Indeks Reformasi Birokrasi. Sasaran yang ingin diciptakan terdiri

dari 3 (tiga) hal yaitu: 1) Meningkatnya kualitas pelayanan publik; 2)

Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan; dan 3)

Meningkatnya efisiensi kelembagaan dan profesionalitas ASN.

3. Misi 3: Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan

kerja untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran Misi ketiga ini

memiliki 2 (dua) tujuan yaitu: 1) Menurunkan kemiskinan di Jawa

Tengah secara merata; dan 2) Menciptakan stabilitas ekonomi daerah

yang berkualitas, menyebar, dan inklusif berbasis potensi unggulan.

Ukuran keberhasilan yang diharapkan dari tujuan ini adalah angka

kemiskinan yang menurun, Indeks Gini, pertumbuhan ekonomi, inflasi,

PDRB per kapita, dan Indeks Williamson. Untuk itu sasaran yang ingin

dihasilkan dalam rangka mencapai tujuan ini adalah: 1) Meningkatnya

kualitas hidup penduduk miskin terutama penduduk miskin pedesaan,

dan kelompok rumah tangga dua desil terbawah; 2) Menurunnya

pengangguran terbuka; dan 3) Meningkatnya pertumbuhan sektor

unggulan daerah dan peran investasi terhadap ekonomi daerah.

4. Misi 4: Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih

berbudaya, dan mencintai lingkungan Misi ini bertujuan untuk: 1)

Membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM); dan 2)

Mewujudkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Jawa Tengah

yang lestari dan berkelanjutan dengan indikator Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup (IKLH). Sasaran yang ingin dicapai adalah: 1)

Meningkatnya kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat secara luas;

2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat; dan 3) Meningkatnya

kualitas air, udara, serta tutupan hutan

Sedangkan berdasarkan relevansi dan korelasi tugas pokok dan

fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur adalah terletak pada

Misi ke-3 Mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan memperkuat

basis ekonomi rakyat dan membuka ruang usaha baru dan Misi ke-4 :

“Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar lebih berbudaya

dan mencintai lingkungan”, yang bertujuan Menciptakan stabilitas

ekonomi daerah yang berdaya saing, berbasis potensi unggulan daerah,

dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan;

Berdasarkan rancangan agenda kebijakan pembangunan daerah

yang tertuang dalam rancangan RPJMD tahun 2018 – 2023 Kebijakan

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 67

pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan hidup dan penanggulangan

bencana

Jawa Tengah tahun 2018-2023 ditujukan dalam rangka

mewujudkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Jawa Tengah yang

lestari dan berkelanjutan dengan indikator tujuannya adalah Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup dan Indeks Risiko Bencana. Sasarannya

meliputi:

1) Meningkatnya kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat secara luas

2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

3) Meningkatnya kualitas air dan udara, serta tutupan hutan

Arah kebijakan daerah tahun 2018 - 2023 dalam upaya

pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan hidup dalam lima tahun

kedepan adalah:

1) Tahun 2019 : Peningkatan daya saing daerah melalui pemerataan

pembangunan dan pemanfaatan iptek, dengan arah kebijakan :

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta

penanggulangan bencana

2) Tahun 2020 : Peningkatan kesejahteraan masyarakat didukung

peningkatanKualitas Hidup dan Kapasitas Sumber Daya Manusia,

dengan arah kebijakan : Percepatan pengurangan kemiskinan dan

pengangguran, Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas Sumber

Daya Manusia Jawa Tengah Menuju Jawa Tengah berdaya saing;

3) Tahun 2021 : Peningkatan kesejahteraan dan perekonomian

masyarakat didukung penguatan daya saing SDM, dengan arah

kebijakan: Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran,

Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas Sumber Daya Manusia

Jawa Tengah Menuju Jawa Tengah berdaya saing;

4) Tahun 2022 : Peningkatan kesejahteraan dan perekonomian

masyarakat didukung penguatan daya saing Daerah, dengan arah

kebijakan: Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran,

Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas Sumber Daya Manusia

Jawa Tengah Menuju Jawa Tengah berdaya saing;

5) Tahun 2023 : Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang semakin

sejahtera dan berdikari, dengan arah kebijakan: Percepatan

pengurangan kemiskinan dan pengangguran, Peningkatan kualitas

hidup dan kapasitas Sumber Daya Manusia Jawa Tengah Menuju

Jawa Tengah berdaya saing;

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 68

Untuk itu maka strategi Optimalisasi pemanfaatan potensi

sumberdaya hutan kayu dan kayu dan Strategi Pengelolaan Sumber

Daya Alam dan Lingkungan Hidup dapat dijelaskan melalui:

1) Optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya hutan kayu dan kayu

melalui:

a. Legalisasi sertifikasi kayu dan perijinan industri primer

pengolahan hasil hutan kapasitas < 6.000 M3

2) Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

melalui:

a. Rehabilitasi hutan dan lahan;

b. Peningkatan konservasi sumberdaya air, konservasi daerah hulu

dan tangkapan air berbasis pemberdayaan masyarakat;

c. Peningkatan pengendalian pemanfaatan air ( (air permukaan dan

air tanah), dan pengendalian banjir

d. Peningkatan perijinan dan pemantauan lingkungan

e. Pendidikan lingkungan bagi masyarakat

f. Pengembagang energi baru terbarukan dan audit energi;

g. Rehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang; dan

h. Meningkatkan upaya penanggulangan bencana berbasis resiko

bencana

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 32

Tabel 3.2 Telaah Visi, Misi, dan Program Gubernur Jawa Tengah

No Visi/Misi/Program Kerja Gubernur Jawa Tengah

Tupoksi Dinas

LHK Permasalahan Faktor Penghambat dan Pendorong

1. Misi 3

Mengurangi kemiskinan dan

pengangguran dengan

memperkuat basis ekonomi rakyat dan membuka ruang

usaha baru

Program Kerja 8

Penataan dan pemanfaatan hutan

Kemiskinan di sekitar hutan masih tinggi

(Kesenjangan antar kelompok masih lebar dan Lingkungan kurang dipelihara)

Faktor Penghambat :

Keterbatasan akses, modal, pengetahuan

Faktor Pendorong :

Program Pemerintah dalam

pemberdayaan masyarakat

Penyuluhan,

pemberdayaan masyarakat di bidang

kehutanan, penegakan

hukum lingkungan

hidup dan perlindungan

hutan

Kemiskinan di sekitar hutan masih tinggi

(Kesenjangan antar kelompok masih

lebar dan Lingkungan kurang dipelihara)

a) Masih banyak pengelolaan hutan dan

hasil hutan belum menerapkan prinsip

keberkelanjutan b) Rendahnya keterlibatan masyarakat

sebagai mitra usaha kehutanan (hutan

tanaman rakyat, hutan rakyat),

c) Rendahnya pemanfaatan sumberdaya

hutan non kayu

4. Misi 4

Menjadikan rakyat Jawa Tengah

lebih sehat, lebih pintar lebih berbudaya dan mencintai

lingkungan;

Program Kerja 10

Pengkajian dan

penanganan dampak

lingkungan hidup,

pengembangan

kapasitas dan fasilitas

teknis lingkungan hidup

Semakin tingginya tuntutan proses

Amdal, UKL-UPL dan Ijin lingkungan

yang dituntut cepat, tepat dan akurat

Faktor Penghambat :

a) Terbatasnya jumlah komisi penilai

amdal

b) Perubahan kebijakan menyangkut

peraturan dan perundangan

Faktor Pendorong :

a) Tersedianya dokumen teknis yang

sudah jelas

b) Tersedianya regulasi terkait

perlindungan lingkungan hidup

Pengelolaan sampah,

limbah bahan berbahaya

beracun, pengendalian

pencemaran dan

a) Masih adanya sungai dalam kondisi

tercemar;

b) Meningkatnya jumlah timbulan

sampah yang tidak sebanding dengan

Faktor penghambat :

Sumber pencemaran utama berasal dari

limbah domestik dan kegiatan skala kecil

masih ada yang tidak mempunyai

69

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 33

kerusakan lingkungan

hidup

cakupan pelayanan;

c) Meningkatnya emisi gas rumah kaca utamanya dari sector energy dan

transportasi;

d) Meningkatnya indikator HC

disebabkan oleh kendaraan bermotor.

pengelolaan limbah cair.

Minimnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat, usaha/kegiatan

industri/domestik rumah tangga dalam

pengelolaan lingkungan

Faktor pendorong : Tersedianya regulasi terkait perlindungan

lingkungan hidup

Ruang terbuka hijau dan hutan masih

cukup baik untuk menyerap polutan udara.

Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai,

Rehabilitasi hutan/lahan, konservasi

sumber daya alam

a) Masih adanya lahan kritis

b) Meningkatnya kerusakan hutan

akibat pencurian kayu dan

kebakaran hutan;

Faktor Penghambat :

a. Kondisi lahan kritis di Provinsi Jawa

Tengah yag memiliki lahan kritis cukup besar : 634.601 Ha

b. Kebutuhan bahan baku kayu sebesar

6.000.000 M3 per tahun untuk

industri dan kebutuhan lainnya yang

harus dipenuhi

Faktor Pendorong :

a. Daya dukung fungsi lindung dalam

kategori baik

b. Tuntutan dunia internasional hasil hutan kayu berasal dari hutan lestari;

70

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 32

3.3. TELAAH RENSTRA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEHUTANAN

Presiden Republik Indonesia telah mengarahkan visi dan misi

pembangunan Tahun 2015-2019 yang dijadikan peta jalan seluruh

kementerian dalam merancang arah pembangunan, sasaran dan strategi

yang akan dilaksanakannya. Arahan pembangunan Indonesia ini tertuang

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

2015-2019 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor : 2

Tahun 2015.

Visi pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”.

Misi yang diemban untuk memenuhi visi yang telah dirumuskan

adalah:

1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber

daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

kepulauan;

2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis

berlandaskan negara hukum;

3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri

4) sebagai Negara maritim;

5) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera;

6) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;

7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,

kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan,

8) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan 9 agenda

pembangunan Tahun 2015-2019, yang di dalamnya memuat sub agenda

dan sasaran yang hendak dicapai dan menjadi amanat bagi Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pelaksanaan pembangunan dibagi ke

dalam : prioritas nasional, yang memuat sasaran pembangunan yang

memiliki kaitan langsung dengan janji Presiden dan Wakil Presiden;

prioritas bidang, yang memuat sasaran yang memiliki kaitan terhadap

bidang sumberdaya alam dan lingkungan untuk Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan; dan lintas bidang yang sasarannya merupakan hasil

kerja bersama lintas kementerian.

71

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 33

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan

tujuan pembangunan Tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi

lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan

manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara

paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan

sumbangan bagi perekonomian nasional. Selanjutnya, untuk memastikan

peran pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

dirumuskan sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan

Kehutanan. Sasaran strategis ini akan menjadi panduan dan mendorong

arsitektur kinerja tahun 2015-2019.

Sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tahun 2015-2019 adalah : (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk

meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan

masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42.

Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani,

yaitu air, udara dan tutupan hutan; (2) Memanfaatkan potensi Sumberdaya

hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi

dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja

peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen

pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu

maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan eksport; dan,

(3) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta

keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung

pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat

keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan

agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan

dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan

kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan

konsumsi bahan perisak ozon, dan lain-lain).

Memperhatikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan kebijakan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014 – 2019, pada

prinsipnya sasaran strategi dan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan tersebut akan menjadi salah satu faktor pendorong atas

peningkatan kualitas pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah, dikarenakan kebijakan Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan tersebut secara langsung akan mendukung

penyelesaian permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan di Jawa

Tengah. Selain hal tersebut peran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

72

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 34

Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari entitas lingkungan hidup dan

kehutanan dan sekaligus sebagai katalis bagi para pihak yang jumlahnya

banyak dan kepentingannya cukup beragam.

Tabel 3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Pelayanan Renstra Kementrian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan berdasarkan Telaahan Sasaran Renstra Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

No

Sasaran Jangka

Menengah Renstra

Kementerian LHK

Tupoksi Dinas LHK

Permasalahan

Faktor

Penghambat Pendorong

1 Menjaga

kualitas lingkungan

hidup untuk

meningkatkan

daya dukung

lingkungan,

ketahanan air dan

kesehatan

masyarakat,

dengan

indikator kinerja indeks

kualitas

lingkungan

hidup berada

pada kisaran

66,5-68,6

Pengkajian

dan penanganan

dampak

lingkungan

hidup,

pengembang

an kapasitas dan fasilitas

teknis

ligkungan

hidup

Belum

optimalnya pengawasan dan

pengendalian

pencemaran

yang dilakukan

karena masih

bersifat mempertahan-

kan mutu

kualitas media

lingkungan

Masih belum

optimalnya pemberdayaan

partisipasi

masyarakat

dalam

memper-tahankan

Sumber

pencemaran utama berasal

dari limbah

domestik dan

kegiatan skala

kecil seperti

hotel/ pengi-napan, klinik,-

restauran dan

industri rumah

tangga yang

umumnya tidak mempunyai pe-

ngelolaan limbah

cair Pemahaman

masyarakat yang

masih rendah

terhadap ling-kungan hidup

a. Tersedianya

regulasi terkait perlindungan

lingkungan

hidup

b. Semakin

meningkatnya kelompok

masyarakat

yang

melaksanakan

praktek pengelolaan

sumber daya

alam skala

komunitas

secara

berkelanjutan

Pengelolaan

sampah,

limbah bahan

berbahaya

beracun,

pengendalia

n

pencemaran dan

kerusakan

lingkungan

hidup

a. Masih

terbatasnya

Jumlah wilayah yang

memiliki

kapasitas

adaptasi

perubahan

iklim b. Lemahnya

kapasitas

kelembagaan

dan

kapasitas kelompok

masyarakat

1. Kesadaran

masyarakat

dalam membuang

sampah dan

dampak

perubahan

iklim masih

kurang 2. Keterbatasan

sarpras dalam

pengelolaan

sampah

1. Meningkatnya

bank sampah

yang terbangun

2.Meningkatnya

kampung iklim,

dan sekolah

peduli

lingkungan

73

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 35

2 Memanfaatka

n potensi

sumberdaya

hutan dan

lingkungan

secara lestari untuk

meningkatkan

ekonomi dan

kesejahteraan

masyarakat yang

berkeadilan,

dengan

indikator

kinerja

peningkatan konstribusi

sumberdaya

hutan dan

lingkungan

hidup

terhadap devisa dan

PNBP

Penataan

dan

pemanfaata

n hutan

Belum

mantapnya tata

hutan yang

berkelanjutan

sebagai

prakondisi pembangunan

daerah

1. Belum

tersedianya

hasil hutan

yang

bersertifikat

serta teknologi tepat guna

yang

memadai;

2. Belum

optimalnya pelaksanaan

program

pemberdayaan

masyarakat

sekitar hutan

3. Masih lemahnya

Sumber daya

manusia,

khususnya

dalam

pengembangan hasil hutan

bukan kayu;

1. Tuntutan pasar

internasional

terhadap

produk hasil

hutan yang

bersertifikat

2. Penerapan

perhutanan sosial

3. Tersedianya bimtek,

peningkatan

keterampilan

dalam

pengembangan

hasil hutan bukan kayu

3 Melestarikan

keseimbangan

ekosistem dan

keanekaragaman hayati

serta

keberadaan

sumber daya

alam sebagai system

penyangga

kehidupan

untuk

mendukung

pemabngunan berkelanjutan,

dengan

indikator

kinerja derajat

keberfungsian

ekosistem meningkat

setiap tahun

Pengelolaan

Daerah

Aliran

Sungai, Rehabilitasi

hutan/lahan

, konservasi

sumber daya

alam

1. Luas tutupan

hutan

lindung dan

lahan masih kurang

2. Kualitas DAS

prioritas

belum baik

3. Rendahnya Kontribusi

PDB dari

Pemanfaatan

Hutan

Lindung

4. Rendahnya Jumlah Unit

Pengelolaan

Hutan

Lindung yang

beroperasi

1. Belum

terpadunya

program

pengelolaan hutan dan

lahan di

daerah hulu

dan hilir DAS

2. Produktivitas hutan dari

aspek non-

kayu masih

sangat rendah

dan belum

dilakukan sebagai

sebuah usaha

yang

menguntungk

an

1. Potensi lahan

yang sesuai

untuk

pengembangan tanaman

kehutanan

tersedia

2. Berkembangnya industri

pengolahan

hasil hutan

dengan akses

pemasaran

yang relatif dekat;

3. Mulai tingginya

animo

masyarakat

untuk

mengkonsumsi produk

pemanfaatan

hasil hutan,

seperti; jamur,

madu, gula areng dan

lainnya

Penyuluhan,

pemberdaya

an

masyarakat

di bidang kehutanan,

penegakan

hukum

lingkungan

hidup dan perlindunga

n hutan

Masih belum

optimalnya

pemberdayaan

partisipasi

masyarakat dalam

mempertahan

kan fungsi

ekosistem

1. Kurangnya

SDM dalam

pengawasan

daan

penegakan hokum

lingkungan

(PPNS dan

PPLHD)

1. Koordinasi yang

intensif antara

provinsi dan

Kab/Kota

dalam menangani

setiap

permasalahan

kasus-kasus

lingkungan yang timbul

74

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 36

a. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2009-2029 DAN KAJIAN

LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD 2018 – 2023

A. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kebijakan dan strategi penataan ruang ini meliputi; 1) kebijakan dan

strategi pengembangan struktur ruang, 2) kebijakan dan strategi

pengembangan pola ruang, dan 3) kebijakan dan strategi pengembangan

kawasan strategis. Lebih rinci sebagai berikut:

1. Kebijakan dan Strategi Pada Struktur Ruang

Rekomendasi untuk memperkuat tujuan RTRW Jawa Tengah 2009 –

2029 adalah perlunya ditambahkan dalam tujuan, kebijakan dan

strategi tata ruang berupa:

a. Perlu dijelaskan bahwa upaya untuk menciptakan daya saing

dan pemerataan pembangunan tetap dalam kerangka

pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan untuk mencapai

kelestarian lingkungan dan ekonomi berkelanjutan.

b. Perlu dikembangkan dalam strategi pengembangan kawasan

lindung sebagai bagian perwujudan kelestarian fungsi dan daya

dukung lingkungan yang diwujudkan dalam tutupan hutan yang

memiliki fungsi vital dalam menjaga kelestarian lingkungan dan

jasa ekosistem pendukung kehidupan manusia. Oleh sebab itu

secara spesifik perlu adanya strategi penetapan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) minimal 30% sebagai upaya konservasi lingkungan

dan menjaga keseimbangan pembangunan. Peningkatan RTH

dapat dioptimalkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan

kawasan permukiman.

c. Berdasarkan kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup maka segala kegiatan budidaya secara rinci harus sesuai

dengan daya dukung dan daya tampung lahan. Oleh sebab itu

dalam strategi pengembangan kawasan budidaya, perlu

mengembangkan strategi pemanfaatan budidaya yang harus

sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan minimal

dengn memperhatikan daya dukung lahan, air, dan pangan

d. Kebijakan pertambangan harus sesuai dengan daya dukung

lingkungan dan untuk mendukung pembangunan infrastruktur,

untuk mendukung peningkatan dan pengembangan infrastruktur

Jawa Tengah terutama untuk transportasi yang menjadi

infrastruktur penting dalam pengembangan agribisnis. Pada

strategi pertambangan perlu ditekankan bahwa tujuan utama

75

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 37

atau prioritas kegiatan penambangan adalah untuk memenuhi

kebutuhan pembangunan infrastruktur Jawa Tengah dan

pemanfaatannya sesuai dengan kebutuhan dengan tetap

mencadangkan untuk masa yang akan datang.

e. Kebutuhan lahan permukiman yang terus meningkat terutama di

perkotaan sementara kebutuhan lahan untuk pertanian dan juga

tutupan lahan tetap harus dipertahankan, maka perlu

dikembangkan strategi pembangunan kawasan permukiman di

perkotaan secara vertikal dalam rangka menghemat atau

optimalisasi lahan.

f. Sesuai dengan daya dukung lahan maka pengembangan

bangunan pada kawasan bencana dilakukan melalui kajian

teknis untuk mendapatkan teknologi yang tepat dalam rangka

menghindari kerugian (mitigasi) akibat bencana yang terjadi.

Oleh sebab itu dalam strategi tersebut perlu ditambahkan dalam

strategi kegiatan budidaya permukiman.

g. Kebijakan industri yang memanfaatkan potensi bahan baku

lokal, merupakan salah satu hal penting untuk mewujudkan

wilayah yang berdaya saing. Industri yang dikembangkan

tentunya harus memiliki pengelolaan limbah sehingga

dampaknya terhadap kualitas lingkungan dapat diminimalkan.

Oleh sebab itu industri harus diarahkan ke kawasan industri

agar pengelolaan limbahnya lebih efisien dan pengawasannya

lebih efektif karena dilaksanakan dalam kawasan. Oleh sebab itu

dalam strategi pemanfaatan budidaya industri perlu diarahkan

ke kawasan industri untuk memudahkan pengelolaan dampak

yang ditimbulkan.

h. Berdasarkan kajian terhadap potensi dampak lingkungan hidup

menunjukkan bahwa lahan pertanian merupakan lahan yang

rentan terhadap alih fungsi lahan karena adanya kebutuhan

pembangunan infrastruktur, industri, maupun permukiman.

Dalam rangka memperkuat daya dukung lingkungan hidup dari

segi pangan di Jawa Tengah maka perlu strategi menetapkan

lahan pertanian terutama tanaman pangan. Minimal lahan

dibutuhkan sesuai untuk memenuhi surplus beras di Jawa

Tengah sebagai bagian dari kontribusi nasional.

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Pola ruang wilayah Provinsi menggambarkan rencana sebaran

kawasan lindung dan kawasan budidaya

76

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 38

1. Kawasan lindung terdiri atas:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

bawahannya; Kawasan perlindungan setempat;

c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

d. Kawasan rawan bencana alam;

e. Kawasan lindung geologi; dan

f. Kawasan lindung lainnya

2. Kawasan Budidaya terdiri atas:

a. kawasan hutan produksi;

b. Kawasan hutan rakyat;

c. Kawasan peruntukan pertanian;

d. Kawasan peruntukan perkebunan;

e. Kawasan peruntukan peternakan;

f. Kawasan peruntukan perikanan;

g. Kawasan peruntukan pertambangan;

h. Kawasan peruntukan industri;

i. Kawasan peruntukan pariwisata;

j. Kawasan peruntukan permukiman;

k. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;

Rekomendasi KLHS untuk penyempurnaan KRP struktur ruang

meliputi:

a. Pergeseran rute pada:

• Rencana jalan tol rute Pejagan – Cilacap yang melewati kawasan

hutan lindung yang berada di dalam KPH Pekalongan Barat di

Kabupaten Banyumas ke arah barat wilayah KPH (lihat gambar).

Perubahan rute ini ditujukan untuk melindungi hutan lindung

yang memiliki fungsi sebagai perlindungan keanekaragaman

hayati serta fungsi pengendali dan penyedia air.

• Rencana reaktivasi kereta api jalur Banyumas – Wonosobo yang

melewati kawasan rawan gunungapi di Kab. Banyumas dan Kab.

Wonosobo digeser ke arah selatan (lihat gambar). Perubahan rute

ini ditujukan untuk menghindari wilayah bencana Gunung

Slamet dan Sundoro Sumbing.

• Rencana reaktivasi kereta api jalur dari rembang yang ke arah

Jawa Timur menyusur pantura yang melewati kawasan hutan

lindung yang berada di KPH Kebonharjo Bagian Hutan Lasem

(lihat gambar). Perubahan rute ini ditujukan untuk melindungi

77

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 39

hutan lindung yang memiliki fungsi sebagai perlindungan

keanekaragaman hayati serta fungsi pengendali dan penyedia air

b. Perlu dilakukan inventarisasi ulang sebagai bahan revisi terhadap

penetapan KBAK di Jawa Tengah. Hasil revisi KBAK digunakan

untuk meninjau kembali rencana jalan tol rute Cilacap –

Yogyakarta yang melewati kawasan karst di Kabupaten Kebumen

serta rencana reaktivasi kereta api rute Rembang – Blora yang

melewati kawasan karst di Kabupaten Rembang. Rekomendasi

tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa KBAK yang

dihasilkan dari inventarisasi endokarst dan eksokarst sehingga

kedepannya tidak ada lagi permasalahan terkait kelestarian

sungai bawah tanah dan meminimalkan konflik sosial.

c. Terdapat dua alternatif rute untuk rencana jalan tol Bawen –

Magelang yang memiliki dampak hampir sama baik dari daya

dukung lahan, perubahan lahan, dan jasa ekosistem,

(perbandingan tutupan lahan pada tabel di atas) sehingga

pemilihan rute diserahkan kepada pemerintah provinsi.

d. Rekomendasi teknis dari pertimbangan daya dukung dan daya

tampung lahan pada pembangunan rute transportasi baik jalan

tol, jalan arteri primer, reaktivasi kereta api ditindaklanjuti pada

tingkat proyek sebagai rambu-rambu untuk meningkatkan fungsi

ekosistem dan mitigasi dampak dan resiko lingkungan hidup.

e. Emisi GRK akibat dari perubahan tutupan lahan terutama

pembukaan lahan berhutan untuk kegiatan infrastruktur harus

dilakukan mitigasi melalui penyediaan RTH terutama pada

sempadan jalan dan kereta api dengan minimal sesuai arahan

luasan yang telah dihitung pada pengaruh KRP terhadap kondisi

lingkungan hidup (Bab V). Rekomendasi perbaikan pada indikasi

program dapat dilakukan melalui penambahan kawasan

perlindungan setempat atau pada jaringan sistem transportasi

darat sebagai prasyarat dalam peningkatan jalan dan jalur kereta

api

f. Penurunan pertanian lahan basah yang berdampak pada

penurunan produksi beras secara keseluruhan di Jawa Tengah,

relatif tidak terlalu banyak mengurangi produksi dan masih tetap

mampu untuk swasembada dan berkontribusi terhadap pangan

nasional. Meskipun demikian pembangunan yang melalui sawah

irigasi yang telah ditetapkan sebagai kawasan LP2B harus tetap

mengganti sesuai dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 2

78

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 40

tahun 2013 tentang Perlindungan LP2B Provinsi Jawa Tengah

yaitu:

• Seluas 3 kali luas yang digunakan dan mengganti biaya

infrastruktur jaringan irigasi yang terkena untuk dibangun

kembali pada pembukaan lahan sawah irigasi baru.

Peningkatan sawah irigasi dialokasikan pada ruang lahan

pertanian lahan kering yang memiliki potensi sumber daya air

(sesuai arahan lokasi dalam peta). Untuk mendukung sistem

ini akan diintegrasikan dalam rencana pengembangan

embung dan waduk sesuai arahan tata ruang.

• Untuk penggunaan pertanian lahan kering yang telah

ditetapkan dalam LP2B penggantiannya seluas 1 kali luasan

dari lahan yang terkena

g. Luasan kawasan berhutan yang direncanakan sebesar 20%

sampai tahun 2029. Dalam rangka memenuhi kebutuhan lahan

berhutan minimal 30% maka perlu arahan pada kawasan non

terbangun (terbuka) terutama pada kawasan peruntukkan

pertanian lahan kering minimal seluas 325 ribu hektar dari total

837 ribu hektar (38%) untuk menjadi kawasan berhutan.

h. Daya dukung air pada tahun 2013 berdasarkan hitungan

kebutuhan air layak yang dipenuhi oleh air permukan mengalami

deficit 1,85 milyar m3 atau sebesar 5,55%. Jawa Tengah sendiri

memiliki potensi sumber air dari Cekungan Air Tanah (CAT) antar

kabupaten kota dan juga di dalam kabupaten kota sebesar 7,57

milyar m3. Potensi tersebut tidak termasuk yang lintas provinsi.

Sehingga kebutuhan 2013 jika dipenuhi dari CAT mencukupi.

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis

a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,

melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan

bentang alam, dan melestarikan warisan budaya daerah;

b. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian daerah yang produktif, efisien, dan mampu bersaing;

c. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara

optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; d. pelestarian

dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;

79

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 41

d. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan

sebagai warisan dunia; Pengembangan kawasan tertinggal untuk

mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan.

Tugas pokok dan fungsi Dinas dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029, sebagai berikut :

Tabel 3.4. Telaah Tata Ruang Wilayah (RTRW)

No.

Kebijakan RTRW

Tupoksi Dinas LHK

Permasalahan

Faktor Penghambat

dan Pendorong 1. Rencana Struktur Ruang Wilayah,

merupakan kerangka tata ruang

wilayah

Kebijakan:

Peningkatan kualitas dan jangkauan

pelayanan jaringan infrastruktur

transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu

dan merata di seluruh wilayah

Provinsi

Strategi:

Mengembangkan prasarana lingkungan permukiman untuk

meningkatkan kualitas keterpaduan

sistem penyediaan pelayanan

regional untuk air bersih,

persampahan, drainase dan limbah

Rencana: Pengembangan prasarana

penyehatan lingkungan, meliputi :

a. Pengembangan prasarana

persampahan

b. Prasarana limbah dan drainase

c. Pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan

lintas wilayah administratif

Pengelolaan sampah,

limbah bahan

berbahaya

beracun,

pengendalian

pencemaran dan

kerusakan

lingkungan

hidup

1. Ketersediaan lahan bagi

pengembangan

sarpras

terbatas.

2. Pembangunan

fisik sapras membutuhkan

koordinasi

dengan pihak

lain khususnya

sarpras limbah dan sarpras

lingkungan

untuk lintas

wilayah.

3. Pengembangan

sarpras limbah usaha/kegiata

n skala kecil

membutuhkan

kontinuitas

pemeliharaan

yang sulit untuk dipenuhi

oleh

masyarakat.

Faktor Penghambat:

1. Pengembangan

sapras

membutuhkan

biaya yang

besar dan membutuhkan

kerjasama

pemerintah

daerah

khususnya lintas kab/kota.

2. Regulasi

pengembangan

TPA regional

yang sulit

dipenuhi. Faktor Pendorong:

1. Adanya kondisi

darurat sampah

mendorong

semua pihak

dalam pengembangan

sarpras

sampah.

2. Alternatif

pemanfaatan sampah dengan

memanfaatkan

teknologi

2.

Rencana Pola Ruang Wilayah,

merupakan rencana distribusi peruntukan wilayah

Kebijakan:

a. Pemeliharaan dan perwujudan

kelestarian fungsi dan daya

dukung lingkungan hidup;

b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan

lingkungan hidup

Strategi:

a. Penetapan kawasan lindung di

ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi

b. Mewujudkan kawasan hutan

dengan luas paling sedikit 30%

(tiga puluh persen) dari luas

Pengkajian

dan penanganan

dampak

lingkungan

hidup,

pengembanga

n kapasitas dan fasilitas

teknis

ligkungan

hidup

Penataan dan pemanfaatan

hutan

Pengelolaan

Daerah Aliran

1. Pembangunan

yang berorientasi

pertumbuhan

dengan

mengesamping

kan nilai-nilai

kelestarian lingkungan

berdampak

pada

penurunan

kualitas

lingkungan 2. Kondisi

kawasan

lindung

khususnya

kawasan hutan

Faktor

Penghambat: 1. Komitmen

semua level

pemerintahan

dalam

Pengendalian

kualitas lingkungan

hidup masih

kurang;

2. Kebutuhan

manusia dalam

memenuhi kebutuhannya

seiring dengan

pertambahan

jumlah

penduduk

80

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 42

Daerah Aliran Sungai dengan

sebaran proporsional;

c. Mengembalikan dan

meningkatkan fungsi kawasan

lindung yang telah menurun

akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka

mewujudkan dan memelihara

keseimbangan ekosistem wilayah;

d. Mengarahkan kawasan rawan

bencana sebagai kawasan lindung

Rencana:

a. Menyelenggarakan upaya terpadu

untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup;

b. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan

perubahan dan/atau dampak

negatif yang ditimbulkan oleh

suatu kegiatan agar tetap mampu

mendukung perikehidupan

manusia dan makhluk hidup lainnya;

c. Melindungi kemampuan

lingkungan hidup untuk

menyerap zat, energi, dan/atau

komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

d. Mencegah terjadinya tindakan

yang dapat secara langsung atau

tidak langsung menimbulkan

perubahan sifat fisik lingkungan

yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam

menunjang pembangunan yang

berkelanjutan;

e. Mengendalikan pemanfaatan

sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin

kepentingan generasi masa kini

dan generasi masa depan

f. Mengelola sumber daya alam tak

terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam

yang terbarukan untuk

menjamin kesinambungan

ketersediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

keanekaragamannya;

g. Mengembangkan kegiatan

budidaya yang mempunyai daya

adaptasi bencana di kawasan

rawan bencana

Sungai,

Rehabilitasi

hutan/lahan,

konservasi

sumber daya

alam

Penyuluhan,

pemberdayaa

n masyarakat

di bidang kehutanan,

penegakan

hukum

lingkungan

hidup dan

perlindungan hutan

lindung yang

mengalami

degradasi

kualitas karena

pembukaan

ilegal oleh masyarakat.

3. Intensitas

bencana banjir

dan tanah

longsor yang menimbulkan

kerugian

material dan

nonmaterial.

4. Penegakan

hukum lingkungan

hidup dan

kehutanan

kurang dapat

dilakukan

karena keterbatasan

SDM yang

memenuhi

syarat.

3. Perubahan

iklim yang

berdampak

pada

peningkatan

intensitas bencana

Faktor pendorong:

1. Peran serta

masyarakat dalam

pengembangan

hutan rakyat

berkelanjutan

2. Kemudahan

dalam perizinan mendorong

tertib

usaha/kegiatan

sehingga

mudah

dikendalikan dalam

pengelolaan

lingkungan

3. Maraknya

komunitas-komunitas

milenial pedul

lingkungan

4. Mantapnya

kelembagaan

pengelola kawasan

lindung

5. Adanya

komitmen

pemerintah pusat dalam

perbaikan

kualitas

lingkungan

khususnya

dalam rehabilitasi di

dalam kawasan

hutan.

3. Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan:

a. Pelestarian dan peningkatan

fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup untuk

mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan

ekosistem, melestarikan

keanekaragaman hayati,

mempertahankan dan

meningkatkan fungsi

perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang

Penataan dan pemanfaatan

hutan

Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai,

Rehabilitasi

hutan/lahan,

konservasi

sumber daya

alam

1. Pemanfaatan kawasan

Dataran Tinggi

Dieng untuk

lahan

pertanian hortikultura

2. Sedimentasi

dan enceng

gondok pada

Danau Rawa

pening 3. Sedimentasi

Faktor Penghambat:

1. Kesadaran

masyarakat

dalam

memanfaatkan sumber daya

alam yang

kurang

mengindahkan

daya dukung

dan tampung lingkungan

81

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 43

alam, dan melestarikan warisan

budaya daerah;

b. Pelestarian dan peningkatan nilai

kawasan lindung yang ditetapkan

sebagai warisan dunia

Strategi: a. Menetapkan kawasan strategis

provinsi berfungsi lindung;

b. Mencegah pemanfaatan ruang di

kawasan strategis provinsi yang

berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

c. Membatasi pemanfaatan ruang di

sekitar kawasan strategis

provinsi yang berpotensi

mengurangi fungsi lindung

kawasan; d. Membatasi pengembangan

prasarana dan sarana di dalam

dan di sekitar kawasan strategis

provinsi yang dapat memicu

perkembangan kegiatan budi

daya; e. Mengembangkan kegiatan budi

daya tidak terbangun di sekitar

kawasan strategis provinsi yang

berfungsi sebagai zona

penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan

kawasan budi daya terbangun;

f. Merehabilitasi fungsi lindung

kawasan yang menurun akibat

dampak pemanfaatan ruang yang

berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis

provinsi.

g. Melestarikan keaslian fisik serta

mempertahankan keseimbangan

ekosistemnya; h. Meningkatkan kepariwisataan

provinsi;

i. Mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi;

j. Melestarikan keberlanjutan

lingkungan hidup. Rencana:

Kawasan strategis dari sudut

kepentingan fungsi dan daya

dukung lingkungan hidup yang

meliputi: a. Kawasan Taman Nasional

Merapi;

b. Kawasan Taman Nasional

Merbabu;

c. Kawasan Taman Nasional

Karimunjawa; d. Kawasan Dataran Tinggi Dieng;

e. Kawasan Sindoro Sumbing;

f. Kawasan Rawa Pening;

g. Kawasan Segara Anakan;

h. Daerah Aliran Sungai Garang; i. Kawasan Daerah Aliran Sungai

kritis lintas kabupaten/kota;

j. Kawasan Kebun Raya

Baturraden;

k. Kawasan Pantai Ujung Negoro-

Roban; l. Kawasan Gunung Lawu;

m. Kawasan Gunung Slamet.

Penyuluhan,

pemberdayaa

n masyarakat

di bidang

kehutanan,

penegakan hukum

lingkungan

hidup dan

perlindungan

hutan

pada Segara

Anakan

4. Eksploitasi

kawasan

penyangga

Taman Nasional

Karimunjawa

5. Alih fungsi

lahan pada

hulu DAS Garang

Faktor Pendorong:

1. Kelembagaan

pengelola

kawasan yang

sudah mantap

2. Adanya komitmen

pemerintah

pusat yang

menetapkan

Danau Rawa Pening sebagai

danau prioritas

nasional

3. Tumbuhnya

ekowisata di

sekitar penyangga

kawasan

4. Pengukuran

kualitas

lingkungan

secara berkala 5. Adanya

dorongan dari

LIPI untuk

menjadikan

kawasan strategis

sebagai cagar

biosfer.

6. Rencana

perluasan

Tahura KGPAA Mangkunagoro

I

82

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 44

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan kawasan

adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

Rencana struktur tata ruang Jawa Tengah terdiri dari 4 Sistem, yaitu

Pedesaan, Perkotaan, Perwilayahan, dan Jaringan Prasarana Wilayah.

Pengelolaan lingkungan hidup sangat terkait erat dengan Rencana

Tata Ruang Wilayah RTRW. Semakin tinggi tingkat kesesuaian

pembangunan infrastruktur dengan RTRW yang telah ditetapkan semakin

baik pengelolaan lingkungan hidupnya.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6

Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009-2029 pada pasal 3 huruf (h) bahwa RTRW Provinsi

Jawa Tengah menjadi pedoman untuk rencana perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

Rencana Pola Ruang Jawa Tengah menempatkan Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah sebagai

Pelaksana Utama untuk Perwujudan Hutan Lindung, Perwujudan

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, Perwujudan

Pengembangan Kawasan Hutan Produksi, Perwujudan Kawasan Hutan

Rakyat, selain itu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menjadi

Pelaksana Pendukung pada Rencana Pengembangan Sungai,

Pengembangan Waduk, Pengembangan Embung, Perwujudan Kawasan

Resapan Air, Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat, Perwujudan

Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah dan Kawasan Pengungsian Satwa,

Perwujudan Kawasan Lindung Geologi, Kawasan Strategis Provinsi Jateng

dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup.

Rencana Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah antara lain dari

sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

menempatkan Kawasan Hutan Jawa Tengah sebagai kawasan yang

strategis (diantaranya TN Merapi, TN Merbabu, TN Karimunjawa, Dataran

Tinggi Dieng, Sindoro Sumbing, Rawa Pening, Segara Anakan, DAS

Garang, KR Baturraden, Gunung Lawu, Gunung Slamet) Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 telah merinci

Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Jangka Menengah Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 adalah sebagai berikut:

1. Indikasi Program Utama Perwujudan Sistem Jaringan

Pelaksana Pendukung Pengembangan Sungai (Konservasi Sumber

Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, Pengendalian Daya Rusak

83

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 45

Air Sungai), Pengembangan Waduk (Konservasi Sumber Daya Air

Waduk, Pendayagunaan Sumber Daya Air waduk, Pengendalian Daya

Rusak Air Waduk), Pengembangan Embung.

2. Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

a. Pelaksana Utama Perwujudan Hutan Lindung (Rehabilitasi dan

pemantapan fungsi kawasan hutan lindung, Pengembangan dan

pengelolaan kawasan hutan lindung). Perwujudan Kawasan Hutan

Lindung Secara Fisiografis Seperti Hutan Lindung (Rehabilitasi dan

Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan pengelolaan

kawasan)

b. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Resapan Air

(Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan

pengelolaan Kawasan)

c. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat

(Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan

Pengelolaan Kawasan)

d. Pelaksana Utama Perwujudan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian

Alam dan Cagar Budaya (Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi

Kawasan, Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Suaka Alam,

Pelestarian Alam dan Cagar Budaya)

e. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Perlindungan Plasma

Nutfah dan Kawasan Pengungsian Satwa (Rehabilitasi dan

Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan Pengelolaan

Kawasan)

f. Pelaksana Pendukung Perwujudan Kawasan Lindung Geologi

(Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan

Pengelolaan Kawasan)

g. Pelaksana Utama Perwujudan Pengembangan Kawasan Hutan

Produksi (Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan,

Pengembangan dan Pengeloaan Kawasan)

Pelaksana Utama Perwujudan Kawasan Hutan Rakyat (Rehabilitasi

dan Pemantapan Fungsi Kawasan, Pengembangan dan Pengelolaan

Kawasan

3. Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi

Pelaksana Pendukung

Perwujudan Kawasan Strategis Prov Jateng dari Sudut Kepentingan

Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup (Rehabilitasi dan

Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi) Memperhatikan arahan

RTRWP, maka permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan tugas

84

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 46

pokok dan fungsi pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah pada prinsipnya sama dengan permasalahan

yang akan dihadapi dalam mewujudkan RTRWP Provinsi Jateng 2009

s.d 2029. Atas arahan dalam RTRWP telah menjadi pendorong utama

untuk meningkatkan pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Jawa Tengah khususnya untuk mewujudkan luas tutupan

hutan minimal 30% dari luas daratan dan tersebar secara proporsional.

b. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, pelanggan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

dan memperhatikan Visi, Misi, Program Kerja Gubernur dan Wakil

Gubernur Periode 2018 – 2023 yang dituangkan dalam RPJMD Jawa

Tengah Periode 2018 - 2023, Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Periode 2014 – 2019, RTRWP Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029

dan Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis, terhadap hasil identifikasi

isu-isu pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di Jawa Tengah

dan analisis internal, berdasarkan pelingkupan tersebut ditetapkan

beberapa isu strategis yang akan ditangani sebagai berikut:

1. Masih adanya sungai dalam kondisi tercemar;

Kondisi tercemar sungai di Jawa Tengah meliputi cemar ringan sampai

sedang.

2. Meningkatnya jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan

cakupan pelayanan;

Kondisi pelayanan pengelolaan sampah pada tahun 2018 baru sebesar

25,27%.

3. Meningkatnya emisi gas rumah kaca yang didominasi oleh sektor energi

dan transportasi;

Pertumbuhan industri dan kendaraan pribadi meningkatkan emisi gas

rumah kaca.

4. Meskipun kualitas udara masih dalam kondisi baik (bawah baku mutu)

tetapi untuk indikator HC sudah melebihi baku mutu.

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menghasikan emisi gas

buang akibat perawatan kendaraan yang kurang memadai dan

penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM).

5. Masih adanya lahan kritis walaupun kondisi daya dukung fungsi

lindung dalam kategori baik;

Penanganan lahan kritis terus dilakukan karena belum selesai pada

RPJMD sebelumnya.

85

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Page 47

6. Meningkatnya kerusakan hutan akibat pencurian kayu dan kebakaran

hutan;

Bahaya kebakaran hutan menjadi mengancam setiap tahun terutama

pada musim kemarau panjang.

7. Tuntutan dunia internasional hasil hutan kayu berasal dari hutan

lestari;

Pengelolaan hutan produksi lestari menjadi isu internasional dalam

perdagangan kayu.

8. Masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat sekitar hutan.

Kemiskinan di desa masih didominasi desa sekitar hutan sehingga

membutuhkan upaya sinergis dan berkesinmabungan.

86