bab iii identifikasi data a. data perusahaan 1. · masyarakat juga turut memiliki misi yang sama...
TRANSCRIPT
19
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. DATA PERUSAHAAN
1. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : Telesede
Alamat Store : Muara Market
Telepon : 087858480448
Line Id : telesede_id
Instagram Id : telesede_id
E-Mail : [email protected]
2. Sejarah dan Latar Belakang Perusahaan
Telesede merupakan salah satu produk lokal yang berasal dari Solo, Jawa
Tengah, Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak desember 2014 ini
memproduksi ulang berbagai jenis limbah kayu menjadi produk yang artistik,
inovatif, unik dan eksklusif. Hal tersebut yang menjadi konsep dasar simple,
upcycle dan organic yang diusung oleh brand ini.
Simple secara harfiah memiliki arti sederhana, mudah dikerjakan,
dimengerti, dan tidak berbelit-belit. Berdasarkan beberapa hal tersebut maka
konsep simple diaplikasikan telesede dalam desain produknya ataupun dalam
desain barang-barang lain penunjang produk dan untuk media promosinya.
Meskipun berkonsep simple, telesede tetap mengedepankan kualitas produk yang
berkarakter dan eksklusif.
20
Upcycle adalah proses mengubah barang bekas menjadi menjadi barang
yang berguna atau memiliki nilai lingkungan yang lebih baik. Tujuan upcycle
adalah untuk mencegah pemborosan materi dengan memanfaatkan materi yang
sudah ada. Selain itu juga untuk mengurangi penggunaan energi, dan mengurangi
polusi. Mengubah barang bekas atau limbah menjadi barang berguna tanpa
melalui proses pengolahan bahan. Modal utamanya adalah kreativitas. Kualitas
barang yang diubah menjadi lebih memiliki nilai tambah baik secara fungsi
maupun lingkungan.
Organic adalah segala sesuatu yang berasal dari unsur makhluk hidup
entah itu hewan atau tumbuhan dimana dampaknya pasti berhubungan juga
dengan organisme hidup. Bahan organic saat ini menjadi primadona dikalangan
masyarakat yang peduli akan lingkungan dan kesehatan. Bahan organic seolah
menjadi kabar baik, karena berbasis dari alam dan tentunya memiliki nilai
tersendiri dibandingkan bahan buatan atau kimia.
Beberapa keunikan tersebut diatas diterapkan Telesede dalam konsepnya,
yaitu memproduksi produk dengan desain yang simple, dengan proses upcycle dan
berbahan dasar organic. Konsep inilah yang akan selalu dikedepankan Telesede
untuk menciptakan produk yang artistik, inovatif, unik dan eksklusif serta menjadi
kekuatan untuk menembus pasar yang ada.
Berawal dari hobi dan ketertarikan dengan dunia fashion kerajinan
mulailah Bruno menciptakan jam tangan kayu yang diberi merek Telesede.
Produk tersebut tergolong produk urban dan eksklusif, dengan desain yang unik
21
dan memiliki nilai estetika yang tinggi diyakini dapat mendapat perhatian di
masyarakat. Keberadaan produk serupa juga masih jarang di temui di Indonesia,
hal itu dapat menjadi peluang Telesede untuk mendapatkan pasar bagi produknya.
Telesede sendiri tidak memiliki arti nama khusus, karena pada awal
terciptanya nama tersebut Bruno mengatakan tidak ingin terlalu berfilosofi
tentang nama brand. Nama unik dan belum ada yang menggunakannya sebagai
nama brand, sehingga mudah diingat orang sehingga pada saat melakukan
pencarian di internet, hanya Telesede ini yang akan muncul, itulah yang terbersit
dalam pikirannya saat itu. Meskipun dengan nama brand yang tanpa filosofi
Telesede mempunyai konsep yang menarik. Konsep dasar simple, upcycle dan
organic menjadi tujuan dan landasan desain yang diusung oleh brand ini dengan
misi menciptakan nilai lebih pada limbah kayu dan memberikan fungsi lain pada
segala sesuatu yang berhubungan dengan produknya, seperti kemasan yang dapat
difungsikan untuk hal lain setelah sebagai kemasan jam tangan. Meskipun di
lingkungan belum terlalu terasa efek dari hal itu, setidaknya tindakan ini
meminimalisir penimbunan limbah kayu. Hal ini tidak menutup kemungkinan
masyarakat juga turut memiliki misi yang sama untuk lingkungan dan
menciptakan produk-produk lokal lainnya, sehingga dapat mengenalkan produk
lokal Indonesia ke pasar mancanegara.
Sebagai brand yang menggeluti bidang fashion dengan latar belakang
upcycle, Telesede juga mengeksplor bahan-bahan lain selain kayu dan produk-
produk lain di bidang ini. Bersama beberapa rekannya, pemilik perusahaan
22
membentuk tim untuk menangani Telesede, antara lain produksi, pemasaran
maupun promosi Telesede.
Jam tangan ini merupakan produk ramah Iingkungan karena berbahan
dasar kayu. Tentunya mempunyai nilai keunikan tersendiri dari jam tengan
dengan bahan dasar plastik atau logam. Untuk saat ini tersedia dalam dua model
dengan delapan varian, antara lain Acacio, Royal, Glory, Aurora, Grande, Dixon,
Roice, dan Pandora. Menggunakan mesin Miyota yang telah dikenal sebagai
mesin jam yang bagus serta berbahan baku dari kayu berkualitas tinggi yaitu
kayu sonokeling atau dikenal juga dengan nama Indonesian Rosewood dan kayu
maple menjamin kualitas jam tangan kayu Telesede. Kayu tersebut dipilih karena
memiliki tekstur yang bagus, tahan terhadap benturan dan tekanan yang cukup
tinggi. Bahan-bahan tersebut memiliki keunikan karakter dan nilai keindahan
yang luar biasa ketika kita merangkainya dengan sentuhan kesenian. Produk
Telesede layaknya sebuah karya seni. Ketelitian, kehati-hatian, serta penuh cinta
dalam proses penciptaannya membuat brand ini selalu mengedepankan kualitas
demi kepuasan customer.
Selain menggunakan material yang berkualitas, keistimewaan lain yang
ditawarkan yakni desain yang menarik dengan pelayanan after sales yang
maksimal guna memberikan kepuasan tersendiri bagi para customer yang
membeli produk Telesede. Sistem garansi juga dilakukan untuk setiap produk
dalam kurun waktu enam bulan setelah pembelian serta service pada produk
Telesede setalah masa garansi telah habis.
23
Jam tangan kayu Telesede bisa didapatkan dengan cara online maupun
dengan pembelian secara langsung. Pembelian secara langsung bisa dilakuan di
store Telesede dan store lain yang menjual produk Telesede, atau pada saat event
pameran yang Telesede ikuti. Sementara ini, produk Telesede hanya ada di Solo
dan Denpasar, tetapi penyebaran produk terus dilakukan ke daerah-daerah yang
berpotensi menjadi pasar guna meningkatkan penjualan.
3. Logo Telesede
Gambar 1 : Logo Telesede
Sumber : Data Perusahaan
4. Data Produk
Berikut ini data-data varian jam tangan kayu beserta harga dari produk
yang dijual Telesede:
24
a. Pandora
Jam tangan kayu berbentuk kotak dengan bahan baku dari kayu maple
dengan harga Rp 850.000,-
Gambar 2 : Telesede Wooden Watch Type Pandora
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
b. Roice
Jam tangan kayu berbentuk kotak dengan bahan baku dari kayu maple
dan ebony dengan harga Rp 850.000,-
Gambar 3 : Telesede Wooden Watch Type Roice
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
25
c. Dixon
Jam tangan kayu berbentuk kotak dengan bahan baku dari kayu
sonokeling dan maple dengan harga Rp 850.000,-
Gambar 4 : Telesede Wooden Watch Type Dixon
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
d. Grande
Jam tangan kayu berbentuk kotak dengan bahan baku dari kayu
sonokeling dan ebony dengan harga Rp 850.000,-
Gambar 5 : Telesede Wooden Watch Type Grande
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
26
e. Aurora
Jam tangan kayu berbentuk bulat dengan bahan baku dari kayu maple
dengan harga Rp 750.000,-
Gambar 6 : Telesede Wooden Watch Type Aurora
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
f. Glory
Jam tangan kayu berbentuk bulat dengan bahan baku dari kayu maple
dan ebony dengan harga Rp 750.000,-
Gambar 7 : Telesede Wooden Watch Type Glory
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
27
g. Royal
Jam tangan kayu berbentuk bulat dengan bahan baku dari kayu maple
dengan harga Rp 750.000,-
Gambar 8 : Telesede Wooden Watch Type Royal
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
h. Acacio
Jam tangan kayu berbentuk kotak dengan bahan baku dari kayu
sonokeling dan ebony dengan harga Rp 750.000,-
Gambar 9 : Telesede Wooden Watch Type Acacio
Sumber : Dokumentasi Perusahaan
28
B. TARGET MARKET DAN TARGET AUDIENS
1. Target Market
a. Geografis
Secara geografis target market Telesede mencakup seluruh wilayah
Indonesia dengan pelayanan online, dan untuk wilayah Solo dapat langsung
mengunjungi store Telesede.
b. Demografis
1) Usia : Dewasa (20-35th).
2) Agama : Semua Agama.
3) Jenis Kelamin : Lak-laki dan Perempuan.
4) Pendidikan : Minimal SMA dan Perguruan Tinggi.
c. Psikologis
Target market Telesede secara psikologis adalah orang-orang yang
tertarik dengan dunia fashion, terlebih orang-orang yang menyukai jam
tangan, dan fashion sudah menjadi bagian dari gaya hidupnya.
2. Target Audiens
a. Geografis
Secara geografis target market Telesede mencakup seluruh wilayah
Indonesia maupun mancanegara.
29
b. Demografis
1) Usia : Dewasa (20-35th).
2) Agama : Semua Agama.
3) Jenis Kelamin : Lak-laki dan Perempuan.
4) Pendidikan : Minimal SMA dan Perguruan Tinggi.
c. Psikologis
Target market Telesede secara psikologis adalah orang-orang yang
tertarik dengan dunia fashion, dan fashion sudah menjadi bagian dari gaya
hidupnya.
C. KOMPETITOR
1. MATOA
Sebuah jam tangan dengan konsep unik dan berbeda juga datang dari
merek Matoa yang terbuat dari kayu hasil karya anak negeri bernama Lucky
D Aria yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Bermula pada tahun 2012,
keresahan mengenai bentuk dan produksi jam kayu melanda Lucky, melalui
serangkaian percobaan guna memastikan produk itu memiliki layak
produksi dan bernilai jual. Matoa Watch pun baru bisa dinikmati pada tahun
2013.
Ide unik dan tak biasa ini akhirnya menjadi sebuah aksesoris
menarik yang telah dipilih oleh banyak orang untuk melengkapi penampilan
mereka. Lewat tangan terampil sang pemilik, kayu-kayu mentah ini
bertransformasi menjadi jam tangan eksklusif yang ramah lingkungan dan
pada akhirnya menjadikan Matoa sebagai salah satu brand lokal yang
30
mengawali pembuatan jam tangan berbahan dasar kayu. Tagline “Urban,
Simplicity, Nature” diusung brand ini untuk menyelaraskan penampilan
masa kini dengan kultur Indonesia.
Nama Matoa sendiri terinspirasi dari jenis pohon Matoa yang
tumbuh di daratan Papua, di mana pohon ini dikenal mampu tumbuh
semakin tinggi, besar dan kokoh meskipun melewati beragam musim. Tujuh
model jam tangan dengan nama-nama yang mengedepankan keunikan tanah
air seperti, Flores, Sumba, Gili, Rote, Mayo dan Jalak diberikan untuk
produk ini untuk memberikan esensi ke-khas-an Indonesia. Garis desain
yang simple sehingga cocok dikenakan oleh kaum pria dan wanita selalu
diutamakan oleh brand ini.
Jam tangan ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 890 ribu
hingga Rp 1,4 jutaan. Kapasitas produksi Matoa Watch saat ini mencapai
300 unit perbulan dengan 30% produksi berorientasi ekspor mancanegara.
Negara seperti Jepang, Malaysia, Singapura dan Jerman telah menjadi pasar
sasaran yang potensial. Pola produksi dipertahankan dalam kondisi yang
terbatas, dengan proses produksi based on order membuat Matoa Watch
efektif dalam pembuatan, sehingga dengan demikian Matoa Watch tetap
berkonsentrasi dalam fokus peningkatan kualitas produk yang akan
dinikmati pelanggannya. Meskipun demikian bukan berarti perjalanan
Matoa tanpa ada komplain dari konsumennya. Berbagai jenis keluhan
datang dari beberapa aspek dalam produk yang mereka jual. Berikut ini
adalah contoh produk dan beberapa keluhan dari konsumen Matoa:
31
Gambar 10 : Produk Matoa
Sumber : Matoa-Indonesia
Gambar 11 : Produk Matoa
Sumber : Matoa-Indonesia
32
Gambar 12 : Screen shoot komplain konsumen Matoa
Sumber : Instagram/Matoa
Gambar 13 : Screen shoot komplain konsumen Matoa
Sumber : Instagram/Matoa
33
2. WOODKA
Produk jam tangan kayu Woodka awalnya merupakan proyek tugas
kampus mahasiswa jurusan Bisnis Manajemen ITB, yang lalu ditekuni
menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Awalnya dari tugas kuliah yang
dikerjakan secara kelompok di tahun 2013, kemudian ditekuni sebagai
bisnis dan dipasarkan sejak 2014. Savhira Mayola adalah pemrakarsa
Woodka bersama sebelas teman lainnya. Nama Woodka dipilih sebagai
brand jam tangan kayu hasil kreasi mereka, karena memang menggunakan
material kayu. Dibantu oleh tim desain dan tim produksi membuat Woodka
menjadi jam tangan kayu berkualitas.
Kelebihan jam tangan kayu Woodka dibandingkan jam tangan kayu
lainnya adalah, desain dan konsepnya yang muda, serta tali jam tangan yang
bisa diganti-ganti. Tali jamnya tak hanya berbahan kulit tetapi juga kain
tradisional Indonesia. Brand ini ingin mengenalkan berbagai tenun ikat
yang ternyata juga bisa terlihat unik dan berbeda. Awal produksi Woodka
hadir secara tematis, dimana setiap bulan hadir dengan tema yang berbeda-
beda. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan pasar yang terus
meningkat memaksa Woodka membuat tema yang lebih umum. Mereka
juga memiliki in house designer sendiri untuk pengerjaan desain jam dan
media promosi. Meski produk lokal, mereka mengklaim kualitas produknya
tidak kalah dari produk luar.
Harga Woodka yang ditawarkan berkisar mulai dari 600.000 hingga
800.000 rupiah. Strap jam ditawarkan dengan harga 150.000 dengan bahan
34
kain tenun ikat dan 250.000 untuk strap jam berbahan material kulit. Brand
ini memilih penjualan lewat website agar Woodka bisa dipasarkan ke
seluruh Indonesia maupun pasar mancanegara.
Kayu jenis ebony, sonokeling, jati dan maple dipilih untuk bahan
baku produk mereka. Material itu dipilih berdasarkan karakter masing-
masing kayu serta warna yang ditonjolkan. Desain jam Woodka ada tiga
jenis, yaitu Orla, Nieo, Kovu yang memiliki diameter 42 mm dan 36 mm,
dan sifatnya unisex.
Permintaan yang terus meningkat membuat Woodka semakin
meningkatkan produksi dan layanan penjualan . Saat ini per bulan, mereka
bisa menjual lebih dari 100 unit jam tangan. Pembelian langsung dilayani
pada acara pameran dikarenakan belum tersedianya toko secara fisik.
Kendati demikian bukan berarti perjalanan Woodka mulus tanpa hambatan.
Komplain dan keluhan dari konsumennya juga ramai datang dari beberapa
aspek dalam produk yang mereka jual. Berikut ini contoh produk Woodka:
Gambar 14 : Produk Woodka
Sumber : Instagram/Woodka
35
Gambar 15 : Produk Woodka
Sumber : Instagram/Woodka
Gambar 16 : Screen shoot komplain konsumen Woodka
Sumber : Instagram/Woodka
36
Gambar 17 : Screen shoot komplain konsumen Woodka
Sumber : Instagram/Woodka
D. ANALISIS SWOT
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Analisis SWOT adalah salah satu cara
untuk menganalisis potensi perancangan brand identity dan media promosi
Telesede.
37
Telesede
Matoa
Woodka
Strength
- Desain simple
dan eksklusif
dengan tetap
mengedepanka
n konsep
upcycle untuk
produknya.
- Memiliki
produk yang
berkualitas.
- Jam tangan
kayu pertama
di solo.
- Desain simple
dan
mengusung
konsep lokal
Indonesia
untuk
produknya.
- Mudah
didapatkan,
karena telah
tersebar di
berbagai
tempat.
- Desain dan
konsep fun
dengan produk
yang bisa
diganti strap
sesuai
keinginan
pemiliknya.
Weakness
- Kurangnya
media promosi
dan kapasitas
produksi yang
belum tinggi.
- Belum tersebar
ke banyak
tempat.
- Menurunnya
kualitas
produksi
dikarenakan
banyaknya
permintaan
pasar.
- Konsep yang
dimiliki
terbatasuntuk
menjangkau
konsumen
yang lebih
luas.
- Belum adanya
store secara
fisik.
38
Opportunity
- Brand lokal
dengan
produk
eksklusif
masih
diminati di
pasaran.
- Produk
sejenis masih
jarang
dijumpai.
- Brand yang
mengenalkan
konten lokal
sangat
berpeluang di
pasar Indonesia
maupun
mancanegara.
- Eksplorasi
produk secara
lebih dengan
konsep yang
diusung masih
diminati pasar,
khususnya
anak muda.
Threat
- Masih
rendahnya
pengetahuan
masyarakat
dan
dibutuhkan
pemahaman
tentang
konsep
produk dari
brand ini.
- Mulai banyak
pesaing dengan
menggunakan
konsep desain
yang sama
- Konsep yang
digunakan
akan
membosankan
jika tidak terus
bergerak
mengikuti
trend yang ada.
Tabel 1: Analisis SWOT