pembuatan mikrokapsul berbahan baku lokal

Upload: syamsul-mumin

Post on 31-Oct-2015

191 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBUATAN MIKROKAPSUL BERBAHAN BAKU LOKAL

LAPORAN PRAKTIKUM

SYAMSUL MUMINNIM. P2BA11048

PROGRAM STUDI BIOLOGIPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMANPURWOKERTO2012

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakangDalam budidaya perikanan, pengadaan pakan buatan yang baik dan dapat meningkatkan tingkat konsumsi merupakan hal yang paling penting, karena ikan tidak akan mengalami pertumbuhan, bila pakan yang dikonsumsi kurang memadai, sehingga tidak mampu mempertahankan kesehatannya ( Kontara dan Umiyati,1987). Pakan mikropartikel adalah pakan berupa butiran, terdiri dari matrik protein dan media suspensi air dapat diisi Tubifex sp, oleh karena ukurannya yang berdiameter antara 50 nm 2,0 mm, sehingga dapat digunakan sebagai pakan buatan untuk larva ikan maupun udang (Sukardi et al., 2007). Menurut Langdon (1989), diameter ukuran mikropartikel pakan larva adalah berkisar antara 2,37 m - 6,06 m. Di Indonesia banyak bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan pakan ikan dan udang seperti telur ayam dan berbagai jenis ikan. Oleh karena itu perlu adanya teknologi yang dapat memanfaatkan bahan-bahan tersebut. Dalam praktikum kali ini digunakan bahan bahan baku lokal untuk menyiasati mahalnya produk pakan mikrokapsul impor seperti ikan kembung, kepiting, magoot ikan cakalang, magoot kerapu, cumi dan cacing tubifek yang memiliki kandungan protein tinggi sebagai salah satu syarat pembuatan pakan mikrokapsul.

1.2. TujuanAdapun tujuan dari praktikum ini adalah : Membuat mikrokapsul berbahanbaku lokal sebagai salah satu difersifikasi produk pakan mikrokapsul Menyediakan pakan mikrokapsul berbahanbaku lokal dalam mensiasati mahalnya pakan mikrokapsul impor.

DASAR TEORI

Fase perkembangan larva merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi larva makan dalam kolam pemeiharaan. Bila larva dalam menggunakan pakan buatan lebih lambat ini akan dapat menyebabkan pakan kehilangan nutrien, tetapi larva yang menerima pakan mikrokapsul buatan secara cepat, berarti larva menggunakan pakan secara utuh terutama protein yang jumlahnya masih banyak serta kandungannya yang masih lengkap (Tian dan Qin, 2003; Kvale, 2006) . Komponen nutrisi pakan mikrokapsul ditentukan berdasarkan kebutuhan larva ikan terhadap protein, asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Dapat digunakan sumber protein yang berasal dari daging cumi-cumi, daging kerang, telur ayam, susu skim, kasein, gelatin, albumin telur, jamur dan daging ikan (Teshima et al., 1982). Menurut Watanabe, 1988. Mikrokapsul memiliki tiga macam salah satunya adalah mikrokapsul dalam bentuk Bound (powder dengan pakan inti) yang sering disebut pakan mikropartikel. Pakan yang diperoleh udang berfungsi sebagai sumber energi, yang digunakan untuk mempertahankan hidup, membangun tubuh dan proses perkembangbiakan. Pemberian pakan bisa tiga atau empat jam sekali, sesuai media pemeliharaan dan jumlah padat penebarannya. Pemeliharaan udang biasanya dipantau pertumbuhan bobot, panjang dan sintasan serta laju pertumbuhan spesifik (Soetomo, 1990), dan dapat terjadi secara exponensial (Watanabe, 1988). Komponen nutrisi pakan mikropartikel untuk ikan harus ditentukan berdasarkan kebutuhan protein, asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Maka sumber-sumber protein yang bernilai nutrisi tinggi dapat diperoleh dari udang-udangan, cumi-cumi, kerang, ekstrak tiram, telur ayam, susu skim, kasein, gelatin, jamur dan daging ikan (Teshima et al., 1982). Pakan mikropartikel harus dapat didistribusikan, karena larva pada saat awal masih belum aktif bergerak, dan harus dapat ditangkap sebelum jatuh ke dasar kolam perairan. Menurut Yufera et al (1999) mikrokapsul yang baik memiliki kepadatan rendah antara 400 600 g/L dengan laju tenggelam rata-rata 25 cm/jam. Mikrokapsul keberadaannya harus dapat terdispersi dan terapung sehingga akan mudah ditangkap oleh larva ikan. Pakan harus dapat mencapai dasar perairan dalam bak pemeliharaan, karena larva juga mengambil pakan di dasar perairan.

MATERI DAN METODE

3.1. Materi PraktikumAlat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum ini antara lain wadah baskom sebagai tempat penyimpanan bahan, timbangan digital untuk menimbang bahan, mikroskop untuk melihat ukuran mikrokapsul, blender basah untuk menghancurkan bahan, kain saring untuk menyaring bahan yang telah diblender, mixer untuk menghomogenkan dan membuat matrik mikrokapsul, Loyang untuk menampung bahan mikrokapsul selama pengeringan dalam oven, oven untuk mengeringkan bahan mikrokapsul, blender kering untuk membuat tepung bahan mikrokapsul setelah di oven. Bahan ikan kembung, daging kepiting, cumi-cumi, magoot kerapu, magoot cakalang dan cacing tubifek sebagai bahan baku inklusi mikrokapsul, tepung agar pabrikan dan rumput laut jenis Glacilaria sp sebagai bahan penyalut, alumunium foil untuk melapisi loyang selama pengeringan bahan mikrokapsul, dan air.Prosedur kerjaProsedur pembuatan mikrokapsul diawali dengan menimbang bahan-bahan inklusi alternatifberbahan baku lokal seperti ikan kembung, daging kepiting, cumi-cumi, magoot kerapu, magoot cakalang dan cacing tubifek, dan selanjutnya bahan-bahan tersebut di preparasi atau difilet (untuk ikan) dan ditimbang sehingga didapatkan (x gram) bahan baku, setelah itu dilarutkan dalam air dan bahan iklusi dengan perbandingan 3 : 1 dan kemudian di blender sampai halus. Setelah diblender disaring menggunakan kain saring sehingga didapatkan hasil saringan inklusi yang kemidian ditimbang. Setelah diketahui berat inklusi hasil saringan maka ditambahkan penyalut sebanyak 2,5% dari inklusi yang mana pada praktukum ini penyalut yang digunakan adalah agar-agar pabrik merk swallow dan rumput laut jenis Glacilaria sp. Kemudian dicampurkan dan dihomogenkan menggunakan mixer selama 15menit kemudian dipanaskan diatas kompor listrik sambil di mixer sampai suhu 70-80 0C. Larutan bahan penyalut dan inklusi yang telah dihomogenisasi, selanjutnya dimasukan kedalam loyang yang sebelumnya telah diberi alas alumunium foil dan dikeringkan dengan pengering oven pada suhu 180 0C. Setelah kering kemudian di haluskan dengan blender kering hingga menjadi tepung. Setelah menjadi tepung kemudian diuji matriknya dan daya apung mikrokapsul tersebut.

3.2. Lokasi PraktikumPraktikum dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Perikanan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilTabel 1. Data hasil pembuatan mikrokapsulKLPJenis InklusiBerat Awal BahanBerat AirBerat SariBerat AgarBerat Akhir

1Ikan Kembung108 g365 g365 g9,125 g25,2653 g

2Kepiting72 g216 g230 g5,75 g13,44 g

3Cumi-cumi224 g236 g477 g12 g11.10 g

4Maggot Cakalang123 g369 g329 g8,225 g25,78 g

5Maggot Kerapu143 g429 g457 g11,425 g30, 4331 g

6Ikan Kembung + Rumput Laut350 g1050 g345 g9 g14,26 g

7Tubifex + Rumput Laut102 g306 g347 g8,7 g11,59 g

Tabel 2. Data ukuran mikrokapsulNo.JENIS INKLUSIMATRIKUkuran diamater basahUkuran diameter kering

1Daging Ikan KembungAgar-Agar Pabrik9,8 29,4 mikron (1-3 skala)9,8 mikron (1 skala)

2KepitingAgar-Agar Pabrik19,6 mikron (2 skala)13,9 mikron ( > 1,5 skala)

3Cumi-CumiAgar-Agar Pabrik19,6 mikron (2 skala)19,6 mikron (2 skala)

4Maggot CakalangAgar-Agar Pabrik9,8 19,6 mikron (1-2 skala)14,67 24 mikron (1,5- 2,5 skala)

5Maggot KerapuAgar-Agar Pabrik9,8 19,6 mikron (1-2 skala)19,6 39,2 mikron (2 4 skala)

6Daging Ikan KembungRumput laut19,6 mikron (2 skala)29,4 - 49 mikron (3-5 skala)

7Cacing TubifexRumput laut9,8 29,4 mikron(1-3 skala)9,8 14,7 mikron (1- 1,5 Skala)

Tabel 3. Data warna mikrokapsulNo.JENIS INKLUSIMATRIKWarna mikrokapsul basahWarna mikrokapsul kering

1Daging Ikan KembungAgar-Agar PabrikpinkMerah tua

2KepitingAgar-Agar Pabrik Merah keoranyeanOrange kecoklatan

3Cumi-Cumi Agar-Agar PabrikMerah tuaMerah tua

4Maggot CakalangAgar-Agar Pabrikcoklatcoklat

5Maggot KerapuAgar-Agar PabrikAbu-abuCoklat muda

6Daging Ikan KembungRumput lautCoklat

Hitam

7Cacing TubifexRumput lautCoklat tua Coklat kehitaman

Tabel 4. Data waktu tenggelam mikrokapsulNo.JENIS INKLUSIMATRIKWaktu tenggelam

1Daging Ikan KembungAgar-Agar Pabrik9 jam 42 menit

2KepitingAgar-Agar Pabrik 32 menit

3Cumi-Cumi Agar-Agar Pabrik30 menit

4Maggot CakalangAgar-Agar Pabrik30 menit

5Maggot KerapuAgar-Agar Pabrik7 jam 19 menit 45 detik

6Daging Ikan KembungRumput laut20 jam

7Cacing TubifexRumput laut20 menit (besar) dan 22 jam (kecil)

Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Pemiletan ikan.Gambar 2. Pemiletan ikan.

Gambar 3. Penimbangan ikan.Gambar 4. Penambahan air.

Gambar 5. Pemblenderan.Gambar 6. Penyaringan.

Gambar 7. PenyaringanGambar 8. Penimbangan hasil saringan.

Gambar 9. Penimbangan agar-arar pabrikGambar 10. Ekstraksi Gracilaria sp

Gambar 11. PencampuranGambar 12. Penghomogenan inclusi dan penyalut

Gambar 13. Hasil PenghomogenanGambar 14. Bubur mikrokapsul

Gambar 15. Setelah pengeringan di ovenGambar 16. Pengecilan ukuran

Gambar 17. Penimbangan tepung mikrokapsulGambar 18. Hasil tepung mikrokapsul

Gambar 19. Analisa ukuran mikrokapsulGambar 20. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + agar-agar pabrik 1

Gambar 21. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + agar-agar pabrik 2Gambar 22. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + agar-agar pabrik 3

Gambar 23. Ukuran mikrokapsul inklusi kepiting + agar-agar pabrik 1Gambar 24. Ukuran mikrokapsul inklusi kepiting + agar-agar pabrik 2

Gambar 25. Ukuran mikrokapsul inklusi cumi-cumi + agar-agar pabrik 1Gambar 26. Ukuran mikrokapsul inklusi cumi-cumi + agar-agar pabrik 2

Gambar 27. Ukuran mikrokapsul inklusi maggot cakalang + agar-agar pabrik 1Gambar 28. Ukuran mikrokapsul inklusi maggot cakalang + agar-agar pabrik 2

Gambar 29. Ukuran mikrokapsul inklusi maggot kerapu + agar-agar pabrik 1Gambar 30. Ukuran mikrokapsul inklusi maggot kerapu + agar-agar pabrik 2

Gambar 31. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + rumput laut 1Gambar 32. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + rumput laut 2

Gambar 33. Ukuran mikrokapsul inklusi tubifex + rumput laut 1Gambar 34. Ukuran mikrokapsul inklusi tubifex + rumput laut 2

Gambar 35. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + agar-agar pabrikGambar 36. Ukuran mikrokapsul inklusi ikan kembung + agar-agar pabrik

Gambar 37. Uji coba waktu tenggelam mikrokapsul 1Gambar 38. Uji coba waktu tenggelam mikrokapsul 2

B. PembahasanPraktikum pembuatan pakan mikrokapsul berbahan baku lokal, dihasilkan data mengenai bahan inklusi dan jenis penyalut mikrokapsul, ukuran diameter mikrokapsul, warna, lama waktu tenggelam mikrokapsul dan komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan mikrokapsul. Data mengenai berat bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan pakan mikrokapsul dapat dilihat pada tabel 1.Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil perbandingan secara umum antara berat bahan dan berat air yang digunakan sebagai pelarut pada masing-masing pada masing-masing perlakuan adalah 1 : 3. Berat air yang digunakan adalah 3 kali lebih banyak dari berat bahan. Setelah bahan dan air tercampur, maka dilakukan penghalusan bahan agar terbentuk menjadi adonan. Untuk mendapatkan sari nutrisi dari bahan yang digunakan pada masing-masing perlakuan maka dilakukan dengan cara memeras adonan yang telah terbentuk menggunakan kain saring. Perbandingan antara berat adonan dan berat sari nutrisi pada masing-masing perlakuan berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena disebabkan oleh kandungan serat kasar pada masing-masing bahan yang berbeda. Semakin banyak bahan mengandung serat kasar maka perbandingan berat adonan dan berat sari nutrisi yang yang dihasilkan akan semakin kecil. Sebagai pembungkus/penyalut dari inti mikrokapsul pada perlakuan yang menggunakan bahan ikan kembung kelompok 1, kepiting, maggot cakalang dan maggot kerapu menggunakan agar-agar dari pabrikan. Sedangkan untuk pembungkus inti mikrokapsul pada perlakuan yang menggunakan bahan ikan kembung kelompok 6 dan tubifek menggunakan agar dari rumput laut jenis Glaciraria sp. Jumlah agar yang digunakan sebagai media pembungkus inti mikrokapsul adalah 2,5 % dari berat sari nutrisi pada masing-masing perlakuan. Untuk melarutkan agar, digunakan air sebanyak 2,5 % dari berat total adonan pada masing-masing perlakuan. Data hasil praktikum diperoleh mikrokapsul sebanyak 23,39 % dari bahan ikan kembung kelompok 1, 18,67 % dari bahan kepiting, 4,95 % dari bahan kepiting, 20,96 % dari bahan maggot cakalang, 21,28 % dari bahan maggot kerapu, 4,07 % dari bahan ikan kembung kelompok 6 dan 11,36 % dari bahan tubifex.Pada tabel 2. Data hasil praktikum secara umum diameter mikrokapsul basah yang diperoleh dari masing-masing perlakuan adalah sama, yakni antara 1 3 skala. Pada kondisi kering, ukuran mikrokapsul terlihat berbeda secara nyata yakni antara 1 5 skala. Ukuran diameter mikrokapsul baik dalam kondisi kering maupun basah dapat dipengaruhi oleh kecepatan dan lama waktu pisau pemotong atau blender bekerja. Semakin tinggi kecepatan pisau maka hasil yang diperoleh semakin optimal yakni lebih kecil ukuran diameternya. Selain dari kecepatan pisau yang digunakan dalam penghalusan bahan, faktor lain juga berpengaruh. Faktor lain yang dapat berpengaruh dalam menentukan besar kecilnya ukuran diameter mikrokapsul adalah jenis bahan inklusi dan jenis bahan matrik yang digunakan. Pada penggunaan matrik berbahan rumput laut, hasil diameter mikrokapsul dalam kondisi kering yang diperoleh cenderung lebih besar yakni 3 5 skala pada perlakuan yang menggunakan bahan ikan kembung sebagai inklusinya. Sedangkan pada perlakuan-perlakuan yang menggunkan bahan agar-agar dari pabrikan, diameter mikrokapsul yang diperoleh dalam kondisi kering cenderung lebih kecil yakni 1 4 skala.Data hasil prraktikum pada tabel 3, menunjukan bahwa warna mikrokapsul pada kondisi basah dan kondisi kering berbeda. Dalam kondisi kering, warna mikrokapsul cenderung lebih gelap jika dibandungkan pada kondisi basah. Warna mikrokapsul dapat dipengaruhi oleh jenis inklusi dan matrik yang digunakan untuk menyusunnya. Seperti halnya daging udang maupun kepiting yang dipanaskan, warna mikrokapsul yang inklusinya berasal dari daging kepiting lebih didiminasi oleh warna orange. Hal tersebut terjadi karena nutrient ataupun protein yang berasa dari krustasea bila dipanaskan akan berubah warna menjadi orange. Kemungkinan besar hal serupa terjadi pada perlakuan-perlakuan lain sesuai dengan karakter nutrient atau protein yang terkandung di dalamnya.

Data waktu tenggelam mikrokapsul disajikan pada tabel 4. Waktu tenggelam mikrokapsul menunjukan bahwa mikrokapsul yang memiliki matrik dari agar-agar pabrikan cenderung lebih cepat tenggelam yakni dalam waktu 30 menit sampai 9 jam 42 menit. Sedangkan mikrokapsul yang terbungkus matrik dari rumput laut cenderung lebih lama untuk tidak tenggelam yakni 20 sampai 22 jam. Selain dari jenis matrik yang digunakan, lama waktu tenggelam mikrokapsul juga dipengaruhi oleh berat jenis dari bahan inklusi yang digunakan. Pada mikrokapsul yang terbuat dari inklusi kepiting, cumi-cumi dan maggot cakalang lebih cepat tenggelam yakni antara 30 sampai 32 menit. Sedangkan mikrokapsul dengan inklusi berbahan daging ikan kembung, maggot kerapu dan cacing tubifek cenderung lebih lama untuk tidak tenggelam yakni antara 7 jam 19 menit sampai 22 jam.Perbedaan lama waktu tenggelam pada masing-masing perlakuan dapat dijadikan acuan untuk memilih bahan yang digunakan sebagai inklusi maupun matrik untuk pembuatan pakan mikrikapsul yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dapat terjadi adalah dalam menentukan pakan yang memiliki karakter mengapung, melayang atau tenggelam ke dasar air disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan.

PENUTUPA. KESIMPULANDari hasil praktikum menjunjukan bahwa ukuran matrik, warna, jumlah dan lama waktu tenggelam mikrokapsul dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan sebagai inklusi maupun jenis bahan yang digunakan sebagai penyalut dalam pembuatan mikrokapsul.Pembuatan mikrokapsul berbahan baku lokal dapat dijadikan salah satu alternatif untuk penyediaan pakan mikrokapsul untuk stadia larva dalam penanggulangan mikrokapsul impor yang cenderung mahal.

B. SARANDalam pembuatan mikrokapsul, disarankan dalam menggunakan penyalit/enkapsulasi yang berasal dari rumput laut jenis Glacilaria sp diekstraksi terlebih dahulu dan digunakan hasil ekstraksinya dalam bentuk gel agar-agar. Sehingga membentuk gel dan matrik terbungkus secara merata.

DAFTAR PUSTAKA

Kontara, E. K. dan S. Umiyati, 1987. Makanan Buatan Untuk Larva Udang Penaeid. Dirjen Perikanan. Jakarta. Microdiets for Gilthead seabream, Sparus aurata: Review.Aquaculture 194: 107-121

Langdon. 1989. Preparation and evaluation of protein microcapsules for a marine suspension-feeder, the Pacific oyster Crassosstrea gigas . Marine Biology. 102:217-224).

Soetomo, M.H.A. 1990. Tehnik Budidaya Udang Windu. Penerbit Sinar Baru, Bandung.

Sukardi, P., E. Yuwono, dan I. Sulistyo. 2007. Mikroencapsulated Diet Ramah Lingkungan Untuk Larva Udang Windu Menggunakan Bahan Lokal. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Sains dan Tehnik. Unsoed. Purwokerto. 13 hal (tidak dipublikasikan).

Sukardi, P., E. Yuwono dan I. Sulistyo. 2007. Pembuatan Mikrokapsul Dinding Protein Dengan Bahan Lokal Untuk Pakan Ikan dan Udang. Makalah disampaika pada Semnaskan Tahunan IV. UGM/Pengolahan Hasil Perikanan. Yogyakarta.

Tian, X. and Jian G. Qin. 2004. Effect of Previous Ration Restriction on Compensatory Growth in Barramundi Lates calcarifer . Aquaculture. 235:273283.

Wanatabe. T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Texbook. The General Aquaculture Course, Tokyo. P132 -145.

Yufera, M., S. Kolkovski, C. Fernadez-Diaz, and K. Dabrowski. 2002. Free Amino Acid Leaching from a Protein-Walled Microencapsulated Diet for Fish Larvae. Aquacultur 214:273-287.