biodiesel berbahan baku alga

25
BIODIESEL BERBAHAN BAKU ALGA MAKALAH oleh : Lilis Triyowati Andriani (115061101111009) Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Upload: lruwetz

Post on 27-Oct-2015

168 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biodiesel Berbahan Baku Alga

BIODIESEL BERBAHAN BAKU ALGA

MAKALAH

oleh :

Lilis Triyowati Andriani (115061101111009)

Program Studi Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya

Malang

2013

Page 2: Biodiesel Berbahan Baku Alga

KATA PENGANTAR

Makalah dengan judul “Biodiesel Berbahan Baku Alga” ini disusun

sebagai pengganti ujian tengah semester matakuliah Bahasa Indonesia Teknik

Kimia.

Makalah ini membahas tentang proses pembuatan, efektifitas dan prospek

jangka panjang dari biodiesel yang berbahan baku alga. Makalah ini ditulis dengan

mengkaji pustaka dan olah pikir dari penulis.

Kendala yang dialami penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu sumber buku atau

kajian pustaka yang kurang memadai tentang biodiesel berbahan baku alga.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semua pihak

yang telah membantu dalam menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan

tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu terkait dan

pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

demi mengembangkan ilmu terkait.

Malang, 8 April 2013

Penulis

i

Page 3: Biodiesel Berbahan Baku Alga

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Hasil Penulisan............................................................................2

BAB II Kajian Pustaka............................................................................................3

3.1 Alga...........................................................................................................3

3.2 Kandungan Alga........................................................................................4

3.3 Biodiesel dan Mekanisme Pembuatannya.................................................5

BAB III Pembahasan Masalah................................................................................8

3.1 Proses Pembuatan Biodiesel dari Alga......................................................8

3.2 Efektifitas Dan Prospek Jangka Panjang Biodiesel Dari Alga................11

BAB IV Penutup...................................................................................................13

4.1 Kesimpulan..............................................................................................13

4.2 Saran........................................................................................................13

Daftar Pustaka........................................................................................................14

ii

Page 4: Biodiesel Berbahan Baku Alga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak hal yang mengakibatkan semakin mahalnya harga minyak bumi.

Namun satu fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa minyak bumi akan habis pada

suatu saat. Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak bisa diperbarui, minyak

bumi dapat diambil dan dipergunakan selama persediaan di dalam perut bumi masih

ada.

Motor diesel yang ada saat ini sebagian besar menggunakan bahan bakar dari

minyak bumi, yaitu solar atau diesel. Beberapa tahun lalu harga solar di Indonesia

terpaut sangat jauh lebih murah dibanding harga bensin, namun dengan perubahan

kebijakan pemerintah yang berusaha melepaskan diri dari jerat subsidi, maka harga

solar melambung tinggi. Oleh sebab itu, jika kita mencari bahan bakar alternatif

yang dapat digunakan oleh motor diesel maka sebaiknya merupakan bahan bakar

yang dihasilkan dari tanaman atau hewan yang dikenal dengan biodiesel.

Biodiesel adalah semua bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati atau

lemak hewan yang merupakan transformasi energi dari matahari menjadi energi

kinetik yang paling mudah, bersih, efisien, dapat diperbarui dan memiliki

kesetimbangan energiyang tinggi. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar

motor diesel yang berupa ester alkil atau alkil asam lemak (ester metil) yang dibuat

dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. Istilah biodiesel identik

dengan bahan bakar murni. Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat

dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumber daya utama

yang banyak terdapat di suatu tempat atau negara. Indonesia mempunyai banyak

sumber daya untuk bahan baku biodiesel. Salah satu sumber minyak nabati yang

potensial sebagai bahan baku biodiesel yang terdapat di Indonesia yaitu alga.

Alga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,

vitamin,mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai

1

Page 5: Biodiesel Berbahan Baku Alga

komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan

dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen

kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri

makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Keuntungan lain yang dimiliki oleh alga

adalah tidak diperlukannya peralatan pertanian seperti didarat, didalam budidaya alga

tidak membutuhkan penyemaian benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bakar , pengambilan hasil panen yang kontinyu dan waktu tanam alga

yang cukup singkat yaitu satu minggu. Keunggulan alga dibandingkan bahan nabati

lain adalah proses pengambilan minyak dilakukan tanpa penggilingan dan langsung

diekstrak dengan bantuan zat pelarut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan antara lain:

1. Bagaimanakah proses pembuatan biodiesel dari alga?

2. Bagaimanakah potensi pengembangan biodesel berbahan baku alga?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui proses pembuatan biodiesel dari alga.

2. Mengetahui potensi pengembangan biodesel berbahan baku alga.

1.4 Manfaat Hasil Penulisan

Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

tentang potensi pengembangan biodesel berbahan baku alga sehingga diharapkan

dapat mejadi suatu alternatif penggunaan biodiesel dari alga sebagai pengganti bahan

bakar solar.

2

Page 6: Biodiesel Berbahan Baku Alga

BAB II

KAJIAN PUSTAKA3.1 Alga

Alga merupakan tumbuhan autrotrof yang memiliki bentuk yang bermacam-

macam, ada yang menyerupai benang dan ada yang berbentuk tumbuhan tinggi. Ciri

utamanya adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun sesungguhnya seperti

yang dimiliki oleh tumbuhan besar lainya. Alga adalah tumbuhan yang paling efektif

proses fotosintesisnya. Hal ini karena alga mampu mengoptimalkan sinar matahari

dalam proses fotosintesis, walaupun sinar matahari terhalang oleh permukaan air

(Briggs, 2004 : 986).

Alga sangat besar perananya dalam biogeokimia yaitu sebagai bagian penting

dari siklus N (nitrogen), O (oksigen), S (Belerang), P (phosphate), dan C (karbon)

(Graham dan Wilcox, 2000: 475).

Makroalga dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Alga coklat, yang dapat mencapai

ukuran paling besar, biasa disebut dengan seaweed (rumput laut); Alga hijau dan

Alga merah (Briggs, 2004 : 993).

Mikroalgae (Alga mikro) merupakan jenis ganggang yang paling banyak

dikembangkan untuk keperluan riset dan teknologi. Hal ini karena mikroalga

mempunyai beberapa keuntungan, yaitu pertumbuhanya lebih cepat dan kandungan

asam lemak lebih besar (Sheehan dkk, 1998:63).

Dua faktor terpenting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan alga adalah sinar

matahari yang cukup dan karbondioksida. Selain itu alga juga membutuhkan

beberapa nutrisi tambahan seperti nitrogen, phosphate, dan zat besi agar

pertumbuhanya cepat dan optimal. Beberapa jenis alga juga membutuhkan silikon.

Alga dapat berkembang pada air laut dan air tawar, bahkan pada daerah yang basah

dan lembab seperti pegunungan dan derah salju. Alga mempunyai ukuran yang

bervariasi dan tingginya bisa mencapai lebih dari 50 meter (Graham dan Wilcox,

2000:501).

3

Page 7: Biodiesel Berbahan Baku Alga

Alga sejenis rumput laut (seaweed) tingginya dapat mencapai 70 meter. Alga

dalam bentuk mikro biasa disebut dengan phytoplankton yang merupakan sumber

rantai makanan dilaut (Sheehan dkk, 1998:68).

Jenis alga yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah rumput

laut (seaweed). Rumput laut berbentuk koloni dan berkembang pada perairan yang

dangkal, pesut jernih, berpasir, dan berlumpur. Rumput laut biasanya menempel pada

karang mati, potongan kerang dan substrat yang keras lainya, baik yang terbentuk

secara alami atau buatan (Briggs, 2004 : 997).

3.2 Kandungan Alga

Menurut Sheehan dkk (1998) ada tiga komponen zat utama yang terkandung

dalam alga, yaitu karbohidrat, protein dan triacyglycerols. Karbohidrat dapat

difermentasikan menjadi alkohol, protein dapat diolah menjadi produk makanan dan

kecantikan dan triacyglycerols dapat diubah asam lemak. Kombinasi dari

pemanfaatan tiga komponen diatas dapat menghasilkan makanan ternak.

Tabel 1 Komposisi Kimia Alga Ditunjukkan dalam Zat Kering (%)

(Sumber: Becker, 1994:195)

Komposisi Kimia Protein Karbohidrat Lemak Nucleic Acid

Scenedesmus obliquus 50-56 10-17 12-14 3-6

Scenedesmus quadricauda 47 - 1.9 -

Scededesmus dimorphus 8-18 21-52 16-40 -

Chlamydomonas rheinhardii 48 17 21 -

Chlorella vulagris 51-58 12-17 14-22 4-5

Chlorella pyronoidosa 57 26 2 -

Spirogyra sp. 6-20 33-64 11-21 -

Dunaliella bioculata 49 4 8 -

Dunaliella salina 5729 32 6 -

Euglena gracilis 39-61 14-18 14-20 1-2

Prymnesium parvum 29-45 25-33 22-38 -

Tetraselmis maculata 52 15 3 -

Porphyridium cruentum 28-39 40-57 9-14 2-5

Spirulina patensis 46-63 8-14 4-9 3-4.5

4

Page 8: Biodiesel Berbahan Baku Alga

Spirulina maxima 60-71 13-16 6-7 5

Synochoccus sp. 63 15 11 -

Anabaema cylindrica 43-56 25-30 4-7 -

3.3 Biodiesel dan Mekanisme Pembuatannya

Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar diesel

petroleum. Kelebihan tersebut antara lain (Haryanto, 2002:135) :

1. Merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi

2. Mempunyai bilangan setana yang tinggi.

3. Mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan NOx.

4. Terdapat dalam fase cair.

Biodiesel diproses berdasarkan reaksi kimia yang disebut dengan

transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya adalah mereaksikan minyak nabati dengan

metanol atau etanol, yang dibantu dengan katalisator soda api (NaOH) atau KOH.

Molekul dari minyak dikenal terdiri dari triester yang ditempeli oleh molekul gliserol

dan juga dikenal sebagai trigliserida. Sekitar 20 % molekul minyak adalah gliserol.

Ester dalam minyak adalah bahan dasar dari minyak biodiesel. Gliserol menjadikan

minyak sayur menebal dan lengket. Oleh karena itu, selama proses pembuatan

biodiesel ester dipisahkan dari gliserol. Untuk memecah trigliserida, perlu

ditambahkan katalis. Katalis akan memecah trigliserida dan melepaskan ester. Pada

saat ester terpisah, mereka akan dikombinasikan dengan alkohol. Katalis akan

menggabungkannya dengan gliserol, dan kemudian jatuh ke dasar container reactor

biodiesel atau tangki yang memproduksi alkil ester dan sabun gliserol. Katalis yang

biasa digunakan adalah NaOH (Sodium Hidroksida/Soda Kaustik) dan KOH(Kalium

Hidroksida). Namun bila menggunakan KOH sebagai katalis, maka membutuhkan

jumlah bahan yang lebih banyak (Graham dan Wilcox, 2000:579).

Pada reaksi transesterifikasi minyak tanaman, trigliserida direaksikan dengan

alkohol menghasilkan campuran asam lemak alkil ester dan gliserol. Proses

keseluruhan adalah urutan dari tiga reaksi reversibel, dimana monogliserida

5

Page 9: Biodiesel Berbahan Baku Alga

terbentuk sebagai intermediet. Reaksi stoikiometri membutuhkan 1 mol trigliserida

dan 3 mol alkohol. Alkohol ditambahkan berlebih untuk meningkatkan hasil alkil

ester yang terbentuk dan agar tejadi pemisahan dari gliserol. Beberapa faktor seperti

jenis katalis (basa atau asam), perbandingan molar alkohol atau minyak tanaman,

temperatur, kemurnian reaktan, dan kandungan asam lemak bebas berpengaruh

terhadap jalannya reaksi transesterifikasi. Penghilangan asam lemak bebas dapat

dilakukan melalui reaksi esterifikasi. Pada reaksi ini asam lemak bebas direaksikan

dengan metanol menjadi sabun sehingga tidak mengurangi perolehan biodiesel.

Proses transesterifikasi menggunakan alkohol akan mengubah trigliserida menjadi

alkil ester. Tujuannya adalah untuk menurunkan viskositas minyak dan

meningkatkan daya pembakaran sehingga dapat digunakan sesuai standar biodiesel.

Mekanisme reaksi transesterifikasi dari minyak tanaman menggunakan katalis basa

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Reaksi transesterifikasi minyak tanaman menggunakan katalis basa

Reaksi antara basa dengan alkohol, menghasilkan sebuah alkoksida dan katalis yang

terprotonasi (tahap 1). Alkoksida berperan sebagai nukleofil yang menyerang gugus

karbonil dari turunan trigliserida (tahap 2), sehingga terbentuk alkil ester dan anion

dari digliserida (tahap 3). Pada tahap terakhir yaitu deprotonasi katalis, terbentuk

6

Page 10: Biodiesel Berbahan Baku Alga

katalis seperti semula (tahap 4) sehingga dapat digunakan kembali untuk bereaksi

dengan molekul alkohol berikutnya. Digliserida dan monogliserida akan diubah

dengan mekanisme yang sama untuk menghasilkan campuran alkil ester dan gliserol

(Schuchardt,1997:207).

Metil ester asam lemak memiliki rumus molekul Cn-1H2(n-r)-1CO–OCH3 dengan

nilai n yang umum adalah angka genap antara 8 sampai 24 dan nilai r yang umum 0,

1, 2,atau 3. Beberapa metil ester asam lemak yang dikenal adalah

1. Metil stearat, C17H35COOCH3 [n = 18 ; r = 0]

2. Metil palmitat, C15H31COOCH3 [n = 16 ; r = 0]

3. Metil laurat, C11H23COOCH3 [n = 12 ; r = 0]

4. Metil oleat, C17H33COOCH3 [n = 18 ; r = 1]

5. Metil linoleat, C17H31COOCH3 [n = 18 ; r = 2]

6. Metil linolenat, C17H29COOCH3 [n = 18 ; r = 3]

Kelebihan metil ester asam lemak dibanding asam-asam lemak lainnya :

1. Ester dapat diproduksi pada suhu reaksi yang lebih rendah.

2. Gliserol yang dihasilkan dari metanolisis adalah bebas air.

3. Pemurnian metil ester lebih mudah dibanding dengan lemak lainnya karena titik

didihnyalebih rendah.

4. Metil ester dapat diproses dalam peralatan karbon steel dengan biaya lebih rendah

daripadaasam lemak yang memerlukan peralatan stainless steel.

Metil ester asam lemak tak jenuh memiliki bilangan setana yang lebih kecil

dibanding metilester asam lemak jenuh (r = 0). Meningkatnya jumlah ikatan rangkap

suatu metil ester asamlemak akan menyebabkan penurunan bilangan setana

(Haryanto, 2002 : 141).

7

Page 11: Biodiesel Berbahan Baku Alga

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Proses Pembuatan Biodiesel dari Alga

Dalam proses pembuatan biodiesel berbahan baku alga, ada beberapa tahapan

proses yang harus dilakukan yaitu pembudidayaan alga, pemanenan alga, ekstraksi

minyak alga, dan transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.

a. Proses Kultivasi

Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu

menggunakan open pond (kolam terbuka) dan fotobioreaktor.

Penggunaan fotobioreaktor (PBR) lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem

kolam terbuka. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan PBR dibandingkan

sistem kolam yaitu:

1. Produktivitas lebih tinggi.

2. Mencegah dan mengurangi kontaminasi.

3. Adanya proses pencahayaan dan pengadukan memberikan hasil yang lebih

baik.

4. Kondisi pertumbuhan dapat dikontrol selalu (pH, pencahayaan,

karbondioksida, temperature).

5. Mencegah penguapan air.

6. Menghasilkan konsentrai sel yang lebih tinggi

b. Proses Harvesting

Pemanenan alga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan

penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Permasalahannya adalah

pengembangbiakan mikroalga memiliki kepekatan yang encer, biasanya kurang dari

500 mg/liter dalam basis massa organik kering dan memiliki ukuran sel yang sangat

kecil. Untuk memproses mikroalga menjadi biodiesel, mikroalga harus dijadikan ke

dalam bentuk pasta terlebih dahulu, yaitu sekitar 15% padatan. Teknik-teknik

seperti flocculation, microstraining, filtering, sedimentation dan centrifugation biasa

digunakan untuk pemanenan mikroalga. Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan

8

Page 12: Biodiesel Berbahan Baku Alga

bergantung pada ukuran mikroalga dan kualitas produk yang diinginkan untuk

menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.

Chemical flocculation dan bioflocculation dilakukan untuk menghasilkan

densitas massa mikroalga yang lebih mudah untuk dipindahkan. Dalam

teknik bioflocculation, mikroalga mulai membentuk kumpulan atau koloni alga

dalam kondisi tertentu pada sistem yang timbul. Selain itu, bioflocculation dapat

didorong dengan menggunakan biakan mikroba non-alga. Dalam chemical

flocculation, bahan kimia seperti ferric chloride, aluminium sulfat, ferri sulfat,

polymeric flocculants, chitosan digunakan untuk membentuk formasi koloni alga.

Kekurangan dari metode ini adalah biaya pengadaan bahan kimia yang digunakan.

Teknik flocculation biasanya diikuti dengan sedimentasi, filtrasi ataupun

sentrifugasi. Dalam proses sedimentasi, mikroalga yang tersuspensi dikumpulkan

oleh gaya gravitasi sehingga menghasilkan konsentrasi massa mikroalga yang lebih

mudah untuk dipindahkan. Sentrifugasi merupakan metode yang biasa digunakan

untuk memperoleh mikroalga dalam jumlah besar. Efisiensi dari metode ini

bergantung pada jenis mikroalga yang digunakan, pengaturan kedalaman, dan waktu

tinggal dari cell slurry. Metode ini memiliki kebutuhan energi yang paling besar

dibandingkan dengan metode yang lainnya.

Filtrasi dapat dilakukan di dalam tekanan atau vakum jika ukuran alga tidak

mendekati ukuran bakteri. Filter mikro (biasanya berukuran 25-20 μm) dapat

digunakan untuk spesies spirulina. Jika flocculation dilakukan sebelum filtrasi, maka

efisiensi filtrasi yang dihasilkan akan meningkat.

c. Proses Ekstraksi Minyak Alga

Terdapat dua metode yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi

minyak dari alga, yaitu:

1. Pengepresan (Expeller/Press)

Pada metode ini alga yang sudah siap panen dipanaskan dahulu untuk

menghilangkan air yang masih terkandung di dalamnya. Kemudian alga dipres

dengan alat pengepres untuk mengekstraksi minyak yang terkandung dalam

alga. Dengan menggunakan alat pengepres ini, 70 – 75% minyak yang

terkandung dalam alga bisa didapatkan.

9

Page 13: Biodiesel Berbahan Baku Alga

2. Hexane solvent oil extraction

Minyak dari alga dapat diambil dengan menggunakan larutan kimia,

misalnya dengan menggunakan benzena dan eter. Namum, penggunaan larutan

kimia heksana lebih banyak digunakan sebab harganya yang tidak terlalu mahal.

Larutan heksana dapat digunakan langsung untuk mengekstaksi minyak dari alga

atau dikombinasikan dengan alat pengepres. Cara kerjanya sebagai berikut:

setelah minyak berhasil dikeluarkan dari alga dengan menggunakan alat

pengepres, kemudian ampas (pulp) alga dicampur dengan larutan cyclo-hexane

untuk mengambil sisa minyak alga. Proses selanjutnya, ampas alga disaring dari

larutan yang berisi minyak dan cyclo-hexane. Untuk memisahkan minyak dan

cyclo-hexane dapat dilakukan proses distilasi. Kombinasi metode pengepresan

dan larutan kimia dapat mengekstraksi lebih dari 95% minyak yang terkandung

dalam alga.

3. Supercritical Fluid Extraction

Pada metode ini, CO2 dicairkan dibawah tekanan normal kemudian

dipanaskan sampai mencapai titik kesetimbangan antara fase cair dan gas.

Pencairan fluida inilah yang bertindak sebagai larutan yang akan mengekstraksi

minyak dari alga. Metode ini dapat mengekstraksi hampir 100% minyak yang

terkandung dalam alga. Namun, metode ini memerlukan peralatan khusus untuk

penahanan tekanan.

d. Proses Transesterifikasi

Untuk mensintesis minyak alga menjadi biodiesel dilakukan dengan proses

transesterifikasi dengan bantuan katalis untuk mempercepat reaksi. Secara garis

besar ada tiga macam transesterifikasi dengan katalis yang dapat digunakan, yaitu:

1. Transesterifikasi Katalis Basa

2. Transesterifikasi Katalis Asam

3. Transesterifikasi Menggunakan Enzim

Proses transesterifikasi menggunakan katalis basa merupakan proses yang

paling umum dipakai di industri sampai saat ini. Selain itu, proses ini juga

menghasilkan biodiesel dengan kualitas cukup baik untuk digunakan sebagai bahan

bakar. Dari sisi teknologi, banyak sekali teknologi yang berkembang untuk proses

transesterifikasi ini, mulai dari proses perlakuan awal bahan baku (pretreatment),

10

Page 14: Biodiesel Berbahan Baku Alga

proses transesterifikasi, proses pemisahan biodiesel dan gliserol, proses pemisahan

dan recovery metanol, proses pemisahan gliserol, hingga proses purifikasi biodiesel

dengan air untuk meningkatkan kemurnian biodiesel.

3.2 Efektifitas Dan Prospek Jangka Panjang Biodiesel Dari Alga

Berdasarkan data Departemen ESDM (2008), kondisi umum penggunaan

energi di Indonesia masih tergantung kepada minyak bumi sebesar 51.66%, gas

alam 28.57%, batubara 15.34%, tenaga air 3.11% dan panas bumi 1.32%.

Konsumsi energi terus meningkat dengan pertumbuhan sekitar 7% pertahun.

Sebagai upaya menjamin pasokan energi dalam negeri, pemerintah telah melakukan

diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumber bahan hayati Indonesia melalui

pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai sumber energi alternatif.

Pengembangan BBN diharapkan dapat menurunkan penggunaan Bahan Bakar

Minyak (BBM).

Terdapat beberapa jenis BBN yang dikenal di masyarakat umum yaitu

biodiesel, bioetanol dan biooil (minyak nabati murni). Penggunaan BBN di Indonesia

dan pemasarannya secara umum sudah mulai dilakukan sejak tahun 2006. BBN yang

digunakan dan dipasarkan tersebut adalah campuran 5% bio-diesel dengan 95%

minyak solar, disebut B5, serta campuran 5% bio-etanol dengan 95% premium,

disebut E5. Nama dagang campuran bahan bakar tersebut adalah Bio-solar (B5) dan

Bio-premium (E5).

Biodiesel yang dihasilkan dari alga memiliki kesamaan karakteristik dengan

minyak diesel. Menurut penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,

biodiesel bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel tanpa

perlu ada modifikasi mesin atau campuran dengan bahan bakar solar dengan

konsentrasi mulai pada 5%.

Biodiesel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar

lainnya yaitu:

1. Bilangan setana tinggi (di atas 50), yakni bilangan yang menunjukkan ukuran

baik tidaknya kualitas solar berdasarkan sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar

mesin. Semakin tinggi bilangan setana semakin cepat pembakaran dan semakin

baik efisiensi termodinamisnya.

11

Page 15: Biodiesel Berbahan Baku Alga

2. Titik kilat tinggi yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap

biodiesel dapat menyala sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran

pada saat disimpan maupun saat didistribusikan dari pada solar.

3. Tidak mengandung sulfur dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen serta

dapat diuraikan secara alami.

4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga

memperpanjang umur pakai mesin.

5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan

tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.

6. Mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun

penambahan hanya 5 – 10 % volum biodiesel ke dalam solar.

Dari segi lingkungan pemakaian biodiesel mempunyai beberapa kelebihan

dibandingkan pemakaian solar yaitu :

1. Pengurangan emisi CO sebesar 50 %.

2. Biodiesel mengandung lebih sedikit hidrokarbon aromatik.

3. Tidak menghasilkan emisi sulfur (SO).

4. Pengurangan emisi partikulat sebesar 60 %.

5. Menghasilkan emisi NOx lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan diesel

biasa disebabkan angka setana yang tinggi.

Dari data diatas menunjukkan bahwa biodesel memiliki prospek panjang yang

bagus dalam mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakat karena memiliki banyak

kelebihan dibandingkan bahan bakar berbasis minyak bumi (solar). Sedangkan dalam

segi efektifitasnya, potensi biodiesel dapat mengurangi jumlah penggunaan solar

sebesar 5-10%.

12

Page 16: Biodiesel Berbahan Baku Alga

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Proses pembuatan biodiesel berbahan baku alga terdiri dari empat proses, yaitu

proses kultivasi, harvesting, ekstraksi minyak alga dan transesterifikasi.

2. Biodiesel dari alga dapat potensi biodiesel dapat mengurangi jumlah

penggunaan solar sebesar 5-10%.

3. Bahan bakar biodiesel memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan

bakar solar dalam segi efektiftas dan dampak terhadap lingkungan.

4.2 Saran

1. Bagi pemerintah diharapkan dapat berpatisipasi dalam mengembangkan serta

lebih memperkenalkan biodiesel berbahan baku alga sebagai bahan bakar

pengganti solar kepada masyarakat.

2. Bagi perusahaan-perusahaan sebaiknya menjadi sarana penyedia bahan bakar

ramah lingkungan.

3. Bagi masyarakat diharapkan menggunakan bahan bakar nabati (BBN) untuk

mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis minyak yang tidak diperbaharui.

13

Page 17: Biodiesel Berbahan Baku Alga

DAFTAR PUSTAKA

Becker, E.1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. New York : Pretice-Hall

Mc. Engelwood Cliffs.

Briggs, M. 2004. Widescale Biodiesel Production from Algae. New York : Heidelberg.

Graham dan Wilcox. 2000. Algae. USA: Pretince Hall Inc.

Haryanto, 2002 . Mekanisme Reaksi dan Sistem Operasi. Jakarta : Salemba Empat

Schuchardt .1997. Transesterification of Vegetable Oils. New York : Braz Chemical

Sociation.

Sheehan. J, Dunahay. T, Benemann. J, and Roessler. P. 1998 .A look back at the U.S.

Department of Energy's Aquatic Species Program-Biodiesel from Algae.US :

National Renewable Energy Laboratory, Golden, CO.

14