bab iii analisa kelayakan ekonomi

22
BAB III ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Tujuan analisa ekonomi terhadap perancangan suatu pabrik adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian pabrik tersebut, dilihat dari sisi ekonominya. Kelayakan suatu pabrik tidak saja ditinjau dari faktor teknis saja tapi juga ditinjau dari segi ekonomisnya. Faktor-faktor ekonomis yang dijadikan parameter kelayakan suatu pabrik adalah: 1. Pay out time (POT) POT merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal pengembalian berdasarkan laba bersih ditambah biaya penyusutan. 2. Break Event Point (BEP) BEP merupakan titik impas, dimana pabrik tidak mengalami kerugian, tapi juga tidak memperoleh keuntungan. 3. Laba adalah hasil yang diperoleh dari hasil penjualan dikurangi biaya produksi. Laba yang diperoleh sebelum dikenai pajak penghasilan adalah laba kotor. Sedangkan laba yang telah dipotong pajak penghasilan adalah laba bersih.

Upload: yesi-afriani

Post on 03-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ekotek

TRANSCRIPT

30

BAB IIIANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

Tujuan analisa ekonomi terhadap perancangan suatu pabrik adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian pabrik tersebut, dilihat dari sisi ekonominya. Kelayakan suatu pabrik tidak saja ditinjau dari faktor teknis saja tapi juga ditinjau dari segi ekonomisnya. Faktor-faktor ekonomis yang dijadikan parameter kelayakan suatu pabrik adalah:1. Pay out time (POT)POT merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal pengembalian berdasarkan laba bersih ditambah biaya penyusutan.2. Break Event Point (BEP)BEP merupakan titik impas, dimana pabrik tidak mengalami kerugian, tapi juga tidak memperoleh keuntungan.3. Laba adalah hasil yang diperoleh dari hasil penjualan dikurangi biaya produksi. Laba yang diperoleh sebelum dikenai pajak penghasilan adalah laba kotor. Sedangkan laba yang telah dipotong pajak penghasilan adalah laba bersih. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut, perlu dilakukan perkiraan terhadap :1. Plant Cost Estimation2. Manufacturing Cost Estimation

3.1. Plant Cost EstimationMerupakan perkiraan ekonomi pendirian suatu pabrik hingga pabrik tersebut beroperasi. Biasanya disebut dengan istilah modal investasi (capital investment). Modal investasi yang dibutuhkan untuk membiayai pendirian pabrik dapat diperoleh dari beberapa investor, dengan perkiraan 60% dari modal keseluruhan berasal dari investor, sedangkan 40% merupakan modal pinjaman dari Bank. Modal investasi secara garis besar terdiri dari :1. Modal Investasi Tetap (Fixed Capital Investment, FCI)FCI merupakan modal yang digunakan untuk penyediaan fasilitas pabrik. FCI ini dibagi menjadi dua, yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung. Untuk memperkirakan modal investasi tetap digunakan dan faktor rasio berdasarkan biaya pengiriman peralatan pada fluid processing plant (Tabel. 6.9, Peters et al., 2003)a. Biaya Langsung (Direct Costs), adalah biaya yang terlibat secara langsung dengan material maupun tenaga kerja. Biaya langsung terdiri dari: Purchased Equipment (Biaya Pembelian Alat) Harga peralatan pada tahun pendirian pabrik ditentukan dengan menggunakan indeks harga, Marshall and Swift installed-equipment indexes (Tabel 6.2) [Peters et al, 2003]. Penentuan harga peralatan pada kapasitas yang sama pada tahun yang berbeda, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

[Peters et al, 2003]Perkiraan harga untuk alat dengan kapasitas berbeda pada tahun yang berbeda pula, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

[Peters et al, 2003]dengan:Cp= Harga alat pada kapasitas yang ditentukan;Co= Harga alat pada kapasitas tertentu, pada tahun sebelumnya;IP= Indeks harga pada tahun yang ditentukan;Io= Indeks harga pada tahun sebelumnya;Vp= Kapasitas alat yang akan ditentukan;Vo= Kapasitas alat yang ada pada tahun sebelumnya;n= Faktor kapasitas alat (atau dapat menggunakan faktor n = 0,6). Instalation Equipment and PaintingMerupakan biaya pemasangan alat yang telah dibeli termasuk pengecatan alat tersebut. Penentuan harga instalasi dan pengecatan alat ini dapat ditentukan berdasarkan total harga pembelian alat, yaitu 25-55% dari total biaya pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 40% dari biaya peralatan. Instrumentation and Control (Installed)Instrumentasi dan kontrol menjadi faktor penting untuk mengendalikan proses produksi agar berjalan lancar. Harga yang dibutuhkan untuk pembelian alat instrumentasi dan kontrol serta pemasangannya yaitu sebesar 8-50% dari total biaya pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 36% dari biaya peralatan. Piping (Installed)Sistem perpipaan merupakan jalur transportasi bahan dan produk dari unit satu ke unit lainnya. Secara estimasi, harga pipa dan pemasangannya dapat diperkirakan sekitar 10-80% dari biaya pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 68% dari biaya peralatan. Electrical System (Installed)Listrik merupakan salah satu utilitas untuk berlangsungnya suatu proses produksi. Harga yang dibutuhkan dapat diprediksi dari biaya total pembelian alat, yaitu berkisar 10-40% dari total biaya pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 11% dari biaya peralatan. Building (Including Service).Biaya bangunan termasuk service terdiri dari biaya material dan tenaga kerja yang tercakup dalam seluruh biaya pendirian bangunan. Pada prarancangan pabrik ini, biaya bangunan diperkirakan dari biaya total pembelian alat, yaitu sekitar 10-70% dari biaya total pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 18% dari biaya peralatan. Service Fasilities (Installed)Utilitas untuk mensuplai steam, air, listrik, udara, dan bahan bakar termasuk ke dalam biaya service facilities. Biaya total untuk service facilities diperkirakan 40-100% dari biaya total pembelian alat [Peters et al, 2003], range yang diambil adalah 70% dari biaya peralatan. Yard improvementAdapun yang termasuk ke dalam biaya perluasan lahan adalah pemagaran, grading, jalan, trotoar, rel kereta api, taman, dan lain-lain. Biaya untuk yard improvement untuk suatu pabrik kimia berkisar 10-20% dari total biaya pembelian alat, atau ekuivalen dengan 2-5% dari Fixed Capital Investment, range yang diambil dari Tabel 6-9 [Peters et al, 2003] untuk poses cair-cair adalah 10% dari biaya peralatan.b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Costs), merupakan kebalikan dari biaya langsung, yaitu biaya yang tidak terlibat secara langsung dengan material maupun tenaga kerja, yang termasuk kedalam biaya tak langsung ini adalah: Engineering and SupervisionBiaya untuk desain konstruksi dan engineering, termasuk pendesainan berbasis computer, purchasing, pelaporan, construction and cost engineering, travel, komunikasi dan lain-lain termasuk ke dalam biaya engineering and supervision. Harga yang dibutuhkan untuk bagian ini diperkirakan 5-30% dari direct cost, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al, 2003] adalah 33% dari biaya peralatan. Legal Expenses (Biaya Perizinan)Yang termasuk ke dalam bagian ini adalah biaya untuk segala pelegalan yang dibutuhkan oleh industri, seperti perizinan pembelian lahan, alat dan bangunan. Biaya yang dibutuhkan untuk legalitas ini diperkirakan sekitar 1-3% dari fixed capital investment, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al, 2003] adalah 4% dari biaya peralatan. Contruction ExpensesBiaya tak lagsung lainnya adalah biaya konstruksi/lahan, termasuk operasi dan konstruksi yang bersifat temporer, alat-alat konstruksi dan rental, pajak, asuransi dan lain-lain. Biaya kontruksi ini sekitar 10-20% dari fixed capital investment, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al, 2003] adalah 41% dari biaya peralatan. ContingenciesMerupakan biaya tak terduga yang tidak terdapat pada poin-poin biaya yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini perlu diperhitungkan karena setiap perencanaan tidak ada yang sempurna. Apabila terdapat suatu kekurangan, maka biaya ini dapat digunakan sebagai alternatif biaya. Adapun besar dari biaya ini adalah sekitar 5-15% (biasa digunakan 8%) dari Fixed Capital Investment, range yang diambil dari Tabel 6-3 [Peters et al, 2003] adalah 44% dari biaya peralatan. Contractor FeeContractor Fee berbeda-beda tergantung pada situasi. Tapi besarnya dapat diperkirakan sekitar 2-8% dari biaya langsung atau 1,5-6% dari Fixed Capital Investment. Dari Tabel 6-9 [Peters et al, 2003] rasio untuk memperkirakan Contractor Fee pada fluid processing plant dengan range 22% dari biaya peralatan.2. Modal Kerja (Working Capital Investment, WCI)WCI adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan setelah pabrik berdiri dan mulai beroperasi, seperti listrik, gaji karyawan, dana sosial dan sebagainya. Pada industri kimia perhitungan WCI yaitu 10-20 % dari total capital investment. Besarnya WCI pada pabrik ini adalah 20% dari Total Capital Investment (TCI) dari Tabel 6-17 [Peters et al, 2003]. Untuk memperoleh Total Capital Investment dengan menjumlahkan Fixed Capital Investment dan Working Capital Investment. Working Capital Investment yang diperoleh adalah Rp 1.660.759.753.582. Total Capital Investment yang diperoleh sebesar Rp 8.303.798.767.910.

3.2 Production Cost EstimationBiaya produksi total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan pada pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan sampai produk berada di pasar. Total Production Cost yang diperoleh sebesar Rp. 5.147.296.542.930. Biaya produksi total diperoleh dengan menjumlahkan manufacturing cost, fixed charge, plant overhead cost.3.2.1 Manufacturing CostManufacturing cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan produk. Yang termasuk ke dalam komponen-komponen manufacturing cost sebagai berikut :a. Direct Manufacturing Cost1) Bahan baku, ditentukan dari jumlah seluruh bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu pabrik. Pada pabrik amoniak dari gas sintesis ini bahan bakunya meliputi bahan baku untuk proses yaitu gas sintesis dan nitrogen cair. Perhitungan biaya bahan baku dapat dilihat pada Lampiran D.2) Karyawan (Operating Labor)Merupakan total gaji karyawan yang bekerja pada suatu industri. Pada pabrik amoniak dari gas sintesis ini direncanakan akan mempekerjakan karyawan sejumlah 236 orang dengan total gaji sebesar Rp 8.593.000.000. Penentuan jumlah karyawan proses (operating labor) ditentukan berdasarkan kapasitas produksi pabrik Gambar 6-9 [Peters et al, 2003]. Kapasitas produksi yang direncanakan adalah 495.000 ton/tahun, proses berlangsung secara otomatis sehinggga diperoleh jumlah 56 jam kerja/ (hari) (unit proses). Jumlah Operating labor = (56 x 5 x 3) / 8 = 105 orang dengan gaji per orang sebesar Rp. 2.500.000.

3) Direct SupervisoryPenentuan direct supervisory dapat diestimasi pada 10-20% dari operating labor, range yang ambil adalah 20% dari operating labor.4) UtilitasUtilitas yang diperlukan pada pabrik amoniak dari gas sintesis ini adalah kebutuhan bahan bakar (Fuel oil), NaCO3, dan Al2(SO4)3. Perhitungan biaya bahan baku utilitas dapat dilihat pada Lampiran I.5) Pemeliharaan dan Perbaikan (Maintenance and Repair)Dalam suatu industri, total biaya maintenance and repair per tahun diperkirakan sebesar 2-10% dari fixed capital investment (FCI), range biaya maintenance and repair yang diambil adalah 10% dari FCI.6) Operating Supplies Operating supplies meliputi biaya chart, lubricant, test chemical, custodial supplies. Besarnya biaya operating supplies pada suatu pabrik diperkirakan sebesar 20% dari Maintenance and Repair.7) Biaya Laboratorium (Laboratory Charge)Biaya laboratorium adalah biaya tes laboratorium untuk kendali operasi dan kendali kualitas produk. Besarnya diperkirakan 10-20% dari operating labor dan range yang diambil adalah 20% dari operating labor.8) Patent and RoyaltiBesarnya Biaya patent and royalti diperkirakan 0-6% dari total production cost. Range yang diambil adalah 6% dari TPC.b. Fixed Manufacturing CostMerupakan biaya yang tidak terlalu banyak berubah dalam total biaya produksi. Yang termasuk ke dalam biaya ini adalah penyusutan (depreciation), pajak lokal (local taxes), asuransi (insurance), dan bunga.1) DepresiasiSetiap alat, bangunan dan material lain di suatu pabrik pasti akan mengalami penyusutan nilai dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, harus ada investasi sebagai kompensasi dari penyusutan tersebut. Besarnya biaya penyusutan pada suatu pabrik diperkirakan 5% dari total modal tetap (FCI), metode yang digunakan adalah MACRS (Modified Accelersated Cost Recovery System) [Peters et al, 2003].2) Local Taxes Besarnya pajak lokal ini tergantung dari pemerintah daerah masing-masing dimana pabrik berada. Namun, secara kasar dapat diestimasi sebesar 1-4% dari FCI, persentase yang diambil adalah 2% dari FCI.3) AsuransiLaju asuransi (insurance rate) tergantung kepada jenis proses operasi suatu pabrik dan tingkat proteksi yang diterapkan di pabrik. Namun secara kasar, besarnya biaya asuransi sekitar 1% dari FCI per tahun.4) Bunga (interest)Besarnya bunga yang harus dibayar tergantung kepada besarnya pinjaman. Namun secara kasar, besarnya bunga diestimasi sekitar 0-10 % dari Total Capital Investment, range yang digunakan untuk memperkirakan biaya interest adalah 5% dari Total Capital Investment.c. Plant Overhead CostMerupakan biaya tambahan yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi. Besarnya biaya ini diperkirakan 50-70% dari operating labor, pemeliharaan, supervisory. Range yang digunakan untuk memperkirakan plant overhead cost adalah 70 %. 3.2.2 General ExpenseMerupakan pengeluaran-pengeluaran pabrik selain biaya-biaya manufacturing yang terjadi dalam pembuatan produk.a. Biaya administrasiMerupakan biaya yang dibutuhkan dalam hal-hal administrasi suatu perusahaan. Besarnya biaya ini diperkirakan 20% dari operating labor, pemeliharaan, supervisory.b. Biaya distribusi dan pemasaranMerupakan biaya yang dibutuhkan dalam proses penjualan dan pemasaran produk. Besarnya diperkirakan 2-20% dari total biaya produksi (TPC), range yang digunakan adalah 7% dari TPC.c. Biaya riset dan pengembangan.Merupakan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan riset dan pengembangan terhadap produk yang dihasilkan, baik dari efisiensi biaya produksi maupun untuk menarik minat pasar. Besarnya biaya ini adalah 5% dari total biaya produksi (TPC).

3.3 Kelayakan Ekonomi Pabrik3.3.1 Pay Back PeriodPay-back period menunjukkan seberapa cepat proyek dapat mengembalikan investasi awalnya (break event point, BEP). Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara investasi total pabrik yang dikurangi modal kerja dengan aliran kas masuk (cash flow). Pada perancangan pabrik ini diperoleh pay back period selama 3,81 tahun (3 tahun 9 bulan). Pada pabrik ini investasi awal diperlihatkan pada TCI sebesar Rp 8.303.798.767.910. Jumlah investasi dapat kembali selama 3,81 tahun (3 tahun 9 bulan) dengan nilai cumulative cash flow sebesar Rp 478.352.514.756,89. .

cbaProfitabilityReturn PeriodGambar 3.1 Hubungan Usia Pabrik dengan Cash Flow

Poin a, b, c pada gambar diatas menunjukkan jumlah investasi yang ditanamkan pada pabrik, tahun pertama konstruksi (poin a) dikeluarkan sejumlah modal untuk Fixed Capital Investment yaitu sebesar modal tersebut merupakan modal sendiri (60%TCI), tahun kedua konstruksi (poin b) terjadi penambahan modal sebesar Rp 3.321.519.507.164 yang berasal dari modal pinjaman, sehingga pada tahun ketiga konstruksi total modal yang diinvestasikan adalah sebesar Rp 8.802.026.693.984 (akumulasi bunga pinjaman tahun pertama). Waktu pengembalian TCI 3 tahun 9 bulan dari awal investasi, selanjutnya pabrik akan mengalami keuntungan. Break Even Point (BEP) untuk pabrik ini didapat pada kapasitas produksi 55%.3.3.2 Internal Rate of Return (IRR)Merupakan tingkat suku bunga dari suatu proyek dalam jangka waktu tertentu, yang bila dipakai untuk mencari harga saat ini, dari nilai penerimaan dan pengeluaran akan sama dengan jumlah investasi yang ditanam. IRR yang didapat adalah sebesar 11,44 % dan NPV>0 atau Rp 459,998,846,801 pada tahun pertama, jika dibandingkan dengan MARR (Minimum Acceptable Rate of Return) untuk pabrik dengan kapasitas baru (MARR = 8-16%) Tabel 8-1 [Peters et al, 2003] maka pabrik amoniak masih berada pada kategori aman untuk investasi, disamping itu apabila dibandingkan dengan bunga deposito bank (7-15%) pabrik ini akan menjadi pilihan investasi yang menguntungkan.3.3.3 Return of Investment (ROI)ROI merupakan pengembalian modal tiap tahun. Nilai ini menjadi dasar penentuan kelayakan ekonomi pabrik yang paling sederhana.Pada pabrik ini didapatkan nilai ROI sebesar 11.32 %.3.3.4 Break Event Point (BEP)Merupakan titik dimana hasil produksi pabrik tidak memberikan keuntungan, tapi juga tidak rugi. Keuntungan dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu :1. Keuntungan sebelum pajakKeuntungan sebelum pajak adalah total pendapatan dikurangi total production cost dan pengembalian pinjaman.2. Keuntungan setelah pajak Keuntungan setelah pajak adalah keuntungan sebelum pajak dikurangi depresiasi, dikurangi pajak.Dari hasil perhitungan diperoleh BEP sebesar 55 %3.3.5 Pay Out Time (POT)Ditentukan dengan menghitung total accumulative cash flow sampai waktu tertentu, hingga mencapai titik investasi. Untuk perancangan pabrik amonia ini didapat POT = 3.81 tahun.3.3.6 Shut Down Point (SDP) SDP merupakan pedoman bagi manajemen untuk memutuskan apakah perusahaan diteruskan atau dihentikan. Apabila penerimaan penjualan masih lebih tinggi dibanding SDP, sebaiknya perusahaan tetap beroperasi. SDP adalah jumlah satuan barang yang harus dijual agar dapat menutup biaya tunai.

3.3.7 Discounted Cash Flow (DCF)DCF merupakan laju pengembalian modal dari bunga annual cash flow selama umur pabrik. DCF dinyatakan dalam persen bunga yang ditetapkan oleh pihak Bank sehingga total bunga annual cash flow mendekati nilai capital investment.Waktu pengembalian TCI 3 tahun 9 bulan dari awal investasi, selanjutnya pabrik akan mengalami keuntungan. Break Even Point (BEP) untuk pabrik ini didapat pada kapasitas produksi 55%.

3.4 Analisa SensitivitasAnalisa sensitivitas dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah perubahan harga bahan baku, dan perubahan harga jual produk. Aspek ekonomi yang akan ditinjau adalah perubahan IRR dan NPV terhadap perubahan kedua faktor tersebut.

Gambar 3.2 Analisa Sensitivitas terhadap nilai IRR

Gambar 3.3 Analisa Sensitivitas terhadap nilai NPV

Dari Gambar 3.2 dan 3.3 pada keadaan ideal IRR pabrik sebesar 11.44% dan NPV sebesar Rp 478,398,800,673 , investasi terhadap pabrik ini sangat dianjurkan jika dibandingkan dengan bunga deposito (5-13%), kenaikan harga bahan baku sebesar 60% belum menyebabkan pabrik mengalami kerugian namun IRR yang didapat 0.7 % dan NPV sebesar Rp 29,272,653,887, sehingga apabila terjadi kenaikan harga bahan baku pabrik tetap layak untuk didirikan dan nilai IRR< MARR. Perubahan IRR dan NPV lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran L.

BAB IVKESIMPULAN

1. Pabrik amoniak memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan amoniak di Indonesia. Hal ini terlihat dari permintaan dan kebutuhan amoniak terus meningkat, baik di dalam maupun di luar negeri. Pemilihan lokasi yang tepat dapat menurunkan biaya investasi dan biaya produksi sehingga diambil keputusan untuk mendirikan pabrik amoniak ini di Kawasan Industri Dumai dengan pertimbangan dekat dengan sumber bahan baku, sistem transportasi yang memadai serta tersedianya sistem utilitas dan sumber daya manusia.2. Gas sintesis dari nafta sebagai bahan baku pembuatan amoniak memiliki potensi yang besar untuk menggantikan gas alam karena memiliki harga lebih murah dan relatif stabil di pasar dunia jika dibandingkan dengan harga gas alam yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Gas sintesis dari nafta yang digunakan sebagai bahan baku amoniak terdiri dari hidrogen 51,2% mol, nitrogen 0,1% mol, karbon monoksida 45,3% mol, karbon dioksida 2,7% mol, dan metana 0,7 % mol.3. Produk amoniak yang dihasilkan dan akan dipasarkan dalam bentuk warm ammonia dengan karakteristik kemurnian sebesar 99% karena memiliki pangsa pasar yang lebih besar di Industri.4. Pengaturan tata letak alat dan pabrik diatur dengan mempertimbangkan faktor ekonomis, kemudahan operasi dan pertimbangan keamanan sehingga pabrik dapat beroperasi lebih efisien. 5. Pabrik Amonia dari gas sintesis yang direncanakan berkapasitas 1500 ton/hari atau 495.000 ton/tahun berdasarkan evaluasi ekonomi keseluruhan diperoleh nilai : Total Capital Investment (TCI) sebesar Rp. 8.303.798.767.910 Total Production Cost (TPC) sebesar Rp 5.147.296.542.930. Internal Rate Return (IRR) sebesar 11,44 % pada tahun pertama. Pay Back Period selama 3,81 tahun (3 tahun 9 bulan), dengan ROI sebesar 11,32 % Nilai Break Event Point (BEP) pabrik amonia ini didapat pada kapasitas produksi sebesar 55 % Dari hasil yang diperoleh, serta dengan memperhatikan pertimbangan teknik, sumber bahan baku dan kondisi operasi proses, dapat disimpulkan bahwa pabrik amonia dari gas sintetis dengan kapasitas 495.000 ton/tahun ini layak untuk dilanjutkan ketahap perencanaan dan layak untuk didirikan.