bab ii.docx edit 2

Upload: putra-chandra-wijaya

Post on 01-Mar-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perancangan alat pemotong rumput ramah lingkungan BAB 2

TRANSCRIPT

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Jenis-jenis Rumput

    Berikut adalah jenis-jenis rumput yang terdapat di kebun atau taman

    rumah, yaitu:

    a. Rumput gajah

    Rumput gajah adalah rumput yang paling murah dan bisa hidup

    meskipun di tempat yang kurang air. Rumput ini mudah tumbuh dan

    tahan terhadap pijakan kaki, karena itu cocok untuk taman rumah yg

    sering dijadikan tempat lalu lalang orang. Pemotongan rumput harus

    dilakukan dua kali seminggu. Jika tidak dilakukan pemotonga, maka

    rumput ini akan terlihat kurang bagus dengan bentuk maupun ukuran

    daun yang besar dan kasar. Rumput gajah terlihat pada gambar 2.1.

    Berdasarkan sumber dari jurnal Fundamental Research-Direktorat

    Jendral Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik

    Akar Rumput Terhadap Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya

    tarik rumput gajah terhadap tanah yang menahan akarnya adalah

    0,03N. Yang dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang melawan

    dengan gaya gravitasi rumput sehingga rumput tercabut dari tanah dan

    tanah mengalami pergeseran.

    Gambar 2.1. Rumput Gajah

    Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

    http://desain-rumah7.blogspot.com/2013/08/37-desain-taman-rumah-yang-indah.htmlhttp://www.desaindenahrumah.com/

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    b. Rumput gajah mini

    Rumput gajah mini mempunyai daun yang lebih kecil daripada

    rumput gajah biasa. Ini merupakan jenis rumput yang paling populer.

    Rumput ini masih bisa tumbuh dengan baik walaupun dengan

    penyinaran matahari 50%, maka dari itu sangat cocok apabila ditanam

    di tempat yang sulit dijangkau matahari. Perawatannya juga mudah.

    Pemotongan rumput ini, bisa dilakukan 1-2 kali dalam satu bulan.

    Berdasarkan sumber dari jurnal Fundamental Research-Direktorat

    Jendral Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik

    Akar Rumput Terhadap Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya

    tarik rumput gajah mini terhadap tanah yang menahan akarnya adalah

    0,0281N. Yang dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang

    melawan terhadap gaya gravitasi rumput sehingga rumput tercabut

    dari tanah dan tanah mengalami pergeseran. Rumput gajah mini

    terlihat pada gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Rumpuh Gajah Mini

    Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

    c. Rumput jepang

    Rumput jepang mempunyai karakter daun yang kecil, halus dan

    memanjang. Rumput ini sangat baik dari sisi penampilan. Rumput ini

    membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk tumbuh dengan baik.

    Untuk tumbuh baik. Jika terlalu lembab, pertumbuhannya tidak

    optimal. Agar penampilannya tetap indah, diperlukan pemotongan 1

    http://www.desaindenahrumah.com/

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    bulan sekali. Pemotongan harus dilakukan secara rutin minimal 2

    minggu sekali supaya rumput terlihat rapi. Berdasarkan sumber dari

    jurnal Fundamental Research-Direktorat Jendral Perguruan Tinggi

    Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik Akar Rumput Terhadap

    Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya tarik rumput jepang

    terhadap tanah yang menahan akarnya adalah 0,00315N. Yang

    dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang melawan terhadap gaya

    gravitasi rumput sehingga rumput tercabut dari tanah dan tanah

    mengalami pergeseran. Rumput jepang terlihat pada gambar 2.3.

    Gambar 2.3. Rumput Jepang

    Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

    d. Rumput babat

    Rumput babat memiliki karakter daun yang pendek dan halus. Rumput

    ini biasa digunakan untuk lapangan golf. Kekurangannya dari rumput

    babat adalah membutuhkan sinar matahari penuh dan harus dipotong

    rutin minimal 2 minggu sekali. Rumput babat terlihat pada gambar

    2.4. Berdasarkan sumber dari jurnal Fundamental Research-Direktorat

    Jendral Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2006 berjudul Kuat Tarik

    Akar Rumput Terhadap Pergeseran Tanah menyatakan bahwa gaya

    tarik rumput babat terhadap tanah yang menahan akarnya adalah

    0,03N. Yang dimaksud dengan gaya tarik adalah gaya yang melawan

    terhadap gaya gravitasi rumput sehingga rumput tercabut dari tanah

    dan tanah mengalami pergeseran.

    http://www.desaindenahrumah.com/

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Gambar 2.4. Rumput Babat

    Sumber: http://www.desaindenahrumah.com

    2.2. Jenis-Jenis Alat Pemotong Rumput

    Rumah yang memiliki taman memang sangat menyenangkan. Tetapi

    tentunya bukan sekedar taman, tapi taman yang indah bersih dan rapi. Untuk

    mendapatkan taman seperti itu sebaiknya secara rutin merawatnya mulai dari

    menyiram tanaman, memupuknya dan membersihkan dari kotoran-kotoran yang

    mengganggu. Tanaman yang pasti selalu ada di taman adalah rumput. Rumput

    adalah tanaman yang tumbuh relatif cepat. Hal ini sangat merepotkan jika setiap 3

    hari sekali harus memangkas rumput apalagi jika taman yang dibuat sangat luas.

    Untuk memangkas rumput, dibutuhkan alat pemotong rumput. Rumput hijau di

    halaman memang indah dipandang dan selalu mempercantik rumah. Namun,

    merawat karpet alam hijau ini sering merepotkan. Memangkas rumput diperlu

    peranti tertentu. Peranti ini banyak beredar di pasar. Berikut ini adalah jenis-jenis

    mesin pemotong rumput, yaitu:

    a. Mesin pemotong rumput model dorong

    Mesin tipe ini hanya digunakan untuk halaman yang berpermukaan

    tanah rata. Hasil pemotongan rumput apik serata karpet. Lebar

    pemotongan via mesin tipe ini bisa mencapai 48-46cm. Tangkai

    pendorong mesin ini dapat dilipat sehingga mudah disimpan. Mesin

    tersebut dapat memotong rumput sampai pinggir sesuai jalur roda.

    Mesin ini dilengkapi penampung rumput yang mudah dipasang

    http://www.desaindenahrumah.com/

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    ataupun dilepas untuk dibersihkan. Gambar mesin pemotong rumput

    model dorong terlihat pada gambar 2.5.

    Gambar 2.5. Mesin Pemotong Rumput Model Dorong

    Sumber: Reel Mower Basic, Toro University

    b. Mesin pemotong rumput manual

    Taman merupakan bagian yang penting dalam memperindah

    rumah. Dalam pemeliharaan, tentunya dibutuhkan alat praktis dalam

    memangkas ilalang. Mesin pemotong saat ini telah menjadi pilihan

    terbaik untuk memotong rumput di halaman rumah maupun di kebun.

    Mesin pemotong rumput manual ini mampu menghemat sumber daya

    bensin, minyak dan listrik. Mesin pemotong rumput ini sekaligus

    dapat menghilangkan kebisingan dan polusi udara. Selain itu, mesin

    pemotong dapat menggabungkan pekerjaan halaman dengan olahraga.

    Anda juga dapat menghemat dengan membiarkan potongan rumput

    sebagai pupuk alami. Mesin ini sangat mudah dioperasikan serta

    cocok untuk penggunaan di rumah. Penggunaan mesin pemotong

    rumput manual (lawn mower) akan menghemat waktu daripada cara

    manual menggunakan tangan dan sabit. Spesifikasi alat mesin

    pemotong atau cutter grass, yaitu diameter roda sama dengan 8inci,

    lebar mata pisau lawn mower sama dengan 38cm, berat cutter grass

    sama dengan 15kg, ketinggian pemotongan rumput dengan mata pisau

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    15mm hingga 45mm. Alat mesin pemotong rumput manual terlihat

    pada gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Alat Mesin Pemotong Rumput Manual

    Sumber: http://www.indotrading.com

    c. Mesin pemotong rumput model gendong

    Mesin tipe ini cocok digunakan untuk lapangan ataupun halaman yang

    berpermukaan tanah bergelombang dan tak rata. Bentuk mesin ini

    menyerupai alat penyemprot pestisida yang sering dipakai petani

    untuk menyemprot hama. Mesin tersebut memiliki gagang besi yang

    panjang dan alat pemotong yang tajam. Menghidupkan mesin itu

    yakni dengan menarik tuas di dekat tubuh mesin. Mesin tersebut

    terlihat pada gambar 2.7.

    Gambar 2.7. Mesin Pemotong Rumput Model Gendong

    Sumber: http://www.rudydewanto.com/2010/05/.html

    http://www.indotrading.com/http://www.rudydewanto.com/2010/05/.html

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    2.3. Analisa Beban pada Struktur

    Pada suatu kontruksi mesin dibutuhkan struktur yang mampu menyokong

    atau mensupport posisi letak elemen mesin. Struktur tersebut harus kuat terhadap

    beban elemen mesin dan gaya reaksi dari beban tersebut. Beban pada struktur bisa

    berupa berat dari suatu benda yang terletak pada struktur. Jika beban P diberikan

    pada struktur ditunjukkan pada gambar 2.8.

    Gambar 2.8. Struktur Terbeban

    Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

    Dengan pembebanan P pada batang struktur, maka akan timbul gaya

    reaksi pada support A dan B, seperti ditunjukkan pada gambar 2.9.

    Gambar 2.9. Hasil Reaksi dari Tumpuan

    Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

    Untuk menganalisis besar gaya reaksi dari tumpuan, kita gunakan

    persamaan kesetimbangan gaya, yaitu,

    = 0 ......................................................(2.1)

    = 0 ......................................................(2.2)

    Jumlah gaya yang bekerja sama dengan nol dan jumlah momen yang terjadi pada

    struktur sama dengan nol. Analisa beban pada struktur dibutuhkan besar dan arah

    gaya yang bekerja, agar dalam menghitung hasil gaya reaksi tidak mengalami

    kesulitan atau kesilapan.

    Di dalam struktur yang diberi beban, terdapat gaya dalam yang bekerja

    pada struktur tersebut. Gaya dalam tersebut juga merupakan hasil reaksi gaya

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    yang diakibatkan oleh gaya luar, yaitu beban tersebut. Untuk menganalisis gaya

    dalam maka dilakukan analisis batang pada segmen a-a terlihat pada gambar 2.10.

    Gambar 2.10. Struktur Batang Terbeban

    Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

    Pada gambar 2.10. terlihat batang diberikan dua pembebanan, yaitu P1

    dan P2, maka pada batang tersebut timbul gaya dalam berupa gaya normal, gaya

    geser, dan momen lentur dari batang pada segmen a-a tersebut. Penentuan arah

    gaya dalam pada batang pada saat analisis adalah bebas. Tetapi dalam perhitungan

    besar gaya dalam yang terjadi jika hasilnya adalah negatif, maka arah gaya dalam

    adalah berlawanan dengan arah yang pertama kali kita asumsikan. Gaya dalam

    pada batang terlihat pada gambar 2.11.

    Gambar 2.11. Gaya Dalam pada Segmen a-a dari Titik A ke B

    Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

    Segmen yang pertama kali kita analisis dimulai dari titik A hingga B.

    Setelah menganalisis, maka dibutuhkan pembuktian besar gaya dalam yang

    bekerja pada batang, maka analisis dibutuhkan pada segmen a-a tetapi dari titik

    kerja P2 hingga titik B, seperti pada gambar 2.12.

    Gambar 2.12. Gaya Dalam pada Segmen a-a dari Titik B ke P2

    Sumber: Engineering Mechanics Statics, Hibbeler.R.C

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    2.4. Perancangan Pulley

    Pulley digunakan untuk mentransmisikan daya dari suatu poros ke poros

    yang lain melalui belt rata, v-belt, atau belt bulat. Dalam perancangan pulley,

    perbandingan kecepatan putar berhubungan dengan perbandingan diameter dari

    pulley yang bergerak dan digerakkan. Untuk memilihkan besar diameter pulley

    harus berdasarkan perbandingan kecepatan. Gambar rancangan pulley terlihat

    pada gambar 2.13.

    Gambar 2.13. Pulley

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Perancangan pulley meliputi penentuan diameter dari pulley, ukuran

    lengan pulley, lebar pulley, dan tebal dari piringan pulley. Berikut ini adalah

    prosedur dalam perancangan pulley, yaitu:

    i. Diameter (D)

    = . .................................................(2.3)

    =

    ....................................................(2.4)

    Lalu kita substitusikan persamaan (2.4) ke persamaan (2.3),

    = .

    .........................................(2.5)

    Maka diameter pulley dapat dihitung,

    =

    ...............................................(2.6)

    D d1

    t

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Dimana:

    - t = tegangan sentrifugal pada pelak pulley atau rim (Pa)

    - = massa jenis dari pulley (kg/m3)

    - v = kecepatan pulley (m/s)

    - N = kecepatan rotasi pulley (rad/s)

    - D = diameter pulley (mm)

    Berikut ini adalah ukuran diameter pulley berdasarkan buku Machine

    Design, RS.Khurmi and Gupta dalam satuan mm untuk penggunaan belt

    rata dan belt-V, yaitu

    20, 22, 25, 28, 32, 36, 40, 45, 50, 56, 63, 71, 80, 90, 100, 112, 125, 140,

    160, 180, 200, 224, 250, 280, 315, 355, 400, 450, 500, 560, 630, 710,

    800, 900, 1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, 2000, 2240, 2500, 2800,

    3150, 3550, 4000, 5000, 5400.

    ii. Lebar pulley (B)

    Jika lebar belt diketahui, maka lebar pulley (B) dihitung dengan 25%

    lebih besar dari lebar belt.

    B = 1.25 b ..............................................(2.7)

    Dimana:

    - B = lebar pulley (mm)

    - B = lebar belt (mm)

    iii. Tebal pelak pulley (rim) (t)

    Untuk penggunaan 1 buah belt, maka tebal pelak pulley, yaitu:

    t = D/300 + 2 mm ..................................(2.8)

    t = D/200 + 3 mm .................................(2.9)

    Untuk penggunaan 2 buah belt atau lebih, maka tebal pelak pulley,

    yaitu:

    t = D/200 + 6 mm ................................ (2.10)

    Dimana:

    - t = tebal pelak pulley (mm)

    - D = diameter pulley (mm)

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    iv. Lengan pulley (arm)

    Untuk pulley berdiameter dari 200mm hingga 600mm menggunakan

    lengan sebanyak 4 buah. Untuk pulley berdiameter 600mm hingga

    1500mm menggunakan lengan sebanyak 6 buah. Untuk pulley

    berdiameter kurang dari 200mm, maka lengan pulley adalah

    membentuk piringan pejal. Ketebalan dari lengan pulley dihitung sama

    dengan tebal pelak pulley (rim) yang dihitung mulai dari tengah pulley.

    v. Dimensi hub

    Hub adalah suatu tempat pemasangan poros ke pulley. Untuk mengunci

    hub terhadap poros digunakan pasak.

    d1 = 1.5 d + 25mm .................................. (2.11)

    Dimana:

    - d1 = diameter hub (mm)

    - d = diameter poros (mm)

    vi. Panjang hub

    Panjang hub, yaitu:

    L = /2 x d ......................................... (2.12)

    Dimana:

    - L = panjang hub (mm)

    - d = diameter poros (mm)

    Panjang minimum hub adalah 2/3 dari lebar pulley (B). tetapi tidak

    boleh melebihi dari lebar pulley (B)

    2.5. Perancangan Belt

    Belt dalam perancangan elemen mesin, berguna untuk mentransmisikan

    daya dari suatu poros ke poros yang lain di mana poros tersebut telah terpasang

    pulley dan berputar pada kecepatan yang sama atau kecepatan yang berbeda. Daya

    yang ditransmisikan tergantung pada:

    a. Kecepatan dari belt

    b. Tegangan pada belt yang terpasang pada belt

    c. Sudut kontak dari antara belt dengan pulley terkecil

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Berikut ini adalah tipe belt yang digunakan perancangan elemen mesin,

    yaitu:

    a. Flat belt

    Flat belt sering digunakan dalam industri dan perbengkelan, dimana

    daya ditransmisikan dari satu pulley ke pulley lain dengan jarak tidak

    lebih dari 8 meter. Flat belt terlihat pada gambar 2.14.

    b. V- belt

    V-belt sering digunakan dalam industri dan perbengkelan, dimana daya

    ditransmisikan dari satu pulley ke pulley yang lain dengan jarak antar

    pulley yang sangat dekat. V-belt terlihat pada gambar 2.14.

    c. Circular belt

    Circular belt sering digunakan dalam industri dan perbengkelan dimana

    daya yang ditransmisikan dari satu pulley ke pulley yang lain dengan

    jarak antar pulley lebih dari 8 meter. Circular belt terlihat pada gambar

    2.14.

    Gambar 2.14. Tipe Belt

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Material untuk pembuatan belt harus kuat, fleksibel dan tahan lama dalam

    menerima beban kerja berupa tegangan tali dan torsi. Belt harus memiliki

    koefisien gesekan yang tinggi agar belt bisa menerima daya dan putaran dari

    pulley yang berputar. Jenis-jenis belt berdasarkan bahan pembuatannya yaitu,

    leather belt, fabric blet, rubber belt, dan balata belt.

    Tegangan yang bekerja pada belt adalah bervariasi, seperti kekuatan

    maksimumnya dari 21 hingga 35MPa, dan faktor keamanan yang dipilih adalah

    dari kisaran 8 hingga 10. Umur pemakaian belt lebih penting daripada kekuatan.

    Flat belt V-belt Circular belt

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Berdasarkan hasil eksperimen dengan tegangan ijin yang bekerja sebesar 2,8MPa

    akan memberikan umur pemakaian hingga 15 tahun. Massa jenis dan material belt

    terlihat pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Massa Jenis Material Belt

    Material of belt Mass density in kg / m3

    Leather 1000

    Convass 1220

    Rubber 1140

    Balata 1110

    Single wovwn belt 1170

    Double woven belt 1250

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Koefisien gesekan antara belt dan pulley tergantung pada :

    a. Material belt

    b. Material pulley

    c. Kelicinan pada belt

    d. Kecepatan belt

    Koefisien gesekan antara belt dan pulley terlihat pada tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Koefisien Gesekan antara Belt dan Pulley

    Belt Material

    Pulley material

    Cast iron, steel Wood

    Compressed

    paper

    Leather

    face

    Rubber

    face Dry Wet Greasy

    1. Leather oak

    tanned 0.25 0.2 0.15 0.3 0.33 0.38 0.4

    2. Leather

    chrome tanned 0.35 0.32 0.22 0.4 0.45 0.48 0.5

    3. Convass-

    stitched 0.2 0.15 0.12 0.23 0.25 0.27 0.3

    4. Cooton woven 0.22 0.15 0.12 0.25 0.28 0.27 0.3

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Tabel 2.2. Koefisien Gesekan antara Belt dan Pulley (Lanjutan)

    Belt

    Material

    Pulley material

    Cast iron, steel Wood

    Compressed

    paper

    Leather

    face

    Rubber

    face Dry Wet Greasy

    5. Rubber 0.3 0.18 - 0.32 0.35 0.4 0.42

    6. Balata 0.32 0.2 - 0.35 0.38 0.4 0.42

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Berikut ini adalah prosedur perancangan dari belt, yaitu:

    a. Perbandingan kecepatan pulley

    Perbandingan kecepatan pulley yaitu kecepatan putar pulley penggerak

    dan pulley yang digerakkan. Secara matematis dapat di tulis:

    =

    .............................................. (2.13)

    Dimana:

    - N2 = kecepatan putar pulley yang digerakkan (rpm)

    - N1 = kecepatan putar pulley penggerak (rpm)

    - d2 = diameter pulley yang digerakkan (mm)

    - d1 = diameter pulley penggerak (mm)

    Ketika ketebalan belt (t) diketahui maka perbandingan kecepatannya,

    yaitu:

    =

    ........................................... (2.14)

    b. Panjang belt

    Panjang belt atau disebut juga keliling belt harus diketahui, agar dalam

    perancangan pulley dengan jarak tertentu, maka kita bisa memilih

    panjang belt yang akan digunakan. Dalam perancangan sistem transmisi

    alat pemotong rumput ramah lingkungan, digunakan jenis belt adalah

    flat belt atau belt berpenampang rata. Belt yang dipasang pada pulley

    yang terhubung ke poros penggerak, lalu disambungkan ke pulley yang

    terhubung ke poros yang digerakkan. Pemasangan belt terlihat pada

    gambar 2.15.

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Gambar 2.15. Sistem Transmisi Belt

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Berdasarkan gambar di atas, panjang belt dapat dihitung dengan,

    L = arc GJE + EF +Arc FKH + HG ..................... (2.15)

    L = 2 (arc JE + EF + arc FK) ............................ (2.16)

    =

    =

    =

    ......................... (2.17)

    Karena sudut sangat kecil, maka,

    = ()=

    .............................. (2.18)

    =

    + ........................................... (2.19)

    =

    .......................................... (2.20)

    = = () () ..................... (2.21)

    = ( ) .................................. (2.22)

    = 1

    .................................. (2.23)

    Dengan menggunakan teorema binomial, diperoleh:

    = 1

    + =

    ............ (2.24)

    Substitusikan persamaan 2.19, 2.20 dan 2.24 ke persamaan 2.16,

    diperoleh:

    = 2

    + +

    +

    .............. (2.25)

    E

    J

    r1 r2

    x

    F

    K

    M

    O1 O2

    G

    H

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    = 2

    + +

    +

    ............... (2.26)

    = 2

    ( + )+ ( )+

    .............. (2.27)

    = ( + )+ 2( )+ 2

    ................ (2.28)

    Substitusikan persamaan 2.18 ke persamaan 2.28 diperoleh:

    = ( + )+ 2( )

    ( )+ 2

    ....... (2.29)

    = ( + )+ 2( )

    + 2

    ..................... (2.30)

    Maka panjang belt atau keliling belt adalah:

    = ( + )+ 2 +

    ............................... (2.31)

    c. Daya yang ditransmisikan melalui belt

    Gambar 2.16. Transmisi Belt

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Pulley penggerak (driving pulley atau driver) mendorong belt dari satu

    sisi dan mengiringkan ke sisi lain. Di sini terjadi gaya tegang(T1) dan

    gaya kendur (T2) pada belt seperti terlihat pada gambar 2.16. Daya yang

    ditransmisikan adalah:

    = ( ) ( ) ................................ (2.32)

    d. Perbandingan gaya tegang pada transmisi belt

    Berdasarkan gambar 2.16. pulley yang digerakkan (driven pulley)

    berotasi searah jarum jam bekerja gaya tegangan belt pada pulley

    tersebut. Dengan penandaan:

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    - T1 = gaya tegang belt untuk sisi ketat

    - T2 = gaya tegang belt untuk sisi kendur

    - = sudut kontak (radian) antara busur AB.

    Gambar 2.17. Driven Pulley

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Dari gambar 2.17. untuk Belt PQ, memiliki kesetimbangan gaya:

    i. Gaya tegang T pada titik P

    ii. Gaya tegang (T+T) pada titik Q

    iii. Gaya normal, RN

    iv. Gaya gesek, F = .RN

    Selesaikan gaya gaya yang bekerja secara horizontal, diperoleh:

    = ( + )sin

    + sin

    ............................ (2.33)

    Karena sudut sangat kecil, maka kita masukkan sin /2 = /2 ke

    persamaan 2.33, dan abaikan T. /2.

    = ( + )

    +

    =

    +

    =

    ......... (2.34)

    Selesaikan gaya gaya yang bekerja secara vertikal, diperoleh:

    = ( + )cos

    ....................... (2.35)

    Karena sudut sangat kecil, maka cos /2 = 1, maka diperoleh:

    = + = ............................ (2.36)

    =

    ........................................... (2.37)

    T+T

    T+T

    F=.RN T2

    T1

    T F T

    RN RN

    /2

    /2

    /2

    /2

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Sama kan persamaan 2.34 dan 2.37, diperoleh:

    =

    . =

    .......................... (2.38)

    Persamaan di atas kita integralkan dengan batas-batas T2 dengan T1 dan

    dari 0 hingga .

    =

    ................................. (2.39)

    log

    = ,

    = ........................ (2.40)

    Maka persamaan 2.40 bisa kita ubah menjadi bentuk akhir, yaitu

    2,3 log

    = ............................... (2.41)

    Catatan:

    - Untuk menentukan sudut , ditentukan berdasarkan pulley dengan

    ukuran terkecil.

    =

    ...................................... (2.42)

    - Sudut kontak ditentukan melalui formula,

    =

    ................................. (2.43)

    Ketika pulley terbuat dari material material yang berbeda, khususnya

    untuk koefisien gesekan pulley atau sudut kontak berbeda, maka kita

    desain berdasarkan koefesien gesekan terkecil pada pulley.

    2.6. Perancangan Poros

    Poros merupakan suatu elemen mesin yang berputar mentransmisikan

    daya dari satu pusat ke pusat yang lain. Daya yang di transmisikan ke poros

    merupakan hasil kerja dari gaya tangensial dan resultan torsi atau momen puntir

    yang bekerja pada poros agar daya tersebut dapat disalurkan ke mesin lain yang

    dihubungkan dengan poros. Dalam pemindahan daya dari satu poros ke yang lain,

    elemen pendukung, seperti pulley, roda gigi dll terpasang pada poros tersebut.

    Material yang digunakan dalam pembuatan poros harus memiliki beberapa

    sifat, yaitu:

    a. Memiliki kekuatan yang tinggi

    b. Memiliki kemampuan untuk permesinan.

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    c. Memiliki faktor sensitif terhadap keausan yang rendah

    d. Memiliki sifat perlakuan panas.

    Secara umum poros terbuat dari bahan baja karbon rendah, baja

    pengerolan dingin (cold drawn steel) atau pengerolan panas (hot rolled steel),

    seperti ANSI 1020 -1050.

    Pada poros sering terdapat tegangan, seperti tegangan geser yang

    disebabkan oleh beban torsi, tegangan bengkok (bending stress) yang disebabkan

    oleh gaya yang bekerja dari elemen mesin, seperti roda gigi, pulley, dll, juga

    disebabkan oleh berat poros tersebut. Tegangan pada poros bisa muncul akibat

    kombinasi dari beban torsi dan beban bengkok.

    Perancangan poros ditinjau berdasarkan beban yang bekerja. Berikut ini

    adalah langkah perancangan poros, yaitu:

    a. Poros dikenakan beban torsi

    Ketika poros dikenakan beban puntir, maka diameter poros dapat kita

    tinjau melalui formula:

    =

    ................................................ (2.44)

    Dimana:

    - T = momen puntir (torsi) pada poros (N.mm)

    - J = momen inersia polar (mm4)

    - = tegangan geser (N/mm2)

    - r = jari jari penampang poros (mm)

    Momen inersia untuk poros pejal, adalah

    =

    .......................................... (2.45)

    Maka persamaan 2.44, dapat ditulis:

    =

    =

    .......................... (2.46)

    Momen inersia untuk poros berrongga, adalah

    =

    .................................. (2.47)

    Dengan do dan di adalah diameter luar dan diameter dalam dari poros.

    Maka persamaan 2.44, dapat ditulis:

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    =

    ........................................ (2.48)

    =

    ........................................ (2.49)

    Jika k adalah perbandingan diameter dalam dengan diameter luar

    suatu poros, k = di/do , Maka persamaan 2.48 dapat ditulis,

    =

    1

    =

    [1 ] ..................... (2.50)

    b. Poros dikenakan beban bending

    Ketika poros dikenakan beban bending, maka tegangan maksimum

    (tegagan tarik atau tekan) ditunjukkan dalam formula,

    =

    ............................................. (2.51)

    Dimana:

    - M = momen bending (N.mm)

    - I = momen inersia pada potongan dari penampang poros (mm4)

    - b = tegangan bengkok (N/mm2)

    - y = jarak dari sumbu tengah ke titik terluar pada penampang (mm)

    Momen inersia untuk poros pejal, yaitu:

    =

    , =

    .................................. (2.52)

    Substitusikan ke persamaan 2.51, diperoleh:

    =

    =

    ......................... (2.53)

    Momen inersia untuk poros berongga, yaitu:

    =

    =

    [1 ] ...................... (2.54)

    Dimana k = di /do dan y = do /2. Lalu substitusikan ke persamaan 2.51,

    [ ]=

    .................................. (2.55)

    =

    [1 ] ............................... (2.56)

    Dari persamaan ini maka diameter terluar untuk poros berrongga

    dapat dihitung.

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    c. Poros dikenakan beban kombinasi, yaitu beban puntir dan beban

    bengkok

    Ketika poros dikenai beban kombinasi, maka perancangan poros harus

    berdasarkan beban kombinasi yang bekerja pada poros tersebut. Dalam

    perancangan poros, terdiri atas dua teori, yaitu:

    a. Teori tegangan geser maksimum, atau Teori Guest

    Teori ini digunakan untuk material yang bersifat ulet misal baja

    lunak. Tegangan maksisum yang terjadi pada poros, seperti

    ditunjukkan dalam formula berikut ini:

    =

    + 4 .......................... (2.57)

    Dimana:

    - = tegangan geser yang disebabkan oleh beban puntir

    (N/mm2)

    - b = tegangan bengkok (tarik atau tekan) yan disebabkan oleh

    momen bengkok (N/mm2)

    Dengan mensubstitusikan formula dan b yang diturunkan, maka

    diperoleh:

    =

    + 4

    .................. (2.58)

    =

    + ......................... (2.59)

    = + ....................... (2.60)

    + = .......................... (2.61)

    Dengan Te adalah persamaan momen puntir, dan max sama dengan

    teganan ijin untuk suatu material, kita simbolkan , maka

    persamaan 2.61 menjadi,

    = + .......................... (2.62)

    =

    ............................... (2.63)

    Dengan demikian diameter poros dapat ditentukan dari formula

    2.63.

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    b. Teori tegangan normal maksimum, atau Teori Rankine

    Teori ini digunakan untuk material yang bersifat getas, misal baja

    cor. Tegangan normal maksimum yang terjadi pada poros

    ditunjukkan dalam formula 2.64.

    =

    +

    + 4 ................. (2.64)

    =

    +

    + 4

    ............ (2.65)

    =

    + + ............. (2.66)

    + + = ..................... (2.67)

    Me disebut juga persamaan momen bending dan bmax sama dengan

    tegangan normal ijin b, maka persamaan di atas dapat ditulis,

    =

    + + =

    ............. (2.68)

    Diameter poros dapat ditentukan dari formula 2.68.

    Untuk kasus poros berrongga, maka persamaan momen puntir dan

    momen bending (Te dan Me) dapat ditulis,

    = + =

    (1 ) ............. (2.69)

    =

    + + ..................... (2.70)

    =

    (1 ) ....................... (2.71)

    Perancangan dan perhitungan poros dengan menggunakan formula

    di atas, akan diperoleh diameter. Diameter poros yang digunakan

    dalam perancangan poros adalah diameter terbesar dari hasil

    perhitungan antar kedua teori tersebut.

    2.7. Perancangan Pasak Persegi

    Pasak adalah bagian dari elemen mesin, disamping digunakan untuk

    menyambung juga diguanakan untuk menjaga putaran antara poros dan mesin

    dengan peralatan mesin yang lain seperti roda gigi, pulley, hand wheel dan

    sebagainya yang disambung dengan poros mesin tersebut. Dalam perencanaan

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    pasak, dimensi pasak sudah distandarkan sesuai dengan diameter porosnya.

    Gambar pasak yang terpasang pada poros terlihat pada gamber 2.18.

    Gambar 2.18. Pasak

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Pada pasak terdapat dua macam tegangan yang terjadi, yaitu tegangan

    geser dan tegangan kompresi. Berikut adalah analisa tegangan yang terjadi pasak,

    yaitu:

    a. Tegangan geser

    Bila poros berputar dengan torsi sebesar T maka akan menghasilkan

    gaya sebesar F, yang dinyatakan dengan rumus:

    =

    ................................................. (2.72)

    Dimana:

    - F = gaya (N)

    - T = torsi (N.mm)

    - D = diameter poros (mm)

    Pada pasak gaya F ini akan menimbulkan tegangan geser yang besarnya

    adalah dinyatakan dengan persamaan:

    =

    ................................................ (2.73)

    Dimana:

    - Ss = tegangan geser (N/mm2)

    - F = gaya geser (N)

    - AS = luas bidang geser pada pasak (mm2) = W.L

    - W = lebar pasak (mm)

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    - L = panajang pasak (mm)

    Sehingga persamaan 2.73 menjadi:

    =

    ............................................. (2.74)

    Supaya pasak aman terhadap tegangan geser apabila pada pasak

    memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    N

    S

    DLW

    TS sypS

    ..

    .2 ................................. (2.75)

    b. Tegangan kompresi

    Gaya F terjadi pada pasak menimbulkan tegangan kompresi yang

    besarnya adalah dinyatakan dengan persamaan:

    C

    CA

    FS ............................................. (2.76)

    Dimana:

    - Sc = tegangan kompresi (N/mm2)

    - F = gaya kompresi (N)

    - Ac = luas bidang kompresi pada pasak (mm2) = w. L/2

    - W = lebar pasak (mm)

    - L = panjang pasak (mm)

    Sehingga perumusan 2.76 menjadi:

    .DLW

    TSC

    ..

    .4 ......................................... (2.77)

    Supaya pasak aman terhadap tegangan geser apabila pada pasak

    memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    .N

    S

    DLW

    TS

    yp

    C ..

    .4 ................................... (2.78)

    2.8. Pemilihan Bantalan

    Menurut macamnya bantalan ada dua jenis, yaitu journal bearings

    (bantalan luncur) dan rolling bearings (bantalan gelinding), sedangkan bantalan

    gelinding pun memiliki dua tipe yaitu ball bearings dan roller bearings. Pada

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    perancangan elemen mesin ini digunakan bantalan dengan tipe single row deep

    ball bearing, dengan alasan bantalan ini dapat menahan dua jenis beban yaitu

    beban radial dan beban aksial. Karena dalam operasi hanya beberapa bola atau

    kadang-kadang hanya satu bola yang menanggung beban radialnya, sehingga

    bola-bola yang lain dapat berfungsi menahan beban aksialnya. Di samping itu

    bantalan ini juga mempunyai kemampuan menyesuaikan diri bila terjadi

    ketidaksesuaian atau ketidaksetaraan sumbu poros dengan sumbu bantalan akibat

    adanya defleksi poros atau adanya perubahan penurunan pondasi.

    Gambar 2.19. Ball Bearing

    Sumber: Machine Design, RS.Khurmi and Gupta

    Berikut ini adalah langkah langkah untuk pemilihan dan analisis bantalan

    tipe ball bearing, yaitu:

    a. Beban ekuivalen

    Beban ekuivalen ditunjukkan oleh gaya arah aksial dan gaya arah radial

    yang ditimbulkan oleh poros. Mencari beban ekivalen dinamis dari

    bantalan adalah dengan rumusan berikut:

    Pr = X.V.Fr + Y. Fa ..................................... (2.79)

    Dimana:

    - Pr = beban ekuivalen dinamis (N)

    - V, X dan Y = faktor yang terdapat pada spesifikasi bearing

    - Fr = Gaya radial pada bantalan (N)

    - Fa = Gaya aksial pada bantalan (N)

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    b. Basic Load Rating

    b

    P

    C

    nL

    .60

    106

    10 ........................................ (2.80)

    Dimana:

    - L10 = jumlah jam kerja dengan tingkat kepercayaan 90 % (hr)

    - N = kecepatan putaran poros (rpm)

    - C = basic load rating (lb)

    - P = beban ekuivalen (lb)

    - b = 3 (ball bearing)

    Umur bantalan diasumsikan 1000 jam dengan kegagalan 10%. L10

    sama dengan 10000 hr. Jadi dari hasil perhitungan diperoleh harga

    basic load rating (C), dan dari tabel bearing akan diperoleh bore(d),

    diameter luar bantalan(Do), dan lebar bantalan (B), juga jenis bantalan

    yang digunakan.

    Gambar 2.20. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bantalan

    Sumber: machine design, RS.Khurmi and Gupta

    Keterangan gambar 2.20. adalah:

    - D = Diameter luar bearing (mm)

    - FBZ = Gaya bantalan searah sumbu Z (N)

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    - d = diameter poros (mm)

    - FR = Gaya radial (N)

    - FBX = Gaya bantalan searah sumbu x (N)

    2.9. Sambungan Las (Welded Joint)

    Sambungan las adalah suatu sambungan antar 2 permukaan logam yang

    diberi logam pengisi yang meleleh akibat panas flux yang diberikan. Sambungan

    las sering digunakan dalam pemasangan komponen mesin, struktur mesin, bahkan

    untuk bangunan sipil. Karena biaya pengelasan yang murah, banyak sekali bagian

    suku cadang mesin yang awalnya diproduksi dengan pengecoran, sekarang

    diproduksi dengan pengelasan. Pengelasan memiliki kekuatan yang baik dan

    memiliki massa yang ringan. Hasil pengelasan terlihat pada gambar 2.21.

    Gambar 2.21. Pengelasan pada Elemen Mesin

    Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

    Berikut ini adalah jenis jenis bentuk pengelasan beserta beban yang

    bekerja pada benda kerja, yaitu:

    a. Pengelasan penumpu dalam tegangan tarik (butt weld in tension)

    Gambar 2.22. Pengelasan Penumpu dalam Tegangan Tarik

    Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Besar tegangan yang terjadi di daerah pengelasan pada gambar 2.22.

    yaitu:

    , =

    .......................................... (2.81)

    b. Pengelasan penumpu dalam tegangan tarik (butt weld in shear)

    Gambar 2.23. Pengelasan Penumpu dalam Tegangan Geser

    Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

    Besar tegangan yang terjadi di daerah pengelasan pada gambar 2.23.

    yaitu:

    , =

    .......................................... (2.82)

    c. Pengelasan fillet dalam tegangan geser(fillet weld in shear)

    Gambar 2.24. Pengelasan Fillet dalam Tegangan Geser

    Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Besar tegangan yang terjadi di daerah pengelasan pada gambar 2.24.

    yaitu:

    , =

    ....................................... (2.83)

    = 1.414

    ............................................ (2.84)

    d. Pengelasan fillet dalam tegangan tarik yang tegak lurus dengan

    panjangnya

    Gambar 2.25. Pengelasan Fillet dalam Tegangan Tarik yang Tegak

    Lurus dengan Panjangnya

    Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

    Persamaan faktor keamanan yang sering digunakan untuk beban statis,

    dapat dirumuskan dalam bentuk:

    = 0.5

    ............................................. (2.85)

    Dimana:

    - FS = Faktor keamanan

    - yp = Kekuatan luluh elektroda las (MPa)

    - allow = Tegangan ijin (MPa)

    Ketika beban terjadi pada sambungan las diberlakukan secara eksentrik,

    maka efek torsi atau momen kopel juga harus diikutserta dalam perhitungan

    terhadap beban langsung. Efek torsi atau momen kopel terlihat seperti pada

    gambar 2.26. dimana terjadi gaya pada daerah pengelasan dengan panjang las

    adalah l dan luas tempat terjadinya gaya adalah dA. Jarak dari gaya S ke titik berat

    pada daerah pengelasan adalah sebesar r.

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Gambar 2.26. Tegangan yang Terjadi pada Elemen Pengelasan dengan Beban

    Eksentrik

    Sumber: Design of Machine Elements, M.F. Spotts

    Maka momen eksternal atau torsi T yang terjadi adalah sama dengan momen dari

    tegangan geser yang diintegralkan pada semua sambungan pengelasan.

    = =

    .............................. (2.86)

    =

    =

    ....................................... (2.87)

    =

    ............................................... (2.88)

    Dimana:

    - T = momen kopel yang terjadi (N.mm)

    - r = jarak gaya yang bekerja (mm)

    - J = momen inersia (mm4)

    - = tegangan geser yang terjadi pada daerah pengelasan (N/mm2)

    Besar momen inersia J, dapat dihitung dengan formula:

    = + ......................................... (2.89)

    Dimana:

    - J0 = momen inersia pada daerah pengelasan tunggal (mm4)

    - A = Luas daerah pengelasan (mm2)

    Jika momen inersia pada daerah pengelasan tunggal dirumuskan:

    =

    ................................................ (2.90)

    dan besar luas daerah pengelasan dirumuskan:

    = 0.707 ......................................... (2.91)

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Maka rumus momen inersia J adalah:

    =

    +

    ...................................... (2.92)

    Pengelasan merupakan penyambung antara dua permukaan logam yang

    diakibat oleh flux panas yang bekerja melelehkan elektroda sebagai logam

    penyambung. Dalam pengelasan telah diketahui banyak elektroda yang diberi

    standar untuk digunakan pada kondisi permesinan dan struktur seperti terlihat

    pada table 2.3. dan tabel 2.4.

    Tabel 2.3. Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Regangan pada Elektroda

    untuk Kondisi Pengelasan dengan Standar Desain ASTM A233-64T

    Seri E60

    AWS-ASTM

    classification

    Tensile Strength,

    min psi

    Yield point, min

    psi

    Elongation in 2

    in, min percent

    E6010 62000 50000 22

    E6011 62000 50000 22

    E6012 67000 55000 17

    E6013 67000 55000 17

    E6020 62000 50000 25

    E6027 62000 50000 25

    Sumber: Design Of Machine Elements, M.F. Spotts

    Tabel 2.4. Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Regangan pada Elektroda

    untuk Kondisi Pengelasan dengan Standar Desain ASTM A233-64T

    Seri E70

    AWS-ASTM

    classification

    Tensile Strength,

    min psi

    Yield Point, min

    psi

    Elongation in 2

    in, min percent

    E7014 72000 60000 17

    E7015 72000 60000 22

    E7016 72000 60000 22

    E7018 72000 60000 22

  • Tugas Rancang Putra Chandra

    Tabel 2.4. Kekuatan Tarik, Kekuatan Luluh dan Regangan pada Elektroda

    untuk Kondisi Pengelasan dengan Standar Desain ASTM A233-64T

    (Lanjutan)

    Seri E70

    AWS-ASTM

    classification

    Tensile Strength,

    min psi

    Yield Point, min

    psi

    Elongation in 2

    in, min percent

    E7024 72000 60000 17

    E7028 72000 60000 22

    Sumber: Design Of Machine Elements, M.F. Spotts

    Penomoran dari seri elektroda biasanya digunakan Huruf E diikuti oleh

    4 digit angka. Angka terakhir di bagian kanan menandakan teknik dari

    pengelasan, seperti besar arus yang digunakan dan aplikasi. Angka kedua dari

    kanan menunjukkan posisi atau daerah pengelasan, seperti angka 1, untuk semua

    posisi, yaitu datar, horizontal dan vertikal, angka 2, untuk posisi datar, dan

    horizontal, angka 3, untuk posisi datar saja.

    - V, X dan Y = faktor yang terdapat pada spesifikasi bearing - d = diameter poros (mm)- FR = Gaya radial (N)