bab ii1
DESCRIPTION
jnnjnjnjnjnjTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Katalis
Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi
kimia tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri dengan
cara memberikan jalur pilihan lain yang membutuhkan energi aktivasi lebih
rendah bila dibanding dengan energi aktivasi untuk reaksi tanpa katalis. Katalis
ikut berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Adanya
katalis dapat mempengaruhi faktor-faktor kinetik suatu reaksi seperti laju reaksi,
energi aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan lain-lain
Katalis memiliki tiga fungsi katalitik, yakni:
1) Aktivitas
Berkaitan dengan kemampuan katalis untuk mempercepat suatu reaksi
2) Selektivitas atau spesifisitas
Berkaitan dengan kemampuan katalis yang dapat mengaahkan suatu reaksi
3) Stabilitas atau lifetime
Berkaitan dengan kemampuan katalis menahan hal-hal yang dapat
mengarahkan terjadinya deaktivasi katalis
Berdasarkan fasanya katalis digolongkan menjadi dua bagian yakni katalis
homogen dan katalis heterogen.
1) Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang fasanya sama dengan fasa reaktan
serta fasa produk yang dihasilkan dari reaksi. Katalis jenis ini mudah untuk
dioperasikan, dimodifikasi, katalis jenis ini pula meiliki aktivitas dan selektivitas
yang tinggi serta tidak mudah diracuni oleh pengotor yang terkandung dalam
suatu reaksi. Namun sayangnya karena fasa yang dimilikinya sama, maka katalis
ini sulit dipisahkan dari campuran reaksi, katalis jenis ini juga kurang stabil jika
dioperasikan pada suhu tinggi. Umumnya katalis homogen ini paling sering
ditemui dalam bentuk cairan, dimana reaktan dan katalis bercampur menjadi suatu
larutan
2) Katalis heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasa reaksinya tidak sama dengan
fasa reaktan dan produk yang dihasilkan. Tidak seperti katalis hogmogen yang
sulit dipisahkan dari reaksi campurannya, maka katalis heterogen ini mudah
dipisahkan dari campuran reaksi. Serta mampu dioperasikan dalam suhu yang
relatif tinggi. Katalis yang banyak ditemukan berupa padatan sementara
reaktannya berupa cairan, oleh karena itu katalis heterogen biasanya dibentuk
seperti pellet agar lebih mudah dioperasikan.
2.2. Katalis Sistem Logam Pengemban
Katalis sistem logam pengemban adalah katalis yang terdiri dari
logam dan pengembannya. Sistem logam pengemban dilakukan karena
stabilitas logam yang tidak stabil sehingga membutuhkan pengemban untuk
meningkatkan stabilitas katalis. Logam logam yang sering digunakan
sebagai katalis adalah logam transisi seperti Co,Ag,Pt,Vdan Cu. Logam-
logam tersebut digunakan karena memiliki aktivitas yang tinggi sehingga
mereka dapat membantu atau mempercepat reaksi.
Pada katalis sistem logam pengemban, hal penting yang harus
diperhatikan adalah pengemban dari logam. Pengemban ini menjadi
peranan yang penting karena sebgai
2.3. Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang banyak terdapat di alam, kurang lebih
terdapat 46 mineral zeolit alam. Secara umum zeolit sangat berpori karena
tersusun atas kristal alumina silikat terhidrasi yang banyak mengandung kation
alkali atau alkali tanah yang berbentuk kerangka tiga dimensi dan pori-pori yang
dimiliki zeolit berukuran molekul. Rumus molekul empiris zeolit adalah
M2n(Al2O3.ySiO2)wH2O dimana m adalah kation alkali tanah atau alkali, n adalah
valensi logam alkali, dan x,y adalah bilangan tertentu.
Zeolit termasuk mineral yang istimewa karena struktur kristalnya (susunan
atom maupun komposisinya) yang mudah diatur, sehingga dapat dimodifikasi
sesuai dengan keperluan pemakai dan dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
Karena sifatnya yang istimewa tersebut zeolit dapat digunakan dalam berbagai
keperluan dan kegiatan yang luas, misalnya sebagai adsorben, penukar ion dan
katalisator.
Untuk memaksimalkan fungsi zeolit pada suatu proses terutama sebagai
katalis maka digunakan zeolit dengan kualitas yang baik. Agar mendapatkan
zeolit yng berkualitas baik maka perlu dilakukan proses pengolahan dan aktivasi
terlebih dahulu, baik dengan cara pemanasan, penambahan asam atau basa,
maupun melapisi zeolit tersebut menggunakan senyawa kimia lain. Aktivasi
secara fisis dapat dilakukan dengan proses pemanasan, tujuannya untuk
menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori zeolit. Dengan proses
pemanasan tersebut maka luas permukaan pori-pori zeolit akan bertambah.
Aktivasi zeolit dengan proses ini sering dikenal dengan istilah kalsinasi.
Aktivasi zeolit juga dapat dilakukan secara kimiawi, yakni dengan
penambahan pereaksi kimia asam atau basa dalam kurun waktu tertentu.
Tujuannya sama, yakni untuk memperluas permukaan pori-pori zeolit serta
membuang senyawa pengotor yang terperangkap di dalam pori-pori zeolit.
Aktivasi zeolit dengan cara kimiawi ini juga dapat mengatur kembali letak atom
yang dapat dipertukarkan. Aktivasi zeolit yang dilakukan dengan penambahan
asam mineral dapat melarutkan logam alkali seperti Ca2+, K+, Na+, dan Mg+ yang
menutupi rongga pori zeolit. Pengaktifan dengan H+ yang dilakukan dalam ruang
interlaminer akan membuat zeolit lebih porous dan permukaannya akan lebih
aktif. Berikut gambar yang menunjukan reaksi yang terjadi apabila zeolit
diaktivasi menggunakan mineral asam.
Gambar 2.1. Aktivasi zeolit menggunakan asam mineral
2.4. Metode pembuatan Katalis logam
Salah satu metode dalam preparasi katalis adalah impregnasi. Impregnasi
adalah preparasi katalis dengan mengadsorpsikan garam prekursor yang
mengandung komponen aktif logam di dalam larutan kepada padatan pengemban.
Impregnasi sendiri memiliki definisi yang luas, arti impregnasi dalam suatu
penelitian bisa jadi berbeda dengan penelitiaan lainnya. Namun, impregnasi
dilakukan manakala pada pengemban tidak terdapat anion atau kation yang dapat
dipertukarkan. Impregnasi dibedakan menjadi dua, yaitu impregnasi basah dan
impregnasi kering.
Perbedaan impregnasi kering dan basah didasarkan pada perbandingan
volume larutan prekursor dengan volume pori pengemban. Untuk impregnasi
kering, volume larutan berkisar 1-1,2 kali dari volume pori pengemban. Karena
diharapkan nantinya jumlah antara larutan prekursor dengan pori yang tersedia
pada pengemban adalah sama. Sedangkan, untuk impregnasi basah, volume
larutan prekursor lebih dari 1,5 kali dari volume pori pengemban. Oleh karenanya,
untuk impregnasi kering, diawal perlu diketahui volume pori pengemban untuk
menentukan volume larutan prekursor yang sesuai.
Salah satu yang mendasari pemilihan metode impregnasi adalah bahwa
didalam pengemban tidak terdapat anion atau kation yang dapat dipertukarkan
(karena kalau ada anion atau kation yang dapat dipertukarkan metodenya disebut
pertukaran ion). Metode tersebut bergantung pada kation logam yang ingin
diembankan. Untuk ion kompleks yang sukar mengalami pertukaran kation, maka
metode yang tepat adalah impregnasi, sedangkan untuk kation tersolvasi yang
lebih mudah mengalami pertukaran kation, metode yang tepat adalah pertukaran
ion. Dapat juga dipertimbangkan faktor biaya. Untuk larutan garam yang mahal
dapat dilakukan impregnasi kering. Sedangkan larutan garam yang lebih murah
dapat dilakukan impregnasi basah atau pertukaran ion. (Idra, 2013)
Pada penelitian ini, dilakukan proses aktivasi zeolit alam secara kimiawi
dengan H2SO4 yang menghasilkan H-zeolit alam aktif. Selanjutnya dilakukan
proses impregnasi menggunakan variasi perbandingan H-zeolit alam aktif dan
larutan CoCl2 dan variasi suhu pada pereduksian katalis. Menggunakan suhu
kalsinasi 550 oC. Produk Co/zeolit alam aktif dianalisa karakter porositasnya
dengan menggunakan NOVA 1000 dan tingkat keasamannya dengan cara
adsorpsi gas NH3.