bab ii unvolumetric architecture - perpustakaan digital...

Download Bab II Unvolumetric Architecture - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/609/jbptitbpp-gdl-iwayanwimb-30437-3... · merupakan bentuk pelestarian antara elemen alami

If you can't read please download the document

Upload: vukhue

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Bab IIUnvolumetric Architecture

    2.1 Gagasan dan Ide

    Istilah Un-volumetric Architecture untuk pertama kali dilontarkan oleh Aldo

    Aymonino1. Secara umum istilah tersebut adalah intisari dari sebuah penelitian

    dengan cara mengompilasi proyek-proyek ruang publik dan membahas beberapa

    pemikiran penting di dalam merancang ruang dan fasilitas publik dan tidak

    berusaha menciptakan tipologi arsitektur yang baru. Kaitannya dengan fenomena

    keberadaan volum yang selama ini dianggap inti dari sebuah ruang dalam

    arsitektur ternyata dinilai membuat kalangan terkait bersikap kurang berwawasan

    lingkungan. Menanggapi sikap tersebut diperlukan langkah-langkah spesifik

    untuk mengesampingkan bentuk dan volum sebagi tujuan namun meninjau lagi

    definisi tentang bentang alam.

    Terdapat tiga pokok pikiran yang dapat menggambarkan sikap arsitek untuk

    berkarya dengan sifat un-vol2 . Pertama adalah menggali karakter spasial

    berdasarkan lokasinya. Pada tataran ini memperlihatkan penggugahan place

    dianggap vital untuk mendapatkan suatu sistem pemanfaaan spasial yang lebih

    bermakna dan bermanfaat langsung bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

    Elaborasi pada tataran ini hasilnya lebih berupa konsep sistem pemanfaatan

    daripada bentuk obyek. Kedua adalah arsitek diharapkan senantiasa membuka

    wawasan pada lingkungan sekeliling lebih luas. Pada tahap ini gambaran fisik

    lokalitas ditinjau kembali secara simbolik. Bentang alam pada suatu wilayah

    tertentu memiliki nilai kesejarahan tersendiri seperti contoh pada budaya timur,

    15

    1 Aymonino, Aldo Contemporary Public Space: Un-volumetric Architecture, 2006. Aymonino adalah seorang arsitek dan planner dengan kualifikasi internasional. Dalam buku tersebut telah dikompilasi sejumlah esai arsitek dunia dan proyek arsitektur mikroskopis berupa elemen lanskap ruang publik kota yang menekankan sikap yang lebih relevan dan banal daripada sikap shape-making.

    2 Aymonino 2006:21. Bahasan ini sifatnya universal dan pemikiran tersebut memberi peluang bahwa un-vol dapat diterapkan khususnya di Indonesia dengan kondisi masyarakat dan posisi geografisnya yang memiliki kekhasan masing-masing.

  • sumbu dan mata angin adalah vital. Perletakan fungsi dan tengaran tentang hal

    tersebut pasti akan ditemukan atau dimunculkan. Apabila diartikulasikan lebih

    lanjut mengenai kekritisan pada aspek tersebut maka diyakini akan dapat

    menguatkan karakter bentang alam. Ketiga adalah fokus pada konsep perancangan

    dengan teknologi konstruksi terkini dan disuaikan dengan kemampuan masyarakat

    lokal. Konsep tersebut dapat dicontohkan berupa obyek fungsional dengan

    struktur yang kompak, mudah dipindahkan dan ringan namun tetap harus

    mengacu pada ketrampilan lokal. Memandang ketiga sikap di atas apabila ditinjau

    lagi pada lanskap dan arsitektur lokal semisal merenungkan keberadaan komplek

    hunian menengah di Jawa dan bentuk joglo maka un-vol bukanlah hal baru di

    masyarakat kita.

    Gagasan unvolumetric architecture ditengarai pula senantiasa berkenaan dengan

    kawasan kritis. Banyaknya kebutuhan lahan untuk kegiatan industri dan hunian

    ditengarai mulai menghimpit lahan-lahan lindung dan konservasi. Program

    kegiatan dan fasilitas publik juga marak dikesampingkan keberadaannya. Krisis

    lahan akan pemenuhan kebutuhan lahan di dalam penciptaan ruang terbuka publik

    di kawasan perkotaan tersebut selayaknya dijadikan sumber inspirasi dan

    bertindak lebih inovatif. Krisis tersebut diselesaikan dengan suatu konsep

    pemanfaatan ruang dan bentang alam yang mengedepankan keluwesan suatu

    fasilitas yang dapat diisi dan sesuai. Memandang bahwa kepentingan publik terdiri

    atas kepentingan dan kebutuhan individu yang tidak seragam maka disusunlah

    suatu konsep crossprogramming (Tschumi 1994:176). Pemanfaatan dengan

    konsep tersebut diyakini membuka peluang lahan maupun sumber daya yang

    kritis dan terbatas dapat dimaksimalkan. Arsitektur un-vol merupakan salah satu

    contoh praktis menghadapinya maka gambaran langkah-langkah normatif dan

    penerapannya akan dibahas pada sub bab berikut ini.

    16

  • 2.2 Preseden

    Pemilihan di dalam mengkaji unvolumetric architecture lebih jauh akan

    didapatkan dari studi preseden-preseden secara arsitektural. Beberapa contoh

    berikut dipilih berdasarkan fsktor kekuatan pengaruh dan manifestasi daur ulang

    nilai-nilai budaya lokalnya. Sebagian besar berada di setting geografis dan budaya

    barat meski demikian bahasan juga menelusuri sejauh mana peluang budaya timur

    secara konseptual untuk ditemukan dan dapat diterapkan di latar belaang budaya

    dan geografis khas Indonseia.

    2.2.1 Vlotho Fortress di Vlotho Jerman

    Vlotho Fortress oleh arsitek LOMA di Vlotho Jerman dibangun pada tahun

    1998-2003. Proyek ini bertujuan mengalihfungsikan sekaligus memugar

    reruntuhan benteng dari abad pertengahan, menjadi area berkumpul, ruang

    pemancar radio lokal (dilengkapi antena setinggi 50 m) dan ruang serbaguna

    17

    Gambar II.1 Denah atak Vlotho Fortress yang memperlihatkan kompromi fungsi baru dan eksisting.

    (Sumber: Aymonino, 2006:220)

  • publik, yang biasanya untuk upacara perkawinan, sehingga merupakan salah satu

    obyek wisata di Vlotho. Bentuk intervensi yang dilakukan berupa pola titik-titik

    yang minimal bertujuan agar fungsi dan ruang-ruang barunya diusahakan tidak

    berkesan mendominasi, berdampak pada lingkungan alamiahnya dan

    mengalahkan impresi secara keseluruhan bentuk benteng kuno tersebut

    (Aymonino 2006: 220). Karakter dan kondisi eksisting justru diperkuat akibat

    penambahan fungsi-fungsi baru tersebut. Titik-titik pohon yang tumbuh dan

    membentuk formasi siluet volum daun-daun dibiarkan tetap seperti aslinya.

    Bagian atas benteng dinaungi sebuah struktur dan material baru. Penambahan

    struktur baru tersebut menjadikan benteng dan kastil kuno ini memiliki citra baru

    tanpa meninggalkan nuansa kekunaannya. Elemen penutup atap dan dinding

    berupa metal dan plastik sedangkan penutup lantainya diganti batu dengan tekstur

    18

    Gambar II.2 Bentuk dan ekspresi benteng kuno pada saat ditambahi fungsidan elemen baru.(Sumber: www.loma-design.de/loma/projekte_e.asp)

  • dan warna yang seirama dengan aslinya. Pemilihan material, struktur dan

    bentuknya adalah netral dan berdampak pada tatanan visual yang mendekati

    transparan/tembus pandang. Di samping itu selubung bekas ruang pengintaian ini

    merupakan ruang utama yang menarik dengan atraksi panorama hijau dan kota.

    Pemugaran dan pemanfaatan yang diprogram oleh LOMA di Vlotho semacam ini

    merupakan bentuk pelestarian antara elemen alami dan buatan yang sudah ada

    sebelumnya. Pertimbangan-pertimbangan teknis meliputi aspek fungsi, bentuk

    dan material tambahan menjadi fokus agar aspek sumber daya alamiah senantiasa

    dapat bersinergi secara visual maupun non visual.

    19

    Gambar II.3 Atak Zona A yang utama di proyek Ciudad abierta.(Sumber: Aymonino, 2006:238-245)

  • 2.2.2 Ciudad abierta di Valparaiso Chili

    Cooperativa Amereida adalah sekumpulan individu lintas disiplin yang

    beranggotakan 30 orang yang mendedikasikan dirinya pada pelestarian budaya

    dan lingkungan. Cooperativa Amereida melakukan eksperimen pada sebuah

    proyek arsitektur bentang alam. Proyek yang dinamai Ciudad abierta ini dan

    dimulai tahun 1969. Bentang alam yang bernuansa puitis tersebut diinspirasi oleh

    legenda perjalanan Troy menuju Italia di 150 kawasan yang tersebar di benua

    Amerika dan diberi nama The Crossings. Bentang alam Ciudad abierta seluas 270

    hektar. Rona lingkungan di dalamnya bervariasi dari berupa garis-garis pantai,

    padang pasir, hamparan tanah gembur, jurang, dataran rendah, hutan sampai

    dengan dataran tinggi yang ekstrem. Kesemuanya dipengaruhi iklim pesisir khas

    Amerika. Pemanfaatan bentang alam diisi kegiatan publik yaitu antara lain ruang

    terbuka agora-agora dengan fasilitas bermain musik, kapel, pekuburan dan lain-

    20

    Gambar II.4 Fasilitas di Ciudad abierta.(Sumber: Aymonino, 2006:238-245)

    Gambar II.5 Salah satu fasilitas pertemuan besar yang terdapat di Ciudad abierta Zona A. (Sumber: Aymonino, 2006:238-245)

  • lain. Secara umum kaitan antara ruang publik dan kehidupan masyarakat Latin

    adalah suatu karakter yang berusaha ditonjolkan sebagai upaya penjiwaan total

    untuk senantiasa diterapkan ke dalam proyek eksperimental jangka panjang ini.

    Salah satu yang dijadikan preseden dalam tesis desain ini adalah salah satu spot

    Ciudad abierta yang berada di Valparaiso Chili. Pemilihan lokasi dan rona bentang

    menggambarkan kisah perjalanan kepahlawanan Troy. Spot ini dianggap sebagai

    preseden yang terlengkap dari proyek Ciudad abierta dan mewakili pemikiran

    Juan Purcell. Sebagai tokoh sentral di kelompok Cooperativa Amereida, Purcell

    mengetengahkan beberapa aspek materialitas, penyelesaian hard-scape, penataan

    fasilitas dan perwujudan elemen bentang alamnya yang berujung pada

    karakterisasi proyek Ciudad abierta secara keseluruhan. Pemikirannya adalah

    sebagai berikut:

    ... the relationship with terrain must be light and lightness means building housing completeness with the minimal...An ascetic creativity is therefore necessary.... the works combine lightness with the original availability of the location, such as to determine interior spaces founded on themselves and on the natural environment that surrounds them. (Purcell, Aymonino 2006)

    Berdasarkan visi di atas Ciudad abierta merupakan gambaran dialog unsur-unsur

    buatan dan unsur-unsur alamiah. Elemen-elemen dan fasilitas arsitektur bentang

    alamnya mempergunakan sumber daya alam dan material yang murah dan berada

    di sekitarnya. Material tersebut di antaranya berupa ranting-ranting kayu, tatanan

    bata, batu bata, batu, kerikil, pasir dan perkerasan tanah. Hal ini tidak mengurangi

    inovasi-inovasi bentuknya, namun justru itu memunculkan keunikan Ciudad

    abierta.

    Kelompok ini berkonsentrasi pada penciptaan ruang terbuka publik. Rona

    lingkungan yang terdapat dari ruang luar dapat dimanfaatkan selayaknya ruang

    dalam. Pada Teatro al Aire Libre (Gambar II.3 dan II.5) terdapat fenomena

    fleksibilitas ruang luar terhadap munculnya aktivitas yang bervariasi. Teatro al

    Aire Libre dapat tercipta sebuah atmosfer ruang dalam. Secara akustik ceruk atau

    21

  • lembah semacam itu berkesan telah membentuk sebuah enklosur yang akrab.

    Keunikan salah satu fenomena spasial ini menjadikan Ciudad abierta di Chili ini

    sebagai sebuah contoh proyek arsitektur (ruang dalam) sebagai sebuah bentang

    alam (Aymonino 2006: 238).

    2.2.3 The Golden Plate di San Francisco, AS

    Proyek pengembangan taman kota Union Square San Francisco intinya adalah

    penambahan bangunan parkir dan rehabilitas taman kota. Proyek tersebut digagas

    oleh arsitek Wes Jones pada tahun 1997, taman kota bersejarah di San Francisco

    tersebut digubah sedemikian rupa sehingga fungsi utama taman dan parkir

    kendaraan dapat bersinergi. Bangunan parkir ditempatkan di bawah permukaan

    22

    Gambar II.7 Fitur lanskap The Golden Plate.(Sumber: Aymonino, 2006:212-217)

    Gambar II.6 Proyek The Golden Plate.(Sumber: Aymonino, 2006:212-217)

  • tanah dan bentang alam taman kota Union Square menjadi atapnya. Bangunan

    parkir dapat diakses dengan mudah melalui beberapa ramp, jembatan dan tangga.

    Meski berada di dalam tanah namun penembusan sinar matahari, sirkulasi udara,

    dan panorama kota masih dapat terlihat dengan mudah. Sekuen dari dan ke

    bangunan parkir tersebut justru membuat sekuen dan panorama kota semakin

    bervariasi dan taman kota menjadi lebih menarik. Fungsi taman kota Union

    Square tetap seperti taman pada umumnya. Di taman masih ditemukan kolam,

    penerangan taman, padang rumput, vegetasi, patung eksisting Union Square dan

    jalur akses yang aman. Ruang berkumpul dan ruang bermain taman melayang dan

    berada pada posisi yang miring karena fungsinya sebagai atap bangunan parkir.

    Struktur dan konstruksi baja memberi kesan monumental dan mendominasi

    namun tetap beorientasi pada skala patung taman Union Square sebagai salah satu

    tengaran. Bangunan parkir bawah tanah yang digabung dengan taman kota klasik

    menjadikan Proyek The Golden Plate menggambarkan usaha memunculkan

    identitas dan definisi baru sebuah taman di kota-kota kontemporer (Aymonino,

    2006: 212).

    2.2.4 Pusaka Saujana Borobudur di Magelang, Jawa Tengah

    Bentang alam merupakan simbol hubungan antara alam dan buatan dalam ruang

    dan waktu (Adhisakti 2004). Monumen World Heritage Candi Borobudur

    dijadikan preseden un-vol yang berlatarbelakang budaya Indonesia. Kawasan

    Borobudur dan sekitarnya telah dijadikan archaelogical park. Masa-masa

    ekskavasi dan pemugarannya memakan waktu kurang lebih seabad. Sejak tahun

    1983, The Borobudur Archaelogical Park dibuka untuk umum. Kawasan tersebut

    dibagi menjadi lima zona/mintakat pengembangan. Khusus zona utama (I dan II)

    pengembangannya secara eksklusif tidak melibatkan peran masyarakat lokal

    secara langsung. Berdasarkan kebijakan ini pula setelah dua dekade lebih

    pemafaatannya, Borobudur berakhir pada suatu situasi yang dinilai kurang

    mencerminkan ikatan emosional dengan penduduk lokal seperti yang terjadi pada

    23

  • masanya dahulu (Adhisakti 2006). Konsep dan pendefinisian pusaka saujana3

    diajukan sebagai salah satu pendekatan yang lebih sesuai, salah satunya dengan

    membuka zona utama agar diintervensi secara langsung oleh masyarakat lokal.

    Penerapan konkretnya berupa menata kembali beberapa desa pelingkup di

    kawasan III, IV dan V agar secara sosial dan visual lebih dekat dengan monumen.

    Proposal ini adalah salah bentuk pendefinisian kembali makna Borobudur yang

    seharusnya bersinergi lebih baik dengan masyarakat lokal. Aspek pengamanan

    wilayah eksklusif yang terlalu ketat semacam ini ternyata justru berpotensi

    mengaburkan tujuan umum pemugaran dan pemanfaatan sebuah kawasan

    kekunaan. Hal tersebut berdampak pada berkurangnya apresiasi dan tanggung

    jawab masyarakat lokal pada pemanfaatan Borobudur secara keseluruhan.

    24

    3 Padanan istilah adalah heritage untuk pusaka dan cultural landscape untuk saujana (Adhisakti 2004).

    ZONE I

    ZONE II

    ZONE III, IV, V ZONE III, IV , V

    Conservation Institute OfficesThe Site Museums

    Hotel/Visitor FacilitiesInternational Festival

    Borobudur Live ConcertBirdcage ParkMoved Village

    Five Mountains FestivalProposed Shopping Street

    Neglected VillagesLocal Business Space

    Borobudur Agitative FestivalProposed Mall

    Neglected VillagesLocal Business Space

    The main monument

    CONCENTRATED - EXCLUSIVE SPACEUNTOUCHED BY THE LOCALS

    Radius >1.5 km Radius >1.5 km

    Local People Movement

    Existing Condition - Engelhardt et al 2003

    Proposal by Adhisakti 2006

    Overall area of The Borobudur Archaeological Park

    Gambar II.8 Skema alur intervensi masyarakat lokal menurut Adhisakti.(Sumber: Adhisakti, 2006)

  • 2.2.5 Garuda Wisnu Kencana Cutural Park, Jimbaran, Bali

    Kompleks fasilitas rekreasi dan taman budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK)

    terletak di tapak seluas dua hektar di kawasan Jimbaran provinsi Bali. Proyek ini

    dimulai oleh NuArt Studio sejak tahun 1989 dan diselesaikan pada tahun 2008.

    Posisinya secara geografis pada dataran tinggi yang dikelilingi jurang, kurang

    subur, berhawa kering dan terjal di bagian ujung paling selatan pulau Bali. Secara

    historis tapak GWK ini dahulunya dikenal sebagai kawasan yang kurang diminati

    25

    Gambar II.9 Garuda Wisnu Kencana Cutural Park.(Sumber: NuArt Studio, 2005)

  • untuk dikembangkan sebagai fasilitas publik karena dahulunya lahan

    penambangan batu kapur untuk bangunan dan seni dan sekarang ditinggalkan.

    Akibat darinya secara fisik tercipta suatu rona lingkungan yang berbentuk

    cekungan-cekungan lebar di lereng dan berjurang-jurang.

    Tapak GWK dikelilingi sebuah fasilitas keagamaan dan fasilitas permukiman.

    Tapak fasilitas GWK ditata mengikuti rona lingkungan. Akivitas yang diwadahi

    bervariasi dan kompleks. Mulai dari taman bermain, taman air, museum, ruang

    festival dan sebuah patung monumental. Beberapa yang menarik adalah

    konfigurasi dinding-dinding monumental sisa-sisa penambangan batu kapur yang

    dijadikan bentuk gapura penyambutan yang khas. Impresi umum GWK adalah

    kesan alami (earthworks)4, kesan primitif Bali pra sejarah, klasik sekaligus Bali

    moderen. Taman air khas Bali didapati di setiap sudut di dalam bentang alam

    GWK antara lain taman lotus dan air mancur.

    26

    4 Perlakuan dan sikap arsitek terhadap keberadaan fitur alami yang sederhana semacam inilah yang dikategorikan sebagai salah satu fenomena un-vol pada penciptaan ruang publik kota moderen oleh Aymonino (2006: 252). Berdasarkan ulasan tersebut pula maka penulis merujuk proyek GWK ini sebagai salah satu preseden di dalam menjelaskan fenomena un-vol yang berlatarbelakang budaya Indonesia.

    Gambar II.10 Rencana tapak GWK.(Sumber: NuArt Studio, 2005)

  • Proyek ini merupakan karya dari prinsipal N. Nuarta yang juga berprofesi sebagai

    seniman patung skala monumental dan kerapkali menggunakan logam sebagai

    material utama. Tidak mengherankan apabila arsitek kemudian menempatkan

    sebuah fitur patung logam setinggi 23 m berada di atas sebuah bangunan pedestal

    setinggi 11 lantai dan ketinggian total adalah 146 m dari permukaan tanah menjadi

    focal point-nya. Peran patung berfigur avatar Wisnu dijadikan elemen terdepan

    secara visual di dalam skala kawasan dan disadari juga merupakan bagian dari

    elemen kota Denpasar yang terletak sekitar 10 km di posisi bawahnya ke arah

    utara. Pola papan catur dan sumbu kuno khas arsitektur Bali dijadikan orientasi

    pengembangan fasilitas dan program GWK. Sekuen penetrasi bentang alam

    berorientasi ke arah barat timur garis edar matahari. Pemintakatannya meliputi

    ruang penerima di daerah barat dan fasilitas utama berupa pedestal dan patung

    berada di ujung tertinggi paling timur. Simbol-simbol siklus kehidupan dan

    aktivitas sehari-hari masyarakat lokal Bali telah dikenal sebagai orientasi barat-

    timur ini.

    Aspek audibilitas terhadap kawasan ditimbulkan suatu ekspos fasad bagian utara

    bentang alam dan mengandung suatu simbol. Hal tersebut merupakan gambaran

    konsep makrokosmos hinduisme karena jalinan substansi elemen pembentuk

    alam yaitu laut (air), gunung (api) dan laut (air). Jalinan elemen alam tersebut

    didapatkan di tata hijau GWK. Seperti halnya penataan fasad semacam ini yang

    secara langsung menghadap figur gunung Agung di bagian utara dan secara

    keseluruhan GWK dilatarbelakangi figur segara/laut dan patung/GWK sebagai

    simbol benua/daratannya. Patung Garuda Wisnu dijadikan fokus, area pamer,

    pusat orientasi sekaligus ditempatkan pada posisi yang merupakan titik tertinggi

    secara vertikal di bentang alam. Di samping itu hal tersebut merupakan

    manifestasi simbol pemelihara alam Wisnu yang diagungkan oleh masyarakat

    lokal.

    27

  • Nilai-nilai lokal diangkat menjadi nilai yang senantiasa universal dan diharapkan

    agar dapat diepresiasi secara internasional melalui sebuah fungsi baru berupa

    taman budaya GWK. Pendekatan konseptual berdasarkan sifat dan ciri masyarakat

    Bali ini mungkin akan menjadikan GWK sebagai salah satu simbol baru kegiatan

    pariwisata Indonesia.

    2.2.6 Erasmian Garden di Rotterdam Belanda.

    Taman Erasmian terdapat di taman nasional Arboteum Trompenburg di Rotterdam

    yang merupakan taman bunga. Letaknya tersembunyi namun tidak bertujuan

    mengisolasi. Di dalamnya terdapat kanal dan fasilitas pemberhentian perahu.

    Menikmatinya hanya dapat dicapai melalui jalur transportasi air dengan

    menggunakan perahu kecil. Jaringan kanal ini dilingkupi oleh pergola-pergola

    yang menghubungkan fasilitas-fasilitas lain di taman Erasmian ini. Proses

    ekskavasi taman tersembunyi dilakukan oleh West 8 di tahun 2001-2002. Terdapat

    dua aspek penting yang dapat dipelajari antara lain adalah pemagaran wilayah

    secara vertikal. Level permukaan tanah yang berada di atas fasilitas

    pemberhentian ini ditanggapi dengan cara membuat pergola yang tingginya

    sejajar. Pergola ini ditumbuhi oleh tanaman menjalar sehingga menciptakan

    28

    Gambar II.11 Skema proses ekskavasi Taman Erasmian.(Sumber: Aymonino, 2006:118-121)

  • 29

    Gambar II.13 Pavilion Ruang Penerima Erasmian.(Sumber: Aymonino, 2006:118-121)

    Gambar II.12 Jalur kanal di taman Erasmian.(Sumber: Aymonino, 2006:118-121)

  • rongga-rongga. Akibat dari pelingkupan pergola tersebut maka tercipta ruang dan

    jalur kanal/air yang berkesan lebih privat Erasmian. Aspek kedua adalah

    pemagaran wilayah secara horisontal melalui langkah-langkah memfungsikan

    kembali cekungan alamiah yang dibentuk oleh jalur air eksisting menjadi sebuah

    dinding menerus. Pengunjung disambut paviliun tersebut dengan membentuk

    konfigurasi dinding-dinding yang dilubangi pada posisi-posisi tertentu di bagian

    atasnya. Pelubangan ini tetap menghasilkan ruang privat dan efek-efek dramatis

    sebuah atraksi fenomena penembusan cahaya matahari sekaligus membingkai

    fragmen-fragmen panorama di belakangnya.

    2.2.7 Preseden karya-karya puncak arsitek Kengo Kuma

    Sepanjang karir sejak tahun 1987 arsitek Jepang Kengo Kuma telah dilalui dengan

    usaha-usaha penggugahan genius loci5 dan langkah diterapkan pada karya-

    karyanya hingga kini. Sebagai preseden terdapat dua proyek penting Kuma.

    Filosofi tersebut adalah pendefinisian kembali hubungan arsitektur dengan alam

    dan senantiasa merujuk pada potensi dan kekuatan material lokal6. Pemikiran

    Kuma didapatkan pada karya-karya puncak berikut ini. Preseden yang pertama

    adalah observatori Kiro-san di Ehime Jepang tahun 1994. Fungsi observatori ini

    adalah menara dan monumen kota Ehime. Tapak berada di dataran tinggi pesisir

    kota Ehime berupa bukit kecil Kiro-san yang puncaknya sudah diratakan. Sebagai

    monumen yang umumnya dibangun vertikal namun pada proyek ini Kuma justru

    memendam sebagian besar fasilitas observatori ini di dalam tanah. Pemikirannya

    didasari oleh konsep male architecture (arsitektur yang menjulang ke atas) dan

    female architecture (arsitektur yang dipendam/pelubangan secara vertikal).

    Pemendaman ini bertujuan melenyapkan dan menyembunyikan pukal arsitektur

    agar menghindari kekontrasan lingkungan yang umumnya terjadi pada male

    architecture (Aymonino, 2006: 207). Kekontrasan tersebut berdampak visual dan

    kesehatan lingkungan (perolehan sinar matahari dan sirkulasi udara). Maka female

    30

    5 Schulz, Christian N, Phenomenon of place; ed. Nesbitt; New York 1996

    6 www.kkaa.co.jp: Januari 2006

  • architecture untuk sementara lebih tepat dan positif terhadap pelestarian

    lingkungan. Namun pada akhirnya terjadi semacam keraguan bahwa metode

    pemendaman ini dapat selalu dipakai karena apabila diterapkan pada kawasan

    kota akan sulit dicapai.

    Apabila yang terjadi pada proyek Kiro-san adalah contoh penerapan female

    maka pada proyek Museum Hiroshige Ando di Tochigi Jepang di tahun 2000

    merupakan male-nya. Hiroshige Ando adalah pegrafis Ukiyo-e khas Jepang yang

    31

    Gambar II.14 Observatori Kiro-san di Ehime, Jepang.(Sumber: Aymonino, 2006:284-285)

  • aktif di abad 19-an. Proyek merupakan ruang koleksi karya-karya Ando dan tema

    ruang dalamnya mencerminkan ciri dan karakter tata visual karya seni grafisnya.

    Karya grafis Ando didominasi garis7 dan ciri khas inilah yang ditangkap Kuma

    sebagai sesuatu yang dianggap spesifik diterapkan pada eksplorasi rancangan

    museum. Tapak museum dikelilingi oleh hutan cedar/cendana dan agar bangunan

    museum menjadi larut ke dalamnya maka dinding dan atap museum disusun dari

    partikel kayu berukuran 3x6 cm. Ukuran tersebut didapat dari ukuran rata-rata

    diameter pohon cendana. Susunan konstruksi kayu teresebut menciptakan ruang-

    ruang dalam museum. Dengan dinding yang terlubangi tersebut mengakibatkan

    perembesan ruang luar ke ruang dalam. Pada tahap ini dapat diapresiasi arsitektur

    yang terjadi dari berupa imej garis khas Ando dan eksistensi batang-batang pohon

    cendana.

    32

    7 Seni cetak/grafis dari kayu semacam seni grafis cukil/nukil di Indonesia. Elemen garis yang tercipta biasanya dominan dan dicapai dengan menggurat elemen film negatifnya (kayu pada Ukiyo-e) menggunakan alat pemahat untuk membentuk ekspresi suatu obyek.

    Gambar II.15 Museum Hiroshige Ando yang dilubangi dinding dan atapnya.(Sumber: www.kkaa.co.jp: Januari 2006)

  • Pelajaran penting yang didapat dari kedua proyek tersebut adalah usaha-usaha

    Kuma berupa menciptakan suatu transparansi lingkungan dengan membuat

    sebuah pelubangan (hole) pada kedua tipologi female atau male-nya. Pelubangan

    permukaan tanah pada proyek Kiro-san sebagai female-nya memiliki dampak

    yang justru merusak ekologi. Proyek yang dianggap titik baliknya adalah museum

    Horoshige Ando (Aymonino, 2006: 207). Karena pukal berada di atas tanah maka

    pelubangan yang dilakukan pada museum Ando adalah fokus pada dinding dan

    atap sekaligus membiarkan lapisan tanah dan lingkungan sekeliling tetap seperti

    aslinya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat Kuma memandang genius loci

    senantiasa diperkuat. Apabila selama ini arsitektur selalu dikenal akibat adanya

    volum namun menurut Kuma karena pada dasarnya inti kehidupan bergantung

    pada lubang8. Arsitektur dapat diciptakan tanpa volum.

    2.3 Kesimpulan

    Delapan preseden proyek arsitektur dan arsitektur bentang alam di atas disusun

    kembali dengan sebuah matriks (Tabel II.1). Pada skala tapak seluruh preseden

    menunjukkan kecermatan arsitek di dalam menentukan bentuk-bentuk intervensi

    dan penanganan lebih lanjut terhadap perwujudan arsitektur berdasarkan potensi

    bentang alam vernakular. Persamaannya antara lain adalah pertama adalah bahwa

    seluruh proyek berusaha mengintervensi kawasan lindung dengan suatu program

    kegiatan, fasilitas, gubahan massa dan material baru. Tindakan ini tidak

    berkompetisi dengan lingkungan namun justru bersinergi sehingga memunculkan

    identitas baru pada suatu kawasan dan biasanya diwakili oleh suatu obyek

    tengaran berskala kawasan. Beberapa contoh adalah Vlotho Fortress yang

    mengemas material logam dan kaca pada struktur benteng batu. Ketiga material

    tersebut menjadi sebuah tengaran dan identitas baru benteng kuno Vlotho. GWK

    secara umum memberi tengaran baru yang kontemporer dan radikal terhadap

    33

    8 Kengo Kuma; Aymonino, From Volumes to Holes; Aymonino 2006: 209. Konotasi lubang-lubang tersebut menurut penulis berkenaan dengan pori-pori kulit, lubang telinga, hidung dan sebagainya. Apabila dikaitkan dengan gaya merancang yang berkembang di khasanah arsitektur kontemporer saat ini maka pemikiran Kuma tersebut dapat dipandang yang identik mendasarinya.

  • eksistensi pulau Bali di masa kini meski pada skala kawasan unsur vertikal patung

    tersebut dianggap kurang mengapresiasi keberadaan pura Uluwatu yang dikenal

    merupakan simbol penting masyarakat lokal. Namun demikian, di sisi lain peran

    patung GWK tersebut dianggap berhasil memunculkan sebuah makna baru

    eksistensi pulau Bali kontemporer di dunia khususnya bidang kepariwisataan.

    Persamaan kedua pada skala arsitektur dan bentang alam adalah terdapatnya

    usaha-usaha penyatuan massa dengan lingkungan sekitar secara lebih rinci dan

    mendalam. Contoh yang paling kuat adalah pada proyek Hiroshige Ando yang

    melenyapkan massa ke dalam bentang alam namun yang terjadi pada The Golden

    Plate adalah justru menggubah bentang alam menjadi sebuah massa bangunan

    dengan sebuah taman menjadi atapnya. Dari kedua fenomena ini maka dapat

    disimpulkan bahwa aspek penyatuan massa dengan lingkungan tidak sesederhana

    menyembunyikan massa bangunan atau volum ruang dalam ke dalam lingkungan

    namun dapat terjadi konversi bentang alam menjadi volum atau massa.

    Persamaan ketiga adalah seluruh preseden bernuansa rekreatif dan terprogram

    untuk dapat diisi oleh kegiatan masyarakat yang beraneka-ragam. Kebutuhan

    masyarakat akan berkumpul dan berapresiasi merupakan fenomena global dan

    telah berlangsung sejak lama di seluruh belahan dunia. Unvolumetric architecture

    pada tataran ini berarti merupakan usaha pengakomodasian peluang potensi

    penciptaan ruang publik dalam suatu kawasan sejauh mungkin.

    Persamaan keempat adalah tidak terdapatnya pembedaan antara ruang luar dan

    ruang dalam. Persepsi ini didapat dari penanganan khsusus pada elemen

    pembentuk ruang dalam yaitu atap, dinding dan lantai. Proyek GWK yang masif

    dan Hiroshige Ando adalah sesuatu yang menarik pada bahasan persamaan ini.

    Sekuen lanskap dan tata hijau GWK yang ruang luarnya didominasi dinding batu

    raksasa menyatukan pedestal patung setinggi 146 meter. Penyelesaian dinding

    masif dan lantai (floorscape) menjadi fokus di GWK untuk mengurangi

    34

  • terciptanya kontras ruang luar dan ruang dalam. Pada Museum Hiroshighe Ando

    perembesan ruang luar ke ruang dalam ditangani pada penanganan material atap

    dan dinding yang berlubang. Kedua proyek ini dan yang lain adalah gambaran

    bahwa unvolumetric architecture sangat mengapresiasi ruang luar dan ruang

    dalam sebagai satu kesatuan.

    Secara keseluruhan terdapat perbedaan yang muncul pada aspek iklim dan

    penanganannya secara arsitektural. Perbedaan yang mendasar pada proyek-proyek

    yang dijadikan dalam preseden tesis ini yaitu setting geografis yang berakibat

    pada pemilihan material dan konstruksi yang lebih selektif. Pada kasus yang

    terjadi di lokasi empat musim pemilihan material dan selubung bangunan

    berkesan lebih radikal. Pada GWK terdapat penanganan arsitektur tropis dengan

    memoderenkan arsitektur Bali dan taman air klasik Bali. Namun yang terjadi pada

    museum Hiroshige Ando dan Vlotho Fortress sangat mudah mengetengahkan

    material atap yang sederhana mengingat intensitas sinar matahari dan curah hujan

    yang relatif lebih sedikit.

    Berdasarkan ulasan-ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    Unvolumetric architecture mengedepankan penentuan sikap dan tanggapan

    kritis desainer terhadap seluk-beluk penanganan lingkungan sekitar yang

    senantiasa berharga dan bermakna penting bagi komunitas atau penghuninya.

    Unvolumetric architecture adalah pendekatan perancangan arsitektur dengan

    konsentrasi pada penciptaan ruang publik di kawasan lindung yang dikenal

    kritis, sulit ditangani dan terbatas.

    Unvolumetric architecture bertujuan mengaktivasi kembali nilai-nilai lokal

    secara fisik dan non-fisik dengan program kegiatan dan fungsi baru atau yang

    paling dibutuhkan oleh masyarakat atau penghuni kawasan setempat.

    Perancangan unvolumetric architecture harus dapat memunculkan atau

    melestarikan karakter dan identitas lokal.

    35

  • Perancangan unvolumetric architecture tidak mengenal perbedaan atau

    pembedaan antara ruang luar dan ruang dalam.

    Perancangan unvolumetric architecture berkonsentrasi pada penciptaan ruang

    yang diisi dengan kegiatan yang sifatnya crossprogramming.

    36

  • Vlotho Fortress Ciudad abierta The Golden Plate Borobudur GWK Erasmian Garden Kiro-sanMuseum Hiroshige

    Ando

    fungsi/tipologi fungsi, ruang dan arsitektur

    fokus dan kualifikasi desain secara unvolumetricsetting geografis

    desain/terbangun

    karakter fisik lingkungan/panorama yang paling menonjol

    pola aksesibilitas/orientasi

    jenis program dan fasilitas

    fitur desain/arsitektur yang menonjol

    ruang publik ruang terbuka publik dan taman bermain

    ruang terbuka publik dan bangunan parkir

    taman kepurbakalaan pusat kebudayaan taman nasional ruang publik dan fasilitas obsevatori

    museum

    environment environment environment environment earthworks enclosures earthworks land designeropa amerika amerika asia asia eropa asia asiadesain 1998/terbangun 2003

    desain 1969-/terbangun 1971-

    desain 1997/- desain 1980/- desain 1990/terbangun 2008

    desain 2001-2002/terbangun -

    desain 1994/terbangun 1994

    desain 2000/terbangun 2000

    obyek kekunaan kawasan lindung obyek kekunaan dan kawasan lindung

    obyek kekunaan kawasan lindung kawasan lindung kawasan lindung kawasan lindung

    hutan lindung nasional

    kawasan lindung nasional

    taman kota bersejarah

    desa di kawasan archaeological park internasional

    lahan bekas penggalian batu di kawasan wisata internasional

    lanskap koleksi flora dan fauna

    monumen tengaran kota

    galeri dan museum

    kawasan perbukitan dan pinggiran kota

    pesisir dan dataran tinggi

    lingkungan perkotaan padat

    perbukitan, persawahan, perladangan dan pedesaan

    perbukitan, pesisir dan pusat kegiatan religius

    perbukitan dan hutan

    hutan cendana dan pedesaan

    ruang terbuka open-plan/-

    bervariasi/utara-selatan

    open plan (taman)/grid (parkir)

    melingkar dan lengkung mengikuti kontur (taman)/utara-selatan

    dominan grid/utara-selatan menghadap gunung agung

    bervariasi/- ruang terbuka open-plan/-

    open plan/-

    berkumpul, upacara dan festival rakyat

    berkumpul parkir kendaraan museum tertutup museum tertutup wisata air wisata alam dan observasi lingkungan

    pameran lukisan/grafis

    observasi kota pertemuan dan diskusi

    taman bermain pertunjukan musik festival

    fasilitas komunikasi radio dan selular

    taman kota berjemur pasar kerajinan dan makanan

    pasar kerajinan dan makanan

    pertunjukan musik olah raga dan trekking

    membaca parkir kendaraan penginapan

    apresiasi seni dan budaya

    berkumpul taman air

    pertunjukan musikparkir kendaraanobservasi kotamonumen nasional

    benteng dan kastil kuno yang dialihfungsikan

    elemen-elemen lanskap yang unik dan berbahan lokal

    taman kota bersejarah yang dimiringkan sebagai atap fasilitas parkir kendaraan

    candi buddha era sailendra abad ke 8 dan saat ini dijadikan pusat ziarah buddhis internasional

    patung Wisnu dan museum setinggi 146m

    jalur kanal yang ditutup pergola dan tanaman merambat

    bangunan yang dipendam di sebuah puncak bukit

    atap dan dinding ruang-ruang pamer museum yang terdiri dari bilah-bilah kayu cendana

    penggabungan material baru dan eksisting

    renovasi arsitektur lanskap di lingkungan kota yang sangat padat dan terbatas

    penggabungan arsitektur dan taman bali klasik dan moderen

    taman air di kebun raya

    Tabel II.1Matriks komparasi preseden

    37