bab ii tinjuan pustaka a. landasan teori

33
16 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori Agensi mengutamakan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga- tenaga profesional yang disebut agen yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari, sehingga pemilik perusahaan (pemegang saham) hanya bertugas mengawasi dan meninjau jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan. 15 Teori Agensi (Agency Theory) Berdasarkan dari Jensen dan Meckling (1976); Scott (2002); menyatakan hubungan antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lain disebut principal.Principal melimpahkan wewenang pertanggung jawaban atas pengambilan keputusan kepada agen. Namun pemisahan seperti ini mempunyai sisi negatif yaitu masalah keagenan akibat informasi yang tidak selaras. Oleh sebab itu diperlukannya pihak penengah dalam menangani konflik tersebut yaitu independen auditor (Auditor’s Independent). 15 Mathius Tandiontong, “Kualitas Audit Dan Pengukurannya”, (Bandung, Alfabeta 2015) hlm. 3-4.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

16

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori Agensi mengutamakan pentingnya pemilik perusahaan

(pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-

tenaga profesional yang disebut agen yang lebih mengerti dalam

menjalankan bisnis sehari-hari, sehingga pemilik perusahaan (pemegang

saham) hanya bertugas mengawasi dan meninjau jalannya perusahaan

yang dikelola oleh manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja

demi kepentingan perusahaan.15

Teori Agensi (Agency Theory) Berdasarkan dari Jensen dan

Meckling (1976); Scott (2002); menyatakan hubungan antara dua orang

atau lebih dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lain disebut

principal.Principal melimpahkan wewenang pertanggung jawaban atas

pengambilan keputusan kepada agen. Namun pemisahan seperti ini

mempunyai sisi negatif yaitu masalah keagenan akibat informasi yang

tidak selaras. Oleh sebab itu diperlukannya pihak penengah dalam

menangani konflik tersebut yaitu independen auditor (Auditor’s

Independent).

15Mathius Tandiontong, “Kualitas Audit Dan Pengukurannya”, (Bandung, Alfabeta 2015) hlm. 3-4.

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

17

Hal ini dijelaskan bahwa auditor merupakan pihak yang

dibutuhkan dalam penyedia informasi (laporan keuangan) kepada para

stakeholders sebagai pengguna informasi, sehingga mengurangi asymetry

information.16

2. Opini Audit

a. Pengertian Audit

Audit merupakan bagian contoh penugasan asurans. Jasa asurans

yaitu jasa yang diberikan kepada akuntan publik yang mempunyai tujuan

untuk memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan, atas hasil

pengukuran informasi keuangan dan informasi keuangan berdasarkan

kriteria tertentu.17 Menurut Boynton, Johnson, dan Kell Auditing adalah

suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan

tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta penyampaian hasil-

hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.18

Opini Audit sangat tergantung pada temuan auditnya. Ketika

merumuskan opini maka a uditor perlu memastikan apakah laporan

keuangan dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Opini

Audit adalah keniscayaan yang harus diberikan oleh auditor setelah masa

penugasan audit berakhir. Opini audit memberikan keyakinan yang

16Ibid, hlm 5. 17Arum Ardianingsih, “Audit Laporan Keuangan”, (Jakarta, Bumi Aksara, 2018) hlm.3. 18Ibid, hlm 2

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

18

memadai bagi pemangku kepentingan mengenai laporan keuangan

perusahaan klien tentang keandalan laporan keuangan. Ada beberapa jenis

pendapat / opini audit yaitu19 :

1) Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Opini ini diberikan auditor apabila kebijakan akuntansi yang dipilih dan

diterapkan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku dan sudah tepat, Estimasi akuntansi yang dibuat oleh

manajemen adalah wajar, Informasi yang disajikan dalam pelaporan

keuangan relevan, dapat diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat

dipahami, laporan keuangan menyediakan pengungkapan memadai

untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan yang dituju,

memahami pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap

informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan, serta terminologi

yang digunakan dalam laporan keuangan termasuk judul setiap laporan

sudah tepat.

2. Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Hal ini jika, Auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

menyimpulkan bahwa salah saji sendiri-sendiri atau digabungkan

adalah material, tetapi tidak pervasive untuk laporan keuangan yang

bersangkutan, atau auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang

cukup dan tepat untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, tetapi ia

19Ibid., Arum Ardianingsih hlm.157

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

19

menyimpulkan bahwa dampak salah saji yang tidak ditemukan

mungkin material tapi perv asive.

3. Opini tidak wajar (Adverse Opinion)

Opini ini diberikan auditor apabila setelah memperoleh bukti-bukti

yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa dampak salah saji sendiri-

sendiri atau digabungkan adalah material dan pervasive untuk laporan

keuangan yang bersangkutan.

4. Opini tidak menyatakan pendapat (Disclaimer Opinion)

Auditor wajib memberikan opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP)

apabila ia tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,

untuk dijadikan dasar pemberian pendapat dan ia menyimpulkan bahwa

dampak salah saji yang ditemukan bisa material dan pervasive.

3. Corporate Governance

a. Pengertian Corporate Governance

Corporate Governance merupakan suatu sistem, proses, struktur,

dan mekanisme yang mengatur pola hubungan harmonis antara perusahaan

dan pemangku kepentingannya untuk mencapai kinerja perusahaan

semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan pemangku

kepentingannya. Corporate Governance merupakan upaya yang

dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

20

untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan

kewajibanya masing-masing.20

adapun konsep Corporate Governance yaitu agar mewujudkan

kehidupan bisnis sehat, bersih dan bertanggung jawab. Corporate

Governance adalah konsep yang sejalan dengan teori agensi dalam konsep

manajemen korporasi modern yang menekankan pentingnya pemisahan

pemilik dan pengelola dengan tujuan agar pemilik perusahaan memperoleh

keuntungan yang maksimal dengan biaya yang lebih efisien karena

perusahaan telah dikelola oleh orang-orang yang profesional.21

Penerapan Corporate Governance secara konsisten dapat

meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga dapat menjadi

penghambat (Constrain) dan mengurangi penyimpangan yang

mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental

perusahaan serta kerugian yang melibatkan pihak lain.

20Hendrik Manossoh, Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan kualitas Laporan

Keuangan,(Bandung: PT. Norlive Kharisma Indonesia,2016) hlm.16 21Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: PT. Grasindo,

2008) hlm. 131-132.

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

21

b. Prinsip-prinsip Corporate Governance

Adapun prinsip-prinsip yang terdapat Dalam menerapkan

Corporate Governance yaitu 22:

1) Keadilan

Keadilan ialah perlindungan terhadap hak seluruh pemegang saham,

termasuk pemegang saham minoritas, untuk memperoleh informasi

secara tepat waktu dan teratur, memberikan suara dalam rapat

pemegang saham, memilih direksi dan komisaris, dan pembagian laba

perusahaan.

2) Transparansi (Transparance)

Melaksanakan proses pengambilan keputusan secara keterbukaan dalam

perusahaan mengenai informasi yang benar, akurat dan tepat waktu.

Adapun wujud dalam prinsip ini antara lain dapat mengembangkan

sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi yang diterima secara

umum dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan

pengungkapan yang berkualitas; mengembangkan teknologi informasi

dan sistem informasi manajemen untuk menjamin adanya pengukuran

kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif

oleh komisari dan manajer; mengembangkan risiko korporasi untuk

memastikan bahwa semua resiko telah diidentifikasi, diukur, dan dapat

dikelola pada tingkat yang jelas.

22ibid, hlm.138-140

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

22

3) Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan pelaksanaan, fungsi dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif.

4) Responsibilitas (Responsibility)

Merupakan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi hukum dan

perundang-undangan yang berlaku, termasuk ketentuan mengenai

lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perpajakan,

ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktik persaingan yang tidak

sehat, kesehatan dan keselamatan kerja, serta peraturan lain yang

mengatur kehidupan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.

c. Struktur Corporate Governance

Struktur Corporate Governance diantaranya kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen serta opini

audit, namun yang di proksikan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan

institusional dan dewan komisaris. Berikut pengertian dan tugas dari

Kepemilikan Institusional dan komisaris indepenen :

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

23

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah proporsi saham

perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti asuransi, bank,

perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya.23 Menurut

Triwahyuningtiyas (2012), adanya kepemilikan oleh institusional

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap

kinerja manajemen perusahaan, sehingga potensi terjadi financial

ditress dapat diminimalisir karena perusahaan dengan kepemilikan

institusional yang lebih besar mengindikasi kemampuannya untuk

memonitor manajemen.

Adapun rumus nilai kepemilikan institusional ialah sebagai

berikut :

INST =Jumlah saham institusional

Jumlah saham yang beredar

2. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Menurut Effendi (2009), komisaris independen berfungsi

sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan oleh

dewan komisaris. Peran dewan komisaris independen sangat penting

dan cukup menentukan bagi keberhasilan implementasi corporate

governance.

Agar implementasi corporate governance dapat berjalan sesuai

harapan maka dibutuhkannya komitmen penuh dari dewan komisaris.

23Hery, Kajian Riset Akuntansi : Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini dalam

Bidang Akuntansi dan Keuangan, (Jakarta : PT. Gramedia 2017) hlm. 30

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

24

Adapun fungsi utama dewan komisaris menurut Indonesia Code for

Corporate Governance adalah memberikan supervisi kepada dewan

direksi dalam menjalankan tugasnya. Dewan komisaris juga

berkewajiban memberikan pendapat serta saran ketika diminta oleh

dewan direksi. Dalam menjalankan tugasnya maka dewan komisaris

wajib bersikap independen.

Melalui peran dewan komisaris dalam menjalankan fungsi

pengawasan terhadap tindakan manajemen dalam mengelola

perusahaan, proporsi dewan komisaris independen dapat memberikan

kontribusi yang efektif terhadap kualitas dari hasil penyusunan

laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen.24

Adapun alat ukur proporsi dean komisaris independen ialah

sebagai berikut :

PDKI =Jumlah dewan komisaris independen

Total dewan komisaris

d. Corporate Governance dalam Perspektif Islam

Tidak bisa dipungkiri oleh siapapun yang bisa berpikir

jernih dan logis, bahwa islam menggambarkan suatu sistem hidup,

suatu prinsip hidup (Way of life). islam merupakan agama yang

mengandung ajaran yang bersifat umum dan meliputi seluruh bagian

kehidupan. 25

24Hery, loc.cit 25Eko Supraitno, Ekonomi islam:Pendekataan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,

(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2005), Halaman 1

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

25

Islam mengakui bahwa bumi dan segenap isinya

merupakan amanah Allah kepada Khalifah agar dipergunakan sebaik-

baiknya bagi kesejahteraan bersama.26

Serta secara jelas dan pasti, ketika islam juga mengarahkan

kepada umat nya agar mampu menjadi khayr ummah (sebaik-baiknya

umat dan sekaligus akan mampu menjadi rahmatan li al-alamin.27

Dalam hal ini yang mana Allah swt. telah menciptakan

manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, agar

mereka tolong-menolong, tukar-menukar keinginan dalam segala

urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jual-beli dan

sewa menyewa, becocok tanam bahkan, perusahaan yang lainnya baik

dalam urusan kepentingan sendiri maupun masyarakat umum.28

e. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam Islam

Good Corporate Governance secara syariah harus mengacu

pada prinsip-prinsip sebagai berikut dari Muqorobin (2014)29:

1. Tauhid

Tauhid merupakan konsep pertama atau pondasi awal bagi

umat islam dalam melaksanakan kehidupan baik dalam segi

26Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema

Insani, 2001), hlm. 3. 27Prof. H. Abdul Qodri Azizy, M.A., Ph.D., Membangun Fondasi Ekonomi Umat:

Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),

hlm.31 28Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo),1994), hlm.278 29Muqorobin Masyudi, Fikih Tata Kelola Organisasi Laba: Sebelum Pengantar

(Universitas Muhammadiyah: Purwokerto). hlm. 4

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

26

ekonomi, politik, dan budaya30. Konsep tauhid ini adalah

konsep ke- Esaan Allah Swt.

2. Taqwa dan Ridha

Adalah prinsip tegaknya semua institusi islam dalam berbagai

bidang. Prinsip ini mempunyai tujuan bahwa institusi islam

ketika menjalankan tata kelola harus bertaqwa dan ridha

kepada Allah Swt. sesuai dalam Q.s. at-Taubah : 109

جرفأفمن شفا على أسسبن يانه من أم خي ر وان ورض منالل تق وى على أسسبن يانه

ل مالظالميهارفان هاربهفينارجهنموالل ديال قو يه

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa dalam menjalankan suatu

bisnis maka hendaknya atas dasar suka sama suka. Karena tidak

benarlah sesungguhnya suatu perbuatan muamalah dilakukan

secara paksa ataupun penipuan. Jika hal tersebut terjadi maka

dapat membatalkan muamalah tersebut, dimana dalam prinsip

taqwa dan keridhaan ini menunjukkan keikhlasan dan iktikad

baik dari berbagai pihak.

3. Ekuilibrium (keseimbangan dan keadilan)

Pada konsep ini merupakan perwujudan dari konsep

ketauhidtan. Dalam konsep GCG keadilan sangat perlu dalam

mengelola perusahaan, sehingga masyarakat dapat merasakan

manfaat khususnya dalam keputusan investasi. Allah Swt.

Berfirman dalam Qs. Ar-Rahman: 7-9 mengenai keadilan:

30 Amiur Nuruddin, Veithzal Rivai, Islamic Bussines and Economic Ethic (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012) hlm. 52

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

27

(8) افيال ميزان غو تط أل (7) ال ميزانوالسماءرفعهاووضع

31 وأقيموا الوزن بالقسط ول تخسروا الميزان(9)

Dalam ayat tersebut mengandung makna yaitu keadilan

diantara hamba-hamba-Nya baik dalam ucapan maupun

perbuatan. Allah subhanaanahu wa ta’aala berfirman “agar

kamu tidak merusak keseimbangan itu.”

4. Kemaslahatan

Dalam konteks kemaslahatan ini lebih diutamakan kepada

otoritas kepemimpinan. Hal ini bertujuan menjaga

keharmonisan pihak yang satu dengan pihak yang lain baik

secara fisik maupun sosial.

Tabel 2.1

Perbedaan antara GCG dengan GCG Bisnis Syariah

Kriteria Pedoman GCG Pedoman GCG Bisnis

Syariah

Penciptaan

prakondisi /

situasi yang

kondusif

Terciptanya pasar yang efisien,

transparan dan konsisten

dengan UU yang di dukung

oleh 3 pilar : Negara, dunia

usaha dan masyarakat

Terwujudnya bisnis yang

berlandaskan pada kaidah-

kaidah syariah yang

berorientasi pada

keberhasilan materi dan

spiritual. Prakondisi

spiritual untuk

mewujudkan ketaqwaan.

Prakondisi operasional

yang didukung oleh 4

pilar : negara, ulama,

dunia usaha dan

masyarakat.

31Surah Ar-Rahman: 7-9 “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia

meletakkan neraca (keadilan). Supaya Kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca

itu”.

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

28

Kriteria Pedoman Pedoman GCG Bisnis

Syariah

Asas GCG Transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi

dan kewajaran serta

kesetaraan.

Dua pijakan dasar, yaitu :

Spiritual yang berupa

halal dan thayib.

Operasional yaitu prinsip

transparansi, akuntabilitas,

respontabilitas,

indepenensi dan

kewajaran dan kesetaraan

yang berlandaskan Qur’an

dan Hadist

Etika dan

Pedoman

Perilaku

Setiap perusahaan harus

memiliki core value : seperti

terpercaya, adil, jujur yang

menggambarkan sikap moral

dan etika bisnis setiap organ

perusahaan dan karyawan.

Etika bisnis yaitu acuan

moral demi terbentuknya

akhlaqul karimah dalam

berbisnis. Bisnis Syariah

harus mengacu pada

prinsip dasar, jujur adil

amanah dan ahsan. Pelaku

bisnis dapat merumuskan

pedoman perilaku yang

terdiri dari nilai-nilai

bisnis, etika bisnis, dan

pedoman perilaku bisnis

syariah.

Sumber: KNKG 2006 dan KNKG 2011

4. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba

Secara umum manajemen laba diartikan sebagai upaya manajer

perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi

dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stackholder

yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.32 Menurut

Schipper (1989) menyatakan manajemen laba adalah sebagai suatu

intervensi dengan maksud-maksud tertentu terhadap proses pelaporan

32Op.cit, Sri Sulistyanto hlm.6

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

29

keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh kepentingan

pribadi.33

Upaya yang dilakukan dalam manajemen laba ini pun disebabkan

karena laporan keuangan merupakan sumber informasi utama bagi

investor untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam menilai apakah

perusahaan tersebut tepat untuk dijadikan tempat berinvestasi. Selain itu

ada beberapa motivasi-motivasi yang mendukung manajer untuk

berperilaku oportunis yaitu 34:

1. Motivasi Bonus (bonus purposes)

Merupakan pengembangan hipotesis motivasi bonus yang

mengemukakan bahwa manajer perusahaan yang menggunakan

motivasi bonus akan memaksimalkan pendapatan masa sekarang atau

tahun berjalan mereka. Manajer bekerja pada perusahaan dengan

motivasi bonus sehingga berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar

dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.

2. Motivasi Kontrak (contractual motivations)

Yaitu Semakin dekat dengan pelanggaran perjanjian utang maka

manajer akan mengambil keputusan memilih metode akuntansi yang

dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan

33Schipper, K. “Comentary Katherine on Earnings Management”, Accounting Horison, 1989 34Op.cit, Sri Sulistyanto, hlm.25

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

30

sehingga dapat mengecilkan kemungkinan perusahaan mengalami

pelanggaran kontrak.

3. Motivasi Politik (political motivations)

Perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis cenderung

menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, Khusus selama

periode kemakmuran tinggi untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas

dari pemerintah misalnya subsidi.

4. Motivasi pajak (taxes motivations)

Pajak merupakan alasan utama karna dengan mengurangi laba yang di

laporkan maka perusahaan dapat meminimalkan pajak yang harus

dibayarkan kepada pemerintah.

5. Pergantian chief executive officers (changes of CEO),

Menurut Scott (2006) Adanya pergantian CEO maka akan berpotensi

untuk melakukan manajemen laba yaitu Taking a bath dengan cara

menaikkan pendapatan laba dengan alasan tidak ingin bertanggung

jawab atas kinerja buruk CEO sebelumnya.35

35Scott, William R, “Financial Accounting Theory”,4th edition. United States dan

America: Pearson Hall. hlm.345-346

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

31

6. Penawaran saham perdana (Initial public offerings)

Alasan ini mempengaruhi karena keputusan calon investor dimana

investor tersebut melihat nilai perusahaan melalui informasi keuangan

sehingga manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.

b. Hipotesis Perilaku Manajemen Laba

Menurut Watts dan Zimmerman (1986) menerangkan ada tiga

hipotesis dalam teori akuntansi positif yang digunakan untuk menguji

perilaku etis dalam mencatat dan menyusun laporan keuangan yaitu36 :

1) Bonus Plan Hypotesis

Hipotesis ini menyatakan tentang hubungan pemilihan metode

akuntansi dengan rencana Bonus Manager. Karena adanya rencana

bonus Manager perusahaan kemungkinan besar memilih metode

akuntansi yang dapat memaksimalkan utititasnya yaitu bonus yang

tinggi. Rencana bonus yang dibuat berdasarkan laba dapat

memotivasi manajemen perusahaan agar lebih banyak

menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba

yang dilaporkan.

2) Debt to Equity Hypotesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin tinggi utang yaitu sama

dengan semakin dekatnya perusahaan terhadap batasan-batasan

yang ada pada perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas

36Opcit., Sri Sulistyanto hlm.63

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

32

pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis,

maka semakin besar kemungkinan pada manajer menggunakan

metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba.

3) Political cost hypotesis

Semakin besarnya perusahaan semakin besar pula kemungkinan

perusahaan tersebut dalam memilih metode akuntansi yang

menurunkan laba. Karena dengan laba yang tinggi pemerintah akan

segera mengambil tindakan, misalnya menerapkan peraturan anti

rust, subsidi pemerintah, pajak dan tarif, persaingan dengan

perusahaan asing serta regulasi-regulasi lain. Perbedaan

kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan dapat

menimbulkan tindakan manajemen laba. Perbedaan kepentingan

antara pihak agen dan principal dapat disejajarkan dengan

penerapan mekanisme Good Corporate Governance baik secara

eksternal maupun internal.

c. Pengukuran Manajemen Laba

Pada pengukuran manajemen laba ini menggunakan

discretionary accrual dari Healy, De Angelo, et.al dengan alasan,

model ini sejalan dengan basis akuntansi akrual yang selama ini banyak

dipergunakam (accruals basis of accounting), yang membuat

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

33

munculnya komponen akrual yang sangat mudah untuk dipermainkan

besar kecilnya.37

Model akuntansi akrual terdiri atas komponen arus kas operasi,

discretionary accrual, dan nondiscretionary accruals. Untuk

mendeteksi manajemen laba dimulai dengan menghitung laba yang di

peroleh perusahaan dalam satu periode tertentu, Selanjutnya laba ini

dipecah menjadi laba kas dan laba non-kas akrual untuk menentukan

jumlah laba akrual, nilai discretionary accruals dan nondiscretionary

accruals. Secara empiris nilai discretionary accruals bisa nol, positif,

atau negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan

pola perataan laba (income smoothing), sedangkan nilai positif

dilakukan dengan pola penaikkan laba (income increasing) dan nilai

negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba

(income decreasing).38

B. Penelitian Terdahulu

Hal yang penting bagi penulis yakni penelitian yang relevan yang dapat

dijadikan sebagai referensi sumber data pendukung yang sesuai dengan topik

penelitian yang dipilih. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini :

Penelitian dari Arlyn Efrina Abidin (2013) menyatakan Bahwa

manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit

37Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: PT. Grasindo,

2008) hlm. 160 38Ibid.,hlm.165

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

34

dikarenakan Menurut Bazerman, Morgan dan Loewenstain (1997)

menyatakab bahwa meskipun auditor memeriksa kaporan keuangan

perusahaan atas nama pengguna eksternal, manajemen yang menyusun serta

mengeluarkan pernyataan untuk memperkerjakan dan membayar auditor .

Sehingga auditor akan mengalami bias dalam melakukan penilaian

dikarenakan posisi perusahaan yang memperkerjakan dan membayar auditor

selain itu juga auditor berusaha untuk membangun hubungan dengan klien

yang dapat menambah kesulitan psikologis auditor untuk membuat penilaian

yang benar-benar independen.

Brilina Elita Mada dan hery laksito (2013). Dalam variabel

Kepemilikan Institusional, dan komisaris independen dalam nilai konstan

bernilai negatif < 0,05 sehingga dapat disimpulkan kedua variabel tersebut

tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Yesi Oktariani (2018). Variabel Corporate Governance yang di

proksikan yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial nilai

signifikan < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa memiliki pengaruh

terhadap opini audit sedangkan variabel corporate governance yang

diproksikan yaitu dewan komisaris independen dan variabel manajemen laba

nilai signifikannya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel

tersebut tidak berpengaruh terhadap opini audit.

Ema Diandra Adjani (2013). Pada penelitian ini hasil pengolahan data

statistik menunjukkan bahwa hanya variabel kepemilikan manajerial yang

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

35

berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor

independen karena kepemilikan manajerial merupakan salah satu bentuk

insentif yang diberikan perusahaan kepada manajemen sedangkan pada

variabel kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen

tidak berpengaruh opini audit asumsi going concern disebabkan karena secara

umum persentase kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris

independen yang tinggi masih saja perusahaan menerima opini going concern

oleh auditor.

Ramdoni (2018). Pada variabel X2 yaitu dewan komisaris independen

berpengaruh positif terhadap opini going concern hal ini karena kinerja yang

baik oleh manajemen dikarenakan diawasi oleh komisaris independen dapat

memungkinkan perusahaan mendapatkan opini audit non going concern.

Lana Suryani (2014). Terdapat hubungan positif antara variabel praktik

manajemen laba terhadap penerimaan opini audit going concern hal ini di

karenakan bahwa praktik manajemen laba merupakan salah satu indikator

untuk mengeluarkan opini audit going concern.

Kristina Deventy Eduk dan Nugraeni (2015). Pada variabel kepemilikan

institusional sebesar -3,605 dan nilai probabilitas 0,000. Hipotesis diterima

apabila nilai probabilitas < 0,05, sesuai dengan hal tersebut maka dapat

disimpulkan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pemberian opini

audit going concern hal ini karena kepemilikan institusional dapat

meningkatkan nilai perusahaan, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

36

kesulitan keuangan. Pada variabel proporsi dewan komisaris independen juga

berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

Moh. Gusti Ravyanda et.al (2014). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap opini audit asumsi

going concern disebabkan karena adanya komisaris independen tidak

menjadikan alasan pertimbangan keputusan auditor independen dalam

memastikan keberlanjutan hidup suatu perusahaan (going concern). Sama hal

nya kepemilikan institusional pun tidak berpengaruh opini audit asumsi going

concern disebabkan karena secara umum persentase kepemilikan institusional

yang tinggi masih saja perusahaan menerima opini going concern oleh

auditor.

Adam Verdian (2018). Pada variabel X1 yaitu manajemen laba hasil

pengujian memperlihatkan bahwa memiliki koefisien 0,159 dan tingkat

signifikasi senilai 0,640 yang berarti > 0,05, maka hasil tersebut menyatakan

bahwa manajemen laba tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit going

concern dikarenakan auditor kemungkinan lebih menilai bagaimana

penyajian laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi

dan kondisi keuangan lainnya yang sebenarnya seperti kondisi hutang,

kondisi keuangan dalam memprediksi kebangkrutan serta pendapatan yang

diperoleh perusahaan.

Nova Freety Sihombing dan Septian (2014). Hasil Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa komisaris independen pada tingkat signifikansi 0,004 <

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

37

5% berpengaruh negatif signifikansi terhadap penerimaan opini audit going

concern. hal tersebut memberikan bukti secara empiris bahwa adanya

komisaris independen yang lebih besar mampu memberikan pengawasan

yang lebih bai, sehingga kemungkinan auditor memberikan opini audit going

concern kecil.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian Metode Perbedaan

Hasil

Penelitian

1 Arlyn

Efrina

Abidin

(2013)

Pengaruh

Manajemen

Laba terhadap

Opini Audit

badan usaha

sektor

manufaktur

yang terdaftar

di BEI periode

2005-2011

penelitian

menggunak

an Model

binary

logistic

regression.

Perbedaan

pada penelitian

ini terletak

pada objek

penelitiannya

serta variabel

indenpenden

yang

digunakan

pada penelitian

ini hanya

manajemen

laba sedangkan

pada penelitian

saat ini

variabel

independen

yang

digunakan itu

ada dua, yakni

corporate

governance

dan

manajemen

laba.

Hasil

penelitian

adalah

Bahwa

manajemen

laba tidak

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

opini audit.

2 Brilina

Elita

Mada

dan

Herry

Laksito

mekanisme

Corporate

governance,Re

putasi KAP,

Debt default

dan Financial

Menggunak

an Logistic

Regression

Perbedaan

Pada penelitian

ini pada

variabel X1

yakni

corporate

Variabel

kepemilikan

terpusat,

debt default

dan

financial

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

38

(2013) Ditress

Terhadap

penerimaan

opini audit

going concern

governance

pada penelitian

ini

menggunakan

proksi

kepemilikan

terpusat,

manajerial dan

komisaris

independent

sedangkan

peneliti saat ini

hanya

menggunakan

kepemilikan

terpusat dan

dewan

komisaris

ditress

berpengaruh

signifikan

terhadap

penerimaan

opini audit

going

concern,

sedangkan

variabel

kepemilikan

terpusat,

kepemilikan

manajerial,

komisaris

independen

dan reputasi

KAP tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

penerimaan

opini audit

going

concern.

3 Yesi

Oktaria

ni

(2018)

Pengaruh

corporate

governance

dan

manajemen

laba terhadap

opini audit

(studi empiris

pada

perusahaan

perbankan

yang terdaftar

di BEI tahun

2014-2016).

Model

regresi

binari

logistik

Objek

penelitian,

tahun

penelitian,

serta variabel

X1 yang

diproksikan

tiga variabel

sedangkan

pada penelitian

saat ini hanya

dua yanng

diproksikan

Hasil

penelitian

adalah

Kepemilika

n

institusional

dan

kepemilikan

manajerial

berpengaruh

positif

terhadap

opini audit,

sementara

dewan

komisaris

independen

dan

manajemen

laba tidak

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

39

berpengaruh

terhadap

opini audit.

4 Ema

Diandra

Adjani

(2013)

Analisis

Pengaruh

Corporate

Governance

terhadap

Kemungkinan

Pemberian

Opini Audit

Going

Concern oleh

Auditor

Independen

(Studi Empiris

Pada

Perusahaan

Manufaktur

yang terdaftar

di BEI Tahun

2009-2011).

Analisis

Regresi

logistic

Perbedaan

Pada penelitian

ini pada Objek

penelitian,

tahun

penelitian serta

variabel X1

yakni

corporate

governance

pada penelitian

ini

menggunakan

proksi

kepemilikan

terpusat,

manajerial dan

komisaris

independent

sedangkan

peneliti saat ini

hanya

menggunakan

kepemilikan

terpusat dan

dewan

komisaris.

Variabel

Proporsi

Komisaris

Independen

dan

Kepemilika

n

Institusional

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

kemungkina

n pemberian

opini audit

Going

Concern

oleh

Auditor

Independen,

sedangkan

variabel

Kepemilika

n

Manajerial

berpengaruh

signifikan

terhadap

kemungkina

n pemberian

opini audit

Going

Concern

oleh

Auditor.

5 Ramdon

i (2018)

Pengaruh Cor

porate

Governance

Terhadap

Opini Audit

Going

Concern

dengan

Uji Regresi

Logistic

Perbedaan

pada penelitian

ini terletak

pada objek

penelitiannya

serta variabel

indenpenden

yang

Kepemilika

n

Manajerial,

dewan

komisaris,

komisaris

independen,

komite

Page 25: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

40

Tekanan

Keuangan

sebagai

Pemoderasi

(Studi Empiris

Perusahaan

Manufaktur

yang Terdaftar

di BEI tahun

2014-2016)

digunakan

pada penelitian

ini hanya

Corporate

Governance

sedangkan

pada penelitian

saat ini

variabel

independen

yang

digunakan itu

ada dua, yakni

corporate

governance

dan

manajemen

laba.

audit

berpengaruh

terhadap

penerimaan

Opini Audit

Going

Concern.

6 Lana

Suryani

(2014)

Praktik

Manajemen

Laba,

Pertumbuhan

Perusahaan,

Price Earning

Ratio, Audit

Report Lag

terkait

Penerimaan

Opini Audit

Going

Concern pada

perusahaan

Manufaktur

yang listing di

BEI periode

2009-2014

Uji Regresi

Logistic

Objek

penelitian,

tahun

penelitian,

serta variabel

independen

yang

digunakan.

Pada penelitian

sekarang

menggunakan

Corporate

Governance

dan

Manajemen

laba.

sedangkan

pada penelitian

Lana (2014)

itu

menggunakan

Pertumbuhan

Perusahaan,

Price Earning

Ratio,serta

Audit Report

Lag sebagai

variabel

Praktik

Manajemen

Laba, Price

Earning

Ratio,serta

Audit

Report Lag

berpengaruh

positif pada

Penerimaan

Opini Audit

Going

Concern

sedangkan

pada

pertumbuha

n

perusahaan

tidak

ditemukan

memiliki

pengaruh

pada

Penerimaan

Opini Audit

Going

Concern

Page 26: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

41

independennya

.

7 Kristina

Deventy

Eduk

dan

Nugraen

i (2015)

Pengaruh

Mekanisme

Corporate

Governance

Terhadap

pemberian

Opini Audit

Going

Concern (Studi

Empiris pada

Perusahaan

Manufaktur

yang Terdaftar

di BEI Tahun

2011-2013

Analisis

Regresi

Logistic

Objek

penelitian,

tahun

penelitian,

serta variabel

X1 yang

diproksikan

tiga variabel

sedangkan

pada penelitian

saat ini hanya

dua yanng

diproksikan.

Hasil

penelitian

menunjukka

n bahwa

proporsi

dewan

komisaris

independen,

kepemilikan

manajerial,

dan

kepemilikan

institusional

mempengar

uhi

administrasi

akan opini

audit

perhatian

yakni

sebesar15,8

%

8 Moh.

Gusti

Ravyan

da et.al

(2014)

Pengaruh

Komisaris

Independen,

Komite Audit

dan

Kepemilikan

Institusional

terhadap Opini

Audit Asumsi

Going

Concern

Purposive

Sampling,

menggunak

an analisis

regresi

logistic

Objek

penelitian,

tahun

penelitian,

serta variabel

X1 yang

diproksikan

tiga variabel

sedangkan

pada penelitian

saat ini hanya

dua yanng

diproksikan

serta pada

penelitian saat

ini

menambahan

Manajemen

Laba sebagai

variabel

independennya

Hasil

penelitian

menunjukka

n bahwa

Komisaris

Independen,

Komite

Audit dan

Kepemilika

n

Institusional

tidak

berpengaruh

terhadap

Opini Audit

Asumsi

Going

Concern

Page 27: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

42

9 Adam

Verdian

(2018)

Pengaruh

Manajemen

Laba,

Pertumbuhan

perusahaan,

Prediksi

Kebangkrutan

dan Debt

Default

Terhadap

Pengungkapan

Opini Audit

Going

Concern Studi

Empiris pada

Perusahaan

Infrastruktur,

Transportasi

dan Utilitas

yang terdaftar

di BEI Periode

2012-2016

Purposive

Sampling,

Hipotesis

penelitian

menggunak

an analisis

regresi

logistic

Objek

penelitian,

tahun

penelitian,

serta variabel

independen

yang

digunakan.

Pada penelitian

sekarang

menggunakan

Corporate

Governance

sebagai

pengganti

variabel

independen

lainnya.

Hasil

penelitian

menunjukka

n bahwa

Manajemen

Laba,

pertumbuha

n

perusahaan

dan Debt

Default

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

Pengungkap

an Opini

Audit

Going

Concern

sedangkan

prediksi

kebangkruta

n

berpengaruh

signifikan

terhadap

Pengungkap

an Opini

Audit

Going

Concern

10 Nova

dan

Septian

(2014)

Dampak

mekanisme

Good

Corporate

Governance

terhadap

penerimaan

opini audit

going concern

Model

Regresi

Logistic

Objek

peneltian yang

digunakan

yakni

perusahaan

manufkatur.

menyatakan

bahwa

PDKI

berpengaruh

negatif

terhadap

opini audit

going

concern

Page 28: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

43

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian

yang diajukan menjadi jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian

ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Opini Audit

Pada teori agensi dijelaskan bahwa Agen diberikan wewenang

penuh dalam mengelola perusahaan, dengan demikian pemilik perusahaan

bertugas untuk mengawasi jalannya perusahaan dan memastikan bahwa

mereka bekerja demi kepentingan perusahaan.

Maka dari itu semakin meningkatnya kepemilikan institusional

menyebabkan kelompok ini mempunyai akses yang besar untuk

mengintervensi keputusan manajer yang seringkali merugikan dan

melanggar asas akuntabilitas dan keadilan pemegang saham, sehingga

auditor kemungkinan menyatakan opini wajar tanpa pengeculian.

Hal ini pun didukung oleh penelitian Hartas (2011) Ndoen (2011)

dan Yesi Oktariani (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap opini audit. Maka berdasarkan

uraian tersebut hipotesis dapat dirumuskan :

𝐇1.1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap opini

audit.

Page 29: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

44

2. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Opini

Audit

Dalam teori agensi dijelaskan bahwa masalah agen dan participal

muncul karena agen yang seharusnya bekerja untuk meningkatkan

kepentingan dan kesejahteraan pemilik justru bekerja untuk kepentingan

pribadinya, sehingga diperlukannya dewan komisaris independen untuk

mendorong terbentuknya iklim yang objektif dan keadilan untuk semua

kepentingan sebagai prinsip utama pembuatan keputusan manajer.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Setiawan (2011), Kristina

(2015) dan Ramdoni (2018) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

independen berpengaruh poaitif terhadap penerimaan opini audit Going

Concern namun berbeda dengan penelitian Moh. Gusti Ravyanda et.al

(2014) menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap Opini Audit Asumsi Going Concern. Berdasarkan uraian tersebut

maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐇1.2 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap opini audit

Page 30: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

45

3. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Opini Audit

Dalam teori agensi konsep manajemen korporasi modern itu

menekankan pentingnya pemisahan pemilik dan pengelola dimana hal ini

memiliki sisi negatif yaitu terjadinya manajemen laba yang dilakukan oleh

pihak agen sesuai dengan motivasi dalam pengelolaannya yang dapat

merugikan pihak perusahaan sehingga auditor perlu memastikan apakah

laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku.

Masukan penilaian dari opini audit dapat menunjang dalam mengambil

keputusan untuk melakukan penanaman modal, khususnya pada saat

penentuan perusahaan selepas mengetahui perilaku manajemen dalam

perusahaan tersebut.

Dilihat dari hasil dari penelitian yang ditemukan oleh Yunita Nurul

Hidayah (2014) yang mengungkapkan Hasil praktik manajemen laba

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. Sama

halnya dengan penelitian dari Lana (2014) menemukan bahwa apabila

terjadi peningkatan manajemen laba maka kemungkinan auditor

memberikan opini juga meningkat (positif), maka hipotesis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

𝐇2: Manajemen laba berpengaruh Positif terhadap opini audit.

Page 31: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

46

4. Pengaruh Corporate Governance dan Manajemen Laba Terhadap

Opini Audit

Corporate Governance merupakan upaya untuk

meminimalisir manajemen laba dalam pengelolaan dunia usaha. Ada

beberapa faktor yang ditenggarai mengapa upaya rekayasa manajerial

ini seolah membudaya dalam pengelolaan sebuah perusahaan,

pertama, aturan, transparansi dan standar akuntansi, kedua, sistem

pengawasan yang memang cenderung mendahulukan kepentingan dan

kesejahteraan pribadi dan kelompoknya39. Adapun faktor yang

mempertimbangkan dalam merumuskan opini audit yaitu, Materialis,

bukti audit yang relevan kemudian kerangka pelaporan keuangan

harus sesuai dengan standar akuntasi40.

Hasil penelitian Kristina dan Nugraeni menyatakan bahwa

Corporate Governance berpengaruh terhadap opini audit dikarenakan

tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan kemajuan kinerja

pada perusahaan sehingga membuat perusahaan tersebut berumur

panjang dan dapat dipercaya.

Dilihat dari hasil dari penelitian yang ditemukan oleh

Yunita Nurul Hidayah (2014) yang mengungkapkan Hasil penelitian

ini mengindikasikan bahwa praktik manajemen laba berpengaruh

positif terhadap penerimaan opini going concern, Sama halnya dengan

39Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, (Jakarta: PT. Grasindo,

2008) hlm.154 40Arum Ardianingsih, “Audit Laporan Keuangan”, (Jakarta, Bumi Aksara, 2018)

hlm.156.

Page 32: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

47

penelitian dari Lana (2014) menemukan bahwa apabila terjadi

peningkatan manajemen laba maka kemungkinan auditor memberikan

opini juga meningkat (positif), maka hipotesis dapat dirumuskan

sebagai berikut :

𝐇3: Corporate Governance dan Manajemen laba berpengaruh

terhadap opini audit.

Page 33: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

48

D. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini kerangka pemikiran menggambarkan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini

adalah Corporate Governance dan Manajemen Laba. Sedangkan variabel

dependennya adalah Opini Audit. Adapun Berdasarkan yang telah diuraikan

dari tinjauan pustaka, Hipotesis dan penelitian terdahulu, maka kerangka

pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiraan

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2019

Keterangan :

H1 : Corporate governance berpengaruh terhadap opini audit.

H2 : Manajemen laba berpengaruh terhadap opini audit

H3 : Corporate governance dan Manajemen laba berpengaruh terhadap opini

audit.

Corporate Governance

1.Kepemilikan Institusional

2.Proporsi Dewan

Komisaris Independen

Manajemen Laba

Opini Audit 𝐇1

:

𝐇2

:

𝐇3

: