bab ii tinjauan umum tentang kawasan … ii.pdf · ... “sebagai perbuatan publik yang bersegi...
TRANSCRIPT
41
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN PERLINDUNGAN
SETEMPAT DALAM PERDA TATA RUANG
2.1. Tinjauan Umum Tentang Penetapan Kawasan Perlindungan Setempat
Sebelum kita membahas tentang penetapan kawasan perlindungan setempat,
terlebih dahulu penulis akan membahas Pengertian dari Ketetapan Pemerintah oleh para
pakar dalam bidang Hukum Tata Pemerintahan adalah Van Der Well sebagaimana
diungkapkan oleh E.Utrecht merumuskan : “Sebagai perbuatan publik yang bersegi satu
(yang dilakukan oleh alat-alat Pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa)
diberi nama beschikking yang dalam bahasa Indonesia telah dipakai umum dengan
istilah ketetapan”.1Pengertian yang dirumuskan oleh Van Der Pot dan Van Vollenhoven
sebagaimana yang diungkapkan oleh Prins tentang Ketetapan Pemerintahan adalah :
“Memberi batasan arti keputusan sebagai tindakan hukum bersifat sepihak dalam bidang
Pemerintahan, dilakukan oleh suatu Badan Pemerintah berdasarkan wewenangnya yang
luar biasa”.2
Keberadaannya itu menyebabkan aparatur Pemerintah Daerah berkewajiban
untuk mengamankan dan menjadi alat dalam pelaksanaan kaidah-kaidah yang dibentuk
penetapan dibidang kelestarian lingkungan. Untuk itu dalam melaksanakan Peraturan
Daerah mengenai penetapan jalur hijau perlu sekali memperhatikan sekaligus
1
Farid Ali, 1997, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, PT. Raja
Granfindo Persada, Jakarta, h.71. 2Ibid.
41
42
mengupayakan terhadap akibat yang timbul dikemudian hari terhadap adanya penetapan
jalur hijau. Upaya tersebut dimaksudkan guna memberi kepastian kepada masyarakat
terhadap hak atas tanah yang terkena dampak dari kawasan rawan bencana alam berupa
pengaturan sekaligus upaya hukum yang diberikan sebagai bentuk perlindungan hukum
bagi masyarakat, sehingga setiap tindakan pemerintah harus mencerminkan kepentingan
umum dan perlindungan bagi masyarakat agar tindakan tersebut dapat berjalan dengan
baik, adil dan tidak menimbulkan kerugian baik bagi kepentingan umum atau hak-hak
masyarakat sebagai mahluk sosial.
Bangli adalah sebagai salah satu wilayah berpotensi sebagai wilayah obyek
wisata khususnya di Daerah Penelokan Kintamani. akan tetapi dalam pembangunannya
sudah mulai mengalami berbagai macam perubahan yang signifikan, perubahannya itu
tidak terjadi di bidang ekonomi, kesejahteraan, dan politik akan tetapi perubahanya
yang terjadi yaitu dibidang pembangunan yang sangat berpengaruh pada penampilan
wilayah tersebut, baik secara fisik terutama yang berkaitan dengan pembangunan di
sempadan jurang di kawasan jalur hijau di sepanjang Jalan Raya Penelokan Kintamani
di Wilayah Kabupaten Bangli.
Dipergunakannya oleh masyarakat untuk membangun restoran, rumah makan,
pemukiman, perdagang dan jasa yaitu tempat usaha dan lain sebagainya. Mengingat hal
tersebut segala upaya dilakukan Pemerintah Daerah terutama tentang penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum, dimana segala upaya tersebut diserahkan/diberikan
tugas kepada Satuan Polisi Pamong Praja yang dibentuk disetiap Daerah Kabupaten.
Hal ini berdasarkan Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
43
Daerah, pada Pasal 255 dan Pasal 256 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dinyatakan
yaitu : “Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan Perkada
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi
Pamong Praja”.
Susunan organisasi, formasi, kedudukan, wewenang, hak, tugas dan tanggung
jawab Polisi Pamong Praja ditetapkan oleh Peraturan Daerah, sehingga diharapkan
terwujud kondisi dimana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara
aman, tertib dan teratur. Keputusan Presiden sebagai pelaksana lebih lanjut dari
Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mengacu pada
disentralisasi Daerah Provinsi.
Disamping itu perlu juga terlihat adanya Surat Keputusan Mentri Dalam Negeri
tanggal 23 Maret 1999 Nomor. 3331.1/7/783/PUOD, perihal Pengadaan Anggota Polisi
Pamong Praja alinea 2 (dua) point 6 yaitu: “Menginstusikan agar seluruh kegiatan
penegakan dan penerbitan pelanggaran Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah
menjadi tugas pokok Polisi Pamong Praja bukan pada instansi yang mengeluarkan
Peraturan Daerah”. Peran Polisi Pamong Praja dalam membantu Kepala Daerah cukup
lumayan berat, sehingga diperlukan peningkatan pembinaan dibidang Pemerintahan
umum yang mengaruh pada upaya menciptakan kondisi ketentraman dan ketertiban
yang mantap di Daerah, terutama penanganan terhadap bangunan-banguan di sempadan
jurang di kawasan jalur hijau di sepanjang Jalan Raya Penelokan Kintamani, yang
terlihat dari beberapa restoran, rumah makan, perdagangan dan usaha lainnya yang
semakin tampak terlihat masih beroperasi di Sempadan Jurang tersebut yang merupakan
44
kawasan perlindungan setempat Daerah Kabupaten Bangli yang belum bisa di tangani
oleh Pemerintah Daerah, khususnya oleh Polisi Pamong Praja sebagai pelaksana
Ketetapan Pemerintah, karena disebabkan belum ada orientasi dan dukungan yang jelas
terhadap peraturan tersebut.
Dikarenakan lemahnya sanksi hukum bagi pihak yang melanggar tata ruang,
namun tugas pengadilan bagi pemanfaatan ruang dipegang oleh Tim Justisi, namun di
Bappeda juga dibentuk Tim (BKPRD) berdasarkan SK Bupati No. 050.05/72/2015
yang beranggotakan unsur dinas/instansi terkait. Adapun tugas dan wewenang Polisi
Pamong Praja sesuai dengan isi dan jiwa Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah pada Pasal 255 dan pada Pasal 256 yaitu :
Maka dari itu tugas dan wewenang dari Polisi pamong Praja sudah diatur dalam Pasal
255 yang menyebutkan:
(1) Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta menyelenggarakan
pelindungan masyarakat.
(2) Satuan polisi pamong praja mempunyai kewenangan:
a. melakukan tindakan penertiban non-yustisial terhadapwarga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yangmelakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau Perkada;
b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap wargamasyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang didugamelakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau Perkada;dan
d. melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
Perkada.
45
Selanjutnya juga sudah di atur tugas dan wewenang dari Polisi Pamong Praja pada Pasal
256 yang menyebutkan :
(1) Polisi Pamong Praja adalah jabatan fungsional pegawai negeri sipil yang
penetapannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
(2) Polisi pamong praja diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
persyaratan.
(3) Polisi Pamong Praja harus mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis dan
fungsional.
(4) Pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan oleh Kementerian.
(5) Kementerian dalam melakukan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berkoordinasi dengan Kepolisian
Republik Indonesiadan Kejaksaan Agung.
(6) Polisi pamong praja yang memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai
penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai satuan polisi pamong praja diatur dengan
peraturan pemerintah.
2.2. Tinjauan Umum Tentang Penataan Ruang
2.2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Tata Ruang
Luasnya cakupan perencanaan tata ruang mengarahkan penulis untuk
mengungkapkan pengertian dan konsep dasar yang terkandung di dalamnya. Pengertian-
pengertian yang tercakup ke dalam konsep hukum tata ruang sebenarnya sudah
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Namun demikian untuk dapat menambah khasanah, penulis akan mengemukakan juga
pengertian dan konsep dasar dari tata ruang, baik menurut Perundang-Undangan
maupun menurut beberapa ahli.
46
a. Ruang
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
yang dimaksud dengan ruang adalah :
Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Sedangkan menurut D.A. Tisnaamidjaja, yang dimaksud dengan pengertian
ruang “wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan
wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu hidup
yang layak”.3
b. Tata Ruang
Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
menjelaskan yang dimaksud dengan tata ruang adalah “wujud struktural ruang dan pola
ruang” adapun yang dimaksud dengan wujud strktural pemanfaatan ruang adalah
susunan unsur-unsur pembentukan rona lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan
buatan yang secara hierarki berhubungan satu dengan yang lainnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran permukiman,
tempat kerja, industri, pertanian, serta pola-pola penggunaan tanah perkotaan dan
pedesaan, dimana tata ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan, sedangkan
tata ruang yang direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alami, seperti
aliran sungai, gua, gunung dan lain-lain.
3 D.A. Tisnaamidjaja, 1997, dalam Asep Warlan Yusuf, Pranata Pembangunan, Universitas
Prahyangan, Bandung, h.6
47
Selanjutnya masih dalam peraturan tersebut, yaitu Pasal 1 angka 5 yang
dimaksud dengan penataan ruang adalah “suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang”.
c. Rencana Tata Ruang
Perencanaan atau planning merupakan suatu proses, sedangkan hasilnya berupa
“rencana” (plan), dapat dipandang sebagai suatu bagian dari setiap kegiatan yang lebih
sekedar reflex yang berdasarkan perasaan semata. Tetapi yang penting, perencanaan
merupakan suatu komponen yang penting dalam setiap keputusan sosial, setiap unit
keluarga, kelompok, masyarakat, maupun pemerintah terlibat dalam perencanaan pada
saat membuat keputusan atau kebijakan-kebijakan untuk sesuatu dalam dirinya atau
lingkungannya.
Pada Negara hukum dewasa ini suatu rencana tidak dapat dihilangkan dari
hukum administrasi. Rencana dapat dijumpai pada berbagai bidang kegiatan
pemerintahan, misalnya dalam pengaturan tata ruang. Rencana merupakan keseluruhan
tindakan yang saling berkaitan dari Tata Usaha Negara yang mengupayakan
terlaksananya keadaan tertentu yang tertib (teratur). Rencana yang demikian itu dapat
dihubungkan dengan stelsel perizinan (misalkan suatu perizinan pembangunan akan
ditolak oleh karena tidak sesuai dengan rencana peruntukan).
Perencanaan adalah suatu bentuk kebijaksanaan, sehingga dapat dikatakan
bahwa perencanaan adalah sebuah species dari genus kebijaksanaan. Masalah
perencanaan berkaitan erat dengan perihal pengambilan keputusan serta pelaksanaanya.
Perencanaan dapat dikatakan pula sebagai pemecahan masalah secara saling terkait serta
48
berpedoman kepada masa depan. Penataan Ruang yang dimaksud dengan Rencana tata
Ruang adalah “hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang”. Adapun yang
dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk
lingkungan secara hirarki dan saling berhubungan dengan satu sama lainnya.
Maksud diadakannya perencanaan tata ruang adalah untuk menyerasikan
berbagai kegiatan sektor pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan lahan dan ruang
dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan tujuan diadakan adanya
suatu perencanaan tata ruang adalah untuk mengarahkan struktur dan lokasi beserta
berhubungan fungsionalnya yang serasi dan seimbang dalam rangka pemanfaatan
sumber daya manusia, sehingga tercapainya hasil pembangunan yang optimal dan
efisien bagi peningkatan kualitas manusia dan kualitas lingkungan hidup secara
berkelanjutan.
Dalam klasifikasi perencanaan tat ruang dikebal adanya perencanaan tata ruang
kota, dan secara awam perencanaan tata ruang kota selalu diindefikasikan kedalam
perencanaan fisik semata, yakni gambaran dari perencanaan kota, taman bangunan
perumahan, bangunan perkantoran, dan lain sebaginya. Namun dengan semakin
pesatnya perkembangan zaman perencanaan fisik sudah tidak lagi, oleh karena dalam
proses pembentukan perencanaan kota tidak hanya diperlukan suatu perencanaan fisik
semata. Dalam kenyataan di lapangan, kegiatan suatu perencanaan kota tidak hanya
diperlukan suatu perencanaan fisik semata.
49
Dalam kenyataan di lapangan, kegiatan suatu perencanaan kota akan
dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial, lingkungan, ekonomi, hukum, politik
dan permasalahan-permasalahan lainnya lagi. Salah satu contoh adalah seorang
perencana yang akan melakukan kegiatan pembangunan pusat perbelanjaan, maka ia
tidak hanya melakukan perencanaan desain fisik semata, akan tetapi ia harus melakukan
pengoptimalisasian dari akibat yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan, baik itu
lingkungan hidup maupun lingkungan sosial masyarakat di sekitar.
d. Kawasan Pedesaan
Yang dimaksud dengan kawasan pedesaan dalam konsep penataan ruang adalah
kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya
alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan
jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
e. Kawasan Perkotaan
Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan dalam konsep penataan ruang adalah
kawasan yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa,
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
f. Kawasan Lindung
Yang dimaksud dengan kawasan lindung dalam konsep penataan ruang adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencangkup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
50
g. Kawasan Budidaya
Yang dimaksud dengan kawasan budidaya dalam konsep penataan ruang adalah
kawasan yang ditetakan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
atau potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
2.2.2. Dasar Hukum Tata Ruang
Mochtar Koesoemaatmadja menyatakan bahwa tujuan pokok penerapan hukum
apabila hendak direduksi pada satu hal saja adalah ketertiban (order). Ketertiban adalah
tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan akan ketertiban ini, merupakan
syarat pokok (fundamental) bagi adanya masyarakat teratur : disamping itu tujuan
lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya, menurut
masyarakat pada zamannya.4
Menurut Juniarso Ridwan, 5 konsep dasar hukum penataan ruang, tertuang di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
alinea ke 4 berbunyi :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia…
Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 amandemen ke empat, berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
4 Mochtar Koesoemaatmadja, 2008, “Tinjauan teori Penataan Ruang dan Kebijakan Penataan
Ruang terhadap Lingkungan Hidup”, 30 Mei 009, available from : URL :
http://intanghina.wordpress.com. 5Ibid.
51
Menurut M. Daud Silalahi,6 salah satu konsep dasar pemikiran tata ruang
menurut hukum Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5
Tahun 1960. Sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, tentang pengertian hak menguasai dari Negara terhadap konsep tata
ruang, Pasal 2 Undang-Undang Pokok agrarian memuat wewenang untuk :
(1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
(2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut di atas terkait dengan mekanisme
kelembagaan dan untuk perencanannya diatur dalam Pasal 14 yang mengatakan :
(1) Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,
peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa, dan.
(2) Berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur persediaan, peruntukkan
dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa.
Selanjutnya, Pasal 15 mengatur tentang pemeliharaan tanah, termasuk
menambah kesuburannya serta mencegah kerusakkannya yang merupakan kewajiban
setiap orang, badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan
tanah itu dengan memperhatikan pihak ekonomi lemah. Ketentuan tersebut memberikan
hak penguasaan kepada Negara atas seluruh sumber daya alam Indonesia, dan
memberikan kewajiban kepada Negara untuk menggunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Kalimat tersebut mengandung makna, negara mempunyai
6Ibid.
52
kewenangan untuk melakukan pengelolaan, mengabil dan memanfaatankan sumber
daya alam guna terlaksananya kesejahteraan rakyat yang dikehendaki.
Untuk dapat mewujudkan tujuan negara tersebut, khususnya untuk
meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa berarti Negara
harus dapat melaksanakan pembangunan sebagai penunjang dalam tercapainya tujuan
tadi dengan suatu perencanaan yang cermat dan terarah. Apabila dicermati dengan
seksama, kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh Negara, yang kesemuanya itu
memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam pemanfaatannyapun harus diatur dan
dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, sehingga tidak akan adanya
perusakan terhadap lingkungan hidup.
Upaya pelaksanaan perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci
dalam pelaksanaan tata ruang tidak merusak lingkungan hidup, dalam konteks
penguasaan negara atas dasar sumber daya alam, menurut Juniarso Ridwan melekat di
dalam kewajiban Negara untuk melindungi, melestarikan dan memulihkan lingkungan
hidup secara utuh. Artinya, aktivitas pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan
tata ruang pada umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak
lingkungan.7
Untuk lebih mengoptimalkan konsep penataan ruang, maka peraturan-peraturan
perundang-undangan telah banyak diterbitkan oleh pihak pemerintah, dimana salah satu
peraturan Perundang-Undangan yang mengatur penataan ruang adalah Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
7Ibid.
53
2007 merupakan Undang-Undang pokok yang mengatur tentang pelaksaaan penataan
ruang. Keberadaan Undang-Undang tersebut diharapkan selain sebagai konsep dasar
hukum dalam melaksanakan perencanaan tata ruang, juga diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan acuan pemerintah dalam penataan dan pelestarian lingkungan hidup.
2.2.3. Asas dan Tujuan Penataan Ruang
Menurut Herman Hermit “sebagaimana asas hukum yang paling utama yaitu
keadilan, maka arah dan kerangka pemikiran serta pendekatan-pendekatan dalam
pengaturan (substansi peraturan Perundang-Undangan) apapun, termasuk Undang-
Undang Penataan Ruang, wajib dijiwai oleh asas keadilan”.8 Adapun asas penataan
ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang adalah :
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas :
a. Keterpaduan;
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. Keberlanjutan;
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. Keterbukaan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Perlindungan kepentingan umum;
h. Kepastian hukum dan keadilan; dan
i. Akuntabilitas. (Pasal 2).
Kesembilan asas penyelenggaraan penataan ruang tersebut pada intinya merupakan
norma-norma yang diambil untuk memayungi semua kaidah-kaidah pengaturan
penataan ruang.
8Ibid.
54
Adapun tujuan dari penataan ruang tersebut menurut Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 adalah :
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahan Nasional dengan :
a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. (Pasal 3)
Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa rumusan tujuan (pengaturan penataan ruang)
merupakan penerapan bagaimana konsep asas-asas penyelenggaraan penatan ruang
mengendalikan arah dan sasaran yang hendak ditujui oleh suatu pengaturan Undang-
Undang Penataan Ruang ini.
2.2.4. Klasifikasi Penataan Ruang
Menurut Hermit klasifikasi penataan ruang bukan merupakan hal baru dalam
pengaturan sistem penataan ruang kita. Pasal 4 Undang-Undang Penataan ruang ini
berbunyi, “Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan,
wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.”9
Menurut
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dalam Pasal 4, 5, dan 6 tentang Penataan
Ruang klasifikasi penataan ruang adalah :
Pasal 4
Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan,
wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
9Ibid.
55
Pasal 5
(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atassistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
(3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang
wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah Kabupaten/Kota.
(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan danpenataan ruang kawasan perdesaan.
(5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasanterdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.
Pasal 6
(1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:
a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana;
b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan
keamanan, lingkungan hidup, sertailmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan; dan
c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
(2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara berjenjang dan
komplementer.
(3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan
wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.
(4) Penataan ruang wilayah provinsi dan Kabupaten/Kota meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang
tersendiri.
Dari pasal-pasal tersebut telah jelas klasifikasi penataan ruang baik berdasarkan sistem,
fungsi utama kawasan-kawasan, wilyah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai
strategis kawasan.
56
Mengenai sempadan jurang sudah diatur dalam Pasal 34 Perda Tata Ruang
Kabupaten Bangli yang berbunyi sebagai berikut :
Yang dimaksud sempadan jurang adalah Daratan di tepian jurang yang memiliki
kemiringan lereng besar dari 45 % (empat puluh lima persen), kedalaman minimal
5 (lima) m; dan daerah datar bagian atas minimal 11 (sebelas) m.
Sempadan jurang yang digambarkan dalam Perda Tata Ruang Kab. Bangli No. 9 Tahun
2013 adalah seperti berikut :
Panjang > 11m
Kelerengan > 45 %
Tinggi > 5m
Selanjutnya mengenai (RTH) Ruang Terbuka Hijau sudah diatur dalam Pasal 36 ayat
(1), (2) yang berbunyi :
Ayat (1)
Yang dimaksud ruang terbuka hijau (RTH) adalah salah satu bentuk dari ruang
terbuka, yang ditandai oleh keberadaan pepohonan sebagai pengisi lahan yang
utama, yang kemudian didukung pula oleh keberadaan lain sebagai pelengkap
(perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya). RTH juga
dapat mengandung komponen / barang lainnya diluar tumbuhan, penutup tanah
lainnya). RTH juga dapat mengandung komponen / barang lainnya di luar
tumbuhan, yang melengkapi dan menunjang fungsi RTH sesuai dengan tema
pengembangan dari lahan RTH yang bersangkutan.
Ayat (2)
Yang dimaksud Jalur Hijau adalah RTH yang berupa pertanian lahan basah
(persawahan) yang dilestarikan keberadaannya secara berkelanjutan dengan tujuan
untuk melestarikan lahan sawah beririgasi, membatasi perkembangan suatu
penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak
saling mengganggu. Taman kota skala kabupaten di wilayah Kabupaten Bangli
diarahkan di setiap pusat Kota, Kawasan Perkotaan Bangli sebagai titik sentral
wilayah sekaligus sebagai orientasi wilayah terhadap wilayah sekitarnya. Ruang
terbuka kawasan ini diarahkan dengan konsep tetap mempertahankan fungsi utama
57
kawasan (terutama lahan pertanian) yang berada di sekelilingnya. Beberapa
fasilitas sebagai pengikat aktifitas publik untuk menunjang keberadaan ruang
terbuka ini antara lain : kawasan jalur hijau, sabuk hijau berupa kawasan hutan,
pertanian, persawahan, perkebunan, taman kota, taman pada obyek wisata, taman
pada permukiman, hutan kota, serta, kuburan, taman makam pahlawan, lapangan
olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, jalur dibawah tegangan tinggi,
sempadan danau, sempadan sungai, jalur pengaman jalan, median jalan dan
pedestrian, taman wisata alam dan bentang alam.
Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan rawan letusan gunung berapi yang
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 41 yaitu :
Ayat (1)
Yang dimaksud kawasan rawan gunung berapi adalah kawasan di sekitar lokasi
Gunung Berapi yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran
atau guguran batu pijar dan / atau aliran gas beracun.
Adapun kreteria kawasan rawan letusan gunung berapi adalah :
1. Wilayah disekitar kawah atau kaldera; dan / atau
2. Wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran
atau guguran batu pijar dan / atau aliran gas beracun.
Ayat (3)
Kawasan Rawan Bencana I (Daerah waspada) adalah :
1. Meliputi kawasan antara batas kaldera II sampai batas Kaldera I; zona ini
hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, dan bilamana
letusan yang kuat maka akan terjadi bom gunung api;
2. Penyebarannya meliputi kawasan kaldera batur dengan radius kurang lebih 6
(enam) km dari pusat letusan Gunung api Batur.
3. Zona ini terdapat pemukiman dan kegiatan usaha, namun ada juga daerah yang
rawan terkena tanah longsor seperti Jalan Penelokan dan Kuta Dalem yang
melintang sepanjang punggung yang dikiri kanannya jurang; dan bilamana
sewaktu-waktu terjadi gempa baik vulkanik maupun tektonik yang kuat atau
hujan yang sangat lebat, mungkin pada beberapa tempat akan terjadi longsor.
58
Ayat (4)
Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya) adalah :
1. Zona atau kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan
perluasan aliran lava lontaran batu pijar, bom, lapili dan pasir.
2. Zona ini mencakup kaki gunung sebelah Utara, Timur Laut dan Timur G.
Batur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur
karena lokasi tersebut kemungkinannya berpindah-pindah.
3. Secara umum meliputi jari-jari kurang lebih 3 (tiga) Km dari puncak G. Batur
(tergantung letusan gunung api tersebut), sedangkan kawasan yang
diperkirakan terkena adalah Desa Songan A dan Desa Songan B.
Ayat (5)
Kawasan Rawan Bencana III (Daerah Terlarang) adalah :
1. Merupakan zona atau kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, hujan abu,
pasir, lapili dan kemungkinannya adanya gas beracun terutama di daerah puncak
G. Batur, lereng bagian Tenggara, Selatan, Barat Daya, barat dan Barat Laut.
2. Luas daerah terlarang ini kurang lebih 33.6 (tiga puluh tiga koma enam) km2,
sedangkan kampung / desa yang terkena / termasuk didalamnya yaitu Toya
Bungkah, Seked, Yeh Mampeh, Pangkung Kuncing, Latengaya dan Tamansari.
3. Pada zona ini tidak diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk
wisata.
Secara lebih rinci, sebaran dusun pada desa-desa Rawan Letusan Gunung Berapi Batur
yang ada pada Perda Tata Ruang Kab. Bangli No. 9 Tahun 2013 adalah :
TABEL
No Desa Dusun
Rawan
Bencana
III
Rawan
Bencana
II
Rawan
Bencana
I
1. Batur Utara Yehmampeh - -
Td. buanasari - - X
2 Batur Selatan Bantang Tingkad X - -
Masem budikarya - - X
Kertabuana - - X
Kertabudi - - X
3 Batur Tengah Toyo bongkah X - -
Telembal - - X
Bugbugan - - X
Panelokan - - X
Bubungklambu - - X
Jati X - -
4 Songan A Dalem X X -
59
TABEL
No Desa Dusun
Rawan
Bencana
III
Rawan
Bencana
II
Rawan
Bencana
I
Yehpanas - X -
Serongga - X -
Uludanu - X X
Belingkang - X X
Pulu - X X
Songan A X -
Tabu - X -
Bantas - - X
5 Songan B Songan B - X -
6 Pinggan Pinggan - - X
Buanasari - - X
Br. Buanasari - - X
7 Sukawana Paketan - - X
Kuta dalam - - X
8 Kintamani Wiradarma - - X
Surakarma - - X
Pasar - - X
Jayamaruti - - X
Sudihati - - X
9 Kedisan Kedisan - - X
10 Buahan Binyan - - X
Buahan - X
Waru - - X
11 Ab. Btdinding Bubung - - X
Dukuh - - X
12 Suter Abang dukuh - - X
Abang - - X
13 Trunyan Melano - - X
Terunyan - - X
Ayat (6)
Yang dimaksud kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang berada pada daerah /
kawasan yang berpotensi terjadinya gempa bumi atau yang pernah / sering terjadinya
gempa bumi. Kawasan-kawasan tersebut diidenfikasikan mempunyai potensi terancam
bahaya gempa bumi baik gempa bumi tektonik maupun gempa bumi vulkanik,
diidenfikasikan karakteristik fisik sebagai berikut :
1. Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak
2. Daerah yang dilalui patahan aktif
3. Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan lebih besar 5
skala Richter
60
4. Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai,
endapan pantai dan batuan lapuk
5. Kawasan lembah bertebing curam yang disusun oleh batuan mudah longsor.
Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria sebagai kawasan yang
berpotensi dan / atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai XII
Modified Intercity (MMI)
Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu banyak, kecuali
gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang berupa Gempa Vulkanik.
Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi di Bali yang diterbitkan oleh
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten Bangli termasuk dalam Kawasan Rawan
Bencana Gempa Bumi Menengah.
Ayat (7)
Yang dimaksud kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan-kawasan yang
mempunyai potensi terjadinya gerakan tanah tinggi terutama pada kawasan-kawasan
yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal.
Zona kerentanan gerakan tanah tinggi, berpotensi terjadi pada kawasan dengan
perbukitan yang terjal, karena pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan
gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak, akibat adanya curah
hujan yang tinggi dan dibarengi dengan erosi yang kuat terutama pada kawasan
perbukitan yang terjalSebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli
terdapat di seluruh dinding Kaldera Gunung Batur.
2.3. Dinas-Dinas Yang Terkait Dalam Perlindungan Jalur Hijau Sepanjang
Kawasan Perlindungan Setempat
Pengaturan Terhadap Jalur Hijau Sebagai bagian dari kawasan perlindungan
setempat adapun terdapat badan dan dinas-dinas yang terkait yaitu sebagai berikut :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Tugas Bappeda dalam kaitannya dengan Daerah Jalur hijau dan Kawasan di
sempadan jurang adalah untuk mempersiapakan, menyusun dan melaksanakan
musyawarah perencanaan pembangunan Daerah dan sebagainya pelaksanaan hasil
musyawarah perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Bangli. Dalam hal ini
Bappeda akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk membahas program
61
yang ada guna segera memantau atau mengevaluasi kawasan sempadan jurang, dan
daerah - daerah yang nantinya akan dijadikan sebagai Daerah Jalur Hijau terkait dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin meningkat, sehingga
jalur hijau yang ada perlu di evaluasi dalam penggunaanya.
2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda)
Tugas Bapedalda terkait dengan Jalur Hijau dalam keterkaitan pembangunan di
sempadan jurang di Jalan Raya Penelokan Kintamani yaitu dengan melaksanakan
pengawasan dan pengendalian terhadap kerusakan lingkungan di Wilayah Kabupaten
Bangli sekaligus Bapedalda yang memberikan pembinaan serta solusi untuk pemecahan
masalah bilamana ditemukan kasus kerusakan lingkungan hidup. Disamping itu
Bapedalda juga melakukan pemantauan, meminta keterangan, mengambil sample dan
memeriksa peralatan/instalansi. Selanjutnya kalau sekitarnya ditemukan kerusakan
lingkungan, maka Bapedalda akan membuat salinan dan dakwaan dan atau membuat
catatan yang diperlukan terutama meminta keterangan dari pihak yang bertanggung
jawab atas usaha/kegiatan. Dari hasil temuan tim pengawas maka, hal tersebut akan
segera ditindak lanjuti untuk memberikan peringatan terhadap masyarakat yang
melakukan kerusakan terhadap lingkungan.
3. Bagian Hukum
Selain itu bagian hukum juga mendokumentasikan, menginfentariskan data
termasuk Peraturan Daerah atau fakta tentang kasus-kasus yang terjadi dan berkembang
tentang pelanggaran Peraturan Daerah serta memberikan bantuan hukum untuk
62
menyelesaikan permasalahan yang terjadi, kemudian semua kegiatan tersebut
dilaporkan kepada Bupati Bangli.
Adapun tugas dari Bagian Hukum adalah :
Menurut Kasub Bantuan Hukum (Ida Bagus widnyana), beliau mengatakan bahwa
bantuan hukum itu diberikan sebagai bagian dari tugas dalam menyelesaikan
sengketa atau masalah yang terjadi di wilayah hukum Pemerintah Kabupaten
Bangli, selain itu tempat untuk media konsultasi bagi instansi terkait sekitarnya
dalam menjalankan tugas ada permasalahan tentang aturan hukumnya.10
4. Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah (BPKAD)
Tugas dari BPKAD terhadap Sempadan Jurang (Jalur Hijau) adalah melakukan
koordinasi dengan instansi terkait untuk melengkapi data yang berkaitan dengan wajib
pajak dan menyampaikan data hasil ekstensifikasi wajib pajak dan instensifikasi pajak
penghasilan orang pribadi dalam Negeri dan pajak penghasilan ke kantor pelayanan
pajak Denpasar. Selanjutnya membuat tim penyusunan pertanggung jawaban anggaran
pendapat dan belanja daerah. Jadi apabila ada lahan/tanah masyarakat yang akan
dijadikan sebagai Jalur Hijau, maka BPKAD dengan instansi terkait akan melakukan
pengecekan terhadap wajib pajak tentang nilai dasar tanah masyarakat untuk dapat
mengetahui jumlah atau besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh masyarakat.
5. Bagian Tata Pemerintahan (Tapem)
Selain itu Bagian Tata Pemerintahan sebagai salah satu bagian yang ada di
Pemerintah Kabupaten Bangli yang Tugasnya adalah melakukan evaluasi dalam hal
perencanaan wilayah yang akan dijadikan sebagai daerah Jalur Hijau yang bekerja sama
dengan instansi terkait. Disamping itu Tata Pemerintahan juga melakukan indentifikasi
10
Wawancara dengan Ida Bagus Widnyana sebagai Kasub Bagian Bantuan Hukum Pemerintah
Kabupaten Bangli,
63
dan mengkoordinasikan kasus-kasus sengketa pertanahan yang timbul, serta upaya
penyelesaiannya menurut tata cara dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta menyampaikan informasi dan mengkonsultasikan kasus-kasus atau sengketa
pertanahan nasional dan unsur-unsur penegak hukum yang ada. Misalnya di daerah
Jalur Hijau terjadi perselisihan yang melibatkan masyarakat dengan pemerintah
terhadap tanah yang dimilikinya, maka untuk itu Tata Pemerintahan akan melakukan
identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi guna memberikan solusi dalam
menyelesaikan perselisihan tersebut.
6. Dinas Cipta Karya
Tugas Dinas Cipta Karya khususnya terkait dengan masalah yang terjadi dalam
Penetapan Jalur Hijau di Sempadan Jurang yang terkait dalam Perlindungan setempat
adalah melakukan fungsi kontrol dalam arti bahwa Dinas Cipta Karya melakuan
pengawasan dan mendata terhadap perkembangan bangunan-bangunan yang berada di
kawasan sempadan jurang yang merupakan jalur hijau yang kemudian akan
memberikan peringatan-peringatan kepada masyarakat yang melanggar Peraturan
Daerah yang ada.
Kemudian wewenang dalam penetapan perlindunga setempat Dinas satuan Polisi
Pamong Praja sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), setelah penyidikan
dilakukan oleh Polisi Pamong Praja, maka hasil penyidikan tersebut di sampaika kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. Keterlibatan
Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal menindak lanjuti pelanggaran Peraturan Daerah
selalu melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk kelancaran pada saat
64
melakukan eksekusi di lapangan, sehingga tindakan penerbitan dilakukan dengan aturan
yang berlaku.
7. Dinas Satuan Polisi Pamong Praja
Tugas Satuan Polisi Pamong Praja kaitannya dengan Sempadan Jurang (Jalur
Hijau) menurut Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Dewa Agung Putra Surya Darma.
S.Sos.,MM.) dalam hal ini Dinas Sat. Pol PP, bertindak sebagai Penyidik Pengawai
Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten untuk melakukan penyidikan
dengan adanya pelanggaran di daerah Sempadan Jurang (Jalur Hijau).11
Kemudian setelah penyidikan dilakukan oleh satuan Polisi Pamong Praja, maka
hasil penyidikan tersebut di sampaikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi
Negara Republik Indonesia. Keterlibatan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menindak
Pelanggaran Peraturan Daerah selalu melakukan koordinasi dengan instansi terkait
untuk kelancaran pada saat melakukan eksekusi di lapangan, sehingga tindakan
penertiban yang dilakuka sesuai dengan aturan yang berlaku.
2.4. Hak dan Kewajiban Pemerintah Kabupaten Bangli terkait dalam Penetapan
Kawasan Perlindungan Setempat
Perkembangan pembangunan yang terjadi di Kota Denpasar pada umumnya dan
Kabupaten Bangli pada khususnya harus tetap dilakukan, tetapi pembangunan yang
dimaksud harus memperhatikan ketentuan-ketentuan atau aturan yang ada, agar
pembangunan tersebut dapat berjalan dengan baik serta manfaatnya dapat dirasakan
11
Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kabupaten Bangli, tanggal
19 Mei 2015.
65
oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka agar pembangunan tersebut dapat
berjalan harus ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Kekuatan Komersil, yaitu kekuatan modal untuk membangun wilayah/kota
terutama dari sistem fisik. Kekuatan komersial ini telah menjadi metropolitan,
contoh adanya gedung-gedung jengkung merajalela berdiri dengan megah.
2. Kekuatan massa, yaitu kekuatan rakyat warga kota atau rakyat jelata (secara
ekonomi dan politik) sering kali tidak memiliki kekuatan kecuali pada momen-
momen tertentu. Kekuatan massa ini sering kali dikalahkan dengan kepentingan
komersial, berdirinya gedung-gedung sebagai pusat bisnis sebagai sarana
pemodal untuk meningkatkan keuntungan, telah banyak menelan korban kaum
miskin yang notabene sebagai kekuatan massa menelan alasan pembangunan
kota.
3. Kekuatan kelembagaan, yaitu termasuk didalamnya adalah lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Kekuatan kelembagaan inilah yang mestinya menjadi
aparat yang mampu untuk memelihara kekuatan lain (yaitu kekuatan komersial
dan kekuatan massa) untuk menentukan pembangunan wilayah/kota yang tidak
merugikan warganya.12
Karena itu kebersamaan dari Pemerintah Kabupaten Bangli sebagai kekuatan
yang memadukan dan mengendalikan kekuatan yang lain merupakan tuntutan yang
tidak memaduan dan mengendalikan kekuatan yang lain merupakan tuntutan yang tidak
dapat ditawar tanpa keberanian yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Bangli bukan tidak
mungkin Bangli akan berkembang menjadi wilayah tanpa wibawa. Hal ini menjadi
penting agar nantinya pembangunan yang dilakukan tidak mengorbankan jalur hijau
yang berfungsi memberi keasrian lingkungan terutama dari bangunan-bangunan yang di
12
Kanarji, Mei 2002, Surabaya Hendak Kemana, Jurnal Suroboyo (menuju Metropolitan
Madani), Badan Litbang Edisi Perdana, h. 25.
66
sempadan jurang di Jalan Raya Penelokan Kintamani karena jalur tersebut merupakan
daerah kawasan perlindungan setempat.
Maka dari itu dapat kita lihat hak dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Bangli
sebagai suatu Badan Pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk mewajibkan
sekaligus mengawasi bagi setiap penduduk yang tinggal dan menetap di wilayah Bangli
khususnya di Daerah Penelokan Kintamani dan sekitarnya harus ikut serta menjaga dan
memelihara lingkungan Jalur Hijau tersebut. Disamping itu Pemerintah Kabupaten
Bangli dapat memberikan sanksi tegas. Adapun sanksi yang diberikan terhadap orang
atau badan yang terlibat atau terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang
tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor. 9 Tahun 2013 pada Pasal 116 ayat (1), (2),
(3), (4) yaitu
(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang
ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (11),
dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
(3) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 105 dapat menuntut ganti kerugian secara perdata
kepada pelaku tindak pidana.
(4) Sanksi pidana yang diberikan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 merujuk pada Pasal 70 sampai Pasal
75 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Sedangkan kewajiban dari Pemerintah Kabupaten Bangli terhadap penetapan
kawasan perlindungan setempat yang terkait dengan Jalur Hijau ini dan sempadan
jurang adalah berkewajiban untuk mengawasi, melaksanakan, dan memanfaatkan
terhadap penggunaan Sempadan Jurang dan Jalur Hijau tersebut, mengawasi maksudnya
67
adalah memantau kondisi perkembangan bangunan yang dimanfaatkan oleh orang atau
badan termasuk mengenai tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh orang atau badan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut di atur pada Pasal 77
ayat (2) Tentang kegiatan dan Bangunan yang diperbolehkan, bersyarat atau dilarang di
kawasan sempadan jurang.
Melaksanakan maksudnya menjalankan aturan-aturan dengan tegas terhadap
aturan yang dibuat, memanfaatkan maksudnya menggunakan Jalur Hijau sesuai dengan
peruntukkannya misalnya untuk keperluan dinas dan penghijauan dan lain sebagianya.
Sehingga dengan adanya hak dan kewajiban tersebut diharapkan pihak Pemerintah
Kabupaten Bangli dapat menjaga dan memelihara penggunaan Jalur Hijau di sempadan
jurang di Jalan Raya Penelokan Kintamani dengan sebaik-baiknya.
2.5. Pengawasan Pemerintah Terhadap Penataan Ruang
Dalam Pengawasan Penataan Ruang disebutkan dalam Perda Kab. Bangli
Nomor 9 Tahun 2013 pada Pasal 105 yaitu pada ayat (1) pemerintah melakukan
pengawasan penatapan ruang meliputi kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan
penataan ruang pada ayat (2) pengawasan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pemerintah melaksanakan tindakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Dalam
hal pengawasan melibatkan peran masyarakat yang dimaksud pada ayat (3) yaitu
mengaympaikan laporan dan pengaduan kepada pemrintah kabupaten/kota akan tetapi
semua ini tidak berjalan sesuai dengan aturan dalam penataan ruang, sedangkan
dilapangan masyarakat semakin banyak melanggar aturan.
68
Selanjutnya dalam Pemantauan dan Evaluasi Penataan Ruang disebutkan dalam
Perda Kab. Bangli No. 9 Th. 2013 pada Pasal 106 yaitu pada ayat (1) Pemantauan dan
evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antara
penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan Peraturan Daerah, ayat (2) Bupati
mengambil langkah penyelesaian sesuai kewenangannya dalam hal pemantauan dan
evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila terdapat bukti-bukti
penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang, da pada ayat (3)
Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, pihak yang
melakukan penyimpangan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Akan tetapi terlihat di lapangan dengan maraknya pembangunan yang
didirikan oleh masyarakat lokal maka dari itu pemerintah dilema dalam pemberian
sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya juga terdapat pengawasan terhadap Penataan Ruang disebutkan
dalam Pasal 107 ayat (1) dalam pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang agar kinerja fungsi dan pemanfaatan penyelenggaraan
penataan ruang dan kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang. Akan tetapi dalam pengawasan penyelenggaraan untuk pemenuhan kinerja
pemanfaatan ruang belum terselenggara dengan baik karena pembangunan di kawasan
sempadan jurang masih tetap beroprasi, dan semakin bertambah bangunan-bangunan
baru, sehingga pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
penataan ruang kurang optimal yang dilakukan oleh pemerintah.
69
Selanjutnya pada Pasal 108 pada ayat (1) Pengawasan penataan ruang pada
setiap tingkat wilayah dilakukan berdasarkan pedoman penataan ruang, ayat (2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : pengaturan, pembinaan,
dan pelaksanaan penataan ruang, dan pada ayat (3) Tata cara pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.