bab ii tinjauan umum tentang kawasan … ii.pdf · ... “sebagai perbuatan publik yang bersegi...

29
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT DALAM PERDA TATA RUANG 2.1. Tinjauan Umum Tentang Penetapan Kawasan Perlindungan Setempat Sebelum kita membahas tentang penetapan kawasan perlindungan setempat, terlebih dahulu penulis akan membahas Pengertian dari Ketetapan Pemerintah oleh para pakar dalam bidang Hukum Tata Pemerintahan adalah Van Der Well sebagaimana diungkapkan oleh E.Utrecht merumuskan : “Sebagai perbuatan publik yang bersegi satu (yang dilakukan oleh alat-alat Pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa) diberi nama beschikking yang dalam bahasa Indonesia telah dipakai umum dengan istilah ketetapan”. 1 Pengertian yang dirumuskan oleh Van Der Pot dan Van Vollenhoven sebagaimana yang diungkapkan oleh Prins tentang Ketetapan Pemerintahan adalah : “Memberi batasan arti keputusan sebagai tindakan hukum bersifat sepihak dalam bidang Pemerintahan, dilakukan oleh suatu Badan Pemerintah berdasarkan wewenangnya yang luar biasa”. 2 Keberadaannya itu menyebabkan aparatur Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengamankan dan menjadi alat dalam pelaksanaan kaidah-kaidah yang dibentuk penetapan dibidang kelestarian lingkungan. Untuk itu dalam melaksanakan Peraturan Daerah mengenai penetapan jalur hijau perlu sekali memperhatikan sekaligus 1 Farid Ali, 1997, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, PT. Raja Granfindo Persada, Jakarta, h.71. 2 Ibid. 41

Upload: lykiet

Post on 14-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

41

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN PERLINDUNGAN

SETEMPAT DALAM PERDA TATA RUANG

2.1. Tinjauan Umum Tentang Penetapan Kawasan Perlindungan Setempat

Sebelum kita membahas tentang penetapan kawasan perlindungan setempat,

terlebih dahulu penulis akan membahas Pengertian dari Ketetapan Pemerintah oleh para

pakar dalam bidang Hukum Tata Pemerintahan adalah Van Der Well sebagaimana

diungkapkan oleh E.Utrecht merumuskan : “Sebagai perbuatan publik yang bersegi satu

(yang dilakukan oleh alat-alat Pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa)

diberi nama beschikking yang dalam bahasa Indonesia telah dipakai umum dengan

istilah ketetapan”.1Pengertian yang dirumuskan oleh Van Der Pot dan Van Vollenhoven

sebagaimana yang diungkapkan oleh Prins tentang Ketetapan Pemerintahan adalah :

“Memberi batasan arti keputusan sebagai tindakan hukum bersifat sepihak dalam bidang

Pemerintahan, dilakukan oleh suatu Badan Pemerintah berdasarkan wewenangnya yang

luar biasa”.2

Keberadaannya itu menyebabkan aparatur Pemerintah Daerah berkewajiban

untuk mengamankan dan menjadi alat dalam pelaksanaan kaidah-kaidah yang dibentuk

penetapan dibidang kelestarian lingkungan. Untuk itu dalam melaksanakan Peraturan

Daerah mengenai penetapan jalur hijau perlu sekali memperhatikan sekaligus

1

Farid Ali, 1997, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia, PT. Raja

Granfindo Persada, Jakarta, h.71. 2Ibid.

41

42

mengupayakan terhadap akibat yang timbul dikemudian hari terhadap adanya penetapan

jalur hijau. Upaya tersebut dimaksudkan guna memberi kepastian kepada masyarakat

terhadap hak atas tanah yang terkena dampak dari kawasan rawan bencana alam berupa

pengaturan sekaligus upaya hukum yang diberikan sebagai bentuk perlindungan hukum

bagi masyarakat, sehingga setiap tindakan pemerintah harus mencerminkan kepentingan

umum dan perlindungan bagi masyarakat agar tindakan tersebut dapat berjalan dengan

baik, adil dan tidak menimbulkan kerugian baik bagi kepentingan umum atau hak-hak

masyarakat sebagai mahluk sosial.

Bangli adalah sebagai salah satu wilayah berpotensi sebagai wilayah obyek

wisata khususnya di Daerah Penelokan Kintamani. akan tetapi dalam pembangunannya

sudah mulai mengalami berbagai macam perubahan yang signifikan, perubahannya itu

tidak terjadi di bidang ekonomi, kesejahteraan, dan politik akan tetapi perubahanya

yang terjadi yaitu dibidang pembangunan yang sangat berpengaruh pada penampilan

wilayah tersebut, baik secara fisik terutama yang berkaitan dengan pembangunan di

sempadan jurang di kawasan jalur hijau di sepanjang Jalan Raya Penelokan Kintamani

di Wilayah Kabupaten Bangli.

Dipergunakannya oleh masyarakat untuk membangun restoran, rumah makan,

pemukiman, perdagang dan jasa yaitu tempat usaha dan lain sebagainya. Mengingat hal

tersebut segala upaya dilakukan Pemerintah Daerah terutama tentang penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum, dimana segala upaya tersebut diserahkan/diberikan

tugas kepada Satuan Polisi Pamong Praja yang dibentuk disetiap Daerah Kabupaten.

Hal ini berdasarkan Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

43

Daerah, pada Pasal 255 dan Pasal 256 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dinyatakan

yaitu : “Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan Perkada

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi

Pamong Praja”.

Susunan organisasi, formasi, kedudukan, wewenang, hak, tugas dan tanggung

jawab Polisi Pamong Praja ditetapkan oleh Peraturan Daerah, sehingga diharapkan

terwujud kondisi dimana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara

aman, tertib dan teratur. Keputusan Presiden sebagai pelaksana lebih lanjut dari

Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mengacu pada

disentralisasi Daerah Provinsi.

Disamping itu perlu juga terlihat adanya Surat Keputusan Mentri Dalam Negeri

tanggal 23 Maret 1999 Nomor. 3331.1/7/783/PUOD, perihal Pengadaan Anggota Polisi

Pamong Praja alinea 2 (dua) point 6 yaitu: “Menginstusikan agar seluruh kegiatan

penegakan dan penerbitan pelanggaran Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

menjadi tugas pokok Polisi Pamong Praja bukan pada instansi yang mengeluarkan

Peraturan Daerah”. Peran Polisi Pamong Praja dalam membantu Kepala Daerah cukup

lumayan berat, sehingga diperlukan peningkatan pembinaan dibidang Pemerintahan

umum yang mengaruh pada upaya menciptakan kondisi ketentraman dan ketertiban

yang mantap di Daerah, terutama penanganan terhadap bangunan-banguan di sempadan

jurang di kawasan jalur hijau di sepanjang Jalan Raya Penelokan Kintamani, yang

terlihat dari beberapa restoran, rumah makan, perdagangan dan usaha lainnya yang

semakin tampak terlihat masih beroperasi di Sempadan Jurang tersebut yang merupakan

44

kawasan perlindungan setempat Daerah Kabupaten Bangli yang belum bisa di tangani

oleh Pemerintah Daerah, khususnya oleh Polisi Pamong Praja sebagai pelaksana

Ketetapan Pemerintah, karena disebabkan belum ada orientasi dan dukungan yang jelas

terhadap peraturan tersebut.

Dikarenakan lemahnya sanksi hukum bagi pihak yang melanggar tata ruang,

namun tugas pengadilan bagi pemanfaatan ruang dipegang oleh Tim Justisi, namun di

Bappeda juga dibentuk Tim (BKPRD) berdasarkan SK Bupati No. 050.05/72/2015

yang beranggotakan unsur dinas/instansi terkait. Adapun tugas dan wewenang Polisi

Pamong Praja sesuai dengan isi dan jiwa Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah pada Pasal 255 dan pada Pasal 256 yaitu :

Maka dari itu tugas dan wewenang dari Polisi pamong Praja sudah diatur dalam Pasal

255 yang menyebutkan:

(1) Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada,

menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta menyelenggarakan

pelindungan masyarakat.

(2) Satuan polisi pamong praja mempunyai kewenangan:

a. melakukan tindakan penertiban non-yustisial terhadapwarga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yangmelakukan pelanggaran atas Perda

dan/atau Perkada;

b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap wargamasyarakat, aparatur,

atau badan hukum yang didugamelakukan pelanggaran atas Perda

dan/atau Perkada;dan

d. melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,

atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau

Perkada.

45

Selanjutnya juga sudah di atur tugas dan wewenang dari Polisi Pamong Praja pada Pasal

256 yang menyebutkan :

(1) Polisi Pamong Praja adalah jabatan fungsional pegawai negeri sipil yang

penetapannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan.

(2) Polisi pamong praja diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi

persyaratan.

(3) Polisi Pamong Praja harus mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis dan

fungsional.

(4) Pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dilakukan oleh Kementerian.

(5) Kementerian dalam melakukan pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berkoordinasi dengan Kepolisian

Republik Indonesiadan Kejaksaan Agung.

(6) Polisi pamong praja yang memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai

penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai satuan polisi pamong praja diatur dengan

peraturan pemerintah.

2.2. Tinjauan Umum Tentang Penataan Ruang

2.2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Tata Ruang

Luasnya cakupan perencanaan tata ruang mengarahkan penulis untuk

mengungkapkan pengertian dan konsep dasar yang terkandung di dalamnya. Pengertian-

pengertian yang tercakup ke dalam konsep hukum tata ruang sebenarnya sudah

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Namun demikian untuk dapat menambah khasanah, penulis akan mengemukakan juga

pengertian dan konsep dasar dari tata ruang, baik menurut Perundang-Undangan

maupun menurut beberapa ahli.

46

a. Ruang

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

yang dimaksud dengan ruang adalah :

Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup,

melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Sedangkan menurut D.A. Tisnaamidjaja, yang dimaksud dengan pengertian

ruang “wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan

wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu hidup

yang layak”.3

b. Tata Ruang

Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

menjelaskan yang dimaksud dengan tata ruang adalah “wujud struktural ruang dan pola

ruang” adapun yang dimaksud dengan wujud strktural pemanfaatan ruang adalah

susunan unsur-unsur pembentukan rona lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan

buatan yang secara hierarki berhubungan satu dengan yang lainnya. Sedangkan yang

dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran permukiman,

tempat kerja, industri, pertanian, serta pola-pola penggunaan tanah perkotaan dan

pedesaan, dimana tata ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan, sedangkan

tata ruang yang direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alami, seperti

aliran sungai, gua, gunung dan lain-lain.

3 D.A. Tisnaamidjaja, 1997, dalam Asep Warlan Yusuf, Pranata Pembangunan, Universitas

Prahyangan, Bandung, h.6

47

Selanjutnya masih dalam peraturan tersebut, yaitu Pasal 1 angka 5 yang

dimaksud dengan penataan ruang adalah “suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang”.

c. Rencana Tata Ruang

Perencanaan atau planning merupakan suatu proses, sedangkan hasilnya berupa

“rencana” (plan), dapat dipandang sebagai suatu bagian dari setiap kegiatan yang lebih

sekedar reflex yang berdasarkan perasaan semata. Tetapi yang penting, perencanaan

merupakan suatu komponen yang penting dalam setiap keputusan sosial, setiap unit

keluarga, kelompok, masyarakat, maupun pemerintah terlibat dalam perencanaan pada

saat membuat keputusan atau kebijakan-kebijakan untuk sesuatu dalam dirinya atau

lingkungannya.

Pada Negara hukum dewasa ini suatu rencana tidak dapat dihilangkan dari

hukum administrasi. Rencana dapat dijumpai pada berbagai bidang kegiatan

pemerintahan, misalnya dalam pengaturan tata ruang. Rencana merupakan keseluruhan

tindakan yang saling berkaitan dari Tata Usaha Negara yang mengupayakan

terlaksananya keadaan tertentu yang tertib (teratur). Rencana yang demikian itu dapat

dihubungkan dengan stelsel perizinan (misalkan suatu perizinan pembangunan akan

ditolak oleh karena tidak sesuai dengan rencana peruntukan).

Perencanaan adalah suatu bentuk kebijaksanaan, sehingga dapat dikatakan

bahwa perencanaan adalah sebuah species dari genus kebijaksanaan. Masalah

perencanaan berkaitan erat dengan perihal pengambilan keputusan serta pelaksanaanya.

Perencanaan dapat dikatakan pula sebagai pemecahan masalah secara saling terkait serta

48

berpedoman kepada masa depan. Penataan Ruang yang dimaksud dengan Rencana tata

Ruang adalah “hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang”. Adapun yang

dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk

lingkungan secara hirarki dan saling berhubungan dengan satu sama lainnya.

Maksud diadakannya perencanaan tata ruang adalah untuk menyerasikan

berbagai kegiatan sektor pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan lahan dan ruang

dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan tujuan diadakan adanya

suatu perencanaan tata ruang adalah untuk mengarahkan struktur dan lokasi beserta

berhubungan fungsionalnya yang serasi dan seimbang dalam rangka pemanfaatan

sumber daya manusia, sehingga tercapainya hasil pembangunan yang optimal dan

efisien bagi peningkatan kualitas manusia dan kualitas lingkungan hidup secara

berkelanjutan.

Dalam klasifikasi perencanaan tat ruang dikebal adanya perencanaan tata ruang

kota, dan secara awam perencanaan tata ruang kota selalu diindefikasikan kedalam

perencanaan fisik semata, yakni gambaran dari perencanaan kota, taman bangunan

perumahan, bangunan perkantoran, dan lain sebaginya. Namun dengan semakin

pesatnya perkembangan zaman perencanaan fisik sudah tidak lagi, oleh karena dalam

proses pembentukan perencanaan kota tidak hanya diperlukan suatu perencanaan fisik

semata. Dalam kenyataan di lapangan, kegiatan suatu perencanaan kota tidak hanya

diperlukan suatu perencanaan fisik semata.

49

Dalam kenyataan di lapangan, kegiatan suatu perencanaan kota akan

dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial, lingkungan, ekonomi, hukum, politik

dan permasalahan-permasalahan lainnya lagi. Salah satu contoh adalah seorang

perencana yang akan melakukan kegiatan pembangunan pusat perbelanjaan, maka ia

tidak hanya melakukan perencanaan desain fisik semata, akan tetapi ia harus melakukan

pengoptimalisasian dari akibat yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan, baik itu

lingkungan hidup maupun lingkungan sosial masyarakat di sekitar.

d. Kawasan Pedesaan

Yang dimaksud dengan kawasan pedesaan dalam konsep penataan ruang adalah

kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya

alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan

jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

e. Kawasan Perkotaan

Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan dalam konsep penataan ruang adalah

kawasan yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa,

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

f. Kawasan Lindung

Yang dimaksud dengan kawasan lindung dalam konsep penataan ruang adalah

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan

hidup yang mencangkup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

50

g. Kawasan Budidaya

Yang dimaksud dengan kawasan budidaya dalam konsep penataan ruang adalah

kawasan yang ditetakan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi

atau potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

2.2.2. Dasar Hukum Tata Ruang

Mochtar Koesoemaatmadja menyatakan bahwa tujuan pokok penerapan hukum

apabila hendak direduksi pada satu hal saja adalah ketertiban (order). Ketertiban adalah

tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan akan ketertiban ini, merupakan

syarat pokok (fundamental) bagi adanya masyarakat teratur : disamping itu tujuan

lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya, menurut

masyarakat pada zamannya.4

Menurut Juniarso Ridwan, 5 konsep dasar hukum penataan ruang, tertuang di

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

alinea ke 4 berbunyi :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

serta melaksanakan ketertiban dunia…

Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 amandemen ke empat, berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

4 Mochtar Koesoemaatmadja, 2008, “Tinjauan teori Penataan Ruang dan Kebijakan Penataan

Ruang terhadap Lingkungan Hidup”, 30 Mei 009, available from : URL :

http://intanghina.wordpress.com. 5Ibid.

51

Menurut M. Daud Silalahi,6 salah satu konsep dasar pemikiran tata ruang

menurut hukum Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

Tahun 1960. Sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945, tentang pengertian hak menguasai dari Negara terhadap konsep tata

ruang, Pasal 2 Undang-Undang Pokok agrarian memuat wewenang untuk :

(1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan, dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

(2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan

bumi, air dan ruang angkasa.

(3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut di atas terkait dengan mekanisme

kelembagaan dan untuk perencanannya diatur dalam Pasal 14 yang mengatakan :

(1) Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,

peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa, dan.

(2) Berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur persediaan, peruntukkan

dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa.

Selanjutnya, Pasal 15 mengatur tentang pemeliharaan tanah, termasuk

menambah kesuburannya serta mencegah kerusakkannya yang merupakan kewajiban

setiap orang, badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan

tanah itu dengan memperhatikan pihak ekonomi lemah. Ketentuan tersebut memberikan

hak penguasaan kepada Negara atas seluruh sumber daya alam Indonesia, dan

memberikan kewajiban kepada Negara untuk menggunakan sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat. Kalimat tersebut mengandung makna, negara mempunyai

6Ibid.

52

kewenangan untuk melakukan pengelolaan, mengabil dan memanfaatankan sumber

daya alam guna terlaksananya kesejahteraan rakyat yang dikehendaki.

Untuk dapat mewujudkan tujuan negara tersebut, khususnya untuk

meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa berarti Negara

harus dapat melaksanakan pembangunan sebagai penunjang dalam tercapainya tujuan

tadi dengan suatu perencanaan yang cermat dan terarah. Apabila dicermati dengan

seksama, kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh Negara, yang kesemuanya itu

memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam pemanfaatannyapun harus diatur dan

dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, sehingga tidak akan adanya

perusakan terhadap lingkungan hidup.

Upaya pelaksanaan perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci

dalam pelaksanaan tata ruang tidak merusak lingkungan hidup, dalam konteks

penguasaan negara atas dasar sumber daya alam, menurut Juniarso Ridwan melekat di

dalam kewajiban Negara untuk melindungi, melestarikan dan memulihkan lingkungan

hidup secara utuh. Artinya, aktivitas pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan

tata ruang pada umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak

lingkungan.7

Untuk lebih mengoptimalkan konsep penataan ruang, maka peraturan-peraturan

perundang-undangan telah banyak diterbitkan oleh pihak pemerintah, dimana salah satu

peraturan Perundang-Undangan yang mengatur penataan ruang adalah Undang-Undang

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang Nomor 26 Tahun

7Ibid.

53

2007 merupakan Undang-Undang pokok yang mengatur tentang pelaksaaan penataan

ruang. Keberadaan Undang-Undang tersebut diharapkan selain sebagai konsep dasar

hukum dalam melaksanakan perencanaan tata ruang, juga diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan acuan pemerintah dalam penataan dan pelestarian lingkungan hidup.

2.2.3. Asas dan Tujuan Penataan Ruang

Menurut Herman Hermit “sebagaimana asas hukum yang paling utama yaitu

keadilan, maka arah dan kerangka pemikiran serta pendekatan-pendekatan dalam

pengaturan (substansi peraturan Perundang-Undangan) apapun, termasuk Undang-

Undang Penataan Ruang, wajib dijiwai oleh asas keadilan”.8 Adapun asas penataan

ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang adalah :

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang

diselenggarakan berdasarkan asas :

a. Keterpaduan;

b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

c. Keberlanjutan;

d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

e. Keterbukaan;

f. Kebersamaan dan kemitraan;

g. Perlindungan kepentingan umum;

h. Kepastian hukum dan keadilan; dan

i. Akuntabilitas. (Pasal 2).

Kesembilan asas penyelenggaraan penataan ruang tersebut pada intinya merupakan

norma-norma yang diambil untuk memayungi semua kaidah-kaidah pengaturan

penataan ruang.

8Ibid.

54

Adapun tujuan dari penataan ruang tersebut menurut Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 adalah :

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilah

nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan

Nusantara dan Ketahan Nasional dengan :

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan

buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan

sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. (Pasal 3)

Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa rumusan tujuan (pengaturan penataan ruang)

merupakan penerapan bagaimana konsep asas-asas penyelenggaraan penatan ruang

mengendalikan arah dan sasaran yang hendak ditujui oleh suatu pengaturan Undang-

Undang Penataan Ruang ini.

2.2.4. Klasifikasi Penataan Ruang

Menurut Hermit klasifikasi penataan ruang bukan merupakan hal baru dalam

pengaturan sistem penataan ruang kita. Pasal 4 Undang-Undang Penataan ruang ini

berbunyi, “Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan,

wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.”9

Menurut

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dalam Pasal 4, 5, dan 6 tentang Penataan

Ruang klasifikasi penataan ruang adalah :

Pasal 4

Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan,

wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

9Ibid.

55

Pasal 5

(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atassistem wilayah dan sistem

internal perkotaan.

(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan

lindung dan kawasan budidaya.

(3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang

wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang

wilayah Kabupaten/Kota.

(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang

kawasan perkotaan danpenataan ruang kawasan perdesaan.

(5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasanterdiri atas penataan

ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis

provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.

Pasal 6

(1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan

terhadap bencana;

b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya

buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan

keamanan, lingkungan hidup, sertailmu pengetahuan dan teknologi

sebagai satu kesatuan; dan

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

(2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan

penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara berjenjang dan

komplementer.

(3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan

wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan

ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.

(4) Penataan ruang wilayah provinsi dan Kabupaten/Kota meliputi ruang

darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang

tersendiri.

Dari pasal-pasal tersebut telah jelas klasifikasi penataan ruang baik berdasarkan sistem,

fungsi utama kawasan-kawasan, wilyah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai

strategis kawasan.

56

Mengenai sempadan jurang sudah diatur dalam Pasal 34 Perda Tata Ruang

Kabupaten Bangli yang berbunyi sebagai berikut :

Yang dimaksud sempadan jurang adalah Daratan di tepian jurang yang memiliki

kemiringan lereng besar dari 45 % (empat puluh lima persen), kedalaman minimal

5 (lima) m; dan daerah datar bagian atas minimal 11 (sebelas) m.

Sempadan jurang yang digambarkan dalam Perda Tata Ruang Kab. Bangli No. 9 Tahun

2013 adalah seperti berikut :

Panjang > 11m

Kelerengan > 45 %

Tinggi > 5m

Selanjutnya mengenai (RTH) Ruang Terbuka Hijau sudah diatur dalam Pasal 36 ayat

(1), (2) yang berbunyi :

Ayat (1)

Yang dimaksud ruang terbuka hijau (RTH) adalah salah satu bentuk dari ruang

terbuka, yang ditandai oleh keberadaan pepohonan sebagai pengisi lahan yang

utama, yang kemudian didukung pula oleh keberadaan lain sebagai pelengkap

(perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya). RTH juga

dapat mengandung komponen / barang lainnya diluar tumbuhan, penutup tanah

lainnya). RTH juga dapat mengandung komponen / barang lainnya di luar

tumbuhan, yang melengkapi dan menunjang fungsi RTH sesuai dengan tema

pengembangan dari lahan RTH yang bersangkutan.

Ayat (2)

Yang dimaksud Jalur Hijau adalah RTH yang berupa pertanian lahan basah

(persawahan) yang dilestarikan keberadaannya secara berkelanjutan dengan tujuan

untuk melestarikan lahan sawah beririgasi, membatasi perkembangan suatu

penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak

saling mengganggu. Taman kota skala kabupaten di wilayah Kabupaten Bangli

diarahkan di setiap pusat Kota, Kawasan Perkotaan Bangli sebagai titik sentral

wilayah sekaligus sebagai orientasi wilayah terhadap wilayah sekitarnya. Ruang

terbuka kawasan ini diarahkan dengan konsep tetap mempertahankan fungsi utama

57

kawasan (terutama lahan pertanian) yang berada di sekelilingnya. Beberapa

fasilitas sebagai pengikat aktifitas publik untuk menunjang keberadaan ruang

terbuka ini antara lain : kawasan jalur hijau, sabuk hijau berupa kawasan hutan,

pertanian, persawahan, perkebunan, taman kota, taman pada obyek wisata, taman

pada permukiman, hutan kota, serta, kuburan, taman makam pahlawan, lapangan

olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, jalur dibawah tegangan tinggi,

sempadan danau, sempadan sungai, jalur pengaman jalan, median jalan dan

pedestrian, taman wisata alam dan bentang alam.

Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan rawan letusan gunung berapi yang

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 41 yaitu :

Ayat (1)

Yang dimaksud kawasan rawan gunung berapi adalah kawasan di sekitar lokasi

Gunung Berapi yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran

atau guguran batu pijar dan / atau aliran gas beracun.

Adapun kreteria kawasan rawan letusan gunung berapi adalah :

1. Wilayah disekitar kawah atau kaldera; dan / atau

2. Wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran

atau guguran batu pijar dan / atau aliran gas beracun.

Ayat (3)

Kawasan Rawan Bencana I (Daerah waspada) adalah :

1. Meliputi kawasan antara batas kaldera II sampai batas Kaldera I; zona ini

hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, dan bilamana

letusan yang kuat maka akan terjadi bom gunung api;

2. Penyebarannya meliputi kawasan kaldera batur dengan radius kurang lebih 6

(enam) km dari pusat letusan Gunung api Batur.

3. Zona ini terdapat pemukiman dan kegiatan usaha, namun ada juga daerah yang

rawan terkena tanah longsor seperti Jalan Penelokan dan Kuta Dalem yang

melintang sepanjang punggung yang dikiri kanannya jurang; dan bilamana

sewaktu-waktu terjadi gempa baik vulkanik maupun tektonik yang kuat atau

hujan yang sangat lebat, mungkin pada beberapa tempat akan terjadi longsor.

58

Ayat (4)

Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya) adalah :

1. Zona atau kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan

perluasan aliran lava lontaran batu pijar, bom, lapili dan pasir.

2. Zona ini mencakup kaki gunung sebelah Utara, Timur Laut dan Timur G.

Batur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur

karena lokasi tersebut kemungkinannya berpindah-pindah.

3. Secara umum meliputi jari-jari kurang lebih 3 (tiga) Km dari puncak G. Batur

(tergantung letusan gunung api tersebut), sedangkan kawasan yang

diperkirakan terkena adalah Desa Songan A dan Desa Songan B.

Ayat (5)

Kawasan Rawan Bencana III (Daerah Terlarang) adalah :

1. Merupakan zona atau kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, hujan abu,

pasir, lapili dan kemungkinannya adanya gas beracun terutama di daerah puncak

G. Batur, lereng bagian Tenggara, Selatan, Barat Daya, barat dan Barat Laut.

2. Luas daerah terlarang ini kurang lebih 33.6 (tiga puluh tiga koma enam) km2,

sedangkan kampung / desa yang terkena / termasuk didalamnya yaitu Toya

Bungkah, Seked, Yeh Mampeh, Pangkung Kuncing, Latengaya dan Tamansari.

3. Pada zona ini tidak diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk

wisata.

Secara lebih rinci, sebaran dusun pada desa-desa Rawan Letusan Gunung Berapi Batur

yang ada pada Perda Tata Ruang Kab. Bangli No. 9 Tahun 2013 adalah :

TABEL

No Desa Dusun

Rawan

Bencana

III

Rawan

Bencana

II

Rawan

Bencana

I

1. Batur Utara Yehmampeh - -

Td. buanasari - - X

2 Batur Selatan Bantang Tingkad X - -

Masem budikarya - - X

Kertabuana - - X

Kertabudi - - X

3 Batur Tengah Toyo bongkah X - -

Telembal - - X

Bugbugan - - X

Panelokan - - X

Bubungklambu - - X

Jati X - -

4 Songan A Dalem X X -

59

TABEL

No Desa Dusun

Rawan

Bencana

III

Rawan

Bencana

II

Rawan

Bencana

I

Yehpanas - X -

Serongga - X -

Uludanu - X X

Belingkang - X X

Pulu - X X

Songan A X -

Tabu - X -

Bantas - - X

5 Songan B Songan B - X -

6 Pinggan Pinggan - - X

Buanasari - - X

Br. Buanasari - - X

7 Sukawana Paketan - - X

Kuta dalam - - X

8 Kintamani Wiradarma - - X

Surakarma - - X

Pasar - - X

Jayamaruti - - X

Sudihati - - X

9 Kedisan Kedisan - - X

10 Buahan Binyan - - X

Buahan - X

Waru - - X

11 Ab. Btdinding Bubung - - X

Dukuh - - X

12 Suter Abang dukuh - - X

Abang - - X

13 Trunyan Melano - - X

Terunyan - - X

Ayat (6)

Yang dimaksud kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang berada pada daerah /

kawasan yang berpotensi terjadinya gempa bumi atau yang pernah / sering terjadinya

gempa bumi. Kawasan-kawasan tersebut diidenfikasikan mempunyai potensi terancam

bahaya gempa bumi baik gempa bumi tektonik maupun gempa bumi vulkanik,

diidenfikasikan karakteristik fisik sebagai berikut :

1. Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak

2. Daerah yang dilalui patahan aktif

3. Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan lebih besar 5

skala Richter

60

4. Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai,

endapan pantai dan batuan lapuk

5. Kawasan lembah bertebing curam yang disusun oleh batuan mudah longsor.

Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria sebagai kawasan yang

berpotensi dan / atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai XII

Modified Intercity (MMI)

Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu banyak, kecuali

gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang berupa Gempa Vulkanik.

Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi di Bali yang diterbitkan oleh

Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten Bangli termasuk dalam Kawasan Rawan

Bencana Gempa Bumi Menengah.

Ayat (7)

Yang dimaksud kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan-kawasan yang

mempunyai potensi terjadinya gerakan tanah tinggi terutama pada kawasan-kawasan

yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal.

Zona kerentanan gerakan tanah tinggi, berpotensi terjadi pada kawasan dengan

perbukitan yang terjal, karena pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan

gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak, akibat adanya curah

hujan yang tinggi dan dibarengi dengan erosi yang kuat terutama pada kawasan

perbukitan yang terjalSebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli

terdapat di seluruh dinding Kaldera Gunung Batur.

2.3. Dinas-Dinas Yang Terkait Dalam Perlindungan Jalur Hijau Sepanjang

Kawasan Perlindungan Setempat

Pengaturan Terhadap Jalur Hijau Sebagai bagian dari kawasan perlindungan

setempat adapun terdapat badan dan dinas-dinas yang terkait yaitu sebagai berikut :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Tugas Bappeda dalam kaitannya dengan Daerah Jalur hijau dan Kawasan di

sempadan jurang adalah untuk mempersiapakan, menyusun dan melaksanakan

musyawarah perencanaan pembangunan Daerah dan sebagainya pelaksanaan hasil

musyawarah perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Bangli. Dalam hal ini

Bappeda akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk membahas program

61

yang ada guna segera memantau atau mengevaluasi kawasan sempadan jurang, dan

daerah - daerah yang nantinya akan dijadikan sebagai Daerah Jalur Hijau terkait dengan

perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin meningkat, sehingga

jalur hijau yang ada perlu di evaluasi dalam penggunaanya.

2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda)

Tugas Bapedalda terkait dengan Jalur Hijau dalam keterkaitan pembangunan di

sempadan jurang di Jalan Raya Penelokan Kintamani yaitu dengan melaksanakan

pengawasan dan pengendalian terhadap kerusakan lingkungan di Wilayah Kabupaten

Bangli sekaligus Bapedalda yang memberikan pembinaan serta solusi untuk pemecahan

masalah bilamana ditemukan kasus kerusakan lingkungan hidup. Disamping itu

Bapedalda juga melakukan pemantauan, meminta keterangan, mengambil sample dan

memeriksa peralatan/instalansi. Selanjutnya kalau sekitarnya ditemukan kerusakan

lingkungan, maka Bapedalda akan membuat salinan dan dakwaan dan atau membuat

catatan yang diperlukan terutama meminta keterangan dari pihak yang bertanggung

jawab atas usaha/kegiatan. Dari hasil temuan tim pengawas maka, hal tersebut akan

segera ditindak lanjuti untuk memberikan peringatan terhadap masyarakat yang

melakukan kerusakan terhadap lingkungan.

3. Bagian Hukum

Selain itu bagian hukum juga mendokumentasikan, menginfentariskan data

termasuk Peraturan Daerah atau fakta tentang kasus-kasus yang terjadi dan berkembang

tentang pelanggaran Peraturan Daerah serta memberikan bantuan hukum untuk

62

menyelesaikan permasalahan yang terjadi, kemudian semua kegiatan tersebut

dilaporkan kepada Bupati Bangli.

Adapun tugas dari Bagian Hukum adalah :

Menurut Kasub Bantuan Hukum (Ida Bagus widnyana), beliau mengatakan bahwa

bantuan hukum itu diberikan sebagai bagian dari tugas dalam menyelesaikan

sengketa atau masalah yang terjadi di wilayah hukum Pemerintah Kabupaten

Bangli, selain itu tempat untuk media konsultasi bagi instansi terkait sekitarnya

dalam menjalankan tugas ada permasalahan tentang aturan hukumnya.10

4. Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah (BPKAD)

Tugas dari BPKAD terhadap Sempadan Jurang (Jalur Hijau) adalah melakukan

koordinasi dengan instansi terkait untuk melengkapi data yang berkaitan dengan wajib

pajak dan menyampaikan data hasil ekstensifikasi wajib pajak dan instensifikasi pajak

penghasilan orang pribadi dalam Negeri dan pajak penghasilan ke kantor pelayanan

pajak Denpasar. Selanjutnya membuat tim penyusunan pertanggung jawaban anggaran

pendapat dan belanja daerah. Jadi apabila ada lahan/tanah masyarakat yang akan

dijadikan sebagai Jalur Hijau, maka BPKAD dengan instansi terkait akan melakukan

pengecekan terhadap wajib pajak tentang nilai dasar tanah masyarakat untuk dapat

mengetahui jumlah atau besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh masyarakat.

5. Bagian Tata Pemerintahan (Tapem)

Selain itu Bagian Tata Pemerintahan sebagai salah satu bagian yang ada di

Pemerintah Kabupaten Bangli yang Tugasnya adalah melakukan evaluasi dalam hal

perencanaan wilayah yang akan dijadikan sebagai daerah Jalur Hijau yang bekerja sama

dengan instansi terkait. Disamping itu Tata Pemerintahan juga melakukan indentifikasi

10

Wawancara dengan Ida Bagus Widnyana sebagai Kasub Bagian Bantuan Hukum Pemerintah

Kabupaten Bangli,

63

dan mengkoordinasikan kasus-kasus sengketa pertanahan yang timbul, serta upaya

penyelesaiannya menurut tata cara dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

serta menyampaikan informasi dan mengkonsultasikan kasus-kasus atau sengketa

pertanahan nasional dan unsur-unsur penegak hukum yang ada. Misalnya di daerah

Jalur Hijau terjadi perselisihan yang melibatkan masyarakat dengan pemerintah

terhadap tanah yang dimilikinya, maka untuk itu Tata Pemerintahan akan melakukan

identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi guna memberikan solusi dalam

menyelesaikan perselisihan tersebut.

6. Dinas Cipta Karya

Tugas Dinas Cipta Karya khususnya terkait dengan masalah yang terjadi dalam

Penetapan Jalur Hijau di Sempadan Jurang yang terkait dalam Perlindungan setempat

adalah melakukan fungsi kontrol dalam arti bahwa Dinas Cipta Karya melakuan

pengawasan dan mendata terhadap perkembangan bangunan-bangunan yang berada di

kawasan sempadan jurang yang merupakan jalur hijau yang kemudian akan

memberikan peringatan-peringatan kepada masyarakat yang melanggar Peraturan

Daerah yang ada.

Kemudian wewenang dalam penetapan perlindunga setempat Dinas satuan Polisi

Pamong Praja sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), setelah penyidikan

dilakukan oleh Polisi Pamong Praja, maka hasil penyidikan tersebut di sampaika kepada

Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. Keterlibatan

Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal menindak lanjuti pelanggaran Peraturan Daerah

selalu melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk kelancaran pada saat

64

melakukan eksekusi di lapangan, sehingga tindakan penerbitan dilakukan dengan aturan

yang berlaku.

7. Dinas Satuan Polisi Pamong Praja

Tugas Satuan Polisi Pamong Praja kaitannya dengan Sempadan Jurang (Jalur

Hijau) menurut Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Dewa Agung Putra Surya Darma.

S.Sos.,MM.) dalam hal ini Dinas Sat. Pol PP, bertindak sebagai Penyidik Pengawai

Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten untuk melakukan penyidikan

dengan adanya pelanggaran di daerah Sempadan Jurang (Jalur Hijau).11

Kemudian setelah penyidikan dilakukan oleh satuan Polisi Pamong Praja, maka

hasil penyidikan tersebut di sampaikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi

Negara Republik Indonesia. Keterlibatan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menindak

Pelanggaran Peraturan Daerah selalu melakukan koordinasi dengan instansi terkait

untuk kelancaran pada saat melakukan eksekusi di lapangan, sehingga tindakan

penertiban yang dilakuka sesuai dengan aturan yang berlaku.

2.4. Hak dan Kewajiban Pemerintah Kabupaten Bangli terkait dalam Penetapan

Kawasan Perlindungan Setempat

Perkembangan pembangunan yang terjadi di Kota Denpasar pada umumnya dan

Kabupaten Bangli pada khususnya harus tetap dilakukan, tetapi pembangunan yang

dimaksud harus memperhatikan ketentuan-ketentuan atau aturan yang ada, agar

pembangunan tersebut dapat berjalan dengan baik serta manfaatnya dapat dirasakan

11

Wawancara dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kabupaten Bangli, tanggal

19 Mei 2015.

65

oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka agar pembangunan tersebut dapat

berjalan harus ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Kekuatan Komersil, yaitu kekuatan modal untuk membangun wilayah/kota

terutama dari sistem fisik. Kekuatan komersial ini telah menjadi metropolitan,

contoh adanya gedung-gedung jengkung merajalela berdiri dengan megah.

2. Kekuatan massa, yaitu kekuatan rakyat warga kota atau rakyat jelata (secara

ekonomi dan politik) sering kali tidak memiliki kekuatan kecuali pada momen-

momen tertentu. Kekuatan massa ini sering kali dikalahkan dengan kepentingan

komersial, berdirinya gedung-gedung sebagai pusat bisnis sebagai sarana

pemodal untuk meningkatkan keuntungan, telah banyak menelan korban kaum

miskin yang notabene sebagai kekuatan massa menelan alasan pembangunan

kota.

3. Kekuatan kelembagaan, yaitu termasuk didalamnya adalah lembaga legislatif,

eksekutif dan yudikatif. Kekuatan kelembagaan inilah yang mestinya menjadi

aparat yang mampu untuk memelihara kekuatan lain (yaitu kekuatan komersial

dan kekuatan massa) untuk menentukan pembangunan wilayah/kota yang tidak

merugikan warganya.12

Karena itu kebersamaan dari Pemerintah Kabupaten Bangli sebagai kekuatan

yang memadukan dan mengendalikan kekuatan yang lain merupakan tuntutan yang

tidak memaduan dan mengendalikan kekuatan yang lain merupakan tuntutan yang tidak

dapat ditawar tanpa keberanian yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Bangli bukan tidak

mungkin Bangli akan berkembang menjadi wilayah tanpa wibawa. Hal ini menjadi

penting agar nantinya pembangunan yang dilakukan tidak mengorbankan jalur hijau

yang berfungsi memberi keasrian lingkungan terutama dari bangunan-bangunan yang di

12

Kanarji, Mei 2002, Surabaya Hendak Kemana, Jurnal Suroboyo (menuju Metropolitan

Madani), Badan Litbang Edisi Perdana, h. 25.

66

sempadan jurang di Jalan Raya Penelokan Kintamani karena jalur tersebut merupakan

daerah kawasan perlindungan setempat.

Maka dari itu dapat kita lihat hak dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Bangli

sebagai suatu Badan Pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk mewajibkan

sekaligus mengawasi bagi setiap penduduk yang tinggal dan menetap di wilayah Bangli

khususnya di Daerah Penelokan Kintamani dan sekitarnya harus ikut serta menjaga dan

memelihara lingkungan Jalur Hijau tersebut. Disamping itu Pemerintah Kabupaten

Bangli dapat memberikan sanksi tegas. Adapun sanksi yang diberikan terhadap orang

atau badan yang terlibat atau terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang

tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor. 9 Tahun 2013 pada Pasal 116 ayat (1), (2),

(3), (4) yaitu

(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang

ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin tidak sesuai

dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (11),

dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan.

(3) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 105 dapat menuntut ganti kerugian secara perdata

kepada pelaku tindak pidana.

(4) Sanksi pidana yang diberikan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 merujuk pada Pasal 70 sampai Pasal

75 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Sedangkan kewajiban dari Pemerintah Kabupaten Bangli terhadap penetapan

kawasan perlindungan setempat yang terkait dengan Jalur Hijau ini dan sempadan

jurang adalah berkewajiban untuk mengawasi, melaksanakan, dan memanfaatkan

terhadap penggunaan Sempadan Jurang dan Jalur Hijau tersebut, mengawasi maksudnya

67

adalah memantau kondisi perkembangan bangunan yang dimanfaatkan oleh orang atau

badan termasuk mengenai tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh orang atau badan

tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut di atur pada Pasal 77

ayat (2) Tentang kegiatan dan Bangunan yang diperbolehkan, bersyarat atau dilarang di

kawasan sempadan jurang.

Melaksanakan maksudnya menjalankan aturan-aturan dengan tegas terhadap

aturan yang dibuat, memanfaatkan maksudnya menggunakan Jalur Hijau sesuai dengan

peruntukkannya misalnya untuk keperluan dinas dan penghijauan dan lain sebagianya.

Sehingga dengan adanya hak dan kewajiban tersebut diharapkan pihak Pemerintah

Kabupaten Bangli dapat menjaga dan memelihara penggunaan Jalur Hijau di sempadan

jurang di Jalan Raya Penelokan Kintamani dengan sebaik-baiknya.

2.5. Pengawasan Pemerintah Terhadap Penataan Ruang

Dalam Pengawasan Penataan Ruang disebutkan dalam Perda Kab. Bangli

Nomor 9 Tahun 2013 pada Pasal 105 yaitu pada ayat (1) pemerintah melakukan

pengawasan penatapan ruang meliputi kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan

penataan ruang pada ayat (2) pengawasan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) pemerintah melaksanakan tindakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Dalam

hal pengawasan melibatkan peran masyarakat yang dimaksud pada ayat (3) yaitu

mengaympaikan laporan dan pengaduan kepada pemrintah kabupaten/kota akan tetapi

semua ini tidak berjalan sesuai dengan aturan dalam penataan ruang, sedangkan

dilapangan masyarakat semakin banyak melanggar aturan.

68

Selanjutnya dalam Pemantauan dan Evaluasi Penataan Ruang disebutkan dalam

Perda Kab. Bangli No. 9 Th. 2013 pada Pasal 106 yaitu pada ayat (1) Pemantauan dan

evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antara

penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan Peraturan Daerah, ayat (2) Bupati

mengambil langkah penyelesaian sesuai kewenangannya dalam hal pemantauan dan

evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila terdapat bukti-bukti

penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang, da pada ayat (3)

Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, pihak yang

melakukan penyimpangan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Akan tetapi terlihat di lapangan dengan maraknya pembangunan yang

didirikan oleh masyarakat lokal maka dari itu pemerintah dilema dalam pemberian

sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya juga terdapat pengawasan terhadap Penataan Ruang disebutkan

dalam Pasal 107 ayat (1) dalam pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan

penyelenggaraan penataan ruang agar kinerja fungsi dan pemanfaatan penyelenggaraan

penataan ruang dan kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan

ruang. Akan tetapi dalam pengawasan penyelenggaraan untuk pemenuhan kinerja

pemanfaatan ruang belum terselenggara dengan baik karena pembangunan di kawasan

sempadan jurang masih tetap beroprasi, dan semakin bertambah bangunan-bangunan

baru, sehingga pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan

penataan ruang kurang optimal yang dilakukan oleh pemerintah.

69

Selanjutnya pada Pasal 108 pada ayat (1) Pengawasan penataan ruang pada

setiap tingkat wilayah dilakukan berdasarkan pedoman penataan ruang, ayat (2)

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : pengaturan, pembinaan,

dan pelaksanaan penataan ruang, dan pada ayat (3) Tata cara pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.