bab ii tinjauan umum a. pengertian pengadilan dan administrasi...
TRANSCRIPT
22
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Pengadilan dan Administrasi Pengadilan
Pengadilan dalam istilah Inggris disebut court, dan recthbank dalam
bahasa Belanda, yang dimaksud adalah badan yang melakukan peradilan
berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.15
Kata “Peradilan” berasal dari kata “adil” dengan awalan”per” dan
dengan imbuhan “an”. Kata “Peradilan” sebagai terjemahan dari qadha, yang
berarti “memutuskan”, “melaksanakan”, “menyelesaikan” dan adapula yang
menyatakan bahwa umumnya kamus tidak membedakan antara peradilan dan
pengadilan.16
Kata Pengadilan dan Peradilan memiliki kata dasar yang sama yakni
“adil” yang memiliki pengertian:
a. Proses mengadili
b. Upaya untuk mencari keadilan
c. Penyelesaian sengketa hukum di hadapan badan perradilan
d. Berdasar hukum yang berlaku
Administrasi peradilan yang dimaksud adalah segala kegiatan
perkantoran melaksanakan sebagai tugas negara dalam menegakkan hukum
15
Ahmad Fathoni Ramli,Administrasi Peradilan Agama Pola bindalmin dan
Hukum Acara Peradilan Agama dalam Praktek.(Bandung:Mandar Maju. 2013). hlm.2 16
Op cit. hlm. 1. Djalil Basiq
23
dan keadilan dengan cara menerima, memeriksa, mengadili, memutus dan
menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya.17
17
Op cit. hlm.2. Ahmad Fathoni Ramli
24
B. Kompetensi Pengadilan Agama
Kompetensi (wewenang) Penngadilan Agama terdiri dari
kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Kompetensi absolut adalah
kewenangan pengadilan untuk mengadili berdasarkan materi hukum (hukum
materi). Kompetensi relatif adalah kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah
atau daerah. Kompetensi relatif Pengadilan Agama merujuk pada pasal 118
HIR atau pasal 142 R.Bg jo pasal 66 dan pasal 73 undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama berdasarkan pada ketentuan pasal 54
undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yaitu acara yang berlaku pada
lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada
lingkungan peradilan umum.18
Wewenang dan kekuasaan Pengadilan Agama, Pada Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 yakni;
a. Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:19
1) Perkawinan
2) Waris
3) Wasiat
4) Hibah
5) Wakaf
18
Mardani.Hukum AcaraPerdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah.
(Jakarta : Sinar Grafika. 2017) 19
Pasal 49 UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama
25
6) Zakat
7) Infaq
8) Shadaqah; dan
9) Ekonomi syari'ah
b. Mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam
tingkat banding.20
c. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar-Pengadilan Agama di daerah hukumnya.21
d. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum
Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila
diminta.22
e. Memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan
pada tahun Hijriyah.23
f. Ketua pengadilan melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas
hakim.24
g. Ketua pengadilan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
dan perilaku panitera, sekretaris, dan juru sita di daerah hukumnya
Ketua Pengadilan Tinggi Agama melakukan pengawasan terhadap
jalannya peradilan di tingkat pengadilan agama dan menjaga agar
peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.25
20
Pasal 51 UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama 21
Pasal 51 UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama 22
Pasal 52 UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama 23
Pasal 52aUU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama 24
Pasal 53 ayat (1) UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama 25
Pasal 53 ayat (2) UU Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama
26
C. Sistem Administrasi Perkara di Pengadilan Agama
Mahkamah Agung merupakan Pengadilan Negara tertinggi dari
badan peradilan yang berada di dalam keempat lingkungan peradilan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18.26
Badan Peradilan yang di bawah Mahkamah Agung meliputi badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara.27
Administrasi yang dimaksudkan di sini yakni administrasi peradilan
agama, dalam pelaksanaan adimistrasi peradilan agama adanya asas hukum
yang berlaku di lingkungan peradilan agama. Sesuai hukum materil dan
formilnya untuk mengadili perkara yang sesuai dengan kompentensi
pengadilan agama itu sendiri dan sesuai zona wilayah, kemudian berdasarkan
adanya surat Keputusan Ketua Mahakamah Agung Nomor
026/KMA/SK/II/2012 tentang Standar Peradilan dan Peraturan Perudangan
lainnya yang berlaku, maka berlakunya sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) yang menjadi kewajiban Pengadilan Agama untk melaksanakan
sistem PTSP.
Pada prinsipinya, prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama
ditentukan dengan model unit, yang disebut meja I (satu) , meja II (dua),
26
Pasal 20 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman 27
Pasal 25 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
27
meja III (tiga) yang masing-masing unit mempunyai tugas dan tanggung
jawab sendiri-sendiri tetapi berkaitan satu dengan yang lain. Adapun tugas
dari setiap meja yakni ;28
a. Meja I, bertugas;
1. Menerima perkara-perkara (Gugatan, Permohonan, Perlawanan
(Verzet), Derden Verzet, Banding, Kasasi, Permohonan
peninjauan kembali, Ekseskusi, penjelasan dan penaksiran biaya
perkara dan biaya eksekusi)
2. Membuat surat kuasa untuk membayar (SKUM) dalam rangkap
empat dan menyerahkan SKUM tersebut kepada calon
penggugat/pemohon.
3. Menyerahkan kembali surat gugatan/permohonan kepada calon
penggugat/pemohon.
4. Selain tugas penerimaan perkara, maka meja sattu berkewajiban
memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan dengan
perkara yang diajukan.
b. Meja II, bertugas :
1. Menerima surat gugatan/perlawanan dari calon
penggugat/pelawan dalam rangkap sebanyak jumlah
tergugat/terlawan ditambah dua rangkap.
28
Op Cit. Hlm 65 – 69. Ahmad Fathoni Ramli
28
2. Menerima surat permohonan dari calon sekurang-kurangnya
sebanyak dua rangkap.
3. Menerima tindasan pertama SKUM dari calon
penggugat/pemohon/pelawan.
4. Mendaftar/mencatat surat gugatan/permohonan dalam register
yang bersangkutan serta memberi nomor register pada surat
gugatan/permohonan tersebut.
5. Nomor register diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan
oleh pemegang kas (kasir).
6. Menyerahkan kembali satu rangkap surat gugatan /permohonan
yang ttelah diberi nomor register kepada penggugat atau
pemohon.
7. Asli surat gugatan/permohonan dimasukkan dalam sebuah map
khusus dengan melampirkan tindasan SKUM dan surat-surat yang
berhubungan dengan gugatan/permohonan, disampaikan kepada
wakil panitera, untuk selanjutnya berkas gugatan /permohonan
tersebut disampaikan kepada ketua Pengadilan Agama (PA)
melalui penitera.
8. Mendaftar/mencatat putusan PA/PTA/MA dalam semua buku
register yang bersangkutan.
29
c. Meja III, bertugas;
1. Menyerahkan salinan putusan PA/PTA/MA kepada yang
berkepentingan.
2. Menyerahkan salinan penetapan PA kepada pihak yang
berkepentingan.
3. Menerima memori/kontra memori banding/ memori/kontra kasasi,
jawaban/tanggapan peninjauan kembali dan lain-lain.
4. Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas.
Sedangkan Proses prosedur administrasi berperkara di Pengadilan Agama
meliputi ;29
a. Pendaftaran Perkara, meliputi;
1. Pemohon/Penggugat datang menghadap ke Pengadilan Agama
dengan membawa surat gugatan atau permohonan.
2. Pemohon/Penggugat menghadap petugas Meja I dan menyerahkan
surat gugatan atau permohonan.
3. Petugas Meja I (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap
perlu berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir
panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya perkara
diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
29
https://papalembang.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1112
&Itemid=724 diakses Pada 28 november 2019 Pukul 21.00 WIB
30
tersebut, didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006
Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor : 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama, atau bisa berperkara secara Cuma-
Cuma (prodeo).
4. Petugas Meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau
permohonan kepada Pemohon/Penggugat disertai dengan Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) rangkap 3 (tiga).
b. Pembayaran Biaya Perkara
1. Pemohon/Penggugat menyerahkan kepada pemegang kas
(KASIR) surat gugatan atau permohonan tersebut dan Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM).
2. Pemegang kas menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM), membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal
penerimaan perkara dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) dan dalam surat gugatan atau permohonan.
3. Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) kepada Pemohon/Penggugat sebagai dasar penyetoran
panjar biaya perkara ke bank.
4. Pemohon/Penggugat datang ke loket layanan bank dan mengisi
slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip
31
bank tersebut sesuai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya biaya penyetoran.
Kemudian Pemohon/Penggugat menyerahkan slip bank yang telah
diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam slip bank
tersebut kepada teller Bank.
5. Setelah Pemohon/Penggugat menerima slip bank yang telah
divalidasi dari petugas layanan bank, Pemohon / Penggugat
menunjukkan slip bank tersebut dan menyerahkan Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.
6. Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan
kembali kepada Pemohon / Penggugat. Pemegang kas kemudian
memberi tanda lunas dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli
dan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
serta surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan.
5. Pemohon/Penggugat menyerahkan kepada petugas Meja II surat
gugatan atau permohonan serta tindasan pertama Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM).
6. Petugas Meja II mendaftar/mencatat surat gugatan atau
permohonan dalam register bersangkutan serta memberi nomor
register pada surat gugatan atau permohonan tersebut yang
32
diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang
kas.
7. Petugas Meja Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat
gugatan atau permohonan yang telah diberi nomor register kepada
pihak berperkara.
8. Pihak/pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita
pengganti untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan
Susunan Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang pemeriksaan
perkaranya yang disebut penetapan hari sidang (PHS).
c. Menerima Panggilan Sidang
1. Pihak-pihak yang berperkara akan dipanggil oleh jurusita dengan
menghantarkan surat relaas panggilan kealamat pihak yang
berperkara, untuk menghadiri sidang yang telah ditentukan sesuai
PHS.
2. Para pihak datang ke Pengadilan Agama dan kemudian mendaftar
nomor urut sidang di loket pendaftaran antrian dengan
menyerahkan relaas panggilan.
d. Pemeriksaan dalam Sidang
Mekanisme pemeriksaan perkara perdata peradilan Agama yang
dilakukan di depan sidang pengadilan secara sistematik;
33
1. Melakukan perdamaian (mediasi), upaya perdamaian dapat timbul
dari hakim, penggugat/tergugat atau pemoho/termohon.
2. Pembacaan mediasi dilanjutkan pembacaan surat gugatan, majelis
hakim akan membacakan hasil mediasi, jika mediasi berhasil
maka sidang ditutup dan jika tidak berhasil maka dilanjutkan
dengan pembacaan surat gugatan.
3. Jawaban terggugat/termohon, pihak tergugat/termohon diberi
kesempatan untuk membela diri dan mengajukan segala
kepentingannya terhadap penggugat/pemohon melalui majelis
hakim dalam persidangan.
4. Replik dari penggugat/pemohon, penggugat atau pemohon dapat
menegaskan kembali gugatannya/permohonannya yang disangkal
oleh tergugat atau termohon dan juga mempertahankan diri dari
serangan-serangan tergugat/termohon.
5. Duplik dari tergugat/termohon, tergugat/termohon menjelaskan
kembali yang disangkal oleh penggugat.
6. Tahap pembuktian, Penggugat/pemohon mengajukan semua bukti
untuk mendukung dalil-dalil gugatan/permohonan.
7. Tahap kesimpulan, masing-masing penggugat/pemohon maupun
tergugat/termohon mengajukan pendapat akhir tentang akhir
pemeriksaan.
34
8. Tahap pembacaan putusan, Hakim menyampaikan segala
pendapatnya tentang perkara itu dan menyimpulkan dalam amar
putusan, sebagai alat persengketaan, kemudian selanjutnya
pemberian salinan putusan .
Adapun dalam kegiatan administrasi peradilan diperlukan adanya asas
peradilan sebagaimana tercantum dalam pasal 4 ayat (2) UU Nomor 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yakni asas sederhana, cepat
dan biaya ringan. Berlandaskan pasal 4 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009
ini, maka sistem pengadilan yang lebih dulu telah menggunakan sistem
kepaniteraan dengan pola bindalmin dan sistem satu pintu pada administrasi
pengadilan yang telah diterapkan ditambah tuntutan perkembangan zaman,
maka administrasi secara elektronik dilahirakan dan diterpakan.
Dalam pertimbangan Putusan Direktur Jenderal Peradilan Umum,
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 271/DJU/SK/PS01/4/2018
Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik: pada point b
menyatakan, “bahwa sesuai dengan tuntutan dan perkembangna zaman,
mengharuskana adanya pelayanan administrasi perkara di pengadilan secara
lebih efektif dan efesien”.
35
D. Sistem Beracara di Pengadilan Agama Secara E-Court
Pengaturan administrasi perkara di pengadilan Agama secara
elektronik dalam petunjuk pelaksanaan ini berlaku untuk semua jenis perkara
perdata agama yang meliputi :30
a. Pendaftaran
b. Pembayaran, penambahan dan pengembalian panjar biaya erkara
c. Pemanggilan
d. Jawaban
e. Replik
f. Duplik
g. Kesimpulan
h. Pemberitahuan
i. Pengiriman salinan putusan
j. Tata kelola administrasi perkara
Paparan dasar pelaksanaan beracara di Pengadilan Agama secara e-court,
sebagai berikut ;
a. Tata cara pendaftaran perkara
Adapun tata cara mendaftarkan perkara sesuai dengan petunjuk
tekhnis PERMA Nomor 3 Tahun 2018. Pengguna terdaftar
mendaftarakan perakara secara daring melalui aplikasi e-court dengan
tahapan ; 31
30
Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk
Pelaksaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara
Di Pengadilan Secara Elektronik 31
Pasal 9 Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk
Pelaksaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara
Di Pengadilan Secara Elektronik
36
1. Memilih Pengadilan yang berwenang
2. Mendaftarkan surta kuasa khusus
3. Membayar PNBP pendaftaran surat kuasa
4. Mendapatkan Nomor pendaftaran online (bukan nomor perkara)
5. Menginput data para pihak
6. Mengunggah dokumen gugatan/permohonan dan surat persetujuan
prinsipal untuk beracara secara elektronik
7. Mendpatkan perhitungan taksiran biaya panjar (e-SKUM)
8. Melakukan pembayaran panjar biaya perkara
b. Tata cara pembayaran panjar biaya perkara.
Pada aplikasi e-court menyediakan perhitungan panjar biaya
perkara secara otomatis dan mengeluarkan e-SKUM. Adapun
komponen panjar biaya perkara dalam e-court terdiri dari :32
1. Biaya pendaftaran
2. Biaya proses
3. Panggilan penggugat (nihil)
4. Panggilan tergugat x3
5. Materai
6. Redaksi
Adapun nominal panjar biaya perkara dalam e-court ditetapkan
melalui keputusan ketua pengadilan.
c. Tata cara penomoran perkara
Setelah pengguna terdaftar mengajukan pendaftaran perkara
dan membayar perkara secara elektronik, Panitera Muda Gugatan/
Permohonan melakukan proses pengecekkan dengan tahapan: 33
32
Pasal 11 Keputusan DIRJEN Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksaan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik.
37
1. Melakukan login pada aplikasi e-court berdasarkan nama
pengguna (username) dan kata kunci (password) petugas yang
diberikan oleh Administrator SIPP.
2. Mencetak pembayaran dan erkas yang diajukan oleh Penggua
Terdaftar dalam menu pendaftaran perkara baru
3. Memilih klasifikasi perkara,dan
4. Memberi status terverifikasi terhadap pendaftaran perkara baru.
d. Tata cara pemanggilan dan pemberitahuan.
Tata cara pemanggilan dan pemberitahuan yakni dilakukan sebagai
berikut ;34
1) Panggilan disampaikan secara elektronik kepada:
a) Pengguna terdaftar yag telah melakukan pendaftaran
perkara secara elektronik; dan
b) Kuasa hukum tergugat yang telah menyataka
persetujuannya secara tertulis untuk dipanggil secara
elektronik di persidangan
33
Pasal 16 Keputusan DIRJEN Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksaan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik. 34
Pasal 18 Keputusan DIRJEN Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksaan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik.
38
2) Panggilan pertama untuk tergugat dilaksanakan dengan
menggunakan prosedur biasa
3) Panggilan selanjutnya untuk tergugat dapat dilaksanakan
secara elektronik melalui domisili elektronik tergugat yang
telah tedaftar dengan ketentuan;
a) Tergugat hadir pada sidang pertama
b) Tergugat telah mengisi formulir persetujuan perkara secara
elektronik dan menggunkan domisili elektronik melalui
aplikasi e–court
c) Tergugat mendapatkan notifikasi bahwa domisili
elektroniknya telah terdaftar dalam 2x24 jam sejak
selesainya sidang
d) Tergugat harus megubah kata kunci (password) akun
pengguna terdaftar setelah login pertama
e) Tergugat menyerahkan persetujuan prinsipal untuk
beracara secara elektronik
4) Pada hari sidang pertama, pengguna terdaftar harus
menyerahkan surat-surat asli berupa surta kuasa, surat gugatan
dan surat persetujuan prinsipal untuk beracara secara
elektronik.
39
5) Pada hari sidang pertama, hakim menawarkan kepada tergugat
untuk berperkara secara elektronik.
e. Tata cara jawaban, replik duplik, dan/atau kesimpulan.
Para pihak dapat mengirimkan jawaban, replik, duplik,
dan/atau kesimpulan secara elektronik melalui aplikasi e-court.
Dalam hal tergugat tidak setuju berperkara secara elektronik maka
tahap jawab menjawab dan/atau kesimpulan untuk tergugat tidak
dapat dilakukan secara elektronik. Permohonan untuk beracara secara
elektronik dapat dilakukan dalam semua tahapan pemeriksaan perkara
sebelum putusan, sepanjang memenuhi syarat dan ketentuan
penggunaan administrasi perkara secara elektronik.35
E. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Aplikasi E-Court di Indonesia
a. Pengertian E-Court
Aplikasi e-court adalah aplikasi yang digunakan untuk
memproses gugatan/permohonan, pembayaran biaya perkara secara
elektronik, melakukan panggilan sidang dan pemberitahuan secara
elektronik serta layanan aplikasi perkara lainnya yang ditetapkan
35
Pasal 25 Keputusan DIRJEN Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksaan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik.
40
Mahkamah Agung RI. Aplikasi e-court terintegrasi dan tidak
terpisahkan dengan SIPP.36
E-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk
pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara
online, pembayaran secara online, mengirim dokumen persidangan
(Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban) dan Pemanggilan secara
online . Aplikasi e-court perkara diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara secara
online dimana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat
melakukan pendaftaran perkara.37
b. Sejarah Lahirnya Aplikasi E-Court di Indonesia
Kota Minyak/Banua Patra (julukan bagi Kota Balikpapan)
menjadi saksi sejarah lahirnya era baru dalam beracara di Dunia
Peradilan Indonesia. Setelah penantian yang cukup panjang, tepatnya
sejak kali pertama dirancang pada November 2017 hingga
diperkenalkan kepada media pada Juni 2018, akhirnya Mahkamah
Agung Republik Indonesia secara resmi merilis Aplikasi e-Court pada
Hari Jumat 13 Juli 2018. Ibarat air dengan tebing, lahirnya Aplikasi e-
36
Pasal 1 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Administrasi Perkara di Pengadilan SecaraElektronik 37
Mahkamah Agung Republik Indonesia.Buku Panduan E-Court.
(https://ecourtmahkamahagung.go.id. 2018). hlm. 3
41
Court tidak terlepas dari Peraturan Mahkamah Agung Nomor 03
Tahun 2018. Aplikasi e-court merupakan perwujudan dari
implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2018
yaitu Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik. Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 03 Tahun 2018 merupakan inovasi
sekaligus komitmen bagi Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam mewujudkan reformasi di Dunia Peradilan Indonesia (Justice
Reform) yang mensinergikan peran Teknologi Informasi (IT) dengan
Hukum Acara (IT for Judiciary). Peraturan Mahkamah Agung yang
dicetuskan pada Maret 2018 tersebut sangat relevan dengan kondisi
geografis Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki issue
utama dalam Access to Justice. Dengan disahkannya Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2018, hal ini menjadi tonggak awal
dalam revolusi administrasi perkara di pengadilan. Peraturan
Mahkamah Agung ini juga merupakan pondasi dari implementasi
Aplikasi e-Court di Dunia Peradilan Indonesia, sehingga Pengadilan
berwenang untuk menerima pendaftaran perkara dan menerima
pembayaran panjar biaya perkara secara elektronik. Secara
substansial, Peraturan Mahkamah Agung tersebut tidak menghapus
42
ataupun menganulir norma yang berlaku, melainkan menambah
ataupun menyempurnakannya.38
F. Perkara-Perkara yang Menggunakan Prosedur Beracara Secara E-
Court
Aplikasi e-Court di dalamnya terdiri dari modul pendaftaran perkara
secara elektronik (E-Filing), modul pembayaran perkara secara elektronik (E-
Payment), modul Pemberitahuan secara Elektronik (E-Pbt), dan modul
Pemanggilan secara Elektronik (E-Pgl). Adapun di dalam aplikasi E-Filing
dapat digunakan untuk melakukan pendaftaran perkara secara elektronik
dalam perkara gugatan dan/atau permohonan perdata, agama, tata usaha
militer, atau tata usaha negara. Aplikasi ini dapat digunakan untuk melakukan
pendaftaran gugatan dan/atau permohonan sekaligus memasukkan dokumen
elektronik yang apabila kemudian terverifikasi dan diterima secara
prosedural, akan memulai suatu perkara perdata atau untuk memasukkan
dokumen elektronik atas perkara yang sudah ada.39
Pada pasal 2 PERMA
Nomor 3 Tahun 2018 disebutkan bahwa “Pengaturan administrasi perkara
secara elektronik dalam petunjuk pelaksanaan ini berlaku untuk semua jenis
perkara perdata dan perdata khusus”, yang berarti berdasarkan makna pada
38
https://www.ditjenmiltun.net/index.php?option=com_content&view=article&id=
2816:e-court-era-baru-beracara-di-pengadilan&catid=114:umum diakses pada 04 Oktober
2019, Pukul: 08.40 WIB 39
https://ecourt.mahkamahagung.go.id/ (diakses Pada 29 desember 2019. Pukul
10.22 WIB)
43
pasal tersebut Pengadilan Agama diperbolehkan melakukan proses beracara
di persidangan secara e-court terhadap semua perkara yang diajukan
kepadanya sesuai dengan kewenangan.
Pengadilan Agama Palembang merupakan wilayah wewenang
melakukan persidangan melalui e-court. Wilayah kewenangan Pengadilan
Agama merupakan wilayah perdata yang wewenangnya mengadili perkara
dalam bidang sesuai yang disebutkan pada pasal 49 Undang-undang Nomor
50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama, sehingga perkara-perkara
perdata pengadilan Agama yang bisa beracara secara e-court yakni meliputi,
Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah, dan
Ekonomi syari'ah.