bab ii tinjauan umum a. hukum acara pidana 1. …

26
1 BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. Pengertian Hukum Acara Pidana Menurut Simons, Hukum Acara Pidana di sebut juga hukum pidana formal, yang mengatur bagaimana Negara melalui perantara alat-alat kekuasaannya melaksanakan haknya untuk memidanankan dan menjatuhkan pidana, jadi berisi acara pidana. 1 Sedangkan menurut Van Bemmelen dalam bukunya Leerboek van het Nederlandes Srafprocesrecht juga mengemukakan bahwa pada pokoknya hokum acara pidana mengatur hal-hal: 2 1) Diususutnya Kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya undang- undang pidana, oleh alat-alat Negara, yang khusus di adakan untuk keperluan tersebut. 2) Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu. 3) Diikhtiarkan dengan segala daya upaya agar para pelaku dari perbuatan tadi dapat ditangkap, jika perlu ditahan. 4) Alat-alat bukti yang telah di peroleh dan terkumpul hasil pengusutan dari kebenaran persangkaan tadi di serahkan kepada hakim, demikian juga di usahakan agar tersangka dapat dihadapkan kepada hakim. 5) Menyerahkan kepada hakim untuk diambil putusan tentang terbukti tidaknya dari pada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau hukuman apakah yang lalu akan di ambil atau dijatuhkan. 6) Menentukan daya upaya hukum yang dapat digunakan terhadap putusan yang diambil hakim. 7) Putusan yang pada akhirnya di ambil berupa pidana atau tindakan untuk dilaksanakan. 1 Moh. Taufik Makarao dan Suharsil, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 1. 2 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana, 2014), 7.

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

1

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. HUKUM ACARA PIDANA

1. Pengertian Hukum Acara Pidana

Menurut Simons, Hukum Acara Pidana di sebut juga hukum pidana formal,

yang mengatur bagaimana Negara melalui perantara alat-alat kekuasaannya

melaksanakan haknya untuk memidanankan dan menjatuhkan pidana, jadi berisi

acara pidana.1 Sedangkan menurut Van Bemmelen dalam bukunya Leerboek van

het Nederlandes Srafprocesrecht juga mengemukakan bahwa pada pokoknya

hokum acara pidana mengatur hal-hal:2

1) Diususutnya Kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya undang-

undang pidana, oleh alat-alat Negara, yang khusus di adakan untuk

keperluan tersebut.

2) Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu.

3) Diikhtiarkan dengan segala daya upaya agar para pelaku dari

perbuatan tadi dapat ditangkap, jika perlu ditahan.

4) Alat-alat bukti yang telah di peroleh dan terkumpul hasil pengusutan

dari kebenaran persangkaan tadi di serahkan kepada hakim, demikian

juga di usahakan agar tersangka dapat dihadapkan kepada hakim. 5) Menyerahkan kepada hakim untuk diambil putusan tentang terbukti tidaknya

dari pada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau hukuman apakah yang lalu akan di ambil atau dijatuhkan.

6) Menentukan daya upaya hukum yang dapat digunakan terhadap putusan

yang diambil hakim. 7) Putusan yang pada akhirnya di ambil berupa pidana atau tindakan untuk

dilaksanakan.

1 Moh. Taufik Makarao dan Suharsil, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 1. 2 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana,

2014), 7.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

2

Menurut Wirjono Prodjodikoro, mantan Ketua Mahkamah Agung, hukum

acara pidana berhubungan erat dengan adanya hukum pidana dan merupakan

suatu rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badanbadan pemerintah

yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan bertindak guna

mencapai tujuan Negara dengan mengadakan hukum pidana.3

Menurut Eddy O.S. Hiariej, hakikatnya hukum acara pidana memuat

kaidah-kaidah yang mengatur tentang penerapan atau tata cara Antara lain

penyelidikan, penyidikan, penuntutan pemeriksaan di depan persidangan,

pengambilan putusan oleh pengadilan, upaya hukum, dan pelaksanaan penetapan

atau putusan pengadilan, maka, pengertian hukum acara pidana dapat dirumuskan

sebagai hukum yang mengatur kaidah dalam beracara diseluruh proses peradilan

pidana, sejak tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

didepan persidangan, pengambilan keputusan oleh pengadilan, upaya hukum dan

pelaksanaan penetapan atau putusan pengadilan dalam upaya mencari dan

menemukan kebenaran materil.4

KUHAP, Sebagaimana ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, pada dasarnya tidak memberikan pengertian yuridis

yang baku, Namun menurut Eddy O.S. Hiariej, KUHAP berisi tata cara atau

proses terhadap seseorang yang melanggar hukum pidana. Pernyataan tersebut

sangatlah benar. Sebab, seseorang melakukan pelanggaran hukum pidana (hukum

pidana materiil) tidaklah berakhir dengan selesainya perbuatan pidana tersebut,

3 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, 7.

4 Eddy O.S. Hiariej, Hukum Acara Pidana, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,

2017), 1.6-1.7.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

3

namun ada proses dan prosedur hukum yang wajib dilalui oleh pelaku tindak

pidana setelahnya. Proses dan prosedur itulah yang dinamakan dengan Hukum

Acara Pidana. Jadi, hukum acara pidana bersifat pasif, ia tidak akan bekerja kalau

sebelumnya tidak ada pelanggaran hukum pidana.5

2. Fungsi Dan Tujuan Hukum Acara Pidana

Setiap peraturan perundang-undang yang di buat manusia selamanya

mempunyai Fungsi dan tujuan tertentu, fungsi hukum pidana formal atau hukum

acara pidana adalah melaksanakan hukum pidana materiil, artinya memberikan

peraturan cara bagaimana Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat

mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau membebaskan pidana. Menurut

Bambang Poernomo6, tugas dan fungsi hukum acara pidana melalui alat

perlengkapannya ialah:

1) Untuk mencari dan menemukan fakta menurut kebenaran.

2) Menerapkan hukum dengan keputusan berdasarkan keadilan.

3) Malaksanakan keputusan secara adil.

Menurut Djisman samosir, fungsi hukum hukum acara pidana adalah sebagai

pegangan bagi polisi dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan,

penangkapan, dan penahanan serta pembuatan berita acara pemeriksaan,

pegangan bagi jaksa untuk melakukan penahanan, penyusunan dakwaan, dan

penuntutan, pegangan bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan dan

5Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana, Teori, Asas Dan

Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, (Malang: Setara Press, 2019), 4. 6 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, 8.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

4

menjatuhkan putusan, bahkan pegangan bagi penasihat hukum didalam

melakukan tugasnya sebagai pembela. Dengan demikian, fungsi hukum acara

pidana sangat penting karena mengatur perlindungan atas harkat dan martabat dari

tersangka atau terdakwa, dan juga mengatur hak dan kewajiban para penegak

hukum.7

Menurut R. Abdoel Djamali, Hukum acara atau hukum formal fungsinya

menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan hukum materil

melalui suatu proses dengan berpedomankan kepada peraturan yang dicantumkan

dalam hukum acara. Artinya, hukum acara itu baru berfungsi kalau ada masalah

yang dihadapi individu-individu. Masalah itu perlu di selesaikan secara adil untuk

memperoleh kebenaran.

Begitu halnya dengan hukum acara pidana, ia memiliki tujuan yang

hendak dicapai. KUHAP lahir dalam rangka mewujudkan cita-cita hukum

nasional, yakni memiliki undang-undang hukum acara pidana baru yang memiliki

ciri kodifikatif dan unifikatif berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar

1945.

Menurut Van Bemelen8, tujuan hukum acara pidana sejalan dengan fungsi

hukum yaitu mencari dan menemukan kebenaran, pemberian keputusan oleh

hakim, dan pelaksanaan putusan. Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP, telah

dirumuskan mengenai tujuan hukum acara pidana yakni:

7 Djisman Samosir Dalam Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana,

Teori, Asas Dan Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, 6. 8 Eddy O.S. Hiariej, Hukum Acara Pidana, 1.11.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

5

Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana

dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat ,

dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat di dakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, Selanjutnya meminta pemeriksaan dan

putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak

pidana telah dilakukan dan apakah orang yang di dakwa itu perlu di

persalahkan.

Menurut M. Yahya Harahap, landasan atau garis-garis tujuan yang hendak

dicapai KUHAP pada dasarnya dapat ditelaah pada huruf c konsiderans, yang

berbunyi, “Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang

hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya

dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai

dengan fungsi dan wewenang masing-masing; kearah tegaknya hukum, keadilan,

dan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta

kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.9

Menurut Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim dalam bukunya tujuan

hukum acara pidana pada prinsipnya untuk mengekang kebebasan aparat penegak

hukum dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kebebasan yang di kekang disini

adalah kebebasan yang bisa mengarah kepada kesewenang-wenangan. Sehingga,

Proses g. Lebih lagi hukum acara pidana sangat menjaga perampasan terhadap

hak asasi manusia sesepenegakan hukum tetap berjalan pada prosedur yang telah

di tetapkan oleh undang-undanorang.10

9 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 58-59. 10

Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana, Teori, Asas Dan

Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, 8.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

6

3. Asas-Asas Hukum Acara Pidana

Pada dasarnya asas-asas dalam hukum acara pidana dapat dibagi dua, yaitu

asas-asas yang menyangkut peradilan dan asas yang menyangkut peradilan dan

asas yang menyangkut perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat

manusia (hak-hak asasi manusia). Adapun Asas-asas yaitu:11

1) Perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan

tidak mengadakan pembedaan perlakuan. Asas ini di sebut juga

dengan istilah asas isonamiah atau equality before the law.

2) Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya

dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang di berikan

wewenang oleh undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan cara

yang di atur dengan undag-undang.

3) Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau

dihadapkan dimuka pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai

adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan

memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Asas ini lazimnya disebut

asas presumption of innocence.

4) Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili

tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan/atau karena

kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan, wajib

11Jumanah dan Paisol, Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2017), 79-80.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

7

diberi ganti kerugian dan rehabilitas sejak tingkat penyidikan dan para

pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya

menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana,

dan/atau dikenakan hukum administrasi

5) Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya

ringan serta bebas, jujur, dan tidak memihak harus diterapkan secara

konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan. Asas ini dikenal sebagai

asas contente justitie serta fair trial.

6) Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan

memperoleh bantuan hukum yang semata mata diberikan untuk

melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.

7) Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau

penahanan selain wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum apa

yang didakwakan kepadanya, juga wajib diberitahu haknya itu

termasuk hak untuk dihubungi dan meminta bantuan penasihat

hukum.

8) Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa.

9) Siding pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali

dalam hal yang di atur dalam undang-undang.

10) Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana

dilakukan oleh ketua pengadilan negeri yang ber sangkutan.

B. TERSANGKA DAN HAK TERSANGKA

1. Pengertian Tersangka

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

8

Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 1

butir 14 KUHAP). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa tersangka masih

pada tingkat pemeriksaan penyidik (Polisi).12

Dengan demikian, Tersangka merupakan seseorang yang menjalani

pemeriksaan permulaan, dimana salah atau tidaknya tersangka harus dilakukan

dalam proses peradilan yang jujur dengan mengedepankan asas persamaan

dihadapan hukum.

2. Hak Tersangka

Tersangka atau terdakwa diberikan seperangkat hak-hak oleh KUHAP mulai

dari pasal 50 sampai dengan pasal 65 dan pasal-pasal lainnya. Hak itu meliputi

berikut ini:

a. Hak untuk segera di periksa, diajukan kepengadilan dan di adili (Pasal 50

Ayat (1), (2), (3) KUHAP).

1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan

selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum.

2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan

oleh penuntut umum.

3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

12

Moh. Taufik Makarao dan Suharsil, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek

hlm. 13.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

9

Rumusan Pasal 50 KUHAP sangat jelas menyebutkan kata “segera

mendapatkan pemeriksaan” dari pejabat yang berwenang pada tingkat penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan. Konsekuensi dari ketentuan Pasal 50

KUHAP maka penjabat yang berwenang melakukan pemeriksaan tidak

dibenarkan menunda pemeriksaan tanpa dasar hukum yang kuat. Semua perkara

yang ditangani secepatnya berkepastian hukum sehingga status para tersangka

atau terdakwa terutama yang dikenakan penahanan menjadi jelas.13

b. Hak untuk mengetahui dengan jelas dan Bahasa yang dimengerti olehnya

tentang apa yang di sangkakan dan apa yang di dakwakan (Pasal 51 butir a

dan b KUHAP).

a) Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam Bahasa

yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya

pada waktu pemeriksaan dimulai;

b) Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam Bahasa

yang dimengerti olehnya tentang apa yang di dakwakan

kepadanya.14

c. Hak Untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan

hakim (Pasal 52).

Pasal 52 KUHAP yaitu “dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan

pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara

13 Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, (Jakarta: Pranamedia Group, 2016), 126. 14 Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT Grasindo, 2017),

740.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

10

bebas kepada penyidik atau hakim”15

dalam Pasal 52 KUHAP menyatakan bahwa

supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang tidak menyimpang daripada yang

sebenarnya maka tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh

karena itu, wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau

terdakwa.

Tersangka mempunyai hak-hak sejak ia mulai diperiksa. Salah satu hak yang

menimbulkan pro dan kontra dari sarjana hukum ialah 16

hak tersangka atau

terdakwa untuk memilih menjawab atau tidak menjawab pertanyaan baik oleh

penyidik, penuntut umum maupun oleh hakim, sering ketentuan ini di pandang

pencerminan dari asas akusator (accusatoir) yang telah di kemukakan dimuka.

d. Hak untuk mendapat juru Bahasa (Pasal 53 Ayat 1).

1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka

atau terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru Bahasa

sebagaiman dimaksud dalam pasal 177.

2) Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu/atau tuli diberlakukan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 KUHAP.

Pasal 178 KUHAP

1) Jika terdakwa atau saksi bisu dan/atau tuli serta tidak dapat

menulis, hakim ketua sidang mengangkat sebagai penerjemah

orang yang pandai bergaul dengan terdakwa atau saksi itu.

15 Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 740. 16 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hlm.

67.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

11

2) Jika terdakwa atau saksi bisu dan/atau tuli tetapi dapat menulis,

hakim ketua sidang menyampaikan semua pertanyaan atau teguran

kepadanya secara tertulis dan kepada terdakwa atau saksi tersebut

diperintahkan untuk menulis jawabannya dan selanjutnya semua

pertanyaan serta jawaban harus dibacakan.

Ketentuan yang sama terdapat dalam Pasal 53 KUHAP yang menyatakan

bahwa tidak semua tersangka atau terdakwa mengerti bahasa Indonesia dengan

baik, terutama orang asing, sehingga mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya

disangkakan atau didakwakan. Oleh karena itu, meraka berhak mendapat bantuan

juru bahasa.

e. Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan

(Pasal 54 KUHAP).

Pengaturan yang lebih tegas mengenai pemberian bantuan hukum kepada

tersngka atau terdakwa, di atur dalam BAB VI KUHAP pasal 54 yang

menentukan: Guna kepentingan pembelaan diri, tersangka atau terdakwa berhak

mendapatkan bantuan hukum oleh seorang atau lebuh penasihat hukum selama

dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang di

tentukan dalam undang-undang ini. Penunjukan penasihat hukum yang dimaksud

dalam pasal ini, di serahkan kepada tersangka atau terdakwa untuk memilih

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

12

sendiri siapa yang akan menjadi penasihat hukumnya melalui sebuah surat

kuasa.17

Hak dari tersangka pidana untuk mendapatkan pembelaan hukum merupakan

suatu hak fundamental yang dijamin oleh hukum dan negara kepada tersangka

dari suatu tindak pidana untuk mendapatkan pembelaan hukum dari seorang

pembela yang terakreditasi, berlaku terhadap seluruh proses hukum pidana,

sehingga tersangka pidana tersebut tidak dirugikan haknya dalam proses hukum

tersebut dan dapat menjalankan proses hukumnya secara yang tidak merugikan

dirinya sehingga tercapai suatu ketentuan hukum berkeadilan baik bagi dirinya

sendiri, bagi korban kejahatan, maupun bagi seluruh masyarakat. Dalam hal-hal

tertentu, bahkan pemerintah maupun profesi advokat harus menyediakan dan/atau

menawarkan bantuan hukum cuma-cuma terhadap tersangka pidana tertentu.18

f. Wajib mendapatkan bantuan bukum yang ditunjuk oleh pejabat bagi yang

di ancam hukuman mati, atau lima belas tahun, atau bagi yang tidak

mampu diancam lima tahun atau lebih, dengan biaya cuma-cuma (pasal

56).

Ketentuan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP tersebut, mempertegas bahwa

Negara dalam hal ini penyidik, penuntut umum, hakim, wajib menunjuk penasihat

hukum apabila yang menjadi tersangka atau terdakwa dalam perkara yang di

tanganinya di sangka atau di dakwa melakukan tindak pidana yang diancam

pidana mati, diancam pidana penjara lima belas tahun atau lebih, diancam pidana

17 Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, 134. 18 Munir Fuady, Hak Asasi Tersangka Pidana (Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), 27.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

13

lima belas tahun atau lebih yang tersangka atau terdakwanya dari keluarga tidak

mampu. Bantuan hukum itu bersifat cuma-cuma, artinya tersangka atau terdakwa

tidak perlu mengeluarkan biaya berupa honorarium kepada nasihat hukum, biaya

seluruhnya ditanggung oleh Negara.19

g. Hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk

menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya (pasal 57)

Setiap tersangka mempunyai hak untuk menghubungi dan berbicara dengan

perwakilan negaranya ataupun dengan penasihat hukumnya apalagi jika

hukumannya di ancam pidana mati atau hukuman lima belas tahun penjara atau

terdakwanya tidak mampu.ini berdasarkan pasal 57 yakni:

1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak

menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketetntuan undang-

undnag ini.

2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan

penahan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan

negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.

h. Hak menghubungi dokter bagi yang ditahan (pasal 58)

Hak para tersangka dan terdakwa ataupun tahanan berhak menerima atau

memperoleh kesehatan, sama halnya orang yang tidak di tahan ini ditegaskan

dalam pasal 58 sebagai berikut:

19

Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, 135-136.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

14

“Tersangka atau terdakwa yang di kenakan penahanan berhak

menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk

kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses

perkara maupun tidak”.20

i. Hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau orang lain yang serumah

(pasal 60 dan 61).

Secara Yuridis, tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan

memiliki hak untuk menerima kunjungan pihak keluarga atau pihak lain.

Kunjungan itu boleh berkaitan dengan kepentingan pemeriksaan perkara,

misalnya untuk kepentingan mempersiapkan pengajuan pemohonan penangguhan

atau pengalihan penahanan dan untuk mendapatkan bantuan hukum ataukah untuk

kepentingan pekerjaan dan kekeluargaan. Jaminan hal tersebut diatur dalam Pasal

60 dan Pasal 61 KUHAP. Pasal 60, menentukan:21

Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari

pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan

tersangka atau terdakwa guna mendapatkan jaminan bagi penangguhan

penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.

Adapun Pasal 61 menentukan:

Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaran

penasihat hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak

keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya perkara tersangka atau

terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan.

20

Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 741. 21

Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, 140-141

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

15

j. Hak untuk berhubungan surat-menyurat dengan penasihat hukumnya

(pasal 62).

Seorang tersngka berhak melakukan hubungan surat menyurat dengan

penasihat hukum ataupun pihak keluarga, itu telah di tetapkan dalam Pasal 62

sebagai berikut:

1) Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat

hukumnya, dan menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak

keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk keperluan bagi

tersangka atau terdakwa disediakan alat tulis-menulis.

2) Surat-menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat

hukumnya atau sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut

umum, hakim, atau pejabat rumah tahanan negara kecuali jika terdapat

cukup alasan untuk diduga bahwa surat-menyurat itu disalahgunakan.

3) Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa ditilik atau diperiksa oleh

penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal

itu diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan surat tersebut

dikirim kembali kepada pengirimnya setelah dib742ubuhi cap yang

berbunyi “telah ditilik”.

k. Hak untuk menghubungi atau menerima kunjungan rohaniawan (pasal 63)

”Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima

kunjungan dari rohaniwan”.Selain mendapat kunjungan rohanian

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

16

tersangka atau terdakwa juga berhak diadili secara terbuka

dipengadilan.22

l. Hak untuk mengajukan saksi dan ahli yang menguntungkan (a de charge)

(pasal 65).

Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan diri mengajukan saksi

dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan

yang menguntungkan bagi dirinya. Jadi telah jelas bahwa seorang tersangka atau

terdakwa sangat berhak mengajukan saksi atau ahli yg bisa menguntungkannya.

m. Hak menuntut ganti kerugian dan Rehabilitas (pasal 68)

Hak atas ganti kerugian dan rehabilitas dijabarkan lebih lanjut dalam

ketentuan KUHAP. Selain memberikan pengertian tentang ganti kerugian dalam

Pasal 1 butir 22 KUHAP dan pengertian rehabilitas dalam pasal 1 butir 23

KUHAP, juga di tegaskan mengennai hak atas ganti kerugian dalam Pasal 95 dan

Pasal 96 KUHAP serta hak rehabilitas dalam pasal 97 KUHAP. 23

Pasal 1 angka 22 KUHAP merumuskan Pengertian ganti kerugian:

Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas

tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan,

dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau

karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Adapun Pasal 1 angka 23 KUHAP merumuskan Pengertian rehabilitas:

22

Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 742. 23

Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, 143-144.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

17

Hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan,

kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat

penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut

ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan dengan undang-undang atau

karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut

cara yang di atur dalam undang-undang ini.24

Pengertian ganti kerugian dan rehabilitas sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 1 angka 22 dan angka 23 KUHAP, memperjelas mengenai hak tersangka

atau terdakwa yang di kenakan penahanan secara tidak sah. Hak yang dimaksud

berupa pemenuhan imbalan sejumlah uang sebagai akibat dari kerugian baik

materiel maupun non materiel yang dialami oleh tahanan. Selain imbalan uang,

tersangka atau terdakwa yang ditahan secara tidak sah juga berhak menuntut agar

kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya sebagai manusia di

pulihkan sebagaimana yang lekat pada dirinya sebelum dikenakan penahanan.

C. PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

1. Pengertian Penyelidikan

Pasal 1 butir 5 mencantumkan:

“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini”.25

Dengan perkataan lain, penyelidikan dilakukan sebelum penyidikan. Perlu

digaris bawahi kalimat mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga

24 Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 720. 25

Tim Redaksi Grasindo, KUHper, KUHP dan KUHAP, 717.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

18

sebagai tindak pidana. Sasaran “Mencari dan menemukan” tersebut adalah “suatu

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana”. Dengan perkataan lain “mencari

dan menemukan” berarti penyelidik berupaya atas inisiatif sendiri untuk

menemukan peristia yang diduga sebagai tindak pidana. Akan tetapi, dalam

kenyataan sehari-hari biasanya penyelidik/penyidik baru melaksanakan tugasnya

setelah adanya laporan/pengaduan dari pihak yang dirugikan.26

Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan.

Akan tetapi harus di ingat, bahwa penyelidikan bukanlah tindakan yang berdiri

sendiri terpisah dari fungsi penyidikan, penyelidikan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari fungsi penyidikan, penyelidikan salah satu metode atau cara dari

fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan yang berupa

penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat,

pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut

umum. Jadi, sebelum dilakukan tindak penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan

oleh pejabat penyelidik. Dengan maksud dan tujuan mengumpulkan bukti

permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan.27

Setelah ditelusuri dan dipastiakan bahwa informasi yang dilaporkan, diadukan,

atau diketahui tersebut benar-benar merupakan peristiwa pidana, maka ada

kewajiban dari penyelidik untuk meningkatkan status pemeriksaan penyelidikan

ketahap penyidikan. Peningkatan status penyidikan ini biasanya ditandai dengan

diterbitkanya surat perintah penyidikan (Sprindik).

26

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan & Penyidikan),

(Jakarta, Sinar Grafika, 2011), 6. 27

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan, 101.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

19

2. Pengertian Penyidikan

Pada Pasal 1 butir 2 tecantum

“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi

dan guna menemukan tersangkanya”.

Berdasarkan Rumusan diatas, tugas utama penyidik adalah:

Mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut

membuat terang tindak pidana yang terjadi;

Menemukan tersangka.28

Penyidikan dalam Bahasa belanda sama dengan opsporing. Sementara dalam

Bahasa Inggris disebut “Invetigation”. Menurut de pinto, menyidik (opsporing)

berarti “Pemerikasaan oleholeh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh

undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar

yang sekedar beralasan bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum”.

Menurut M. Yahya Harahap, Pengertian Penyidikan adalah suatu tidak

lanjut dari kegiatan penyelidikan dengan adanya persyaratan dan pembatasan yang

ketat dalam penggunaan upaya paksa setelah pengumpulan bukti permulaan yang

28 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan & Penyidikan),

(Jakarta, Sinar Grafika, 2011), 11.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

20

cukup guna membuat terang suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak

pidana.29

Menurut Ramadhan Kasim dan Apriyanto Nusa dalam bukunya, bahwa

filosofi tindakan penyidikan esensinya untuk mencari dan mengumpulkan bukti,

yang dengan bukti tersebut ditemukan siapa tersangkanya. Dalam praktik, ini

sering terjadi kesalahan. Tidak sedikit penerbitan Surat perintah penyidikan

(Sprindik) yang menunjukan baru dimulainya penyidikan, sudah diawali atau

bersamaan dengan pengumuman tersangka. Padahal, penetapan tersangka tersebut

berada diakhir proses penyidikan dan bukan diawal.30

3. Kewenangan Kepolisan dalam Penyelidikan Dan Penyidikan

Dalam rangka menyelengggarakan tugas sebagai penegak hukum khususnya

dalam proses pidana, kepolisian memiliki kewenangan sebagai penyelidik dan

penyidik, kewenangan ini di pertegas dalam pasal 16 Undang-undang Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pasal 6 Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana.31

Kewenangan pasal 4 KUHAP mengarah kepada tindak pidana penyelidikan

untuk tindakan pidana umum, adapun kewenangan penyelidik antara lain:

29

Eddy O.S. Hiariej, Hukum Acara Pidana, 2.8. 30

Apriyanto Nusa dan Ramadhan Kasim, Hukum Acara Pidana, Teori, Asas Dan

Perkembangannya Pasca Putusan Kosntitusi, 60-61. 31

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan & Penyidikan),

(Jakarta, Sinar Grafika, 2011), 207.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

21

a. Karena kewajibannya

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana.

2) Mencari keterangan dan barang bukti.

3) Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri.

4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

b. Atas perintah penyidik bisa melakukan tindakan berupa:

1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan

penyitaan.

2) Pemeriksaan dan penyitaan Surat.

3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

4) Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penyidikan, penyelidik setelah

melaksanakan tugasnya melaporkan hasilnya kepada penyidik, laporan penyelidik

tersebut harus dalam bentuk tertulis sehingga menjadi alat kontrol dan pembinaan

terhadap penyelidik.32

Penyidik diberikan Kewenangan-kewenangan melaksanakan kewajibannya

pada pasal 7 KUHAP yang bunyinya sebagai berikut:

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena

kewajibanya mempunyai wewenang;

32

Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, 209.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

22

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

e. Melakukan penyitaan dan pemeriksaan surat;

f. Mengambik sidik jari dan memotret seseorang;

g. Mengambil orang untuk di dengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

h. Mendatangkan orang ahli yang di perlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

i. Mengadakan penghentian penyidikan;

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

D. HAK TERSANGKA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM.

Hak asasi manusia dalam Islam telah ada dalam Al-Quran dan masyarakat

pada zaman nabi Muhammad SAW. Hak asasi manusia dalam Islam tertuang

secara jelas untuk kepentingan manusia, yaitu lewat Syari’ah Islam yang

diturunkan melalui wahyu. Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar

tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.

Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan mempunyai

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

23

kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia

atas manusia lainnya hanya di tentukan oleh tingkat ketakwaannya.33

Pada hakikatnya, jaminan dan perlindungan HAM dalam Islam bukan

sekedar wacana tetapi sudah sangat jelas, pasti, dan sempurna. Jaminan dan

pengakuan HAM dalam Islam tidak hanya ditunjukan kepada kaum Muslim,

tetapi untuk seluruh umat manusia (rahmatan lil’alamin). Konsepsi HAM dalam

Islam tidak terbatas pada persoalan duniawi tetapi juga meliputi hal-hal uhrawi,

sehingga aturan-aturan tentang HAM diseimbangkan dengan kewajiban dasar

manusia.34

Kebenaran Al-Qur’an sebagai pengatur tata kehidupan umat manusia

ditegaskan dalam surah al-Baqarah ayat 235

yang berbunyi sebagai berikut:

ذلك الكتاب ل ريب فيو ىدى للمتقي

Ayat diatas menerangkan bahwa Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan

padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

Asas Praduga tidak bersalah berkaitan dengan perlindungan hak tersangka

dalam hukum pidana Islam ini lebih tepatnya berupa asas yang menyatakan bahwa

seseorang harus tetap dianggap tidak bersalah sebelum di putuskan oleh majelis

hakim dalam sidang pengadilan bahwa yang bersangkutan telah nyata bersalah

tanpa ada unsur keraguan. Dalam hal ini, tanpa ada unsur keraguan. Dalam hal ini

tampaknya Asas praduga tak bersalah ini lebih dekat dengan aturan dalam Islam

33 Hafniati, “Hak Asasi Manusia Dalam Islam”, (Jurnal, Fakultas Agama Islam

Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, 2018), 269. 34

Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami Perlindungan HAM dalam

Proses Penahanan di Indonesia, 51. 35 Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 2. (Al-Qur’an dan Terjemahnya)

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

24

bahwa seseorang tidak di benarkan meneliti kesalahan orang lain kecuali memang

dia ditugaskan untuk melakukannya seperti polisi, jaksa, atau hakim yang

bertugas menegakkan keadilan. Diluar dari ketiganya, apalagi jika hanya secara

personal, seorang Muslim tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan pihak lain. Ini

berdasarkan firman Allah berikut:36

” (QS. Al-Hujurat (49): 12)

سوا ول ي غتب ب عضكم ي أي ها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن ب عض الظن إث ول تستا فكرىتموه ب عضا ب أحدكم أن يكل لم أخيو مي إن الل ت واب رحيم وات قوا الل أي

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang

suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah

kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

(QS. Al-Hujurat (49): 12).

Dalam surah ini menerangkan agar orang tidak melakukan purba-sangka atau

kecurigaan dengan orang lain, dan tidak mencari keburukan dari orang lain

ataupun menggunjingkan kesalahan orang lain.

Perlindungan HAM dalam Islam dikenal dengan lima prinsip pokok (Ushul

Khamzah) yang harus dijaga dan dipelihara karena merupakan jaminan HAM.

kelima prinsip pokok ini antara lain:

36 Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), 18.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

25

a. Hafidz al-din, yaitu perlindungan atas hak dan kebebasan, meyakini agama

tertentu dan menjalankannya dalam kehidupan sehari hari.

b. Hafidz al-nafs (Hak Hidup), Yaitu Perlindungan atas hak hidup makhluk

Tuhan yang ada di permukaan Bumi. Setiap manusia mempunyai

kewajiban untuk melindungi nyawa orang lain agar tetap tumbuh dan

berkembang secara layak dan terbebas dari intimidasi dan ancaman yang

dapat menghilangkan nyawa seseorang. Oleh karenanya setiap manusia

mempunyai hak mendapatkan perlindungan jiwa dari segala ancaman yang

membahayakan.

c. Hafidz al-mal (Hak Milik), Yaitu Perlindungan atas hak milik Seseorang

yang berupa harta benda atau properti, kesejahteraan kolektif dan individu

merupakan dua hak yang saling mengisi bukan bersaing dan kontradiksi,

sehingga islam mendorong adanya kerja sama Antara keduanya sehingga

berkembang interaksi yang erat Antara personal. Kebaikan individu

merupakan kebaikan kelompok, kemakmuran masyarakat mencerminkan

kemakmuran individu. Islam juga memiliki segala jenis kekayaan yang di

peroleh secara legal dan halal.

d. Hafidz al-aql (Hak Kebebasan Berpikir), Yaitu perlindungan atas hak

dasar berpikir, berkreasi, berekspresi, berpendapat, dan berbagai macam

aktivitas ilmiah.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM A. HUKUM ACARA PIDANA 1. …

26

e. Hafidz al llrdh Wa al-nash (Hak privacy), Yaitu perlindungan atas hak

yang bersifat privacy, Seperti jaminan dan perlindungan atas profesi,

Kehormatan dan perlindungan atas profesi, kehormatan, keturunan, dan

keluarga yang hidup lebih baik dan berkualitas.37

Kelima prinsip bermasyarakat tersebut merupakan implementasi dari

prinsip humiyah, Yaitu jaminan Islam kepada manusia untuk mendapatkan

dan mengekpresikan hak-hak kemanusian. Kelima prinsip ushul khamzah

pada masa Rasulullah telah ditetapkan sebagai maqasidus syari’ah (tujuan-

tujuan yang akan mewujudkan oleh syariah). Kalau hak-hak dasar ini tidak

terpenuhi, maka tidak akan tercapai kemaslahatan di dunia dan akhirat.

37 H.S. Baharuddin Dalam Ruslan Renggong, Hukum Acara Pidana: Memahami

Perlindungan HAM dalam Proses Penahanan di Indonesia, 51-52.