hukum acara pidana i (2014)

Upload: tinyhand

Post on 02-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    1/216

    ( 2 SKS : 1 X TATAP MUKA / MINGGU )

    Oleh:Muchamad Iksan, SH, MH

    FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2014/2015

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    2/216

    KONTRAK BELAJAR

    1. Presensi Kehadiran Mahasiswa minimal 75 % darikehadiran Dosen (14-16 Kali);

    2. Toleransi Keterlambatan Dosen & mahasiswa max. 15

    Menit, kecuali dosen ada tugas dinas;3. Berpakaian rapi (dilarang pakai sandal & kaos

    oblong); khusus wanita, memakai jilbab >>Keputusan Dekan);

    4. Dilarang menggunakan HP saat perkuliahan, apabila

    sangat penting, bisa minta ijin keluar kelas.Pelanggaran terhadap ketentuan ini alternatif dari: 1)HP disita selama 1 semester; 2) dicoret dari

    kepesertaan mengikuti mata kuliah HAP 1;

    5. ??

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    3/216

    LITERATUR Hukum Acara Pidana di Indonesia.Andi Hamzah. Sinar Grafika. 2001

    Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUH AP, Penyidikan dan Penuntutan,YahyaHarahap, Sinar Grafika, 2002.

    Hukum Acara Pidana dalam Praktek. Darwan Prints, Djambatan, 2002.

    Kemahiran dan Ketrampilan Praktik Hukum Pidana, Adami Chazawi, Bayumedia, 2006.

    Wawasan Penegakan Hukum. Siswanto Sunarso, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2005.

    Hukum Acara Pidana,Bismar Siregar. 1985.

    Sistem Peradilan Berwibawa, Suatu Pencarian, Bagir Manan, 2005.

    Perlindungan HAM dalam KUHAP,Andi Hamzah, Bina Cipta, 1985.

    Kapita Selekta Hukum Acara Pidana Indonesia, Muladi, UNDIP, Semarang. 1995.

    Sistem Peradilan Pidana, Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionisme. Romli Atmasasmita,Jakarta: Bina Cipta, 1996.

    Konfigurasi Politik Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Beny K. Harman, 1998.

    Penyaringan Perkara Pidana oleh Polisi (Diskresi Kepolisian), M. Faal, PT. Pradnya Paramita,

    Jakarta. 1991. Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana. S. Tanusubroto, Armico, Bandung.

    Penyiksaan dan HAM Dalam Perspektif KUHAP, Indriyanto Seno Adji, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta, 1998.

    Pra Peradilan di Indonesia, Loebby Loeqman, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    4/216

    SILABI :

    I. Pendahuluan

    Pengertian HAP, Tujuan HAP, Hubungan Hukum Pidana dengan HAP,Hubungan HAP dengan HAM, Sejarah (singkat) HAP Indonesia, Sumber-

    Sumber HAP, Ilmu Bantu HAP, Official Criminal Justice (PolisiJPUHakimPenasehat Hukum/AdvokatSipir/LP)

    II. Asas-Asas Hukum Acara PidanaIII. Kekuasaan Kehakiman

    IV. Pihak-Pihak Dalam Perkara Pidana

    V. Fase-Fase Penyelesaian PerkaraPidana (Bagian I: Pemeriksaan Pendahuluan: Penyelidikan danPenyidikan; dan Penuntutan)

    Bagian II : Pemeriksaan Sidang Pengadilan dan Eksekusi

    (Materi MK. Hukum Acara Pidana II)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    5/216

    Tujuan Pembelajaran Umum:

    Mahasiswa mampu memahami HukumAcara Pidana (HAP), khususnya hukumyang mengatur tahap pemeriksaanpendahuluan (penyelidikan dan penyidikan)dan penuntutan.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    6/216

    Pengertian Hukum Acara Pidana (Hukum

    Pidana Formil) :1) Keseluruhan aturan hukum yang mengatur dengancara bagaimana negara melalui alat-alatkelengkapannya (polisi, jaksa, hakim, sipir, dll) harusbertindak manakala terjadi pelanggaran hukumpidana /ti ndak pidana.

    2) Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentangbagaimana cara melaksanakan, mempertahankan,dan menegakkan hukum pidana materiil.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    7/216

    Tujuan Hukum Acara Pidana

    (van Bammelen):1. Mencari dan menemukan kebenaran;

    2. Penjatuhan/pemberian putusan oleh hakim;

    3. Pelaksanaan putusan hakim (eksekusi)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    8/216

    Tujuan Hukum Acara Pidana (Pedoman

    Pelaksanaan KUHAP):

    Mencari dan menemukan, atau

    setidak-tidaknya mendekati kebenaranmateriil, yaitu kebenaran yangselengkap-lengkapnya yang dihasilkan

    dari penerapan hukum acara pidanasecara tepat, jujur, dan adil terhadapperkara pidana yang terjadi

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    9/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    1. Peradilan Sederhana, Cepat, Biaya ringan;2. Presumption of innocence / Praduga tak bersalah;

    3. Oportunitas;

    4. Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum;

    5. Perlakuan sama di depan Hakim;6. Tersangka/Terdakwa Berhak Memperoleh Bantuan Hukum;

    7. Peradilan dilakukan oleh Hakim karena Jabatannya danBersifat Tetap;

    8. Akusator (accusatoir), Tidak Inkusitor (inquisitoir);

    9. Ganti rugi dan Rehabilitasi;

    10. Diferensiasi Fungsionaldan Koordinatif;

    11. Asas Keseimbangan;

    12. Asas Legalitas (Berdasarkan Hukum);

    13. ??

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    10/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    1. Asas Peradilan Sederhana, Cepat, Biaya ringan;Peradilan Cepat (Constante justitie);

    Penjelasan Umum Butir 3 e KUHAP :Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan sertabebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam seluruhtingkat peradilan.

    Pasal 5 (2) UU No 4 Tahun 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman:Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan

    dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biayaringan.

    Pasal 24 (4), 25 (4), 26 (4), 27 (4), 28 (4)ttg Keharusan mengeluarkantersangka/terdakwa dari tahanan demi hukum bila waktu penahanan sudah habis

    Psl 50 (1,2,3)Hak tersangka/terdakwa untuk segera?Psl 102 (1), 106, 107 (3), 110 (3) ?

    Bagaimana Implementasi asas:- Peradilan sederhana (tidak berbelit-belit/menyulitkan)- Peradilan Cepat- Peradilan dengan biaya ringan (murah)tersebut di masyarakat ??Jelaskan dan berilah contoh !!

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    11/216

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    12/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    3. Asas Oportunitas

    Asas hukum yang memberikan wewenang kepada Penuntut

    Umum untuk menuntut atau tidak menuntut dengan atau tanpasyarat seseorang atau korporasi yang telah mewujudkan delikdemi kepentingan umum (ZA Abidin Farid)

    PU tidak wajib menuntut seseorang yang telah melakukan delikjika menurut pertimbangannya akan merugikan kepentinganumum.

    Dalam UU Kejaksaan : Jaksa Agung dapat menyampingkanperkara berdasarkan kepentingan umum.

    ..demi Kepentingan umum dalam penerapan asas

    oportunitas di negara kita adalah didasarkan untuk kepentingannegara dan masyarakat dan untuk kepentingan pribadi (PedomanPelaksanaan KUHAP).

    Lawan/kebalikan dari asas oportunitas adalah asas legalitas(bukan asas legalitas dlm KUHP) yang artinya PU wajib menuntut

    semua pelaku delik (dianut Jerman)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    13/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    4. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untukUmum

    Pasal 153 (3 &4) KUHAP:(3)Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidangdan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenaikesusilaan atau terdakwanya anak-anak.(4)Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3)mengakibatkan batalnya putusan demi hukum.

    Pasal 19 UU No 4 Tahun 2004:(1)Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali

    undang-undang menentukan lain.(2)Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengakibatkan putusan batal demi hukum.

    Pasal 20UU No 4 Tahun 2004:Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukumapabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

    PADA TAHAP PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN (+Penuntutan)pemeriksaan tertutup untuk umum (rahasia) (?)

    Apa tujuan / filosofi asas ini ? Jelaskan !!h

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    14/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    5. Asas Semua Orang Diperlakukan Sama di depanHakim (Equality before the law / judges)

    Penjelasan Umum butir 3 a KUHAP:

    Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di mukahukum dengan tidak mengadakan pembedaan

    perlakuan.

    Pasal 5 (1) UU No 4 Tahun 2004 ttg KekuasaanKehakiman:

    Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak

    membeda-bedakan orang.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    15/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    6. Asas Tersangka/Terdakwa Berhak

    Memperoleh Bantuan Hukum;Pasal 37 UU No. 4 / 2004:

    Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh

    bantuan hukum.Pasal 38 UU No. 4 / 2004:

    Dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan

    penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan memintabantuan advokat.

    Pasal 69 74 KUHAP tentang bantuan Hukum:

    ..

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    16/216

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    17/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    7. Asas Peradilan dilakukan oleh Hakim karenaJabatannya dan Bersifat Tetap;

    Pemeriksaan dan pengambilan putusan pengadilan olehhakim sebagai pejabat negara yang bersifat tetap. (Ada lexspecialist : Hakim Ad-Hock Pengadilan Kejahatan HAM Berat).

    Pasal 31 UU No. 4 / 2004:Hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman

    yang diatur dalam undang-undang.

    Tidak menganut sistem juri, yang diangkat khususuntuk kasus itu saja dan mereka adalah orang awam /masyarakat umum.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    18/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    8. Asas Akusator (accusatoir),

    (Tidak Inkusitor / inquisitoir);Asas akusator, menempatkan tersangka/terdakwa sebagai

    subyek pemeriksaan (bukan obyek), sehingga ia memiliki /diberikan seperangkat hak-hak untuk melindungikepentingannya, kususnya hak untuk membela diri, hakmendapatkan bantuan hukum, hak memberikan keterangansecara bebas, dll.

    Sehingga pengakuan terdakwa bukan lagi menjadi alat buktiterpenting. sehingga sekarang diganti menjadi alat buktiketerangan terdakwa

    Semasa HIR ( menganut inkuisitor), pengakuan terdakwamenjadi alat bukti terpenting, sehingga dikejar, bahkan dengancara apapun termasuk kekerasan/penganiayaan.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    19/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    9. Prinsip Ganti rugi dan Rehabilitasi;

    Pasal 9 UU No. 4 / 2004:

    (1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan

    berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukumyang diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

    (2) Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dipidana.

    (3) Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti kerugian, rehabilitasi danpembebanan ganti kerugian diatur dalam undang-undang.

    Pasal 95-101 KUHAP:Pasal 95 (1)Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian

    karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakantindakan lain, tanpaalasan yang berdasarkan undang-undang atau karenakekeliruan mengenai orangnya

    atau hukum yang diterapkan.

    Pasal 97(1) Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila olehpengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yangputusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    20/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    10. Diferensiasi Fungsional dan Koordinatif;KUHAP menganut pembagian fungsi antara Penyidikan dan

    Penuntutan.

    Penyidikan menjadi Kewenangan POLRI dan Penyidik PPNS(Kecuali dlm TP Khusus, Kejaksaan bisa menjadi penyidik, ex:TP Korupsi), sedangkan Penuntutan menjadi tugas dantanggung jawak Kejaksaan (JPU).

    Oleh karena itu apabila BAP Penyidikan masih kurang, makadikembalikan ke Penyidik untuk dilengkapi (Prapenuntutan),

    tidak boleh JPU menyidik tambahan sendiri. Tetapi antaraPenyidik dan JPU tetap ada koordinasi dan control:- Kewajiban Penyidik memberitahu JPU perihak dimulainyapenyidikan atau SP-3.- Kewajiban JPU memberitahu Penyidik perihakSP-3 (penuntutan).

    - Peyidik atau JPU bisa saling menggugat Pra-Peradilanterhadap SP- 3 yang dikeluarkan oleh Penyidik atau JPU.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    21/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    11. Prinsip Keseimbangan;Acara Pidana dilaksanakan dengan prinsip

    keseimbangan perhatian terhadap:

    -- Hak tersangka/terdakwa dengan KewenanganPenyidik dan JPU.

    -- Hak tersangka/terdakwa dengan hakkorban/saksi/masyarakat untuk melaporkan TP

    -- HAM Tersangka dengan HAM masyarakat

    -- ?

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    22/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    12. Asas pemeriksaan Hakim Secara

    Langsung dan LisanPemeriksaan pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung

    dan lisan terhadap terdakwa, dan saksi. Tidak boleh diwakilkankepada kuasa hukum seperti dalam perkara perdata. Juga secaralisan, tidak tertulis / korespondensi / surat.

    Pasal 154 KUHAP:(1)Hakim ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dan jikaia dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas.(2)Jika dalam pemeriksaan perkara terdakwa yang tidak ditahan tidakhadir padahari sidang yang telah ditetapkan, hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwasudah dipanggil secara sah.

    (3)Jika terdakwa dipanggil secara tidak sah, hakim ketua sidang menundapersidangan dan memerintahkan supaya terdakwa dipanggil lagi untuk hadir padahari sidang berikutnya.(4)Jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah tetapi tidak datang di sidangtanpa alasan yang sah, pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat dilangsungkandan hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa dipanggil sekali lagi.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    23/216

    Asas pemeriksaan Hakim Secara Langsung dan Lisan

    Pasal 154(5) Jika dalam suatu perkara ada lebih dari seorang terdakwa dan tidak semua terdakwa

    hadir pada hari sidang, pemeriksaan terhadap terdakwa yang hadir dapat dilangsunkan.(6) Hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa yang tidak hadir tanpa alasan yang

    sah setelah dipanggil secara sah untuk kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa padasidang pertama berikutnya.

    (7) Panitera mencatat laporan dari penuntut umum tentang pelaksanaan sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) dan ayat (6) dan menyampaikannya kepada hakim ketua sidang.

    Pasal 155(1) Pada permulaan sidang, hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa

    tentang nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaannyaserta mengingatkanterdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnyadi sidang.

    (2) a. Sesudah itu hakim ketua sidang minta kepada penuntut umum untukmembacakan surat dakwaan;b.Selanjutnya hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa apakah iasudah benar-benar mengerti, apabila terdakwa ternyata tidakmengerti,penuntut umum atas permintaan hakim ketua sidang wajib memberi

    penjelasan yang diperlukan.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    24/216

    ASAS-ASAS H.A.P.

    13.Asas Legalitas (Berdasarkan

    Hukum);Pelaksanaan Acara Pidana harus berdasarkan ketentuanhukum yang berlaku, artinya tidak boleh hanyadidasarkan pada kekuasaan saja, karena hal ini akanberhubungan erat dengan perampasan HAM seseorang,

    baik tersangka/terdakwa maupun saksi.Tetapi polisi berwenang melakukan Diskresi, yaitukewenangan untuk bertindak menurutpertimbangannya sendiri (tidak/belum diatur olehhukum), tetapi tidak boleh bertentangan dg hukum,

    HAM, dan seperlunya untuk kemaslahatan masyarakat.Kewenangan Diskresi ini didasarkan pada kewenanganPemerintah Freis Emersen dalam mewujudkan welfarestate (negara kesejahteraan/ negara dengan orientasi

    kesejahteraan masyarakat).

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    25/216

    Kekuasaan Kehakiman

    Kekuasaan Kehakiman (Yudikatif) sebagai PilarNegara Hukum Indonesia ( di samping: Konstitusi;Legislatif; Eksekutif; HAM)

    Kekuasaan Kehakiman sebagai Kekuasaan yangbebas, merdeka, dan mandiri (Bagaimanarealitanya?)

    Pelaksana Kekuasaan kehakiman :

    MK, MA, PA-PTA, PN-PT, Mahmil-Mahmilti,

    PTUN-PTTUN, Pengadilan Pajak, + ( ..?.....)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    26/216

    PIHAK-PIHAK (YG TERLIBAT) DALAM

    PERKARA PIDANA Tersangka Terdakwa Terpidana

    Penasehat Hukum / Advokat (Kalau memakai)

    Penyelidik & Penyidik (+ Penyidik Pembantu)

    Jaksa Penuntut Umum (JPU)

    Hakim ( PN-PT-MA)

    Saksi Ahli

    Pejabat LAPAS / Sipir

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    27/216

    HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA

    (dalam KUHAP) (1)

    Pasal 50 (1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum. (2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum. (3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan. Pasal 51 Untuk mempersiapkan pembelaan :

    a. tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakankepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai;

    b. terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakankepadanya.

    Pasal 52 Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara

    bebas keapada penyidik atau hakim.

    Pasal 53 (1) Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap waktu

    mendapat bantuan juru bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177. (2) Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu dan atau tuli diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178.

    Pasal 54 Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat

    hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undangini.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    28/216

    HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA

    (Dalam KUHAP) (2)

    Pasal 56

    (1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancamdengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu

    yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabatyang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihathukum bagi mereka.

    (2) Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksuddalam ayat (1),

    memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.Pasal 57

    (1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuaidengan ketentuan undang-undang ini.

    (2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi danberbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.

    Pasal 58

    Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokterpribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak.

    Pasal 59

    Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinyaoleh pejabat yang berwenang, pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, kepada keluarganyaatau orang lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang bantuannya

    dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagipenangguhannya.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    29/216

    HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA

    (Dalam KUHAP) (3)

    Pasal 60 Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai

    hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau terdakwa guna mendapatkan jaminan bagipenangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum.

    Pasal 61 Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan penasihat hukumnya

    menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya denganperkara tersangka atau terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan.

    Pasal 62 (1) Tersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya, dan menerima surat

    dari penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagitersangka atau terdakwa disediakan alat tulis menulis.

    (2) Surat menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat hukumnya atau sanakkeluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negarakecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu disalahgunakan.

    (3) Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa itu ditilik atau diperiksa oleh penyidik, penuntut umum,

    hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan surattersebut dikirim kembali kepada pengirimnya setelah dibubuhi cap yang berbunyi "telah ditilik.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    30/216

    FASE-FASE PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

    (untuk perkara yg diperiksa dengan acara pemeriksaan singkat dan biasa)

    I. Pemeriksaan Pendahuluan

    1. PenyelidikanPOLRI

    2. PenyidikanPOLRI & PPNSII. PenuntutanKejaksaan / JPU

    III. Pemeriksaan Pengadilan

    1. Pengadilan Negeri2. Pengadilan Tinggi(kalau UH Banding)

    3. Mahkamah Agung(kalau UH Kasasi/PK)

    IV. Pelaksanaan Putusan Pengadilan (Eksekusi)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    31/216

    FASE-FASE PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

    (untuk perkara yg diperiksa dengan acara pemeriksaan CEPAT; KASUSTIPIRING DAN PELANGGARAN LALU LINTAS )

    I. Pemeriksaan Pendahuluan

    Penyelidikan & PenyidikanPOLRI & DLLAJR &SATPOL PP

    Surat tuduhan (tilang) atas kuasa JPUdilimpahkan ke PN

    II. Pemeriksaan Pengadilan Negeri.Bisa upaya hukum (banding ke PT) apabila putusannya berupa

    perampasan kemerdekaan (Penjara atau kurungan)III. Pelaksanaan Putusan Pengadilan(Eksekusi)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    32/216

    SISTEM PERADILAN PIDANA

    (PROSES SPP)

    POLISI

    Tersangka

    JAKSA

    Tersangka

    HAKIM

    Terdakwa

    PETUGAS L.P.Terpidana

    MASYARAKAT

    PROSES KEHIDUPAN MASYARAKAT (LINGKARAN KHIDUPAN)

    MASUKAN KELUARAN

    Di

    lu

    ar

    S

    P

    P

    MASUKANKELUARAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    33/216

    PENERIMAAN PERKARA

    (DIKETAHUI TERJADINYA DELIK)

    Adanya Laporan;

    Adanya Pengaduan;

    Diketahui sendiri oleh Penyelidik/penyidik;

    Dari sumber lain

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    34/216

    KUHAP

    Pasal 1 Angka 24

    Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan olehseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-

    undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atausedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.

    Pasal 1 Angka 25

    Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan olehpihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenanguntuk menindak menurut hukum seorang yang telahmelakukan tindak pidana aduan yang merugikannya

    http://acarapidana.bphn.go.id/proses/penerimaan-perkara/?s=penerimaan-perkara&type=allhttp://acarapidana.bphn.go.id/proses/penerimaan-perkara/?s=penerimaan-perkara&type=all
  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    35/216

    KUHAPPasal 5(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 : a. karena kewajibannya mempunyai wewenang : menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

    tindak pidana. Pasal 108(1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau

    menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhakuntuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik danatau penyidik baik lisan maupun tertulis.

    (2) Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukantindak pidana terhadap ketenteraman dan keamanan umum atauterhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu jugamelaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau penyidik.

    (3) Setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yangmengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak

    pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik ataupenyidik

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    36/216

    UU 26/2000 Pengadilan HAM

    Pasal 19

    (1) Dalam melaksanakan penyelidikan sebagaimanadimaksud dalam pasal 18, penyelidik berwenang :

    menerima laporan atau pengaduan dari seseorang ataukelompok orang tentang terjadinya pelanggaran hak

    asasi manusia yang berat, serta mencari keterangandan barang bukti.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    37/216

    UU 2/2002 TENTANG KEPOLISIAN RI

    Pasal 15 (1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14

    Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: a. menerima laporan dan/atau pengaduan; f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam

    rangka pencegahan. g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

    h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti;

    Penjelasan Pasal 15 Ayat (1) Huruf f

    Tindakan kepolisian adalah upaya paksa dan/atau tindakan lain menurut hukum yangbertanggung jawab guna mewujudkan tertib dan tegaknya hukum serta terbinanyaketenteraman masyarakat.

    Huruf i Keterangan dan barang bukti dimaksud adalah yang berkaitan baik dengan proses pidana

    maupun dalam rangka tugas kepolisian pada umumnya.

    KUHAP

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    38/216

    KUHAP

    Pasal 5(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana

    tersebut pada ayat (1) huruf a dan b kepada penyidik.Pasal 102(1) Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu

    peristiwa yang 'patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakanpenyelidikan yang diperlukan.

    Pasal 103(1) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditanda-tangani oleh pelapor atau

    pengadu.(2) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyelidik dan

    ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyelidik.(3) Dalam hal pelapor atau pengadu tidak dapat menulis, hal itu harus

    disebutkan sebagai catatan dalam laporan atau pengaduan tersebut.Pasal 108 (4) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditanda-tangani oleh pelapor

    atau pengadu. (5) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik dan

    ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik. (6) Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan

    surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    39/216

    UU No. 23 /2004 tentang Penghapusan

    Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

    Pasal 20 Kepolisian segera menyampaikan kepada korban tentang : identitas petugas untuk pengenalan kepada korban; kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan terhadap martabat kemanusiaan;

    dan

    kewajiban kepolisian untuk melindungi korban. Pasal 26(1) Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada

    kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.(2) Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk

    melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian baik di tempatkorban berada maupun di tempat kejadian perkara

    Pasal 27 Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua,

    wali, pengasuh, atau anak yang bersangkutan yang dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    40/216

    PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

    A. PENYELIDIKAN1. Pengertian;

    2. Pejabat yang Berwenang;

    3. Ruang Lingkup (= Wewenang Penyelidik);4. Mengetahui Terjadinya Tindak Pidana (..?..)

    B. ..

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    41/216

    Pengertian PENYELIDIKAN:

    KUHAP:Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk

    mencari dan menemukan suatu peristiwa yang didugasebagai tindak pidana guna menentukan dapat atautidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diaturdalam undang-undang ini (Psl. 1 butir 5).

    Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesiayang diberi wewenang oleh undang-undang ini untukmelakukan penyelidikan(Psl. 1 butir 4).

    Ps. 4 : Setiap polisi

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    42/216

    Pengertian Penyelidikan

    UU HAMPasal 1 Angka 5 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk

    mencari dan menemukan ada tidaknya suatu peristiwa yangdiduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat

    guna ditindak lanjuti dengan penyidikan sesuai denganketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.

    UU POLRIPasal 1 Angka 9 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk

    mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagaitindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan

    penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    43/216

    Pengertian Penyelidikan

    UU 6/2001 KEIMIGRASIANPasal 1 Angka 30 Intelijen Keimigrasian adalah kegiatan penyelidikan

    Keimigrasian dan pengamanan Keimigrasian dalam rangka

    proses penyajian informasi melalui analisis gunamenetapkan perkiraan keadaan Keimigrasian yang dihadapiatau yang akan dihadapi.

    Penjelasan Pasal 74 Ayat (2):

    Yang dimaksud dengan penyelidikan Keimigrasian adalahkegiatan atau tindakan Pejabat Imigrasi untuk mencari danmenemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak

    pidana Keimigrasian.

    P j b t lidik (KUHAP)

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    44/216

    Pejabat penyelidik (KUHAP)

    Pasal 1 Angka 4

    Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenangoleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.

    Pasal 4 Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia.

    Pasal 5(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 : a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang : 1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

    2. mencari keterangan dan barang bukti;3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai serta memeriksa tanda pengenal diri;4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

    b. atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa: 1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;

    2. pemeriksaan dan penyitaan surat;3. mengambil sidik jari dan memotret seorang;4. membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    45/216

    Pasal 9

    Penyelidik dan penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat (1) huruf a mempunyai wewenang melakukan tugas masing-

    masing pada umumnya di seluruh wilayah Indonesia, khususnyadi daerah hukum masing-masing di mana ia diangkat sesuaidengan ketentuan undang-undang.

    Penjelasan Pasal 9

    Dalam keadaan yang mendesak dan perlu, untuk tugas tertentudemi kepentingan penyelidikan, atas perintah tertulis MenteriKehakiman pejabat imigrasi dapat melakukan tugasnya sesuaidengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

    Pasal 16

    (1) Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintahpenyidik berwenang melakukan penangkapan.

    (2) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidikpembantu berwenang melakukan penangkapan.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    46/216

    Pejabat Penyelidik dan Wewenangnya

    UU POLRIPasal 1 Angka 8 Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh

    undang-undang untuk melakukan penyelidikan

    Pasal 14

    (1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian NegaraRepublik Indonesia bertugas:

    g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukumacara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

    Penjelasan Pasal 14 Ayat (1)

    Huruf g. Ketentuan Undang-Undang Hukum Acara Pidana memberikan peranan utama kepada

    Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penyelidikan dan penyidikan sehingga secaraumum diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semuatindak pidana. Namun demikian, hal tersebut tetap memperhatikan dan tidak mengurangikewenangan yang dimiliki oleh penyidik lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    47/216

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    48/216

    Pejabat Penyelidik dan Wewenangnya

    UU POLRIPasal 16(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 dibidang proses

    pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk: melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan

    penyidikan; membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab Penjelasan Pasal 16

    Ayat (1) Huruf b larangan kepada setiap orang untuk meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara

    maksudnya untuk pengamanan tempat kejadian perkara serta barang bukti. Huruf d. Kewenangan ini merupakan kewenangan umum dan kewenangan dalam proses pidana, dalam

    pelaksanaannya anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib menunjukkan identitasnya

    j b lidik d

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    49/216

    Pejabat penyelidik dan wewenangnya

    Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

    Tentang Komisi Pemberantasan KorupsiPasal 6 Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

    Pasal 12(1) Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, Komisi

    PemberantasanKorupsi berwenang : melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan; memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri; meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang

    sedang diperiksa; memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik

    tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait; memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya; meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait;

    menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutansementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkanbukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;

    meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hokum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, danpenyitaan barang bukti di luar negeri;

    meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, danpenyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    50/216

    Pejabat Penyelidik Dan Wewenangnya (KPK)

    Pasal 38

    (1) Segala kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana berlaku juga bagi penyelidik, penyidik,dan penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

    Penjelasan Pasal 38

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dalam ketentuanini antara lain, kewenangan melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaansurat.

    Pasal 39

    (1) Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidanayang berlaku dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kecuali ditentukanlain dalam Undang-Undang ini.

    (2) Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkanperintah dan bertindak untuk dan atas nama Komisi Pemberantasan Korupsi.

    (3) Penyelidik, penyidik, dan penuntut umum yang menjadi pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi,diberhentikan sementara dari instansi kepolisian dan kejaksaan selama menjadi pegawai pada KomisiPemberantasan Korupsi.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    51/216

    Pejabat Penyelidik Dan Wewenangnya (KPK)

    Pasal 42

    Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang mengkoordinasikan dan mengendalikan

    penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukanbersama-sama oleh orang yang tunduk pada peradilan militer dan peradilan umum.

    Pasal 43

    (1) Penyelidik adalah Penyelidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkat dandiberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

    (2) Penyelidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi penyelidikantindak pidana korupsi

    b l k

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    52/216

    Pejabat penyelidik dan wewenangnya

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

    Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian UangPasal 40 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, PPATK mempunyai fungsi sebagai

    berikut: a. pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang; d. analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana

    Pencucian Uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

    Pasal 41(1) Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 40 huruf a, PPATK berwenang: meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang

    memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembagaswasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;

    Penjelasan Pasal 41 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan instansi pemerintah antara lain Direktorat Jenderal Pajak dan Pusat Pembina

    Akuntan dan Jasa Penilai Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum UmumKementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Badan Pertanahan Nasional (BPN).

    Yang dimaksud dengan lembaga swasta antara lain asosiasi advokat, asosiasi notaris, dan asosiasiakuntan. Yang dimaksud profesi tertentu antara lain advokat, konsultan bidang keuangan, notaris, pejabat

    pembuat akta tanah, dan akuntan independen.

    j b lidik

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    53/216

    Pejabat Penyelidik Dan Wewenangnya

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan

    dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian UangPasal 44(1) Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat:a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK;

    d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum ataumitra kerja di luar negeri;

    e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luarnegeri;

    f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidanaPencucian Uang;

    g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidanaPencucian Uang;

    h. hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/ataudokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang

    diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana;j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak

    pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang;k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai denga ketentuan

    Undang-Undang ini; dan

    l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

    li k lidik

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    54/216

    Ruang lingkup Penyelidikan(= Wewenang Penyelidik asli, yang karena kewajibannya.

    Psl 5 (1) a KUHAP)

    1.menerima laporan atau pengaduan dari seorangtentang adanya tindak pidana;

    2.mencari keterangan dan barang bukti;3.menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan

    menanyakan serta memeriksa tanda pengenaldiri;

    4.mengadakan tindakan lain menurut hukumyang bertanggung-jawab.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    55/216

    Tata cara penyelidikan

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 TentangHukum Acara PidanaPasal 5(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan

    sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.Pasal 102(1) Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya

    suatu peristiwa yang 'patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukantindakan penyelidikan yang diperlukan.

    (2) Dalam hal tertangkap tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik wajibsegera melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan sebagaimanatersebut padaPasal 5 ayat (1) huruf b.

    (3) Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) penyelidik wajibmembuat berita acara dan melaporkannya kepada penyidik sedaerah hukum.

    Pasal 104 Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik, wajib menunjukkan tanda

    pengenalnya.Pasal 105 Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyelidik dikoordinasi, diawasi dan diberi

    petunjuk oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    56/216

    Tata cara penyelidikan

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 TentangKepolisan Negara Republik Indonesia

    Pasal 16(2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan

    penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagaiberikut:

    tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut

    dilakukan; harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan menghormati hak asasi manusia.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    57/216

    Tata cara penyelidikan

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 TentangKepolisan Negara Republik Indonesia

    Pasal 18

    (1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalammelaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan

    dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

    Penjelasan Pasal 18

    Ayat (1) Yang dimaksud dengan "bertindak menurut penilaiannya sendiri" adalah suatu tindakan

    yang dapat dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalambertindak harus mempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakannya dan betul-betul untuk kepentingan umum.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    58/216

    Tata Cara Penyelidikan

    Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 TentangKomisi Pemberantasan Korupsi

    Pasal 44(1) Jika penyelidik dalam melakukan penyelidikan menemukan bukti

    permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi, dalam

    waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggalditemukan bukti permulaan yang cukup tersebut, penyelidikmelaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

    (2) Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telahditemukan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti, termasuk dan tidakterbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima,

    atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik.(3) Dalam hal penyelidik melakukan tugasnya tidak menemukan buktipermulaan yang cukup sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelidikmelaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dan KomisiPemberantasan Korupsi menghentikan penyelidikan.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    59/216

    Tata Cara Penyelidikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan

    Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang

    Pasal 26(1) Untuk memperoleh bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat menggunakan setiap

    laporan intelijen.

    (2) Penetapan bahwa sudah dapat atau diperoleh bukti permulaan yang cukup sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan proses pemeriksaan oleh Ketua atau WakilKetua Pengadilan Negeri.

    (3) Proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan secara tertutupdalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.

    Penjelasan Pasal 26 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "laporan intelijen" adalah laporan yang berkaitan dan berhubungan dengan masalah-masalah

    keamanan nasional. Laporan intelijen dapat diperoleh dari Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri,Departemen Pertahanan, Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen Keuangan, Kepolisian Negara RepublikIndonesia, Tentara Nasional Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Badan Intelijen Negara, atau instansi lain

    yang terkait. Ayat (2) Yang dimaksud dengan "Pengadilan Negeri" dalam ketentuan ini adalah pengadilan negeri tempat kedudukan instansi

    penyidik atau pengadilan negeri di luar kedudukan instansi penyidik. Penentuan pengadilan negeri dimaksud didasarkanpada pertimbangan dapat berlangsungnya pemeriksaan dengan cepat dan tepat

    T C P lidik

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    60/216

    Tata Cara Penyelidikan

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

    Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

    Pasal 19 Kepolisian wajib segera melakukan penyelidikan setelah

    mengetahui ataumenerima laporan tentang terjadinyakekerasan dalam rumah tangga.

    Pasal 20 Kepolisian segera menyampaikan kepada korban tentang :

    identitas petugas untuk pengenalan kepada korban; kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan terhadap

    martabat kemanusiaan; dan kewajiban kepolisian untuk melindungi korban

    PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    61/216

    PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

    B. PENYIDIKAN1. Pengertian;

    2. Pejabat yang Berwenang;3. Ruang Lingkup (= Wewenang Penyidik);

    4. Penangkapan;

    5. Penahanan;6. Penggeledahan;7. Penyitaan;

    8. Pemeriksaan Surat;9. Pemeriksaan Tersangka;

    10. Pemanggilan dan Pemeriksaan Saksi & Ahli;

    11. Perlindungan Hukum Terhadap Saksi dan Korban;12. Berita Acara Peyidikan;

    13. Alat bukti, Sistem Pembuktian, dan Barang Bukti;14. Pelimpahan Perkara ke Kejaksaan (JPU);

    15. Penghentian Penyidikan (SP-3);16. Dll.

    PENGERTIAN PENYIDIKAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    62/216

    PENGERTIAN PENYIDIKAN

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang HukumAcara Pidana (KUHAP)

    Pasal 1 Angka 2

    Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikdalam hal dan menurut cara yang diatur dalamundang-undang ini untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

    terang tentang tindak pidana yang terjadi dan gunamenemukan tersangkanya

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    63/216

    PENGERTIAN PENYIDIKAN

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 TentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang PerubahanKeempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

    Menjadi Undang-Undang

    Pasal 1 Angka 31 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah

    serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untukmencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itumembuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yangterjadi serta menemukan tersangkanya

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    64/216

    PENGERTIAN PENYIDIKAN

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang PajakDaerah Dan Retribusi Daerah

    Pasal 1 Angka 76Penyidikan tindak pidana di bidang

    perpajakan daerah dan retribusi adalahserangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidikuntuk mencari serta mengumpulkan bukti yangdengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi yangterjadi serta menemukan tersangkanya.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    65/216

    PEJABAT PENYIDIK Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan

    AnakPasal 34(1) Pembimbing Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a bertugas: membantu memperlancar tugas Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam perkara Anak Nakal,

    baik di dalam maupun di luar Sidang Anak dengan membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan; Pasal 41

    (1) Penyidikan terhadap Anak Nakal, dilakukan oleh Penyidik yang ditetapkan berdasarkan SuratKeputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh KepalaKepolisian Republik Indonesia.

    (2) Syarat-syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : telah berpengalaman sebagai penyidik tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa; mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak.(3) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu, tugas penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

    dibebankan kepada:

    penyidik yang melakukan tugas penyidikan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa; atau penyidik lain yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Undang-undang yang berlaku

    Penjelasan Pasal 41 Ayat 2 Lihat penjelasan Pasal 10 huruf b Ayat (3) Yang dimaksud dengan hal tertentu adalah dalam hal belum terdapat penyidik anak yang persyaratan pengangkatannya sebagaimana ditentukan dalam Undang-udang ini. Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar penyidikan tetap dapat dilaksanakan, walaupun di daerah tersebut belum ada penunjukan penyidik anak, sedangkan penyidik lain

    dalam huruf b adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang yang berlaku.

    Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    66/216

    Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 TentangKomisi Pemberantasan Korupsi

    Pasal 6 Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

    koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; supervisi terhadap instansi yang berwenang melakuka pemberantasan tindak pidana korupsi; melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi Pasal 8(1) Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang

    melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitandengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.

    (2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang juga mengambilalih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.

    Pasal 12

    (1) Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c,Komisi PemberantasanKorupsi berwenang :

    melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan; memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri; meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa

    yang sedang diperiksa; memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi

    milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait; memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya; meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait; menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan

    sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang didugaberdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;

    meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hokum negara lain untuk melakukan pencarian,penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;

    meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan,penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani.

    U d U d N 6 T h

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    67/216

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

    Pasal 21(1) Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh Jaksa Agung(2) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kewenangan menerima laporan atau

    pengaduan.(3) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Jaksa Agung dapat mengangkat

    penyidik ad hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan atau masyarakat.(4) Sebelum melaksanakan tugasnya, penyidik ad hoc mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya

    masing-masing.(5) Untuk dapat diangkat menjadi penyidik ad hoc harus memenuhi syarat :

    warga negara Republik Indonesia; berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun; berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; sehat jasmani dan rohani; berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan memiliki pengetahuan dan kepedulian di bidang hak asasi manusia.

    Penjelasan Pasal 21 Ayat (3) Dalam ketentuan ini yang dimaksud "unsur masyarakat" adalah terdiri dari organisasi politik, organisasi

    kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan yang lain seperti perguruan tinggi. Kata "dapat" dalam ketentuan ini dimaksudkan agar Jaksa Agung dalam mengangkat penyidik ad hoc dilakukan sesuai

    dengan kebutuhan.

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    68/216

    Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

    Pasal 30

    (1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;

    Penjelasan Pasal 30 Ayat (1) Huruf d

    Kewewenangan dalam ketentuan ini adalah kewewenangan sebagaimana diatur misalnyaadalahUndang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi

    Manusia danUndang-UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakanPidana Korupsi sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

    jo. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentangKomisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

    Pasal 35 Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang: f. mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah Negara

    Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    DIMULAINYA PENYIDIKAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    69/216

    DIMULAINYA PENYIDIKAN

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 Tentang Hukum Acara Pidana(KUHAP)

    Pasal 106 Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu

    peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakanpenyidikan yang diperlukan.

    Pasal 107(1) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a

    memberikan petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b danmemberikan bantuan penyidikan yang diperlukan.

    (2) Dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana sedang dalampenyidikan oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan kemudian ditemukanbukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum, penyidik tersebut pada Pasal 6ayat (1) huruf b melaporkan hal itu kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

    (3) Dalam hal tindak pidana telah selesal disidik oleh penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1)huruf b, ia segera menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umtim melalui

    penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

    DIMULAINYA PENYIDIKAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    70/216

    DIMULAINYA PENYIDIKAN Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

    Tentang Hukum Acara Pidana(KUHAP) Penjelasan Pasal 107 Ayat (1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, diminta, atau tidak diminta berdasarkan tanggung

    jawabnya wajib memberikan bantuan penyidikan kepada penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) hurufb. Untuk itu penyidik sebagaimana tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b sejak awal wajib memberitahukan tentang

    penyidikan itu kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

    Ayat (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dalam melakukan penyidikan suatu perkara pidana

    wajib melaporkan hal. itu kepada penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a. Hal ini diperlukandalam rangka koordinasi dan pengawasan.

    Ayat (3) Laporan dari penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal. 6 ayat (1) huruf b kepada penyidik sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a disertai dengan berita acara pemeriksaan yang dikirim kepada penuntut umum.Demikian juga halnya apabila perkara pidana itu tidak diserahkan kepada penuntut umum.

    Pasal 109(1) Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yangmerupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntutumum.

    Penjelasan Pasal 109 Dalam hal pemberitahuan oleh penyidik sebagaimana tersebut pada Pasal 6 ayat (1)

    huruf b dilakukan melalui penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

    U d U d N 6 T h T t

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    71/216

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 TentangPengadilan Hak Asasi Manusia

    Pasal 22(1) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan (3) wajib

    diselesaikan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggalhasil penyelidikan diterima dan dinyatakan lengkap oleh penyidik.

    (2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat Diperpanjang untukwaktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari oleh Ketua Pengadilan HAM sesuaidengan daerah hukumnya.

    (3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) habis danpenyidikan belum dapat diselesaikan, penyidikan dapat diperpanjang palinglama 60 (enam puluh) hari oleh Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerahhukumnya.

    Pasal 21(1) Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh

    Jaksa Agung.(3) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Jaksa Agung

    dapat mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan ataumasyarakat.

    U d U d N T h T t

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    72/216

    Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 TentangKomisi Pemberantasan Korupsi

    Pasal 44(4) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi berpendapat bahwa perkara

    tersebut diteruskan, Komisi Pemberantasan Korupsi melaksanakanpenyidikan sendiri atau dapat melimpahkan perkara tersebut kepada

    penyidik kepolisian atau kejaksaan.(5) Dalam hal penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian atau kejaksaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepolisian atau kejaksaan wajibmelaksanakan koordinasi dan melaporkan perkembangan penyidikankepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

    UU POLRI

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    73/216

    UU POLRIPasal 1 Angka 10

    Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukanpenyidikan.

    Pasal 1 Angka 11 Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

    ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undangyang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

    Pasal 1 Angka 12

    Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara RepublikIndonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalamundang-undang.

    Pasal 14

    (1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas: f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan

    bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

    perundang-undangan lainnya; h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk

    kepentingan tugas kepolisian;Penjelasan Pasal 14 Ayat (1) Huruf g Ketentuan Undang-Undang Hukum Acara Pidana memberikan peranan utama kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

    penyelidikan dan penyidikan sehingga secara umum diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindakpidana. Namun demikian, hal tersebut tetap memperhatikan dan tidak mengurangi kewenangan yang dimiliki oleh penyidik lainnya sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

    Huruf h Penyelenggaraan identifikasi kepolisian dimaksudkan untuk kepentingan penyidikan tindak pidana dan pelayanan identifikasi non tindak

    pidana bagi masyarakat dan instansi lain dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian. Adapun kedokteran kepolisian adalah meliputi antaralain kedokteran forensik, odontologi forensik, dan pskiatri forensik yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas kepolisian.

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

    http://acarapidana.bphn.go.id/rujukan/r3_8.htmhttp://acarapidana.bphn.go.id/rujukan/r3_8.htmhttp://acarapidana.bphn.go.id/rujukan/r3_8.htmhttp://acarapidana.bphn.go.id/rujukan/r3_8.htm
  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    74/216

    Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002Tentang Kepolisian Negara RepublikIndonesia

    Pasal 16(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 dibidang proses

    pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk: melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan

    penyidikan; membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; mengadakan penghentian penyidikan; menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat

    pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkalorang yang disangka melakukan tindak pidana;

    memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasilpenyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;

    dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    75/216

    Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    76/216

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang

    PsikotropikaPasal 56(1) Selain penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia, kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu diberi wewenang khusus

    sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimanadimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76,Tambahan Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3209) untuk melakukan penyidikan tindak pidana seba-gaimana diatur dalam undang-undang ini.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta kete-rangan tentang tindak pidana di bidang psikotropika; melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melaku-kan tindak pidana di bidang psikotropika; meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang psikotropika; melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang psikotropika; melakukan penyimpanan dan pengamanan terhadap barang bukti yang disita dalam perkara tindak pidana di bidang psikotropika;

    melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang psikotropika; membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat-alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai

    hubungan dengan perkara yang menyangkut psikotropika yang sedang dalam penyidikan; meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang psikotropika; menetapkan saat dimulainya dan dihentikannya penyidikan. (3) Hal-hal yang belum diatur dalam kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang

    berlaku, terutama mengenai tata cara penyidikan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

    Penjelasan Pasal 56

    Ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud meliputi : Penyidik Pegawai Negeri Sipil departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan; Penyidik Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Penyidik Pegawai Negeri Sipil departemen terkait lainnya. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil departemen tersebut diberikan oleh Undang-undang ini pada bidang tugasnya masing-masing

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    77/216

    Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas

    Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

    Tindak Pidana Korupsi

    Pasal 27 Dalam hal ditemukan tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya,

    maka dapat dibentuk tim gabungan di bawah koordinasi Jaksa Agung.

    Penjelasan Pasal 27 Yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi yang sulit

    pembuktiannya, antara lain tindak pidana korupsi di bidangperbankan, perpajakan, pasar modal, perdagangan dan industri,komoditi berjangka, atau di bidang moneter dan keuangan yang :

    bersifat lintas sektoral;

    dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih; atau dilakukan oleh tersangka/terdakwa yang berstatus sebagai

    Penyelenggara Negara sebagaimana ditentukan dalam Undang-undangNomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih danBebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

    PENYADAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    78/216

    PENYADAPAN

    Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

    Narkotika

    Pasal 1 Angka 19

    Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaiankegiatan penyelidikan atau penyidikan dengan caramenyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau

    jaringan komunikasi yang dilakukan melalui telepon

    dan/atau alat komunikasi elektronik lainnya.

    PENYADAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    79/216

    PENYADAPAN Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

    Pasal 55 Selain yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

    Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Nomor 3209), penyidik polisi negara Republik Indonesiadapat :

    c. menyadap pembicaraan melalui telepon dan/atau alat telekomunikasielektronika lainnya yang dilakukan oleh orang yang dicurigai atau diduga kerasmembicarakan masalah yang berhubungan dengan tindak pidana psikotropika.

    Jangka waktu penyadapan berlangsung untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari.

    Penjelasan Pasal 55 Pelaksanaan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan teknik pembelian

    terselubung serta penyadapan pembicaraan melalui telepon dan/atau alat-alat

    telekomunikasi elektronika lainnya hanya dapat dilakukan atas perintah tertulisKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat yang ditunjuknya.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    80/216

    PENYADAPAN Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 TentangKomisi Pemberantasan Korupsi

    Pasal 12

    (1) Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, danpenuntutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c,Komisi PemberantasanKorupsi berwenang :

    melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

    PENYADAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    81/216

    PENYADAPAN Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang

    Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang PemberantasanTindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang

    Pasal 31

    (1) Berdasarkan bukti permulaan yang cukup sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 ayat (4),penyidik berhak:

    b. menyadap pembicaraan melalui telepon atau alatkomunikasi lain yang diduga digunakan untukmempersiapkan, merencanakan, dan melakukan tindak

    pidana terorisme.

    TATA CARA PENYADAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    82/216

    TATA CARA PENYADAPAN Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

    Narkotika

    Pasal 77(1) Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 huruf I

    dilaksanakan setelah terdapat bukti permulaan yang cukup dan

    dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak suratpenyadapan diterima penyidik.

    (2) Penyadapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadilaksanakan atas izin tertulis dari ketua pengadilan.

    (3) Penyadapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdiperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu yang sama.

    (4) Tata cara penyadapan dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    TATA CARA PENYADAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    83/216

    TATA CARA PENYADAPAN

    Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 TentangPemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

    Pasal 31

    (2) Tindakan penyadapan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), hanya dilakukan atas izin tertulis ketua pengadilanuntuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

    TATA CARA PENYADAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    84/216

    TATA CARA PENYADAPAN Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

    Pasal 42(1) Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi yang dikirim dan atau diterima, oleh

    pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yangdiselenggarakannya.

    (2) Untuk keperluan proses peradilan pidana, penyelenggara jasa telekomunikasi dapat merekam informasiyang dikirim dan atau diterima oleh penyelenggara jasa telekomunikasi serta dapat memberikaninformasi yang diperlukan atas :

    permintaan tertulis Jaksa Agung dan atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk tindak pidanatertentu;

    permintaan penyidik untuk tindak pidana tertentu sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.(3) Ketentuan mengenai tata cara permintaan dan pemberian rekaman informasi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Penjelasan Pasal 42 Ayat (2) Yang dimaksud dengan proses peradilan pidana dalam ketentuan ini mencakup penyidikan, penuntutan, dan

    penyidangan.

    Huruf a Yang dimaksud dengan tindak pidana tertentu adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara selama

    5(lima) tahun ke atas, seumur hidup atau mati. Huruf b Contoh tindak pidana tertentu sesuai dengan Undang-undang yang berlaku ialah tindak pidana yang sesuai dengan

    Undang-undang tentang Narkotika dan tindak pidana yang sesuai dengan Undang-undang tentang Psikotropika.

    TATA CARA PENYIDIKAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    85/216

    TATA CARA PENYIDIKAN Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang

    Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

    Pasal 28 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam

    perkara tindak pidana perdagangan orang, dilakukan berdasarkanHukum Acara Pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalamUndang-Undang ini.

    Pasal 38 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

    terhadap saksi dan/atau korban anak dilakukan dengan memperhatikankepentingan yang terbaik bagi anak dengan tidak memakai toga atau

    pakaian dinas.

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    86/216

    Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

    Lintas Dan AngkutaN Jalan

    Pasal 227 Dalam hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas, petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib melakukan penanganan

    Kecelakaan Lalu Lintas dengan cara: mendatangi tempat kejadian dengan segera; menolong korban; melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara; mengolah tempat kejadian perkara; mengatur kelancaran arus Lalu Lintas; mengamankan barang bukti; dan melakukan penyidikan perkara. Pasal 260(2) Pelaksanaan penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 262(2) Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Terminal dan/atau

    tempat alat penimbangan yang dipasang secara tetap.(3) Dalam hal kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Jalan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib

    berkoordinasi dengan dan harus didampingi oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    Pasal 263(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, selaku koordinator dan pengawas, melaksanakan pembinaan dan

    pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.(2) Dalam melaksanakan kewenangannya Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib berkoordinasi dengan Penyidik Kepolisian

    Negara Republik Indonesia.

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    87/216

    Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan

    Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara PerpajakanMenjadi Undang-Undang

    Pasal 44(4) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1),penyidik dapatmeminta bantuan aparat penegak hukum lain.

    Undang Undang Nomor 3 Tahun 1997 Pengadilan

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    88/216

    Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 PengadilanAnak

    Pasal 5

    (1) Dalam hal anak belum mencapai umur 8 (delapan) tahun melakukan atau diduga melakukan tindakpidana, maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik.(2) Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua, atau oang tua asuhnya, Penyidik menyerahkan kembalianak tersebut kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya.

    (3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalamayat (1) tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali atau orang tua asuhnya, Penyidik menyerahkananak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari PembimbingKemasyarakatan.

    Penjelasan Pasal 5 Ayat (1) Dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Penyidik terhadap anak yang melakukan tindak pidana

    sebelum mencapai umur 8 (delapan) tahun tetap diterapkan asas praduga tak bersalah. Penyidikan terhadap anak dilakukan untuk apakah anak melakukan tindak pidana seorang diri atau

    ada unsur pengikutsertaan (delneming) dengan anak yang berumur di atas 8 (delapan) tahun ataudengan orang dewasa.

    Pasal 40 Hukum Acara yang berlaku diterapkan pula dalam pengadilan anak, kecuali lain dalam Undang-

    undang ini.

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    89/216

    Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 TentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi

    Pasal 25 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak

    pidana korupsi harus didahulukan dari perkara lain guna penyelesaian secepatnya.Penjelasan Pasal 25 Apabila terdapat 2 (dua) atau lebih perkara yang oleh Undang-undang ditentukan untuk

    didahulukan maka mengenai penentuan prioritas perkara tersebut diserahkan pada tiaplembaga yang berwenang di setiap proses peradilan.

    Pasal 26 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana

    korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan

    lain dalam Undang-undang ini.Penjelasan Pasal 26 Kewenangan penyidik dalam Pasal ini termasuk wewenang untuk melakukan penyadapan

    (wiretaping)

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    90/216

    g g gPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

    Pasal 32(1) Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak pidana korupsi tidakterdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segeramenyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukangugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan

    (2) Putusan bebas dalam perkara tindak pidana korupsi tidak menghapuskan hak untuk menuntut kerugianterhadap keuangan negara.

    Penjelasan Pasal 32

    Ayat (1) Yang dimaksud dengan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat

    dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Ayat (2) Yang dimaksud dengan putusan bebas adalah putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191

    ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

    Pasal 33 Dalam hak tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan, sedangkan secara nyata telah ada

    kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebutkepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatanperdata terhadap ahli warisnya.

    Penjelasan Pasal 33 Yang dimaksud dengan ahli waris dalam Pasal ini adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 TentangPemasyarakatan

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    91/216

    PemasyarakatanPasal 17(1) Penyidikan terhadap Narapidana yang terlibat perkara lain baik sebagai tersangka,

    terdakwa, atau sebagai saksi yang dilakukan di LAPAS tempat Narapidana yangbersangkutan menjalani pidana, dilaksanakan setelah penyidik menunjukkan surat

    perintah penyidikan dari pejabat instansi yang berwenang dan menyerahkan tembusannyakepada Kepala LAPAS.

    (2) Kepala LAPAS dalam keadaan tertentu dapat menolak pelaksanaan penyidikan di LAPASsebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

    (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan di luar LAPASsetelah mendapat izin Kepala LAPAS.

    (4) Narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibawa ke luar LAPAS untuk

    kepentingan : penyerahan berkas perkara; rekonstruksi; atau pemeriksaan sidang pengadilan(5) Dalam hal terdapat keperluan lain di luar keperluan sebagaimana dimaksud dalam ayat

    (4) Narapidana hanya dapat dibawa ke luar LAPAS setelah mendapat izin tertulis dariDirektur Jenderal Pemasyarakatan.

    (6) Jangka waktu Narapidana dapat dibawa ke luar LAPAS sebagaimana dimaksud dalamayat (3) dan ayat (5) setiap kali paling lama 1 (satu) hari.(7) Apabila proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap

    Narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan di luar wilayahhukum pengadilan negeri yang menjatuhkan putusan pidana yang sedang dijalani,

    Narapidana yang bersangkutan dapat dipindahkan ke LAPAS tempat dilakukanpemeriksaan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 TentangKepolisian Negara Republik Indonesia

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    92/216

    Kepolisian Negara Republik Indonesia

    Pasal 14(2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 16(2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan penyelidikan dan

    penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut : tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan

    menghormati hak asasi manusia. Pasal 18(1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas

    dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan

    yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik ProfesiKepolisian Negara Republik Indonesia

    Penjelasan Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "bertindak menurut penilaiannya sendiri" adalah suatu tindakan yang dapat

    dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertindak harusmempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakannya dan betul-betul untuk kepentingan umum.

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    93/216

    g g 3 999 gTindak Pidana Korupsi

    Pasal 25 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam

    perkara tindak pidana korupsi harus didahulukan dari perkara lainguna penyelesaian secepatnya.

    Penjelasan Pasal 25 Apabila terdapat 2 (dua) atau lebih perkara yang oleh Undang-undang

    ditentukan untuk didahulukan maka mengenai penentuan prioritas

    perkara tersebut diserahkan pada tiap lembaga yang berwenang disetiap proses peradilan.

    Pasal 26 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

    terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acarapidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

    Penjelasan Pasal 26 Kewenangan penyidik dalam Pasal ini termasuk wewenang untuk

    melakukan penyadapan (wiretaping)

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    94/216

    g g 3 999 gTindak Pidana Korupsi

    Pasal 32(1) Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak pidana korupsi

    tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, makapenyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negarauntuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan

    gugatan(2) Putusan bebas dalam perkara tindak pidana korupsi tidak menghapuskan hak untuk menuntut

    kerugian terhadap keuangan negara.Penjelasan Pasal 32 Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara adalah kerugian yangsudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntanpublik yang ditunjuk.

    Ayat (2) Yang dimaksud dengan putusan bebas adalah putusan pengadilan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana.

    Pasal 33 Dalam hak tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan, sedangkan secara nyata telah

    ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikantersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untukdilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya.

    Penjelasan Pasal 33 Yang dimaksud dengan ahli waris dalam Pasal ini adalah sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    95/216

    Pemerintahan Daerah

    Pasal 149(2) Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan

    Perda dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

    (3) Dengan Perda dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untukmelakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda.

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    96/216

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    97/216

    PENANGKAPAN

  • 8/10/2019 Hukum Acara Pidana i (2014)

    98/216

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

    Hukum Acara PidanaPasal 1 Angka 19 Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang

    melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindakpidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramaisebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya

    ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukantindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelak