bab ii tinjauan teoritik tentang e …digilib.uinsgd.ac.id/10571/5/5_bab ii.pdfpenyedia barang/jasa...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIK TENTANG E-COMMERCE, USAHA KECIL,
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
A. E-Commerce
1. Pengertian E-Commerce
Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk
menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala
bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil
maupun menengah dapat memasuki pasar global. Perusahaan yang awalnya kecil
seperti toko buku Amazon, portal Yahoo, dan perusahaan lelang sederhana Ebay,
ketiganya saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya dalam waktu singkat karena
memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan usahanya (M. Suyanto,
2005).
Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering
dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan
fleksibilitas dalam produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih
cepat untuk produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara
cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat tanpa kertas.
Menurut Internet World States, pada tahun 2005 pemakai internet dunia
mencapai angka 972.828.001 (hampir satu miliar), pengguna di Indonesia
diperkirakan mencapai 16 juta orang. Jumlah pemakai terbesar di Amerika Serikat
dan Kanada, yaitu mencapai 68,2% dari jumlah penduduknya. Electronic commerce
(e-commerce) merupakan konsep yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli
barang pada internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan informasi
melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung,200 dalam
M. Suyanto 2003: 11).
Saat ini tidak dapat ditemui definisi pasti dari Electronic commerce atau E-
commerce yang telah distandarkan dan disepakati bersama. Kalakota dan Whinston
(1997) dalam Daniel et al. (2002) mendefinisikan E-commerce sebagai “pembelian
dan penjualan informasi, produk dan layanan melalui jaringan komputer” dimana
jaringan komputer yang dimaksud adalah Internet.
Laudon dan Traver (2002) dalam Asing-Cashman et al. (2004)
mendefinisikan E-commerce sebagai transaksi komersial antara dan antar organisasi
dan individual yang dilakukan secara digital. Schneider (2002) masih dalam Asing-
Cashman et al. (2004) mendefinisikan E-commerce sebagai aktivitas bisnis yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi transmisi data elektronik seperti yang
digunakan di Internet dan World Wide Web untuk menerapkan atau meningkatkan
proses bisnis.
Baum (1999) dalam Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi (2001) memberi
definisi sebagai berikut “E-commerce is a dynamic set of technologies, applications,
and business process that link enterprises, consumers, and communities through
electronic transactions and the electronic exchange of goods, services, and
information” (pp.36-44). Jadi, E-commerce merupakan satu set dinamis teknologi,
aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan
komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan,
dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Pengertian inilah yang digunakan
dalam penelitian ini.
Suriadinata (2001) juga mengemukakan bahwa sebagai media informasi dan
promosi, situs web sebagai salah satu bentuk E-commerce adalah media dengan daya
jangkau luas serta paling murah. Hal ini dikarenakan situs web adalah media
informasi yang dapat diakses dari segala penjuru dunia atau negara manapun
selama jaringan internet tersedia.
Saat ini tidak dapat ditemui definisi pasti dari Electronic commerce
atau E-commerce yang telah distandarkan dan disepakati bersama. Namun, dari
beberapa penjelasan di atas, mengindikasikan bahwa teknologi E-commerce sebagai
“pembelian dan penjualan informasi, produk dan layanan melalui jaringan komputer”
dimana jaringan komputer yang dimaksud adalah Internet.
2. Jenis dan Karakteristik E-Commerce
Teknologi informasi, telekomunikasi dan Internet adalah teknologi yang
dibutuhkan oleh E-commerce (Yuliana, 2000). Secara umum, E-commerce dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu Business to Business (B2B) dan Business to
Consumer (B2C) (Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001).
B2B merupakan sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis. Pada
umumnya Business to Business commerce menggunakan mekanisme EDI (Electronic
Data Interchange) yang sudah ada sejak lama. Karakteristik Business to Business
commerce adalah:
1. Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah
terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama. Pertukaran informasi
hanya berlangsung di antara mereka dan karena sudah sangat mengenal,
maka pertukaran informasi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan dan
kepercayaan.
2. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berkala dengan format
data yang telah disepakati. Jadi service yang digunakan antar kedua sistem
tersebut sama dan menggunakan standar yang sama pula.
3. Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk
mengirimkan data.
4. Model yang umum digunakan adalah peer-to-peer, dimana processing
intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis (Onno W. Purbo
dan Aang Arif Wahyudi, 2001).
B2C adalah aplikasi E-commerce untuk perusahaan dengan konsumennya
(Yuliana, 2000). B2C menggunakan banyak cara untuk melakukan pendekatan
dengan pihak konsumen, antara lain adalah dengan mekanisme toko online (electronic
shopping mall) atau bisa juga dengan menggunakan konsep portal. Electronic
shopping mall memanfaatkan website untuk menjajakan produk dan jasa pelayanan.
Para penjual menyediakan semacam storefront yang berisikan katalog produk dan
pelayanan yang diberikan. Dan para pembeli bisa melihat-lihat barang apa saja yang
akan dia beli. Konsep portal agak sedikit berbeda dengan konsep toko online. Konsep
portal menyediakan berbagai macam pelayanan di dalam websitenya, baik itu sistem
belanja online, fasilitas email gratis, search engine, berita, ramalan bintang, dan
sebagainya (Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001). Karakteristik Business
to Consumer commerce adalah sebagai berikut:
1. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara umum pula.
2. Service yang dilakukan juga bersifat umum, sehingga mekanismenya dapat
digunakan oleh orang banyak.
3. Service yang diberikan adalah berdasarkan permintaan. Konsumen
berinisiatif sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap
inisiatif konsumen tersebut.
4. Sering dilakukan sistem pendekatan client-server, dimana konsumen di
pihak client menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan
penyedia barang/jasa (business procedure) berada pada pihak server (Onno
W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001).
Konsep dasar aplikasi E-commerce di website atau cara E-commerce bekerja
adalah sebagai berikut: Konsumen berbelanja secara online di pasar/toko online
melalui Internet. Disana, dia mulai berbelanja berbagai macam kebutuhan yang
diinginkan. Untuk itu, mulailah dia memasuki server transaksi online dimana semua
informasi yang dia berikan untuk keperluan belanja online dienkripsi. Kemudian dia
memesan sebuah order. Segala informasi yang berkaitan dengan order ini dikirim
melalui sebuah jaringan pintu gerbang rahasia (private gateway) ke bagian
pemrosesan informasi (processing network) dimana di bagian inilah transaksi
dinyatakan sah atau tidak oleh bank yang bersangkutan (Onno W. Purbo dan Aang
Arif Wahyudi, 2001).
Munculnya kegiatan E-commerce ini harus dapat diantisipasi dengan tepat
dan baik agar tidak kehilangan peluang meraih kesempatan dalam era globalisasi,
terutama di bidang ekonomi. Pengusaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan
sasaran pokok yang harus dibina dan didorong agar dapat memanfaatkan E-
commerce, hal ini dikarenakan posisi UKM yang sangat strategis antara lain pada
populasinya yang mencapai 2,1 juta unit usaha yang tersebar di seluruh nusantara dan
menyerap 20 juta tenaga kerja. Selain itu kegiatan usahanya relatif tahan terhadap
resesi ekonomi dan memiliki daya saing untuk menghasilkan produk di pasaran global
(Aburizal Bakrie, 1999 dalam Yun, 1999).
Purbo dan Wahyudi (2001) mengatakan bahwa perusahaan yang
menggunakan E-commerce akan mendapatkan keuntungan-keuntungan, yaitu (1)
terbukanya aliran pendapatan baru (revenue stream) yang lebih menjanjikan yang
tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional, (2) meningkatkan market exposure,
(3) menurunkan biaya operasional (operating cost), (4) melebarkan jangkauan (global
reach), (5) meningkatkan kesetiaan pelanggan (customer loyalty), (6) meningkatkan
manajemen pemasok (supplier management), (6) memperpendek waktu produksi dan
(7) meningkatkan rantai nilai (value chain).
Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran yang dipakai untuk mengukur
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana
suatu perusahaan dikatakan mengalami keberhasilan dalam bidang-bidang apabila
praktek yang ada cocok dengan semua kebutuhan konstituensi (Kotter dan Heskett,
1992).
Menurut Kraemer et al. (2002) kinerja perusahaan dapat diukur melalui 3 hal
yaitu efisiensi, koordinasi dan perdagangan (posisi pasar dan penjualan) dimana
ketiga hal tersebut diharapkan dapat diperoleh dari adopsi teknologi informasi baru
oleh suatu perusahaan. Peningkatan kinerja dapat berupa pengurangan biaya
transaksi dan koordinasi aktifitas ekonomi yang lebih dekat antar rekan bisnis
(Malone et al., 1987; Mukhopadhyay et al., 1995 dalam Kraemer et al., 2002). Secara
khusus E-commerce diprediksi akan menurunkan biaya koordinasi dan transaksi
karena otomasi online transaksi, begitu juga produktifitas dan peningkatan
efisiensi (Amit dan Zott, 2001; Lucking-Reiley dan Spulbur, 2001; Wigand dan
Benjamin, 1995 dalam Kraemer et al., 2002).
Baik adopsi B2B maupun B2C mendorong peningkatan kinerja yang berkaitan
dengan perdagangan. Adopsi B2B menyebabkan koordinasi yang lebih baik dan
pengurangan biaya, sedangkan adopsi B2C akan menghasilkan peningkatan efisiensi
dan penjualan. Secara keseluruhan adopsi B2B lebih memberikan pengaruh
fundamental pada kinerja perusahaan, karena adopsi B2B ini memberikan
peningkatan dalam jangkauan yang lebih lebar (posisi pasar dan penjualan, koordinasi
dan efisiensi) sedangkan pengaruh adopsi B2C lebih terbatas pada penjualan dan
posisi kompetitif dan efisiensi (Kraemer et al., 2002).
E-commerce B2C tidak memberikan pengaruh besar pada koordinasi dengan
pemasok dan pelanggan karena penjualan ke pelanggan tidak membutuhkan aktifitas
koordinasi seperti pada aktifitas rantai pasokan dengan rekan bisnis, yang
difasilitasi oleh E-commerce B2B. E-commerce B2C terkait dengan efisiensi
karena penyediaan layanan online dapat memberikan penghematan biaya yang sangat
besar, misalnya dengan menghilangkan kebutuhan akan staf layanan pelanggan dan
staf teknis (Kraemer et al., 1999; Kraemer dan Dedrick, 2001 dalam Kraemer et al.
2002). Secara keseluruhan, pengaruh terbesar dari adopsi E-commerce adalah
peningkatan penjualan dan posisi kompetitif, yang dihasilkan baik dari adopsi
B2B maupun B2C (Kraemer et al. 2002).
Sebagai tambahan, pengadaan (procurement) berbasis Internet dan EDI-
berbasis-web membutuhkan investasi yang lebih sedikit dibanding EDI-bukan-
berbasis-web yang masih mahal dan tidak bisa dijangkau oleh perusahaan kecil.
Internet, dengan arsitektur terbukanya, tidak mengikat perusahaan pada satu pemasok
spesifik. Hal ini memberikan potensi yang besar untuk peningkatan efisiensi
operasional karena peningkatan akses elektronik langsung ke pemasok, penghematan
biaya yang signifikan baik biaya administratif maupun transaksi (penghematan biaya
total dan inventori), bahkan peningkatan produktifitas dan secara
keseluruhan peningkatan kinerja bisnis (Venkat, 2000).
3. Inovasi Perdagangan Online E-Commerce
Para peneliti di bidang teknologi informasi telah mulai menggunakan teori
difusi inovasi untuk mempelajari masalah-masalah penggunaan teknologi
(Premkumar dan Ramamurthy, 1995, Moore dan Benbasat, 1996 dalam Seyal dan
Rahman, 2003). Salah satu literatur yang paling sering dikutip adalah teori difusi
inovasi dari Everett M. Rogers (1962). Rogers mendefinisikan difusi sebagai sebuah
proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama waktu
tertentu antar anggota-anggota dari sebuah sistem sosial (Ling, 2001).
Inovasi didefinisikan sebagai sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap
baru oleh individual (Rogers, 1983 dalam Frambach, 1993).
Definisi ini sering diartikan sebagai inovasi yang diadopsi oleh konsumen.
Tetapi, dalam pasar B2B, inovasi dipandang sebagai teknik, proses, mesin dan input
produksi baru yang diadopsi oleh perusahaan atau pengusaha untuk
kegunaanmereka sendiri. (Malecki, 1975 dan Brown, 1981 dalam Frambach, 1993).
Teori difusi inovasi dari Rogers tersebut mengidentifikasi lima atribut penting yang
sangat mempengaruhi tingkat adopsi. Atribut-atribut tersebut adalah: keunggulan
relatif, kompatibilitas, kompleksitas kemampuan untuk mencoba, dan kemampuan
untuk mengamati (Sevcik, 2004).
Selain kompleksitas, semua faktor tersebut mempunyai hubungan positif
dengan adopsi teknologi dimana dalam penelitian ini istilah adopsi didefinisikan
sebagai keputusan untuk memanfaatkan sebuah inovasi secara penuh sebagai arah
tindakan yang terbaik (Rogers, 1995 dalam Seyal dan Rahman, 2003).
Sebuah inovasi dianggap konsisten dengan nilai- nilai yang ada,
pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi potensial. Ini merupakan area
dimana Rogers menunjukkan betapa kuatnya individu yang beroperasi dalam sebuah
struktur sosial dalam menentukan proses adopsi. Tetapi Sevcik (2004)
mengemukakan bahwa kompabilitas mempunyai dua aplikasi langsung pada
jaringan perusahaan.
Pertama, hal yang baru tersebut harus secara teknis kompatibel. Hal baru
tersebut harus mengikuti standar protokol dan interface yang telah diadopsi oleh
perusahaan atau dengan kata lain, hal baru tersebut dapat dipasang atau sesuai dengan
jaringan yang ada.
Kedua, produk atau layanan baru tersebut harus secara organisasional
kompatibel. Produk atau layanan baru tersebut harus sesuai dengan cara dimana
jaringan dioperasikan. Hal ini relevan khususnya bagi layanan dan alat
manajemen jaringan. Sebagai contoh, sistem manajemen yang dimiliki dan
dioperasikan oleh grup jaringan biasanya tidak mengumpulkan informasi pada server
karena server adalah departemen yang berbeda. Menambahkan sebuah inovasi
manajemen server ke sebuah alat jaringan adalah tidak kompatibel dengan organisasi
perusahaan dan struktur pelaporan.
Apabila inovasi dimaksudkan sebagai sebuah cara baru bagi perusahaan untuk
beroperasi, mengorganisasi atau melapor, maka inovasi akan mendorong pemikiran
“di luar kotak” yang membutuhkan pendidikan. Perubahan budaya yang dibutuhkan
akan menghasilkan resistansi terhadap inovasi (Sevcik, 2004).
Di dalam E-Commerce diperlukan inovasi dengan beragam database yang
bisa dijadikan sebagai komponen pembangunan toko online sebagai kumpulan dari
item data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang diorganisasikan
berdasarkan sebuah skema atau struktur tertentu. Database tidak selalu berhubungan
dengan komputer. Contohnya adalah buku telepon. Hal ini karena buku ini berisi
kumpulan nama, alamat, dan nomor telepon yang disusun dalam urutan alfabetis.
Namun pada saat sekarang ini, database sangat identik dengan komputer. Database
di dunia komputer memang sudah menjadi bagian yang sangat penting. Hampir
semua aplikasi memakai database sebagai tulang punggungnya. Database diperlukan
karena berbagai macam alasan, diantaranya:
1. Satu komponen penting dalam sistem informasi, karena merupakan
dasar dalam menyediakan informasi.
2. Menentukan kualitas informasi akurat, tepat pada waktunya dan
relevan.
3. Mengurangi duplikasi data (data redundancy).
4. Hubungan data dapat ditingkatkan (data reliability).
5. Mengurangi pemborosan tempat simpanan luar. (Didik, 2009).
Berikut di bawah ini ilustrasi jenjang data dalam inovasi komponen E-
Commerce:
Gambar 2.1 Jenjang data
Adapun penjelasan dari tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Database merupakan kumpulan dari file/table membentuk database.
2. File merupakan kumpulan dari record-record yang menggambarkan satu
kesatuan data yang sejenis. Misalnya file mata pelajaran berisi data
tentang semua mata pelajaran yang ada.
3. Record merupakan kumpulan dari field membentuk suatu record. Record
menggambarkan syatu unit data individu yang tertentu. Kumpulan dari
record membentuk suatu file. Misalnya file personalia, tiap-tiap record
dapat mewakili data tiap-tiap karyawan.
4. Field Mempresentasikan suatu atribut dari record yang menunjukkan suatu
item dari data, seperti misalnya nama, alamat dan lain sebagainya,
sementara itu kumpulan dari field membentuk suatu record.
5. Characters: Merupakan bagian data yang terkecil, dapat berupa karakter
numerik, huruf ataupun karakter-karakter khusus (Special Characters)
yang membentuk suatu item data/field (Didik, 2009).
a. MySQL
MySQL adalah salah satu database server yang cukup dikenal saat ini.
MySQL keluaran T.c.X. data Consult AB, sebuah perusahaan IT Swedia, yang
menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan database server lainnya, yaitu:
1. Mampu menangani jutaan user dalam waktu yamg bersamaan.
2. Mampu menampung lebih dari 50.000.000 record.
3. Sangat cepat dalam mengeksekusi perintah.
Selain itu MySQL juga menyediakan dukungan open source. Setiap
pengguna MySQL diizinkan untuk mengubah source untuk keperluan pengembangan
atau menyelaraskan spesifikasi database sesuai kebutuhan (Janner, 2006). MySQL
adalah suatu database populer dengan pengembang Web (Web Developer). Kecepatan
dan ukuran yang kecil membuatnya ideal untuk web site. Ditambah lagi dengan fakta
bahwa MySQL adalah open source.
Adapun keuntungan MySQL adalah:
1. Cepat. Tujuan utama dari pengembangan MySQL adalah kecepatan,
sebagai konsekuensi software yang dirancang dari awal untuk
kecepatan.
2. Tidak Mahal. MySQL adalah Cuma-Cuma di bawah lisensi GPL open
source, sementara pembiayaan untuk lisensi komersialnya sangatlah
pantas.
3. Mudah digunakan. Anda dapat membangun dan berinteraksi dengan
database MySQL hanya dengan menggunakan sedikit pernyataan
sederhana di dalam bahasa SQL, yang menjadi bahasa standar untuk
komunikasi dengan RDBMS.
4. Dapat berjalan pada beberapa sistem operasi. MySQL dapat berjalan
pada sistem operasi beragam, seperti Windows, linux, Mac OS.
5. Dukungan teknis secara luas tersedia.
6. Aman. MySQL adalah sistem otorisasi fleksibel yang mengijinkan
beberapa atau semua privilege database untuk pengguna khusus atau
kelompok pengguna.
7. Mendukung database yang besar. MySQL menangani database sampai
50 juta baris atau lebih.
8. Customizable. Lisensi GPL open source mengijinkan pemrogram untuk
memodifikasi software MySQL untuk mencocokkannya dengan
lingkungan tertentu (Janner, 2006).
Syntaks-syntaks MySQL, yakni Perintah-perintah yang umum digunakan
dalam MySQL diantaranya adalah:
a. INSERT
digunakan untuk mengisi data atau menambah record pada suatu tabel.
INSERT INTO nama_tabel (kolom1, kolom2..) VALUES (nilai1,nilai2..).
b. SELECT
Digunakan untuk melihat data dari satu atau beberapa tabel.
SELECT kolom-kolom; FROM nama-tabel;
Untuk melihat seluruh isi kolom dari suatu tabel digunakan query SELECT
*. SELECT * FROM nama-tabel;
c. WHERE
Digunakan untuk menyaring hasil query sehingga record yang dikeluarkan
hanyalah record yang sesuai dengan yang diinginkan.
SELECT kolom1, kolom2
FROM kolom1
WHERE kolom2 < kriteria;
d. DISTINCT
Dapat digunakan untuk menghilangkan record-record yang sama.
SELECT DISTINCT kolom2 FROM kolom1;
e. BETWEEN
Digunakan untuk membatasi suatu batas nilai tertentu.
SELECT kolom1,kolom2,kolom3
FROM kolom1
WHERE kolom2 BETWEEN..AND..;
f. LIKE
Digunakan untuk pencarian data yang memiliki pola tertentu.
SELECT kolom1,kolom2
FROM kolom1
WHERE kolom1 LIKE „A%‟;
g. ORDER BY
Digunakan untuk mensortir data hasil query sesuai dengan kebutuhan.
SELECT kolom1,kolom2
FROM kolom1
ORDER BY kolom1;
Untuk mensortir dengan urutan terbalik, digunakan keywoord tambahan
DESC. Sedangkan untuk ututan yang teratur digunakan keyword ASC.
SELECT kolom1.kolom2
FROM kolom1
ORDER BY kolom 1 DESC;
f. DELETE
Digunakan untuk menghapus suatu record dengan kriteria tertentu. DELETE
FROM nama-tabel WHERE kriteria: Untuk menghapus record pada suatu tabel,
digunakan perintah DELETE tanpa menentukan kriterianya.
DELETE FROM nama-tabel;
i. UPDATE
Digunakan untuk memodifikasi nilai kolom dari suatu record.
UPDATE nama-tabel
SET nama-kolom1=nilai-baru1,nilai-kolom2=nilai-baru2,
WHERE criteria; (Kasiman, 2006).
b. PhpMyAdmin
Setiap RDBMS (Relation Database Management System) seperti Oracle,
SQL Server, MySQL dan lain-lain, pasti memiliki tool yang dapat digunakan untuk
mempermudah pengoperasian database. Oracle memiliki TAOD. SQL Server
memiliki Enterprise Manager dan SQL Query Analyzer. Sedangkan MySQL
memiliki tool atau aplikasi yang disebut PhpMyAdmin.
PhpMyAdmin merupakan aplikasi berbasiskan web yang dikembangkan
menggunakan bahasa pemrograman PHP. Melalui PhpMyAdmin, user dapat
melakukan perintah query. Perintah tersebut misalnya administrasi user dan
privileges, export dan import database, manajemen database, manajemen tabel dan
struktur tabel, dan sebagainya. PhpMyAdmin sangat user friendly, sehingga mudah
untuk digunakan walaupun pengguna baru (newbie) (Saputro, 2008).
c. PHP (Personal Home Page)
PHP adalah bahasa (Scripting Language) yang dirancang secara khusus
untuk penggunaan Web. PHP adalah tool anda untuk pembuatan halaman web
dinamis. Kaya akan fitur yang membuat perancangan web dan pemrograman lebih
mudah, PHP digunakan pada 13 juta domain. Seperti bahasa pemrograman web
lainnya. PHP memproses seluruh perintah yang berada dalam skrip PHP di dalam
web server dan menampilkan outputnya ke dalam web browser klien. PHP adalah
bahasa scripting yang menghasilkan output HTML ataupun output-output lainnya,
sesuai keinginan pemrogram (misalnya: PDF, dan lain-lain) yang dijalankan pada
server side. Artinya, semua sintaks yang kita berikan akan sepenuhnya dijalankan
pada server sedangkan yang dikirimkan ke browser hanya hasilnya (output) saja
(Janner, 2006).
Kode PHP diawali dengan tanda lebih kecil (<) dan diakhiri dengan tanda
lebih besar (>). Ada empat cara untuk menuliskan skrip PHP, yaitu:
a) <? Hallo ?>
b) <? Php Hallo?>
c) <% Hallo%>
d) <SCRIPT LANGUAGE=”php”>Hallo</SCRIPT>
Jika ingin menambahkan komentar, namun komentar tersebut tidak ikut
dieksekusi maka dapat ditulis sebagai berikut :
/* Tulis Komentar */ atau // Tulis Komentar
Skrip yang dibuat dengan PHP disimpan dengan nama file dan diikuti
dengan ekstensi *.php, misalnya : contoh.php. Bila skrip PHP diakses melalui
komputer lokal maka file PHP disimpan di folder htdocs di web server. Semua
halnya dengan penamaan dokumen HTML, pemberian nama dokumen yang sama
tetapi dituliskan dengan case yang berbeda akan dianggap sebagai dokumen yang
berbeda, misalnya contoh.php akan berbeda dengan CONTOH.php. Skrip PHP
dapat disisipkan di bagian manapun dalam dokumen HTML, begitu pula sebaliknya
skrip HTML dapat diletakkan diantara skrip PHP:
* Contoh1.php (Menyisipkan skrip PHP di dokumen HTML)
<html>
<head>
<title> Menyisipkan PHP di dokumen HTML </title>
</head>
<body>
Cara menyapa PHP dengan akrab: <br>
<p>
<?php
Echo “Hallo PHP, Apa khabar?”;
?>
</body>
</html> (Kasiman, 2006).
Adapun keunggulan PHP antara lain:
1. cepat, karena ditempelkan (embedded) di dalam kode HTML, sehingga
waktu tanggap menjadi pendek.
2. Tidak mahal-gratis, pada kenyataannya PHP adalah gratis dan bisa
diperoleh tanpa harus membayarnya.
3. Mudah untuk digunakan, PHP berisi beberapa fitur khusus dan fungsi
yang dibutuhkan untuk membuat web yang dinamis.
4. berjalan pada beberapa sistem Operasi, dapat berjalan pada sistem
operasi yang beragam, windows, linux, Mac OS, dan kebanyakan variasi
dari Unix.
5. Dukungan teknis tersedia secara luas karena PHP menyediakan
dukungan gratis via daftar diskusi e-mail.
6. Aman, pengguna tidak melihat kode PHP, karena kode yang
ditampilkan pada browser adalah kode HTML.
7. Dirancang untuk mendukung database. PHP meliputi kemampuan
yang dirancang untuk berinteraksi dengan database tertentu.
8. Customizable, Lisensi open source sehingga mengizinkan para
pemrogram untuk memodifikasi software PHP (Janner, 2006).
2.6.2 Web server
Web server adalah software yang menjadi tulang belakang dari world
wide web (www). Web server menunggu permintaan dari client yang menggunakan
browser seperti Netscape Navigator, Internet Explorer, Modzilla, dan program
browser lainnya. Jika ada permintaan dari browser, maka web server akan memproses
permintaan itu kemudian memberikan hasil prosesnya berupa data yang diinginkan
kembali ke browser. Data ini mempunyai format yang standar, disebut dengan format
SGML (standar general markup language). Data yang berupa format ini
kemudian akan ditampilkan oleh browser sesuai dengan kemampuan browser
tersebut. Contohnya, bila data yang dikirim berupa gambar, browser yang hanya
mampu menampilkan teks (misalnya lynx) tidak akan mampu menampilkan gambar
tersebut, dan jika ada akan menampilkan alternatifnya saja. Web server, untuk
berkomunikasi dengan client-nya (web browser) mempunyai protokol sendiri, yaitu
HTTP (hypertext transfer protocol) (Effendi ,2009).
.d. Macromedia Dreamweaver 8
Macromedia Dreamweaver 8 merupakan sebuah editor HTML profesional
untuk mendesain secara visual dan mengelola situs web maupun halaman web.
Macromedia Dreamweaver 8 adalah salah satu vendor Macromedia Inc. Pada saat ini
pihak Macromedia telah mengeluarkan versi terbaru dari macromedia
Dreamweaver memiliki kemampuan untuk menyunting folder dengan lebih baik,
serta mampu menggabungkan layout site dengan progreming web.
Macromedia Dreamweaver merupakan sebuah editor HTML
profesional untuk mendesain secara visual dan mengolah situs web maupun halaman
web. Macromedia Dreamweaver 8 adalah salah satu produk dari vendor Macromedia
Inc. Dimana Macromedia Dreamweaver 8 ini memiliki kemampuan untuk
menyunting kode dengan lebih baik, serta mampu menggabungkan layout
site dengan programming web.
Aplikasi pada Dreamweaver juga dapat membuat sebuah aplikasi dinamis
dengan database menggunakan bahasa server seperti CFML, ASP.NET, ASP,
JSP, dan PHP. CSS atau Cassading Style adalah sebuah dokumen yang berisi aturan
yang digunakan untuk memisahkan isi dengan layout dalam halaman-halaman web
yang dibuat (Kurniawan, 2008).
e. CSS (Cascading Style Sheet)
CSS digunakan dalam kode HTML untuk menciptakan suatu kumpulan
style yang terkadang dapat digunakan untuk memperluas kemampuan HTML,
sebagai contoh, kode HTML murni tidak memungkinkan untuk untuk mengatur
ukuran font yang diterapkan pada setiap sel dan bahkan tag <BASEFONT> pun tak
berpengaruh pada sel-sel tabel (Abdul, 2003).
Selain bahasa pemrograman di atas, masih terdapat banyak kode script yang
dapat digunakan untuk melakukan inovasi komponen dalam membangun situs E-
Commerce. Yang pasti, sebuah E-Commerce hadir untuk lebih memudahkan
melakukan pemasaran dan penjualan produk yang menjadi usaha seorang pengusaha,
khususnya usaha kecil, karena usaha kecil berangkat dari modal yang kecil juga.
4. Manfaat Proses Transaksi Online E-Commerce
Manfaat yang dirasakan didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang
percaya bahwa penggunaan sebuah sistem tertentu akan meningkatkan kinerja
kerjanya. Persepsi tentang manfaat jangka panjang dan kesempatan bisnis potensial
adalah pendorong usaha kecil untuk go online (Asing-Cashman et al., 2004).
Cloete et al. (2002) dalam Asing-Cashman et al. (2004) mengemukakan
bahwa adopsi E-commerce ke dalam usaha kecil dan menengah sangat bergantung
pada penerimaan orang terhadap teknologi dan untuk itu perlu dipahami faktor-faktor
yang mengarah ke penerimaan individual atas teknologi E-commerce. Technology
Acceptance Model (TAM) (Davies, 1986 dalam Asing- Cashman et al., 2004) dapat
digunakan untuk menggambarkan situasi tersebut.
Pengguna potensial dari E-commerce tidak hanya harus yakin tentang
manfaat relevan dari E- commerce tetapi juga harus mempunyai sikap positif tentang
hal tersebut. Model TAM selanjutnya menyatakan bahwa pengguna harus merasa
nyaman dengan teknologi yang disebarkan, meskipun tetap menduga akan adanya
faktor variabel eksternal yang mempengaruhi penerimaan yang berada di luar kontrol
pengguna.
Internet Commerce adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan
dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara
lain pemesanan dan pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau
sarana lain setelah pembeli mentranser uang ke rekening penjual. Harga lebih murah
biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat. Internet
media promosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif
lebih murah. Serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan
pengantaran barang sampai ketempat pemesanan (Nofie, 2009).
Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering
dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan
fleksibilitas dalam produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih
cepat untuk produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara
cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat tanpa kertas.
Pemanfaatan internet memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan
tujuan pasar global, sehingga peluang menembus ekspor sangat mungkin. Menurut
Internet World States, pada tahun 2005 pemakai internet dunia mencapai angka
972.828.001 (hampir satu miliar), pengguna di Indonesia diperkirakan mencapai 16
juta orang. Jumlah pemakai terbesar di Amerika Serikat dan Kanada, yaitu mencapai
68,2% dari jumlah penduduknya.
Electronic commerce (e-commerce) merupakan konsep yang bisa
digambarkan sebagai proses jual beli barang pada internet atau proses jual beli atau
pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet
(Turban, Lee, King, Chung,200 dalam M. Suyanto 2003;11).
Menurut Kalakota dan Whinston (1997) mendefinisikan e-commerce dari
beberapa perspektif berikut:
1. Perspektif komunikasi: e- commerce merupakan pengiriman informasi,
produk/layanan, atau pembayaran melalui line telepon, jaringan komputer atau
sarana elektronik lainnya.
2. Perspektif Proses Bisnis: e- commerce merupakan aplikasi teknologi menuju
otomatisasi transaksi dan aliran kerja perusahaan.
3. Perspektif layanan: e–commerce merupakan salah satu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen dan manajemen dalam memangkas service
cost ketika meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.
4. Persperktif Online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk
dan informasi di internet dan jasa online lainnya.
Penggolongan e-commerce yang lazim dilakukan orang adalah berdasarkan
sifat transaksinya. Menurut M. Suyanto (2003: 30) tipe-tipe berikut segera
bisa dibedakan:
1. Business to Business (B2B)
2. Business to Consumer (B2C)
3. Consumer to Consumer (C2C)
4. Consumer to Business (C2B)
5. Non Business e-commerce
6. Intrabusiness (Organizational) e -commerce
Menurut Sholekan (2009;14) perdagangan tradisional pada dasarnya adalah
tindakan perusahaan-perusahaan menjual barang dan/atau jasa untuk menghasilkan
pendapatan dalam bentuk uang, yang pada gilirannya menghasilkan laba bersih dari
selisih pendapatan dikurangi harga pasar plus biaya-biaya operasional. Sementara
itu, perdagangan elektronik melakukan hal yang mirip dengan perdagangan
tradisional, tetapi memiliki kelebihan-kelebihan secara langsung dapat bermanfaat
untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan. Dengan fleksibilitasnya
perdagangan elektronik dapat memangkas biaya-biaya pemasaran dengan
kemudahannya dan kecanggihannya dalam menyampaikan informasi-informasi
tentang barang dan jasa langsung ke konsumen dimanapun mereka berada.
Perusahaan yang berbisnis secara elektronik juga dapat memangkas biaya operasional
toko sebab mereka tidak perlu memajang barang-barangnya di toko yang berukuran
besar dengan karyawan yang banyak.
Tabel 2.1
Perbandingan media perdagangan tradisional dan perdagangan elektronik
Siklus Penjualan Perdagangan Tradisional Perdagangan Elektronik
Mencari informasi barang/jasa yang diperlukan
Majalah, katalog, surat kabar, bentuk-bentuk tercetak
Situs web
Memeriksa harga Katalog tercetak Katalog online
Memelihara ketersediaan barang dan harganya
Telepon, fax Situs web
Melakukan pemesanan Surat, fax, dan bentuk-bentuk tercetak lainnya
Surat elektronik (e-mail)
Mengirimkan pesanan Surat, fax Surat elektronik, halaman web
Mengurutkan pesanan manual Basis data
Memeriksa barang di gudang
Bentuk tercetak, telepon, fax
Basis data, web
Menjadwalkan pengiriman
Bentuk tercetak Surat elektronik, Basis data
Membuat invoice Bentuk tercetak Basis data
Mengirimkan pesanan pengirim Pengirim
Konfirmasi pesanan Surat, telepon, fax Surat elektronik
Mengirimkan invoice dan menerima invoice
surat Surat elektronik, EDI
Jadwal pembayaran Bentuk tercetak Basis data, EDI
Mengirim dan menerima bukti pembayaran
Surat EDI, EFT
Sumber: Sholekan (2009:16)
Perdagangan secara eletronik menawarkan kepada UKM keuntungan jangka
pendek dan jangka panjang. Perdagangan elektronik tidak hanya membuka pasar baru
bagi produk dan/atau jasa yang ditawarkan, mencapai konsumen baru, tetapi juga
dapat mempermudah cara UKM melakukan bisnis. Disamping itu, perdagangan
elektronik juga sangat bermanfaat bagi pelanggan/konsumen dan masyarakat umum.
Secara umum, ada berbagai manfaat lain saat melakukan perdagangan elektronik.
Menurut Sholekan (2009;17), manfaat lain itu adalah sebagai berikut:
a. Keuntungan bagi perusahaan
• Memperpendek jarak
Perusahaan dapat lebih mendekatkan diri dengan konsumen. Dengan
hanya meng-klik tautan-tautan yang ada pada situs, konsumen dapat
menuju ke perusahaan dimanapun saat mereka berada.
• Perluasan pasar
Jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak terbatas oleh
area geografis dimanapun perusahaan berada.
• Perluasan jaringan mitra bisnis
Pada perdangan tradisional, sangat sulit bagi suatu perusahaan untuk
mengetahui posisi geografis mitra kerjanya yang berada di negara lain
atau benua lain. Bagaimanapun juga, mitra kerja sangat penting untuk
konsultasi dan kerjasama baik teknis maupun non-teknis. Dengan
adanya perdagangan elektronik lewat jaringan internet, hal tersebut
bukan menjadi masalah yang besar lagi.
• Efisiensi
Seperti disinggung di bagian sebelumnya, perdagangan elektronik akan
sangat memangkas biaya operasional. Perusahaan yang berdagang
secara eletronik tidak membutuhkan kantor dan toko yang besar,
menghemat kertas yang digunakan untku transaksi, periklanan, serta
pencatatan. Selain itu, perdagangan elektronik juga sangat efisien dari
sudut waktu yang digunakan. Pencarian informasi produk dan transaksi
dapat dilakukan lebih cepat dan akurat.
b. Keuntungan bagi konsumen
• Efektif
Konsumen dapat memperoleh informasi tentang produk yang
dibutuhkannya dan bertransaksi dengan cara yang cepat dan murah.
• Aman secara fisik
Konsumen tidak perlu mendatangi toko tempat perusahaan menjajakan
barangnya dan ini memungkinkan konsumen dapat bertransaksi
dengan aman, sebab di daerah tertentu mungkin sangat berbahaya jika
berkendaraan dan membawa uang tunai dalam jumlah yang besar.
• Fleksibel
Konsumen dapat melakukan transaksi dari berbagai lokasi, baik dari
rumah, kantor, warnet, atau tempat lainnya. Konsumen juga tidak perlu
berdandan rapi seperti pada perdagangan tradisional umumnya.
c. Keuntungan bagi masyarakat umum
• Mengurangi polusi dan pencemaran lingkungan
Dengan adanya perdagangan elektronik yang dapat dilakukan dimana
saja, konsumen tidak perlu melakukan perjalanan ke toko, dimana hal
ini pada gilirannya akan mengurangi jumlah kendaraan yang berlalu
lalang di jalanan. Berkurangnya kendaraan di jalanan berarti
menghemat bahan bakar dan mengurangi tingkat polusi udara sebab
gas-gas buangan kendaraan bermotor dapat mencemari lingkungan.
• Membuka peluang kerja baru
Era perdagangan elektronik akan membuka peluang kerja baru bagi
mereka yang tidak buta teknologi. Muncul pekerjaan baru seperti
pemrograman komputer, perancangan web, ahli di bidang basis data,
analisis sistem, ahli di bidang jaringan komputer, dan sebagainya.
• Menguntungkan dunia akademis
Berubahnya pola hidup masyarakat dengan hadirnya perdagangan
elektronik, kalangan akademisi akan semakin diperkaya dengan kajian-
kajian psikologis, antropologis, sosial-budaya, dan sebagainya yang
berkaitan dengan dunia maya. Selain itu, dampak langsung dari
hadirnya internet secara langsung akan menantang kiprah ilmuwan di
bidang teknik komputer, teknik telekomunikasi, elektronika,
pengembangan perangkat lunak dan sebagainya.
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Perdagangan elektronik, seperti juga teknologi komputer pada
umumnya, hanya dapat dilakukan oleh orang yang tidak gagap
teknologi, sehingga pada gilirannya akan merangsang orang-orang
untuk mempelajari teknologi komputer demi kepentingan mereka
sendiri. Selain itu, dalam melakukan perdagangan elektronik,
seseorang suatu saat mungkin akan tersesat ke situs-situs berkualitas
yang akan meningkatkan pemahaman orang yang bersangkutan.
Disamping segala hal yang menguntungkan di atas, segala ciptaan manusia
pasti memiliki sisi negatif. Namun dari sudut pandang manapun, perdagangan
elektronik memiliki positif lebih banyak dari sisi negatifnya. Menurut Sholekan
(2009;19) dampak negatif perdagangan elektronik pada umumnya sebagai berikut:
• Meningkatkan individualisme
Pada perdagangan elektronik, seseorang dapat bertransaksi dan
mendapatkan barang/jasa yang diperlukannya tanpa perlu bertemu
dengan siapapun. Ini membuat beberapa orang menjadi berpusat pada
diri sendiri (egois) serta merasa dirinya tidak terlalu membutuhkan
kehadiran orang lain dalam hidupnya.
• Terkadang menimbulkan kekecewaan
Apa yang dilihat di layar monitor komputer kadang berbeda dengan
apa yang dilihat secara kasat mata. Seseorang yang membeli lukisan di
internet mungkin suatu saat akan mendapati lukisannya tidak memiliki
warna yang sama dengan apa yang dilihatnya di layar monitor.
• Tidak manusiawi
Sering sekali orang pergi ke toko dari pusat perbelanjaan (mall) tidak
sekedar ingin memuaskan kebutuhannya akan barang-barang/jasa
tertentu. Ia mungkin melakukannya untuk penyegaran atau
bersosialisasi dengan rekan-rekan atau keluarganya. Perdagangan
elektronik gagal dipandang dari sudut pandang seperti ini. Di internet,
meski kita dapat mengobrol dengan orang lain, kita tidak mungkin
dapat merasakan jabat tangannya, senyuman ramahnya, atau candanya.
Di dalam era kemajuan dari sisi teknologi informasi ini, penerapan E-
Commerce merupakan sesuatu yang dapat digunakan agar penjualan produk dapat
meningkat sehingga perusahaan akan berubah dari small, medium, kemudian menjadi
perusahaan besar.
B. Usaha Kecil
1. Pengertian Usaha Kecil
Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama,
tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya dua
aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan
ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut.
Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent, tidak dominan dalam
daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat
kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan
menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek- praktek inovasi
strategis.
Pengertian usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sangat beragam.
Sebelum dikeluarkannya UU No.9/1995, setidaknya ada lima instansi yang
merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu adalah
Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen
Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima instansi itu,
kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan
pendekatan finansial.
Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia manggambarkan bahwa perusahaan
dengan jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan
dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5 - 19 orang sebagai industri
kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20 - 99 orang sebagai industri sedang atau
menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai
industri besar.
Mengacu Undang-Undang No 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari
segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: (1) memiliki kekayaan bersih
paling banyak 200 Juta Rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha), atau (2) memiliki hasil penjualan paling banyak 1 Milyar Rupiah per
tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah : (1) untuk sektor industri, memiliki
total aset paling banyak 5 Milyar Rupiah per tahun, dan (2) untuk sektor nonindustri,
memiliki kekayaan bersih paling banyak 600 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 3 Milyar
Rupiah per tahun. INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah
adalah unit kegiatan yang memiliki kekayan bersih lebih besar dari 200 Juta Rupiah
sampai maksimal 10 Milyar Rupiah.
Departemen Perindustrian memalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian
No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha kecil berdasarkan
nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan usaha kecil
adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannya), bernilai
kurang dari 600 Juta Rupiah. Departemen Perdagangan membatasi usaha kecil
berdasarkan modal kerjanya.
Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha (dagang) yang
modal kerjanya bernilai kurang dari 25 Juta Rupiah. Sedangkan Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan,
pertanian dan industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam bidang konstruksi.
Menurut Kadin yang dimaksud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama
adalah yang memiliki modal kerja kurang dari 600 Juta Rupiah. Adapun untuk
kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal
kerja kurang dari 250 Juta Rupiah dan memiliki nilai usaha kurang dari 1 Milyar
Rupiah.
Selain itu, pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara
mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar kuantitatif tertentu,
serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenis-jenis usaha atau bisnis. Tujuan
pengelompokan usaha dapat disebutkan beragam dan pada intinya mencakup empat
macam tujuan, yaitu sebgai berikut.
1. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan (teoritis). 2. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah. 3. Untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi
perusahaannya. 4. Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja
perusahaan (Partomo dan Soejodono, 2004).
2. Jenis Usaha Kecil
Kualifikasi usaha kecil yang dimaksud dalam Peraturan Presiden No.54 Tahun
2010, mengacu kepada kriteria yang diatur dalam UU No 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kriteria usaha kecil beromzet sampai dengan
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) atau memiliki kekayaan
bersih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan.
Klasifikasi SIUP mengacu kepada nilai pekerjaan. Bila pekerjaan tersebut
bernilai sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) maka
paket tersebut diperuntukkan bagi usaha kecil, kecuali bila usaha kecil tidak memiliki
kompetensi untuk melakukan pekerjaan tersebut (pasal 100).
SIUP yang dikeluarkan sebelum Permendag Nomor : 46/M-DAG/PER/2009
dinyatakan tetap berlaku, tetapi wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri yang baru. Pada ayat (2) dinyatakan bahwa Setelah ditetapkan
Peraturan Menteri ini, jika pemilik SIUP Kecil, SIUP Menengah, dan SIUP Besar
akan mengikuti kegiatan yang terkait dengan kriteria usaha berdasarkan kekayaan
bersih, wajib menyesuaikan SIUP-nya terlebih dahulu sebelum mengikuti kegiatan
tersebut. Jadi untuk penentuan jenis SIUP harus mengacu kepada Permendag Nomor :
46/M-DAG/PER/2009, sehingga memungkinkan jenis SIUP perusahaan berubah,
sehingga hak untuk mengikuti pelelangan pun berubah sesuai dengan kriteria yang
baru. Sebagai contoh jika perusahaan A memiliki modal dan kekayaan bersih
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), maka berdasarkan kategori Permendag
Nomor: 36/M-DAG/PER/9/2007 termasuk kategori SIUP besar, tetapi dengan
ketentuan pada Permendag Nomor : 46/M-DAG/PER/2009, dengan kekayaan bersih
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) masuk dalam kategori SIUP menengah.
Berdasarkan ketentuan UU NO 20 Tahun 2008 dan Permendag No.49/M-
DAG/PER/9/2009 Pasal 2 ayat 3, bahwa SIUP Menengah wajib dimiliki oleh
Perusahaan Perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) - Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut ketentuan tersebut usaha menengah
digolongkan sebagai usaha non kecil. Penyesuaian SIUP dapat dilakukan secara
simultan. Yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian kriteria usaha yang disampaikan
dalam dokumen penawaran dapat dibuktikan pada saat pembuktian kualifikasi.
Mengacu pada UU No 20 Tahun 2008, kualifikasi usaha kecil dan non kecil
pada pekerjaan kontruksi ditentukan berdasarkan besaran nilai kekayaan bersih atau
omset, serta persyaratan teknis lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan (bilamana ada). Dalam hal terdapat Penyedia yang memiliki kriteria sebagai
usaha kecil menurut UU 20/2008, namun masih memiliki ijin usaha yang tergolong ke
dalam usaha menengah/besar sebelum UU tersebut diberlakukan, maka dapat
dilakukan klarifikasi pada saat pembuktian kualifikasi terhadap peringkat 1,2,3.
Bilamana hasil klarifikasi terbukti bahwa penyedia tersebut tergolong sebagai usaha
kecil, maka penyedia dimaksud dapat ditunjuk sebagai pemenang untuk paket
pekerjaan yang ditujukan kepada usaha kecil.
Di samping itu, Penyedia Pekerjaan Konstruksi yang termasuk dalam
golongan usaha kecil dapat mengikuti pelelangan yang ditujukan kepada usaha non
kecil, sepanjang memenuhi persyaratan antara lain memiliki Kemampuan Dasar (KD)
dan Sisa Kemampuan Paket (SKP) yang cukup, serta memenuhi kebutuhan personil
dan peralatan yang dipersyaratkan.
Salah satu persyaratan kualifikasi bagi Penyedia adalah memiliki pengalaman
yang sesuai pada sub-bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil (untuk nilai
pekerjaan di atas Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)) dan
kemampuan bidang pekerjaan yang sesuai dengan bidang pekerjaan (untuk nilai
pekerjaan sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah))
untuk usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil (lampiran II Bagian B.1.g.3)g).
Panitia lelang berhak menentukan kualifikasi yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilelangkan tetapi dilarang membuat ketentuan yang bersifat diskriminatif dan harus
mengindahkan prinsip terbuka dan bersaing.
Pengalaman pekerjaan dapat dihitung sejak tanggal serah terima pekerjaan
pertama (PHO). Pengalaman pekerjaan dapat dilakukan konversi dengan
menggunakan rumus berikut:
a. NPt = Nilai paket tertinggi berdasarkan pengalaman menangani pekerjaan
dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir.
b. nilai pengalaman pekerjaan dapat dikonversi menjadi nilai pekerjaan
sekarang dengan present value menggunakan perhitungan sebagai berikut:
NPs = Npo x Is/Io
NPs = Nilai pekerjaan sekarang
Npo = Nilai pekerjaan keseluruhan termasuk eskalasi (bila ada) saat
penyerahan
pertama/provisional hand over (PHO)
Io = Indeks dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada bulan PHO
Is = Indeks dari BPS pada bulan penilaian prakualifikasi (bila belum ada dapat
dihitung dengan regresi linier berdasarkan indeks bulan-bulan sebelumnya)
Indeks BPS yang dipakai adalah:
a. Untuk jasa pemborongan: indeks perdagangan besar barang-barang
konstruksi atau lainnya yang merupakan komponen terbesar dari pekerjaan.
b. Untuk jasa konsultansi: indeks biaya hidup (consumer Price Index/CPI).
c. Untuk pemasokan barang: indeks perdagangan besar barang-barang yang
sesuai.
d. Untuk jasa lainnya: indeks yang sesuai.
Untuk Penyedia yang memenangkan lelang lebih dari satu paket harus
mengacu kepada Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 pasal 19 ayat (1) huruf i yang
menyatakan khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut:
SKP = KP – P
KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:
a) untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5
(lima) paket pekerjaan; dan
b) untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan
sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.
P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.
N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat
bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Jika Penyedia tersebut masih memiliki SKP, maka diperkenankan menjadi
pemenang pada paket baru, tetapi jika tidak memiliki SKP, maka dapat digugurkan.
Satu Penyedia dapat memasukkan penawaran untuk beberapa paket pekerjaan
pada waktu yang bersamaan, khusus untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan paket yang cukup pada saat pembuktian
kualifikasi dan penandatanganan kontrak.
Bilamana pekerjaan tersebut ditujukan untuk usaha kecil dan calon
pemenangnya berstatus badan hukum PT, maka perlu diklarifikasi kualifikasi usaha
PT tersebut, apakah tergolong kecil atau non kecil. Bila Penyedia yang berstatus
sebagai PT tersebut termasuk dalam golongan non kecil, dan paket tersebut
sebenarnya ditujukan untuk usaha kecil, maka pengusaha non kecil yang mengikuti
pelelangan tersebut dinyatakan gagal. Sedangkan untuk pekerjaan jasa konsultansi
tidak ada pembatasan dimaksud.
Klasifikasi bidang dan sub bidang pekerjaan konstruksi dapat dilihat pada
Perlem LPJK No 11a Tahun 2007 sambil menunggu Peraturan Menteri PU
diterbitkan, sebagaimana diamanatkan dalam PP 4/2010 dan perubahannya.
Sedangkan kualifikasi usaha (kecil dan non kecil) mengacu kepada UU No 20/2008
mengenai UMKM.
Persyaratan KD hanya untuk usaha non kecil pada pekerjaan konstruksi dan
jasa lainnya. Sedangkan untuk pengadaan barang dan jasa konsultasi tidak disyaratkan
KD. Persyaratan bidang dan sub bidang sebagaimana dimaksud dalam SDP tersebut
hanya untuk usaha non kecil. Usaha kecil hanya mempersyaratkan bidang pekerjaan
yang sesuai.
Kemampuan Dasar (KD) Perusahaan dihitung dari Nilai PHO termasuk
adendum dan eskalasi bilamana ada. Paket pekerjaan yang sudah dilakukan serah
terima (PHO) dapat dimasukkan dalam perhitungan KD meskipun masa
pemeliharaannya belum selesai (belum P2/FHO).
Mengacu Pada pasal 20 Ayat 1, KD dihitung untuk perusahaan non kecil
untuk paket yang bernilai diatas Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah), dan diberlakukan hanya untuk Pekerjaan Konstruksi, KD sama dengan 3 NPt
sedangkan KD untuk Jasa Lainnya sama dengan 5Npt. Untuk usaha kecil yang
mengerjakan paket pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) tidak disyaratkan KD
Untuk penghitungan KD dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi/jasa
lainnnya yang ditujukan kepada usaha non kecil, maka pengalaman yang dijadikan
dasar penghitungan KD adalah pengalaman didalam subbidang sejenis yang
dilaksanakan kurang dari 10 Tahun terakhir. Tetapi untuk paket yang ditujukan
kepada usaha kecil, maka yang dinilai adalah kemampuan pada bidang pekerjaan
yang sesuai. Sedangkan pengalaman tidak harus dimiliki, kecuali perusahaan untuk
perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 4 (empat) tahun (pasal 19).
Pengadaan langsung dapat dilakukan kepada usaha kecil maupun usaha mikro
yang tidak memiliki akte perusahaan (orang perseorangan). Meskipun demikian
penyedia tersebut harus memenuhi ketentuan mengenai ijin usaha dan memiliki
kompetensi di bidang usaha tersebut. Penyedia perseorangan diharuskan memiliki
NPWP. Sebagai informasi, usaha mikro tidak diharuskan memiliki SIUP. Dalam
suatu paket pelelangan yang bernilai sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah), maka ULP harus menetapkan terlebih dahulu kriteria calon
penyedia yang dibutuhkan. Bila pelelangan tersebut ditujukan kepada usaha non kecil,
karena usaha kecil tidak memiliki kompetensi memadai, maka usaha kecil tidak dapat
mengikuti pelelangan tersebut (pasal 100 ayat (3)).
Peserta lelang untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang
bernilai sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
diutamakan untuk usaha kecil terlebih dahulu. Panitia hanya boleh membuka paket
tersebut untuk usaha non kecil bila tidak ada usaha kecil yang mampu melaksanakan
pekerjaan tersebut (pasal 100). Bila ditujukan untuk usaha non kecil, maka usaha
kecil tidak boleh mengikuti paket tersebut (apple to apple).
Berdasarkan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 pasal 100 ayat (3)
dinyatakan bahwa Nilai paket pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah),
diperuntukan bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk
paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh
Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil. Dengan demikian bilamana
terdapat banyak usaha kecil di daerah itu yang berperan sebagai ISP dan mendapat
ijin sesuai ketentuan Kemenkominfo maka pelelangan tersebut ditujukan untuk usaha
kecil. Namun bilamana pekerjaan layanan internet dengan FO tidak dapat dilakukan
oleh usaha kecil pada daerah tersebut, maka usaha non-kecil diperkenankan mengikuti
pelelangan. Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tidak mengatur ketentuan Faktor
Likuiditas. Tetapi berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Pemukiman dan
Prasarana Wilayah: 339 /KPTS/M/2003 dinyatakan bahwa Faktor Likuiditas untuk
usaha kecil 0,3.
Nilai paket pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), diperuntukan
bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan
yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta koperasi kecil. Yang dimaksud dengan kompetensi teknis adalah
memiliki kemampuan sumber daya manusia, teknis, modal dan peralatan yang cukup,
contohnya pengadaan kendaraan, peralatan elektronik presisi tinggi, percetakan
dengan security paper, walaupun nilainya dibawah Rp2.500.000.000 (dua miliar lima
ratus juta rupiah), diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa yang bukan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah serta koperasi kecil. Dalam hal memenuhi kompetensi teknis
dimaksud, maka Panitia dapat mensyaratkan peserta lelang berasal dari distributor
resmi alat kompleks dimaksud meskipun pekerjaan tersebut bernilai dibawah
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah), jika perdagangan barang
tersebut tidak dapat dilakukan secara bebas oleh retailer.
Dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di
beberapa daerah/lokasi yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya
seharusnya dilakukan di daerah/lokasi masing-masing, jika penggabungan tersebut
menimbulkan biaya yang lebih mahal, antara lain biaya transportasi. Sementara
pengadaan barang/jasa tersebut lebih efisien kalau dilakukan di masing-masing
daerah, karena sumber daya yang digunakan berasal dari daerah tersebut. Di samping
itu penggabungan dimaksud dapat mengakibatkan lelang yang seharusnya lebih
efisien dilakukan oleh usaha kecil, kemudian dlakukan oleh usaha non kecil karena
nilai pengadaannya di atas Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Hal ini tidak sesuai dengan Kebijakan Umum Pengadaan yang mengharuskan PA
mengutamakan pemaketan untuk usaha kecil.
Penyedia (ATPM/prinsipal) yang memenuhi kompetensi dapat mengikuti
pelelangan, sepanjang memenuhi kualifikasi yang disyaratkan. ATPM yang umumnya
berstatus usaha non kecil, dapat megikuti pelelangan yang ditujukan kepada usaha
non kecil untuk memperdagangkan barang-barang yang dikuasakan
penjualan/distribusinya kepada ATPM tersebut. Jika ATPM tersebut
memperdagangkan barang di luar dari barang yang dikuasakan kepadanya, maka
penyedia tersebut dinyatakan gugur, jika penawaran dimaksud tidak sesuai dengan
peruntukan ijin usahanya.
C. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Dalam argumen pasar bebas neoklasik merupakan keyakinan bahwa
beralisasi pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi
omestik maupun yang berasal dari luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan
emacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat
pertumbuhan Gross National Product (GNP), hal tersebut sama dengan penambahan
tingkat tabungan domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan rasio modal-
tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per kapita negara-negara
erkembang yang pada umumnya miskin modal. Model-model pertumbuhan
eoklasik tradisional sesungguhnya bertolak secara langsung dari model Harrod-
omar dan Solow.
Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme perekonomian
ang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat pertumbuhan
konomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus
enantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan
asionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-
lat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu
ertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto
erhadap cadangan atau stok modal (capital stock).
ΔY s
Y k
Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori ertumbuhan
ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa ngkat
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (ΔY/Y) ditentukan secara bersama-sama
memperoleh tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional (k).
Model pertumbuhan neoklasik selanjutnya yaitu model pertumbuhan
neoklasik Solow. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi
arrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta
emperkenalkan variabel independen ketiga, yaitu teknologi ke dalam persamaan
ertumbuhan. Berbeda dengan model Harrod-Domar yang mengasumsikan skala
asil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan
neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang
diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis ecara
terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga
emakai asumsi skala hasil tetap tersebut. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai aktor
residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi
rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoretisi lainnya
diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Dalam bentuk yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow
memakai fungsi produksi agregat standar, yakni:
Pada persamaan tersebut Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah
stok odal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas.
Tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Adapun simbol α
melambangkan elastisitas output terhadap modal. Karena tingkat kemajuan teknologi
itentukan secara eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut sebagi odel
pertumbuhan “eksogen”.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional pertumbuhan output
ersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu kenaikan kuantitas dan kualitas
enaga kerja, penambahan modal, dan penyempurnaan teknologi. Kenaikan kuantitas
an kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan uga
perbaikan pendidikan. Faktor penambahan modal dapat dilihat melalui tabungan an
investasi.
Konsep pertumbuhan yang lainnya yaitu konsep pertumbuhan endogen.
onsep ini sering pula disebut dengan teori pertumbuhan baru (new growth theory).
Model pertumbuhan endogen mempunyai kemiripan structural dengan teori
pertumbuhan neoklasik, namun berbeda dalam hal asumsi yang mendasarinya dan
esimpulan yang ditarik darinya. Teori ini berupaya untuk menjelaskan keberadaan
kala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang
erbeda-beda antarnegara. Teori pertumbuhan endogen (theory of endogenous
rowth) dirintis oleh Romer (1986) dan Lucas (1989). Secara spesifik, teori baru
pertumbuhan ekonomi endogen ini menyatakan bahwa pendapatan penurunan
hambatan-hambatan perdagangan dalam berbagai bentuk, baik tarif aupun
non-tarif, akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di suatu negara dalam jangka panjang.
Aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen adalah bahwa
odel tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang
emperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang. Potensi
ngkat pengembalian investasi yang tinggi yang ditawarkan oleh negara berkembang
ang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah berkurang dengan cepat
ikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer (complementary investments)
alam sumber daya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan
R & D). Pertumbuhan ekonomi menurut Profesor Simon Kuznets adalah kenaikan
jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak
jenis barang-barang ekonomi bagi penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai
dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukannya (Jhingan, 2003). Sedangkan model pertumbuhan ekonomi yang
dikemukakan Solow berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:
dimana:
= Output nasional (kawasan)
= Modal (kapital)
= Tenaga kerja intensif
Model pertumbuhan ini memandang bahwa rasio modal dan kapital (capital
output ratio) bersifat dinamis dan cepat berubah. Sehingga untuk menciptakan output
tertentu, dapat digunakan jumlah modal yang berbeda- beda pula sesuai dengan
kebutuhan. Jika lebih banyak modal yang digunakan (capitalintensive) maka tenaga
kerja yang diperlukan sedikit. Sebaliknya jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
banyak (labor intensive) maka modal yang dibutuhkansedikit (Victor, 2005).
Model pertumbuhan ini pula melihat peran kemajuan teknologi/inovasi
sangat besar dalam memacu pertumbuhan wilayah. Oleh sebab itu pemerintah perlu
mendorong terciptanya kreatifitas dalam kehidupan masyarakat, agar produktifitas
tenaga kerja terus meningkat (Tarigan, 2004 dalamVictor, 2005).
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan
pekerjaan, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan
ekonomi antar daerah dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor
primer ke sector tersier.
Untuk melihat apakah perekonomian suatu daerah tumbuh secara positif atau
negative dapat dilihat dari perkembangan data PDRB dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ini tidak hanya dilihat dari total PDRB-nya saja, tetapi dapat dilihat pula
untuk masing-masing lapangan usaha dimana yang tumbuh dengan cepat, lambat atau
bahkan turun. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan tidak banyak berarti jika tidak
dapat mengimbangi pertumbuhan penduduknya. Dengan demikian persentase
pertumbuhan ekonomi harus diatas pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk melihat
tingkat kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari PDRB per kapita, jika PDRB per
kapita naik maka dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat
meningkat juga, demikian pula sebaliknya.
Kesenjangan pendapatan atau disparitas pendapatan merupakan bagian dari
inequality (ketidaksetaraan) yaitu: unequal rewards or opportunities for different
individuals within a group or groups within a society (Marshall 1998: 313).
Inequality bukan semata dalam hal pendapatan dan asset (meskipun ini yang utama)
tapi juga dalam hal kekuasaan, prestige (kebanggaan), status sosial, gender, kondisi
kerja, kepuasan kerja, tingkat partisipasi, kebebasan untuk memilih, dll. (Todaro,
2006).
Disparitas antar wilayah adalah perbedaan tingkat pertumbuhan antar
wilayah. Setiap daerah selalu memiliki wilayah yang maju secara ekonomi dan ada
wilayah yang tertinggal. Perbedaan ini terletak pada perkembangan sektor-sektor
ekonominya, baik sector pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
2. Usaha Kecil dalam Pertumbuhan Ekonomi
Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan
formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup perusahaan-perusahaan yang
mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar.
Sebaliknya, sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai
berikut : (1) Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3)
Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk bekerja di
sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor formal; (5) Tingkat
penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar sektor informal dengan usaha
lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal sangat beraneka ragam. Dalam hal ini
sektor informal merupakan indikasi dari UKM (Cahyono, 1983).
Tenaga kerja sektor informal memiliki karakteristik tertentu antara lain : (1)
tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar; (2) tidak memiliki
keterampilan yang memadai; (3) biasanya tidak atau memiliki sedikit pendidikan
formal; (4) biasanya tenaga kerja kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga
kerja keluarga (Cahyono, 1983).
Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas
ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (factor
produksi) kedalam output atau keluaran. Mankiw (2003) mengasumsikan bahwa
suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga
kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :
Qt=f (Lt,Kt)
(1). Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan
menurut Model Neoklasik adalah sebagai berikut :
Πt=TR-TC
(2) Dimana :
TR=PT.Q
Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa
hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan Tenaga kerja (L).
Bellante (1990) mengasumsikan tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang
diberikan kepada pekerja (w) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku
bunga (r).
TC=rtKt+wtLt
Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2)
maka diperoleh :
Πt=pt.Qt-rt.Kt-wtLt
Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama
fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol (π’=0), sehingga didapatkan :
Wt Lt=pt . f(Lt,Kt)-r1Kt
Lt=pt . f(Lt,Kt)-r1Kt/wt
Dimana :
Lt = Permintaan Tenaga Kerja wt = Upah Tenaga Kerja pt = Harga Jual Barang per unit Kt = Kapital (Investasi) rt = Tingkat Suku Bunga Qt = Output (PDB)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenaga
kerja (Lt) merupakan fungsi dari kapital (Investasi), Output (pendapatan), tingkat
suku bunga (r) dan tingkat upah (w). Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia,
UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting
karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam
kegiatan usaha kecil baik itu disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha
kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan
yang dikelola oleh dua departemen, yaitu : (1) Departemen Perindustrian dan
Perdagangan; (2) Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha
pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena
pada kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang
sudah dicapai usaha besar.
Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini digunakan
untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami perkembangan
dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi di suatu
negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju pertumbuhan PDB yang
merupakan tingkat output diturunkan dari fungsi produksi suatu barang dan jasa.
Fungsi produksi menurut Mankiw (2003) merupakan hubungan antara tingkat output
(Y) dengan tingkat input (capital and labour). Turunan pertama fungsi produksi
dirumuskan sebagai berikut:
Y=f(K,L)
Berdasarkan hal tersebut, maka nilai PDB secara langsung dipengaruhi oleh
tingkat investasi yang merupakan ΔK (Δ capital) dan angkatan kerja yang
merupakan Labour (L) dalam fingsi produksi. Investasi UKM setiap tahunnya
terus meningkat hal ini dapat mempertinggi efisiensi ekonomi dalam bentuk
barang-barang modal yang sangat penting artinya dalam pertumbuhan ekonomi.
Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di berbagai sektor; (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar;
(3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan
masyarakat; (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta (5) sumbangannya
dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha
mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga
perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang
(Kuncoro, 2002).
Pemberdayaan UKM secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan akan
mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan
ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun. Selain itu juga dapat mengurangi
tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi
sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan
UKM diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta
secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-
sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan
sumberdaya lokal (Gie Kian, K, 2003).
Pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan investasi yang memadai. Pada
kondisi ekonomi Indonesia saat ini, relatif sulit menarik investasi dalam jumlah
yang besar. Untuk itu, keterbatasan investasi perlu diarahkan pada upaya
mengembangkan wirausaha mikro, kecil dan menengah, karena memiliki ICOR yang
rendah dengan lag waktu yang singkat. Pemberdayaan UKM diharapkan lebih
mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam jangka
waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas
dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan
tingkat kemiskinan di Indonesia (Kemenkop, 2004).
Pemberdayaan UKM dapat meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena
menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan
membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM
akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki keterkaitan industri
yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UKM akan memberikan
perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan sehingga dapat
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Kemenkop, 2004).
Pembangunan sektor perekonomian di Indonesia melalui pengembangan
usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan hal utama yang perlu diprioritaskan
agar membuat UKM menjadi sektor yang unggul dan menjadi tumpuan bagi
pembangunan. UKM sendiri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseorangan maupun badan uaha dengan tujuan untuk memproduksi barang atau
jasa guna diperniagakan secara komersial. UKM sebagai kegiatan ekonomi dan
sekaligus bagian integral dunia usaha regional maupun nasional mempunyai
kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam
mewujudkan pembangunan daerah pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada
khususnya. UKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan
kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta
mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kondisi UKM di Indonesia – k h u s u s K o t a B a n d u n g – mulai
menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi jumlah usaha, investasi, maupun
kontribusinya terhadap PDB.. Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa
krisis lalu menunjukan sektor UKM mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan
kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan
bahwa UKM adalah sektor yang potensial apabila dikembangkan.
Meskipun UKM mempunyai potensi dalam menyerap tenaga kerja akan
tetapi UKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara
maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha
yang belum mendukung bagi perkembangannya (Azrin, 2004; Lamadlau, 2006).
3. Peran Teknologi Informasi Usaha Kecil dalam Pertumbuhan Ekonomi
Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama
dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang
terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi
penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga
pemulihan ekonomi belum optimal.
Perekonomian nasional jika diukur dengan PDB telah pulih dari krisis
ekonomi pada akhir tahun 2003. Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam
PDB mengalami kenaikan dibanding sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya
usaha menengah dan besar terutama pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan
1999, namun kemudian tergeser kembali oleh usaha besar. Usaha kecil telah pulih
dari krisis pada tahun 2001, dan usaha besar baru pulih dari krisis pada tahun 2003,
sedang untuk usaha menengah diperkirakan akan pulih pada tahun 2004 ini. Krisis
ekonomi mengakibatkan Indonesia tertinggal 7 tahun dibandingkan negara lain dalam
membangun daya saing perekonomian nasionalnya.
Usaha mikro dan kecil umumnya memiliki keunggulan dalam bidang yang
memanfaatkan sumberdaya alam dan padat karya, seperti: pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan dan restoran. Usaha menengah
memiliki keunggulan dalam penciptaan nilai tambah di sektor hotel, keuangan,
persewaan, jasa perusahaan dan kehutanan. Usaha besar memiliki keunggulan dalam
industri pengolahan, listrik dan gas, komunikasi dan pertambangan. Hal ini
membuktikan usaha mikro, kecil, menengah dan usaha besar di dalam praktiknya
saling melengkapi.
Struktur perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Jawa, Bali dan
Sumatera, khususnya DKI Jakarta. Hal ini diindikasikan oleh jumlah uang beredar,
alokasi kredit, pajak, dan alokasi sumberdaya produktif lainnya. Struktur
perekonomian nasional masih mengandung berbagai ketimpangan, dengan
pertumbuhan yang masih berpusat di Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu, perlu ada
komitmen bersama untuk menumbuhkan pusat-pusat aktivitas ekonomi di daerah
melalui reformasi pembangunan ekonomi yang mampu mengembangkan sumberdaya
lokal dan menggerakkan ekonomi rakyat yang lebih produktif dan berdaya saing.
Perekonomian Indonesia dalam masa pemulihan ekonomi terus tumbuh,
namun mengkhawatirkan, karena pertumbuhannya lebih ditarik oleh sektor konsumsi
dan bukan sector produksi. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta
rendahnya pertumbuhan usaha baru di Indonesia perlu memperoleh perhatian yang
serius pada masa mendatang dalam rangka mengembangkan UMKM menuju usaha
yang berdaya saing tinggi.
Survei yang dilakukan oleh OECD (1993) menemukan bahwa adopsi TI oleh
UKM masih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. Banyak
sebab yang mengemuka di belakang rendahnya adopsi TI oleh UKM. Salah satunya
adalah masih rendahkan pengetahuan akan potensi TI memajukan bisnis. Studi yang
dilakukan oleh Lefebvre et al. (1991) menemukan bahwa terdapat empat faktor yang
menentukanadopsi teknologi baru oleh UKM, yaitu:
1. Karakteristik UKM,
2. Strategi dan manajemen kompetisi UKM,
3. Pengaruh pihak internal dan eksternal dalam proses adopsi
4. Karakteristik teknologi baru yang akan diadopsi.
Dalam penelitian yang lain, Knol dan Stroeken (2001) mengusulkan sebuah
skenario yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat adopsi TI oleh UKM. Mereka
membagi UKM ke dalam enam tingkat seperti dirangkum dalam Tabel 1. Berdasar
UKM dapat mengoptimalkan potensi TI untuk meredefinisi lingkup bisnisnya.
Termasuk dalam konteks ini adalah pembuatan jasa dan layanan baru. TI, khusunya
Internet, juga telah menfasilitasi UKM dalam proses inovasi. Informasi adalah unsur
penting dalam proses inovasi dan Internet merupakan sumber informasi yang relevan
untuk pengembangan inovasi. Namun demikian, adopsi Internet di kalangan UKM
masih sangat rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kristiansen et al. (2005) di Tanzania
menemukan bahwa hanya 3,3% UKM yang menggunakan Internet. Baron (2003)
dalam sebuah studinya menemukan bahwa penggunaan media, termasuk Internet,
untuk mengakses informasi akan membuat peluang untuk adaptasi bisnis dengan
perkembangan yang terjadi.
Jika hal ini yang terjadi, maka pada tingkat tertentu, daya saing UKM akan
semakin kuat. Kristiansen et al. (2005) menemukan, bahwa media, termasuk Internet,
oleh UKM di Tanzania sebagian besar digunakan sebagai sumber inovasi desain dan
produk. Terekam dalam literatur, banyak faktor yang mempengaruhi adopsi TI oleh
UKM (e.g. Ritchie dan Brindley, 2005). Ritchie dan Brindley (2005)
mengklasifikasikan hambatan adopsi TI oleh UKM menjadi hambatan strategis
(seperti pilihan strategi bisnis dan jaringan), teknologis (seperti kompleksitas dan
dukungan profesional), dan organisasional dan prilaku (seperti kapasitas sumberdaya
manusia dan persepsi terhadap resiko).
Namun demikian, juga hambatan tersebut dapat teratasi, menurut Ritchie dan
Brindley (2005) banyak aktivitas positif yang dapat dilakukan yang berdampak pada
peningkatan nilai tambah. Termasuk dalah aktivitas tersebut adalah pencarian
informasi dan akuisisi pengetahuan, komunikasi yang efektif, efisiensi dan efektivitas
transaksi, evaluasi dan pengendalian, prakter kerja yang semakin baik, dan
pembangunan hubungan.
Dalam studinya di Sri Lanka, Kapurubandara dan Lawson (2006)
mengelompokkan hambatan adopsi TI di kalangan UKM ke dalam hambatan internal
dan hambatan eksternal. Termasuk dalam hambatan internal adalah karakteristik
manajemen dan UKM, sedang keterbatasan infrastruktur dan kondisi sosial dan
kultural adalah contoh hambatan eksternal. Hambatan internal dapat diselesaikan
dengan dukungan penuh di dalam perusahaan, sedang hambatan eksternal harus
melibatkan pihak eksternal untuk memecahkan.
Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peranan yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi dan industry suatu negara. Hampir 90% dari total usaha yang
ada di dunia merupakan kontribusi dari UKM. Disamping itu, UKM mempunyai
kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Studi empirik menunjukkan bahwa
UKM pada skala internasional merupakan sumber penciptaan lapangan pekerjaan.
Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di negara maju maupun
negara berkembang, termasuk Indonesia, mempunyai peranan yang signifikan dalam
penanggulangan masalah pengangguran. Dalam era ekonomi global saat ini, UKM
dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan daya saingnya. Salah satu
faktor penting yang akan menentukan daya saing UKM adalah teknologi informasi
(TI). Penggunaan TI dapat meningkatkan transformasi bisnis melalui kecepatan,
ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi dalam jumlah yang besar. Studi kasus di
Eropa juga menunjukkan bahwa lebih dari 50% produktivitas dicapai melalui
investasi di bidang TI. UKM dikatakan memiliki daya saing global apabila mampu
menjalankan operasi bisnisnya secara reliable, seimbang, dan berstandar tinggi.
Menurut Asian Development Bank (ADB) yang diperoleh dari
www.adbtasme.or.id menetapkan batasan Usaha Kecil Menengah berdasarkan jumlah
tenaga kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
• Usaha Kecil: jumlah tenaga kerja antara 5 sampai dengan 19 orang.
• Usaha Menengah: jumlah tenaga kerja antara 20 sampai dengan 99 orang.
Beberapa kapabilitas utama teknologi informasi meliputi (Turban, 2001):
• Melakukan komputasi numerik secara cepat dan kapasitas volume besar.
• Menghasilkan komunikasi yang cepat, akurat, dan murah di dalam dan antar
organisasi.
• Kapasitas penyimpanan besar dalam media yang semakin kecil dan mudah
diakses.
• Memungkinkan akses banyak informasi secara cepat dan murah, lingkup
global.
• Meningkatkan efektivitas kinerja tim/grup yang tersebar/berbeda lokasi.
• Otomatisasi proses bisnis.
• Kecapatan pengetikan dan pengeditan.
Kemampuan-kemampuan di atas dilakukan dengan murah dibandingkan
dengan cara manual. Dengan kemampuan tersebut, teknologi informasi memberikan
dukungan penting dalam kegiatan usaha, mencakup:
- Meningkatkan produktivitas.
- Mengurangi biaya.
- Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
- Meningkatkan relasi dengan pelanggan/ konsumen.
- Membangun aplikasi-aplikasi strategi baru.
Kemajuan teknologi informasi telah mampu menciptakan sebuah jaringan
global yang disebut dengan internet. Pemanfaatan internet dewasa ini juga telah
demikian berkembang pada berbagai aspek kehidupan. Berbagai aplikasi yang ada
dikembangkan dari 3 (tiga) kategori aplikasi dasar yaitu:
1. Discovery yaitu aplikasi untuk akses informasi(browsing dan information
retrieval/searching)
2. Communication yaitu e-mail, chat, newsgroup
3. Collaboration yaitu aplikasi untuk kolaborasi antar individual/group, seperti
workflow systems, screen sharing, visual teleconferencing (teleconferencing), group
decision support systems (GDSS).
Pemanfaatan internet untuk berbagai aktivitas usaha disebut dengan E-
Commerce. Kegiatan bisnis yang dilakukan secara online itu bisa meliputi pemasaran,
promosi, public relation, transaksi, pembayaran, dan penjadwalan pengiriman barang,
serta masih sangat terbuka kemungkinan inovasiinovasi kegiatan bisnis online seiring
dengan perkembangan teknologi e-commerce sendiri.
Berdasarkan tabel tersebut terdapat persepsi yang cukup tinggi terhadap lima
jenis kendala dalam penerapan e-commerce (total rerata skor 3,48). Meskipun mereka
mempunyai persepsi yang cukup baik terhadap manfaat e-commerce, tetapi
kendalanya juga masih tinggi.
Produsen UKM mempersepsikan kendala yang tergolong tinggi ada pada
kesulitan mereka untuk beralih ke cara yang berbasis teknologi untuk berbelanja dan
transaksi yang masih dilakukan dengan cara fisik.
Untuk membuka peluang penerapan e-commerce agar produk UKM dapat
dipasarkan secara lebih luas dan tanpa batas, maka kendala tersebut harus diatasi.
Respon para pengusaha UKM mengenai keinginan mereka untuk mendapatkan pasar
yang lebih luas dengan media promosi yang lebih bervariasi, efisien, pemangkasan
rantai distribusi dari pemasok maupun kepada pembeli, serta menjaga agar jumlah
produksi dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Dari semua keinginan ini,
tampak bahwa penerapan e-commerce diharapkan dapat memfasilitasi agar
manfaatnya dapat dicapai optimal.
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan TI di UKM, diantaranya
adalah
(a) banyaknya komputer yang dimiliki oleh UKM,
(b) bidang penggunaan TI di UKM
(c) level penggunaan internet di UKM.
Berkaitan dengan poin (a), pada dasarnya setiap UKM telah memiliki
computer untuk membantu proses usahanya dengan komposisi 1 s.d. 3 sekitar 69%, 4
s.d. 10 sebesar 11%, lebih dari 10 sebesar 18%, dan hanya 2% UKM yang tidak
memiliki komputer. UKM yang memiliki komputer dalam membantu sistem
usahanya, berarti mereka telah memahami pentingnya TI untuk meningkatkan
produktivitas UKM yang nantinya akan bermuara pada pembentukan UKM yang
berdaya saing. Jumlah komputer yang dimiliki UKM
Bidang penggunaan TI cukup bervariasi. Hampir seluruh UKM telah
menggunakan TI untuk administrasi. Penggunaan TI untuk desain produk dan
pemasaran juga cukup banyak dilakukan, sedangkan penggunaannya untuk proses
produksi masih terbilang rendah dibanding bidang lainnya. Klasifikasi bidang yang
menggunakan TI di UKM dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini. Gambar 3.
Bidang penggunaan TI di UKM. Dalam hal penggunaan teknologi internet, banyak
menggunakannya untuk melakukan browsing, sedangkan UKM subsektor kerajinan
dan komponen otomotif lebih banyak menggunakan email. Sebagian besar KM di
setiap subsector memakai email terutama dalam berkomunikasi dengan konsumen.
Munculnya kegiatan E-commerce ini harus dapat diantisipasi dengan tepat dan
baik agar tidak kehilangan peluang meraih kesempatan dalam era globalisasi,
terutama di bidang ekonomi. Pengusaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan
sasaran pokok yang harus dibina dan didorong agar dapat memanfaatkan E-
commerce, hal ini dikarenakan posisi UKM yang sangat strategis antara lain pada
populasinya yang mencapai 2,1 juta unit usaha yang tersebar di seluruh nusantara dan
menyerap 20 juta tenaga kerja. Selain itu kegiatan usahanya relatif tahan terhadap
resesi ekonomi dan memiliki daya saing untuk menghasilkan produk di pasaran global
(Kompas.com, diakses 28 Desember 2012).
Perusahaan yang menggunakan E-commerce akan mendapatkan keuntungan-
keuntungan, yaitu (1) terbukanya aliran pendapatan baru (revenue stream) yang lebih
menjanjikan yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional, (2) meningkatkan
market exposure, (3) menurunkan biaya operasional (operating cost), (4) melebarkan
jangkauan (global reach), (5) meningkatkan kesetiaan pelanggan (customer loyalty),
(6) meningkatkan manajemen pemasok (supplier management), (6) memperpendek
waktu produksi dan (7) meningkatkan rantai nilai (value chain) (Bijan Fazlollahi,
2002: 18).
Hasil survey yang dilakukan oleh The Asia Foundation (2002) menunjukkan
sedikitnya jumlah UKM yang sudah memanfaatkan E-commerce. Menurut survey
yang dilakukan pada 227 UKM di 12 kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya,
Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Makassar, Manado, Palembang,
Samarinda, dan Lombok), hanya 28 perusahaan (18% dari perusahaan yang disurvey)
yang telah bergabung dengan situs E-commerce. Bahkan perusahaan-perusahaan di
luar Jawa dan Bali hanya mempunyai sedikit pengetahuan tentang situs E-commerce
dan manfaat yang bisa diperoleh dari situs E-commerce tersebut. Hasil survey tersebut
juga menunjukkan bahwa sekitar 20% dari 74 perusahaan (33% dari total perusahaan
yang disurvey yang bukan merupakan pengguna E-commerce) mengatakan bahwa
peran E-commerce bagi bisnis mereka adalah tidak penting, yaitu pemakaian E-
commerce tidak akan menambah nilai dalam bisnis mereka, sekitar 40% mengatakan
bahwa pemakaian E-commerce akan menambah sedikit nilai dalam bisnis mereka,
dan hanya kurang dari 5% yang mengatakan bahwa peran E-commerce bagi bisnis
mereka adalah sangat penting, atau menganggap bahwa pemakaian E-commerce akan
menambah nilai yang sangat tinggi dalam bisnis mereka.
Untuk perusahaan yang memiliki usaha bisnis dalam memperdagangkan
barangnya, media periklanan merupakan hal yang penting. Tujuan menggunakan
media Internet juga agar dapat membantu dalam memberikan pengenalan barang
secara tepat yang tidak memandang ruang dan waktu. Strategi pemasaran ini banyak
dipakai karena memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan memiliki jangkuan
pasar yang luas. Penggunaan komputer dalam kehidupan warga di perkotaan,
memiliki fungsi yang sangat luas dalam bidang ekonomi karena dengan tersambung
ke internet dapat dikembangkan untuk memajukan usaha kecil yang dirintis
seseorang.
Usaha kecil berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi di sebuah kota. Usaha kecil berkontribusi besar terhadap PDRB karena memiliki potensi luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB sebuah kota atau daerah. Potensi-potensi yang ada dalam suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai macam perspektif dan pendekatan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi unggulan suatu daerah adalah komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai