5_bab ii tinjauan pustaka phbs
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan
Kesehatan tertulis di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 yaitu “ Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial ekonomis”. Definisi kesehatan di dalam Undang-undang
tersebut menyatakan bahwa kesehatan memiliki arti yang luas. Jika diartikan, sehat
menurut Undang-Undang Negara ini tidak hanya kondisi absennya atau ketiadaan
sakit, namun juga sehat secara menyeluruh baik dari aspek mental, sosial dan
ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atau indikator kesehatan
seseorang itu tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga
diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan
secara ekonomi.
Usaha dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh tidak cukup hanya
dari perseorangan. Setiap individu hidup di dalam komunitas atau lingkungan
tertentu dan saling berinteraksi berkewajiban dalam mewujudkan kesehatan yang
menyeluruh, oleh sebab itu dalam mewujudkan kesehatan memerlukan kerja sama
antar individu dan lingkungan sekitarnya. Peningkatkan kesehatan yang dilakukan
masyarakat setidaknya memerlukan usaha dasar yang dikenal dalam Ilmu Kesehatan
Masyarakat sebagai “ The Basic Six”. “The Basic Six” ini terdiri dari pemeliharaan
dokumen kesehatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan medis dan perawatan
kesehatan (Slamet, 2009).
1. Pola Dasar Indikator Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu hal yang berkelanjutan, berada dari titik
ujung sehat walafiat sampai dengan titik pangkal sakit serius. Fashel dan Bush
(1970) dalam Notoadmodjo (2007) yang mendasarkan uraiannya pada definisi
Parson, menjabarkan kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan. Dengan
didasari dari ke-11 tingkatan tersebut, mereka mencoba membuat indikator-
indikatornya sebagaimana diuraikan di bawah:
a. Well being ( sehat sempurna)
Pada keadaan ini individu bebas dari segala gejala, keadaan
kesehatannya sesuai dengan definisi sehat WHO, yaitu : sehat fisik, mental,
sosial dan ekonomi.
7
8
b. Dissatisfaction (kurang memuaskan)
Keadaan kesehatan individu dalam batas-batas tertentu yang dapat
diterima, namun terdapat penyimpangan ringan dari keadaan well being,
misalnya caries dentis.
c. Discomfort ( tidak nyaman )
Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan,
walaupun beberapa gejala mulai tampak.
d. Minor disability ( ketidakmampuan minor )
Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan,
walaupun beberapa gejala mulai tampak.
e. Mayor disability ( ketidakmampuan mayor )
Aktivitas sehari-hari masih dapat dilaksanakan, namun berkurang
secara bermakna.
f. Disabled ( cacat )
Individu tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-harinya, tetapi
masih bisa bergerak bebas dalam masyarakat.
g. Confined ( terbatas )
Individu berada di tempat tidur tetapi tidak masuk rumah sakit
(dirawat).
h. Confined + bedridden ( tinggal di tempat tidur )
Kemampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya.
i. Isolated ( terisolasi)
Individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan-kawan (dirawat).
j. Koma
Individu hampir mati, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan
jadi lebih sehat lagi.
k. Mati
Individu tidak mampu sama sekali.
2. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan
oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun
swadaya masyarakat (LSM). Indikator keberhasilan upaya tersebut dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan. Pemeliharaan kesehatan sendiri mencakup dua aspek, yaitu aspek
9
kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan
atau pengembalian kondisi setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan
peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan
penyakit) dan aspek promotif (peningkatan pemahaman kesehatan itu sendiri).
Dalam mewujudkan kesehatan yang seutuhnya, upaya pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan ditunjang dengan suatu wadah pelayanan
kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan adalah tempat dan
fasilitas yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
a. Sarana pemeliharaan kesehatan primer ( primery care )
Sarana atau pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus atau penyakit
ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah sarana yang paling dekat
dengan masyarakat, artinya merupakan pelayanan kesehatan paling
pertama yang menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Misalnya
puskesmas, poliklinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya.
b. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua ( secondary care )
Sarana atau pelayanan kesehatan rujukan untuk kasus-kasus atau
penyakit-penyakit rujukan dari sarana pelayanan kesehatan primer.
Artinya, penanganan kasus-kasus yang tidak atau belum bisa ditangani oleh
sarana kesehatan primer didistribuskan ke sarana pelayanan kesehatan ini
karena peralatan atau keahliannya yang lebih baik. Misalnya puskesmas
dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah sakit kabupaten, rumah sakit
tipe D dan C, dan rumah bersalin.
c. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga ( tertiary care )
Sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer dan
pelayanan-pelayanan kesehatan primer (Notoadmodjo, 2003).
3. Konsep H.L Blum
Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik
melainkan juga kondisi baik dari aspek spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat. Keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh dapat
menciptakan kondisi sehat secara holistik. Menurut H.L. Blum (1974), derajat
kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being, merupakan resultan dari 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat dan merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan,
10
yaitu lingkungan, perilaku, layanan kesehatan dan keturunan, berikut
penjelasan 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan tersebut:
a. Lingkungan
Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
organisme baik secara langsung ataupun tidak langsung. Faktor lingkungan
sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara penjamu dengan
faktor agent. Lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama:
1) Lingkungan biologis (fauna dan flora di sekitar manusia), bersifat
biotik:
a) Mikroorganisme penyebab penyakit.
b) Reservoir penyakit infeksi (binatang dan tumbuhan).
c) Vektor pembawa penyakit.
d) Tumbuhan dan binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan
lainnya.
2) Lingkungan fisik
a) Udara, keadaan tanah, dan geografi.
b) Air.
c) Zat kimia, polusi, dan lain-lain.
3) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah semua bentuk kehidupan sosial politik
dan sistem organisasi serta institusi yang berlaku bagi setiap individu
yang membangun masyarakat tersebut, antara lain:
a) Sistem ekonomi yang berlaku.
b) Bentuk organisasi masyarakat.
c) Sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
d) Keadaan kepadatan penduduk dan kepadatan rumah.
e) Kebiasaan hidup masyarakat (Kasjono, 2008).
Lingkungan yang terdekat dengan manusia adalah bangunan rumah,
rumah sebagai tempat berlindung dan berteduh dalam undang-undang
Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dijelaskan
bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
sarana prasarana lingkungan.
Menurut Wicaksono, rumah itu sendiri adalah sebuah tempat tujuan
akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan
kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan
11
tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya
hidup manusia.
Rumah dalam aspek H.L Blum termaksud dalam aspek lingkungan
yang menentukan kesehatan dan permasalahan kesehatan. Rumah sehat
dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik,
rohani, maupun sosial. Hal ini sama dengan kriteria rumah sehat menurut
American Public Health Asociation (APHA), yaitu:
1) Memenuhi kebutuhan dasar fisik
Kebutuhan fisik yang seharusya dapat dipenuhi oleh sebuah
rumah di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Temperatur
Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa dan sebaiknya
temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit
4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya
temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.
b) Pencahayaan
Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang
dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta
penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua
penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.
c) Ventilasi
Rumah yang dibangun harus memiliki ventilasi sehingga
aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap,
minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang
ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup minimum 5% luas lantai
sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal
10% dari luas lantai.
Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini
karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai
lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan
dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation).
Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin
adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan. Dalam fungsi kedua
dari ventilasi juga berperan untuk pencahayaan, sebagai lubang
12
masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di
dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore
hari. Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik
akan menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain:
(1)Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin
dapat hidup tanpa oksigen dalam udara.
(2)Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan
meningkat.
(3)Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian,
pernafasan, dan mulut.
(4)Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan
oleh penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990).
Ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai
sistem aliran udara yang baik, yaitu:
(1) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah
dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang
angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran
udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang
panas lebih ringan dari pada udara yang dingin.
(2) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk
mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust
ventilation) dan air condition. (Azwar, 1990).
d) Anti-Kebisingan
Rumah harus dapat melindungi penghuninya dari kebisingan
yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik
secara langsung maupun dalam jangka waktu tertentu. Gangguan
yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan
pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
e) Proporsional Ruang
Rumah harus memiliki luas yang cukup bagi penghuninya
untuk melakukan aktivitas sehari – hari di dalam rumah.
2) Memenuhi kebutuhan dasar psikologis
Kebutuhan dasar psikologis yang harus dipenuhi adalah seperti:
a) Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni.
b) Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan
keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog
langsung dengan orang tuanya.
13
c) Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga
yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila
bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan
menimbulkan tekanan batin serta kesenjangan sosial yang sangat
mungkin dapat terjadi.
d) Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara
secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
3) Melindungi penghuninya dari berbagai macam penyakit
Rumah harus dapat melindungi penghuninya dari berbagai
macam penularan penyakit. Maka rumah yang sehat adalah rumah yang
di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan
seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai bocor sehingga tidak
tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari
kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan sampah,
pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat
kesehatan.
4) Melindungi dari kemungkinan kecelakaan
Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya serta
kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang
kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya
kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan
keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan
lain sebagainya. Aturan yang digunakan untuk menentukan rumah sehat
tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan.
5) Pembuangan jamban
Jarak antara bak septic dan rumah paling tidak sejauh 10 meter,
bahkan untuk beerput 15 meter. Namun jarak dapat ditolerir antara 10
meter sampai 8 meter, asalkan jenis tanah bukan dari jenis pasir atau
batuan yang poreous (berpori). Untuk tanah jenis pasir ditetapkan
minimal 15 meter. Apabila hal ini dipenuhi, diharapkan akan diperoleh
air minum yang cukup bersih, walaupun untuk siap diminum masih
perlu dimasak dulu.
Buang Air Besar (BAB) harus dilakukan pada tempatnya yaitu di
jamban. Pembangunan jamban penting untuk diperhatikan agar sehat
14
dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kementerian
Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban
sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat
tersebut:
a) Tidak mencemari air
(1)Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan
terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan
dengan tanah liat atau diplester.
(2)Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
(3)Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
(4)Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam
selokan, empang, danau, sungai, dan laut
b)Tidak mencemari tanah permukaan
(1)Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
(2)Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
c) Bebas dari serangga
(1)Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah.
(2)Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
(3)Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
(4)Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
(5)Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
d)Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
(1)Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus
ditutup setiap selesai digunakan
(2)Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air
(3)Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
15
(4)Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
e) Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran dengan pasangan batu atau selongsong
anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah
setempat, selain itu syarat dan ketentuan aman digunakan oleh
pemakai yaitu:
(1)Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
(2)Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
(3)Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke
saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran
(4)Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karena jamban akan cepat penuh
(5)Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati.
Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan
kemiringan minimal 2:100
f) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
(1)Jamban harus berdinding dan berpintu
(2)Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
6) Penyediaan air minum
Pada dasarnya setiap rumah harus disediakan air minum dan
memenuhi Persyaratan. Maka dari itu air yang akan dipergunakan untuk
air minum agar dimintakan rekomendasi dari PDAM atau instansinya
yang berwenang. Untuk menyediakan air minum dengan jumlah yang
cukup, dapat diambil sumber dari sumur, PDAM/PAM, mata air,
penyaringan dari air-air sungai/rawa dan sebagainya.
Setiap rumah memerlukan tersedianya air bersih untuk dapat
memenuhi kebutuhan setiap harinya. Air bersih itu sendiri adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990).
Air minum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang memenuhi syarat kesehatan
16
dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain:
a) Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik
tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter.
b) Pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat
kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur.
c) Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal
air atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan
dipelihara rutin.
Sedangkan untuk syarat utama yang harus dipenuhi agar air
layak dikonsumsi sebagai air minum, antara lain:
a) Syarat fisik
Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak
berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga
menimbulkan rasa nyaman.
b) Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan.
c) Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai
petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya
E.coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik
yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan
dengan pemanasan air (Entjang, 1997).
7) Penanganan sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Dalam masalah sampah, sumber
sampah adalah pihak yang menghasilkan sampah, seperti rumah tangga,
restoran, toko, sekolah, perkantoran dan lainnya. Pengelolaan sampah di
tingkat sumber dilakukan sebagai berikut :
a) Sediakan wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk wadah
sampah organik dan anorganik
b) Tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan
17
c) Pilah sampah sesuai jenis sampah. Sampah organik dan anorganik
masukan langsung ke masing-masing wadahnya
d) Pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap
bangunan yang lahannya mencukupi
e) Masukkan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan
rumah tangga individual atau komunal
f) Tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman
bangunan bagi sistem pengomposan skala kingkungan.
Setelah ditampung, sampah sampah tersebut harus dilakukan
pemrosesan atau pengangkutan ke tempat pembuangan akhir sampah.
Pengangkutan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut:
a) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor
dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka
b) Kumpulkan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali
c) Masukkan sampah organik dan anorganik ke masing-masing bak di
dalam alat pengumpul
d) Pindahkan sampah sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS
Terpadu
e) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak
terbuka atau mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebai berikut
f) Kumpulkan sampah organik dari sumbernya minimal 2(dua) hari
sekali dan angkut ke TPS atau TPS terpadu
g) Kumpulkan sampah anorganik sesuai jadwal yang telah ditetapkan
dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW
atau oleh pihak swasta
8) Pengaturan kandang ternak
Selain pengaturan rumah, kandang – kandang ternak juga harus
diperhatikan. Dari pengaturan tata letak sampai dengan kebersihannya.
Kandang-kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter
yang dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi
dan karantina dari kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 meter
atau sekurang-kurangnya 10 meter dengan tinggi tembok pembatas 2
meter. Kantor berjarak 25 hingga 30 meter dari kandang. Tempat
penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang.
Untuk kandang ternak di daerah tropik tidak perlu dibatasi
dengan dinding yang rapat. Daerah tropik sebaiknya menggunakan
kandang terbuka atau tanpa dinding. Dengan demikian, ventilasi
18
berjalan baik, temperatur tidak panas dan sinar matahari dapat masuk
kedalam kandang. Yang perlu diperhatikan hanyalah tiupan angin keras
yang langsung masuk ke kandang. Letak kandang perlu diatur atau
diberi pelindung angin. Atap sebaiknya dibuat tinggi. Jika perlu,
kandang diberi alat tambahan pengatur udara.
Temperatur di dalam kandang dijaga relatif konstan dengan
mengatur ketinggian dinding luar dan tepi atap sebelah bawah. Tinggi
dinding luar kandang di dataran rendah 3 meter, sedangkan dataran
tinggi 2,1 meter. Tinggi atap sebelah bawah pada kandang di dataran
rendah 2,2 meter dan di dataran tinggi 1,75 meter.
Kandang sapi perah di Indonesia belum semuanya mengikuti
persyaratan teknis dan ketentuan yang berlaku, Peternak perlu
memperhatikan dan memahami hal yang berhubungan dengan
pembuatan kandang.
Dalam pembangunannya, ada beberapa syarat dari bahan bangunan
untuk memenuhi rumah sehat, di antaranya adalah:
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150
μg/m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam
tidak melebihi 300 mg/kg.
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh serta
berkembangnya mikroorganisme patogen.
Sedangkan ada beberapa komponen rumah yang harus dipenuhi
persyaratan fisik dan biologisnya, yaitu seperti:
1) Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie
(1989), lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila
musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu perlu
dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,
keramik, teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke dalam
rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan
tanah.
2) Dinding, dengan pembagian:
a) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara
b) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan. Selain sebagai pendukung atau penyangga atap,
19
dinding juga berfungsi untuk melindungi ruangan rumah dari
gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi dari
pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik
adalah bahan yang tahan api, yaitu dinding dari batu.
3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
atau tidak mudah runtuh.
4) Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi,
dan ruang bermain anak.
Sedangkan untuk kualitas udara dalam ruangan tidak boleh
melebihi ketentuan sebagai berikut:
1) Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C
2) Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
3) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
4) Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per
penghuni
5) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam, Konsentrasi gas
formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3.
b. Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Skiner (1938) dalam
Notoadmodjo (2007) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon terhadap seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh karena itu disebut
covert behavior atau unobservable behavior, misalnya seorang ibu
hamil yaitu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa
HIV atau AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
20
2) Perilaku terbuka (covert bahaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut overt
behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya seorang ibu
memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas
untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan
sebagainya.
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari
batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)
Adalah suatu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:
a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit apabila
sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakitnya.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Kesehatan itu bersifat relatif dan dinamis, maka dari itu orang
yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat
kesehatan yang seoptimal mungkin.
c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman
dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, atau
sebaliknya. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.
2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health
seeking behaviour).
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseoranag pada
saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
21
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku dimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga
tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.
Misalnya bgaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat
pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. Menurut
Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2007) perilaku kesehatan
diklasifikasikan menjadi:
a) Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang
(appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan
stres, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.
b) Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons terhadap seseorang
terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang penyebab dan gejala penyakit dan pengobatan penyakit.
c) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh
kesembuhan, mengenal dan mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak
(misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya
kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan,
tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain).
c. Layanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan berupa program kesehatan yang bersifat
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif adalah usaha untuk
melakukan pencegahan terhadap risiko penularan penyakit dan penyebaran
penyakit yang berpotensi menular atau menimbulkan wabah penyakit.
Promotif adalah upaya untuk memperkenalkan (sosialisasi) dan
mengarahkan opini, persepsi, sikap dan tindakan masyarakat dalam
menunjang pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kuratif adalah
upaya dalam pengobatan dan penanganan penyakit yang telah diduga dan
didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang.
22
Rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau mengembalikan suatu
kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat (http://www.puskel.com).
Tersedianya sarana dan prasarana yang optimal dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menunjang status kesehatan.
Apalagi ditambah dengan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan
yang akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan.
d. Keturunan
Heredity atau keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri
seseorang, yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk dan sudah
ada karena diturunkan oleh keturunan diatasnya misalnya saja suatu
penyakit atau kelainan yang didapatkan oleh seorang anak karena orang
tuanya telah menderita terlebih dahulu.
Faktor heredity merupakan faktor terkecil dari ketiga faktor yang
lainnya, faktor ini terjadi secara evolutik dan paling sulit untuk dideteksi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu perhatian khusus untuk masalah ini
karena merupakan faktor yang yang sullit ditangani dan diubah.
Dari empat faktor tersebut di atas, aspek lingkungan dan perilaku
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan
pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan
suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Keempat faktor tersebut (keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan
lingkungan) disamping berpengaruh langsung terhadap status kesehatan juga
saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara
optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai
kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang tidak
optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal
(Kasjono, 2008).
23
Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Masyarakat Menurut H.L. Blum (Sumber:
http://dc120.4shared.com)
Dari gambar diatas jelas terlihat betapa besar peran perilaku hidup
sehat dalam mempengaruhi status kesehatan. Jika kita analisis, lingkungan
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan dapat dikendalikan
melalui perilaku.
Terciptanya lingkungan sehat, seperti pembuangan sampah, sarana air
minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) , saluran pembuangan air limbah
(SPAL) yang memenuhi syarat kesehatan, dan lainnya tidak akan terlepas dari
kontribusi perilaku manusia. Demikian pula pelayanan kesehatan, tidak akan
berhasil bila tidak ada perubahan perilaku, walaupun didirikan institusi
pelayanan kesehatan seperti posyandu, polindes dan sebagainya, jika tidak ada
partisipasi dari masyarakat dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan
tersebut, maka program pelayanan kesehatan tersebut akan gagal. Ketiadaan
partisipasi dari masyarakat ini mungkin disebabkan karena belum adanya
kesadaran dan kesadaran tersebut diakibatkan belum adanya pengetahuan
tentang manfaat dari penggunaan pelayanan kesehatan bagi peningkatan
derajat kesehatan mereka (Sudarma, 2008).
4. Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (www.who.int).
Sedangkan, Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
24
Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu :
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor
e. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
atau wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam
Pasal 22 ayat (3) UU Nomor 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan
lingkungan ada 8, yaitu :
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya, seperti keadaan pasca bencana.
25
5. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran akan pentingnya kesehatan, perilaku tersebut merupakan hasil
pembelajaran yang menjadikan individu, keluarga, atau masyarakat mampu
mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
PHBS dalam lingkungan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni :
a. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan dan tenaga
paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat
yang bersalin dengan tenaga non medis, seperti dukun bayi. Selain tidak
aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi
dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
b. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
mulai usia nol hingga enam bulan.
c. Menimbang Balita Setiap Bulan
Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk
memantau pertumbuhan Balita setiap bulan. Penimbangan dilaksanakan di
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun.
Setelah dilakukan penimbangan, dilakukan pencatatan hasil penimbangan
di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Berdasarkan KMS tersebut dapat
diketahui perkembangan dari Balita.
d. Menggunakan Air Bersih
Penggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti
memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih
banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit.
Air minum yang layak dikonsumsi tidak hanya air yang bebas
bakteri dan virus, melainkan lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat
penting dan menentukan air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS
(Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air. Contoh
unsur mineral dalam air adalah: zat kapur, besi, timah, magnesium,
tembaga, sodium, chloride, dan chlorine.
26
Air yang mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk
kesehatan. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Menurut
standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS
<100. Pada dasarnya kategori air menurut TDS terbagi menjadi 4:
1) 100 ppm : bukan air minum
2) 10 - 100 ppm : air minum
3) 1 - 10 ppm : air murni
4) 0 ppm : air organic
Batas TDS air yang bisa diminum adalah di bawah 100 ppm.
Mineral yang baik bagi tubuh manusia adalah mineral organik yang berasal
dari sayur, buah, daging, telor, atau susu. Mineral di dalam air disebut
mineral non-organik atau mineral dari benda mati yang tidak dapat
diuraikan oleh tubuh. Bila terlalu banyak mineral non-organik di dalam
tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan
mengalami pengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian
tubuh
Air minum dagang yang baik ada dua macam, yaitu air minum
bermineral dan demineral. Air minum bermineral bisa berasal dari air
bakunya (biasanya Air tanah) ditambahkan zat yang diinginkan, berupa
mineral, logam, ion negatif ataupun ion positif. Air seperti ini biasa disebut
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Sedangkan air minum Demineral
yaitu produk olahan air baku (Air Tanah / Air Laut) yang diminalisir zat-
zat dalam air baku. Jenis air ini didapatkan dari cara pengolahan secara
destilasi, deionisasi, reverse osmosis dan proses setara. Air seperti inilah
yang dihasilkan dari air minum isi ulang.
Bahan yang digunakan untuk air minum harus memenuhi standar
kualitas yang telah diterapkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes),
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH). Kualitas air minum yang kita minum, harus diukur dari 3 (tiga)
aspek , yaitu:
5) fisik, aspek Fisik, bahan air minum tidak boleh berwarna, berbau,
berasa, dan keruh.
6) kimiawi, aspek Kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung
unsur-unsur berbahaya dan beracun seperti halnya unsur-unsur logam
berat (Hg, Ni, Pb, Zn, Ag, dll) juga zat-zat beracun antara lain senyawa
hidrokarbon, dan deterjen. Selain itu unsur-unsur kimia lainnya pun
tidak boleh melebihi ambang batas yang telah ditentukan.
27
7) Biologis, aspek Biologis, air minum tidak boleh mengandung mikroba
khususnya bakteri koli.
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia
haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia,
dan biologis.
8) Persyaratan Fisika Air
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai
berikut:
a) Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid
dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin
keruh.
b) Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi
kesehatan.
c) Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa
asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
d) Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
e) Temperatur normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak
terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran atau pipa, yang
dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan
mikro organisme.
f) Tidak mengandung zat padatan
Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air.
2) Persyaratan Kimia
28
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak
mengandung zat beracun.
a) pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air
pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari
pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang
lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang
sangat mengganggu kesehatan.
b) Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat
keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan
dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur
dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat
dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium
disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air
minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit
tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l
dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah
yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150
mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
c) Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi
pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur
yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak
ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung
didalam air adalah 1,0 mg/l
d) Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang
mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak
apabila dikonsumsi.
e) Zat organik
29
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa
unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan
fauna yang hidup di perairan
f) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat
mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci atau
ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering
dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
g) Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan
tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari
pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri
dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam
usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi
langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk
methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen
didalam tubuh.
h) Chlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia.
Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun
apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat
menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
i) Zink atau Zn
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15
mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa
pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan
unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink
dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
3) Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut:
a) Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan
coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman
ini mudah tersebar melalui air.
b) Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes,
Phytoplankton coliform, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)
30
Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia,
kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu
disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh
air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya
dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air
rumah tangga menurut Sunjaya adalah:
9) Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang
perhari.
10) Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan
membersihkan dirinya 25 – 30 liter / orang perhari.
11) Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30
liter / orang perhari.
12) Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter /
orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter /
hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah
tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak
keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih
tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di
daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan
hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan
bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan
sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial
kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air
dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.Sumber air
merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem
penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu system
penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000).
Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai
sumber air minum sebagai berikut :
13) Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar
garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak
memenuhi syarat untuk diminum.
14) Air Atmosfer
31
Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung
banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama
terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini
akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini
mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
15) Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan
bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-
daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu
air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum,
seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air
sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi.
Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada
umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan
oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan
warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya
dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
16) Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah
didalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih
besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993).
17) Mata air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau
kuantitasnya sama dengan air dalam.
18) Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen
pokok antara lain:
a) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air
bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang
bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang
jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
b) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya
memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan
fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum
32
memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau
minum yang aman bagi manusia.
c) Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih
yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang
layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan
sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi.
d) Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis
sumber air menjadi air bersih.
Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan
air bersih, yaitu sumur Dangkal/Dalam pengolahan tidak lengkap hanya
pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan, sungai Pengolahan
lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50. danau NTU (Nephelometric
Turbidity Unit) Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit
transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. (Linsay, 1995)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai
Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
e. Mencuci tangan pakai sabun
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat
menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di
tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cuci tangan setiap kali
sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti
memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang
makanan maupun sebelum menyusui bayi.
Proses mencuci tangan yang baik adalah membasuh kedua tangan di
bawah air mengalir, memakai sabun digosok mulai dari punggung, telapak
sampai kuku-kuku jari tangan. Langkah-langkah yang benar dalam
mencuci tangan yang baik dan benar ada tujuh, meliputi:
1) Membasuh kedua tangan dibawah air mengalir, menggunakan sabun
kemudian membersihkan kedua telapak tangan dengan menggosok -
gosok.
2) Membersihkan punggung- punggung tangan.
33
3) Membersihkan sela- sela jari.
4) Membersihkan kuku jari.
5) Membersihkan kedua ibu jari.
6) Membersihkan ujung- ujung kuku.
7) Membersihkan sampai pergelangan tangan.
Membiasakan mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan
aktifitas yang berubungan dengan kesehatan banyak hal menguntungkan
yang diperoleh, diantaranya terhindar dari berbagai macam penyakit
misalnya diare. Diare dapat terjadi karena dari tangan yang kurang bersih
setelah memegang benda-benda kemudian langsung memegang makanan
lalu makanan yang masuk mengganggu sistem pencernaan dan
mengakibatkan diare.
f.Gunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Terdapat beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni
tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan
dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan
dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan
alat pembersih.
g. Memberantas jentik
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga
dilakukan seminggu sekali. PJB adalah pemeriksaan tempat
perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi,
WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air,
penampungan air lainnya. Selain itu, juga dilakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara Gerakan 3M plus. Gerakan 3M dilakukan
untuk memberantas nyamuk demam berdarah, yaitu :
1) Menguras bak mandi, vas dan tempat penampungan air minimal 1
minggu sekali. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat
penampungan air yang sulit dikuras.
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, atau memelihara ikan di
tempat-tempat penampungan air.
3) Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.
34
Pencegahan yang penting dan tambahan dari gerakan 3M adalah
dengan:
4) Perilaku hidup bersih: gerakan 3 M di atas sebenarnya bagian dari ini,
dan tentu perilaku hidup bersih ini masih banyak yang bisa kita
lakukan, baik untuk diri sendiri, rumah maupun lingkungan
5) Pemberian makanan bergizi: adalah kunci untuk memperkuat
pertahanan tubuh agar lebih kuat terhadap infeksi virus atau kuman
penyebab penyakit.
6) Memperbaiki kesehatan lingkungan, penyemprotan (fogging,
perbaikan saluran air, tempat sampah umum, dll adalah bagian dari
ini).
h. Makan buah dan sayur setiap hari
Konsumsi sayur dan buah secara seimbang dianjurkan karena
banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh.
i.Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Aktifitas fisik, kegiatan yang mengeluarkan tenaga sangat penting
bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari, aktifitas fisik yang
diharapkan adalah olahraga. Olahraga merupakan salah satu cara yang
sederhana untuk mencegah sekaligus menyembuhkan penyakit baik bagi
orang yang menderita penyakit seperti jantung ataupun bukan.
Jenis latihan yang baik dilakukan adalah latihan aerobic, seperti
senam, jalan, lari, naik sepeda, melakukan pekerjaan rumah tangga dan
sebagainya. Namun demikian setiap olahraga memerlukan format atau
aturan. Sebelum latihan diawali dengan pemanasan dan diakhirai dengan
pendinginan. Untuk penyakit jantung dengan berolahraga 30 menit tiap hari
dapat memperbaiki kesehatan jantung dan memberi manfaat efektif bagi
kesehatan. Menurut Depkes RI Nomor 131 Tahun 1962, Olahraga
mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi segala usaha untuk
mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan
jasmani dan rohani manusia.
Menurut penelitian idealnya frekuensi latihan dilakukan minimal 3
kali seminggu pada hari yang bergantian, artinya selang sehari. Hal ini
dikarenakan bahwa tubuh memerlukan pemulihan selesai berolahaga
sehingga otot dan persendian diberi kesempatan untuk memulihkan diri.
35
Jenis aktifitas fisik lain yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
j.Tidak merokok di dalam rumah
Terdapat 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin,
tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok
(perokok aktif), terlebih di dalam rumah, asap yang dihasilkan dari rokok
tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-
orang disekitarnya (perokok pasif) yang berefek buruk bagi kesehatan.
Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok.
Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk
bebas dari kepulan asap rokok.
Penerapan sepuluh PHBS di lingkungan keluarga, bergantung dari
kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Sebab,
upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku
kehidupan masyarakat yang sehat secara berkesinambungan.
(http://www.surabaya-ehealth.org/artikel/terapkan-10-indikator-phbs-dalam-
lingkungan-keluarga)
6. Penggunaan Obat
Penggunaan obat penting memperhatikan masa penyimpanan, semua
jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat tahun obat akan terurai
secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat
obat akan berkurang. Jenis obat dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Obat dalam (oral) yaitu obat yang diminum seperti tablet, kapsul, kaplet,
sirup.
b. Obat luar yaitu obat yang tidak diminum dan digunakan dengan cara lain,
seperti :
1) dioleskan (krim, lotion, obat gosok)
2) diteteskan (obat tetes mata, tetes hidung, tetes telinga)
3) dimasukkan dalam rektal (supositoria)
4) ditempelkan (seperti koyo,plester)
Tanda-tanda kerusakan obat tampak dengan jelas, misalnya bila
larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti
awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah,
namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan
membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan
36
dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif
dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari
10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Aturan dan lama penyimpanan obat yang baik Guna memperlambat
penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam
wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu
tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai
permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat
tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan
pada bungkusnya. Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan
cara menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya,
karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu
terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang
mengandung air atau krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada
obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi
pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka
zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara
keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. misalnya dengan tetes
mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, misalnya
pada pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya
diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu
ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet atau sendok ukur dan
mengeringkannya.
Agar obat yang digunakan tetap manjur, simpanlah obat dengan baik,
dengan cara:
b. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah yang tertutup rapat
c. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung
d. Jangan menyimpan obat dalam bentuk kapsul dan tablet di tempat panas
dan atau lembab karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak
e. Jangan menyimpan obat dalam bentuk cair di dalam lemari pendingin,
kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat
f. Hindarkan obat cair menjadi beku.
37
Obat dapat tidak digunakan lagi atau segera dibuang apabila:
g. Telah melampaui masa kadaluarsa
h. Tidak ada tanggal kadaluarsa tetapi telah disimpan cukup lama misal satu
tahun
i. Telah berubah warna atau bentuk atau kekeruhan
j. Label telah terlepas atau tidak jelas. (Project Concern
International/Indonesia, 2002).
7. Program 4 Sehat 5 Sempurna
Makan adalah kebutuhan pokok manusia, setiap hari manusia
membutuhkan makan supaya mempunyai energi untuk beraktivitas. Idelnya
menurut teori, manusia perlu makan 3 kali sehari untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. Bila sebelumnya makan berarti harus mengkonsumsi nasi, maka
seiring dengan perubahan gaya hidup, manusia tidak hanya mengkonsumsi
nasi selama makan. Nasi sebagai sumber karbohidrat yang mensuplai
prosentase terbesar untuk energi bisa digantikan dengan sumber karbohidrat
yang lain. Seperti kentang, roti gandum, cereal.Makanan bergizi adalah
makanan konsumsi yang mengandung 3 guna(triguna),yaitu :
k. Sebagai sumber tenaga (makanan pokok)
l. Sebagai zat pengatur
m. Sebagai zat pembangun.
Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila
disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh,yang terdiri dari :
n. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, Contohnya : nasi, jagung,
ubi jalar, singkong, talas, sagu serta hasilolahan seperti mie, bihun.
o. Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang ada pada
umumnya mampunyai rasa netral lebih terasa enak.Lauk dapat di bedakan
menjadi dua,yaitu :
1) Lauk hewani : daging,ayam, ikan, telur dll
2) Lauk nabati : kacang-kacangan dan hasil olahan sepertikacang kedelai,
kacang hijau, kacang merah tahu tempe danoncom.
p. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses
menelanmakanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk
berkuahContohnya : sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-kacangan
dll.
q. Buah untuk mencuci mulut contohnya pepaya, nanas, pisang, jeruk dll.
38
r. Susu dan hasil olahan susuMerupakan sumber kalsium paling baik,
karena selailn kadar kalsiumyang tinggi, laktosa didalam susu membantu
absorbsi susu didalamsaluran cerna, akan tetapi susu sedikit sekali
mengandung zat besi danvitamin C.
Dengan mengonsumsi makanan 4 sehat lima sempurana banyak hal
yang dapat kita peroleh, diantaranya :
a. Sebagai sumber energi atau tenaga
b. Menyokong pertumbuhan badan
c. Memelihara jaringan tubuh
d. Mengganti bagian atau sel – sel yang rusak
e. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan (air, asam
basa, dan mineral dalam cairan tubuh)
B. Puskemas
1. Definisi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta
ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007).
Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah
kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan
terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa,
kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota
(Sulastomo, 2007).
2. Tujuan
Tujuan dari puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggak di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.
39
3. Wilayah Kerja
Penyebaran wilayah kerja puskesmas dibagi berdasarkan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Kecamatan
b. Kepadatan penduduk
c. Luar daerah
d. Keadaan geografik
e. Infrastruktur
f. Sasaran penduduk 30.000 jiwa
4. Visi dan Misi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
didalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Sulastomo, 2007).
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan
masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI, 2003).
5. Tugas dan Fungsi
Puskesmas memiliki beberapa tugas maupun fungsi dalam
pelaksanaannya. Adapun tugas dan fungsi puskesmas sebagai berikut :
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
40
6. Persyaratan
Puskesmas memiliki beberapa persyaratan umum untuk pembangunan
baru, peningkatan, rehabilitasi maupun untuk perluasannya. Berikut ini adalah
penjelasannya.
a. Pembangunan Baru
Pembangunan baru Puskesmas ditujukan untuk peningkatan
jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.
Persyaratan pembangunan baru Puskesmas adalah:
1) Persyaratan Umum
a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada :
(1)Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
(2)Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.
(3)Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000
penduduk.
(4)Wilayah kerja sangat luas.
(5)Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam,
jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau
terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.
b) Lokasi Puskesmas :
(1)Di area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun
sarana transportasi, dari seluruh wilayah kerjanya.
(2)Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.
c) Persyaratan Lain :
(1)Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas
(2)Ketersediaan tenaga kesehatan oleh Pemda
2) Persyaratan Teknis
a) Sarana dan ruangan
Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis
pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan
yang optimal.
b) Denah tata-ruang
Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi
sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah tata-ruang mengacu pada
buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina
Kesmas tahun 2006.
41
c) Peralatan kesehatan
Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku
Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas
tahun 2006.
b. Peningkatan
Pembangunan Puskesmas yang berasal dari peningkatan Puskesmas
Pembantu (Pustu) perlu mempertimbangkan Persyaratan berikut ini:
1) Persyaratan Umum
a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada :
(1)Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.
(2)Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000
penduduk.
(3)Wilayah kerja sangat luas.
(4)Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam,
jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau
terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.
b) Lokasi Pustu pada wilayah dengan :
(1)Pertumbuhan penduduk tinggi, baik dari kelahiran maupun
migrasi, atau;
(2)Perkebunan Inti Rakyat atau permukiman transmigrasi, atau;
(3)Berdekatan dengan sentra-sentra ekonomi baru, atau;
(4)Wilayah yang akan berkembang.
c) Persyaratan
(1)Kunjungan Puskesmas tinggi.
(2)Tidak digunakan untuk menjadikan Puskesmas Perawatan pra
Rumah Sakit.
2) Persyaratan Teknis Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas, diharapkan
mempertimbangkan Persyaratan teknis sebagai berikut :
a) Luas lahan dan bangunan,
Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/
kegiatan yang dilaksanakan. Guna meningkatkan fungsi
pelayanannya, luas lahan yang diperlukan untuk peningkatan Pustu
menjadi Puskesmas, minimal adalah 305 m2, dengan rincian
kebutuhan tata ruangnya adalah sebagai berikut :
(1)Gedung untuk fungsi pelayanan minimal seluas 135 m2.
(2)Rumah dinas dokter dengan luas 1 x 70 m2.
42
(3)Rumah dinas tenaga kesehatan (perawat, bidan) dengan luas 2 x
50 m2.
Namun apabila ketersediaan lahan tidak memungkinkan,
dapat mempertimbangkan untuk peningkatan dengan pembangunan
ke atas (bertingkat). Alternatif lain adalah dengan meningkatkan
ruang untuk fungsi pelayanan (Puskesmas Induk) seluas 135 m2,
dengan catatan dokter dan tenaga kesehatan bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas tersebut. Peningkatan Pustu menjadi
Puskesmas dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh
wilayah setempat.
b) Denah tata-ruang
Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi
sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah tata-ruang mengacu pada
buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina
Kesmas tahun 2006.
c) Peralatan kesehatan
Kebutuhan minimal peralatan kesehatan Puskesmas, mengacu
pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen
Bina Kesmas tahun 2006.
c. Rehabilitasi
Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas di Puskesmas, perlu adanya rehabilitasi fisik pada bangunan
yang mengalami kerusakan. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas harus
memenuhi Persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas dengan kondisi rusak berat atau sedang.
b) Untuk peningkatan penampilan.
c) Untuk peningkatan mutu pelayanan.
2) Persyaratan Teknis
a) Denah tata-ruang bangunan mengacu pada buku Pedoman Peralatan
dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006.
b) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan
oleh wilayah setempat.
43
d. Perluasan
Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas di Puskesmas, perlu adanya perluasan fisik. Perluasan
dilaksanakan pada bangunan/sarana yang membutuhkan perluasan.
Persyaratan perluasan fisik, adalah sebagai berikut :
1) Persyaratan umum
Adanya kebutuhan :
a) Tambahan ruangan untuk meningkatkan pelayanan agar lebih
optimal.
b) Peningkatan pelayanan akan tetapi tidak memungkinkan untuk
peningkatan menjadi Puskesmas Perawatan.
2) Persyaratan Teknis
a) Luas lahan dan bangunan
Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/
kegiatan yang dibutuhkan. Perluasan sarana fisik bangunan, antara
lain berupa penambahan ruangan untuk :
(1)Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD).
(2)Pelayanan laboratorium yang dilengkapi dengan kran air serta
pembuangan air kotor.
(3)Pelayanan konsultasi yang dibutuhkan sebagai upaya preventif.
(4)Pelayanan penyuluhan dan ruang pertemuan sebagai upaya
promotif dan penggalangan kemitraan dengan berbagai pihak
terkait serta dapat digunakan untuk kegiatan Lokakarya Mini
Puskesmas.
Luas ruangan/bangunan disesuaikan kondisi setempat dengan
tetap memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan dan mengacu
pada pedoman yang ada.
b) Denah tata-ruang
Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi
sebagai sarana pelayanan kesehatan. Sebagai acuan dipergunakan
buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina
Kesmas tahun 2006.
c) Peralatan kesehatan
Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku
Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas
tahun 2006.
44
d) Bahan bangunan
Perluasan dapat menggunakan bahan bangunan yang
dihasilkan oleh wilayah setempat.
7. Upaya Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Upaya puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib merupakan upaya
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib
diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia. Sedangkan upaya kesehatan
pengembangan merupakan upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas, upaya tersebut antara lain:
a. Upaya Kesehatan Wajib:
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Upaya Kesehatan Lingkungan
3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6) Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
1) Upaya Kesehatan Sekolah,
2) Upaya Kesehatan Olah Raga,
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,
4) Upaya Kesehatan Kerja,
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,
6) Upaya Kesehatan Jiwa,
7) Upaya Kesehatan Mata,
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut,
9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Muninjaya, 2004).