5_bab ii tinjauan pustaka phbs

61
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Kesehatan tertulis di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 yaitu “ Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis”. Definisi kesehatan di dalam Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kesehatan memiliki arti yang luas. Jika diartikan, sehat menurut Undang-Undang Negara ini tidak hanya kondisi absennya atau ketiadaan sakit, namun juga sehat secara menyeluruh baik dari aspek mental, sosial dan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atau indikator kesehatan seseorang itu tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Usaha dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh tidak cukup hanya dari perseorangan. Setiap individu hidup di dalam komunitas atau lingkungan tertentu dan saling berinteraksi berkewajiban dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh, oleh sebab itu dalam mewujudkan kesehatan memerlukan kerja sama antar individu dan lingkungan sekitarnya. Peningkatkan kesehatan yang dilakukan masyarakat setidaknya memerlukan usaha dasar yang dikenal dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai “ The Basic Six”. The Basic Six” ini terdiri dari pemeliharaan dokumen kesehatan, pendidikan 7

Upload: fachmi-muzaqii-hazman

Post on 25-Jul-2015

434 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan

Kesehatan tertulis di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 yaitu “ Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial ekonomis”. Definisi kesehatan di dalam Undang-undang

tersebut menyatakan bahwa kesehatan memiliki arti yang luas. Jika diartikan, sehat

menurut Undang-Undang Negara ini tidak hanya kondisi absennya atau ketiadaan

sakit, namun juga sehat secara menyeluruh baik dari aspek mental, sosial dan

ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atau indikator kesehatan

seseorang itu tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga

diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan

secara ekonomi.

Usaha dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh tidak cukup hanya

dari perseorangan. Setiap individu hidup di dalam komunitas atau lingkungan

tertentu dan saling berinteraksi berkewajiban dalam mewujudkan kesehatan yang

menyeluruh, oleh sebab itu dalam mewujudkan kesehatan memerlukan kerja sama

antar individu dan lingkungan sekitarnya. Peningkatkan kesehatan yang dilakukan

masyarakat setidaknya memerlukan usaha dasar yang dikenal dalam Ilmu Kesehatan

Masyarakat sebagai “ The Basic Six”. “The Basic Six” ini terdiri dari pemeliharaan

dokumen kesehatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pemberantasan

penyakit menular, kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan medis dan perawatan

kesehatan (Slamet, 2009).

1. Pola Dasar Indikator Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu hal yang berkelanjutan, berada dari titik

ujung sehat walafiat sampai dengan titik pangkal sakit serius. Fashel dan Bush

(1970) dalam Notoadmodjo (2007) yang mendasarkan uraiannya pada definisi

Parson, menjabarkan kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan. Dengan

didasari dari ke-11 tingkatan tersebut, mereka mencoba membuat indikator-

indikatornya sebagaimana diuraikan di bawah:

a. Well being ( sehat sempurna)

Pada keadaan ini individu bebas dari segala gejala, keadaan

kesehatannya sesuai dengan definisi sehat WHO, yaitu : sehat fisik, mental,

sosial dan ekonomi.

7

Page 2: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

8

b. Dissatisfaction (kurang memuaskan)

Keadaan kesehatan individu dalam batas-batas tertentu yang dapat

diterima, namun terdapat penyimpangan ringan dari keadaan well being,

misalnya caries dentis.

c. Discomfort ( tidak nyaman )

Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan,

walaupun beberapa gejala mulai tampak.

d. Minor disability ( ketidakmampuan minor )

Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan,

walaupun beberapa gejala mulai tampak.

e. Mayor disability ( ketidakmampuan mayor )

Aktivitas sehari-hari masih dapat dilaksanakan, namun berkurang

secara bermakna.

f. Disabled ( cacat )

Individu tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-harinya, tetapi

masih bisa bergerak bebas dalam masyarakat.

g. Confined ( terbatas )

Individu berada di tempat tidur tetapi tidak masuk rumah sakit

(dirawat).

h. Confined + bedridden ( tinggal di tempat tidur )

Kemampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya.

i. Isolated ( terisolasi)

Individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan-kawan (dirawat).

j. Koma

Individu hampir mati, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan

jadi lebih sehat lagi.

k. Mati

Individu tidak mampu sama sekali.

2. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dalam rangka

pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan

oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun

swadaya masyarakat (LSM). Indikator keberhasilan upaya tersebut dapat

dilihat dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan sendiri mencakup dua aspek, yaitu aspek

Page 3: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

9

kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan

atau pengembalian kondisi setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan

peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan

penyakit) dan aspek promotif (peningkatan pemahaman kesehatan itu sendiri).

Dalam mewujudkan kesehatan yang seutuhnya, upaya pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan ditunjang dengan suatu wadah pelayanan

kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan adalah tempat dan

fasilitas yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya

penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi tiga,

yaitu :

a. Sarana pemeliharaan kesehatan primer ( primery care )

Sarana atau pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus atau penyakit

ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah sarana yang paling dekat

dengan masyarakat, artinya merupakan pelayanan kesehatan paling

pertama yang menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Misalnya

puskesmas, poliklinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya.

b. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua ( secondary care )

Sarana atau pelayanan kesehatan rujukan untuk kasus-kasus atau

penyakit-penyakit rujukan dari sarana pelayanan kesehatan primer.

Artinya, penanganan kasus-kasus yang tidak atau belum bisa ditangani oleh

sarana kesehatan primer didistribuskan ke sarana pelayanan kesehatan ini

karena peralatan atau keahliannya yang lebih baik. Misalnya puskesmas

dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah sakit kabupaten, rumah sakit

tipe D dan C, dan rumah bersalin.

c. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga ( tertiary care )

Sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer dan

pelayanan-pelayanan kesehatan primer (Notoadmodjo, 2003).

3. Konsep H.L Blum

Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik

melainkan juga kondisi baik dari aspek spiritual dan sosial dalam

bermasyarakat. Keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh dapat

menciptakan kondisi sehat secara holistik. Menurut H.L. Blum (1974), derajat

kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well

being, merupakan resultan dari 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat dan merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan,

Page 4: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

10

yaitu lingkungan, perilaku, layanan kesehatan dan keturunan, berikut

penjelasan 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan tersebut:

a. Lingkungan

Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-

pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan

organisme baik secara langsung ataupun tidak langsung. Faktor lingkungan

sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara penjamu dengan

faktor agent. Lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama:

1) Lingkungan biologis (fauna dan flora di sekitar manusia), bersifat

biotik:

a) Mikroorganisme penyebab penyakit.

b) Reservoir penyakit infeksi (binatang dan tumbuhan).

c) Vektor pembawa penyakit.

d) Tumbuhan dan binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan

lainnya.

2) Lingkungan fisik

a) Udara, keadaan tanah, dan geografi.

b) Air.

c) Zat kimia, polusi, dan lain-lain.

3) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah semua bentuk kehidupan sosial politik

dan sistem organisasi serta institusi yang berlaku bagi setiap individu

yang membangun masyarakat tersebut, antara lain:

a) Sistem ekonomi yang berlaku.

b) Bentuk organisasi masyarakat.

c) Sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

d) Keadaan kepadatan penduduk dan kepadatan rumah.

e) Kebiasaan hidup masyarakat (Kasjono, 2008).

Lingkungan yang terdekat dengan manusia adalah bangunan rumah,

rumah sebagai tempat berlindung dan berteduh dalam undang-undang

Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dijelaskan

bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

sarana prasarana lingkungan.

Menurut Wicaksono, rumah itu sendiri adalah sebuah tempat tujuan

akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan

kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan

Page 5: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

11

tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya

hidup manusia.

Rumah dalam aspek H.L Blum termaksud dalam aspek lingkungan

yang menentukan kesehatan dan permasalahan kesehatan. Rumah sehat

dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk

beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik,

rohani, maupun sosial. Hal ini sama dengan kriteria rumah sehat menurut

American Public Health Asociation (APHA), yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan dasar fisik

Kebutuhan fisik yang seharusya dapat dipenuhi oleh sebuah

rumah di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Temperatur

Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa dan sebaiknya

temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit

4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya

temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.

b) Pencahayaan

Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang

dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta

penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua

penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu

gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.

c) Ventilasi

Rumah yang dibangun harus memiliki ventilasi sehingga

aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap,

minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang

ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup minimum 5% luas lantai

sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal

10% dari luas lantai.

Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini

karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai

lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan

dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation).

Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin

adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan. Dalam fungsi kedua

dari ventilasi juga berperan untuk pencahayaan, sebagai lubang

Page 6: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

12

masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di

dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore

hari. Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik

akan menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain:

(1)Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin

dapat hidup tanpa oksigen dalam udara.

(2)Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan

meningkat.

(3)Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian,

pernafasan, dan mulut.

(4)Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan

oleh penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990).

Ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai

sistem aliran udara yang baik, yaitu:

(1) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah

dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang

angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran

udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang

panas lebih ringan dari pada udara yang dingin.

(2) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk

mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust

ventilation) dan air condition. (Azwar, 1990).

d) Anti-Kebisingan

Rumah harus dapat melindungi penghuninya dari kebisingan

yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik

secara langsung maupun dalam jangka waktu tertentu. Gangguan

yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan

pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.

e) Proporsional Ruang

Rumah harus memiliki luas yang cukup bagi penghuninya

untuk melakukan aktivitas sehari – hari di dalam rumah.

2) Memenuhi kebutuhan dasar psikologis

Kebutuhan dasar psikologis yang harus dipenuhi adalah seperti:

a) Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni.

b) Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan

keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog

langsung dengan orang tuanya.

Page 7: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

13

c) Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga

yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila

bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan

menimbulkan tekanan batin serta kesenjangan sosial yang sangat

mungkin dapat terjadi.

d) Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,

tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara

secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

3) Melindungi penghuninya dari berbagai macam penyakit

Rumah harus dapat melindungi penghuninya dari berbagai

macam penularan penyakit. Maka rumah yang sehat adalah rumah yang

di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan

seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai bocor sehingga tidak

tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari

kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan sampah,

pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat

kesehatan.

4) Melindungi dari kemungkinan kecelakaan

Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya serta

kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang

kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya

kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan

keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan

lain sebagainya. Aturan yang digunakan untuk menentukan rumah sehat

tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan.

5) Pembuangan jamban

Jarak antara bak septic dan rumah paling tidak sejauh 10 meter,

bahkan untuk beerput 15 meter. Namun jarak dapat ditolerir antara 10

meter sampai 8 meter, asalkan jenis tanah bukan dari jenis pasir atau

batuan yang poreous (berpori). Untuk tanah jenis pasir ditetapkan

minimal 15 meter. Apabila hal ini dipenuhi, diharapkan akan diperoleh

air minum yang cukup bersih, walaupun untuk siap diminum masih

perlu dimasak dulu.

Buang Air Besar (BAB) harus dilakukan pada tempatnya yaitu di

jamban. Pembangunan jamban penting untuk diperhatikan agar sehat

Page 8: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

14

dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kementerian

Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban

sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat

tersebut:

a) Tidak mencemari air

(1)Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, dasar lubang kotoran

tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan

terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan

dengan tanah liat atau diplester.

(2)Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

(3)Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air

kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

(4)Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam

selokan, empang, danau, sungai, dan laut

b)Tidak mencemari tanah permukaan

(1)Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,

pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.

(2)Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras

kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang

galian.

c) Bebas dari serangga

(1)Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya

dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah

bersarangnya nyamuk demam berdarah.

(2)Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat

menjadi sarang nyamuk.

(3)Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah

yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

(4)Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.

(5)Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.

d)Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

(1)Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus

ditutup setiap selesai digunakan

(2)Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa

harus tertutup rapat oleh air

(3)Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa

ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

Page 9: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

15

(4)Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.

Pembersihan harus dilakukan secara periodik.

e) Aman digunakan oleh pemakainya

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada

dinding lubang kotoran dengan pasangan batu atau selongsong

anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah

setempat, selain itu syarat dan ketentuan aman digunakan oleh

pemakai yaitu:

(1)Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi

pemakainya

(2)Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran

(3)Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke

saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran

(4)Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran

karena jamban akan cepat penuh

(5)Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati.

Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan

kemiringan minimal 2:100

f) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

(1)Jamban harus berdinding dan berpintu

(2)Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya

terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

6) Penyediaan air minum

Pada dasarnya setiap rumah harus disediakan air minum dan

memenuhi Persyaratan. Maka dari itu air yang akan dipergunakan untuk

air minum agar dimintakan rekomendasi dari PDAM atau instansinya

yang berwenang. Untuk menyediakan air minum dengan jumlah yang

cukup, dapat diambil sumber dari sumur, PDAM/PAM, mata air,

penyaringan dari air-air sungai/rawa dan sebagainya.

Setiap rumah memerlukan tersedianya air bersih untuk dapat

memenuhi kebutuhan setiap harinya. Air bersih itu sendiri adalah air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai

Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

Air minum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

Page 10: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

16

dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Hal yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain:

a) Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik

tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter.

b) Pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat

kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur.

c) Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal

air atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan

dipelihara rutin.

Sedangkan untuk syarat utama yang harus dipenuhi agar air

layak dikonsumsi sebagai air minum, antara lain:

a) Syarat fisik

Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak

berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga

menimbulkan rasa nyaman.

b) Syarat kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara

berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang

berbahaya bagi kesehatan.

c) Syarat bakteriologis

Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai

petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya

E.coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik

yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan

dengan pemanasan air (Entjang, 1997).

7) Penanganan sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses

alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang

sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Dalam masalah sampah, sumber

sampah adalah pihak yang menghasilkan sampah, seperti rumah tangga,

restoran, toko, sekolah, perkantoran dan lainnya. Pengelolaan sampah di

tingkat sumber dilakukan sebagai berikut :

a) Sediakan wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk wadah

sampah organik dan anorganik

b) Tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan

Page 11: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

17

c) Pilah sampah sesuai jenis sampah. Sampah organik dan anorganik

masukan langsung ke masing-masing wadahnya

d) Pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap

bangunan yang lahannya mencukupi

e) Masukkan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan

rumah tangga individual atau komunal

f) Tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman

bangunan bagi sistem pengomposan skala kingkungan.

Setelah ditampung, sampah sampah tersebut harus dilakukan

pemrosesan atau pengangkutan ke tempat pembuangan akhir sampah.

Pengangkutan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut:

a) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor

dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka

b) Kumpulkan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali

c) Masukkan sampah organik dan anorganik ke masing-masing bak di

dalam alat pengumpul

d) Pindahkan sampah sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS

Terpadu

e) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak

terbuka atau mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebai berikut

f) Kumpulkan sampah organik dari sumbernya minimal 2(dua) hari

sekali dan angkut ke TPS atau TPS terpadu

g) Kumpulkan sampah anorganik sesuai jadwal yang telah ditetapkan

dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW

atau oleh pihak swasta

8) Pengaturan kandang ternak

Selain pengaturan rumah, kandang – kandang ternak juga harus

diperhatikan. Dari pengaturan tata letak sampai dengan kebersihannya.

Kandang-kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter

yang dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi

dan karantina dari kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 meter

atau sekurang-kurangnya 10 meter dengan tinggi tembok pembatas 2

meter. Kantor berjarak 25 hingga 30 meter dari kandang. Tempat

penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang.

Untuk kandang ternak di daerah tropik tidak perlu dibatasi

dengan dinding yang rapat. Daerah tropik sebaiknya menggunakan

kandang terbuka atau tanpa dinding. Dengan demikian, ventilasi

Page 12: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

18

berjalan baik, temperatur tidak panas dan sinar matahari dapat masuk

kedalam kandang. Yang perlu diperhatikan hanyalah tiupan angin keras

yang langsung masuk ke kandang. Letak kandang perlu diatur atau

diberi pelindung angin. Atap sebaiknya dibuat tinggi. Jika perlu,

kandang diberi alat tambahan pengatur udara.

Temperatur di dalam kandang dijaga relatif konstan dengan

mengatur ketinggian dinding luar dan tepi atap sebelah bawah. Tinggi

dinding luar kandang di dataran rendah 3 meter, sedangkan dataran

tinggi 2,1 meter. Tinggi atap sebelah bawah pada kandang di dataran

rendah 2,2 meter dan di dataran tinggi 1,75 meter.

Kandang sapi perah di Indonesia belum semuanya mengikuti

persyaratan teknis dan ketentuan yang berlaku, Peternak perlu

memperhatikan dan memahami hal yang berhubungan dengan

pembuatan kandang.

Dalam pembangunannya, ada beberapa syarat dari bahan bangunan

untuk memenuhi rumah sehat, di antaranya adalah:

1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150

μg/m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam

tidak melebihi 300 mg/kg.

2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh serta

berkembangnya mikroorganisme patogen.

Sedangkan ada beberapa komponen rumah yang harus dipenuhi

persyaratan fisik dan biologisnya, yaitu seperti:

1) Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie

(1989), lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila

musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan

gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu perlu

dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,

keramik, teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke dalam

rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan

tanah.

2) Dinding, dengan pembagian:

a) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana

ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara

b) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah

dibersihkan. Selain sebagai pendukung atau penyangga atap,

Page 13: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

19

dinding juga berfungsi untuk melindungi ruangan rumah dari

gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi dari

pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik

adalah bahan yang tahan api, yaitu dinding dari batu.

3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

atau tidak mudah runtuh.

4) Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus

dilengkapi dengan penangkal petir

5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,

ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi,

dan ruang bermain anak.

Sedangkan untuk kualitas udara dalam ruangan tidak boleh

melebihi ketentuan sebagai berikut:

1) Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C

2) Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%

3) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

4) Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per

penghuni

5) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam, Konsentrasi gas

formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3.

b. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Skiner (1938) dalam

Notoadmodjo (2007) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon terhadap seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran,

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh karena itu disebut

covert behavior atau unobservable behavior, misalnya seorang ibu

hamil yaitu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa

HIV atau AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

Page 14: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

20

2) Perilaku terbuka (covert bahaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah

dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut overt

behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya seorang ibu

memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas

untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan

sebagainya.

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,

yaitu:

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)

Adalah suatu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan

kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:

a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit apabila

sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakitnya.

b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Kesehatan itu bersifat relatif dan dinamis, maka dari itu orang

yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat

kesehatan yang seoptimal mungkin.

c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman

dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, atau

sebaliknya. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap

makanan dan minuman tersebut.

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health

seeking behaviour).

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseoranag pada

saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan ke luar negeri.

Page 15: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

21

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku dimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga

tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.

Misalnya bgaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat

pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. Menurut

Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2007) perilaku kesehatan

diklasifikasikan menjadi:

a) Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang

(appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum

minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan

stres, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

b) Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons terhadap seseorang

terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan

tentang penyebab dan gejala penyakit dan pengobatan penyakit.

c) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh

kesembuhan, mengenal dan mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak

(misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan

kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya

kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan,

tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain).

c. Layanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan berupa program kesehatan yang bersifat

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif adalah usaha untuk

melakukan pencegahan terhadap risiko penularan penyakit dan penyebaran

penyakit yang berpotensi menular atau menimbulkan wabah penyakit.

Promotif adalah upaya untuk memperkenalkan (sosialisasi) dan

mengarahkan opini, persepsi, sikap dan tindakan masyarakat dalam

menunjang pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kuratif adalah

upaya dalam pengobatan dan penanganan penyakit yang telah diduga dan

didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang.

Page 16: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

22

Rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau mengembalikan suatu

kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat (http://www.puskel.com).

Tersedianya sarana dan prasarana yang optimal dapat mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menunjang status kesehatan.

Apalagi ditambah dengan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan

yang akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan.

d. Keturunan

Heredity atau keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri

seseorang, yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk dan sudah

ada karena diturunkan oleh keturunan diatasnya misalnya saja suatu

penyakit atau kelainan yang didapatkan oleh seorang anak karena orang

tuanya telah menderita terlebih dahulu.

Faktor heredity merupakan faktor terkecil dari ketiga faktor yang

lainnya, faktor ini terjadi secara evolutik dan paling sulit untuk dideteksi.

Oleh karena itu, diperlukan suatu perhatian khusus untuk masalah ini

karena merupakan faktor yang yang sullit ditangani dan diubah.

Dari empat faktor tersebut di atas, aspek lingkungan dan perilaku

merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya

derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan

pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan

suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang

ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat

menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

Keempat faktor tersebut (keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan

lingkungan) disamping berpengaruh langsung terhadap status kesehatan juga

saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara

optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai

kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang tidak

optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal

(Kasjono, 2008).

Page 17: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

23

Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan

Masyarakat Menurut H.L. Blum (Sumber:

http://dc120.4shared.com)

Dari gambar diatas jelas terlihat betapa besar peran perilaku hidup

sehat dalam mempengaruhi status kesehatan. Jika kita analisis, lingkungan

sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan dapat dikendalikan

melalui perilaku.

Terciptanya lingkungan sehat, seperti pembuangan sampah, sarana air

minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) , saluran pembuangan air limbah

(SPAL) yang memenuhi syarat kesehatan, dan lainnya tidak akan terlepas dari

kontribusi perilaku manusia. Demikian pula pelayanan kesehatan, tidak akan

berhasil bila tidak ada perubahan perilaku, walaupun didirikan institusi

pelayanan kesehatan seperti posyandu, polindes dan sebagainya, jika tidak ada

partisipasi dari masyarakat dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan

tersebut, maka program pelayanan kesehatan tersebut akan gagal. Ketiadaan

partisipasi dari masyarakat ini mungkin disebabkan karena belum adanya

kesadaran dan kesadaran tersebut diakibatkan belum adanya pengetahuan

tentang manfaat dari penggunaan pelayanan kesehatan bagi peningkatan

derajat kesehatan mereka (Sudarma, 2008).

4. Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan

adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan

lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (www.who.int).

Sedangkan, Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan

Page 18: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

24

Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang

mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan

lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang

sehat dan bahagia.

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup

kesehatan lingkungan, yaitu :

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor

e. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi

atau wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam

Pasal 22 ayat (3) UU Nomor 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan

lingkungan ada 8, yaitu :

a. Penyehatan air dan udara

b. Pengamanan limbah padat atau sampah

c. Pengamanan limbah cair

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

h. Penyehatan dan pengamanan lainnya, seperti keadaan pasca bencana.

Page 19: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

25

5. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar

kesadaran akan pentingnya kesehatan, perilaku tersebut merupakan hasil

pembelajaran yang menjadikan individu, keluarga, atau masyarakat mampu

mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.

PHBS dalam lingkungan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku

hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni :

a. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan dan tenaga

paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat

yang bersalin dengan tenaga non medis, seperti dukun bayi. Selain tidak

aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi

dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.

b. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni

pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi

mulai usia nol hingga enam bulan.

c. Menimbang Balita Setiap Bulan

Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk

memantau pertumbuhan Balita setiap bulan. Penimbangan dilaksanakan di

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun.

Setelah dilakukan penimbangan, dilakukan pencatatan hasil penimbangan

di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Berdasarkan KMS tersebut dapat

diketahui perkembangan dari Balita.

d. Menggunakan Air Bersih

Penggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti

memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih

banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit.

Air minum yang layak dikonsumsi tidak hanya air yang bebas

bakteri dan virus, melainkan lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat

penting dan menentukan air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS

(Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air. Contoh

unsur mineral dalam air adalah: zat kapur, besi, timah, magnesium,

tembaga, sodium, chloride, dan chlorine.

Page 20: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

26

Air yang mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk

kesehatan. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Menurut

standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS

<100. Pada dasarnya kategori air menurut TDS terbagi menjadi 4:

1) 100 ppm : bukan air minum

2) 10 - 100 ppm : air minum

3) 1 - 10 ppm : air murni

4) 0 ppm : air organic

Batas TDS air yang bisa diminum adalah di bawah 100 ppm.

Mineral yang baik bagi tubuh manusia adalah mineral organik yang berasal

dari sayur, buah, daging, telor, atau susu. Mineral di dalam air disebut

mineral non-organik atau mineral dari benda mati yang tidak dapat

diuraikan oleh tubuh. Bila terlalu banyak mineral non-organik di dalam

tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan

mengalami pengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian

tubuh

Air minum dagang yang baik ada dua macam, yaitu air minum

bermineral dan demineral. Air minum bermineral bisa berasal dari air

bakunya (biasanya Air tanah) ditambahkan zat yang diinginkan, berupa

mineral, logam, ion negatif ataupun ion positif. Air seperti ini biasa disebut

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Sedangkan air minum Demineral

yaitu produk olahan air baku (Air Tanah / Air Laut) yang diminalisir zat-

zat dalam air baku. Jenis air ini didapatkan dari cara pengolahan secara

destilasi, deionisasi, reverse osmosis dan proses setara. Air seperti inilah

yang dihasilkan dari air minum isi ulang.

Bahan yang digunakan untuk air minum harus memenuhi standar

kualitas yang telah diterapkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes),

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau Kementrian Lingkungan Hidup

(KLH). Kualitas air minum yang kita minum, harus diukur dari 3 (tiga)

aspek , yaitu:

5) fisik, aspek Fisik, bahan air minum tidak boleh berwarna, berbau,

berasa, dan keruh.

6) kimiawi, aspek Kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung

unsur-unsur berbahaya dan beracun seperti halnya unsur-unsur logam

berat (Hg, Ni, Pb, Zn, Ag, dll) juga zat-zat beracun antara lain senyawa

hidrokarbon, dan deterjen. Selain itu unsur-unsur kimia lainnya pun

tidak boleh melebihi ambang batas yang telah ditentukan.

Page 21: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

27

7) Biologis, aspek Biologis, air minum tidak boleh mengandung mikroba

khususnya bakteri koli.

Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia

haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia,

dan biologis.

8) Persyaratan Fisika Air

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai

berikut:

a) Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid

dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin

keruh.

b) Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang

berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi

kesehatan.

c) Rasanya tawar

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa

asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa

asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,

sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam

anorganik.

d) Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh

maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan

organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh

mikroorganisme air.

e) Temperatur normal

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak

terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran atau pipa, yang

dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan

mikro organisme.

f) Tidak mengandung zat padatan

Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air.

2) Persyaratan Kimia

Page 22: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

28

Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak

mengandung zat beracun.

a) pH (derajat keasaman)

Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air

pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama

karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari

pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang

lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat

menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang

sangat mengganggu kesehatan.

b) Kesadahan

Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan

kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat

keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan

dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur

dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat

dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium

disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air

minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit

tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l

dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah

yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk

pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150

mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

c) Besi

Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan

menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi

pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur

yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak

ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung

didalam air adalah 1,0 mg/l

d) Aluminium

Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut

Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang

mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak

apabila dikonsumsi.

e) Zat organik

Page 23: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

29

Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa

unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan

fauna yang hidup di perairan

f) Sulfat

Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat

mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci atau

ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering

dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.

g) Nitrat dan nitrit

Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan

tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari

pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri

dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam

usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi

langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk

methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen

didalam tubuh.

h) Chlorida

Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia.

Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun

apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat

menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.

i) Zink atau Zn

Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15

mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa

pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan

unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink

dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.

3) Persyaratan mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah

sebagai berikut:

a) Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan

coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman

ini mudah tersebar melalui air.

b) Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes,

Phytoplankton coliform, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)

Page 24: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

30

Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia,

kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu

disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh

air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya

dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air

rumah tangga menurut Sunjaya adalah:

9) Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang

perhari.

10) Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan

membersihkan dirinya 25 – 30 liter / orang perhari.

11) Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30

liter / orang perhari.

12) Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan

pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter /

orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter /

hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah

tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak

keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih

tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di

daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan

hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan

bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan

sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial

kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air

dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.Sumber air

merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem

penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu system

penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000).

Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai

sumber air minum sebagai berikut :

13) Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak

memenuhi syarat untuk diminum.

14) Air Atmosfer

Page 25: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

31

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada

waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung

banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama

terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini

akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini

mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

15) Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan

bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran

selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-

daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu

air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum,

seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air

sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi.

Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada

umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan

oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan

warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya

dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.

16) Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah

didalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih

besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993).

17) Mata air

Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan

tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau

kuantitasnya sama dengan air dalam.

18) Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen

pokok antara lain:

a) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air

bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang

bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang

jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.

b) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya

memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan

fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum

Page 26: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

32

memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau

minum yang aman bagi manusia.

c) Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih

yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang

layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan

sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi.

d) Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis

sumber air menjadi air bersih.

Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan

air bersih, yaitu sumur Dangkal/Dalam pengolahan tidak lengkap hanya

pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan, sungai Pengolahan

lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50. danau NTU (Nephelometric

Turbidity Unit) Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit

transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke

beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. (Linsay, 1995)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai

Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan

kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila

dimasak.

e. Mencuci tangan pakai sabun

Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat

menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di

tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cuci tangan setiap kali

sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti

memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang

makanan maupun sebelum menyusui bayi.

Proses mencuci tangan yang baik adalah membasuh kedua tangan di

bawah air mengalir, memakai sabun digosok mulai dari punggung, telapak

sampai kuku-kuku jari tangan. Langkah-langkah yang benar dalam

mencuci tangan yang baik dan benar ada tujuh, meliputi:

1) Membasuh kedua tangan dibawah air mengalir, menggunakan sabun

kemudian membersihkan kedua telapak tangan dengan menggosok -

gosok.

2) Membersihkan punggung- punggung tangan.

Page 27: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

33

3) Membersihkan sela- sela jari.

4) Membersihkan kuku jari.

5) Membersihkan kedua ibu jari.

6) Membersihkan ujung- ujung kuku.

7) Membersihkan sampai pergelangan tangan.

Membiasakan mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan

aktifitas yang berubungan dengan kesehatan banyak hal menguntungkan

yang diperoleh, diantaranya terhindar dari berbagai macam penyakit

misalnya diare. Diare dapat terjadi karena dari tangan yang kurang bersih

setelah memegang benda-benda kemudian langsung memegang makanan

lalu makanan yang masuk mengganggu sistem pencernaan dan

mengakibatkan diare.

f.Gunakan Jamban Sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat

duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang

dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Terdapat beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh

serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan

dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan

dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan

alat pembersih.

g. Memberantas jentik

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga

dilakukan seminggu sekali. PJB adalah pemeriksaan tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi,

WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air,

penampungan air lainnya. Selain itu, juga dilakukan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan cara Gerakan 3M plus. Gerakan 3M dilakukan

untuk memberantas nyamuk demam berdarah, yaitu :

1) Menguras bak mandi, vas dan tempat penampungan air minimal 1

minggu sekali. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat

penampungan air yang sulit dikuras.

2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, atau memelihara ikan di

tempat-tempat penampungan air.

3) Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Page 28: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

34

Pencegahan yang penting dan tambahan dari gerakan 3M adalah

dengan:

4) Perilaku hidup bersih: gerakan 3 M di atas sebenarnya bagian dari ini,

dan tentu perilaku hidup bersih ini masih banyak yang bisa kita

lakukan, baik untuk diri sendiri, rumah maupun lingkungan

5) Pemberian makanan bergizi: adalah kunci untuk memperkuat

pertahanan tubuh agar lebih kuat terhadap infeksi virus atau kuman

penyebab penyakit.

6) Memperbaiki kesehatan lingkungan, penyemprotan (fogging,

perbaikan saluran air, tempat sampah umum, dll adalah bagian dari

ini).

h. Makan buah dan sayur setiap hari

Konsumsi sayur dan buah secara seimbang dianjurkan karena

banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang

bermanfaat bagi tubuh.

i.Melakukan aktifitas fisik setiap hari

Aktifitas fisik, kegiatan yang mengeluarkan tenaga sangat penting

bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari, aktifitas fisik yang

diharapkan adalah olahraga. Olahraga merupakan salah satu cara yang

sederhana untuk mencegah sekaligus menyembuhkan penyakit baik bagi

orang yang menderita penyakit seperti jantung ataupun bukan.

Jenis latihan yang baik dilakukan adalah latihan aerobic, seperti

senam, jalan, lari, naik sepeda, melakukan pekerjaan rumah tangga dan

sebagainya. Namun demikian setiap olahraga memerlukan format atau

aturan. Sebelum latihan diawali dengan pemanasan dan diakhirai dengan

pendinginan. Untuk penyakit jantung dengan berolahraga 30 menit tiap hari

dapat memperbaiki kesehatan jantung dan memberi manfaat efektif bagi

kesehatan. Menurut Depkes RI Nomor 131 Tahun 1962, Olahraga

mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi segala usaha untuk

mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan

jasmani dan rohani manusia.

Menurut penelitian idealnya frekuensi latihan dilakukan minimal 3

kali seminggu pada hari yang bergantian, artinya selang sehari. Hal ini

dikarenakan bahwa tubuh memerlukan pemulihan selesai berolahaga

sehingga otot dan persendian diberi kesempatan untuk memulihkan diri.

Page 29: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

35

Jenis aktifitas fisik lain yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.

j.Tidak merokok di dalam rumah

Terdapat 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin,

tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok

(perokok aktif), terlebih di dalam rumah, asap yang dihasilkan dari rokok

tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-

orang disekitarnya (perokok pasif) yang berefek buruk bagi kesehatan.

Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok.

Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk

bebas dari kepulan asap rokok.

Penerapan sepuluh PHBS di lingkungan keluarga, bergantung dari

kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Sebab,

upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku

kehidupan masyarakat yang sehat secara berkesinambungan.

(http://www.surabaya-ehealth.org/artikel/terapkan-10-indikator-phbs-dalam-

lingkungan-keluarga)

6. Penggunaan Obat

Penggunaan obat penting memperhatikan masa penyimpanan, semua

jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat tahun obat akan terurai

secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat

obat akan berkurang. Jenis obat dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Obat dalam (oral) yaitu obat yang diminum seperti tablet, kapsul, kaplet,

sirup.

b. Obat luar yaitu obat yang tidak diminum dan digunakan dengan cara lain,

seperti :

1) dioleskan (krim, lotion, obat gosok)

2) diteteskan (obat tetes mata, tetes hidung, tetes telinga)

3) dimasukkan dalam rektal (supositoria)

4) ditempelkan (seperti koyo,plester)

Tanda-tanda kerusakan obat tampak dengan jelas, misalnya bila

larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti

awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak

dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah,

namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan

membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan

Page 30: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

36

dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif

dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari

10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.

Aturan dan lama penyimpanan obat yang baik Guna memperlambat

penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam

wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu

tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai

permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat

tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan

pada bungkusnya. Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan

cara menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya,

karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu

terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang

mengandung air atau krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada

obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi

pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka

zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara

keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. misalnya dengan tetes

mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, misalnya

pada pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya

diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu

ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet atau sendok ukur dan

mengeringkannya.

Agar obat yang digunakan tetap manjur, simpanlah obat dengan baik,

dengan cara:

b. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah yang tertutup rapat

c. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari

langsung

d. Jangan menyimpan obat dalam bentuk kapsul dan tablet di tempat panas

dan atau lembab karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak

e. Jangan menyimpan obat dalam bentuk cair di dalam lemari pendingin,

kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat

f. Hindarkan obat cair menjadi beku.

Page 31: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

37

Obat dapat tidak digunakan lagi atau segera dibuang apabila:

g. Telah melampaui masa kadaluarsa

h. Tidak ada tanggal kadaluarsa tetapi telah disimpan cukup lama misal satu

tahun

i. Telah berubah warna atau bentuk atau kekeruhan

j. Label telah terlepas atau tidak jelas. (Project Concern

International/Indonesia, 2002).

7. Program 4 Sehat 5 Sempurna

Makan adalah kebutuhan pokok manusia, setiap hari manusia

membutuhkan makan supaya mempunyai energi untuk beraktivitas. Idelnya

menurut teori, manusia perlu makan 3 kali sehari untuk memenuhi kebutuhan

gizinya. Bila sebelumnya makan berarti harus mengkonsumsi nasi, maka

seiring dengan perubahan gaya hidup, manusia tidak hanya mengkonsumsi

nasi selama makan. Nasi sebagai sumber karbohidrat yang mensuplai

prosentase terbesar untuk energi bisa digantikan dengan sumber karbohidrat

yang lain. Seperti kentang, roti gandum, cereal.Makanan bergizi adalah

makanan konsumsi yang mengandung 3 guna(triguna),yaitu :

k. Sebagai sumber tenaga (makanan pokok)

l. Sebagai zat pengatur

m. Sebagai zat pembangun.

Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila

disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuh,yang terdiri dari :

n. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, Contohnya : nasi, jagung,

ubi jalar, singkong, talas, sagu serta hasilolahan seperti mie, bihun.

o. Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang ada pada

umumnya mampunyai rasa netral lebih terasa enak.Lauk dapat di bedakan

menjadi dua,yaitu :

1) Lauk hewani : daging,ayam, ikan, telur dll

2) Lauk nabati : kacang-kacangan dan hasil olahan sepertikacang kedelai,

kacang hijau, kacang merah tahu tempe danoncom.

p. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses

menelanmakanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk

berkuahContohnya : sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-kacangan

dll.

q. Buah untuk mencuci mulut contohnya pepaya, nanas, pisang, jeruk dll.

Page 32: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

38

r. Susu dan hasil olahan susuMerupakan sumber kalsium paling baik,

karena selailn kadar kalsiumyang tinggi, laktosa didalam susu membantu

absorbsi susu didalamsaluran cerna, akan tetapi susu sedikit sekali

mengandung zat besi danvitamin C.

Dengan mengonsumsi makanan 4 sehat lima sempurana banyak hal

yang dapat kita peroleh, diantaranya :

a. Sebagai sumber energi atau tenaga

b. Menyokong pertumbuhan badan

c. Memelihara jaringan tubuh

d. Mengganti bagian atau sel – sel yang rusak

e. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan (air, asam

basa, dan mineral dalam cairan tubuh)

B. Puskemas

1. Definisi

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten

atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis

dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan

kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta

ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007).

Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

atau Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah

kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan

terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi

antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa,

kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional

bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota

(Sulastomo, 2007).

2. Tujuan

Tujuan dari puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggak di

wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.

Page 33: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

39

3. Wilayah Kerja

Penyebaran wilayah kerja puskesmas dibagi berdasarkan beberapa hal

sebagai berikut:

a. Kecamatan

b. Kepadatan penduduk

c. Luar daerah

d. Keadaan geografik

e. Infrastruktur

f. Sasaran penduduk 30.000 jiwa

4. Visi dan Misi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.

Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang

ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup

didalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Sulastomo, 2007).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan

masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI, 2003).

5. Tugas dan Fungsi

Puskesmas memiliki beberapa tugas maupun fungsi dalam

pelaksanaannya. Adapun tugas dan fungsi puskesmas sebagai berikut :

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

Page 34: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

40

6. Persyaratan

Puskesmas memiliki beberapa persyaratan umum untuk pembangunan

baru, peningkatan, rehabilitasi maupun untuk perluasannya. Berikut ini adalah

penjelasannya.

a. Pembangunan Baru

Pembangunan baru Puskesmas ditujukan untuk peningkatan

jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.

Persyaratan pembangunan baru Puskesmas adalah:

1) Persyaratan Umum

a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada :

(1)Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan.

(2)Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.

(3)Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000

penduduk.

(4)Wilayah kerja sangat luas.

(5)Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam,

jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau

terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.

b) Lokasi Puskesmas :

(1)Di area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun

sarana transportasi, dari seluruh wilayah kerjanya.

(2)Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.

c) Persyaratan Lain :

(1)Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas

(2)Ketersediaan tenaga kesehatan oleh Pemda

2) Persyaratan Teknis

a) Sarana dan ruangan

Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis

pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan

yang optimal.

b) Denah tata-ruang

Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi

sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah tata-ruang mengacu pada

buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina

Kesmas tahun 2006.

Page 35: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

41

c) Peralatan kesehatan

Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku

Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas

tahun 2006.

b. Peningkatan

Pembangunan Puskesmas yang berasal dari peningkatan Puskesmas

Pembantu (Pustu) perlu mempertimbangkan Persyaratan berikut ini:

1) Persyaratan Umum

a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada :

(1)Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.

(2)Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000

penduduk.

(3)Wilayah kerja sangat luas.

(4)Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam,

jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau

terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.

b) Lokasi Pustu pada wilayah dengan :

(1)Pertumbuhan penduduk tinggi, baik dari kelahiran maupun

migrasi, atau;

(2)Perkebunan Inti Rakyat atau permukiman transmigrasi, atau;

(3)Berdekatan dengan sentra-sentra ekonomi baru, atau;

(4)Wilayah yang akan berkembang.

c) Persyaratan

(1)Kunjungan Puskesmas tinggi.

(2)Tidak digunakan untuk menjadikan Puskesmas Perawatan pra

Rumah Sakit.

2) Persyaratan Teknis Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas, diharapkan

mempertimbangkan Persyaratan teknis sebagai berikut :

a) Luas lahan dan bangunan,

Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/

kegiatan yang dilaksanakan. Guna meningkatkan fungsi

pelayanannya, luas lahan yang diperlukan untuk peningkatan Pustu

menjadi Puskesmas, minimal adalah 305 m2, dengan rincian

kebutuhan tata ruangnya adalah sebagai berikut :

(1)Gedung untuk fungsi pelayanan minimal seluas 135 m2.

(2)Rumah dinas dokter dengan luas 1 x 70 m2.

Page 36: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

42

(3)Rumah dinas tenaga kesehatan (perawat, bidan) dengan luas 2 x

50 m2.

Namun apabila ketersediaan lahan tidak memungkinkan,

dapat mempertimbangkan untuk peningkatan dengan pembangunan

ke atas (bertingkat). Alternatif lain adalah dengan meningkatkan

ruang untuk fungsi pelayanan (Puskesmas Induk) seluas 135 m2,

dengan catatan dokter dan tenaga kesehatan bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas tersebut. Peningkatan Pustu menjadi

Puskesmas dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh

wilayah setempat.

b) Denah tata-ruang

Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi

sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah tata-ruang mengacu pada

buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina

Kesmas tahun 2006.

c) Peralatan kesehatan

Kebutuhan minimal peralatan kesehatan Puskesmas, mengacu

pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen

Bina Kesmas tahun 2006.

c. Rehabilitasi

Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas di Puskesmas, perlu adanya rehabilitasi fisik pada bangunan

yang mengalami kerusakan. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas harus

memenuhi Persyaratan sebagai berikut:

1) Persyaratan Umum

a) Puskesmas dengan kondisi rusak berat atau sedang.

b) Untuk peningkatan penampilan.

c) Untuk peningkatan mutu pelayanan.

2) Persyaratan Teknis

a) Denah tata-ruang bangunan mengacu pada buku Pedoman Peralatan

dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006.

b) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan

oleh wilayah setempat.

Page 37: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

43

d. Perluasan

Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas di Puskesmas, perlu adanya perluasan fisik. Perluasan

dilaksanakan pada bangunan/sarana yang membutuhkan perluasan.

Persyaratan perluasan fisik, adalah sebagai berikut :

1) Persyaratan umum

Adanya kebutuhan :

a) Tambahan ruangan untuk meningkatkan pelayanan agar lebih

optimal.

b) Peningkatan pelayanan akan tetapi tidak memungkinkan untuk

peningkatan menjadi Puskesmas Perawatan.

2) Persyaratan Teknis

a) Luas lahan dan bangunan

Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/

kegiatan yang dibutuhkan. Perluasan sarana fisik bangunan, antara

lain berupa penambahan ruangan untuk :

(1)Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD).

(2)Pelayanan laboratorium yang dilengkapi dengan kran air serta

pembuangan air kotor.

(3)Pelayanan konsultasi yang dibutuhkan sebagai upaya preventif.

(4)Pelayanan penyuluhan dan ruang pertemuan sebagai upaya

promotif dan penggalangan kemitraan dengan berbagai pihak

terkait serta dapat digunakan untuk kegiatan Lokakarya Mini

Puskesmas.

Luas ruangan/bangunan disesuaikan kondisi setempat dengan

tetap memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan dan mengacu

pada pedoman yang ada.

b) Denah tata-ruang

Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi

sebagai sarana pelayanan kesehatan. Sebagai acuan dipergunakan

buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina

Kesmas tahun 2006.

c) Peralatan kesehatan

Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku

Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas

tahun 2006.

Page 38: 5_BAB II Tinjauan Pustaka PHBS

44

d) Bahan bangunan

Perluasan dapat menggunakan bahan bangunan yang

dihasilkan oleh wilayah setempat.

7. Upaya Pelayanan Kesehatan Puskesmas

Upaya puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya

kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib merupakan upaya

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit

tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib

diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia. Sedangkan upaya kesehatan

pengembangan merupakan upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan

kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan

kemampuan Puskesmas, upaya tersebut antara lain:

a. Upaya Kesehatan Wajib:

1) Upaya Promosi Kesehatan

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6) Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

1) Upaya Kesehatan Sekolah,

2) Upaya Kesehatan Olah Raga,

3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,

4) Upaya Kesehatan Kerja,

5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,

6) Upaya Kesehatan Jiwa,

7) Upaya Kesehatan Mata,

8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut,

9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Muninjaya, 2004).