penambahan asam formiat untuk meningkatkan … · 2017-05-02 · aang hasanudin. penambahan asam...

31
PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN PALATABILITAS FORMULA PAKAN PENGGANTI PADA TRENGGILING JAWA (Manis javanica) AANG HASANUDIN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: nguyenxuyen

Post on 21-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK

MENINGKATKAN PALATABILITAS FORMULA

PAKAN PENGGANTI PADA TRENGGILING JAWA

(Manis javanica)

AANG HASANUDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling
Page 3: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penambahan

Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti

pada Trenggiling Jawa (Manis javanica)” adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor,Oktober 2016

Aang Hasanudin

NIM B04120057

Page 4: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling
Page 5: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

ABSTRAK

AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan

Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Dibimbing oleh CHAIRUN NISA’dan DEWI APRI ASTUTI.

Trenggiling Jawa (Manis javanica) merupakan salah satu fauna unik yang

ada di Indonesia. Populasi satwa ini di Indonesia diduga semakin menurun dan

hampir punah, sehingga memerlukan perhatian untuk menjaga kelestariannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh penambahan asam formiat

pada pakan terhadap peningkatan daya suka (palatabilitas), menganalisis

konsumsi nutrien dan tingkat kecernaan pakan, serta pengaruhnya terhadap

pertambahan bobot badan trenggiling. Penelititan ini menggunakan empat ekor

trenggiling Jawa yang terdiri dari dua ekor betina dan dua ekor jantan. Formula

pakan untuk empat ekor trenggiling terdiri dari 182 g (18%) kroto, 190 g (20%)

telur ayam rebus, 248 g (31%) daging ayam mentah, 67 g (10%) ulat Hongkong,

53 g (20%) pelet ikan koi, 3 g (1%) tepung jangkrik, 149 ml air dan suplemen

yang terdiri atas 0.2 g kalsium, 0.025 g vitamin B kompleks, 0.006 g vitamin K,

dan asam formiat 1 ml dalam 1000gr (1 0/00) formula pakan. Semua bahan

terlebih dahulu diblender, kecuali kroto dan ulat Hongkong yang ditambahkan

utuh sesaat sebelum diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan

asam formiat dapat meningkatkan palatabilitas. Hal ini ditunjukkan dengan pakan

yang diberikan selama penelitian selalu dikonsumsi habis. Pemberian pakan pada

penelitian ini sejumlah 4%-5% BB dapat memenuhi kebutuhan energi hidup

pokok trenggiling dan berpengaruh terhadap kenaikan bobot badan rata-rata

sebesar 10.12 g perhari.

Kata kunci: trenggiling Jawa (Manis javanica), Asam formiat, adaptasi,

pertambahan bobot badan.

Page 6: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

ABSTRACT

AANG HASANUDIN. The addition of formic acid to Improve palatability

Feeding Formula Substitutes on Javan pangolin (Manis javanica). Supervised by

CHAIRUN NISA’and DEWI APRI ASTUTI.

Javan pangolin (Manis javanica) is one of the unique mammal found in

Indonesia. The population of the Javan pangolin is declining due to relentlessly

hunted and almost extinct. This condition requires attention on its conservation.

The study aims to examine the effect of adding formic acid into feed formula to

increase palatability, to analyze the nutrient consumption and digestibility of the

feed and its effect on body weight gain of the pangolin. Four Javan pangolin, 2

females and 2 males were used in this study the feed formula for these four

pangolins consisted of 182 g (18%) kroto, 190 g (20%), 248 g (31%) chicken

meat, 67 g (10%) meal worms, 53 g (20%) koi fish pellet, 3 g (1%) cricket powder,

±150 ml water, and supplements consisted of 0.2 g calcium, 0.025 g vitamin B

complex, 0.006 g vitamin K and 1 ml formic acid in 1000 gr (10/00) feed formula.

All ingredients were blended, except for kroto and meal worms that were added

whole before meal. The results showed that the addition of formic acid increasing

the palatability, indicated with the feed given always all consumed. The feed

given in this study is 4-5% body weight and is enough to fulfill the energy need of

pangolin and increase the body weight by the average of 10.12 g per day.

Key words: Javan pangolin (Manis javanica), formic acid, adaptation, body

weight gain.

.

Page 7: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK

MENINGKATKAN PALATABILITAS FORMULA

PAKAN PENGGANTI PADA TRENGGILING JAWA

(Manis javanica)

AANG HASANUDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling
Page 9: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling
Page 10: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling
Page 11: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat, karunia dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Judul penelitian yang dipilih adalah

Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan

Pengganti pada Trenggiling Jawa (Manis javanica). Skripsi ini ditulis sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Hewan, Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh

Chairun Nisa’, MSi, PAVet dan Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dorongan, nasehat serta

segala kemudahan yang diperoleh penulis mulai dari penelitian sampai penulisan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen pembimbing

akademik yaitu Prof. Dr. Drh. Hj. Mirnawati B. Sudarwanto dan Drh. Srihadi

Agungpriyono MSc. Ph.D, PAVet selaku Dekan, kepada Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Drh. Agus

Setiyono, MS. Ph.D, APVet. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada

Kementrian Riset, Teknologi & Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian,

serta Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Drh Okta Ulismandanu dan teh Yati yang

telah membantu dan memberi dukungan perlakuan selama penelitian. Ungkapan

terima kasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada keluarga terutama ibu,

bapak, kakak dan adik serta seluruh keluarga besar atas segala doa, kasih sayang,

dan dorongan moral tanpa keluhan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

teman-teman seperjuangan Ari Nugraha, dan Astrocyte 49 atas segala

kebersamaan.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, segala kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini sangat

diharapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk pembaca dan yang

berkepentingan.

Bogor, Oktober 2016

Aang Hasanudin

Page 12: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling
Page 13: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Trenggiling Jawa (Manis javanica) 2

Sistem Pencernaan Trenggiling 3

Asam Formiat 3

Pakan Trenggiling 4

Konsumsi dan Koefisien Cerna Bahan Pakan 4

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Bahan dan Alat 5

Metode Penelitian 5

Formula Pakan Pengganti 5

Adaptasi Pakan Pengganti 6

Tingkat Konsumsi 6

Kecernaan Pakan 6

1. Kecernaan Bahan Kering 6

2. Kecernaan Protein Kasar 7

3. Kecernaan Lemak Kasar 7

4. Kecernaan Serat Kasar 7

Pengukuran Bobot Badan 7

Pengumpulan Feses dan Preparasi Sampel untuk Analisis Proksimat 8

Parameter yang Diamati 8

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Adaptasi Trenggiling terhadap Pakan Pengganti 9

Pertambahan Bobot Badan Trenggiling 10

Konsumsi Pakan dan Kecernaan Zat Makanan 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

RIWAYAT HIDUP 17

Page 14: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

DAFTAR TABEL

1. Susunan formula pakan pengganti 6

2. Kandungan zat makanan formula pakan pengganti (% BK) 6

3. Rataan jumlah pakan, konsumsi pakan selama masa adaptasi 8

4. Pertambahan bobot badan trenggiling 9

5. Kandungan bahan pakan yang dikonsumsi dan tingkat kecernaan pakan 12

DAFTAR GAMBAR

1. Karakteristik morfologi trenggiling Jawa (Manis javanica) 2

2. Tampilan Formula pakan pengganti 5

3. Grafik pertambahan bobot badan trenggiling Jawa (Manis javanica)

setiap minggu 10

Page 15: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Trenggiling merupakan hewan pemakan semut atau disebut anteater

(Feldhamer et al. 1999). Trenggiling Jawa (Manis javanica) merupakan salah satu

spesies trenggiling Asia yang terdapat di Indonesia. Populasi trenggiling Jawa

diduga semakin menurun sebagai dampak dari maraknya perburuan dan

perdagangan liar. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Cina

percaya bahwa daging dan sisik trenggiling berkhasiat sebagai obat. Sisik

trenggiling dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan keracunan, inflamasi,

skabies, reumatik, dan anti kanker (Bräutigam et al. 1994). Oleh karena itu untuk

mencegah kepunahan trenggiling, harus dilakukan upaya salah satunya

penangkaran upaya konservasi ex situ yang dapat dilakukan penangkaran.

Trenggiling merupakan mamalia yang unik karena morfologi tubuhnya yang

ditutupi oleh sisik-sisik keras mirip reptil, tidak memiliki gigi (toothless) seperti

unggas dan menggulung tubuhnya pada saat tidur atau terancam (Breen 2003).

Selain itu trenggiling memiliki daya penciuman yang lebih baik dibandingkan

dengan penglihatannya (Robinson 2005). Hal tersebut sangat berhubungan dengan

aktivitasnya yang lebih banyak dilakukan pada malam hari (nokturnal), serta aktif

menemukan sarang semut atau rayap dengan menggunakan daya penciumannya.

Semut dan rayap merupakan pakan alami trenggiling pada habitatnya, sehingga

menjadi kendala pada upaya penangkaran untuk konservasi ex situ. Beberapa

kebun binatang, seperti Taipei zoo dan Singapore zoo, serta penelitian yang telah

dilakukan Nisa’ et al (2015) dan Maulida (2015), telah berhasil mengadaptasikan

trenggiling pada pemeliharaan di dalam kandang dengan pemberian pakan yang

diformulasi khusus. Formula pakan disusun dengan memperhatikan kandungan

nutrisi pakan alami, dalam hal ini digunakan kroto sebagai acuan. Kroto

merupakan campuran semut dan telur yang dihasilkannya, terutama semut rang-

rang (Oecophylla smaragdina). Kroto memiliki kandungan protein yang tinggi

mencapai 49.35%, serta lemak dan serat kasar masing-masing 14.45% dan 8.05%

(Ninasari 2014). Sayangnya kroto merupakan jenis pakan yang harganya relatif

mahal dan ketersediaannya di alam dipengaruhi oleh musim. Pada saat kesulitan

mendapatkan kroto akibat ketersediannya yang menurun dipasaran, dilakukan

pengurangan jumlah kroto yang diberikan. Hal ini mengakibatkan penurunan

palatabilitas trenggiling terhadap pakan yang diberikan, sehingga berdampak pada

penurunan bobot badan. Salah satu dugaan terhadap penurunan palatabilitas

adalah berkurangnya aroma asam semut (asam formiat) pada formula pakan

akibat pengurangan jumlah kroto tersebut. Telah diketahui bahwa asam formiat

yang terkandung di dalam semut mengeluarkan aroma khas yang dideteksi oleh

trenggiling menggunakan organ penciumannya. Oleh karena itu penting dilakukan

penelitian tentang penambahan asam formiat ke dalam formula pakan trenggiling

untuk meningkatkan daya palatabilitas.

Page 16: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula pakan trenggiling dengan

penambahan asam formiat serta mengamati pengaruhnya terhadap peningkatan

daya suka (palatabilitas), tingkat kecernaan pakan dan tingkat konsumsi nutrien,

dan pertambahan bobot badan trenggiling.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi biologi

mengenai pakan trenggiling yang dapat digunakan sebagai data dasar untuk

membuat formula pakan pengganti, sehingga dapat menjaga kontinyuitas

ketersediaan pakan pada penangkaran trenggiling dalam upaya mendukung

konservasi ex situ.

TINJAUAN PUSTAKA

Trenggiling Jawa (Manis javanica)

Trenggiling merupakan spesies mamalia unik karena memiliki sisik pada

bagian dorsal tubuh sehingga mirip reptil, tidak memiliki gigi (toothless) mirip

unggas dan memiliki lidah yang panjang yang dapat dijulurkan untuk mengambil

makanan (Gambar 1). Trenggiling merupakan hewan insektivora dengan jenis

pakan yang spesifik, yaitu semut dan rayap. Lidah trenggiling dapat menjulur

panjang untuk mencari semut atau rayap langsung dari sarangnya (Grzimek 1975).

Selain itu trenggiling memiliki kemampuan organ penciuman yang lebih baik

dibandingkan organ penglihatannya, hal ini berhubungan dengan aktivitasnya

yang lebih aktif di malam hari (nokturnal) untuk mencari makan (Robinson 2005),

terutama semut yang diketahui mengeluarkan aroma khas karena kandungan asam

formiat (asam semut).

Dalam klasifikasi trenggiling termasuk kedalam ordo Pholidota, famili

Manidae, dan genus Manis. Terdapat delapan spesies trenggiling di dunia yang

terdistribusi di hutan-hutan tropis Asia dan Afrika. Tiga spesies trenggiling Asia

yaitu, Manis javanica, M. crassicaudata, dan M. pentadactyla; sedangkan empat

spesies trenggiling Afrika yaitu M. gigantea, M. temminckii, M. tricuspis, dan M.

tetradactyla (Gaubert dan Antunes 2005). Menurut Corbet dan Hill (1992)

penyebaran trenggiling di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,

Kepulauan Riau, Pulau Lingga, Bangka, Belitung, Nias, Pagai, Natuna, Karimutu,

Bali, dan Lombok.

.

Gambar 1 Karakteristik morfologi trenggiling Jawa (Manis javanica)

Page 17: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

3

Sistem Pencernaan Trenggiling

Trenggiling merupakan hewan insektivora sehingga mempunyai saluran

pencernaan yang sederhana. Lidah trenggiling berbentuk vermiform, dapat

menjulur panjang karena tidak memiliki frenulum yang mengikat lidah ke dasar

mulut, serta lengket oleh sekreta kelenjar ludah untuk menangkap semut dan

rayap. Permukaan dorsalnya memiliki sulcus medianus dan terdapat tiga tipe

papilla yaitu papilla filliformis, papilla fungiformis, dan papilla sirkumvallata

yang terdapat putik pengecap di bagian lateral intraepitel (Sari 2007).

Keunikan lain dari saluran pencernaan trenggiling adalah pada

lambungnya. Hampir seluruh permukaan mukosa lambung trenggiling dilapisi

oleh epitel pipih banyak lapis dan mengalami keratinisasi cukup tebal. Struktur ini

diduga sebagai adaptasi terhadap jenis pakan kasar atau keras serta kerikil halus

yang ikut tertelan pada saat trenggiling menjerat semut atau rayap dari sarangnya.

Struktur epitel berkeratin ini akan melindungi mukosa lambung trenggiling dari

gesekan mekanis dengan eksoskeleton semut atau batu kerikil yang tertelan. Batu-

batu kerikil ini diduga turut berperan dalam proses pencernaan trenggiling di

lambung, karena tidak adanya gigi. Lambung trenggiling memiliki kelenjar yang

terdiri atas kelenjar mukus, kelenjar ‘oxyntic’ dan kelenjar pilorus. Kelenjar mukus

tersususn oleh sel-sel mukus dan sel-sel endokrin. Kelenjar ‘oxyntic’ tersusun oleh

sel-sel mukus yang menyusun epitel permukaan sel-sel leher, sel-sel parietal, sel-

sel utama dan sel-sel endokrin. Kelenjar ini menyalurkan sekretanya ke lumen

lambung (Nisa’ 2005; Nisa’ et al. 2010).

Asam Formiat

Asam Formiat adalah asam karboksilat yang paling sederhana, berupa

cairan yang tidak berwarna dan larut air. Asam ini bila bereaksi dengan basa atau

alkali akan membentuk garam dan merupakan pereduksi yang kuat. Asam ini juga

disebut asam metanoat (Yonas 1993). Rumus asam formiat adalah HCOOH

mempunyai bau yang sangat tajam dan secara alami dihasilkan oleh semut,

sehingga disebut juga asam semut. Asam semut mempunyai titik didih pada 76

cmHg 101 0C, titik leburnya 8

0C dengan berat molekul 46 (Widyasari 2006).

Asam formiat sangat berguna di bidang industri, pertanian, dan sebagai zat additif

dalam produksi pakan hewan. Penggunaan asam formiat dalam bidang produksi

pakan hewan adalah pembuatan silase (Luck & Jager 1996).

Pada pembuatan silase asam formiat berguna dalam penurunan pH pakan

sehingga mendukung pertumbuhan bakteri fermentasi dan meningkatkan nilai gizi.

Selain berperan dalam pembuatan silase, asam formiat juga mempunyai efek yang

sangat baik bagi pencernaan hewan pemakan serangga atau anteater. Asam

formiat berperan membantu asam hidroklorida (HCl) yang dihasilkan oleh

lambung dalam proses pencernaan makanan (Luck & Jager 1996).

Page 18: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

4

Pakan Trenggiling

Trenggiling termasuk mamalia pemakan semut sehingga sering disebut

anteater (Feldhamer et al. 1999). Pakan utama dari trenggiling adalah semut

(Ordo Hymenoptera) dan rayap (Ordo Isoptera). Pada pemeliharaan trenggiling di

kandang, pakan yang biasa diberikan adalah kroto. Kandungan protein, lemak,

BETN, dan abu kroto dalam bahan segar secara berturut-turut yaitu 11.10, 3.25,

5.23, dan 1.1 ( Ninasari 2014). Namun, ketersediaan kroto di pasar tidak kontinyu

dan dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, mortalitas semut rangrang tinggi

karena tidak ada ketersediaan pakan di sekitar sarang, aktivitas mencari makan

rendah, dan kelembaban tinggi (Wojtusiak dan Godznska 1993). Pakan

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya konservasi ex situ. Oleh karena

itu beberapa kebun binatang berupaya untuk membuat formulasi pakan pengganti

untuk konservasi ex situ trenggiling, diantaranya Singapore Zoo dan Taipei Zoo.

Singapore Zoo membuat formula pakan yang mengadopsi dari Taipei Zoo yang

terdiri dari 10 butir telur ayam rebus (± 625 g), 1000 g larva ulat hidup, 1000 g

daging cincang mentah, 10 sendok makan insectivore powder. Semua bahan

diblender dengan penambahan air sebanyak 800 ml yang dilakukan bertahap

sampai diperoleh pakan dengan kosistensi tertentu dan ditambahkan terakhir kroto

sebanyak 750 g serta suplemen diantaranya 1 sendok teh kalsium powder, 2

sendok makan kitin powder, 1 tablet vitamin B dan vitamin K. Formula pakan

tersebut dibuat untuk delapan ekor trenggiling yang diberikan setiap dua hari

sekali (Vijayan et al. 2008).

Konsumsi dan Koefisien Cerna Bahan Pakan

Konsumsi pakan merupakan faktor penting dalam menentukan

kebutuhan untuk hidup pokok dan produktivitas dari suatu hewan. Jumlah

konsumsi pakan menentukan jumlah zat-zat makanan tersedia bagi hewan dan

selanjutnya akan mempengaruhi produktivitas hewan tersebut. Menentukan

konsumsi pakan pada hewan sangat komplek, karena banyak faktor yang terkait

seperti kapasitas tampung organ pencernaan, bobot badan, bentuk dan kandungan

zat-zat makanan dalam pakan, kebutuhan akan zat-zat nutrisi, status fisiologi

hewan dan genotip hewan. Semakin baik kualitas bahan pakan, semakin tinggi

konsumsi pakan dari seekor hewan (Tarigan 2009).

Kecernaan adalah bagian zat makanan yang tidak dieksresikan dalam feses.

Menurut Anggorodi (1990), pada dasarnya tingkat kecernaan adalah suatu upaya

untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang diserap oleh saluran pencernaan.

Menurut McDonald et al. (2002) kecernaan adalah bagian dalam pakan yang tidak

dieksresikan dalam feses dimana bagian tersebut diasumsikan diserap oleh tubuh

hewan, biasanya dinyatakan dalam bahan kering dan apabila dinyatakan dalam

presentase disebut koefisien cerna. Peterson (2005) menyatakan bahwa tinggi

rendahnya daya cerna dipengaruhi oleh jenis hewan, umur hewan, jenis bahan

pakan dan susunan kimianya.

Page 19: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

5

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di kandang pemeliharaan trenggiling di

Laboratorium Konservasi Ex situ Satwa Liar, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, yang berlokasi di

kampus IPB Dramaga. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Pusat

Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan

Pemberdayaan Masyarakat IPB. Pengambilan data lapangan dilakukan dari bulan

April 2016 sampai Juni 2016.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan empat ekor trenggiling terdiri dari dua ekor

jantan J1 ( BB awal 5535 g) dan J2 ( BB awal 4320 g), serta dua ekor B1 (BB

awal 5350 g) dan B2 (BB awal 2005 g). Trenggiling dipelihara di dalam kandang

secara terpisah. Kandang dibangun dengan desain khusus, yang berukuran

3x2x2m3, dilengkapi dengan enrichment berupa kotak kayu tempat

bersembunyi/istirahat, peralatan pakan dan minum, batang pohon untuk memanjat,

dan kamera Closed Circuit Television (CCTV). Bahan-bahan untuk formula

pakan terdiri dari kroto, telur ayam rebus, daging ayam mentah, ulat Hongkong,

pelet ikan koi, tepung jangkrik, kalsium powder, vitamin B kompleks, vitamin K,

dan air. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan (pegas dan dudukan),

kamera digital, blender, lemari pendingin, dan neraca digital.

Metode Penelitian

Adaptasi penambahan asam formiat pada Formula Pakan Pengganti

Bahan pakan diformulasi untuk empat ekor trenggiling, mengacu pada

Maulida (2015) dengan melakukan sedikit modifikasi dan penambahan asam

formiat (Tabel 1). Asam formiat ditambahkan sebanyak 1ml dalam 1000 gr (10/00)

formula pakan. Kandungan zat nutrisi pada pakan pengganti ditampilkan pada

tabel 2. Kandungan zat nutrisinya dianalisis sesaat sebelum dilakukan formulasi

pakan, untuk mengetahui kandungan nutrisi (Tabel 2). Semua bahan terlebih

dahulu diblender dengan penambahan asam formiat yang dilarutkan dalam air

secara bertahap sampai diperoleh konsistensi tertentu, kecuali kroto dan ulat

Hongkong yang ditambahkan utuh sesaat sebelum diberikan (Gambar 2).

Gambar 2 Tampilan formula pakan pengganti dengan tekstur yang lunak, serta

kroto dan ulat Hongkong yang ditambahkan utuh sesaat sebelum diberikan.

Page 20: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

6

Tabel 1 Susunan formula pakan pengganti (100% BK)

Bahan Jumlah (g) (%)

Kroto 182 18

Telur ayam 190 20

Daging ayam 248 31

Ulat Hongkong 67 10

Pelet 53 20

Tepung jangkrik 3 1

Kalsium 0.2 -

Vitamin B kompleks 0.025 -

Vitamin K 0.006 -

Total 100

Tabel 2 Kandungan zat nutrisi formula pakan pengganti* (% BK)

Zat-zat Makanan (%)

Kadar Air % 73,57

Abu % 4.05

Lemak % 37.23

Protein % 44.15

Serat Kasar % 6.43

Total 100

*)

Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan

Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pemberian Pakan Pemberian pakan dilakukan setiap sore hari, saat trenggiling mulai

melakukan aktivitas. Pakan yang diberikan dalam keadaan segar dihitung

berdasarkan 4-5% dari bobot badan trenggiling, dengan asumsi dapat memenuhi

kebutuhan energi trenggiling. Adaptasi dilakukan sampai pakan yang dikonsumsi

habis sebelum dilakukan pengambilan data. Pengamatan dilakukan terhadap

waktu yang diperlukan trenggiling untuk beradaptasi dengan pakan yang

ditambahkan asam formiat.

Jenis-jenis Perlakuan

1. Perlakuan pemberian pakan tanpa pemberian asam formiat (P-F)

Perlakuan ini dilakukan dengan pemberian pakan tanpa pemberian

asam formiat. Pemberian pakan tanpa asam formiat yaitu dengan tidak

mencampurkan pakan dengan asam formiat dan perlakuan ini dilakukan

pada masa adaptasi.

2. Perlakuan pemberian pakan dengan pemberian asam formiat (P+F)

Perlakuan ini dilakukan dengan pemberian pakan dan ditambahkan

asam formiat. Konsentrasi asam formiat yang diberikan yaitu 1 0

/00

dicampurkan pada pakan.

Page 21: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

7

Konsumsi Pakan dan Konsumsi Zat Makanan

Konsumsi pakan (g/ekor/hari) diperoleh dengan cara mengurangi jumlah

pakan yang diberikan dengan pakan sisa setiap hari. Konsumsi BK pakan

diperoleh dengan mengalikan konsumsi (g/ekor/hari) dengan persentase BK pakan.

Konsumsi zat makanan (g/ekor/hari) diperoleh dengan cara mengalikan konsumsi

BK pakan (g/ekor/hari) dengan persentase kandungan zat makanan.

Koleksi Feses dan Preparasi Sampel untuk Analisis Proksimat

Koleksi feses dilakukan dengan metode koleksi feses total. Feses dikoleksi

setiap hari selama 24 jam dari masing-masing individu kemudian ditimbang.

Preparasi sampel untuk analisis proksimat meliputi pencampuran seluruh feses

selama 30 hari untuk masing-masing individu sehingga ada empat sampel feses,

kemudian diambil sebanyak 20 g dari keseluruhan feses yang sudah tercampur

merata.

Kecernaan Nutrien (BK, LK, SK, PK, BETN)

Kecernaaan nutrien didapatkan dengan cara mengurangi konsumsi nutrien

dengan nutrien feses lalu dibagi dengan konsumsi nutrien yang kemudian

dikalikan seratus persen. Konsumsi nutrien dan nutrien feses didasarkan pada

hasil analisis proksimat selama periode penelitian. Koefisien cerna nutrien

dihitung dengan menggunakan rumus :

𝐾𝑒𝑐𝑒𝑟𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑢𝑡𝑟𝑖𝑒𝑛 % =Konsumsi nutrien − nutrien feses

Konsumsi nutrien𝑥 100%

Pengukuran Bobot Badan

Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang bobot badan trenggiling

yang dilakukan setiap minggu untuk melihat perkembangannya. Penimbangan

pertama dilakukan sebelum perlakuan sebagai data bobot badan awal, sehingga

akan diperoleh data untuk mengetahui pemberian formula pakan pengganti

memiliki pengaruh baik atau tidak terhadap pertumbuhan tenggiling. Pertambahan

bobot badan dihitung dengan menghitung selisih bobot badan akhir dengan bobot

badan awal.

Feed Convertion Ratio (FCR) Rasio konversi pakan atau FCR adalah jumlah pakan yang dikonsumsi

untuk mendapatkan bobot badan tertentu. FCR diperoleh dari perbandingan

jumlah pakan yang dikonsumsi dengan penambahan bobot badan trenggiling.

Parameter yang Diamati dan Analisis Data Parameter yang diamati pada penelitian ini diantaranya adalah; waktu

adaptasi trenggiling terhadap pemberian formula pakan pengganti, jumlah

konsumsi nutrien, tingkat kecernaan pakan serta pengaruhnya terhadap

pertambahan bobot badan trenggiling. Seluruh data akan dianalisis secara

deskriptif dan hasil akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.

Page 22: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adaptasi trenggiling terhadap penambahan asam formiat dalam formula

Pakan Pengganti

Dari hasil pengamatan sebelum dan sesudah penambahan asam formiat

diketahui mempengaruhi konsumsi pakan ( Tabel 3).

Tabel 3 Rataan jumlah pakan dan tingkat konsumsi pakan pengganti yang

ditambahkan asam formiat selama masa adaptasi.

Hewan Para-

meter

P-F*

Rataan

P+F*

Rataan Hari ke- (g/ekor/hari) Hari ke- (g/ekor/hari)

1 2 3 1 2 3 4

J1

PP 266 266 266 266 ± 0 266 266 266 266 266 ± 0

SS 100 140 164 134.7 ± 32.3 55 98 0 0 38.3 ± 4.5

KS 166 126 102 131.3 ± 32.3 211 168 266 266 227.8 ± 4.5

% KS 62.4 47.4 38.3 49.4 ± 12.2 79.3 63.2 100 100 85.6 ± 17.9

KBK 43.87 33.3 26.9 34.7 ± 8.5 55,7 44.4 70.3 70.3 55.8 ± 16.2

J2

PP 241 241 241 241 ± 0 241 241 241 241 241 ± 0

SS 100 130 42 90.7 ± 44.7 0 0 0 0 0

KS 141 111 199 150.3 ± 44.7 241 241 241 241 241 ± 0

% KS 58.5 46.1 82.6 62.4 ± 18.5 100 100 100 100 100 ± 0

KBK 37.3 29.3 52.6 39.7 ± 11,8 63.7 63.7 63.7 63.7 63.7 ± 0

B1

PP 265 265 265 265 ± 0 265 265 265 265 265 ± 0

SS 150 206 82 146 ± 62 0 0 0 0 0

KS 115 59 183 119 ± 62 265 265 265 265 265 ± 0

% KS 43.4 22.3 69.05 44.9 ± 23.2 100 100 100 100 100 ± 0

KBK 30.4 15.6 48.36 31.5 ± 15.4 70.0 70.0 70.0 70.0 70.0 ± 0

B2

PP 120 120 120 120 ± 0 120 120 120 120 120 ± 0

SS 20 42 21 27.7 ± 12.4 0 0 0 0 0

KS 100 78 99 92.3 ± 12.4 120 120 120 120 120 ± 0

% KS 83.3 65 82.5 76.9 ± 10.3 100 100 100 100 100 ± 0

KBK 26.4 20.6 26.2 24.4 ± 3.3 31.7 31.7 31.7 31.7 31.7 ± 0

Keterangan: pemberian pakan tanpa asam formiat (P-F), pemberian pakan ditambah asam formiat (P+F),

Pemberian Pakan (PP), Sisa (SS), Konsumsi BK (KBK), Konsumsi Segar (KS), persentasi Kosumsi

Segar (%KS).

Pemberian

Page 23: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

9

Pada awal penelitian, trenggiling yang diberikan formula pakan tanpa

ditambah asam formiat memperlihatkan penurunan tingkat konsumsi pakan. Hal

ini diduga karena trenggiling mengalami penurunan palatabilitas akibat jumlah

kroto dalam pakan dikurangi. Setelah penambahan asam formiat pada pakan

menunjukan peningkatan palatabilitas sejak hari pertama pemberian, ditunjukan

dengan pakan yang diberikan langsung habis dikonsumsi, kecuali pada trenggiling

jantan 1 (J1) pakan baru habis pada hari ke tiga (Tabel 3). Hal ini diduga karena

trenggiling menyukai aroma asam formiat yang terkandung dalam pakan. Asam

formiat merupakan suatu zat yang disintesa oleh semut pada bagian acidopere

yang terletak di apex gaster semut (Grimaldi & Agosti 2000). Konsentrasi asam

formiat yang dipakai dalam penelitian ini adalah 10/00. Menurut Canibe et al

(2005) penambahan asam formiat 1.8% pada pakan babi menyebabkan penurunan

jumlah bakteri anaerob, kamir, dan enterobacteria patogen di saluran pencernaan,

serta penambahan asam formiat juga dapat menghasilkan babi yang sehat tanpa

pemberian antibiotik.

Trenggiling J1 mulai menghabiskan pakan pada hari ke tiga pemberian asam

formiat diduga akibat mengalami penurunan daya penciuman karena mengalami

hipersekresi mukus atau lendir dari hidungnya. Setelah diberikan tambahan

multivitamin dan sekresi lendir berkurang, trenggiling mulai menunjukan

peningkatan nafsu makan dan pakan yang diberikan habis dikonsumsi.

Konsumsi bahan kering trenggiling yang tidak diberi asam formiat berkisar

antara 0.6-1.17% dari bobot badan, sedangkan konsumsi trenggiling dengan

penambahan asam formiat dalam pakan berkisar antara 1.009-1.3% dari bobot

badan. Penambahan asam formiat mengakibatkan peningkatan konsumsi pakan.

Hal ini sesuai Cesari et al (2008) bahwa dengan penambahan asam formiat pada

pakan kelinci menyebabkan konsumsi pakan meningkat sehingga terjadi

penambahan bobot badan dan meningkatnya feed conversion rate. Menurut

Church dan Pond (1988) konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas yang

tergantung pada beberapa hal antara lain penampilan dan bentuk pakan bau, rasa

dan tekstur pakan.

Pertambahan Bobot Badan Trenggiling

Tingkat pertumbuhan hewan merupakan manifestasi dari pemanfaatan

pakan oleh tubuh hewan yang sangat bergantung pada kualitas pakannya.

Pertambahan bobot badan setiap trenggiling selama penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4 Pertambahan bobot badan trenggiling pengaruh asam formiat

Keterangan: BB: bobot badan, PBB: pertambahan bobot badan, FCR: feed convertion ratio

Peubah

Trenggiling

Rataan Jantan Betina

J1 J2 B1 B2

BB Awal (g/ekor) 5535 4320 5350 2005 4302.5 ± 1622.2

BB akhir (g/ekor) 5960 4985 6050 2400 4848.75 ± 1702,2

PBB (g/ekor/hari) 7.8 12.3 12.9 7.3 10.12 ± 2.9

FCR 2.2 2.1 2.08 2.5 2.2 ± 0.19

Page 24: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

10

Bobot badan awal merupakan hasil penimbangan trenggiling yang pertama

kali sebelum perlakuan. Pertambahan bobot badan dihitung dengan menghitung

selisih bobot badan akhir dengan bobot badan awal. Pertambahan bobot badan

trenggiling setiap minggunya bervariasi, dari minggu pertama penelitian sampai

minggu terakhir penelitian (Gambar 3). Rataan pertambahan bobot badan

trenggiling J1, J2, B1 dan B2 selama penelitian masing-masing adalah 7.87, 12.3,

12.93, dan 7.3 g/ekor/hari.

Gambar 3 grafik pertambahan bobot badan mingguan pada trenggiling Jawa

(Manis javanica).

Tabel 4 menunjukan bahwa pertambahan bobot badan harian trenggiling B2

lebih rendah dibandingkan trenggiling lainnya yaitu 7.3 g per hari. pertambahan

bobot badan yang rendah ini diduga karena selama penelitian trenggiling B2

menunjukan perilaku yang lebih aktif dibandingkan dengan trenggiling lainnya.

Hal ini sesuai dengan Krisna (2006) yang mengemukakan bahwa pertambahan

bobot badan, dipengaruhi aktivitas hewan. Selain itu pertumbuhan bobot badan

yang rendah juga dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat kecernaan pakan,

sehingga pakan yang dikonsumsi tidak semua diserap tubuh melainkan sebagian

terbuang sebagai feses (Maulida 2015) atau akibat adanya penyakit.

Pertambahan bobot badan harian tertinggi pada penelitian ini adalah

trenggiling B1 sebesar 12.93 g/ekor/hari, hal ini dapat disebabkan oleh aktivitas

trenggiling B1 yang cenderung lebih pasif daripada trenggiling lain sehingga

pakan yang dikonsumsi dipakai untuk pertumbuhan bobot badan. Rata-rata

pertambahan bobot badan pada penelitian ini yaitu sebesar (10.12), hasil rataan ini

lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan tidak

menambahkan asam formiat yang menghasilkan nilai rata-rata (7.04) (Maulida

2015). Laju penambahan bobot badan trenggiling yang tinggi diduga disebabkan

oleh pakan yang baik, serta tingkat palatabilitas pakan yang meningkat dengan

penambahan asam formiat. Menurut Cesari et al (2008) penambahan asam

formiat pada pakan kelinci berakibat pada penambahan bobot badan dan

meningkatkan feed conversion rate, dan menurut Robinson (2005) trenggiling

memilih pakan lebih mengutamakan menggunakan indra penciuman yang tajam

dibandingkan dengan indra penglihatan.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

m 1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8

Per

tam

ba

ha

n b

ob

ot

ba

da

n

J1

J2

B1

B2

Page 25: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

11

Laju pertumbuhan yang tinggi dengan pakan yang baik akan mempengaruhi

nilai konversi pakan, semakin rendah nilai konversi pakan maka pakan semakin

dapat dimanfaatkan dengan efisien. Rasio konversi pakan paling rendah dalam

penelitian ini adalah trenggiling B1 yaitu sebesar (2,08) dibandingkan dengan

nilai konversi trenggiling lain, ini sesuai dengan Pond et al (1995) yaitu semakin

baik kualitas pakan yang dikonsumsi hewan, diikuti dengan pertambahan bobot

badan yang tinggi maka nilai konversi pakan akan semakin rendah dan semakin

efisien pakan yang digunakan.

Berdasarkan pengelompokan jenis kelamin pada Tabel 5 menunjukan

bahwa pertambahan bobot badan pada trenggiling betina lebih tinggi daripada

trenggiling jantan. Hal ini diduga karena adanya faktor kerja hormon seksual.

Pada hewan betina, hormon yang lebih mendominasi adalah estrogen

dibandingkan dengan testosteron. Estrogen pada hewan betina berperan penting

dalam perkembangan formasi tulang dan pertumbuhan organ reproduksi

(Campion et al. 1989). Selain berperan dalam perkembangan organ reproduksi,

estrogen pada hewan betina juga berperan dalam mempengaruhi nafsu makan,

bobot badan, dan mengatur akumulasi lemak subkutan (Krotkiewski et al. 1983).

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis

hewan, jenis kelamin, umur keseimbangan zat-zat nutrien dalam pakan,

metabolisme tubuh, keberadaan parasit dalam tubuh, serta status kesehatan hewan

(NRC 1985; Church dan Pond 1988).

Konsumsi Pakan dan Kecernaan Zat Makanan

Konsumsi merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh hewan dan

kandungan zat nutriennya digunakan untuk kebutuhan hidup dan produktivitas

dari suatu hewan (Tillman et al. 1998). Palatabilitas pakan tergantung pada

beberapa hal yaitu penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa, tekstur dan

temperatur lingkungan (Pond et al 1995). Konsumsi pakan pengganti dalam

penelitian ini dihitung berdasarkan bahan kering yang dikonsumsi trenggiling.

Kecernaan pakan adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam

feses dan diasumsikan diserap oleh tubuh hewan, dan biasanya dinyatakan dalam

bahan kering dan sebagai suatu koefisien atau persentase (Mcdonald et al.1988).

Menurut Ranjhan dan Pathak (1979) faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan

adalah umur hewan, jumlah pakan, pengolahan pakan, konsumsi pakan, dan rasio

komposisi. Nilai kecernaan bahan kering lemak, protein, dan serat kasar dapat

dilihat pada Tabel 5.

Nilai kecernaan bahan kering pakan rata-rata pada penelitian ini sebesar

80.17%. Nilai koefisien cerna bahan kering pakan menunjukan tingkat kecernaan

pakan pada alat pencernaan dan besarnya nutrien suatu pakan bagi hewan,.

Kecernaan bahan kering pada penelitian ini memiliki nilai yang lebih tinggi

dibandingkan nilai penelitian sebelumnya yang menghasilkan nilai rata-rata

sebesar 69.20% (Maulida 2015). Hal ini sejalan dengan pendapat Church (1979)

bahwa kecernaan bahan kering akan meningkat dengan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu bobot badan, umur, individu hewan, jenis pakan, dan faktor

lingkungan.

Page 26: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

12

Tabel 5 Konsumsi dan kecernaan nutrien yang diberi asam formiat pada pakan

trenggiling Jawa (Manis javanica)

Keterangan: BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Hasil tingkat kecernaan trenggiling terhadap pakan pada penelitian ini

menunjukan kemampuan hewan dalam mencerna zat nutrien cukup tinggi pada

lemak dan protein, hal ini terlihat dari nilai koefisien rata-rata cerna lemak sebesar

94.86%. Tingginya nilai kecernaan lemak menunjukan bahwa hampir seluruh

lemak dalam pakan mampu diserap oleh trenggiling. Pencernaan lemak terjadi

disaluran pencernaan, terutama dalam usus halus. Pencernaan lemak dilakukan

oleh enzim lipase yang terdapat di dalam getah pankreas. Lemak akan diubah

oleh lipase menjadi asam lemak dan 2-monogliserida yang dimanfaatkan oleh

tubuh (Guyton dan Hall 2006). Lemak berfungsi sebagai pelindung organ vital

seperti jantung, berfungsi sebagai insulator mempertahankan suhu tubuh, sebagai

cadangan energi tubuh, sebagai pelarut vitamin, dan berfungsi sebagai proses

penyusunan membran sel dalam tubuh (Irianto 2004).

Protein adalah zat yang diperlukan untuk pertumbuhan sel dan pembentukan

jaringan tubuh. Protein akan dipecah oleh tubuh menjadi struktur yang lebih

sederhana yaitu asam amino (Devi 2010). Dari Tabel 5 rataan nilai koefisien cerna

protein sebesar 88.05%. Nilai kecernaan protein pada penelitian sudah mencukupi

kebutuhan tubuh trenggiling, hal ini sesuai dengan Kane et al. (2006) bahwa nilai

Peubah Trenggiling/Jenis Kelamin

Rataan J1 J2 B1 B2

Konsumsi (g)

Bahan kering 72.89 ± 1.2 66.24 ± 3.1 72.58 ± 2.6 33.90 ± 1.4 61.40 ± 18.5

Lemak 7.17 ± 0.11 6.52 ± 0.3 7.14 ± 0.2 3.34 ± 0.13 6.04 ± 1.83

Protein 8.50 ± 0.13 7.73 ± 0.36 8.47 ± 0.3 3.96 ± 0.16 7.17 ± 2.16

Serat kasar 1.24 ± 0.02 1.12 ± 0.05 1.23 ± 0.04 0.58 ± 0.02 1.04 ± 0.3

BETN 1.56 ± 0.02 1.42 ± 0.06 1.57 ± 0.05 0.73 ± 0.03 1.32 ± 0.39

Feses (g)

Bahan kering 9.42 ± 2.7 15.73 ± 2.7 10.25 ± 2.6 9.64 ± 2.8 11.26 ± 3.00

Lemak 0.35 ± 0.1 0.47 ± 0.08 0.20 ± 0.05 0.19 ± 0.05 0.30 ± 0.12

Protein 0.82 ± 0.2 0.88 ± 0.15 0.92 ± 0.2 0.63 ± 0.18 0.81 ± 0.11

Serat kasar 0.23 ± 0.06 0.12 ± 0.02 0.21 ± 0.05 0.39 ± 0.1 0.24 ± 0. 12

BETN 0.77 ± 0.2 0.70 ± 0.12 0.07 ± 0.01 0.24 ± 0.07 0.44 ± 0.3

Tercerna (g)

Bahan kering 63.43 ± 3.2 50.51 ± 4.1 62.33 ± 4.3 24.25 ± 3.5 50.13 ± 18.2

Lemak 6.82 ± 0.17 6.05 ± 0.31 6.94 ± 0.2 3.15 ± 0.16 5.74 ± 1.77

Protein 7.68 ± 0.3 6.85 ± 0.4 7.55 ± 0.4 3.33 ± 0.3 6.35 ± 2.04

Serat kasar 1.01 ± 0.07 1.00 ± 0.05 1.02 ± 0.08 0.18 ± 0.1 0.8 ± 0.4

BETN 0.79 ± 0.2 0.72 ± 0.13 1.51 ± 0.06 0.49 ± 0.08 0.88 ± 0.43

Koefisien Cerna (%)

Bahan kering 87.02 ± 3.5 76.25 ± 4.1 85.88 ± 3.6 71.53 ± 8.4 80.17 ± 7.52

Lemak 95.12 ± 1.3 92.79 ± 1.24 97.20 ± 0.7 94.31 ± 1.7 94.86 ± 1.84

Protein 90.35 ± 2.6 88.62 ± 1.9 89.14 ± 2.7 84.09 ± 4.7 88.05 ± 2.74

Serat kasar 81.45 ± 5.1 89.64 ± 1.8 82.60 ± 4.4 31.25 ± 20.2 71.24 ± 26.90

BETN 50.64 ± 13.5 50.70 ± 8.6 95.86 ± 1.08 67.12 ± 9.7 66.08 ± 21.31

Page 27: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

13

koefisien cerna protein pada hewan karnivora seperti kucing berkisar antara 87-

90%. Nilai kecernaan protein pada trenggiling dapat dianalogikan dengan nilai

kecernaan protein karnivora karena sifat trenggiling sebagai hewan insektivora

dan kucing sebagai karnivora bersama-sama dibentuk dari ferae (Beck et al. 2006).

Penambahan asam formiat pada pakan berpengaruh terhadap koefisien

cerna protein. Sesuai dengan pendapat Partanen dan Mroz (1999) bahwa asam

formiat yang ditambahkan pada pakan babi berperan menurunkan ph asam

lambung, meningkatkan pencernaan protein, meningkatkan aktivitas enzim

proteolitik lambung serta menstimulasi pankreas untuk mengeluarkan sekretanya.

Dari hasil analisis proksimat, serat kasar pada formula pakan penelitian ini

sebesar 6.43% yang diduga terdiri dari kitin yang berasal dari eksoskeleton kroto,

tepung jangkrik dan ulat Hongkong, serta hemiselulosa yang berasal dari pelet

ikan koi. Kitin hanya dapat dipecah oleh enzim kitinase. Enzim kitinase

dihasilkan oleh sel sel yang ditemukan pada daerah Kelenjar oxcyntic, meskipun

hasilnya perlu dipelajari lebih lanjut (Nisa’ 2005).

Tingkat kecernaan serat kasar lebih rendah dibandingkan dengan tingkat

kecernaan protein dan tingkat kecernaan lemak. Menurut Lin et al (2015)

trenggiling dapat mencerna serat kasar sebesar 13%-28%. Sedangkan pada

penelitian ini nilai koefisisen cerna serat kasar cukup besar yaitu 71.24%. Menurut

Krisna (2006), trenggiling kurang mampu dalam mencerna serat kesar. Tingginya

serat kasar pada penelitian ini diduga karena adanya penambahan pelet ikan koi,

dan ulat Hongkong dalam pakan yang memiliki kandungan serat kasar

hemiselulosa. Hemiselulosa memiliki struktur kimia yang lebih sederhana

dibandingkan dengan kitin, sehingga relatif lebih mudah untuk dihidrolisis.

Menurut Suparjo (2008), hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan

asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa

dan arabinosa. Keberadaan asam klorida (HCl) diduga berperan penting dalam

memecah hemiselulosa. Asam klorida (HCl) di dalam lambung trenggiling

dihasilkan oleh sel-sel parietal pada daerah kelenjar oxyntic, dan ditemukan

dalam jumlah banyak (Nisa’ et al. 2010). Menurut Tillman et al. (1998),

menyatakan bahwa dalam saluran pencernaan hewan golongan non ruminansia,

fungsi hemiselulosa dan selulosa tidak spesifik, tetapi penting dalam

meningkatkan gerak peristaltik pada pencernaan.

Page 28: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan asam formiat dalam formula pakan pengganti dapat diadaptasi

dengan baik oleh trenggiling dan dapat meningkatkan daya suka (palatabilitas),

konsumsi pakan, kecernaan nutrien, dan memberikan efek positif terhadap rata-

rata kenaikan bobot badan perharinya sebesar 10.12 gram perhari

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan subsitusi bahan yang harganya

mahal ke bahan alternatif lain yang lebih ekonomis namun memiliki nilai gizi

yang relatif sama, misalnya mengganti daging ayam dengan ikan teri segar. Selain

itu perlu dibedakan konsumsi pakan dan kecernaan nutrien antara jantan dengan

betina, serta mengubah sumber kitin dari tepung jangkrik yang susah didapatkan

dengan limbah kulit udang.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ketiga. Jakarta: PT

Gramedia.

Beck R, Bininda E, Olaf R, Cardillo, Marcel, Liu, Fu Guo, Purvis, Andy. 2006. A

higher-level MRP supertree of placental mammals. BMC Evolutionary

Biology. 6 (1): 93-101.

Bräutigam A, Howes J, Humphreys T, and Hutton J. 1994. Recent information on

the status and utilization of African pangolin. Traffic Bull. 15: 15-22.

Breen K. 2003. Manis javanica [Internet]. [diunduh pada tanggal 13 April 2016].

Tersedia pada:http://animaldiversity.org/accounts/Manis-javanica/.

Campion DR, Harusman GJ, Martin RJ. 1989. Animal Growth Regulation. New

York (US): Plenum Pr.

Canibe N, Højberg O, Højsgaard S, Jensen B. 2005. Feed physical form and

formic acid addition to the feed affect the gastrointestinal ecology and growth

performance of growing pigs. J. Anim. Sci. 83:1287-1302.

Cesari V, Toschi I, Pisoni AM, Grilli G, Cesari N. 2008. Effect of dietary

acidification on growth performance and caecal characteristics in rabbits.

in: Proceedings of the Ninth World Rabbit Congress. 583–587

Church DC. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. 2nd

Ed. O &

B Books. Corvallis, Oregon. USA.

Church DC, and Pond W . 1988. Basic Animal and Feeding. John Willey and Son,

New York.

Devi N. 2010. Nutrition and Food. Jakarta (ID): PT Kompas Media Nusantara.

Feldhamer GA, Drickamer CL, Vessey SH, JF Merritt. 1999. Adaptation,

Diversity, and Ecology Mamalogy. Boston: The McGraw Hill Companies.

85(252).

Gaubert P, and Antunes A. 2005. Assessing the taxonomic status of the Palawan

pangolin Manis culionensis (Pholidota) using discrete morphological

characters. J Mammal.86(6): 341-350.

Page 29: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

15

Grimaldi D, and Agosti D. 2000. A formicine in New Jersey Cretaceous amber

(Hymenoptera: Formicidae) and early evolution of the ants. Proceedings of the

National Academy of Sciences of the United State of America 97 (25): 13678–

13683.

Grzimek B. 1975. Animal Life Encyclopedia. Vol II. Mammals II. New York

(US): Van Nostrand Reinhold Co.

Guyton AC, and Hall EJ. 2006. Medical Physiology. 11th

Ed. Philadelpia (US).

Saunders Company.

Irianto K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.

Kane E, Morris J, Rogers Q. `1981. Acceptability and digestibility by adult cats of

diets made with various sources and levels of fat. J. Anim. Sci. 53 (6) 1516-

1523.

Krisna R. 2006. Kandungan nutrisi pakan trenggiling (Manis javanica) dan kaitan

terhadap pertumbuhannya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Krotkiewski M, Bjorntorp P, Sjostrom L, Smith U. 1983. Impact of obesity on

metabolism in men and women. Importance of regional adipose tissue

distribution, J. Clin. Invest. 72 (3) 1150–1162.

Luck E, and Jager M. 1996. Antimicrobial Food Additives. Germain: Springer.

Lin MF, Chang CY, Yang CW, Dierenfeld ES. 2015. Aspects of digestive

anatomy, feed intake and digestion in the Chinese pangolin (Manis

pentadactyla) at Taipei zoo. Zoo Biol. 34 (3): 262-70.

Maulida S. 2015. Adaptasi trenggiling Jawa (Manis javanica) terhadap pemberian

formula pakan pengganti. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Maynard LA, and Loosli JK. 1969. Animal Nutrition. McGaw Hill Book

Company. P. 346-354.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JED, Morgan CA. 2002. Animal

Nutrition.6th

Ed. Gosport (UK): Ashford Colour Pr. Ltd.

Ninasari RA. 2014. Komposisi nutrisi dan tanin dalam beberapa bahan pakan

alami burung kicau. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nisa’ C. 2005. Morphological studies of the stomach of Malayan Pangolin Manis

javanica. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nisa’ C, Agungpriyono S, Katimura N, Sasaki M, Yamada J, Sigit K. 2010.

Morphological features of the stomach of Malayan Pangolin, Manis javanica.

Anat. Histol. Embryol.39 (2010): 432 – 439.

Nisa’ C, Masyud B, Purwakusumah ED. 2015. Formulasi Pakan Trenggiling

(Manis Javanica) Sebagai Substitusi Pakan Alami untuk Menunjang

Konservasi Ex situ [laporan penelitian strategis]. Bogor (ID). Institut Pertanian

Bogor.

[NRC] National Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. 11th

Ed.

Philadelphia (US): Lea and Febiger. p: 235-239.

Partanen KH, and Mroz Z. 1999. Organic acid for performance enhancement in

pig diets. Nutr Res Reviews 12:1-30.

Peterson PR. 2005. Forage for goat Production. Blacksburg. Dept. Virginia Tech

University.

Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding 4th

Ed. John Wiley and Sons. New York (US).

Ranjhan SK and Pathak NN. 1979. Management and Feeding of Buffaloes. VIkas

Publishing House PVT LTD. New Delhi. p : 133-135.

Page 30: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

16

Robinson PT. 2005. Zoo and Wild Animal Medicine.Ed ke-5.London (GB):

Saunders.

Roth MY, and Page ST. 2011. A Role For Dihydrosterone Treatment In Older

Men. Asian J of Andrology. 13:199-200.

Sari RM. 2007. Kajian morfologi lidah trenggiling (Manis javanica). [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suparjo. 2008. Degradasi Komponen Lignoselulosa oleh Kapang Pelapuk Putih.

[internet]. [diunduh pada tanggal 12 agustus 2016]. Tersedia pada :http://jajo66.

Wordpress.com

Tarigan A. 2009. Produktivitas dan pemanfaatan Indigofera sp sebagai pakan

ternak kambing pada interval dan intensitas pemotongan yang berbeda [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tillman AD, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu

Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta (ID): Gadjah

Mada University Pr.

Vijayan M, Yeong C, Ling D. 2008. Captive management of Malayan pangolins

Manis javanica in the Night Safari. In: Pantel S, Chin SY (Eds) Proceedings of

the Workshop on Trade and Conservation of Pangolins Native to South and

Southeast Asia. TRAFFIC Southeast Asia, Singapore Zoo, Singapore, 119–

129.

Widyasari R. 2006. Pengujian Asam Semut dan Cuka Kayu dalam Pengendalian

Tungau (Varroa destructor) pada Lebah Madu (Apis mellifera). [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Wojtusiak J, and Godznska EZ. 1993. Factors influencing the responses to nest

damage in the Africa weaver ant, Oecophylla longinoda (Latrille). Acta

Neurobiola Exp 53(2): 401-408.

Yonas Y. 1993. Pembuatan Silase Kepala Udang dengan penambahan Asam

Formiat dan Asam Propionat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 31: PENAMBAHAN ASAM FORMIAT UNTUK MENINGKATKAN … · 2017-05-02 · AANG HASANUDIN. Penambahan Asam Formiat untuk Meningkatkan Palatabilitas Formula Pakan Pengganti pada Trenggiling

17

RIWAYAT HIDUP

Aang Hasanudin dilahirkan di Majalengka pada tanggal 18 Juni 1993 dari

pasangan Bapak H Enur Daenuri dan Ibu Hj Iing. Penulis merupakan anak kedua

dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar

Negeri 2 Sindang Majalengka pada tahun 2006 dan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Talaga Majalengka pada Tahun 2009. Selanjutnya

penulis pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan lanjutan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Talaga Majalengka dan pada tahun yang sama penulis

diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) .

Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Himpunan Profesi

Ruminansia Fakultas Kedokteran Hewan, Badan eksekutif Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.