bab ii tinjauan teori -...

30
5 BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Banyak pengertian thypus abdominalis menurut para ahli: 1. Thypus abdominalis atau demam tifoid ialah suatu penyakit infeksi menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada saluran pencernaan di bagian usus (Murwani, 2009; Corwin, 2009). 2. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonellla thypi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi (Hidayat, 2008). 3. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan urelasi nodus peyer distal ileum (Soegijanto, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi.

Upload: tranlien

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Banyak pengertian thypus abdominalis menurut para ahli:

1. Thypus abdominalis atau demam tifoid ialah suatu penyakit infeksi

menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

saluran pencernaan di bagian usus (Murwani, 2009; Corwin, 2009).

2. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus

yang disebabkan oleh salmonellla thypi. Penyakit ini dapat ditularkan

melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman

salmonella thypi (Hidayat, 2008).

3. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat

difus, pembentukan mikroabses dan urelasi nodus peyer distal ileum

(Soegijanto, 2002).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang dapat ditularkan melalui

makanan, mulut, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella

thypi.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

6

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan

juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu

pankreas, hati dan kandung enpedu.

Gb.2.1 Sistem pencernaan pada manusia

Sumber : Anonim (2010)

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari

tubuh.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

7

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air pada manusia. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir

di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Terdiri atas dua

bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi serta

gigi dengan bibir dan pipi dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang

dibatasi disisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi dan

disebelah belakang dengan awal faring.

b. Faring

Faring atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut dan laring

(tenggorokan) faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bagian

membrane berotot (muskulo membrannuse) dengan bagian terlebar di

sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai diketinggian

vertebra servika ke enam yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat

faring bersambung dengan esophagus.

c. Esofagus

Adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas

dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

8

dibawah.Terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung

setelah melalui thorak menyambung dengan lambung.

d. Lambung (gaster)

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling

banyak terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian dari

bagian atas fundus uteri berhubungan dengan eshopagus melalui

orifisiumpilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan

limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.

e. Usus Halus (intesium minor)

Gb.2.2 Usus Halus

Sumber : Anonim (2010)

Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang

berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjangnya kurang

lebih 6 m merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan

dan diabsopsi dari pencernaan, usus halus didaerah umbilicus dan

dikelilingi oleh usus besar dibagi dalam beberapa bagian:

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

9

1) Duodenum

Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm,

berbentuk seperti sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan

ini terdapat pangkreas.

2) Yeyenum dan ileum

Mempunyai panjang sekitar 6 m, dua perlima bagian atas

adalah (yeyenum) dengan panjang 2-3 m dan ileum dengan panjang

4-5 m lekungan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen

posterior yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.

3) Usus Besar

Usus besar terdiri dari panjang 1,5 m, lebarnya 5-6 cm, terdiri

dari bagian-bagian yang digambarkan di 2.3.

Gb.2.3 Usus Besar

Sumber : http://radenbeletz.com

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

10

Usus besar terdiri dari seikum, kolon asenden, apendik, kolon

trasversum, kolon desenden, kolon sigmoid :

a) Seikum

Dibawah seikum terdapat apendik vermiformis yang berbentuk

seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing panjangnya 6

cm.

b) Kolon Asenden

Panjang 15 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan

membujur keatas dari ilium kebawah hati.

c) Apendik

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir

seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih

memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.

d) Kolon Transversum

Panjang 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai kekolom

desenden, berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat

flekyura hepatica dan sebelah kiri terdapat flektura lienalis.

e) Kolon Desenden

Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kiri,

membujur dari atas kebawah dari fleksura henalis sampai didelapan

ileum kiri kesambungan dengan kolon sigmoid.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

11

f) Kolon Sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon desenden terletak miring dalam

rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai bentuk huruf S

ujung bawahnya berubungan dengan rectum.

4) Rektum

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis didepan

os secrum dan as robsigis.

5) Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar terletak didasar pelvis

dindingnya.

2. Fisiologi

Makanan masuk kedalam mulut dan dihancurkan oleh gigi. Saliva

melumaskan makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah menjadi

massa yang lunak atau bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian

dapat lebih menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini

saliva juga mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan

karbohidrat menjadi gula sederhana. Saliva disekresi oleh 3 kelenjar

utama: kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak

mengandung air. Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular yang

menghasilkan saliva berair dan berlendir.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

12

Menelan dimulai sebagai kerja volunter yang kemudian bergabung

berlahan menjadi reflek ivolunter. Menelan terjadi dalam tiga tahapan:

a. Tahap bukal

Makanan dikumpulkan dipermukaan dipermukaan atas lidah

sebagai bolus yang lembab, kemudian lidah menekan kelangit-langit

keras mendorong bolus kearah belakang. Langit-langit lunak terangkat

untuk mencegah makanan masuk kedalam hidung, dan bolus didorong

kedalam faring.

b. Tahap faringeal

Laring tertarik ke atas dibawah dasar lidah, laringeal berkontraksi

dan epiglotis melipat menutupi laring untuk mencegah makanan

menutupi trachea.

c. Tahap esophagos

Gelombang peristaltik membawa bolus makanan terus ke bawah ke

dalam lambung.

Asopsi didalam lambung sangat terbatas tetapi glukosa dan alkohol

diabsopsi sangat baik. Didalam lambung makanan dirubah oleh berbagai

bentuk sekresi dari kelenjar lambung menjadi cairan seperti susu yang

disebut kimus, yang cocok untuk dapat melewati usus halus. Fundus dan

korpus lambung mempunyai kelenjar berduktus pendek dan panjang.

Kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel petrik yang mensekresi pepsinogen suatu

enzim yang diubah menjadi pepsin dan dengan demikian dimulailah proses

pemecahan protein.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

13

Keasaman yang tinggi dapat mengubah pepsinogen menjadi pepsin.

Mensterilkan makanan membuat kalsium dan zat besi cocok untuk diserap.

Didalam antrium lambung kelenjar mempunyai duktus yang panjang dan

yang pendek. Kelenjar ini menghasilkan mukus bersifat bastra dan gastrin.

Hormon yang berguna untuk mengontrol sekresi asam. Kimus memasuki

duodenum melalui pilorus dicampur oleh sekresi dinding duodenum,

empedu dan getah pangkreas. Sekresi duodenum dari kelenjar mukosa dan

dari kelenjar submukosa yang mengandung bikarbonat dan bersifat basa,

sehingga membantu menetralkan kimus yang asam. Adanya makanan di

duodenum menyebabkan kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan

empedu ke duktus sistikus dan duktus empedu melalui ampula pada

duodenum dan jejunum, mukosa terbenan di dalam lipatan-lipatan dan fili

panjang dan sangat rapat.

Mengarah ke ileum, lapisan mukosa lebih sedikit lipatannya dan

dindingnya lebih tipis dan filinya lebih pendek dan lebih panjang.

Semua pencernaan dan penyerapan yang penting terjadi didalam

usus halus baik lambung maupun usus besar dapat diangkat seluruhnya

tanpa menyebabkan dampak yang serius kira-kira sampai sepertiga usus

halus dapat diangkat tanpa memberikan efek pada pencernaan dan daya

tahan tubuh masih dapat dimungkinkan dengan kira-kira satu meter usus

halus kedalam keadaan utuh.

Kimus bergerak dan ileum menuju sekum melalui ilei-sekal, lipatan

mukosa dalam sekum yang cenderung mencegah aliran balik kimus 5cm

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

14

terakhir ileum bekerja sebagai sfingter. Sfingter biasanya berkontraksi

pengisian lambung membuat sfingter ini relaksasi dan isi ileum masuk

keke dalam sekum reflek gastrokolik ini sering berkaitan dengan gerakan

masa. Gerakan masa adalah gerakan cepat tiba-tiba dan peristaltik dimulai

dalam kolon tengah. Gerakan ini menggerakkan ini usus besar kedalam

kolon bawah atau bahkan ke rektum.

Rektum normalnya kosong dari feses tetapi ketika feses melewati

rektum akibat distensi dari dinding rektum membangkitkan sensasi

kesadaran. Keputusan velunter kemudian dibuat apakah untuk membiarkan

reflek defekasi dengan merelaksasi sfingter eksternal.

Defekasi disertai dengan kontraksi peristaltik kuat dari kolon

desenden dan kolon relvin dan rektum, kontraksi otot abdomen

meningkatkan tekanan intra abdomen (Evelyn, 2006)

C. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI

Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi (salmonelia

tiphosa), Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B, Salmonella

Paratyphi C, Salmonella Shocttmuelleri, dan Salmonella Hirschfeldii

(Samekto, 2001; Mansjoer, 2000; Murwati, 2009). Adapun beberapa macam

dari Salmonella Typhi adalah sebagai berikut:

1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bahu

getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam

antigen yaitu:

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

15

a. Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek lioporisakarida)

b. Antigen H (flagella)

c. Antigen K (selaput) dan protein membrane hialin.

2. Salmonella parathypi A

3. Salmonella parathypi B

4. Salmonella parathypi C

Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan

demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh

dari demam typoid dan masih terus mengeksresi salmonella typhi dalam tinja

dan air kemih selama lebih dari 1 tahun, ini akan dapat menginfeksi orang

lain.

D. PATOFISIOLOGI

Masuknya kuman Salmonella Typhi dan Salmonella Paratyphi

kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman.

Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke

dalam usus dan selanjutnya berkembang biak.

Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka

kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M). Bila terjadi

komplikasi perdarahan dan peforasi intestianal, kuman menembus lamina

propia, masuk aliran limfe menjadi kelenjar limfe mesenterial, dan masuk

aliran darah melalui duktus torasikus. Kuman berkembangbiak di lamina dan

difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

16

berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plague

peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.

Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag

ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang

asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendetial tubuh terutama

hati dan limfa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan

kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya

masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua

kalinya dengan di sertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.

Kuman di dalam hati masuk ke dalam kandung empedu berkembang

biak dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermitten ke dalam

lumen usus. Sebagian kuman di keluarkan melalui feses dan sebagian melalui

masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama

terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka

saat fagositosit kuman salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator

inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi yang

selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti

demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular,

gangguan mental, dan koagulasi.

Di dalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi

hiperplasia jaringan Salmonella typhi intra makrofag menginduksi reaksi

hipersensitivitas tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis organ).

Pendarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

17

plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperpalsia akibat

akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologis jaringan

limpoid ini dapat berkembang hingga di lapisan otot, serosa usus, dan dapat

mengakibatkan perforasi.

Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan

akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,

kardiovaskuler, pernafasan dan gangguan organ lainnya (Widodo, 2007;

Mansjoer, 2000).

E. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala

klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari

asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas diderita disertai komplikasi

hinggga kematian. Satu minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan

penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing,

nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak

di perut, batuk dan epistaksis. Pemeriksaan fisik hanya di dapatkan

peningkatan suhu badan. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan

terutama pada sore hingga malam hari.

Gejala-gejala menjadi lebih jelas dalam minggu kedua berupa demam,

bradiarkia relatif (bradiarkia relatif adalah peningkatan suhu 1oC tidak diikuti

dengan peningkatan nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di

tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

18

meteroismus, gangguan mental berupa somnollen, strupor, koma, delirium,

atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia (Widodo,

2007; Mansjoer, 2000).

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan thypoid secara medis dan keperawatan menurut Widodo

(2007), Samekto( 2001), Mansjoer(2000) sebagai berikut:

1. Penatalaksanaan Medis

Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan

penyebaran kuman. Antibiotik yang dapat digunakan:

a Cloramfenikol: Obat ini digunakan untuk menekan fungsi sumsum

tulang, sehingga tidak boleh diberikan pada penderita dengan

gangguan fungsi sumsum tulang belakang.

b Tiamfenikol: Efektifitasnya hampir sama dengan kloramfenikol, tetapi

komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia

aplastik lebih rendah.

c Kotrimoksazol.

d Ampisillin/ Amoksilin: Diberikan selama dua minggu. Kemampuan

obat ini menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan

kloramfenikol.

e Sefalosporin generasi ketiga: Golongan sefalosporin generasi ke tiga

yang terbukti efektif untuk demam tifoid adalah Ceftriaxone.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

19

f Golongan Fluorokuinolon: Norfloksasin , Siprofloksasin, Ofloksasin,

Pefloksasin, Fleroksasin.

g Kombinasi antibiotik: Pemakaian kombinasi 2 antibiotik atau lebih

hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik,

peritonitis atau peforasi, syok septik.

h Kortikosteroid: Penggunaan steroid hanya diindikasikan pada toksik

tifoid atau demam tifoid yang mengalami syok septik.

2. Keperawatan

Pencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus

tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih

selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan tahap sesuai dengan pulihnya

kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga higine

perseorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai

oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun posisinya perlu diubah-

ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik, defekasi dan

buang air perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan

retensi urine.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi Thypus Abdominalis menurut Mandala (2006) sebagai

berikut:

1. Perdarahan dan perforasi usus (terutama pada minggu ketiga).

2. Miokarditis.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

20

3. Neuropsikiatrik: psikosis, ensefalomielitis.

4. Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pneumonia, pancreatitis.

5. Abses pada limpa, tulang atau ovarium (biasanya setelah pemulihan).

6. Keadaan karier kronik (kultur urin atau tinja positif setelah 3 bulan)

terjadi pada 3 % kasus (lebih sedikit setelah terapi fluorokuinolon).

H. PENGKAJIAN FOKUS

Pengkajian fokus pada pasien thypoid merujuk pada Mansjoer (1999),

Smeltzer dan Bare (2002) antara lain:

1. Demografi

a. Usia

Presentase penderita dengan usia di atas 12-29 tahun 70-80%, 30-39

tahun 10-20% dan penderita dengan usia di atas 40 tahun 5-10%. Tetapi

umumnya penyakit ini lebih sering diderita anak-anak.

b. Pekerjaan

Pekerjaan yang lebih banyak beraktivitas di lapangan dan kurang

menjaga kebersihan maka kemungkinan mengalami sakit thypoid.

c. Jenis kelamin

Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman Salmonela Typhi

dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak.

d. Lingkungan

Penyebaran penyakit thypoid dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan

yang kotor dan pribadi kurang diperhatikan.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

21

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah

pasien menderita penyakit lainnya.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya penyakit pada pasien thypoid, demam, anoreksia,

mual, muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi), nyeri

kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa

samnolen sampai koma.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita

Thypoid atau sakit yang lainnya.

5. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Kebiasaan tidak cuci tangan dengan bersih dapat terkena kuman

Salmonella Typhi. Kebiasaan makan ditempat terbuka, kebiasaan

mencuci tangan dengan alakadarnya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,

lidah kotor dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi

status nutrisi berubah. Adanya demam dan keluhan badan panas.

c. Pola aktivitas dan latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik

serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

22

d. Pola tidur dan aktifitas

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu karena suhu badan yang

meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

e. Pola eliminasi

Pada pasien thypoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk

kemih pasien biasa mengalami penurunan (kurang dari normal).

f. Pola hubungan interpersonal

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan

perannya selama sakit.

g. Persepsi diri dan konsep diri

Terjadi dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam

mengatasi masalah penyakitnya, pasien mungkin merasa cemas dan

stres, perubahan kepribadian.

h. Pola tata nilai dan kepercayaan

Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan

menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya

akan terganggu.

6. Persepsi sensori dan kognitif

a. Nyeri

Pada pasien yang sakit thypoid akan terjadi nyeri pada uluhati.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

23

b. Kesadaran

Kesadaran penderita tipoid berfariasi antara composmentis (sadar

penuh) atau apatis, somnolen, dan koma pada penderita typoid.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum dan Tanda-tanda vital

Biasanya pada pasien thypoid yang ditemukan tekanan darah yang

meningkat akan tetapi bila didapatkan tachikardi saat pasien

mengalami peningkatan suhu tubuh.

b. Kepala

Konjungtiva anemis, mata cekung, pucat atau bibir kering, lidah kotor,

ditepi dan ditengah merah.

c. Abdomen

Abdomen ditemukan nyeri tekan di di uluhati.

d. Kulit

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral

hangat.

e. Sistem ekstermitas

Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada

gangguan.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Samekto (2001) pemeriksaan penunjang yang perlu

dilakukan pada pasien dengan demam tifoid adalah:

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

24

1. Pemeriksaan darah perifer lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar

leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi

sekunder. Dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopeni.

Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun

limfopeni. Laju endap darah dapat meningkat.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan

penanganan khusus.

3. Pemeriksaan uji widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap

bakteri Salmonella Thypi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi

antara antigen bakteri Salmonella Thypi dengan antibodi yang disebut

aglutinin. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum penderita tersangka demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh

kuman Salmonella Typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin)

yaitu: Aglutinin O, Aglutinin H, Aglutinin Vi. Dari ketiga aglutinin

tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam

tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita

demam tifoid

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

25

Cepat lelah

Tromboflebitis miokarditis

Cemas

J. PATWAYS

Kuman salmonella

5f ( foot, fingers, fomitus, fly, feses )

Mulut

Kuman mati lambung (Hcl) hidup Usus halus bagian distal

Kuman menularkan endotoksin

Bakteriema primer

Difagosit tidak difagosit

Mati bakterima sekunder

Pembuluh darah usus halus hipotalamus

Kapiler

Peradangan menekan Stres

Krisis situasi

Mal asobsi termoreguler

Nutrient

i

(Widodo, 2007; Mansjoer, 2000)

Diare Intoleransi

aktifitas

Konstipasi Gangguan keseimbangan cairan

kurang dari kebutuhan tubuh

Hiperperistaltik usus

Mual, muntah anoreksia

Intake tidak

adekuat bedrest

Kebutuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

hipertermi

Pengeluaran cairan Reinteraksi usus

komplikasi

Intestinal - pendarahan usus - peritonitis

Ekstraintestinal - pneumonia - meningitis

Gg rasa nyaman nyeri

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Perubahan status kesehatan

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

26

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien thypoid

secara teori adalah

1. Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan Infeksi

Salmonella Thypi.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

4. Resiko keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)berhubungan dengan

pengeluaran cairan yang berlebihan (diare atau muntah), hipertermi.

5. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya

cairan dan serat dalam tubuh, imobilisasi.

6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

7. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi

8. Cemas berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak efektif, krisis

situasi akibat perubahan satus kesehatan dan hospitalisasi.

L. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

Fokus intervensi yang dapat dirumuskan untuk mengetahui masalah

keperawatan pada pasien thypoid merujuk pada NIC NOC, (2008), Carpenito,

(2001):

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

27

1. Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan Infeksi

Salmonella Thypi.

a. Tujuan : suhu tubuh normal atau terkontrol.

b. Kriteria hasil : Suhu tubuh 36,5-37,5°C, mencari pertolongan untuk

pencegahan peningkatan suhu tubuh, turgor kulit membaik, badan tidak

teraba panas.

c. Intervensi:

1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan

suhu tubuh.

Rasional: agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari

peningkatan suhu dan membentu mengurangi kecemasan yang

timbul.

2) Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap kringat.

Rasional: Untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis

akan membantu mengurangi penguapan tubuh.

3) Batasi pengunjung

Rasional: Agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan

tidak terasa panas.

4) Observasi TTV tiap 4 jam sekali.

Rasional: Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

28

5) Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum kurang lebih 2,5

liter / 24 jam.

Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak.

6) Berikan kompres hangat.

Rasional: Untuk membantu menurunkan suhu tubuh.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic dan

antipiretik.

Rasional: Antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik

untuk mengurangi panas.

2. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat karena

mual dan tidak narsu makan.

a. Tujuan: pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.

b. Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, pasien mampu menghabiskan

makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.

c. Intervensi:

1) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan atau

nutrisi.

Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi

sehingga motivasi untuk makan meningkat.

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

29

2) Timbang berat badan klien setiap 2 hari.

Rasional: Untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat

badan.

3) Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat,

tidak merangsang, mampu menimbulkan banyak gas dan

dihidangkan saat masih hangat.

Rasional: Unutk meningkatkan asupan makanan karena mudah

ditelan.

4) Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional: Untuk menghindari mual dan muntah.

5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi

parentral.

Rasional: Antasida mengurangi rasa mual dan muntah, nutrisi

parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral

sangat kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan fisik.

a. Tujuan: pasien bias melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

optimal.

b. Kriteria hasil: Kebutuhan personal terpenuhi, dapat melakukan

gerakan yang bermanfaat bagi tubuh, memenuhi aktivitas kehidupan

sehari-hari dengan tehnik penghematan energy.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

30

c. Intervensi :

1) Tingkatkan tirah baring /duduk.

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan

2) Beri motivasi pada klien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi

sebatas kemampuan (missal : miring kanan, miring kiri).

Rasional: Agar klien dan keluarga mengetahui pentingnya

mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

3) Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas (makan, minum).

Rasional: untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.

4) Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam

hilang.

Rasional: untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah

adanya degubitus.

4. Resiko kurang cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang

berlebihan intake menurun.

a. Tujuan: tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan.

b. Kriteria hasil: Turgor baik , wajah tidak nampak pucat, suhu 36,5-

37,5°C, TD : 120/80 mmHg, urin out put 1-2 cc/kg BB/jam.

c. Intervensi:

1) Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada klien

dan keluarga.

Rasional: Untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada

pasien.

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

31

2) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.

Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

3) Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 liter/24 jam.

Rasional: Untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

4) Observasi kelancaran tetesan infuse.

Rasional: Untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

5) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral/parentral).

Rasional: Untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi

(secara parentral ).

5. Gangguan pola eliminasi: BAB (konstipasi) berhubungan dengan

kurangnya cairan dan serat dalam tubuh, imobilisasi.

a. Tujuan :Tidak terjadi gangguan pada pola eliminasi BAB.

b. Kriteria hasil :Klien dapat BAB secara rutin yaitu 1X sehari seperti

biasa, feses lunak

c. Intervensi :

1) Monitor tanda-tanda vital.

Rasional: Untuk mengetahui perkembangan kondisi klien.

2) Anjurkan klien untuk sering minum air putih yang banyak.

Rasional: Supaya masukan cairan adekuat membantu

mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan

membantu eliminasi.

3) Anjurkan klien untuk makan makanan yang berserat.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

32

Rasional: Karena diet seimbang tinggi kandungan serat

merangsang peristaltik dan eliminasi regular.

4) Berikan huknah gliserin untuk membantu mempermudah BAB.

6. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

a. Tujuan : Nyeri tidak timbul

b. Kriteria hasil: Ekspresi wajah rileks, nyeri hilang, skala nyeri

menurun.

c. Intervensi :

1) Ajarkan tindakan penurun nyeri noninvasif (relaksasi, stimulasi

kutan).

Rasional: untuk mengontrol nyeri.

2) Berikan individu kesempatan untuk istirahat selama siang hari dan

dengan waktu yang tidak terganggu pada malam hari.

Rasional: untuk meningkatkan istirahat klien agar mengurangi

nyeri.

3) Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi nyeri.

Rasional: agar klien tau penyebab nyeri pada pasien thypus

abdominalis.

4) Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.

Rasional :Untuk memberikan terapi pereda nyeri.

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

33

7. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi.

a. Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat

b. Kriteria hasil : Keluarga mampu menyebutkan pengertian thypoid,

tanda gejala, penyebab, diit yang diberikan pada pasien thypoid

c. Intervensi:

1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

Rasional: mengetahui apa yang diketahui pasien tentang

penyakitnya.

2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien

Rasional: supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan

pencegahan penyakit typhoid.

3) Beri kesempatan pasien dan keluarga pasien untuk bertanya bila

ada yang belum dimengerti.

Rasional :mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan

keluarga pasien setelah diberi penjelasan tentang penyakitnya.

4) Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat

Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan

sakitnya.

8. Cemas berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak efektif, krisis

situasi akibat perubahan status kesehatan dan hospitalisasi.

a. Tujuan: Cemas berkurang

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yulinursai... · menular pada manusia yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang pada

34

b. Kriteria hasil: Menggambarkan kecemasan, menghubungkan

peningkatan psikologis dan kenyamanan fisiologis, menggunakan

mekanisme koping yang efektif dalam mengalami cemas.

c. Intervensi

1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

Rasional : memudahkan intervensi

2) Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi

ansietas dimasa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaptif,

meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

3) Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan

4) Motivasi pasien untuk menfokuskan diri pada rialita yang ada saat

ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapi yang dialami.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang

dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

5) Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.