bab ii tinjauan pustaka 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf ·...

20
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Kulit Kulit merupakan penutup permukaan tubuh dan mempunyai fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar. Kulit manusia mempunyai ketebalan yang bervariasi; mulai dari 0,5 mm sampai 5 mm dengan luas permukaan sekitar 2 m² dan berat sekitar 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Robin et al ., 2002). Marchionini (1928) menemukan bahwa terdapat suatu lapisan lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya “mantel asam kulit” (sauremantel). Tingkat keasamannya berbeda antara yang ditemukan oleh ilmuwan, tetapi umumnya berkisar antara 4,5 - 6,5 (Tranggono & Latifah, 2007). 2.1.1 Anatomi Kulit Gambar 2.1 Struktur kulit (Weller, Richard et al., 2015) Kulit terdiri atas 3 lapisan utama. Lapisan terluar yang melekat yaitu epidermis, dan di perkuat dengan jaringan ikat yang mendasarinya yaitu dermis.

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kulit

Kulit merupakan penutup permukaan tubuh dan mempunyai fungsi utama

sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar. Kulit

manusia mempunyai ketebalan yang bervariasi; mulai dari 0,5 mm sampai 5 mm

dengan luas permukaan sekitar 2 m² dan berat sekitar 10 kg jika dengan lemaknya

atau 4 kg jika tanpa lemak (Robin et al., 2002). Marchionini (1928) menemukan

bahwa terdapat suatu lapisan lembab yang bersifat asam, sehingga ia

menamakannya “mantel asam kulit” (sauremantel). Tingkat keasamannya berbeda

antara yang ditemukan oleh ilmuwan, tetapi umumnya berkisar antara 4,5 - 6,5

(Tranggono & Latifah, 2007).

2.1.1 Anatomi Kulit

Gambar 2.1 Struktur kulit (Weller, Richard et al., 2015)

Kulit terdiri atas 3 lapisan utama. Lapisan terluar yang melekat yaitu

epidermis, dan di perkuat dengan jaringan ikat yang mendasarinya yaitu dermis.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

6

Di bawah kedua lapisan tersebut terdapat jaringan ikat longgar yang mengandung

banyak lemak yaitu hypodermis.

1. Lapisan Tanduk (stratum corneum) terdiri sebagian besar atas keratin (protein

yang tidak larut dalam air) dan sangat resisten terhadap pengaruh dari

luar/bahan-bahan kimia. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi proteksi dari

kulit terhadap pengaruh dari luar.

2. Lapisan Jernih (stratum lucidum) merupakan lapisan tipis, bening,

mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis

yang tidak dapat ditembus yaitu rein’s barrier (Szakall).

3. Lapisan Berbutir-butir (stratum granulosum) tersusun atas sel-sel keratinosit

yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, dan berinti mengkerut. Dalam butir

keratohyalin tersebut terdapat bahan logam (khususnya tembaga) yang menjadi

katalisator proses pertandukan kulit.

4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer) memiliki sel yang

berbentuk kubus & berduri, berinti besar & oval, setiap sel berisi filamen-

filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

5. Lapisan Basal (stratum germinativum atau membran basalis) pada lapisan ini

terdapat sel-sel melanosit (sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi) yang

membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit

melalui dendritnya (satu sel melanosit menyuplai sekitar 36 sel keratinosit).

Pada lapisan dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,

papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak

rambut, ujung pembuluh darah dan syaraf, juga sebagian serabut lemak yang

terdapat pada lapisan lemak bawah kulit. Berbeda dengan epidermis, lapisan

dermis terdiri atas serabut kolagen dan elastin yang berada dalam substansi dasar

yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

lapisan hypodermis terdiri sebagian besar atas lemak dan jaringan ikat. Hal

tersebut sangat penting mengingat lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi

(struktur internal) menyekat dan sebagai peredam benturan (Tranggono & Latifah,

2007) (Bianchi et al., 2011).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

7

2.1.2 Fungsi Kulit

Fungsi kulit sendiri memegang peranan penting bagi perlindungan kita,

beberapa fungsi kulit di antaranya ialah:

1. Proteksi

Serabut elastis pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi

mencegah trauma mekanik langsung terhadap tubuh bagian dalam. Lapisan

tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air dengan mencegah masuknya

air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, serta sebagai barrier terhadap

racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di

kulit. Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik

maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,

seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya).

Gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, dan

gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. Gangguan fisik dan mekanik

ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit

dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh.

Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian

sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan dengan adanya lemak

permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0-

6,5 (Tranggono & Latifah, 2007)

2. Fungsi Eksresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia,

dan sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit

dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

3. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Temperatur tubuh diatur dengan mekanisme dilatasi dan konstriksi

pembuluh kapiler dan melalui perspirasi. Saat temperatur badan menurun

terjadi vasokonstriksi, sedangkan saat temperatur meningkat terjadi

vasodilatasi sehingga penguapan akan menjadi lebih banyak dan tubuh menjadi

dingin kembali. Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat

dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada suhu tubuh

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

8

meningkat, kelenjar kulit mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit

dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula panas tubuh.

Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang

mengeluarkan zat perantara asetilkolin.

4. Fungsi Vitamin D

Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-

dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih

lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D dari luar makanan.

5. Fungsi Absorbsi

Absorbsi melalui kulit terdiri dari dua jalur, yaitu melalui epidermis dan

melalui kelenjar sebasea. Bahan-bahan yang mudah larut dalam lemak akan

lebih mudah diabsorbsi dibandingkan dengan air ataupun bahan yang dapat

larut dalam air. Obat dapat terpenetrasi pada kulit melalui dinding saluran

folikel rambut, kelenjar keringat atau kelenjar sebasea. Dapat pula lewat antara

sel-sel stratum corneum atau menembus sel-sel stratum corneum, cara ini

disebut transepidermal (Mitsui, 1993) (Tranggano & Latifah, 2007). Kulit yang

sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat. Tetapi cairan

yang mudah menguap lebih mungkin mudah diserap kulit, begitu pula zat yang

larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya

kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis pembawa zat yang

menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antarsel, saluran kelenjar

atau saluran keluar rambut (Tranggano, & Latifah, 2007).

2.2 Mekanisme Photoaging

Photoaging atau photodamage adalah proses penuaan dini kulit

sebagai konsekuensi dari paparan sinar ultraviolet. Kolagen merupakan komponen

utama kulit manusia yang mempengaruhi elastisitas kulit. Fibroblast dermal

memproduksi molekul prekursor yang disebut prokolagen, yang selanjutnya akan

diubah menjadi kolagen. Terdapat dua regulator penting dalam pembentukan

kolagen, yaitu transforming growth factor (TGF)-β atau cytokine yang

merangsang pembentukan kolagen dan activator protein (AP)-l yang merupakan

faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen. Activator protein (AP)-l

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

9

juga meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang

disebut matrix metalloproteinase (MMPs) (Helfrich, Sachs & Voorhees, 2008).

Radiasi UV akibat paparan sinar matahari akan diserap oleh kulit dan dapat

menghasilkan komponen berbahaya yaitu Reactive Oxygen Species (ROS).

Komponen ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen selular

seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. Radiasi UV

menyebabkan pembentukan ROS dan menginduksi activator protein (AP)- l yang

menyebabkan peningkatan produksi matrix metalloproteinase (MMP) dan

kemudian meningkatkan penghancuran kolagen. Radiasi UV juga menyebabkan

penurunan transforming growth factor (TGF)-β sehingga pembentukan kolagen

menurun. Peningkatan penghancuran kolagen dan penurunan produksi kolagen

akibat radiasi sinar UV inilah penyebab dari terjadinya photoaging (Helfrich,

Sachs & Voorhees, 2008).

2.3 Antioksidan

Radikal bebas adalah molekul atau atom yang memiliki satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan. Elektron tersebut sangat reaktif dan cepat

bereaksi dengan molekul lain sehingga terbentuk radikal bebas baru dalam jumlah

besar secara terus-menerus. Radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan di

berbagai bagian sel dan menyebabkan berbagai penyakit seperti tumor, kanker,

arterosklerosis, katarak, keriput, penuaan dan lainnya, sehingga diperlukan

antioksidan untuk menghambat oksidasi radikal bebas (Tjokroprawiro, 1993;

Droge, 2002).

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau

lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat

diredam (Suhartono, Fujiati & Aflani, 2002). Antioksidan bersifat sebagai free

radical scavenging yang mampu menghambat oksidasi radikal bebas. Antioksidan

digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi dan mencegah

penuaan dini (Herling & Zastrow, 2001). Tubuh manusia tidak mempunyai

cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal

berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen yang dapat berupa

pemberian oral dan topikal (Rohdiana, 2001). Pemberian antioksidan secara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

10

topikal dapat melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV (Herling & Zastrow,

2001). Antioksidan pada penggunaanya, dapat berfungsi sebagai bahan tambahan

dan sebagai bahan aktif. Berdasarkan kelarutanya antioksidan dibagi menjadi dua

yaitu antioksidan larut air (sodium metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C) dan

antioksidan larut lemak (BHT, BHA dan vitamin E). Pada sediaan gel digunakan

antioksidan yang larut dalam air (Winarsi, 2007).

2.4 Delima (Punica granatum L.)

2.4.1 Sejarah dan Klasifikasi Delima

Gambar 2.2 Buah delima

Delima berasal dari Timur Tengah. Memiliki daerah penyebaran tempat

tumbuh yang luas dari daerah-daerah tropik sampai subtropik, dari dataran rendah

sampai ketinggian tempat tumbuh kurang dari 1000 mdpl. Tanaman ini tumbuh di

daerah beriklim basah sampai kering dengan air tanah tidak dalam pada tanah

gembur dan tidak terendam air (BPOM RI, 2011). Buah delima yang tersebar di

Indonesia ada tiga jenis yang dikelompokkan berdasarkan warna buahnya, yakni

delima putih, delima merah, dan delima hitam. Dari ketiga jenis itu yang paling

terkenal adalah delima merah. Delima merah memiliki rasa lebih manis dan segar,

sedangkan delima putih rasanya lebih sepat dan kesat serta kurang manis

(Astawan, 2008).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

11

2.4.2 Taksonomi Delima

Taksonomi buah delima adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Lythraceae (Punicaceae)

Genus : Punica

Spesies : Punica granatum L.

(Sumber: Lidyawati, 2011).

2.4.3 Kandungan Kimia Delima

Terdapat beberapa senyawa polyphenol yang berperan sebagai antioksidan

pada buah delima, diantaranya adalah punicalagin, ellagic acid dan tannin.

Jumlah tannin lebih banyak dibandingkan dengan punicalagin dan ellagic acid,

dan jumlah punicalagin lebih banyak dibandingkan dengan ellagic acid

(tannin>punicalagin>ellagic acid) (Seeram et al., 2004).

Tabel II.1 Nilai Pangan, Mineral, dan Vitamin per-100 Gram (Bhowmik, Debjit et al., 2013)

Komponen Gizi Kadar

Moisture 78.0%

Calcium 10 mg

Protein 1.6%

Phosphorus 70 mg

Fat 0.1%

Iron 0.3 mg

Minerals 0.7%

Vitamin C 16 mg

Carbohydrates 14.5 mg

Fibre 5.1%

Calorific value 65 mg

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

12

Kandungan gula inversi mencapai 20% (5-10 % berupa glukosa), asam sitrat

(0,5-3,5%), asam borat dan vitamin C (4 mg/100 g). Kombinasi tersebut

menyebabkan buah delima berasa manis-asam menyegarkan. Mineral yang paling

dominan adalah kalium (259 mg/100 g). Selain untuk menjaga tekanan osmotik

(mencegah hipertensi), kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti

piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme

karbohidrat. Di lain pihak, kandungan mineral natriumnya sangat rendah, yaitu 3

mg/100 gram. Hal ini menguntungkan karena natrium berpotensi merugikan, yaitu

dapat menimbulkan hipertensi (Astawan, 2008).

Tabel II.2 Konstituen utama dari pohon dan buah Punica granatum L. (Jurenka, 2008) (Sreekumar, sreeja et al., 2014)

Komponen Tumbuhan Kandungan Senyawa

Jus dari delima simple sugars, aliphatic organic acids, gallic

acid, ellagic acid, quinic acid, flavonols, amino acids, minerals, EGCG, ascorbic acid,

anthocyanin, caffeic acid, cathecin, quercetin, rutin.

Minyak biji dari delima punicic acid; ellagic acid; Oleic acid; sterols; tocopherols; palmitic acid; stearic acid; linoleic acid; sex steroids; 3,3’-Di-O-

methylellagic acid; 3,3’,4’-Tri-o-methylellagic acid

Pericarp (kulit) dari delima flavonols, gallic acid, ellagic acid, punicalin, punicalagin, caffeic acid, ellagitannins,

pelletierine alkaloids, luteolin, kaempferol, quercetin, EGCG, rutin, flavon, flavonones,

anthocyanidins, cathecin, fatty acids.

Daun dari delima Tannins (punicalin & punicafolin), luteolin,

apigenin, carbohydrates, reducing sugars, sterols, saponin, flavanoids, piperidine alkaloids, flavone, glycoside, ellagitannins.

Bunga dari delima gallic acids, ursolic acid, triterpenoids,

maslinic, asiatic acids, fatty acids.

Akar dan kulit pohon dari delima Ellagitannins, punicalin, punicalagin,

piperidine alkaloids, pyrrolidine alkaloid, pelletierine alkaloids.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

13

Sari buah delima memiliki kandungan ion kalium (potasium), vitamin C,

dan polyphenol. Sari buah delima juga memilki kandungan flavonoid yang sangat

penting peranannya untuk menurunkan radikal bebas, serta memberikan

perlindungan terhadap penyakit jantung dan kanker kulit. Delima kaya akan

antioksidan, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain yang

telah diuji. Aktivitas antioksidan yang terkandung di dalam buah delima lebih

tinggi dibandingkan dengan teh hijau dan anggur merah (Jurenka, 2008). Total

phenol yang dikandung oleh buah delima sebesar 2566 mg/liter. Nilai ini lebih

besar dibandingkan dengan total phenol yang dimiliki oleh teh hijau dan anggur

merah, yaitu sebesar 1029 mg/liter dan 2036 mg/liter. Dengan demikian, buah ini

dapat diandalkan guna menangkis serangan radikal bebas (Khomsan, 2009).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

14

Tabel II.3 Kandungan kimia dan bioaktivitas pada kulit buah delima (Sushil

Kumar et al., 2013)

Senyawa Bioaktivitas

Kandungan utama tanin pada kulit delima

Casuarinin Corilagin

Ellagic acid (EA) Gallic acid

Methyl gallate Granatin A

Granatin B Pedunculagin Punicalagin

Punicalin

Antivirus, Antioksidant Antihipertensi, Antineoplastik

Antineoplastik, Pemutih Kulit Anti mutagenik, Anti inflamasi, Antivirus, Antioksidan

Antioksidan Antioksidan, Anti inflamasi

Antioksidan, Anti inflamasi, Antioksidan, Antineoplastik Antioksidan, Antihipertensi, Anti

hiperglikemik Antioksidan, Anti-HIV, Anti

hiperglikemik

Kandungan Utama Flavonoids pada Kulit delima

Catechin Cyanidin Epicatechin

Epigallocatechin 3-gallate Flavan-3-ol

Kaempferol Kaempferol-3-0-glucoside Kaempferol-3-0-

rhamnoglycoside Luteolin

Luteolin-7-0-glucoside Naringin Pelargonidin

Quercetin Rutin

Antioksidan, Antineoplastik Antioksidan Antineoplastik

Antineoplastik Antineoplastik

Antioksidan, Anti inflamasi Antioksidan Anti hipertensi

Antioksidan

Antioksidan Antivirus, Antibakteri Antivirus, Antibakteri

Antioksidan, Antivirus, Antineoplastik Antioksidan, Antivirus, Antihipertensi

Kandungan Utama Alkaloids pada kulit delima

Pelletierine Valoneic acid dilactone

Antioksidan Antidiabet

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

15

2.4.4 Morfologi

Habitus berupa semak atau pohon kecil, tinggi hingga 5 m, percabangan

banyak, lemah dan berduri pada ketiak daunnya. Daun berkelompok, seolah-olah

cabang terbagi-bagi dalam buku-buku; bentuk daun lonjong sampai lanset,

pangkalnya lancip dan ujungnya tumpul, lokos, panjang 1-9 cm, lebar 0,5-2,5 cm,

tangkai daun pendek sekali. Perbungaan: bunga keluar di ketiak daun yang paling

atas atau di ujung ranting, biasanya terdapat 1-5 bunga; kelopak bunga berbentuk

tabung bergigi dalam, wama merah atau kuning muda, panjangnya 2-3 cm;

helaian mahkota bunga berbentuk bundar atau lonjong, berwarna merah atau

putih; panjang tangkai putik sampai 1,25 cm. Buah bentuknya bulat dengan

diameter 5-12 cm, warnanya beragam: hijau keunguan, putih, coklat kemerahan

atau ungu kehitaman. Bijinya banyak, susunannya tidak beraturan, warnanya

merah, merah jambu atau putih. Masa berbunganya sepanjang tahun (BPOM RI,

2011).

2.5 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara

perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan

pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas.

Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai

pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak

dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung

bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2014).

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Dirjen POM, 2000).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

16

2.5.1 Ekstraksi Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar) (Dirjen POM, 2000). Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan),

serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut

disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan

yang sering, sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok

digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari, et al., 2011).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umunya dilakukan pada temperatur

ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus sampai

diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Ditjen POM,

2000).

2.5.2 Ekstraksi Cara Panas

1. Soxhlet

Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen

POM, 2000).

2. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

(Ditjen POM, 2000).

3. Infus

Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-98 ºC) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

17

4. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≧ 30 ºC) dan

temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-

50 ºC (Ditjen POM, 2000).

2.5.3 Macam-Macam Teknik Ekstraksi Lain

1. Ekstraksi Berkesinambungan

Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang

berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berturutan

beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi (jumlah

pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbagi ke dalam

beberapa bejana ekstraksi (Ditjen POM, 2000).

2. Superkritikal Karbondioksida

Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk simplisisa, dan

umumnya digunakan gas karbondioksida. Penghilangan cairan pelarut dengan

mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah, sehingga

hampir langsung diperoleh ekstrak (Ditjen POM, 2000).

3. Ekstraksi Ultrasonik

Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses ekstrak

dengan prinsip meningkatkan permiabilitas dinding sel, menimbulkan

gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta menimbulkan

fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas

alat dan lama proses ultrasonikasi (Ditjen POM, 2000).

4. Ekstraksi Energi Listrik

Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet serta

“electric-discharges” yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil

dengan prinsip menimbulkan gelembung spontan dan menyebarkan gelombang

tekanan berkecepatan ultrasonik (Ditjen POM, 2000).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

18

2.6 Kosmetik

Kosmetikos (Yunani) merupakan asal kata dari kosmetik yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI

No.445lMenKes/Permenkes/1998, kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan

yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir

& organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan,

menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan

baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono & Latifah, 2007).

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa

percaya diri, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi, dan

faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan membantu seseorang lebih

menikmati dan menghargai hidup (Tranggono & Latifah, 2007). Berdasarkan

kegunaannya kosmetik dibedakan menjadi kosmetik perawatan kulit (skin-care

cosmetics), dan kosmetik riasan (dekoratif atau make up). Kosmetik perawatan

kulit terdiri dari kosmetik untuk membersihkan kulit atau cleanser (sabun,

cleansing cream dan cleansing milk), kosmetik untuk melembabkan kulit atau

moisturizer (moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream), kosmetik

pelindung kulit (sunscreen cream, sunscreen foundation, sunblock cream/lotion),

kosmetik untuk menipiskan kulit atau peeling (scrub cream). Kosmetik riasan

diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan

penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik,

seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna

dan zat pewangi sangat besar. Contoh dari kosmetik riasan adalah foundation, eye

make up, lipstick, rouges, dan blusher (Wasitaatmadja 1997; Tranggono &

Latifah, 2007).

2.7 Gel

Menurut Farmakope Indonesia edisi V, gel atau jeli merupakan sistem semi

padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau

molekul organik yang besar terpenetrasi oleh suatu cairan (Departemen Kesehatan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

19

Republik Indonesia, 2014). Gel didefinisikan sebagai suatu sistem semi padat

yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang

kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel umumnya

mengandung air, tetapi etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase

pembawa. Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan

tembus cahaya yang mengandung zat aktif dalam keadaan terlarut (Ansel, 1989).

Sediaan dalam bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan seperti tidak

lengket, tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit, mudah dicuci dan

dioleskan. Untuk menjaga integritas produk viskositas gel harus terjaga pada

segala suhu yang mungkin terjadi selama proses pengangkutan dan penyimpanan.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan gel yang baik adalah

pemilihan dan pembuatan basis gel dimana terdiri dari bahan pembentuk gel,

humektan, pengawet dan air (Tranggono & Latifah, 2007).

2.8 Masker peel off

Kosmetika wajah yang umumnya digunakan tersedia dalam berbagai bentuk

sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah peel-off. Masker peel-off

biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan ke kulit muka. Setelah

alkohol yang terkandung dalam masker menguap, terbentuklah lapisan film yang

tipis dan transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15-30 menit,

lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan mempunyai derajat

spesifikasi tinggi, walaupun demikian spektrum tersebut sesuai untuk

pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat spektrum tersebut bermanfaat

sebagai tambahan untuk identifikasi (Harmita, 2006).

2.9 Komponen Bahan Dalam Formulasi Masker

2.9.1 Polyethylene Glycol (PEG) 1500

Gambar 2.3 Rumus bangun PEG (Rowe et al., 2009)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

20

PEG (Polyethylen glycol) merupakan salah satu jenis bahan pembawa

yang sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu formulasi

untuk meningkatkan pelarutan obat yang sukar larut. PEG mempunyai rumus

empiris HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH di mana m mewakili rata-rata dari grup

oxyethylene. Nama lain dari basis ini adalah Carbowax; Carbowax Sentry;

Lipoxol; Lutrol E; macrogola; Pluriol E; dan polyoxyethylene glycol.

Polyethylen glycol 200-600 dalam bentuk cair, sedangkan Polyethylen

glycol 1000 ke atas dalam bentuk padat pada suhu ruang. Bentuk padat

(PEG>1000) berwarna putih atau putih tulang, konsistensinya seperti pasta

hingga lempengan- lempengan lunak, berbau manis, dan secara kimia stabil

dalam udara & larutan (walaupun pada berat molekul kurang dari 2000 bersifat

higroskopis). PEG tidak mengiritasi kulit, tidak terpenetrasi pada kulit

walaupun dapat larut dalam air, dan mudah dibersihkan pada kulit dengan

pencucian. PEG biasanya digunakan pada formulasi farmasetika diantaranya

pada sediaan parental, topikal, optalmik, oral, dan preparat rektal (Rowe et al.,

2006).

2.9.2 Polyvinyl Alcohol (PVA)

Gambar 2.4 Rumus bangun PVA (Rowe et al., 2009)

Polyvinyl alcohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air dengan

rumus (C2H4O)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial terletak

di antara 500 dan 5000, setara dengan rentang berat molekul sekitar 20.000-

200.000. Polyvinyl alcohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem,

dan tidak berbau (Rowe et al., 2009). Polyvinyl alcohol larut dalam air, sedikit

larut dalam etanol (95%), dan tidak larut dalam pelarut organik. Polivinil

alkohol umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Bahan ini

bersifat noniritan pada kulit dan mata pada konsentrasi sampai dengan 10%,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

21

serta digunakan dalam kosmetik pada konsentrasi hingga 7% (Rowe et al.,

2009).

2.9.3 Propylene glycol (PG)

Gambar 2.5 Rumus bangun Propylene glycol (Rowe et al., 2009)

Pada sediaan topikal propylene glycol berfungsi sebagai humektan, yaitu

bahan yang dapat memepertahankan kandungan air pada sediaan dan lapisan kulit

terluar pada saat produk diaplikasikan dengan rentang konsentrasi ± 15%.

Propylene glycol selain sebagai humektan juga memiliki beberapa fungsi

diantaranya adalah sebagai pengawet, desinfektan, pelarut, agen penstabil, co-

solvent dan plasticizer yang dapat dicampur dengan air. Pada rentang 15-30%

propylene glycol berfungsi sebagai pengawet sediaan semisolid. Zat ini bersifat

nontoksik, kecuali digunakan melebihi batas maksimal dalam sediaan topikal akan

menyebabkan iritasi (Rowe et al., 2009).

Propylene glycol memiliki pemerian cairan kental, jernih, tidak berwarna,

rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Kelarutannya

dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut dalam eter dalam beberapa

minyak lemak (Rowe et al., 2009).

2.9.4 Methylparaben (Nipagin M)

Gambar 2.6 Rumus bangun Methylparaben (Rowe et al., 2009)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

22

Methylparaben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Methylparaben

dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lainatau dengan

zat antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, metilparaben merupakan pengawet

yang paling sering digunakan (Rowe et al., 2009).

Methylparaben (C8H8O3) berbentuk kristal tak berwarna atau bubuk

kristal putih. Zat ini tidak berbau atau hampir tidak berbau. Methylparaben

merupakan paraben yang paling aktif. Aktivitas antimikroba meningkat dengan

meningkatnya panjang rantai alkil. Aktivitas zat dapat diperbaiki dengan

menggunakan kombinasi paraben yang memiliki efek sinergis terjadi.

Kombinasi yang sering digunakan adalah dengan metil-, etil-, propil-, dan butil

paraben. Aktivitas Methylparaben juga dapat ditingkatkan dengan

penambahan eksipien lain seperti: propilen glikol (2-5%), phenylethyl alkohol,

dan edetic acid (Rowe et al., 2009).

Methylparaben berbentuk serbuk hablur halus, warna putih, hampir tidak

berbau, rasa sedikit membakar dan diikuti rasa tebal. Zat ini larut dalam 500

bagian air, dalam 20 bagian air panas, dalam 5 bagian propilen glikol, dalam

3,5 bagian etanol, dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam

larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol dan dalam 40 bagian

minyak lemak. Metil paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba dan

antijamur dalam kosmetik dan farmasi sediaan topical. Dapat digunakan secara

tunggal, atau dengan kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba

lain. Efektifitas pengawet ini memiliki rentang pH 4-8.

Paraben (hidroksibenzoat) efektif pada rentang pH yang besar dan

mempunyai spektrum antimikroba yang luas meskipun lebih efektif terhadap

jamur dan kapang. Pengunaan topikal metilparaben berkisar antara 0,02 - 0,3%

(Rowe, Sheskey & Quinn, 2006; Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2014).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

23

2.9.5 Propylparaben (Nipasol M)

Gambar 2.7 Rumus bangun Propylparaben (Rowe et al., 2009)

Propylparaben (C10H12O3) berbentuk bubuk putih, kristal, tidak

berbau, dan tidak berasa. Propylparaben banyak digunakan sebagai pengawet

antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi.

Propilparaben menunjukkan aktivitas antimikroba antara pH 4-8. Efikasi

pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion

fenolat. Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur daripada terhadap bakteri.

Mereka juga lebih aktif terhadap gram-positif dibandingkan terhadap bakteri

gram-negatif (Rowe et al., 2009).

2.9.6 Aquadest

Gambar 2.8 Rumus bangun Aquadest (commons.wikimedia.org)

Aquadest (H₂ O) adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang

dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain

yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain serta mempunyai pH antara

5,0 sampai 7,0 dan BM 18,02. Air murni digunakan untuk pembuatan sediaan-

sediaan. Bila digunakan untuk sediaan steril, selain untuk sediaan parenteral,

air harus memenuhi persyaratan uji sterilitas, atau gunakan air murni steril

yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba (Depkes, 2014).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/42980/3/jiptummpp-gdl-rizkyilham-51075-3-babii.pdf · yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Sedangkan pada

24

2.9.7 Ascorbic Acid (Vitamin C)

Gambar 2.9 Rumus bangun vitamin C (Rowe et al., 2009)

Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6

yang dapat larut dalam air. Asam askorbat atau vitamin C memiliki nama

sistematis IUPAC (5R)- [(1S)-1,2-dihidroksetil]-3,4-dihidroksifuran-2(5H)-on.

Mempunyai rumus kimia C6H8O6 dengan berat molekul 176 gram/mol dan

pH 2,1 - 2,6. Zat ini berwujud kristal putih kekuningan dengan kelarutan yang

tinggi dalam air (Kumar et al., 2011).