bab ii tinjauan pustaka 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10....

28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang: (1) Kajian Teoritis, (2) Kajian Penelitian yang Relevan. 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Implementasi Kurikulum 2013 2.1.1.1 Pengertian Kurikulum 2013 Istilah kurikulum ”curriculum” pada mulanya berasal dari kata curir yang berarti “pelari” dan “curere” yang mengandung makna “tempat berpacu”, yang pada awalnya kata tersebut digunakan di dalam dunia olahraga. Pada saat ini kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Lantas pengertian tersebut mengalami perluasan dan juga digunakan dalam dunia pendidikan yang kemudian menjadi sejumlah mata pelajaran subject yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal saat ia mulai masuk sekolah hingga akhir program pelajaran itu sendiri selesai guna memperolah penghargaan dalam bentuk ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan (Muzamiroh, 2013:13). Kurikulum adalah aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik didalam maupun di luar sekolah (Subandijah, 1993:2). Menurut Posner (1992) dalam Muhammad Nuh (2013: 32) kurikulum adalah seluruh pengalaman yang direncanakan yang akan di alami oleh siswa dalam seluruh proses pendidikan di sekolah; sehingga tujuan pendidikan tercapai.

Upload: others

Post on 06-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang: (1) Kajian Teoritis, (2) Kajian Penelitian yang

Relevan.

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Implementasi Kurikulum 2013

2.1.1.1 Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum ”curriculum” pada mulanya berasal dari kata curir yang

berarti “pelari” dan “curere” yang mengandung makna “tempat berpacu”, yang

pada awalnya kata tersebut digunakan di dalam dunia olahraga. Pada saat ini

kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai

dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Lantas

pengertian tersebut mengalami perluasan dan juga digunakan dalam dunia

pendidikan yang kemudian menjadi sejumlah mata pelajaran subject yang harus

ditempuh oleh seorang siswa dari awal saat ia mulai masuk sekolah hingga akhir

program pelajaran itu sendiri selesai guna memperolah penghargaan dalam bentuk

ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah

menyelesaikan suatu jenjang pendidikan (Muzamiroh, 2013:13).

Kurikulum adalah aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan,

diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik didalam

maupun di luar sekolah (Subandijah, 1993:2). Menurut Posner (1992) dalam

Muhammad Nuh (2013: 32) kurikulum adalah seluruh pengalaman yang

direncanakan yang akan di alami oleh siswa dalam seluruh proses pendidikan di

sekolah; sehingga tujuan pendidikan tercapai.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

11

Pengalaman itu mengandung beberapa hal antara lain, Pengalaman itu

menyangkut pengalaman kurikuler di kelas, pengalaman kokurikuler, dan

pengalaman diluar sekolah (ekstra kurikuler). Kurikulum yang disiapkan oleh

sekolah oleh sekolah atau guru bagi siswanya, menyangkut seluruh pengalaman

yang diharapkan akan dialami oleh siswa di kelas. Pengalaman itu menyangkut

apa saja yang akan dipelajari siswa di kelas, apa yang akan dilakukan di kelas,

kegiatan apa saja yang disediakan di kelas dalam seluruh proses belajar.

Kebanyakan kurikulum, apapun keterangannya, memuat perencanaan tetang hal

ini. Bahkan banyak kurikulum yang hanya membatasi pengalaman di kelas saja.

Pengalaman itu juga berisi pengalaman yang akan terjadi di luar kelas sebagai

pengalaman kokurikuler. Misalnya, apa yang harus dilakukan di laboratorium, di

bengkel sekolah, sebagai bantuan pada apa yang di pelajari di kelas.

Pengalaman itu berkaitan dengan konteks, filsafat, isi, pengaturan isi,

metode, evaluasi. Dalam pengertian ini pengalaman yang direncanakan juga harus

memperhatikan konteks siswa yang akan dibantu dalam proses pendidikan. Maka,

kurikulum tidak dapat sama dalam seluruh negara karena konteks siswa sangat

berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Pengalaman itu hanya

akan jalan bila beberapa hal berikut di sertakan atau dilibatkan: a.) Guru

memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Hampir semua program dan

policy nantinya yang akan menangani adalah guru. Maka, penting menjelaskan

guru yang diharapkan, karakternya, dan kompetensinya serta kinerja dan pribadi

guru, b) Fasilitas menjadi unsur penunjang yang penting dalam kurikulum. Tanpa

adanya fasilitas maka rencana siswa untuk mengalami pengalaman yang disiapkan

tidak akan terjadi, c) Infrastruktur Rencana akan live in tidak akan jalan bila tidak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

12

ada fasilitas yang diperlukan. Bila tidak ditemukan tempat live in tidak ada

kendaraan untuk menuju live in, tidak ada pendamping dalam live in, maka live in

akan tidak berjalan dengan baik, d) Buku juga merupakan sarana yang sangat

penting dalam proses belajar. Tanpa adanya buku maka pendidikan akan sulit

berjalan dengan baik. Memang sekarang ada internet tetapi belum merata

terjangkau di seluruh ndonesia, sehingga buku tetap masih sangat dibutuhkan, e)

Situasi dan suasana sekolah juga perlu diatur sehingga membantu siswa dalam

belajar. Suasan sekolah yang tidak kondusif pasti kurang membantu siswa dalam

mengembangkan pengetahuan dan hidup mereka.

Pengertian kurikulum seperti yang dijabarkan di atas di anggap terlalu

sederhana (Muzamiroh, 2013 :15). Karena pada dasarnya istilah kurikulum tidak

hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua

pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami secara langsung oleh

siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya. Oleh karena itu, pengertian

kurikulum diorganisasi ada dua, pertama, kurikulum adalah sejumlah rencana isi

yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan

petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupah proses yang statis ataupun

dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kedua, kurikulum adalah seluruh

pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang

membawa kedalam kondisi belajar.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah di

gagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Bompetensi( KBK) 2004, tetapi belum

terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan kurikulum

tingkat satuan pendidikan 2006 (Muzamiroh, 2013:1). Pengertian kurikulum

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

13

senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan ukuran suatu

pengertian praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai

pengertian kurikulum maka secara teoritis kita agak sulit menentukan suatu

pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Sedangkan konsep kurikulum

meliputi: 1) Sebagai substansi, yang di pandang sebagai rencana pembelajaran

bagi siswa atau perangkat tujuan yang ingin di capai, 2) Sebagai sistem,

merupakan bagian dari sistem persekolahan,pendidikan, dan bahkan masyarakat,

3) Sebagai bidang studi, merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan

untuk mengembangkan ilmu tenteng kurikulum dan sistem kurikulum.

Kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi

Indonesia 2045 (100 tahun Indonesia merdeka), sekaligus memanfaatkan

momentum populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar

menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi (Mohamad Nuh,

2013: 1)

2.1.1.2 Landasan Hukum Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang lebih

menekankan kepada standar Isi, Standar Proses, Standar Peniliaan dan Standar

Pengelolaan. Diharapkan nantinya ada perubahan dalam kegiatan pembelajaran.

Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang

dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan insan Indonesia untuk

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

14

Landasan hukum penyelenggaraan Kurikulum 2013 adalah : 1.) Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional; 2.) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025; 3.) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen; 4.) Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru; 5.)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005;

6.) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54

tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah; 7.) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

8.) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66

tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan; 9.) Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 Tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah;

2.1.1.3 Implementasi kurikulum 2013

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan

kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini

mencangkup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang

dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk

perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan

(Oemar, 2010: 9). Ada beberapa aspek yang terkandung dalam konsep

kompetensi, antara lain sebagai beikut; pengetahuan (knowledge), pemahaman

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

15

(understanding), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat

(interest).

Terdapat dua landasan teoritis yang mendasari Kurikulum 2013 berbasis

kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah

pembelajaran individual (Kunandar, 2013: 12). Dalam pembelajaran individual

setiap peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan kemampuan

masing-masing. Untuk itu, diperlukan pengaturan kelas yang fleksibel, baik

sarana maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan

kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan

ajar yang berbeda pula. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery

learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah suatu

falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang

tepat, semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan

hasil yang baik. (Kunandar, 2013: 14) Dengan demikian, setiap peserta didik

dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang

cukup.

Pendidikan formal di sekolah kurikulum memiliki peranan yang sangat

strategis dan menentukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

Kurikulum memiliki banyak peranan, Oemar hamalik (dalam Muzamiroh,

2013:24) terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu sebagai berikut :

1) Peranan konservatif, Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat

dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa

lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam

hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

16

kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat

mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya

merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan

membina prilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial, 2) Peranan kreatif, Ilmu

pengetahuan dan aspek-aspek yang lain akan senantiasa mengalami perubahan

yakni mengalami perkembangan sesuai dengan zamannya. Oleh karena itu

peranan kreatif disini menekankan agar kurikulum juga mampu mengembangkan

sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan zaman yang dibutuhkan oleh

masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Kurikulum harus mengandung

hal-hal yang dapat membantu peserta didik dalam rangka mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya guna memperoleh dan mendalami pengetahuan-

pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang

dibutuhkan dalam kehidupannya sesusai dengan tuntutan perkembangan zaman,

3) Peranan kritis dan evaluatif , Peranan kritis dan evaluatif dilatar belakangi oleh

adanya kenyataan bahwa nilai – nilai dan budaya yang aktif dalam masyarakat

senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai – nilai budaya

masalalu kepada peserta didik perlu adanya penyesuaian yakni disesuaikan

dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. Sealain dari itu perkembangan yang

terjadi pada saat ini dan saat yang akan datang belum tentu sesuia dengan apa

yang dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak hanya mewariskan

nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,

akan tetapi juga harus memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan

budaya serta pengetahuan baru yang hendak diwariskan. Oleh karena itu

kurikulum juga diharapkan mampu berperan aktif dalam control atau filter sosial.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

17

Nilai – nialai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini

dihilangkan dan diadakan modivikasi dan penyempurnaaan.

Ketiga peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara

berimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Sebab jika tidak,

akan terjadi ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan

menjadi tidak optimal lagi. Menyelaraskan ketiga peranan penting tersebut adalah

tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya

guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, peserta didik dan juga masyarakat.

Maka dengan demikian pihak – phak yang terkait harusnya bisa memahami

terhadap tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai dangan bidang dan

tugasnya

2.1.1.3.1 Peran Kurikulum 2013

Muzamiroh dalam bukunya kupas tuntas kurikulum, (2013:133),

mengemukakan bahwa Menteri Pendidikan dan Budaya menjelaskan bahwa

kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integrative yang berarti bahwa ada mata

pelajaran yang terkait satu sama lain yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan

dihilangkan melainkan digabung. Pada kurikulum ini, guru tak lagi dibebani

dengan kewajiban membuat silabus pengajaran untuk siswa setiap tahun seperti

yang terjadi pada KTSP.

Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam Kompetisi Inti

(KI) dan Kompetensi Dasar (KD), bahkan silabus dan buku, telah dipriskripsikan

secara terpusat. Henny Supolo Sitepu (Mohammad Nuh, 2013:192) kurikulum

2013 ini memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) kurikulum 2013 menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

18

dimiliki lulusan, yaitu sifat individu, sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi

“akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU No 20/2003 tujuan system

pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai sikap individu yaitu jujur,

disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap sosial yaitu

memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan sikap

alam mencakup pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotic dan

cintaperdamaian.

Kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap jenjang (Mohammad Nuh,

2013:231). Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk pembentukan sikap. Sementara

tingkat SMP difokuskan untuk mengasah keterampilan dan untuk tingkat SMA

dimulai membangun pengetahuan.

2.1.1.3.2 Fungsi Kurikulum

Kurikulum berfungsi sebagai sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru

berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan belajar

mengajar. Sementara bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum berfungsi

pedoman dalam melakukan supervisi atau pengawas. Bagi orang tua kurikulum

berfungsi sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi

masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan

bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi peserta didik

berfungsi sebagai pedoman belajar (Muzamiroh, 2013:18).

2.1.1.3.3 Kendala Kurikulum 2013

Berdasarkan pemaparan Muzamiroh (2013:124) pemberlakuan kurikulum

baru akan melahirkan hiruk pikuk dalam persoalan teknis adalah sebagai berikut :

1) Perampingan jumlah mata pelajaran akan menimbulkan masalah guru-guru

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

19

yang bidang studinya ditiadakan di dalam kurikulum. Contoh kurikulum untuk SD

atau MI, maka guru bidang studi IPA, IPS, dan Bahasa Inggris akan bagaikan di

PHK. Ini menambah kompleksitas persoalan yang sudah ada selama ini tentang

pemenuhan persyaratan minimal jam mengajar per minggu sebagai syarat

penerimaan tunjangan sertifikasi, 2) Para Kepala Sekolah akan bingung. Guru-

guru yang bidang studinya tidak ada didalam kurikulum harus mengajar mata

pelajaran yang tidak sesuai dengan latar pendidikannya. Contohnya yaitu seorang

guru IPA apabila ditugaskan mengajar Bahasa Indonesia akan tidak sesuai dengan

ketentuan profesional yang mensyaratkan guru harus mengajar sesuai dengan latar

belakang pendidikan guru tersebut, 3) Para pemegang perusahaan seperti penerbit

akan mengalami kerugian besar akibat tidak dipakainya buku-buku berbagai mata

pelajaran yang tidak ada lagi di dalam kurikulum, 4) Dengan kurikulum baru

berkonsep dan berparadigma baru, kemungkinan ujian nasional tidak relevan lagi

untuk dipertahankan.

Selain kendala yang telah dijelaskan di atas, pada kurikulum 2013 juga ada

kerancuan (Mohammad Nuh, 2013:162) menjelaskan 2 kerancuan kurikulum

2013, yaitu dari enam mata pelajaran sekolah dasar yang ditetapkan menunjukkan

ketidakseimbangan antara mata pelajaran yang berorientasi pada masa lampau,

yang lebih menekankan pada pewarisan nilai-nilai, dan mata pelajaran yang

membentuk pola pikir murid untuk menghadapi masa depan yang sarat dengan

nalar dan konsep saintifik.

Mata pelajaran Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn), serta Bahasa Indonesia adalah rumpun pengetahuan yang bersifat

deduktif yang menuntun berpikir aksiomatis apriori dari dalil-dalil yang umum.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

20

Sementara sains (seperti IPA dan IPS) adalah pengetahuan “ilmiah” yang

bertolakdari fakta-fakta empirik yang partikular. Ketidakseimbangan ini akan

mempengaruhi alur dan kekuatan berpikir serta nalar kritis anak.

Kerancuan ini semakin tampak ketika Kurikulum 2013 menggunakan

pendekatan berbasis sains, yaitu mendorong siswa agar mampu lebih baik dalam

melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan

(mempresentasikan) dengan obyek pembelajaran fenomena alam, sosial, seni,dan

budaya. Seharusnya, setiap murid mendapatkannya sesuai dengan bakat dan minat

yang mereka miliki, karena itu tak layak diberikan secara klasikal. Sementara

itu,karena keterbatasan fasilitas dan kemampuan guru, pembelajaranpun menjadi

teoritis.

Chodidjah (dalam Mohammad Nuh, 2013:181) menuliskan terlepas

dengan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, guru sebagai unsur

terpenting harus menjadi pemikiran utama. Sebab gagalnya guru dalam

mengimplementasikan kurikulum, maka gagal pula pelaksanaan kurikulum 2013.

Pelatihan yang dilakukan sekadar sebagai sosialisasi kurikulum baru tanpa

menyertakan pola pendekatan pengajaran di kelas secara konkret akan menjadi

penghalang terbesar tercapainya tujuan perubahan kurikulum.

Sasaran utama sebuah reformasi kurikulum adalah perbaikan kualitas

siswa, maka yang menentukan keberhasilannya adalah proses pembelajaran yang

lansung dipimpin oleh guru. Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran

dengan, proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang sebelumnya. Untuk

sampai pada tingkat penerapan dikelas, maka guru akan menentukan materi ajar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

21

sebagai alat untuk mencapai tujuan, serta membuat alat ukur untuk mengevaluasi

keberhasilan apayang diajarkan.

Chodidjah (dalam Mohammad Nuh,2013:183) sedikitnya ada tiga alasan

penting kenapa Kurikulum 2013 tidak akan dapat mencapai sasaran yang

dicanangkan. Yang pertama tentunya proses pengembangan kurikulum yang tidak

didahului oleh riset yang menyeluruh. Selanjutnya adalah anggapan bahwa

dengan dibuatkan silabus dari pusat, guru tidak akan repot lagi menyusunnya

sendiri dan terakhir adalah pengutamaan penyusunanan materi ajar sebagai salah

satu solusi atas kesuksesan implementasi kurikulum.

Pengertian kurikulum diorganisasi ada dua, pertama, kurikulum adalah

sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain

untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupah proses yang

statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kedua, kurikulum

adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi

pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.

2.1.2 Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013

Kata karakter berasal dari bahasa yunani: charas sein, yang berarti (pada

awalnya) coretan, atau goresan. Kemudian berarti stempel atau gambaran yang

ditinggalkan oleh stempel itu (Ahmadi 2001: 239). Adapun pengertian secara

istilah, Sujanto (2008: 102) mendefinisikan karakter sebagai pribadi jiwa yang

menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan pernyataan, dalam hubungannya

dengan bakat, pendidikan, pengalaman, dan alam sekitarnya. Menurut Purwanto

(2004: 144) mengartikan watak atau karakter lebih umum dari pada sikap, sifat,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

22

dan tempramen. Ia menyimpulkan bahwa sikap, sifat, dan tempramen termasuk ke

dalam watak atau karakter.

Berangkat dari pandangan bahwa karakter dapat dipengaruhi oleh

pendidikan, maka pendidikan karakter dimunculkan untuk mencetak karakter

manusia yang sesuai dengan keinginan dan cita-cita Negara dan agama.

Pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk membentuk anak didik yang

memiliki karakter yang telah di rumuskan oleh setiap lembaga pendidikan.

Langkah untuk menuju ke sana memerlukan beberapa proses yang harus dilalui,

diantaranya dengan pemahaman nilai-nilai dalam karakter serta metodologi

pendidikan karakter.

Kurikulum berbasis pendidikan karakter menyatakan bahwa pendidikan

karakter yang secara sistematik diterapkan dalam pendidikan dasar dan menengah

merupakan sebuah daya tawar berharga tinggi bagi seluruh komunitas. Para siswa

memperoleh keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang

mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka, membuat hidup mereka

lebih bahagia dan lebih produktif. Tugas-tugas guru menjadi lebih ringan dan

lebih memberikan kepuasan ketika para siswa memiliki disiplin yang lebih besar

dalam kelas. Orang tua bergembira ketika anak-anak mereka belajar untuk

menjadi lebih sopan, memiliki rasa hormat dan produktif. Para pengelola sekolah

akan menyaksikan berbagai macam perbaikan dalam hal disiplin, kehadiran,

pengamalan nilai-nilai moral bagi siswa maupun guru, demikian juga

berkurangnya tindakan bullying di dalam sekolah. Kurikulum Berbasis Pendidikan

Karakter adalah sesuatu yang dapat dididik dan dirubah, maka dalam upanya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

23

pembentukan karakter, lembaga pendidikan juga berperan dalam pembentukan

karakter manusia melalui adanya program pendidikan karakter di sekolah.

2.1.2.1 Pendidikan Karakter

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang

melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan pendidikan karakter

adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai (mu’in, 2011:160).

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

standar kompetensi lulusan (Amir, 2011:31).

2.1.2.2 Nilai – Nilai Karakter dalam Pengembangan Pendidikan Karakter

2.1.2.2.1 Isi Pendidikan Karakter

Isi pendidikan karakter harus komprehensif. Artinya, meliputi semua

permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi

sampai pertanyaan-pertanyaan etika secara umum (Zuchdi, 2011:36). Isi atau

materi pendidikan karakter dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal nilai moral

atau nilai akhlak, yaitu 1) akhlak terhadap Tuhan Y.M.E (mengenal Tuhan

sebagai Pencipta dan sifat-sifatNya, beribadah kepada Tuhan Y.M.E, meminta

tolong kepadaNya); 2) akhlak terhadap sesama (diri sendiri, orang tua, orang yang

lebih tua, teman sebaya, orang yang lebih muda); dan (3) akhlak terhadap

lingkungan (alam, baik flora maupun fauna dan sosial-masyarakat).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

24

2.1.2.2.2 Metode Pendidikan Karakter

Metode pendidikan karakter juga harus komprehensif, termasuk di

dalamnya inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan, penyiapan generasi

muda agar dapat mandiri dengan memfasilitasi pembuatan keputusan moral secara

bertanggung jawab, dan pemberian kesempatan untuk melakukan keterampilan

hidup yang bermuatan nilai-nilai kebaikan.

2.1.2.2.3 Proses Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses

pendidikan, baik di dalam kelas, kegiatan ekstrakurikuler, proses bimbingan dan

penyuluhan, upacara-upacara pemberian penghargaan, dan semua aspek

kehidupan.

2.1.2.2.4 Subjek Pendidik Karakter

Subjek Pendidik karakter hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam

masyarakat dan didukung oleh segenap komponen masyarakat. Jika salah satunya

tidak melaksanakan, maka keberhasilan pendidikan karakter tidak optimal. Orang

tua, guru, pemimpin, para awak media komunikasi, lembaga keagamaan, penegak

hukum, polisi, organisasi kemasyarakatan, semua perlu berpartisipasi dalam

pendidikan karakter. Konsistensi semua pihak dalam melaksanakan pendidikan

karakter memengaruhi kualitas moral generasi muda.

2.1.2.2.5 Evaluasi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter juga memerlukan evaluasi yang komprehensif.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan

karakter meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai atau moral (moral

knowing), perasaan moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

25

Oleh karena itu, evaluasi pendidikan karakter juga mencakup tiga ranah tersebut,

yaitu berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi afektif, dan evaluasi perilaku

(Zuchdi, 2010:51).

2.1.3 Nilai-nilai Kemanusiaan sebagai Dasar Pembentukan Karakter Siswa

Kata nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 112) memiliki arti

sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan

suatu hal yang dianggap baik atau buruk bagi kehidupan. Nilai merupakan suatu

yang abstrak, namun hal tersebut menjadi pedoman bagi kehidupan masyarakat.

Sedangkan pengertian “kemanusiaan” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 77) memiliki arti sifat-sifat yang layak bagi manusia pada

umumnya. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai kemanuasiaan

adalah suatu hal yang dapat memanusiakan manusia atau bisa dikatakan juga

kembali pada fitrah manusia yang memiliki manfaat bagi kehidupan bersama.

Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran

sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani

manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya

baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap

lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa

hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat

adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil

dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap

masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap

Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan yang beradab mengandung makna

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

26

bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi pekerti, tata

krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu pengetahuan, dsb.

Semua aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia tetap beradab,

tetap menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia. Adab diperlukan

agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai. Pokok pikiran dari

sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab : 1.) Menempatkan manusia sesuai

dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Maksudnya, kemanusiaan itu

universal, 2.) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.

Menghargai hak setiap warga dan menolak rasialisme. 3.) Mewujudkan keadilan

dan peradaban yang tidak lemah.

2.1.3.1 Penerapan Nilai Kemanusiaan

Kebiasaan adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis dan

juga sampai melakukannya tanpa berfikir. Kebiasaan yang dilakukan terus

menerus hingga menjadi bagian daripada manusia dan itu adalah yang menjadi

sebuah Perilaku. Perilaku akan selalu mendampingi hidup seseorang akan

menjadi mempermudah atau yang memberatkan yang akan mensukseskan atau

membuat gagal.

2.1.3.2 Pengembangan Kurikulum 2013

Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003

adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Kemendikbud, 2014: 37). Dalam hal ini menekankan pada

memanusiakan manusia (humanizing human being).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

27

2.1.3.3 Pengintegrasian Nilai Kemanusiaan dalam Silabus dan Rpp pada

Pembelajaran PPkn

Nilai-nilai kemanusiaan yang adil dapat diwujudkan dengan

pengintegrasian pendidikan anti korupsi dalam Silabus dan Rpp pada

pembelajaran PPKn. Menurut Wibowo (2013:58) menyatakan bahwa prosedur

pengintegrasian pendidikan anti korupsi ke dalam RPP di antaranya adalah (1)

menyisipkan indikator materi pendidikan antikorupsi, (2) menyisipkan materi

pendidikan antikorupsi pada tujuan pembelajaran, (3) menguraikan indikator

materi pendidikan anti korupsi pada materi pembelajaran, (4) merencanakan

pembelajaran materi pendidikan antikorupsi dalam langkah-langkah

pembelajaran, (5) menambahkan sumber belajar, dan (6) menyisipkan instrumen

tentang materi pendidikan anti korupsi dalam penilaian pelajaran.

2.1.4 Pembelajaran PPKn Berbasis nilai-nilai Kemanusiaan dalam

Kurikulum 2013

Kebijakan nasional menegaskan bahwa pembangunan karakter dibutuhkan

dalam proses berbangsa dan bernegara. Hal itu dituangkan dalam Undang-Undang

No.23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bahwa

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa,berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

28

Menurut Wibowo (2013:19) mengatakan bahwa dalam struktur kurikulum

disekolah pada umumnya ada dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan

pengembangan karakter dan akhlak mulia, yaitu pendidikan agama dan

Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata

pelajaran yang secara langsung mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu

menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Selain itu, lebih

memfasilitasi internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari, melalui

proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Pengenalan nilai-nilai sebagai pengetahuan bukan merupakan penekanan

yang paling utama, tetapi yang ditekankan atau diutamakan adalah

pengimplementasian nilai-nilai karakter melalui kegiatan dalam proses

pembelajaran. PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang berperan dalam

membangun karakter bangsa memiliki cakupan nilai-nilai yang bertujuan

membentuk peserta didik agar berkarakter.

Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character

building) merupakan dua hal utama yang perlu dilakukan bangsa Indonesia agar

dapat mempertahankan eksistensinya Budimansyah (2010:1 ). Keduanya ibarat

dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Pembangunan

bangsa harus berbarengan dengan pembangunan karakter demikian pula

sebaliknya. Hal ini tersirat dalam syair lagu kebangsaan kita “bangunlah jiwanya

bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”.Membangun jiwa adalah

membangun karakter manusia dan bangsa. Inti karakter adalah

kebajikan(goodness) dalam arti berfikir baik (thinking good), berperasaan baik

(feeling good), dan berperilaku baik (behaving good). Dengan demikian karakter

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

29

itu akan tampak pada kesatuan pikiran, perasaan, dan perbuatan yang baik dari

bangsa Indonesia.”

Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa perlunya pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mendidik

anak bangsa menjadi warga Negara yang baik.Hal ini tentunya sangat didambakan

bagi seluruh masyarakat agar generasi penerus bangsa ini dapat menjadi warga

Negara yang baik sekaligus dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.Oleh karena itu diperlukan suatu mata pelajaran yang bersubstansi

sebagai pendidikan karakter tersebut.Salah satunya yaitu melalui Pendidikan

kewarganegaraan.

“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses pendewasaan bagi

warga Negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan dan

pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga Negara tersebut dalam hal

pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris.”( Gatara

2013:2 ).

Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan bersubstansi sebagai

pendidikan nasional yang mencakup nilai-nilai kebangsaan. Masyarakat

seharusnya menyadari pentingya Pendidikan Kewarganegaraan untuk

mempertahankan dan membangun karakter generasi bangsa sesuai dengan nilai-

nilai dalam sila pancasila. Kerangka sistemik Pendidikan Kewarganegaraan

dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: 1.) Pendidikan kewarganegaraa

secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang

berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab. 2.) Pendidikan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

30

kewarganegaraan secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

bersifat konfluen atau saling terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai,

konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

3.) Pendidikan kewarganegaraan secara programatik dirancang sebagai subjek

pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan

pengalaman belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga Negara dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan hendaknya dapat mempersiapkan para peserta didik untuk

menjadi warga negara yang baik, berkarakter, berakhlak mulia, cerdas,

partisipatif, dan bertanggung jawab.

2.1.4.1 PPKn

Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai

wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang

berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam

bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu,

maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

(Hamid Darmadi, 2013:14).

PPKn adalah Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan

warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas

menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk

kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat

(Zamroni, dalam Hamid Darmadi, 2013:14)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

31

2.1.4.2 Metode Penerapan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai

Kemanusiaan

2.1.4.2.1 Metode Inquiry

Metode inquiry adalah metode yang menekankan pencarian secara bebas

dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa untuk

menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan pengarahan guru. Siswa

diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian

terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi

informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai kemanusiaan yang

dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan

nilai hidup tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai

diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain,

sportivitas, kerendahan hati dan toleransi. Melalui metode ini siswa diajak untuk

mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya ( Dirjen

Pendidikan Islam, 2013: 14).

Tahap demi tahap siswa diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara

berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini siswa diajak untuk belajar

menentukan nilai hidup secara benar dan jujur. Dalam praktiknya siswa diajak

untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi

tahap siswa diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakat

dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat

duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya.

Tema kegiatan diskusi tersebut biasanya diambil dari kasus korupsi yang saat itu

sedang marak-maraknya. Dalam diskusi itu, guru hanya berperan sebagai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

32

fasilitator dan meluruskan jika dalam diskusi tersebut telah keluar dari tema

diskusi. Siswa juga diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada

dalam masyarakatnya dan bersikap terhadap situasi tersebut.

2.1.4.2.2 Metode Live In

Metode Live in dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup

bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan

sehari-harinya (Dirjen Pendidikan Islam, 2013: 16). Dengan pengalaman langsung

siswa dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir,

tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini

dapat dilaksanakan secara periodik melalui kegiatan lomba-lomba dan sayembara

tentang kejujuran.

2.1.4.2.3 Metode Keteladanan

Proses pembentukan kepribadian pada siswa akan dimulai dengan melihat

orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi

siswa. Dengan keteladanan guru dapat membimbing siswa untuk membentuk

sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat

berarti bagi seorang siswa, demikian pula apabila terjadi ketidak cocokan antara

kata dan tindakan guru maka perilaku siswa juga akan tidak benar. Dalam hal ini

guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup.

Proses penanaman nilai-nilai kemanusiaan kepada siswa melalui proses

keteladanan pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun siswa perlu diberi

pemahaman mengapa hal itu dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru

perlu menjelaskan mengapa kita tidak boleh korupsi; menjelaskan bahaya dari

tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak mencontek pada waktu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

33

ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari

oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.

2.1.4.2.4 Metode Interaksi Teman Sebaya (Peer Group)

Interaksi adalah pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu

sama lain, yang terjadi antara dua pihak atau lebih. Pihak yang terlibat dalam

sebuah interaksi berarti melakukan sebuah komunikasi. Komunikasi yang terjadi

dapat berupa lisan atau tertulis (Suwarna, 2005: 93). Melalui komunikasi manusia

akan memberikan pandangan dan pola pikir yang dimiliki. Kepribadian dan pola

pikir terbentuk dari pengaruhi yang diberikan orang lain. Hubungan timbal balik

antarmanusia akan saling memberikan pengaruh satu sama lain.

Interaksi merupakan proses saling melakukan aksi, berhubungan, dan

saling mempengaruhi. Proses interaksi terjadi karena adanya aksi dan hubungan

antarmanusia. Hubungan yang terjadi akan saling memberikan pengaruh bagi

masing-masing pelaku interaksi (Sugono, 2008: 542). Pengaruh yang diberikan

dapat berupa dampak positif dan negatif. Manusia melakukan interaksi untuk

memperoleh sebuah tujuan. Proses interaksi dibutuhkan karena manusia tidak

dapat memenuhi tujuan secara sendiri. Manusia memerlukan bantuan dari orang

lain agar tujuan yang diinginkan cepat atau lebih mudah tercapai. Kebutuhan akan

interaksi merupakan kebutuhan pokok manusia yang timbul secara alami sebagai

makhluk sosial.

2.1.4.2.5 Metode Pembinan

Seorang anak didik yang memiliki krakter atau akhlak yang baik di

perlukan pembinaan yang terus menerus dan berkesinambungan . untuk

mewujudkan akhlaq yang luhur pada diri anak didik tidaklah mudah karna

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

34

menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha yang

keras dan kesabaran serta dukungan dari orang tua dan masyarakat (Zuriyah,

2007: 40).

2.1.4.2.6 Metode Fasilitasi

Metode fasilitasi melatih subyek didik untuk mengatasi masalah-masalah

tertentu (Zubaedi, 2011: 240) bagian terpenting dalam metode fasilitasi adalah

memberikan kesempatan kepada subyek didik, kegiatan-kegitan yang dilakukan

oleh subyek didik dalam pelaksanaan metode fasilitasi membawa dampak positif

pada perkembangan kepribadian karna hal sebagai berikut: 1) Kegiatan fasilitasi

secara signifikan dapat meningkatkan hubungan antara pendidik dan subyek didik.

Apabila pendidik mendengarkan subyek didik dengan sungguh-sungguh, besar

kemungkinanya subyek didik mendengarkan pendidik dengan baik. Subyek didik

merasa benar-benar dihargai karana pandangan dan pendapat mereka didengar

dan di pahami. Akibatnya, Kreadibilitas pendidik meningkat, 2) Kegiatan

fasilitas menolong subyek didik menjelaskan pemahaman, kegiatan ini

memberikan kesempatan kepada subyek didik untuk menyusun pendapat,

mengingatkan kembali hal-hal yang perlu disimak, menjelaskan kembali hal-hal

yang masih diragukkan, 3) Kegiatan fasilitas menolong subyek didik berpikir

lebih jauh tentang nilai yang dipelajari, menemukan wawasan sendiri, belajar dari

teman-temannya yang telah menerima nilai yang diajarkan, akhirnya menyadari

kebaikan hal-hal yang disampaikan oleh perserta didik, 4) Kegiatan fasilitas

menyebabkan pendidika dapat memahami pikiran dan perasaan subyek didik,

5) Kegiatan fasilitas memotivasi subyek didik menghubungkan persoalan nilai

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

35

dengan kehidupan , kepercayaan dan perasaan mereka sendiri. Karena

keperibadian s ubyek didik terlihat, maka pembelajaran akan lebih menarik.

2.1.4.2.7 Strategi Pengembangan Ketrampilan Akademik dan Sosial

Keterampilan (Soft Skills) yang diperlukan agar seseorang dapat

mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga berprilaku konstrutif dan bermoral

dalam masyarakat. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah keterampilan

berpikir kritis. Berpikir kritis dapat dilakukan melalaui latihan yang dilakukan

dengan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan, berpikir krisis dapat mengarah

pada pembentukan sifat bijaksana, berpikir kritis memungkin sesorang dapat

menganalisis informasi secara cermat dan membuat keputusan dengan tepat dalam

menghadapi isu -isu yang controversial.

Dengan demikian, dapat dihindari tindakan yang destruktif sebagai akibat

dari ulah propokator yang tiada henti-hentinya mencari korban. Selain itu

keterampilan mengatasi masalah dalam hal ini sangat diperlukan karena masih

banyak orang yang mengatasi masalah konflek dengan kekuatan fisik, padahal

cara-cara yang demikian itu biasa digunakan oleh binatang. Apabila kita

menghendaki kehidupan berdasarkan nilai-nilai relegius dan prinsip-prinsip

moral, kita perlu mengajarkan cara-cara mengatasi konflik secara kontruktif. Para

guru dan orang tua memang harus berusaha keras untuk menyakinkan anak-anak

bahwa penyeleasikan masalah secara destruktif yang banyak muncul dalam

masyarakat Indonesia pada saat ini sangatlah tidak manusiawi dan bertentangan

dengan norma –norma agama islam yang harus kita junjung tinggi (Zuchdi, 2013:

19).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

36

2.1.4.2.8 Metode Penguatan

Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat”, penguatan( Reinforcement)

mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum

begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkahlaku individu yang perlu

diperkuat. Diperkuat artinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, dan tidak

hilang-hilang timbul. Pada proses pendidikan, tujuan utama yang hendak dicapai

melalui proses pembelajaran adalah terjadinya tingkah laku yang baik. Oleh

karena itu penguatan dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencapai

tingkah laku yang baik dalam pembelajaran.

Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat

meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut (Mulyasa,

2009: 77). Penguatan dapat ditujukan kepada pribadi tertentu dan kepada

kelompok , juga pada kelas secara keseluruhan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

berjudul ”Analisis Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembentukan

Perilaku Berbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan pada Pembelajaran PPKn Siswa

SMP Negeri 3 Batu” Penelitian tersebut adalah:

Pertama, Penelitian Rouf Tamim, S.Pd.I (2015) yang berjudul “Analisis

Implementasi Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Kasus di MAN

Yogyakarta I dan MAN Yogyakarta III)”, dalam hasil penelitian disebutkan

bahwa, hal-hal yang biasa dilakukan di MAN Yogyakarta I dan MAN Yogyakarta

III, adalah : 1) MAN Yogyakarta I dan MAN Yogyakarta III menerapkan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2eprints.umm.ac.id/35379/3/jiptummpp-gdl-gatisukmar-48623... · 2017. 10. 16. · ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan

37

Kurikulum 2013; 2) Terdapat implementasi penerapan kurikulum 2013 di MAN

Yogyakarta I dan MAN Yogyakarta III.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rouf

Tamim, S.Pd.I dengan penulis. Persamaannya adalah kedua penulis meneliti

mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam hal ini Rouf Tamim, S.Pd.I

meneliti implementasi Kurikulum 2013. Sedangkan perbedaannya adalah

penelitian Rouf Tamim, S.Pd.I hanya meneliti mengenai implementasi Kurikulum

2013 dalam pembelajaran Bahasa Arab.

Kedua, Penelitian Rahma Titis Mahira, S.Pd (2013) yang berjudul

“Implementasi Nilai Kejujuran dalam Pendidikan Anti Korupsi pada

Pembelajaran PPKn di SMPN 3 Malang”, dalam hasil penelitian disebutkan

bahwa, hal-hal yang biasa dilakukan di SMPN 3 Malang, adalah : 1) SMPN 3

Malang menerapkan Pendidikan Anti Korupsi; 2) Terdapat implementasi

penerapan nilai kejujuran di SMPN 3 Malang.

Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rahma

Titis Mahira, S.Pd dengan penulis. Persamaannya adalah kedua penulis meneliti

mengenai pembelajaran PPKn dalam hal ini Rahma Titis Mahira, S.Pd meneliti

implementasi nilai kejujuran dalam pembelajaran PKn. Sedangkan perbedaannya

adalah penelitian Rahma Titis Mahira, S.Pd hanya meneliti mengenai

implementasi nilai kejujuran dalam pendidikan anti korupsi pembelajaran PKn.