bab ii kajian pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/bab ii.pdf · candradimuka, palembang, sumatera...

15
29 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis, penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian, antara lain: Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No. Penulis & Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi Penelitian 1. Wawan Setiawan (2017), (Era Digital dan Tantangannya) Salah satu solusi untuk pendidikan anak di era digital adalah model parenting immun selfer. Model parenting immun selfer adalah model pendampingan anak yang efektif khususnya dalam parenting penggunaan perangkat teknologi seperti gadget. Memberi Relevansi dari penelitian, ialah dimana pentingnya pendampingan ekstra dari orang tua yang berguna bagi pertumbuhan anak. Pentingnya nilai interaksi, komunikasi dan dialog dalam keluarga agar setiap apapun yang dilakukan seorang anak dalam menikmati gadgetnya

Upload: others

Post on 26-Aug-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

29

BAB II

Kajian Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

menemukan penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan

judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat

beberapa penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada

penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa

jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis, penelitian terdahulu

yang dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No. Penulis &

Judul Penelitian

Hasil Penelitian Relevansi Penelitian

1. Wawan Setiawan

(2017),

(Era Digital dan

Tantangannya)

Salah satu solusi untuk

pendidikan anak di era

digital adalah model

parenting immun selfer.

Model parenting immun

selfer adalah model

pendampingan anak yang

efektif khususnya dalam

parenting penggunaan

perangkat teknologi

seperti gadget. Memberi

Relevansi dari penelitian,

ialah dimana pentingnya

pendampingan ekstra dari

orang tua yang berguna bagi

pertumbuhan anak.

Pentingnya nilai interaksi,

komunikasi dan dialog dalam

keluarga agar setiap apapun

yang dilakukan seorang anak

dalam menikmati gadgetnya

Page 2: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

30

sistem imun pada anak

sangat penting

dikarenakan orang tua

tidak setiap saat dapat

berada disamping anak.

dalam penuh pengawasa

orang tuanya.

2. Muhammad Hayyumas

(2016),

(Pola Interaksi

Hubungan Orang Tua

dengan Anak Di Era

Digital)

Memasuki era digital

perkembangan masif

teknologi hadir membawa

pengaruh ke seluruh

lapisan masyarakat dari

dewasa hingga anak-anak.

Orang tua saat ini

memfasilitasi anak mereka

dengan teknologi

informasi dan komunikasi,

sehingga berakibat anak-

anak menjadi

ketergantungan akan

teknologi yang

dimilikinya.

Persamaan dari penelitian ini

dimana dunia digital memang

penting membentuk perilaku

seorang individu, maka

disitulah nilai kolektif dari

interaksi sangatlah penting

dimana ruang-ruang dialog

atau bercengkrama sangat

dibutuhkan.

3. Nur Ahmad Yasin

(2018), (Tanggung

Jawab Orang Tua

Kepada Anak di Era

Digital Perspektif

Hukum Keluarga Islam

di Indonesia)

Pengguna teknologi yang

sering kita jumpai

sekarang ini adalah anak-

anak.

Mereka tampak asik

dengan teknologi canggih

yang ada di tangan.

kelalaian orang tua

memberikan gadget

terhadap anak membawa

dampak yang berbeda,

Relevansi dalam penelitian

ini, pentingnya pengasuhan

dari orang tua terutama

kepada anak dengan

berkembangan digital yang

terus berkembang, dan kian

banyak jalan atau hal-hal

yang akan diakses oleh anak.

Maka dari itu orang tua harus

mempunyai peran lebih

terhadap pola asuh anak agar

dampak yang diakibatkan

Page 3: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

31

mereka cenderung tidak

pernah memantau apa yang

dilakukan oleh anaknya

dan cenderung lebih cepat

anaknya dalam

pemahaman terhadap

teknologi dibandingkan

dengan orang tuanya.

dari digital masih bisa dicerna

baik oleh seorang anak.

4. Firdanianty Pramono,

Djuara P. Lubis,

Herien Puspitawati,

Djoko Susanto (2017).

(Komunikasi Remaja

dengan Keluarga di Era

Digital), (Sekolah

Tinggi Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Candradimuka,

Palembang, Sumatera

Selatan.

Vol.01,No.01,2017.)

Beberapa bukti

menunjukkan

bahwa media elektronik

dapat meningkatkan

hubungan teman sebaya

dengan mengorbankan

keluarga, terutama

hubungan orang tua

dengan anak. Sebuah studi

video selama empat tahun

yang intens pada 30

keluarga berpendapatan

ganda (ibu dan bapak

bekerja) memberikan

sekilas peran teknologi

dalam kehidupan keluarga

modern.

Penelitian ini memiliki

persamaan dimana hubungan

koletif seorang kelaurga,

hubungan kebersamaan dari

setiap keluarga akan mulai

luntur dengan pengaruh

digital yang begitu hebat. Era

digital khususnya konsumsi

kepada media sosial akan

memangkas banyak

hubungan orang tua dengan

anak, komunikasi anak

dengan orang tua.

5. Eri Satria Yudatama,

Nurhadi, Atik Catur

Budiati (2017),

(Smartphone dan

Keluarga)

Keluarga merupakan

wadah dimana sejak dini

seorang individu

dikondisikan dan

dipersiapkan untuk kelak

dapat melakukan peran-

perannya dalam kehidupan

Relevansi dari penelitian

dimana keluarga menjadi

tempat penting bagi

kesadaran kolektif, keutuhan

menjadi hal yang sangat

dominan dalam keluarga

maka dari itu dibutuhkan

Page 4: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

32

masyarakat luas. Dalam

keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak

terdapat hubungan timbal

balik dari masing-masing

anggota keluarga tersebut.

Dengan adanya kemajuan

teknologi media berupa

smartphone yang

ditempatkan sebagai

sebuah hal baru nantinya

mampu mewujudkan

dinamika relasi dalam

anggota-anggota keluarga.

perhatian khusus dari

keluarga dengan

memperhatikan setiap

anggotanya dalam

penggunaan media

khususnya smartphone yang

bisa menjadi ruang baru bagi

anggota keluarga yang secara

tidak langsung dapat

menggantikan posisi

keutuhan keluarga itu sendiri.

6. Hubungan antara

kohesivitas kelompok

dan motivasi kerja

karyawan BRI Kantor

Cabang Malang

Martadinata (2013),

Muniroh.

Penelitian menunjukkan

bahwa anggota kelompok

kerja yang kohesivitasnya

tinggi akan berbeda

dengan kelompok kerja

yang tingkat

kohesivitasnya rendah, hal

ini bisa dilihat dari

komunikasi yang lebih

baik, bekerja sama, dan

saling mempengaruhi satu

sama lain, dan anggota

kelompok juga berusaha

untuk meraih tujuan

kelompok.

Persamaan dengan penelitian

ini dimana sebuah anggota

kelompok yang sudah

memiliki kekuatan kolektif

dan solidaritas yang kuat,

akan berbeda dengan sebuah

anggota kelompok yang

memiliki kesadaran kolektif

yang begitu rendah. Terutama

dalam sebuah wujud apa yang

menjadi cita-cita kelompok

tersebut jika kekuatan

kolektif akan dominan dalam

hal apapun.

Page 5: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

33

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Kohesivitas

Kohesivitas adalah merupakan keinginan setiap anggota untuk

mempertahankan keanggotaan mereka dalam kelompok, yang didukung oleh

sejumlah kekuatan independen, tetapi banyak yang lebih berfokus pada

ketertarikan antar anggota. (Festinger, Schater, & Back, 1950). Collins dan

Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas adalah kekuatan yang mendorong

anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya

meninggalkan kelompok.

Robbins (2002) menyatakan bahwa semakin kohesif suatu kelompok,

para anggota semakin mengarah ke tujuan. Selanjutnya tingkat kohesivitas

akan memiliki pengaruh terhadap komitmen terhadap organisasi tergantung

dari seberapa jauh kesamaan tujuan kelompok dengan organisasi. Pada

kelompok dengan kohesivitas tinggi yang disertai adanya penyesuaian

yang tinggi dengan tujuan organisasi maka kelompok tersebut akan

berorientasi pada hasil ke arah pencapaian tujuan.

Trihapsari dan Nashori (2011), menjelaskan bahwa pada kelompok

yang kohesivitasnya tinggi, maka para anggotanya mempunyai komitmen

yang tinggi pula untuk mempertahankan kelompok tersebut. Jika anggota

kelompok menunjukkan interaksi dengan sesama anggota secara kooperatif,

maka kelompok tersebut memiliki kohesivitas yang tinggi sedangkan pada

kelompok dengan kohesivitas rendah sebaliknya, perilaku para anggotanya

adalah agresif, bermusuhan dan senang menyalahkan sesama anggotanya

(Purwaningwulan, 2006).

Page 6: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

34

Durkheim dalam gagasannya mengungkapkan bahwa ikatan sosial

yang mengikat individu dengan kelompok dibentuk oleh kepercayaan

bersama, sentimen, cita-cita, dan komitmen moral secara bersama. Hal itu

tercermin juga dalam solidaritas mekanik, dimana individu yang diikat dalam

suatu bentuk solidaritas memiliki “kesadaran kolektif” yang sama kuat.

(George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2004). Karena itu individualitas

tidak berkembang karena dilumpuhkan dengan tekanan besar untuk

menerima konformitas. Dimana seperti kebiasaan masyarakat yang memiliki

solidaritas kuat dengan kesadaran kolektif yang begitu tinggi yakni,

masyarakat pra-industri dan masyarakat pedesaan. Mereka memiliki

solidaritas yang begitu kuat untuk mencapai sebuah tujuan.

Kohesivitas merupakan hal terpenting dalam tiap lapisan hubungan

masyarakat, sebab kondisi di mana setiap elemen sosial dalam masyarakat

berfungsi memberikan standar norma bagi hidup bersama. Dalam sebuah

kelompok pentingnya rasa pemersatu terutama dalam lini keluarga dimana

hal tersebut penting wujudnya dalam mewujudkan rasa kebersamaan. Dimana

rasa kolektif tersebut muncul akibat adanya suatu kebersamaan dalam

pencapaian tujuan, suatu kebersamaan akan muncul jika setiap individu

memiliki kesadaran yang begitu kuat sedikit menyampingkan ego dari tiap

individu. Kontak sosial dan komunikasi yang baik antara individu dengan

idividu atau kelompok akan menciptakan solidaritas sosial yang baik pula.

Berangkat dari sinilah solidaritas sosial yang kuat juga dapat mempengaruhi

interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultural. Lamanya waktu

berada bersama dalam kelompok. Makin lama berada bersama dalam

Page 7: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

35

kelompok, makin saling mengenal, makin dapat timbul sikap toleran terhadap

orang lain. Dapat ditemukan atau bahkan dikembangkan minat baru yang

sama. Penerimaan di masa awal. Maksudnya semakin sulit seseorang diterima

di dalam kelompok sebagai anggota, makin lekat atau kohesif kelompoknya.

Pada awal masuk biasanya para anggota kelompok yang lama menguji

anggota baru dengan cara-cara yang khas oleh kelompoknya. Ukuran

kelompok. Makin besar kelompoknya makin sulit terjadi interaksi yang

intensif antar para anggotanya sehingga makin kurang kohesif kelompoknya,

sebaliknya ukuran kelompok yang kecil memudahkan interaksi yang tinggi.

Ancaman eksternal. Kebanyakan penelitian menunjang hasil bahwa

kelekatan kelompok akan bertambah jika kelompok mendapat ancaman dari

luar. Produktivitas kelompok. Kelompok yang erat hubungannya akan lebih

produktif dari pada kelompok yang kurang lekat hubungannya. (Munandar,

2001)

2.2.2 Keluarga

Keluarga terbentuk atas satuan sosial yang terbatas, yaitu dua orang

(laki-laki dan wanita) yang mengadakan ikatan tertentu yang disebut

perkawinan. Secara berangsur-angsur anggota keluarga semakin meluas,

yaitu dengan kelahiran atau adopsi anak. Pada saatnya anak-anak itupun akan

melangsungkan ikatan perkawinan sehingga terbentuk keluarga baru.

Menurut Sudardja Adiwikarta (1988:66-67) dan Sigelman & Shaffer

(1995:390-391) berpendapat bahwa “Keluarga merupakan unit sosial terkecil

yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia

Page 8: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

36

(universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem

sosial yang lebih besar”.Dari beberapa pengertian dari para ahli, dapat

disimpulkan bahwa “keluarga” merupakan suatu kelompok sosial kecil yang

didalamnya terdiri dari seorang ibu, ayah dan anak dan dapat berkembang

sehingga membentuk keluarga yang baru.

a. Keluarga Kontemporer

Era globalisasi dan modernisasi secara umum kondisi keluarga

atau struktur keluarga yang berhubungan denga peran mulai berubah

karena masyarakat saat ini makin kompleks. Keluarga menjadi peran

penting dalam terbentuk suatu sistem masyarakat, keluarga bagian

paling kecil diantara lapisan-lapisan apapun. Maka dari itu peran

keluarga mampu diharapkan menjadi pemecah atau pembina pertama

dalam keadaan apapun, namun seiring berjalannya waktu

perkembangan zaman dan perubahan budaya telah menjadi suatu

permasalahan tersendiri buat keluarga-keluarga baru bahkan keluarga

yang sudah lama sekalipun. Salah satu cara berfikir mengenai alasan

mengapa terjadi perubahan sosial dan transformasi sosial dalam

keluarga yaitu karena suatu masyarakat dan masing-masing

bagiannya mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan

lingkungan sosial dan lingkungan fisik mereka, atau lebih tepatnya

menyesuaikan dengan perubahan yang relevan di dalam lingkungan

keluarga. Keluarga berubah sejalan dengan perubahan jaman.

Perubahan yang diinginkan biasanya diharapkan bermuara pada

kesejahteraan dan kebahagiaan, namun kenyataannya yang sering

Page 9: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

37

terjadi adalah lain. Kenyataan itu sering diingkari sehingga masalah

yang muncul menjadi tambah besar dari yang seharusnya.

Pembagian kerja yang seharusnya dalam keluarga dimana

seorang suami mempunyai peran banyak khususnya untuk mencari

nafkah dan dimana tugas seorang istri akan dilihat dari peran atau

pekerjaan sang suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, dan juga

pengambil keputusan tersebar ialah suami. Dimana ia ditunjuk

sebagai kepala keluarga dengan mengemban tanggung jawab yang

begitu besar harus bisa mewujudkan apa yang menjadi sistem dari

kesejahteraan keluarganya sendiri. Keputusan-keputusan yang

diambil oleh kepala rumah tangga yang sebetulnya keputusan tersebut

akan dianut dalam menjalani hubungan berumah tangga. Karena

didalam keluarga konvensional peran dari seorang laki-laki atau ayah

dalam keluarga lebih dominan diantara peran dari seorang ibu. Dalam

hasil riset tentang buku “husbands and wives” tentang dinamika

kehidupan pernikahan telah menjelaskan betapa banyak sekali tentang

pembagian kerja, bahkan peran dari seorang suami dan istri dan lain

sebagainya. Dalam hasil riset tersebut menjelaskan bahwa pekerjaan

dan hasil maupun hal lain yang berhubungan dengan suami pasti akan

lebih besar dibandingkan seorang istri. (Robert O. Blood, Jr. And

Donald M. Wolfe, 1960:12-15).

Indikator keluarga kotemporer, berdasarkan sistem pembagian

kerja yang dimana pekerjaan suami dan istri sama-sama memiliki

pekerjaan diluar, sehingga intensitas waktu yang dimiliki untuk

Page 10: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

38

memberi perhatiaan kepada anak menjadi tanggung jawab penuh bagi

seorang pengasuh. Dalam keluarga kotemporer pengasuh memiliki

peran penting karena keterbatasan waktu yang dimiliki orang tua

untuk merawat dan memberi perhatian sangat sedikit, jadi jasa

seorang pengasuh menjadi hal yang penting dalam keluarga

kotemporer. Dengan adanya pengasuh memudahkan beban yang

dimiliki orang tua, aktivitas pekerjaan diluar menjadikan orang tua

memilih tenaga pengasuh untuk mempermudah pekerjaan mereka

dalam ruang domestik khususnya mengenai kebutuhan yang harus

dipenuhi sang anak.

Perubahan sistem membawa dampak tersendiri tentunya,

misalnya jika dulu pekerjaan dibagi menjadi dua peran yang berbeda,

ketika seorang istri yang memasak dan seorang suami yang berburu

atau mencari bahan untuk dimasak mungkin peran tersebut akan

sedikit mudah dilakukan. Keuntungan seperti itu akan hilang begitu

saja, jika seorang suami dan istri menggabungkan pekerjaan mereka

sepenuhnya dengan tidak membagi peran yang sejauh ini menjadi

fungsi dari setiap masing-masing individu (Spiro, 1956). Dengan

munculnya keluarga modern, dimana peran yang dulu dianut oleh

keluarga tradisional akan sedikit hilang. Begitupun seorang anak yang

tumbuh dalam keluarga modern pasti akan lahir dengan sebuah

pembaruan dari perubahan suatu zaman, mereka dilahirkan dan

dibesarkan dengan media, hampir semua gerak-gerik bahkan

pertumbuhan suatu anak diruang keluarga modern pasti akan

Page 11: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

39

mendapatkan peran penting dalam media. Sebab ada banyak hal yang

tumbuh dalam keluarga modern, dengan perubahan zaman,

perkembangan sosial budaya yang muncul dalam keluarga modern,

dan pengalihan fungsi-fungsi yang berbeda. Dimana perubahan dan

perkembangan manusia seakan tumbuh beriringan dengan

perkembangan zaman dan teknologi yang ada pernyataan Erving

Goffman tentang presentasi diri (The Presentation of Self) untuk

menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan

atau panggung tertentu. Dimana pada kehidupan sosial keluarga

kotemporer pada intinya pola perilaku dalam kehidupan sosial seperti

sebuah pertunjukan drama. Sebab ada banyak perubahan yang terjadi

akibat adanya dampak globalisasi, dimana seorang individu akan

memiliki representasi dirinya sendiri dengan memberikan citra yang

baik, dengan menampilkan hal-hal yang baik pula dalam ruang media

sosialnya. (Erving Goffman, 1959).

2.2.3 Era digital

Perkembangan teknologi ke arah serba digital saat ini semakin pesat.

Pada era digital seperti ini, manusia secara umum memiliki gaya hidup baru

yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi

menjadi alat yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia.

Teknologi telah dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah

melakukan apapun tugas dan pekerjaan. Peran penting teknologi inilah yang

membawa peradaban manusia memasuki era digital.

Page 12: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

40

Era digital telah membawa berbagai perubahan yang baik sebagai

dampak positif yang bisa gunakan sebaik-baiknya. Namun dalam waktu yang

bersamaan, era digital juga membawa banyak dampak negatif, sehingga

menjadi tantangan baru dalam kehidupan manusia di era digital ini.

Tantangan pada era digital telah pula masuk ke dalam berbagai bidang seperti

politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan teknologi

informasi itu sendiri.

Media internet membuat media massa berbondong-bondong pindah

haluan. Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan

besar terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang

semakin maju telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah

dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta

dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali.

Era digital juga membuat ranah privasi orang seolah-olah hilang. Data pribadi

yang terekam di dalam otak komputer membuat penghuni internet mudah

dilacak, baik dari segi kebiasaan berselancar atau hobi.

Generasi di era digital adalah sebuah generasi milik kaum millenial,

dengan rentan umur mereka yang muda 25-35 tahun dimana sangat

memudahkan mereka dalam segala aktivitas apapun. Perkemabangan digital

menjadi konsumsi besar bagi generasi millenial. Bagi generasi Z atau

millenial informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari

kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana akses terhadap informasi,

khususnya internet sudah menjadi budaya global, sehingga hal tersebut

berpengaruh terhadap nilai – nilai, pandangan dan tujuan hidup mereka. Era

Page 13: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

41

digital seakan menumbuhkan kehidupan mereka menjadi serba praktis,

dinamis, dan serba mudah.

Seakan semua itu larut menjadi satu dalam kehidupan sehari-sehari

mereka, bayangkan jika kita sehari saja tidak menggunakan gadget atau

barang digital yang kita punya. Semua itu akan rasanya seperti membosankan

khususnya bagi anak sekarang, digital sudah menjadi alat apapun dalam

setiap aktivitas yang mereka lakukan. Kehidupan yang mereka jalani sudah

dalam satu waktu (multi tasking) seperti: menjalankan sosial media

menggunakan ponsel, browsing menggunakan PC, dan mendengarkan musik

menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan

dengan dunia maya. Sejak kecil generasi ini sudah mengenal teknologi dan

akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh

terhadap kepribadian. (David Stillman, Jonah Stillman: 130).

2.3 Landasan Teori

Konsep kohesi sosial, Di sepanjang karya-karya Durkheim, dia

mempertahankan suatu pandangan sosial radikal tentang perilaku manusia

sebagai suatu yang dibentuk oleh kultur dan struktur sosial. Durkheim

berpendapat bahwa masyarakat bukanlah sekedar jumlah total individu, dan

bahwa sistem yang dibentuk oleh bersatunya mereka itu merupakan suatu

realitas spesifik yang memiliki karakteristiknya sendiri. Ia sama sekali

menolak gagasan bahwa masyarakat bermula dari kontra-sosial individu, dan

menyatakan bahwa dalam seluruh proses evolusi sosial belum pernah ada

masa pun dimana individu-individu diarahkan oleh pertimbangan yang

cermat untuk bergabung ataupun tidak bergabung ke dalam suatu kehidupan

Page 14: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

42

kolektif yang satu dari pada yang lain, karena bagi Durkheim masyarakat-

prinsip asosiasi-adalah yang utama, dan karena masyarakat secara tak terbatas

mengungguli individu dalam ruang dan waktu, maka masyarakat berada pada

posisi menentukan (sic) cara bertindak dan berpikir terhadapnya. Sementara

masyarakat modern merasa bahwa dia bersatu dalam suatu komunitas atau

kelompok dikarenakan ada sebuah pembagian kerja dimana setiap orang

mempunyai posisi yang berbeda dalam suatu komunitas tetapi mempunyai

ketergantungan yang tinggi antar sesama anggotanya. (George Ritzer dan

Douglas J. Goodman, 2004). Untuk melihat perbedaan inilah Durkheim

membagi solidaritas menjadi dua tipe yaitu mekanik dan organik. Dimana

solidaritas mekanik adalah rasa solidaritas yang didasarkan pada suatu

kesadaran kolektif yang menunjuk kepada totalitas kepercayaan-kepercayaan

yang rata-rata ada pada masyarakat yang sama, yaitu mempunyai pekerjaan

yang sama pengalaman yang sama sihingga banyak pula norma-norma yang

dianut bersama. Kemudian solidaritas organik ialah Solidaritas sosial yang

berkembang pada masyarakat masyarakat kompleks berasal lebih dari

kesaling tergantungan dari pada kesamaan bagian-bagian. (Doyle Paul

Johson, 1994: 183)

Etimologi kohesi merupakan kemampuan suatu kelompok untuk

menyatu. Dalam kohesi sosial kontemporer dapat didefinisikan sebagai

kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi

anggotanya termasuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup di dalamnya.

Kohesi sosial Durkheim hendak menunjukkan bahwa solidaritas sosial baik

secara mekanis maupun organis, telah membawa masyarakat pada suatu

Page 15: BAB II Kajian Pustaka 2eprints.umm.ac.id/46940/3/BAB II.pdf · Candradimuka, Palembang, Sumatera Selatan. Vol.01,No.01,2017.) Beberapa bukti menunjukkan bahwa media elektronik dapat

43

tahapan atau puncak tertinggi peradaban manusia. Karena dalalm perannya

setiap individu maupun kelompok seharusnya mempunyai ruang dimana

perwujudan solidaritas untuk memenuhi kebutuhannya, namun orang baru

dengan adanya era digital tersebut yang menghambat dan mengurangi sebuah

interaksi, ruang komunikasi, bahkan ruang-ruang lain untuk menyatu.

Ruang digital memunculkan kepentingan-kepentingan individu dalam

menggunakan, menikmati, bahkan juga harus berperan penting dalam ruang

barunya yang dibentuk melalui suatu kebiasaan kemudian diadopsi kedalam

ruang kecil yang serba mudah dan efisien yakni ruang digital itulah.

Durkheim juga menyatakan bahwa ikatan sosial yang mengikat individu

dengan kelompok dibentuk oleh kepercayaan bersama, sentimen, cita-cita

dan komitmen moral. Hal ini tercermin dalam solidaritas mekanik, dimana

individu yang diikat dalam suatu bentuk solidaritas memiliki "kesadaran

kolektif" yang sama dan kuat. Karena itu individualitas tidak berkembang

karena dilumpuhkan dengan tekanan besar untuk menerima konformitas.