bab ii tinjauan pustaka -...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosiolinguistik Dalam penelitian ini, penulis mengetengahkan kajian yang berkait erat terhadap penelitian kebahasaan yaitu tentang Sosiolinguistik. Mengingat banyaknya cakupan pembahasan tentang sosiolinguistik, maka penulis kemudian mengkhususkan kajian pada Variasi Bahasa untuk selanjutnya dikerucutkan dengan pembahasan tentang alih kode dan campur kode. Sosiolinguistik adalah ilmu antar disiplin antara Sosiologi dan Linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat (Chaer, 1995: 2). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, mulai dari bagaimana masyarakat tersebut terjadi, berlangsung dan sampai pada bagaimana masyarakat tersebut tetap ada. Linguistik merupakan bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau dengan kata lain ilmu yang mengambil bahasa sebagai obyek kajiannya. Dari pengertian dua ilmu empiris tersebut, Sosiolinguistik berarti pula bidang ilmu yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa tersebut dalam masyarakat. Penggunaan bahasa dalam kehidupan masyarakat sangat beragam. Keragaman tersebut dipengaruhi beragam dan kompleksnya sebuah masyarakat. Dengan kata lain, semakin beragam sebuah masyarakat, maka bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut semakin beragam pula. Keragaman dalam masyarakat berupa 10

Upload: ledan

Post on 09-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sosiolinguistik

Dalam penelitian ini, penulis mengetengahkan kajian yang berkait erat

terhadap penelitian kebahasaan yaitu tentang Sosiolinguistik. Mengingat

banyaknya cakupan pembahasan tentang sosiolinguistik, maka penulis kemudian

mengkhususkan kajian pada Variasi Bahasa untuk selanjutnya dikerucutkan

dengan pembahasan tentang alih kode dan campur kode. Sosiolinguistik adalah

ilmu antar disiplin antara Sosiologi dan Linguistik, dua bidang ilmu empiris yang

mempunyai kaitan erat (Chaer, 1995: 2). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang masyarakat, mulai dari bagaimana masyarakat tersebut terjadi,

berlangsung dan sampai pada bagaimana masyarakat tersebut tetap ada. Linguistik

merupakan bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau dengan kata lain ilmu yang

mengambil bahasa sebagai obyek kajiannya. Dari pengertian dua ilmu empiris

tersebut, Sosiolinguistik berarti pula bidang ilmu yang mempelajari bahasa dalam

kaitannya dengan penggunaan bahasa tersebut dalam masyarakat. Penggunaan

bahasa dalam kehidupan masyarakat sangat beragam. Keragaman tersebut

dipengaruhi beragam dan kompleksnya sebuah masyarakat. Dengan kata lain,

semakin beragam sebuah masyarakat, maka bahasa yang digunakan dalam

masyarakat tersebut semakin beragam pula. Keragaman dalam masyarakat berupa

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

beragamnya latar belakang dari penutur, beragamnya kondisi dan situasi saat

bahasa itu digunakan, beragamnya lawan bicara, beragam suku, budaya, dan lain-

lain. Karena fenomena inilah kemudian sosiolinguistik juga berarti kajian tentang

bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan (Chaer, 1995: 6).

Trudgill dalam bukunya Sociolinguistics: An Introduction (1974)

menyampaikan bahwa sosiolinguistik merupakan bagian dari Linguistik yang

terfokus pada bahasa sebagai fenomena sosial dan budaya. Dengan demikian

semakin jelas bahwa berbagai fenomena dalam masyarakat baik sosial maupun

budaya, berpengaruh terhadap bahasa yang digunakan pada masyarakat tersebut.

Bahasa akan sangat beragam sejalan dengan berbagai fenomena dalam kehidupan

masyarakat.

Dari beberapa pengertian sosiolinguistik tersebut di atas, pada prinsipnya

sosiolinguistik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang bahasa

dikaitkan dengan kehidupan manusia dalam masyarakat (Hudson, 1980: 22-23).

Dalam hal ini, bahasa akan ditemukan beragam sesuai dengan keragaman dalam

suatu masyarkat. dengan demikian keragaman sosial berpengaruh terhadap

beragamnya suatu bahasa.

Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

manusia. Sosiolinguistik tentu juga memiliki banyak manfaat, mengingat ilmu ini

mempelajari tentang bahasa yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dan

berinteraksi dengan manusia orang lain. Sosiolinguistik menjelaskan tentang

11

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

aturan-aturan berbahasa dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian

kita dapat mengetahui bahasa mana yang akan kita pergunakan pada kondisi atau

situasi tertentu.

Selain manfaat dalam kehidupan praktis sehari-hari, sosiolinguistik juga

bermanfaat dalam dunia pendidikan terutama kebahasaan. Pengetahuan kita

terhadap kosa kata, kelompok kata, jenis kata, dll. tidak akan sempurna jika kita

tidak mengetahui bagaimana kata-kata disusun untuk dapat dipergunakan dalam

kehidupan, khususnya dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian,

sosiolinguistik penting artinya dalam upaya memahami orang lain sehingga tidak

menimbulkan misunderstanding atau salah persepsi. Selain itu gagasan kita juga

dapat dengan mudah disampaikan, apabila kita benar-benar memahami bagaimana

kebahasaan dalam kehidupan sosial.

Penelitian sosiolinguistik pertama yang berlangsung di California, Los

Angeles (1964), dikatakan ada tujuh dimensi yang merupakan masalah dalam

Sosiolinguistik. Ketujuh dimensi tersebut muncul berkait dengan adanya

fenomena penggunaan suatu bahasa yang syarat dengan latar belakang penutur,

pendengar dan setting saat bahasa tersebut digunakan. Dimensi tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Identitas sosial penutur. Dalam hal ini, kita dapat melihat identitas penutur

setelah mengetahui siapakah si penutur dan bagaimana hubungannya dengan

pendengar. Misalnya kita sudah mengetahui bahwa penutur adalah seorang

12

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

pengacara, kita selanjutnya perlu mengetahui dengan siapa dia bertutur dan

dalam hubungan sebagai apa. Apakah si pengacara bertutur dengan hakim,

terdakwa, pedagang buah, istri, anak maupun sahabatnya. Identitas penutur

akan menyebabkan perbedaan bahasa yang digunakan.

b. Identitas sosial pendengar. Identitas ini dapat berupa pengemis, keluarga,

guru, murid, dan lain-lain. Saat kita bertutur dengan mertua akan berbeda

dengan saat kita bertutur dengan anak atau murid kita. Identitas pendengar

yang hanya satu orang atau banyak orang juga berpengaruh terhadap kode

tutur yang digunakan.

c. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi. Pilihan kode dan gaya dalam

bertutur akan sangat berbeda tergantung di mana peristiwa tutur terjadi.

Bahasa yang penutur gunakan di lapangan bola tentu berbeda dengan saat kita

di masjid atau istana negara.

d. Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial berupa deskripsi

pola-pola dialek-dialek sosial tersebut, pada masa tertentu maupun yang tak

terbatas. Misalnya bahasa yang digunakan pada satu masa yang sekarang

sudah tidak digunakan lagi, atau adanya beberapa penutur yang berasal dari

kelas sosial tertentu dalam masyarakat.

e. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk perilaku ujaran.

Jika kita berasal dari satu kalangan sosial menengah ke atas, tentu kita

memiliki standar tidak tertulis dalam menilai orang lain. Berdasar penilaian

itu tentu akan berpengaruh terhadap bahasa atau penuturan yang digunakan.

13

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

f. Tingkatan variasi atau linguistik, artinya bahwa sehubungan dengan

beragamnya suatu masyarakat, maka alat komunikasi berupa kode-kode juga

akan bervariasi. Variasi bahasa tersebut juga akan memiliki fungsi sosial

masing-masing. Misalnya jika kita berada di sebuah komunitas dengan dialek

tertentu, tentu kita akan mencoba menyesuaikan sehingga fungsi sosial kita

muncul melalui bahasa yang kita pergunakan.

g. Penerapan praktis dan penelitian. Dimensi ini perlu diketengahkan, mengingat

bahasa akan selau dinamis seiring dengan perubahan yang terjadi di

masyarakat. Misalnya kita perlu meneliti konflik suatu daerah yang dipicu

oleh perbedaan bahasa atau adanya pembakuan bahasa yang perlu kita pelajari

dalam pelajaran di sekolah.

Dengan mempelajari pada tujuh dimensi tersebut di atas, maka

pembelajaran kita tentang sosiolinguistik sudah dianggap ideal. Hal ini

disebabkan, dimensi-dimensi tersebut merupakan sari dari pembahasan kita

tentang sosiolinguistik.

B. Variasi Bahasa

Manusia sebagai pemakai bahasa bersifat dinamis. Selain itu antara satu

manusia dengan manusia lain juga berbeda. Perbedaan tersebut juga disertai

dengan beragamnya suku, budaya, adat, dll. Banyaknya perbedaan tersebut,

mengakibatkan beragamnya bahasa seperti terlihat dari banyaknya variasi-variasi

bahasa. Bahasa memiliki dua aspek dasar, yaitu bentuk (berupa bunyi, tulisan dan

14

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

tulisan) dan makna (berupa leksikal, fungsional dan struktural). Kita akan

menemukan bahwa bahasa dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan

besar maupun kecil antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang

lain. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa itulah yang kemudian disebut variasi

bahasa (Nababan, 1984 : 13).

Sarana komunikasi terutama berupa media cetak adalah salah satu indikasi

tiadanya batasan jarak dan waktu. Oleh karena itu, untuk menghadapi globalisasi

tersebut dibutuhkan kemampuan menguasai bahasa internasional, yang saat ini

banyak digunakan adalah bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris juga akan

mendorong manusia Indonesia untuk lebih mempelajari adat kebiasaan, budaya

dan bahasa Inggris yang pada gilirannya juga akan menggunakan bahasa itu

sendiri. Lebih lanjut, seseorang dituntut untuk memahami, menerima dan

menyampaikan gagasannya dari dan kepada orang yang berlainan bahasa.

Sehingga diharapkan mampu menguasai bahasa yang berbeda.

15

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari bahasa yang kita gunakan

berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi. Belum lagi bahasa yang

digunakan oleh orang-orang di sekitar kita. Sehingga, jika dapat di buat suatu data

maka variasi bahasa yang digunakan akan berjuta-juta. Salah satu fokus

pembelajaran dari sosiolinguistik adalah pemahaman tentang variasi bahasa.

Variasi bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang

termasuk dalam satu masyarakat bahasa. Anggota suatu masyarakat bahasa

biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai

latar belakang budaya yang tidak sama (Chaer, 1994: 56).

Dalam variasi atau ragam bahasa ada dua pandangan, yaitu dilihat dari

akibat adanya keberagaman sosial penutur dan keragaman fungsi bahasa tersebut.

Dalam sebuah masyarakat homogen (baik adat, status sosial, etnik, dll) maka tidak

terdapat variasi bahasa yang sangat mencolok. Pandangan lain adalah bahwa

ragam atau variasi bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat

interaksi dalam kegiatan yang beraneka ragam (Chaer, 1994: 81).

Menurut Hartman dan Stork (1972) variasi bahasa dibedakan lagi

berdasarkan kriteria label geografi dan sosial penutur, medium yang digunakan

serta pokok pembicaraan. Variasi bahasa yang muncul berdasar kriteria ini seperti

bahasa masyarakat di suatu daerah dengan daerah lain yang dibatasi gunung, atau

pembicaraan antara buruh dengan dosen yang kurang interaktif karena latar

belakang yang berbeda.

16

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

Berbeda dengan Hartman dan Stork, Halliday (1970, 1990) secara lebih

sederhana membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian, yang disebut

dialek, dan pemakaian yang disebut register. Pada prinsipnya dialek merupakan

variasi bahasa berkait dengan siapa penutur bahasa tersebut. Sedang register

merupakan pemakaian bahasa dalam bidang tertentu, sehingga bahasa yang

digunakan mempunyai ciri khusus dibandingkan dengan bahasa pada bidang yang

lain.

Variasi bahasa berdasarkan pemakainya dibedakan dalam beberapa hal

yang antara lain idiolek, dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek. Idiolek

merupakan kekhasan penggunaan bahasa oleh seseorang. Pada istilah ini

ditonjolkan bahwa sistim bahasa atau idiolek setiap orang menunjukkan besar

kecilnya perbedaan dari idiolek orang lain, meskipun idiolek-idiolek tersebut

dapat digolongkan sebagai satu bahasa. Idiolek yang menunjukkan persamaan

dengan idiolek lain dapat digolongkan dalam satu kumpulan kategori yang disebut

dialek. Atau dengan kata lain, dialek berarti variasi tutur yang keberadaan dan

perbedaan bentuknya ditentukan oleh latar belakang dari mana si penutur berasal

(Soepomo, 2003: 223). Persamaan yang disebabkan oleh berdekatannya letak

geografi memungkinkan terjadinya komunikasi yang sering antara penutur-

penutur idiolek tersebut. Jika penutur-penutur idiolek tersebut termasuk dalam

satu kelompok masyarakat yang sama dan antarkomunikasinya disebabkan oleh

kedekatan sosial, maka kategori bahasa mereka disebut sosiolek. Sedangkan

fungsiolek adalah variasi bahasa yang berhubungan dengan situasi berbahasa dan

17

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

tingkat formalitasnya yang dalam penggunaan bahasanya ditentukan oleh fungsi

berbahasa itu. Kronolek dianalogikan sebagai ragam bahasa yang dihasilkan oleh

perubahan bahasa sehubungan dengan perkembangan waktu, jika perbedaan itu

masih dapat dianggap perbedaan ragam dalam satu bahasa (Nababan, 1984 : 4).

Masih mengenai ragam bahasa, variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya

menurut Chaer digolongkan menjadi dua yaitu variasi bahasa tinggi. Yaitu bahasa

yang dipergunakan dalam situasi resmi seperti pidato kenegaraan, bahasa

pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat menyurat resmi dan buku-buku

pelajaran. Variasi bahasa tinggi ini harus dipelajari melalui pendidikan formal

disekolah. Variasi bahasa yang kedua, masih menurut Chaer, adalah variasi

bahasa rendah. Yaitu variasi yang dipergunakan dalam situasi tidak formal seperti

situasi dirumah, warung, jalanan dan penggunaan dalam surat-menyurat pribadi

atau catatan untuk diri sendiri yang dipelajari langsung dalam masyarakat umum

(1994 : 62). Adanya perbedaan-perbedaan variasi bahasa tinggi dan variasi bahasa

rendah oleh Ferguson disebut diglosia.

Dengan beragamnya pandangan tentang penyebab bervariasinya bahasa,

jelas bahwa banyak faktor yang mempengaruhi bahasa tersebut. Namun demikian

dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa merupakan satu bahasan dalam ilmu

bahasa yang dikaitkan dengan pendistribusiannya dalam kehidupan sosial.

C. Kedwibahasaan dan Kedwibahasawanan

18

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

Pemakaian dua bahasa atau lebih dalam satu gejala bahasa disebut

kedwibahasaan atau bilingualisme. Dalam pengertian ini, timbul kesan bahwa

bilingualisme bisa terjadi dalam sistem tuturan atau komunikasi secara lisan

maupun tulisan. Dalam komunikasi lisan, pemakaian dua bahasa ini tercermin

melalui ucapan-ucapan bermakna yang sempurna (Haugen, 1956: 6, Mc Langhlin,

1984: 8). Selanjutnya, Alwasilah (1986: 124) mengutip dari Webster’s New

Collegiate Dictionary menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah perihal

pemakaian dua bahasa lisan secara terus menerus (the constant oral use of two

language) (1981:108).

Nababan dan Soetomo cenderung mengasosiasikan bahwa kedwibahaan

terkait erat dengan aktivitas berbahasa lisan. Menurut Nababan (1984:27)

bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan

orang lain, sedangkan Soetomo (1985) mengartikan bahwa kedwibahasaan

merupakan kemampuan mengeluarkan ucapan-ucapan yang berarti dalam bahasa

lain. Namun, kesempurnaan dalam pemakaian dua bahasa secara bergantian dan

terus menerus seperti dipaparkan Haugen diatas, hanya bisa terjadi apabila

penutur sudah begitu fasih dalam penguasaan kedua bahasa tersebut. Ada

beberapa ahli sosiolinguistik menganggap bahwa maksud dan tujuan penggunaan

dua bahasa sangat beranekaragam dan berbeda dari satu orang ke orang lain

bergantung pada topik, penyimak dan konteksnya.

Sedangkan kedwibahasaan dalam bahasa tulisan tidak begitu spesifik

diulas oleh para ahli bahasa. Namun, pada dasarnya yang mereka kemukakan

19

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

sudah bisa dimengerti bahwa bilingualisme dapat berlangsung pula dalam bentuk

bahasa tulisan. Menurut Mackey dalam Fishman yang dikutip Alwasilah (1985:

125) menyatakan bahwa kedwibahasaan merupakan pemakaian secara bergantian

dua bahasa atau lebih.

Kesimpulannya, bahwa sebenarnya kedwibahasaan tidak mutlak sebagai

penguasaan dua bahasa secara sempurna. Sehingga penguasaan secara sempurna

atas dua bahasa yang berbeda sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi.

Orang yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa atau lebih

disebut dengan dwibahasawan. Pada masa sekarang, sangat lazim ditemui orang

atau masyarakat yang berdwibahasa. Hal ini disebabkan kedwibahasaan sudah

merupakan gejala diseluruh dunia. Selain itu, kedwibahasaan telah ada semenjak

bahasa muncul dalam sejarah peradaban manusia. Sehingga sangat mungkin jika

dewasa ini tidak ada kelompok bahasa yang terasing dari kelompok bahasa yang

lain, apalagi dengan adanya kontak bahasa diantara penutur bahasa yang berbeda

tersebut (Kamarudin, 1989:4).

Menurut Nababan (1984:27) dwibahasawan adalah seseorang yang dapat

menggunakan dua bahasa, sedangkan ahli bahasa yang lain memberikan

pengertian dwibahasawan sebagai berikut :

Kebiasaan untuk memakai dua bahasa atau lebih secara bergilir disebut kedwibahasaan dan pembicara yang mempunyai kebiasaan menggunakan kedua bahasa tersebut disebut dwibahasawan (Samsuri, 1978;55).

20

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

Menurut MacNamara (1967) melalui Guntur Tarigan, mendefinisikan

dwibahasawan adalah orang yang memiliki paling sedikit keterampilan dasar

berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) dalam bahasa kedua

(L2/second language) sampai taraf minimal. Seorang dwibahasawan yang

menguasai bahasa asing dan bahasa nasional atau menguasai bahasa daerah dan

bahasa nasional penguasaannya tidak selalu sama baiknya atau sempurna, baik

dalam tuturan lisan maupun tulisan. Menurut Haugen, persyaratan bahwa

seseorang dwibahasa harus mempunyai kemampuan untuk menguasai dua atau

lebih bahasa dengan sama atau hampir sama fasihnya tentu sulit untuk dipenuhi

oleh seseorang, karena sebesar apapun penguasaan bahasa kedua (L2/second

language) tidak akan pernah sama dengan penutur aslinya (native speaker).

Adapun yang dimaksud penguasaan bahasa disini adalah seseorang bisa

memahami makna yang terkandung dalam ujaran yang disampikan oleh lawan

bicara. Hal ini tentunya menunjukkan kenyataan bahwa penguasaan suatu bahasa

yang bukan bahasa ibu tidak akan pernah sama dengan kadar bahasa pertamanya.

D. Kode

Manusia Indonesia pada umumnya saat ini dipastikan mampu menguasai

dua bahasa atau lebih. Walaupun bahasa yang dikuasai adalah berupa bahasa

daerah, bahasa nasional, ataupun bahasa asing baik secara aktif maupun pasif.

Dalam suatu komunikasi silang atau komunikasi dua arah maupun komunikasi

satu arah, seorang penutur dua bahasa akan sering mengucapkan dua bahasa yang

21

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

dikuasainya secara bergantian baik sengaja maupun tidak sengaja. Fenomena ini

bisa disebut sebagai gejala alih kode (code switching) atau campur kode (code

mixing). Selanjutnya yang penulis maksudkan disini adalah penguasaan atas

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

1. Pengertian Kode

Kode merupakan varian-varian suatu bahasa. Banyak pendapat

mengenai arti kode menurut para ahli bahasa. Antara lain menurut Soepomo

(1976: 3) kode diartikan sebagai suatu bentuk varian bahasa yang secara nyata

dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat. Kode sebagai salah satu

sistim yang dipergunakan sebagai komunikasi juga dikemukakan oleh

Wardhaugh (1986 : 86) :

“in contrast, the neutral term code can be used to refer to any kind of system that two or more people employ for communication. (it can actually be used for a system used by a single person, as when someone devises a private code to protect certain secrets)”.

Kridalaksana mendefinisikan kode sebagai sebuah sistem bahasa

dalam masyarakat, lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk

menggambarkan makna tertentu dan variasi tertentu dalam bahasa

(Kridalaksana, 1982 : 27). Sedangkan menurut teori Bernstein yang dikutip

Alwasilah menyatakan bahwa suatu kode bahasa secara fundamental berfungsi

sebagai suatu perangkat aturan untuk menyatakan dan mengatur bentuk-

22

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

bentuk hubungan sosial. Atau dengan istilah lain, bahwa kesuksesan suatu

hubungan sosial dari anggota masyarakat ujaran dan kemudian mendapat

keistimewaan sosial dalam sosialisasinya adalah tergantung pada derajat

organisasi (pengaturan) pesan-pesan linguistiknya (Alwasilah, 1989 : 96).

Dari berbagai pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa kode

mempunyai ciri tersendiri yang membedakan kode satu dengan kode lainnya.

Setiap bahasa memiliki beberapa kode, dan jumlah kode dari bahasa yang satu

dengan bahasa lainnya berbeda. Semakin kompleks pemakaian bahasa akan

semakin banyak pula kode yang dimilikinya (Soepomo, 1976 : 3). Sehingga

penelitian tentang hubungan kode (alih kode dan campur kode) dengan

dwibahasawan adalah menyangkut pada penggunaan bahasa yang mereka

kuasai.

2. Alih Kode (Code Switching)

Alih kode tidak akan terdapat dalam masyarakat ekabahasa, sebab

menurut Di Pietro dalam Kamarudin, “the use of more than one language by

communicants in the execution of a speech act”. Jadi dari pernyataan ini dapat

diambil pengertian bahwa alih kode terjadi dalam suatu tuturan yang

menggunakan lebih dari satu bahasa (1989 : 59). Menurut Dell Hymes, alih

kode merupakan istilah umum untuk menyebutkan penggantian atau peralihan

pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari suatu bahasa, atau

23

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

bahkan beberapa gaya dari satu ragam bahasa. Alih kode diasanya terjadi pada

masyarakat dwi bahasa atau multibahasa. Tetapi menurut Soewito alih kode

adalah peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Jadi, alih kode dapat

berupa alih dialek (dalam satu bahasa), alih tutur, maupun alih ragam

(Soewito, 1983 : 68).

Namun pada dasarnya alih kode merupakan salah satu contoh

percampuran variasi-variasi bahasa yang banyak terjadi, dimana seorang

penutur menggunakan variasi-variasi bahasa yang berbeda dalam waktu yang

berbeda pula. Atau dapat disebut, alih kode adalah suatu bentuk kontak bahasa

sebagai bagian dari kontak budaya. Menurut beberapa ahli bahasa, alih kode

adalah suatu tindak bahasa yang aktif dan kreatif yang dilakukan oleh seorang

penutur dwibahasa. Peralihan yang dilakukan dwibahasawan ini berlangsung

dalam tuturan yang cepat, yang hanya bisa terjadi jika penutur benar-benar

fasih dalam dua bahasa. Hal ini didasari oleh pendapat Dulay, Heidy, Marina

Burt, dan Krashen :

“Code switching, too, is an active and creative process of incorporating material from both of a bilingual’s language into communicative acts. It involves the rapid and momentary shifting from one language into another”(1982 : 114).

Akan tetapi, tindakan melakukan alih kode justru dapat diartikan

bahwa penutur kurang begitu menguasai pemakaian struktur kedua bahasa.

Jika terlalu sering menggunakan alih kode akan memberikan kesan bahwa

penutur kurang bisa mengendalikan pemakaian sistim struktural dari kedua

24

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

bahasa dan mencampurkannya tanpa memperhatikan kaidah berbahasa dari

kedua bahasa tersebut. Sehingga perlu adanya kaidah-kaidah rumit yang harus

ditaati dan dipatuhi oleh penutur dwibahasa apabila akan beralih dari satu

sistem gramatikal ke sistem gramatikal yang lain.

3. Campur Kode (Code Mixing)

Di dalam masyarakat yang multilingual, campur kode merupakan

suatu aspek ketergantungan bahasa yang sering terjadi. Menurut Soewito,

dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan

timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Maksud peranan disini

adalah siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi adalah apa yang

hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. Jadi ada hubungn yang erat

antara identitas penutur dengan bahasa yang digunakannya (Soewito, 1983 :

75). Hal yang perlu diperhatikan dalam mencermati perbedaan antara alih

kode dengan campur kode adalah bahwa alih kode diasumsikan sebagai

pengalihan suatu kode ke kode lain yang berhubungan dengan faktor tertentu

dalam situasi tutur. Yaitu penutur dan lawan tutur, jenis komunikasi

berhadapan langsung, tulisan atau telepon, topik pembicaraan, tujuan penutur

berbicara, waktu dan tempat pembicaraan, dan lain sebagainya. Sedangkan

dalam campur kode, hal-hal tersebut bukan merupakan suatu persyaratan

mutlak (Nababan, 1978 : 125).

25

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

Menurut Holmes (1992 : 51) dalam campur kode peralihan hanya

terjadi pada kalimat, artinya mencakup percampuran-percampuran unsur-

unsur kalimat tersebut.

”Switches only occur wthin sentences at points where the grammars of both languages match each other. So you could only switch between an adjective and noun if both languages used the same order for that adjective and noun”.

Percampuran unsur-unsur kalimat itu melibatkan juga grammar/tata

bahasa yang bersistem sama dari dua bahasa yang dikuasai penutur.

Dicontohkan oleh Holmes dalam kata sifat dan kata benda yang tersusun

dalam sebuah klausa seperti :

English : big house French : grande maison

Ada kemungkinan campuran menjadi big maison atau grande house. Sehingga

campur kode lebih dapat diartikan sebagai percampuran unit-unit bahasa satu

ke bahasa lain. Percampuran bahasa ini menghasilkan bentuk-bentuk

komunikasi linguistik yang baru. Akan sangat berbeda dengan contoh :

English : red boat French : bateau rouge

Pola suku katanya berlawanan, sehingga percampuran tidak dimungkinkan

terjadi.

Menurut Kachru (1978 : 32) bahwa berbagai bentuk campur kode

berkisar antara kata dan frasa dengan berbagai variasinya. Variasi tersebut

berbentuk baster, ungkapan dan kata ulang. Pendapat para ahli dan

pembahasan mengenai campur kode sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

26

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

pembahasan mengenai alih kode. Maksudnya bahwa ragam bahasa atau

bahkan unsur-unsur bahasa adalah obyek utama dari kedua gejala bahasa

tersebut. Namun seperti pendapat Nababan diatas, bahwa keduanya harus

dibedakan. Campur kode tidak memerlukan syarat-syarat tertentu (seperti

kehadiran orang ketiga serta pengaruh waktu dan tempat) yang mengharuskan

penutur melakukan percampuran. Nababan juga mempertegas pernyatannya

ini dengan mengatakan bahwa campur kode hanya bisa terjadi dalam situasi

tidak formal atau situasi yang santai.

4. Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode

4.1. Penyebab Terjadinya Alih Kode

Pergantian kode hanya akan terjadi pada seseorang yang bisa atau

menguasai lebih dari dua bahasa. Menurut Trudgill :

“Code switching is switching from one language variety to another when situation demands (1976 : 86).

Jadi alih kode terjadi apabila ada situasi yang menghendaki. Maksud situasi

disini adalah faktor-faktor yang ada seperti suasana hati, keinginan untuk

mendidik lawan bicara, hadirnya orang ketiga, penutur yang tidak menguasai

kode yang dipakai atau dan sedang mempelajarinya, pengaruh kalimat/kode

yang terucap yang macamnya lain dengan kode semula, dan lain sebagainya

27

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

(Soepomo, 1976 : 13). Juga menurut Janet Holmes, bahwa apabila perubahan

kode itu sangat jelas, maka hal tersebut dapat disebut alih kode. Peralihan

suatu kode ke kode lain terjadi karena keinginan penutur sendiri sebagai

akibat dari perubahan suasana percakapan. Alih kode juga disebabkan oleh

tidak adanya kata yang tepat untuk digunakan mengungkapkan sesuatu dalam

bahasa pertama oleh seorang penutur ke bahasa kedua, sehingga kemudian ia

menggunakan bahasa lain yang dikuasai. Juga menurut Istiati Soetomo :

“...alih kode tidak hanya berasal dari satu-dua faktor tertentu saja, tetapi juga bermacam-macam faktor yang sangat kompleks dan saling kait-mengkait. Semua faktor itu dapat diperhatikan secara seksama. Jika diterapkan teori Talcott-Persons untuk menanggapi perilaku ini, faktor-faktor yang mempengaruhinya ternyata dapat diungkapkan dengan lebih cermat dan jelas. Dengan demikian, teori Talcott-Persons ini memberikan kemampuan lebih besar untuk memilah-milah faktor penyebab gejala tuturan seperti alih kode itu” (1992 : 29).

Menurut Soepomo (1976 : 34), alih kode dikelompokkan dalam dua

golongan pokok, yaitu :

1. Alih kode sementara, yaitu pergantian kode karena kehadiran orang ketiga

dan terdiri maksimal beberapa kalimat.

Contohnya, ketika A dan B sedang terlibat percakapan menggunakan

bahasa X. Kemudian muncul C yang tidak mampu berbahasa X,

sedangkan ketiganya mampu berbahasa Y. Maka A dan B kemudian

beralih ke bahasa Y, agar C juga dapat mengikuti percakapan yang sedang

berlangsung.

28

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

2. Alih kode permanen, biasanya berarti adanya pergantian sikap relasi

terhadap orang kedua secara sadar.

Sedangkan oleh Soewito (1983 : 68), alih kode dibagi kedalam tipe-

tipe sebagai berikut :

1. Alih kode intern, yaitu yang terjadi antara variasi dalam suatu bahasa asli.

Contohnya penggunaan bahasa Indonesia menggunakan dialek Betawi,

kemudian beralih ke dialek Jawa.

2. Alih kode ekstern, terjadi pada variasi bahasa asli dengan bahasa asing dan

terbatas pada pengguna dwibahasa dan multibahasa.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa faktor-faktor yang

mendorong terjadinya alih kode terdapat dalam pernyataan Hymes dalam

Soewito yang terangkum dalam akronim SPEAKING yang dijelaskan sebagai :

Setting and Scene (tempat dan suasana), Participants (lawan bicara), Ends

(tujuan dan maksud perbincangan), Act sequences (sikap), Key (latarbelakang

pembicaraan), Instrumentalities (sarana), Norms (aturan berbahasa), dan

Genres (yang berhubungan dengan jenis kelamin).

4.2. Penyebab Terjadinya Campur Kode

Sedangkan campur kode sangat berbeda dengan alih kode dalam hal

proses terjadinya, penulis akan mencoba memaparkan faktor penyebab

campur kode. Menurut Holmes, campur kode terjadi karena penutur kurang

begitu menguasai kedua bahasa yang dimilikinya secara baik.

29

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

“Code mixing suggests the speaker is mixing up code indiscrimanately or perhaps because of incompetence, whereas the switches are very well-motivated in relation to the symbolic or social meaning of the two codes” (1992 : 50).

Campur kode sebenarnya adalah suatu keadaan bahasa dimana orang

mencampur dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindakan berbahasa

tanpa ada suatu dalam situasi berbahasa tersebut yang menuntut adanya

pencampuran, dengan kata lain campur kode terjadi karena kebiasaan seorang

penutur mencampur dua atau lebih ragam bahasa dalam situasi informal. Ia

juga tidak menolak terjadinya campur kode dalam suasana tertentu. Masih

menurut Nababan, campur kode terjadi dalam situasi informal atau tidak

resmi. Namun jika dalam situasi formal masih muncul campur kode, hal ini

dimungkinkan karena tidak adanya ungkapan dari bahasa asing, atau bahkan

mungkin dalam hal tertentu penutur ingin memamerkan “kedudukannya” atau

“keterpelajaran”nya (Nababan, 1982 : 32).

Menurut Soewito dan Kachru, tipe campur kode ada dua yaitu ; tipe

campur kode yang dilatarbelakangi attitude atau sikap dan tipe campur kode

yang dilatarbelakangi kebahasaan atau linguistic. Masih menurut Kachru

(1978 : 37) dan Soewito (1978 : 77) bahwa campur kode menunjukkan

beberapa kesan yang dapat diambil dari diri penutur berupa :

1. Identifikasi Peranan

Hal ini dapat diukur dengan melihat keadaan sosial, registral dan

edukasional.

30

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

2. Identifikasi Ragam

Hal ini ditentukan oleh bahasa, yang mana penutur yang melakukan

campur kode akan menempatkan dirinya ke dalam status sosial tertentu.

3. Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan

Campur kode menandai sikap dan hubungannya terhadap orang lain, dan

sikap serta hubungan orang lain terhadap penutur tersebut. Misalnya untuk

menunjukkan keakraban.

Campur kode terjadi karena hubungan timbal balik antara peranan

(penutur), bentuk dan fungsi bahasa. Artinya, penutur yang mempunyai

latarbelakang sosial tertentu cenderung memilih bentuk campur kode untuk

mendukung fungsi-fungsi tertentu. Bentuk dukungan tersebut maksudnya jika

campur kode menggunakan unsur-unsur bahasa Inggris, akan memberi kesan

bahwa penutur adalah orang yang modern, berpendidikan tinggi, dan

mempunyai hubungan luas. Campur kode menggunakan unsur bahasa daerah

menunjukkan bahwa penutur cukup kuat rasa kedaerahannya atau ingin

menonjolkan kekhasan daerahnya.

Dari sejumlah pendapat dari para ahli tersebut, penulis menyimpulkan

bahwa alih kode terjadi dalam suasana mendadak ketika suatu tuturan atau

percakapan sedang terjadi. Keadaan ini terjadi karena tempat dan suasana serta

obyek pembicaraan berubah, munculnya orang ketiga, dan adanya tujuan

tertentu pergantian kode oleh penuturnya. Dalam campur kode, penulis

beranggapan bahwa penutur sudah terbiasa bertutur dalam dua bahasa atau

31

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

multi bahasa yang dikuasainya. Terlepas dari apakah penutur menguasai atau

tidak struktur bahasa-bahasa tersebut.

E. Sekilas tentang Penulis Gayeng Semarang

Dalam sebuah penerbitan pers atau media cetak, selain disajikan tulisan-

tulisan berita baik politik, hukum, olah raga, pendidikan, budaya, dan sosial, juga

disajikan rubrik. Rubrik ini berupa kolom yang yang hadir setiap hari, mingguan,

atau bulanan. Seperti halnya harian umum Suara Merdeka menyajikan rubrik

Gayeng Semarang yang diisi oleh para kolumnis yang handal dengan menyoroti

permasalahn kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan pun lugas dan mudah

difahami. Kumpulan rubrik Gayeng Semarang yang penulis teliti antara lain

memuat tulisan dari kolumnis :

1. Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, SH.

Beliau lahir di Banyumas pada tanggal 15 Desember 1930. Tokoh yang

berkecimpung didunia akademis ini adalah profesor hukum di Universitas

Diponegoro Semarang, pengajar pada Ilmu Kepolisian pada program Pasca

Sarjana Universitas Indonesia dan juga sebagai Dewan Pendidikan Tinggi di

Departemen Pendidikan. Bapak empat anak ini menempuh pendidikan pada

master hukum Universitas Diponegoro pada tahun 1960, University California at

Berkeley tahun 1972 dan doktor ilmu hukum Universitas Diponegoro Semarang

tahun 1979. Sekarang beliau sudah pensiun dan memiliki sebutan Profesor

Emeritus Sosiologi.

32

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-ardhimawar... · Setiap bidang ilmu yang dipelajari pasti memiliki fungsi dalam kehidupan

2. Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.

Beliau dilahirkan di Purbalingga tanggal 9 Juni 1944. Beliau mengenyam

pendidikan sebagai Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Gajah Mada

Yogyakarta tahun 1969, pasca sarjana Town Planning University of Wales

Institute of Science and Technology, Cardiff, UK tahun 1978. Pernah menjabat

sebagai Rektor Universitas Diponegoro Semarang dan Ketua Forum Rektor Jawa

Tengah. Saat ini jabatan beliau adalah Ketua DP2K Kota Semarang dan Ketua

Dewan Kesenian Provinsi Jawa Tengah. Berbagai penghargaan lokal, daerah

hingga nasional pernah diterimanya.

3. Prof. Dr. Abu Su’ud.

Lahir di Tegal pada tanggal 27 juli 1938. Tokoh yang aktif di berbagai

lembaga seperti Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Muhammadiyah dan

Majelis Ulama Indonesia ini pernah menjabat sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Semarang sampai masa bakti tahun 2007. Beliau lulus sebagai

Sarjana Pendidikan Sejarah/Budaya dari IKIP Bandung pada tahun 1964, Doktor

Pendidikan Studi Sosial IKIP Bandung tahun 1986, dan guru besar Pendidikan

Sejarah tahun 1991.

33