bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/bab ii_filzah... · 5 bab...

16
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) termasuk infeksi pada area saluran pernapasan yang berlangsung kurang dari 30 hari. Infeksi saluran pernapasan akut dapat diklasifikasikan ke dalam infeksi akut saluran pernafasan atas dan infeksi akut saluran pernafasan bawah, tergantung pada organ utama yang terkena yaitu hidung, sinus, telinga tengah, laring, faring, trakea, bronkus, dan paru paru (Montasser et al., 2012). Klasifikasi infeksi saluran pernapasan akut menurut Goh et al (1999): Rinitis akut, Faringitis, Tonsilitis, Otitis media, Sinusitis akut, Laringotrakeo-Bronkitis, Epiglotitis, Bronkitis akut, Bronkiolitis akut, dan Pneumonia dan dalam Anggraheni et al (2013) rinofaringitis termasuk ke dalam infeksi saluran pernapasan akut. 1. Otitis Media Otitis media akut didefinisikan sebagai inflamasi akut di telinga tengah, kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri (Fry, 1985). Bakteri dan virus yang menyebabkan otitis media biasanya S.pneumonia,H.Influenzae, Catarrhalis moraxella,GrupAbStreptococcus- haemolytic (Goh et al., 1999). Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, sakit telinga, demam, gelisah, mual, muntah, diare, telinga gatal serta otore apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada anak-anakgejala yang ditimbulkan adalah gelisah, menangis,dan kadang-kadangmenarik telinga ( Goh et al., 1999). Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian dosis 80 mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama 5 hari. Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan antibiotik golongan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin- Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Upload: others

Post on 11-Jul-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) termasuk infeksi pada area saluran

pernapasan yang berlangsung kurang dari 30 hari. Infeksi saluran pernapasan

akut dapat diklasifikasikan ke dalam infeksi akut saluran pernafasan atas dan

infeksi akut saluran pernafasan bawah, tergantung pada organ utama yang

terkena yaitu hidung, sinus, telinga tengah, laring, faring, trakea, bronkus, dan

paru – paru (Montasser et al., 2012). Klasifikasi infeksi saluran pernapasan

akut menurut Goh et al (1999): Rinitis akut, Faringitis, Tonsilitis, Otitis

media, Sinusitis akut, Laringotrakeo-Bronkitis, Epiglotitis, Bronkitis akut,

Bronkiolitis akut, dan Pneumonia dan dalam Anggraheni et al (2013)

rinofaringitis termasuk ke dalam infeksi saluran pernapasan akut.

1. Otitis Media

Otitis media akut didefinisikan sebagai inflamasi akut di telinga

tengah, kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri (Fry,

1985). Bakteri dan virus yang menyebabkan otitis media biasanya

S.pneumonia,H.Influenzae, Catarrhalis moraxella,GrupAbStreptococcus-

haemolytic (Goh et al., 1999). Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik

dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, sakit

telinga, demam, gelisah, mual, muntah, diare, telinga gatal serta otore

apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada anak-anakgejala

yang ditimbulkan adalah gelisah, menangis,dan kadang-kadangmenarik

telinga ( Goh et al., 1999). Menurut American Academic of Pediatric

(2004), amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian dosis 80

mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama 5 hari. Jika pasien

alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan antibiotik golongan

sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

6

klavulanat efektif terhadap Haemophillus influenzae dan Moraxella

catarrhalis termasuk Streptococcus pneumoniae (Kerschner, 2007).

2. Sinusitis Akut

Sinusitis akut adalah infeksi pada sinus yang menyebabkan

peradangan dan biasanya hilang sendiri tanpa pengobatan, ada beberapa

perawatan yang dapat membantu meringankan gejala. Sinusitis dikatakan

akut bila terjadi selama 4 – 30 hari dan dikatakan subakut bila berlangsung

4 -12 minggu. Tanda dan gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya

purulen pada hidung, nyeri wajah, pembengkakan periorbital, sakit kepala,

sakit gigi, dan demam. Gejala biasanya terjadi sampai dengan 7 hari.

Patogen penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae, Catarrhalismoraxella serta mikroorganisme

lainnya mencakup streptococcus haemolytic dan virus pernafasan (Goh et

al., 1999). Adapun terapi untuk mengurangi gejalanya adalah :

a. Obat penghilang rasa nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen, bila

diperlukan saat nyeri sangat kuat bisa menggunakan kodein.

b. Dekongestan dapat berupa semprotan atau tetes hidung,

penggunaan dekongestan tidak diharuskan selama 5 – 7 hari karena

dapat menyebabkan penyempitan di hidung.

c. Pengobatan dengan antibiotik dapat digunakan pada saat gejalanya

berat, menetap dalam 7 hari atau memburuk. Antibiotik lini

pertama yang dapat digunakan adalah amoksisilin, trimetoprim,

sulfametoksazol, dan lini kedua amoksisilin/klavulanat atau

sefalosporin (Kenny, 2014; Goh et al., 1999)

3. Faringitis

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

oleh virus ( 40 – 60%), bakteri ( 5-40% ), alergi, trauma, toksin, dan lain-

lain. Penularan infeksi penyakit ini melalui sekret hidung dan ludah

(droplet infection) (Rusmarjono et al., 2007). Tanda dan gejala dari

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

7

faringitis terutama yang paling umumpada anak-anakantara usia 4 sampai

10tahun adalah sakit tenggorokan, batuk, demam, malaise, hidung

tersumbat, faringeritema±tonsilkemerahan, limfadenopati servikal (Goh et

al., 1999 ). Patogen penyebab faringitis adalah virus dan Grup Ab–

Streptococcus Haemolytic. Terapi yang dapat digunakan dalam

penanganan faringitis adalah :

a. Antibiotik, untuk lini pertama menggunakan penisilin spektrum sempit.

Oral penisilin harus digunakan selama 10 hari bahkan jika gejala

mereda. Amoksisilin juga dapat digunakan karena sama efektifnya dan

rasanya tidak terlalu pahit untuk anak – anak. Jika alergi terhadap

amoksisilin dapat menggunakan sefalosporin atau eritromisin.

b. Antiinflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen, doklofenak, atau analgetik

lain seperti parasetamol untuk mengurangi gejala seperti demam.

c. Kortikosteroid tidak terlalu sering diresepkan pada faringitis akut tetapi

dapat diberikan saat keadaannya lebih parah (Anjos et al., 2014).

4. Bronkhitis

Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.

Patogen penyebab bronkhitis dapat berupa virus, mikoplasma atau bakteri

(Depkes RI, 2007). Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada penyakit

bronkhitis adalah dapat berupa batuk parah pada malam hari yang disertai

sputum, sesak nafas, demam, takipnea, lemah, lesu, adanya ronchi, nyeri

kepala, dan nyeri telan (Goh et al., 1999). Terapi Penatalaksanaan

Bronkhitis berdasarkan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun

2007 adalah :

a. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada

penderita dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol; kepada

anak – anak sebaiknya hanya diberikan parasetamol.

b. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan, serta

menghentikan kebiasaan merokok.

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

8

c. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya

menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya

berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan

penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.

d. Kepada penderita dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin

250-500 mg 4 x sehari. Eritromisin 250-500 mg 4 x sehari

diberikan selama 7 – 10 hari.

e. Dosis untuk anak : eriromisin 40-50 mg/kgBB/hari, walaupun

dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae.

f. Kepada penderita anak-anak dapat diberikan amoxicillin.

5. Rhinitis Akut

Rhinitis didefinisikan sebagai radang pada selaput hidung. Rhinits

akut biasanya terjadi kurang dari 6 minggu dan biasanya disebabkan oleh

udara dingin atau infeksi atau adanya paparan bahan kimia dan polutan

(Ayu, 2015). Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari rhinitis akut adalah:

hidung tersumbat, bersin, rhinorrhoea, demam, malaise,dannyeriotot, pada

infeksiyang lebih parah kadang-kadang terdapatbatukyang

menunjukkanadanyaradanglaring, trakeaatau bronkus (Goh et al., 1999).

Rhinitis akut sebagian besar disebabkan oleh virus (rhinovirus, adenovirus,

RSV, parainfluenza, virus influenza), infeksi bakteri biasanya diakibatkan

oleh bakteri Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza, dan

Moraxella catarrhalis. Terapi antibiotik pada rhinitis akut tidak

disarankan karena tidak mempunyai manfaat yang signifikan dan mungkin

menyebabkan efek samping. Gejala yang muncul dapat diobati dengan

parasetamol, tetes hidung (vasokontriksi), penggunaan antihistamin atau

pseudoephedrine (Goh et al., 1999).

6. Rhinofaringitis akut

Rhinofaringitis akut adalah sebuah infeksi akut saluran pernapasan

yang disebabkan oleh virus rhinitis. Rhinofaringitis akut merupakan

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

9

infeksi saluran pernapasan atas yang paling sering terjadi pada anak –

anak. Rhinofaringitis disebabkan oleh beberapa virus seperti rhinovirus,

coronavirus, virus parainfluenza, dan adenovirus (Pitrez et al., 2003).

Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari rhinofaringtis akut adalah sakit

tenggorokan, batuk, lakrimasi, diare pada bayi, cairan di hidung tidak

menandakan adanya indikasi infeksi sekunder dari bakteri. Pada

rhinofaringitis akut pengobatan dengan antibiotik tidak direkomendasikan

karena tidak mempercepat pemulihan. Terapi yang digunakan untuk

menangani gejala yang ditimbulkan dari rhinofaringitis akut adalah dapat

dengan membersihkan hidung dengan Sodium klorida 0,9%, kemudian

untuk mengobati demam dan sakit tenggorokan dapat diberikan

parasetamol 2–3 hari dengan dosis yang digunakan untuk anak adalah

60mg/kgBB/3-4 kali sehari (Broek et al., 2013).

7. Bronkhiolitis Akut

Bronkhiolitis akut adalah infeksi virus akut yang terjadi pada bayi,

pada tahun pertama kelahirannya, biasanya terjadi pada umur 2 sampai 10

bulan, infeksi bronkhiolitis tidak terjadi pada anak lebih dari 2 tahun,

terjadinya bronkhiolitis selama musim dingin dan berlangsung hingga

musim semi. Bronkhiolitis biasanya terjadi 2 sampai 7 hari. Tanda dan

gejala dari bronkhiolitis adalah iritasi, penurunan nafsu makan, merasa

lelah, dan demam yang menengah, disertai batuk, muntah, diare, nafas

berbunyi, meningkatnya laju pernafasan, dan tachypnea yangterjadi

selama 3 sampai 7 hari (Goh et al., 1999). Terapi yang dapat digunakan

untuk menangani bronkhiolitis akut adalah dengan pemberian ribavirin

pada penderita bronkhiolitis, yang dimana terapi tersebut merupakan

pilihan yang menguntungkan terutama pada anak-anak. Tujuan terapi

adalah mencegah terjadinya resolusi infeksi oleh virus (Glover and Reed,

2005).

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

10

8. Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit pada organ paru-paru dan sistem

pernafasan dimana alveoli menjadi radang disertai dengan penimbunan

cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab, meliputi

infeksi karena bakteri, virus, jamur, atau parasit. Selain itu, pneumonia

juga dapat terjadi karena paparan bahan kimia atau kerusakan fisik dari

paru-paru, atau secara tak langsung berasal dari penyakit lain seperti

kanker paru (Fransisca, 2000). Gejala yang muncul pada pneumonia dapat

berupa batuk, sesak nafas, dan demam diatas 390

C. Terapi yang

digunakan untuk menangani pneumonia adalah amoksisilin yang

merupakan antibiotikpilihan pertama. Antibiotik golongan makrolida

dapat digunakan sebagai terapijikaada infeksi mycoplasmadan antibiotik

golongan makrolidajugadapat digunakan jika pasien alergipenisilin.

Antibiotiklini kedua yang dapat digunakan dalam terapi

adalahAmoxycillin/klavulanat, ampisilin/sulbaktam, dan cephalosporin

(Goh et al., 1999 )

B. Edukasi Kesehatan

Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau

usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,

kelompok, atau individu. Tujuan dari pesan tersebut adalah agar mereka

dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan

(Notoatmodjo, 2010). Selain itu, juga bertujuan mendorong masyarakat

dalam mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk

membantu dirinya sendiri (World Health Organization, 1988). Masyarakat

memerlukan informasi dan edukasi mengenai obat-obatan serta cara

pemilihan obat yang tepat karena beberapa alasan, yaitu (Fresle &

Wolfheim, 1997) :

1. Pentingnya peran obat di dalam pelayanan kesehatan modern.

2. Agar individu dan masyarakat dapat bertanggung jawab terhadap

kesehatannya.

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

11

3. Agar individu dan masyarakat, sebagai konsumen, memiliki

kemampuan dasar dalam pembelian obat sendiri yang aman dan

rasional, serta tidak mudah terpengaruh oleh promosi komersial

obat.

4. Agar individu dan masyarakat, sebagai pasien, dapat turut serta

dalam pengambilan keputusan terapi dan penggunaan obat, demi

tercapainya hasil terapi yang optimal.

Metode pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis

(Notoatmodjo, 2003):

1. Metode Pendidikan Individual ( Perorangan )

Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk

membina terbentuknya perilaku baru. Dasar digunakannya

pendekatan ini dikarenakan setiap orang memiliki masalah atau

alasan yang berbeda – beda dalam penerimaan perilaku baru

tersebut. Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :

a. Bimbingan

b. Wawancara

2. Metode Pendidikan Kelompok

Pemilihan metode berdasarkan pada besarnya kelompok sasaran,

serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektivitas suatu

metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

3. Metode Pendidikan Massa (Publik)

Metode pendidikan massa digunakan untuk mengkomunikasikan

pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang

sifatnya umum. Beberapa contoh metode ini antara lain :

a. Ceramah umum ( public speaking )

b. Pidato – pidato kesehatan melalui media elektronik

c. Tulisan – tulisan di majalah atau koran

d. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, atau

poster

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

12

Pengetahuan atau sumber kesehatan yang sering diperoleh orang

tua dapat melalui keluarga dekat atau anggota keluarga, melalui media

(majalah, radio, dan koran), internet dan buku tentang kesehatan (Gupta et

al., 2005). Oleh karena itu pentingnya edukasi atau pendidikan informasi

bagi orang tua dalam penggunaan antibiotik secara tepat diperlukan untuk

mencegah terjadinya bahaya resistensi. Adapun kriteria penggunaan obat

rasional adalah ( Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008 ) :

1. Tepat Diagnosis

Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak

ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah.

2. Tepat Indikasi Penyakit

Obat yang diberikan harus tepat bagi suatu penyakit.

3. Tepat Pemilihan Obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan

penyakit.

4. Tepat Dosis

Dosis, jumlah, cara, waktu, dan lama pemberian obat harus tepat.

Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi

menyebabkan efek terapi tidak tercapai.

a. Tepat Jumlah

Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang

cukup.

b. Tepat Cara Pemberian

Cara pemberian obat yang tepat adalah obat antasida

seharusnya dikunyah dahulu baru ditelan. Demikian pula

antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan

membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsi

sehingga menurunkan efektivitasnya.

c. Tepat Interval Waktu Pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin

dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

13

frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari)

semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang

harus diminum 3x sehari harus diartikan bahwa obat

tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

d. Tepat Lama Pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya

masing – masing. Untuk tuberkulosis pemberian paling

singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling

singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada

demam tifoid adalah 10 – 14 hari.

5. Tepat Penilaian Kondisi Pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain

harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,

menyusui, lanjut usia atau bayi.

6. Waspada Terhadap Efek Samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan

yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti

timbulnya mual, muntah, gatal – gatal, dan lain sebagainya.

7. Efektif, Aman, Mutu Terjamin, Tersedia Setiap Saat, dan Harga

Terjangkau

Untuk mencapai kriteria ini obat dapat dibeli melalui jalur resmi.

8. Tepat Tindak Lanjut

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut

konsultasikan ke dokter.

9. Tepat Penyerahan Obat

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien

sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau

tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya

dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat.

10. Pasien Patuh Terhadap Perintah Pengobatan yang Diberikan :

Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

14

a. Jenis sediaan obat beragam

b. Jumlah obat terlalu banyak

c. Frekuensi pemberian obat terlalu sering

d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai

cara menggunakan obat

f. Timbulnya efek samping

C. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia seperti indera penglihatan,

pendengaran, pnciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Penelitian

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

a. Awareness (Kesadaran), yaitu seseorng menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Sikap subjek sudah mulai timbul pada tahap ini.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, yaitu suatu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendak oleh stimulus.

e. Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

15

D. Media Edukasi Kesehatan

Media edukasi (pendidikan) kesehatan adalah alat bantu

pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan pesan – pesan

kesehatan. Alat – alat tersebut dapat mempermudah penerimaan pesan –

pesan kesehatan oleh masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Edukasi atau

penyampaian informasi dibagi menjadi dua yaitu secara verbal dan non

verbal. Edukasi secara verbal diantaranya konseling, ceramah atau

kelompok diskusi dan untuk edukasi atau penyampaian informasi secara

non verbal misalnya dengan leaflet, flyer, poster, spanduk, flipchart dan

buku cerita bergambar (Notoatmodjo, 2007).

1. Media Edukasi Verbal (Konseling)

Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan

secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat (Depkes RI,

2006). Menurut KEPMENKES RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, konseling adalah suatu

proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien

untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan

obat dan pengobatan (Depkes RI, 2004). Di dalam prakteknya, konseling

obat melakukan penyampaian dan penyediaan nasehat – nasehat yang

berkaitan dengan obat, yang didalamya terdapat implikasi diskusi timbal

balik dan tukar menukar opini (Siregar dan Kumolosari, 2004). Peran

terpenting konseling pasien adalah memperbaiki kualitas hidup pasien dan

menyediakan pelayanan yang bermutu untuk pasien (Rantucci, 2006).

Dengan adanya konseling obat diharapkan pasien mendapatkan

pengetahuan dan pemahaman pasien dalam ketepatan penggunaan obat

sehingga berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam

proses penyembuhan penyakitnya (Depkes RI, 2006). Selain dapat

meningkatkan kepatuhan pasien, pemberian konseling obat dapat

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

16

mengurangi terjadinya efek samping obat pada pengobatan yang dijalani

oleh pasien (Poudel dkk, 2008).

2. Media Edukasi Non Verbal (Leaflet)

Leaflet merupakan suatu bentuk penyampaian informasi atau pesan

– pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Leaflet termasuk salah

satu media edukasi yang sederhana dan mudah dibuat. Isi informasi dapat

dibuat dalam bentuk kalimat, gambar, maupun gabungan keduanya

(Notoadmodjo, 2003). Kegunaan dan keunggulan dari penggunaan leaflet

sebagai media edukasi kesehatan, antara lain ( Ewles & Simnett, 1994) :

1. Responden dapat menggunakan leaflet untuk belajar tentang

informasi kesehatan secara mandiri.

2. Responden dapat melihat isinya pada saat santai.

3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4. Dapat memberikan detail yang tidak memungkinkan disampaikan

secara lisan.

5. Sederhana dan dapat sangat murah.

6. Responden dan pendidik dapat mengunakannya untuk mempelajari

informasi yang rumit bersama –sama.

Penggunaan leaflet juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain

(Ewles & Simnett, 1994) :

1. Leaflet profesional sangat mahal.

2. Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran yang

bersifat umum, sehingga kemungkinan tidak cocok untuk setiap

orang.

3. Uji coba kepada sasaran sangat dianjurkan.

4. Leaflet tidak tahan lama dan mudah hilang.

5. Dapat diabaikan jika tidak didukung dengan keaktifan dari

pendidik untuk melibatkan responden dalam membaca dan

menggunakan materi dari leaflet.

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

17

E. Penyimpanan Obat

Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa

jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediannya maupun

kemasannya. Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu

dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak

memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan

terjadi perubahan sifat obat terebut , sampai terjadi kerusakan obat. Cara

penyimpanan obat di rumah tangga adalah sebagai berikut (Direktorat

Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008) :

1. Cara penyimpanan umum :

a. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.

b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup

rapat.

c. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar

matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.

d. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu

lama, karena suhu yang tidak stabil di dalam mobil dapat

merusak sediaan obat.

e. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.

2. Cara penyimpanan khusus :

a. Tablet dan kapsul

Jangan menyimpan tablet dan kapsul di tempat panas dan atau

lembab.

b. Sediaan Cair

Obat dalam bentuk cair jangan disimpan di dalam freezer

(lemari pendingin) agar tidak beku kecuali disebutkan pada

etiket atau kemasan obat.

c. Sediaan obat vagina dan ovula

Sediaan obat untuk vagina dan anus disimpan di lemari es

karena dalam suhu kamar akan mencair.

d. Sediaan aerosol/ Spray

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

18

Sediaan obat ini jangan disimpan di tempat yang mempunyai

suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.

Penyimpanan antibiotik sediaan suspensi yang mengandung zat

aktif amoksisilin sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu

kulkas ( 4 – 80

C ) untuk menghambat reaksi degradasi zat aktif (Adina,

2014).

F. Cara Pembuangan Obat

Obat sisa yang tidak digunakan untuk pengobatan lagi, sebaiknya

disimpan di suatu tempat obat yang terpisah dari penyimpanan barang –

barang lain dan tidak mudah dijangkau oleh anak – anak. Tetapi apabila

obat tersebut sudah rusak, sebaiknya dibuang saja, agar tidak digunakan

oleh orang lain yang tidak mengetahui mengenai masalah obat.

1. Cara pembuangan obat

Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat

penyimpanan yang lama atau kadaluarsa. Obat yang rusak dibuang

dengan cara :

a. Penimbunan di dalam tanah

Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah.

b. Pembuangan ke saluran air

Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran

air.

2. Cara pembuangan kemasan obat

a. Wadah berupa botol atu pot plastik

Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian

dibuang di tempat sampah, hal ini untuk menghindari

penyalahgunaan bekas wadah obat.

b. Boks/ dus/ tube

Gunting dahulu baru dibuang (Direktorat Bina Penggunaan Obat

Rasional, 2008)

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

19

G. Antibiotik

1. Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah zat – zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan

bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat

pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif

kecil. Turunan zat – zat ini, yang dibuat secara semi-sintetis, juga

termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintetis dengan khasiat

antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).

2. Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia antibiotik

(Tjay & Rahardja, 2007) adalah sebagai berikut :

a. Golongan Beta – Laktam, antara lain golongan sefalosforin, golongan

monosiklik, dan golongan penisilin.

b. Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh

jenis – jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora.

c. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatik.

d. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap

terutama bakteri gram positif dan spektrum kerja mirip dengan

Penicillin-G.

e. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon bersifat

bakterisid pada fase pertumbuhan kuman.

f. Antbiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh streptomyces

lincolnensis.

g. Antibiotik golongan kloramfenikol, antibiotik kloramfenikol memiliki

spektrum luas.

3. Resistensi Antibiotik

Resistensi didefinisikan sebagai salah satu akibat dari pemakaian

antibiotika yang berlebih dan kurang, maupun pemberian pada kondisi

yang bukan indikasi misalnya infeksi yang disebabkan oleh virus

(Kemenkes, 2011). Resistensi antimikrobial merupakan resistensi

mikroorganisme terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif.

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/BAB II_FILZAH... · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Infeksi saluran pernapasan

20

H. Kerangka Konsep

I. Hipotesis

G . Hipotesis

Pemberian edukasi kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

dan perilaku ketepatan dalam pengunaan antbiotik pada pasien anak penderita

ISPA di Poli Anak RSUD Arjawinangun Cirebon

I . Hipotesis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kamelia (2014) terdapat

pengaruh pemberian konseling terhadap kepatuhan pasien ISPA dalam

mengkonsumsi antibiotik di Puskesmas Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah

Provinsi Bangka Belitung. Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis yang

ditegakkan adalah pemberian edukasi kesehatan dengan konseling berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan dan ketepatan penggunaan antibotik oleh caregiver

pada pasien anak penderita ISPA di Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Majasem

Cirebon.

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Pemberian Edukasi

Kesehatan

1. Pengetahuan caregiver

mengenai antibiotik

2. Ketepatan penggunaan

antibiotik :

a. Ketepatan pemberian

dosis antibiotik.

b. Kewaspadaan

terhadap efek samping.

Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016