bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6585/3/bab ii_filzah... · 5 bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) termasuk infeksi pada area saluran
pernapasan yang berlangsung kurang dari 30 hari. Infeksi saluran pernapasan
akut dapat diklasifikasikan ke dalam infeksi akut saluran pernafasan atas dan
infeksi akut saluran pernafasan bawah, tergantung pada organ utama yang
terkena yaitu hidung, sinus, telinga tengah, laring, faring, trakea, bronkus, dan
paru – paru (Montasser et al., 2012). Klasifikasi infeksi saluran pernapasan
akut menurut Goh et al (1999): Rinitis akut, Faringitis, Tonsilitis, Otitis
media, Sinusitis akut, Laringotrakeo-Bronkitis, Epiglotitis, Bronkitis akut,
Bronkiolitis akut, dan Pneumonia dan dalam Anggraheni et al (2013)
rinofaringitis termasuk ke dalam infeksi saluran pernapasan akut.
1. Otitis Media
Otitis media akut didefinisikan sebagai inflamasi akut di telinga
tengah, kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri (Fry,
1985). Bakteri dan virus yang menyebabkan otitis media biasanya
S.pneumonia,H.Influenzae, Catarrhalis moraxella,GrupAbStreptococcus-
haemolytic (Goh et al., 1999). Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik
dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, sakit
telinga, demam, gelisah, mual, muntah, diare, telinga gatal serta otore
apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada anak-anakgejala
yang ditimbulkan adalah gelisah, menangis,dan kadang-kadangmenarik
telinga ( Goh et al., 1999). Menurut American Academic of Pediatric
(2004), amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian dosis 80
mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama 5 hari. Jika pasien
alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan antibiotik golongan
sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
6
klavulanat efektif terhadap Haemophillus influenzae dan Moraxella
catarrhalis termasuk Streptococcus pneumoniae (Kerschner, 2007).
2. Sinusitis Akut
Sinusitis akut adalah infeksi pada sinus yang menyebabkan
peradangan dan biasanya hilang sendiri tanpa pengobatan, ada beberapa
perawatan yang dapat membantu meringankan gejala. Sinusitis dikatakan
akut bila terjadi selama 4 – 30 hari dan dikatakan subakut bila berlangsung
4 -12 minggu. Tanda dan gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya
purulen pada hidung, nyeri wajah, pembengkakan periorbital, sakit kepala,
sakit gigi, dan demam. Gejala biasanya terjadi sampai dengan 7 hari.
Patogen penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Catarrhalismoraxella serta mikroorganisme
lainnya mencakup streptococcus haemolytic dan virus pernafasan (Goh et
al., 1999). Adapun terapi untuk mengurangi gejalanya adalah :
a. Obat penghilang rasa nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen, bila
diperlukan saat nyeri sangat kuat bisa menggunakan kodein.
b. Dekongestan dapat berupa semprotan atau tetes hidung,
penggunaan dekongestan tidak diharuskan selama 5 – 7 hari karena
dapat menyebabkan penyempitan di hidung.
c. Pengobatan dengan antibiotik dapat digunakan pada saat gejalanya
berat, menetap dalam 7 hari atau memburuk. Antibiotik lini
pertama yang dapat digunakan adalah amoksisilin, trimetoprim,
sulfametoksazol, dan lini kedua amoksisilin/klavulanat atau
sefalosporin (Kenny, 2014; Goh et al., 1999)
3. Faringitis
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus ( 40 – 60%), bakteri ( 5-40% ), alergi, trauma, toksin, dan lain-
lain. Penularan infeksi penyakit ini melalui sekret hidung dan ludah
(droplet infection) (Rusmarjono et al., 2007). Tanda dan gejala dari
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
7
faringitis terutama yang paling umumpada anak-anakantara usia 4 sampai
10tahun adalah sakit tenggorokan, batuk, demam, malaise, hidung
tersumbat, faringeritema±tonsilkemerahan, limfadenopati servikal (Goh et
al., 1999 ). Patogen penyebab faringitis adalah virus dan Grup Ab–
Streptococcus Haemolytic. Terapi yang dapat digunakan dalam
penanganan faringitis adalah :
a. Antibiotik, untuk lini pertama menggunakan penisilin spektrum sempit.
Oral penisilin harus digunakan selama 10 hari bahkan jika gejala
mereda. Amoksisilin juga dapat digunakan karena sama efektifnya dan
rasanya tidak terlalu pahit untuk anak – anak. Jika alergi terhadap
amoksisilin dapat menggunakan sefalosporin atau eritromisin.
b. Antiinflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen, doklofenak, atau analgetik
lain seperti parasetamol untuk mengurangi gejala seperti demam.
c. Kortikosteroid tidak terlalu sering diresepkan pada faringitis akut tetapi
dapat diberikan saat keadaannya lebih parah (Anjos et al., 2014).
4. Bronkhitis
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
Patogen penyebab bronkhitis dapat berupa virus, mikoplasma atau bakteri
(Depkes RI, 2007). Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada penyakit
bronkhitis adalah dapat berupa batuk parah pada malam hari yang disertai
sputum, sesak nafas, demam, takipnea, lemah, lesu, adanya ronchi, nyeri
kepala, dan nyeri telan (Goh et al., 1999). Terapi Penatalaksanaan
Bronkhitis berdasarkan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun
2007 adalah :
a. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol; kepada
anak – anak sebaiknya hanya diberikan parasetamol.
b. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan, serta
menghentikan kebiasaan merokok.
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
8
c. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya
berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan
penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
d. Kepada penderita dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin
250-500 mg 4 x sehari. Eritromisin 250-500 mg 4 x sehari
diberikan selama 7 – 10 hari.
e. Dosis untuk anak : eriromisin 40-50 mg/kgBB/hari, walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae.
f. Kepada penderita anak-anak dapat diberikan amoxicillin.
5. Rhinitis Akut
Rhinitis didefinisikan sebagai radang pada selaput hidung. Rhinits
akut biasanya terjadi kurang dari 6 minggu dan biasanya disebabkan oleh
udara dingin atau infeksi atau adanya paparan bahan kimia dan polutan
(Ayu, 2015). Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari rhinitis akut adalah:
hidung tersumbat, bersin, rhinorrhoea, demam, malaise,dannyeriotot, pada
infeksiyang lebih parah kadang-kadang terdapatbatukyang
menunjukkanadanyaradanglaring, trakeaatau bronkus (Goh et al., 1999).
Rhinitis akut sebagian besar disebabkan oleh virus (rhinovirus, adenovirus,
RSV, parainfluenza, virus influenza), infeksi bakteri biasanya diakibatkan
oleh bakteri Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza, dan
Moraxella catarrhalis. Terapi antibiotik pada rhinitis akut tidak
disarankan karena tidak mempunyai manfaat yang signifikan dan mungkin
menyebabkan efek samping. Gejala yang muncul dapat diobati dengan
parasetamol, tetes hidung (vasokontriksi), penggunaan antihistamin atau
pseudoephedrine (Goh et al., 1999).
6. Rhinofaringitis akut
Rhinofaringitis akut adalah sebuah infeksi akut saluran pernapasan
yang disebabkan oleh virus rhinitis. Rhinofaringitis akut merupakan
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
9
infeksi saluran pernapasan atas yang paling sering terjadi pada anak –
anak. Rhinofaringitis disebabkan oleh beberapa virus seperti rhinovirus,
coronavirus, virus parainfluenza, dan adenovirus (Pitrez et al., 2003).
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari rhinofaringtis akut adalah sakit
tenggorokan, batuk, lakrimasi, diare pada bayi, cairan di hidung tidak
menandakan adanya indikasi infeksi sekunder dari bakteri. Pada
rhinofaringitis akut pengobatan dengan antibiotik tidak direkomendasikan
karena tidak mempercepat pemulihan. Terapi yang digunakan untuk
menangani gejala yang ditimbulkan dari rhinofaringitis akut adalah dapat
dengan membersihkan hidung dengan Sodium klorida 0,9%, kemudian
untuk mengobati demam dan sakit tenggorokan dapat diberikan
parasetamol 2–3 hari dengan dosis yang digunakan untuk anak adalah
60mg/kgBB/3-4 kali sehari (Broek et al., 2013).
7. Bronkhiolitis Akut
Bronkhiolitis akut adalah infeksi virus akut yang terjadi pada bayi,
pada tahun pertama kelahirannya, biasanya terjadi pada umur 2 sampai 10
bulan, infeksi bronkhiolitis tidak terjadi pada anak lebih dari 2 tahun,
terjadinya bronkhiolitis selama musim dingin dan berlangsung hingga
musim semi. Bronkhiolitis biasanya terjadi 2 sampai 7 hari. Tanda dan
gejala dari bronkhiolitis adalah iritasi, penurunan nafsu makan, merasa
lelah, dan demam yang menengah, disertai batuk, muntah, diare, nafas
berbunyi, meningkatnya laju pernafasan, dan tachypnea yangterjadi
selama 3 sampai 7 hari (Goh et al., 1999). Terapi yang dapat digunakan
untuk menangani bronkhiolitis akut adalah dengan pemberian ribavirin
pada penderita bronkhiolitis, yang dimana terapi tersebut merupakan
pilihan yang menguntungkan terutama pada anak-anak. Tujuan terapi
adalah mencegah terjadinya resolusi infeksi oleh virus (Glover and Reed,
2005).
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
10
8. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit pada organ paru-paru dan sistem
pernafasan dimana alveoli menjadi radang disertai dengan penimbunan
cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab, meliputi
infeksi karena bakteri, virus, jamur, atau parasit. Selain itu, pneumonia
juga dapat terjadi karena paparan bahan kimia atau kerusakan fisik dari
paru-paru, atau secara tak langsung berasal dari penyakit lain seperti
kanker paru (Fransisca, 2000). Gejala yang muncul pada pneumonia dapat
berupa batuk, sesak nafas, dan demam diatas 390
C. Terapi yang
digunakan untuk menangani pneumonia adalah amoksisilin yang
merupakan antibiotikpilihan pertama. Antibiotik golongan makrolida
dapat digunakan sebagai terapijikaada infeksi mycoplasmadan antibiotik
golongan makrolidajugadapat digunakan jika pasien alergipenisilin.
Antibiotiklini kedua yang dapat digunakan dalam terapi
adalahAmoxycillin/klavulanat, ampisilin/sulbaktam, dan cephalosporin
(Goh et al., 1999 )
B. Edukasi Kesehatan
Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok, atau individu. Tujuan dari pesan tersebut adalah agar mereka
dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan
(Notoatmodjo, 2010). Selain itu, juga bertujuan mendorong masyarakat
dalam mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk
membantu dirinya sendiri (World Health Organization, 1988). Masyarakat
memerlukan informasi dan edukasi mengenai obat-obatan serta cara
pemilihan obat yang tepat karena beberapa alasan, yaitu (Fresle &
Wolfheim, 1997) :
1. Pentingnya peran obat di dalam pelayanan kesehatan modern.
2. Agar individu dan masyarakat dapat bertanggung jawab terhadap
kesehatannya.
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
11
3. Agar individu dan masyarakat, sebagai konsumen, memiliki
kemampuan dasar dalam pembelian obat sendiri yang aman dan
rasional, serta tidak mudah terpengaruh oleh promosi komersial
obat.
4. Agar individu dan masyarakat, sebagai pasien, dapat turut serta
dalam pengambilan keputusan terapi dan penggunaan obat, demi
tercapainya hasil terapi yang optimal.
Metode pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis
(Notoatmodjo, 2003):
1. Metode Pendidikan Individual ( Perorangan )
Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk
membina terbentuknya perilaku baru. Dasar digunakannya
pendekatan ini dikarenakan setiap orang memiliki masalah atau
alasan yang berbeda – beda dalam penerimaan perilaku baru
tersebut. Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
a. Bimbingan
b. Wawancara
2. Metode Pendidikan Kelompok
Pemilihan metode berdasarkan pada besarnya kelompok sasaran,
serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektivitas suatu
metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
3. Metode Pendidikan Massa (Publik)
Metode pendidikan massa digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya umum. Beberapa contoh metode ini antara lain :
a. Ceramah umum ( public speaking )
b. Pidato – pidato kesehatan melalui media elektronik
c. Tulisan – tulisan di majalah atau koran
d. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, atau
poster
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
12
Pengetahuan atau sumber kesehatan yang sering diperoleh orang
tua dapat melalui keluarga dekat atau anggota keluarga, melalui media
(majalah, radio, dan koran), internet dan buku tentang kesehatan (Gupta et
al., 2005). Oleh karena itu pentingnya edukasi atau pendidikan informasi
bagi orang tua dalam penggunaan antibiotik secara tepat diperlukan untuk
mencegah terjadinya bahaya resistensi. Adapun kriteria penggunaan obat
rasional adalah ( Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008 ) :
1. Tepat Diagnosis
Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak
ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah.
2. Tepat Indikasi Penyakit
Obat yang diberikan harus tepat bagi suatu penyakit.
3. Tepat Pemilihan Obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan
penyakit.
4. Tepat Dosis
Dosis, jumlah, cara, waktu, dan lama pemberian obat harus tepat.
Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi
menyebabkan efek terapi tidak tercapai.
a. Tepat Jumlah
Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang
cukup.
b. Tepat Cara Pemberian
Cara pemberian obat yang tepat adalah obat antasida
seharusnya dikunyah dahulu baru ditelan. Demikian pula
antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan
membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsi
sehingga menurunkan efektivitasnya.
c. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin
dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
13
frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari)
semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang
harus diminum 3x sehari harus diartikan bahwa obat
tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
d. Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya
masing – masing. Untuk tuberkulosis pemberian paling
singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling
singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada
demam tifoid adalah 10 – 14 hari.
5. Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain
harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,
menyusui, lanjut usia atau bayi.
6. Waspada Terhadap Efek Samping
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti
timbulnya mual, muntah, gatal – gatal, dan lain sebagainya.
7. Efektif, Aman, Mutu Terjamin, Tersedia Setiap Saat, dan Harga
Terjangkau
Untuk mencapai kriteria ini obat dapat dibeli melalui jalur resmi.
8. Tepat Tindak Lanjut
Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut
konsultasikan ke dokter.
9. Tepat Penyerahan Obat
Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien
sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau
tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya
dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat.
10. Pasien Patuh Terhadap Perintah Pengobatan yang Diberikan :
Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
14
a. Jenis sediaan obat beragam
b. Jumlah obat terlalu banyak
c. Frekuensi pemberian obat terlalu sering
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai
cara menggunakan obat
f. Timbulnya efek samping
C. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia seperti indera penglihatan,
pendengaran, pnciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a. Awareness (Kesadaran), yaitu seseorng menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
Sikap subjek sudah mulai timbul pada tahap ini.
c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
d. Trial, yaitu suatu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendak oleh stimulus.
e. Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
15
D. Media Edukasi Kesehatan
Media edukasi (pendidikan) kesehatan adalah alat bantu
pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan pesan – pesan
kesehatan. Alat – alat tersebut dapat mempermudah penerimaan pesan –
pesan kesehatan oleh masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Edukasi atau
penyampaian informasi dibagi menjadi dua yaitu secara verbal dan non
verbal. Edukasi secara verbal diantaranya konseling, ceramah atau
kelompok diskusi dan untuk edukasi atau penyampaian informasi secara
non verbal misalnya dengan leaflet, flyer, poster, spanduk, flipchart dan
buku cerita bergambar (Notoatmodjo, 2007).
1. Media Edukasi Verbal (Konseling)
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan
secara tatap muka atau wawancara merupakan usaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat (Depkes RI,
2006). Menurut KEPMENKES RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, konseling adalah suatu
proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
obat dan pengobatan (Depkes RI, 2004). Di dalam prakteknya, konseling
obat melakukan penyampaian dan penyediaan nasehat – nasehat yang
berkaitan dengan obat, yang didalamya terdapat implikasi diskusi timbal
balik dan tukar menukar opini (Siregar dan Kumolosari, 2004). Peran
terpenting konseling pasien adalah memperbaiki kualitas hidup pasien dan
menyediakan pelayanan yang bermutu untuk pasien (Rantucci, 2006).
Dengan adanya konseling obat diharapkan pasien mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam ketepatan penggunaan obat
sehingga berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam
proses penyembuhan penyakitnya (Depkes RI, 2006). Selain dapat
meningkatkan kepatuhan pasien, pemberian konseling obat dapat
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
16
mengurangi terjadinya efek samping obat pada pengobatan yang dijalani
oleh pasien (Poudel dkk, 2008).
2. Media Edukasi Non Verbal (Leaflet)
Leaflet merupakan suatu bentuk penyampaian informasi atau pesan
– pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Leaflet termasuk salah
satu media edukasi yang sederhana dan mudah dibuat. Isi informasi dapat
dibuat dalam bentuk kalimat, gambar, maupun gabungan keduanya
(Notoadmodjo, 2003). Kegunaan dan keunggulan dari penggunaan leaflet
sebagai media edukasi kesehatan, antara lain ( Ewles & Simnett, 1994) :
1. Responden dapat menggunakan leaflet untuk belajar tentang
informasi kesehatan secara mandiri.
2. Responden dapat melihat isinya pada saat santai.
3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
4. Dapat memberikan detail yang tidak memungkinkan disampaikan
secara lisan.
5. Sederhana dan dapat sangat murah.
6. Responden dan pendidik dapat mengunakannya untuk mempelajari
informasi yang rumit bersama –sama.
Penggunaan leaflet juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain
(Ewles & Simnett, 1994) :
1. Leaflet profesional sangat mahal.
2. Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran yang
bersifat umum, sehingga kemungkinan tidak cocok untuk setiap
orang.
3. Uji coba kepada sasaran sangat dianjurkan.
4. Leaflet tidak tahan lama dan mudah hilang.
5. Dapat diabaikan jika tidak didukung dengan keaktifan dari
pendidik untuk melibatkan responden dalam membaca dan
menggunakan materi dari leaflet.
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
17
E. Penyimpanan Obat
Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa
jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediannya maupun
kemasannya. Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu
dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak
memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan
terjadi perubahan sifat obat terebut , sampai terjadi kerusakan obat. Cara
penyimpanan obat di rumah tangga adalah sebagai berikut (Direktorat
Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008) :
1. Cara penyimpanan umum :
a. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup
rapat.
c. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar
matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.
d. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu
lama, karena suhu yang tidak stabil di dalam mobil dapat
merusak sediaan obat.
e. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.
2. Cara penyimpanan khusus :
a. Tablet dan kapsul
Jangan menyimpan tablet dan kapsul di tempat panas dan atau
lembab.
b. Sediaan Cair
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan di dalam freezer
(lemari pendingin) agar tidak beku kecuali disebutkan pada
etiket atau kemasan obat.
c. Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan obat untuk vagina dan anus disimpan di lemari es
karena dalam suhu kamar akan mencair.
d. Sediaan aerosol/ Spray
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
18
Sediaan obat ini jangan disimpan di tempat yang mempunyai
suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.
Penyimpanan antibiotik sediaan suspensi yang mengandung zat
aktif amoksisilin sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu
kulkas ( 4 – 80
C ) untuk menghambat reaksi degradasi zat aktif (Adina,
2014).
F. Cara Pembuangan Obat
Obat sisa yang tidak digunakan untuk pengobatan lagi, sebaiknya
disimpan di suatu tempat obat yang terpisah dari penyimpanan barang –
barang lain dan tidak mudah dijangkau oleh anak – anak. Tetapi apabila
obat tersebut sudah rusak, sebaiknya dibuang saja, agar tidak digunakan
oleh orang lain yang tidak mengetahui mengenai masalah obat.
1. Cara pembuangan obat
Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat
penyimpanan yang lama atau kadaluarsa. Obat yang rusak dibuang
dengan cara :
a. Penimbunan di dalam tanah
Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah.
b. Pembuangan ke saluran air
Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran
air.
2. Cara pembuangan kemasan obat
a. Wadah berupa botol atu pot plastik
Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian
dibuang di tempat sampah, hal ini untuk menghindari
penyalahgunaan bekas wadah obat.
b. Boks/ dus/ tube
Gunting dahulu baru dibuang (Direktorat Bina Penggunaan Obat
Rasional, 2008)
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
19
G. Antibiotik
1. Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah zat – zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Turunan zat – zat ini, yang dibuat secara semi-sintetis, juga
termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintetis dengan khasiat
antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
2. Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia antibiotik
(Tjay & Rahardja, 2007) adalah sebagai berikut :
a. Golongan Beta – Laktam, antara lain golongan sefalosforin, golongan
monosiklik, dan golongan penisilin.
b. Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh
jenis – jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora.
c. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatik.
d. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap
terutama bakteri gram positif dan spektrum kerja mirip dengan
Penicillin-G.
e. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon bersifat
bakterisid pada fase pertumbuhan kuman.
f. Antbiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh streptomyces
lincolnensis.
g. Antibiotik golongan kloramfenikol, antibiotik kloramfenikol memiliki
spektrum luas.
3. Resistensi Antibiotik
Resistensi didefinisikan sebagai salah satu akibat dari pemakaian
antibiotika yang berlebih dan kurang, maupun pemberian pada kondisi
yang bukan indikasi misalnya infeksi yang disebabkan oleh virus
(Kemenkes, 2011). Resistensi antimikrobial merupakan resistensi
mikroorganisme terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif.
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016
20
H. Kerangka Konsep
I. Hipotesis
G . Hipotesis
Pemberian edukasi kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
dan perilaku ketepatan dalam pengunaan antbiotik pada pasien anak penderita
ISPA di Poli Anak RSUD Arjawinangun Cirebon
I . Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kamelia (2014) terdapat
pengaruh pemberian konseling terhadap kepatuhan pasien ISPA dalam
mengkonsumsi antibiotik di Puskesmas Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah
Provinsi Bangka Belitung. Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis yang
ditegakkan adalah pemberian edukasi kesehatan dengan konseling berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan dan ketepatan penggunaan antibotik oleh caregiver
pada pasien anak penderita ISPA di Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Majasem
Cirebon.
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Pemberian Edukasi
Kesehatan
1. Pengetahuan caregiver
mengenai antibiotik
2. Ketepatan penggunaan
antibiotik :
a. Ketepatan pemberian
dosis antibiotik.
b. Kewaspadaan
terhadap efek samping.
Pengaruh Pemberian Edukasi…, Filzah Nurfazrina Dzikriah, Fakultas Farmasi UMP, 2016