infeksi saluran pernapasan

Upload: putri-nur-handayani

Post on 02-Jun-2018

333 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    1/39

    MAKALAH FARMAKOTERAPI III

    Farmakoterapi Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

    Disusun oleh :

    Qadrina Sufy 1111102000030

    Ida Ayu Purnama 1111102000036

    Fitri Rachmadany 1111102000048

    Khairunisa 1111102000113

    Kelompok 4

    Semester/Kelas : VII/B-D

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    November 2014

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    2/39

    INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS

    A. Otitis Media

    Tujuan terapi

    Tujuan dari pengobatan otitis media akut adalah menurunkan tanda

    dan gejala, menyembuhkan infeksi, dan mencegah terjadinya komplikasi.

    Menghindari peresepan antibiotik yang tidak diperlukan adalah tujuan lain

    terkait dengan masalah peningkatan resistensi S. Pneumoniae (Dipiro, et.

    al., 2008).

    Penatalaksanaan Umum Pengobatan

    Dalam penatalaksanaan otitis media akut sering terjadi kontroversi.

    Sebagai contoh, tinjauan sistematis berdasarkan penelitian menunjukkan

    bahwa terapi antimikroba memberikan resolusi gejala pada sekitar 95%

    pasien, di mana sekitar 80% dari pasien plasebo yang diobati juga memiliki

    resolusi gejala. Berdasarkan teori bahwa banyak dari penelitian ini termasuk

    anak-anak dengan otitis virus yang mengarah ke sedikitnya manfaat dari

    antimikroba. Pengobatan dengan antimikroba masih dianggap sebagai

    strategi manajemen yang tepat dalam pengobatan bakteri pada otitis media

    akut.

    Pada tahun 2004, American Academy of Pediatrics dan the American

    Academy of Family Physiciansmengeluarkan rekomendasi penatalaksanaan

    OMA. Petunjuk rekomendasi ini ditujukan pada anak usia 6

    bulan sampai 12 tahun. Pada petunjuk ini di rekomendasikan bayi berumur

    kurang dari 6 bulan mendapat antibiotika, dan pada anak usia 6-23 bulan

    observasi merupakan pilihan pertama pada penyakit yang tidak berat atau

    diagnosis tidak pasti, antibiotika diberikan bila diagnosis pasti atau penyakit

    berat. Pada anak diatas 2 tahun mendapat antibiotika jika penyakit berat.

    Jika diagnosis tidak pasti, atau penyakit tidak berat dengan diagnosis pasti

    observasi dipertimbangkan sebagai pilihan terapi.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    3/39

    Penatalaksanaan Otitis Media Akut (OMA)

    Penatalaksanaan OMA di bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang

    tergantung pada stadium penyakit, yaitu :

    1. Stadium Oklusi

    Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0.5% dan pemberian

    antibiotik.

    2. Stadium Presupurasi

    Analgetika, antibiotika (biasanya golongan ampicillin atau penisilin)

    dan obat tetes hidung.

    3. Stadium Supurasi

    Diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat juga

    dilakukan miringotomi bila membran timpani menonjol dan masih

    utuh untuk mencegah perforasi.

    4. Stadium Perforasi

    Diberikan H2O23% selama 3 - 5 hari dan diberikan antibiotika yang

    adekuat.

    Observasi

    Spiro dkk (2006), membuktikan bahwa penanganan OMA dengan

    menunggu dan melihat (observasi) secara bermakna menurunkan

    penggunaan antibiotik pada populasi urban yang datang ke instalasi gawat

    darurat. Metoda menunggu dan melihat menurunkan penggunaan antibiotik

    pada 56% anak usia 6 bulan sampai 12 tahun dengan OMA.

    Penelitian sebelumnya yang dilakukan McCormick dkk (2005),

    menunjukkan kepuasan orang tua sama antara grup yang diterapi dengan

    observasi tanpa mendapat antibiotik dengan yang mendapat antibiotik pada

    penanganan OMA. Dibanding dengan observasi saja, pemberian antibiotik

    segera berhubungan dengan penurunan jumlah kegagalan terapi dan

    memperbaiki kontrol gejala tetapi meningkatkan efek samping yang

    disebabkan antibiotik dan persentase yang lebih tinggi terhadap strain

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    4/39

    multidrug resistant S. pneumoniae di nasofaring pada hari keduabelas

    kunjungan.

    Indikasi untuk protokol observasi adalah tidak ada demam, tidak ada

    muntah, pasien atau orang tua pasien menyetujui penundaan pemberian

    antibiotik. Kontra indikasi relatif protokol observasi adalah telah mendapat

    lebih dari 3 seri antibiotik dalam 1 tahun ini, pernah mendapat antibiotik

    dalam 2 minggu terakhir, terdapat otorea.

    Pilihan observasi ini mengacu pada penundaan pemberian antibiotik

    pada anak terpilih tanpa komplikasi untuk 72 jam atau lebih, dan selama

    waktu itu, penatalaksanaan terbatas pada analgetik dan simtomatis lain.

    Pemberian antibiotik dimulai jika pada hari ketiga gejala menetap atau

    bertambah.

    Faktor-faktor kunci dalam menerapkan strategi observasi adalah

    metoda untuk mengklasifikasi derajat OMA, pendidikan orang tua,

    penatalaksanaan gejala OMA, akses ke sarana kesehatan, dan penggunaan

    regimen antibiotik yang efektif jika diperlukan. Jika hal tersebut

    diperhatikan, observasi merupakan alternatif yang dapat diterima untuk anakdengan OMA yang tidak berat.

    Metoda observasi ini masih menjadi kontroversi pada kalangan dokter

    anak di AS yang secara rutin masih meresepkan antibiotik untuk OMA dan

    percaya bahwa banyak orang tua mengharapkan resep tersebut. Sebagian

    kecil dokter sudah menerapkan metoda observasi. Sebagian orang tua dapat

    menerima penerapan terapi observasi dengan pengontrolan nyeri sebagai

    terapi OMA, sehingga penggunaan antibiotik dapat diturunkan. Penggunaan

    metoda observasi secara rutin untuk terapi OMA dapat menurunkan biaya

    dan efek samping yang ditimbulkan oleh antibiotik dan menurunkan

    resistensi kuman terhadap antibiotik yang umum digunakan.

    Terapi Non Farmakologi

    Asetaminofen atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti

    ibuprofen harus diberikan di awal untuk menghilangkan rasa sakit dan tidak

    enak pada otitis media akut Selain dari penggunaan antibiotik. Dekongestan,

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    5/39

    antihistamin, kortikosteroid topikal, dan ekspektoran belum terbukti efektif

    untuk otitis akut media, dan efek samping yang berhubungan dengan

    perawatan ini mungkin tidak disukai.

    Operasi penyisipan tabung tympanostomy (tabung T) merupakan

    metode yang efektif untuk pencegahan otitis media berulang. tabung kecil

    ini ditempatkan melalui bagian inferior membran timpani di bawah anestesi

    umum dan aerasi telinga tengah. Anak-anak dengan otitis berulang yang

    memiliki lebih dari tiga episode dalam 4-6 bulan atau lebih episode (salah

    satunya adalah baru-baru terjadi) dalam setahun harus dipertimbangkan

    untuk penyisipan T-tube.

    Terapi Farmakologi

    Terapi Simptomatis

    Penatalaksanaan OMA harus memasukkan penilaian adanya nyeri.

    Jika terdapat nyeri, harus memberikan terapi untuk mengurangi nyeri

    tersebut. Penanganan nyeri harus dilakukan terutama dalam 24 jam pertama

    onset OMA tanpa memperhatikan penggunaan antibiotik. Penanganan nyeri

    telinga pada OMA dapat menggunakan analgetik seperti asetaminofen,

    ibuprofen, preparat topikal seperti benzokain, naturopathic agent,

    homeopathic agent, analgetik narkotik dengan kodein atau analog, dan

    timpanostomi atau miringotomi.

    Antihistamin dapat membantu mengurangi gejala pada pasien dengan

    alergi hidung. Dekongestan oral berguna untuk mengurangi sumbatan

    hidung. Tetapi baik antihistamin maupun dekongestan tidak memperbaiki

    penyembuhan atau meminimalisi komplikasi dari OMA, sehingga tidak

    rutin direkomendasikan.

    Manfaat pemberian kortikosteroid pada OMA juga masih kontroversi.

    Dasar pemikiran untuk menggunakan kortikosteroid dan antihistamin adalah

    obat tersebut dapat menghambat sintesis atau melawan aksi mediator

    inflamasi, sehingga membantu meringankan gejala pada OMA.

    Kortikosteroid dapat menghambat perekrutan leukosit dan monosit ke

    daerah yang terkena, mengurangi permeabilitas pembuluh darah, dan

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    6/39

    menghambat sintesis atau pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Tetapi

    penelitian Chonmaitree dkk, menunjukkan tidak ada manfaat yang jelas

    pemakaian kortikosteroid dan antihistamin, sendiri atau dalam kombinasi

    pada pasien yang memakai antibiotik.

    Terapi Antimikroba Tertunda

    Sulit untuk mengidentifikasi siapa yang akan pulih atau sembuh

    dengan terapi antimikroba, tetapi kemungkinan bahwa pada anak-anak

    dengan otitis media viral akan Sembuh tanpa antibiotik, di mana anak-anak

    dengan otitis media bakteri akan membutuhkan antimikroba. Dengan atau

    tanpa pengobatan, sekitar 60% dari anak-anak dengan otitis media akut,

    bebas gejala dalam waktu 24 jam. Penggunaan antibiotik mengurangi durasi

    gejala (termasuk rasa sakit dan nyeri) sekitar 1 hari. Pengobatan yang

    tertunda menurunkan penggunaan antibiotik sekitar 30%, menurunkan efek

    samping, dan meminimalkan resistensi bakteri (Dipiro, 2008).

    Pasien yang memenuhi syarat untuk terapi tertunda adalah anak-anak

    usia 6 bulan sampai 2 tahun, jika gejala tidak berat. Anak-anak dalam

    rentang usia ini dengan gejala berat, dan usia mereka kurang dari 6 bulan,sebaiknya menerima terapi antibiotik. Pengobatan tertunda ini tidak

    dianjurkan pada anak-anak yang memiliki gejala yang parah, pasien dengan

    yang baru-baru ini menerima antimikroba, atau ketika terdapat kondisi yang

    mendasari (harus menggunakan antimikroba), karena pasien ini akan

    meningkatkan risiko penyakit invasif dan infeksi akibat bakteri yang

    resisten. Jika terapi tertunda digunakan, penggunaan obat penghilang rasa

    sakit yang tepat, seperti ibuprofen atau asetaminofen oral, sangat

    disarankan. Selain itu, penting bagi orang tua menyadari gejala yang

    memburuk, dan memiliki yang akses mudah untuk menindaklanjuti. Jika

    tidak ada perbaikan dalam 48 sampai 72 jam, penggunaan antibiotik harus

    mulai diberikan. Pada anak-anak usia 6 bulan sampai 2 tahun, beberapa

    dokter merekomendasikan untuk evaluasi ulang dalam 24 jam (Dipiro,

    2008).

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    7/39

    Perbaikan gejala segera, pencegahan mastoiditis, dan meningitis

    adalah alasan untuk meresepkan pengobatan antibiotik segera untuk otitis

    media akut. Tingkat mastoiditis di Belanda, Norwegia, dan Denmark,

    merupakan negara-negara yang menggunakan terapi tertunda, dan begitu

    juga di Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris (penggunaan

    antibiotik langsung), meskipun sekitar 1.600 dari 100.000 anak diketahui

    mendapatkan efek samping dari penggunaan antibiotik. Hal ini penting

    untuk mengurangi peresepan antibiotik yang berlebihan dan meminimalkan

    resistensi bakteri. Negara-negara di Amerika Utara saat ini menyarankan

    untuk menunggu dan melihat pendekatan ini dalam situasi tertentu sebagai

    sebuah alternatif alternatif (Dipiro, 2008).

    Terapi Antimikroba

    Otitis media akut harus dibedakan dari otitis media dengan efusi.

    Antimikroba hanya diindikasikan pada efusi yang berlangsung lebih dari 3

    bulan pada otitis media dengan efusi. Efusi telinga tengah pada otitis media

    akut cenderung berlanjut setelah terapi antimikroba selesai, namun tidak

    memerlukan pengobatan ulang (Dipiro, 2008).

    Studi belum menunjukkan salah satu agen antimikroba yang unggul

    dalam pengobatan otitis media akut tanpa komplikasi (Dipiro, 2008).

    Amoksisilin adalah pilihan obat untuk otitis media akut. Amoksisilin

    dosis tinggi (80-90 mg/kgBB per hari) direkomendasikan karena tidak selalu

    diketahui apakah pasien beresiko untuk terinfeksi pneumococcus akibat

    resistensi penisilin. Amoksisilin juga memiliki profil farmakodinamik yang

    baik (waktu di atas MIC90 dalam cairan telinga tengah lebih

    dari 40% dari interval pemberian dosis) pada resistensi obat terhadap S.

    pneumoniae dari semua obat oral yang tersedia. Selain itu, amoksisilin

    memiliki keamanan yang cukup besar, memiliki spektrum sempit, dan tidak

    mahal. Konsentrasi cairan telinga tengah yang tinggi dari amoksisilin

    sebagai akibat dari dosis yang lebih tinggi untuk mengatasi resistensi obat

    terhadap S. pneumoniadengan peningkatan MIC. Efikasi yang sangat baik

    terhadap S. pneumoniae disamping diproduksinya -laktamase oleh H.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    8/39

    influenzaedan M. catarrhalis, yang menjadikan amoksisilin menjadi tidak

    efektif. Hal ini dikarenakanH. influenzaedanM. catarrhaliskeduanya lebih

    mungkin menyebabkan terjadinya resolusi infeksi yang spontan

    dibandingkan S. pneumoniae. Pada pasien dengan penyakit sedang-berat

    (otalgia parah, dan suhu > 39C [102.2F]), direkomendasikan pemberian

    amoksisilin-klavulanat. Tabel 112-3 merupakan daftar rekomendasi

    pengobatan untuk otitis media akut (Dipiro, 2008).

    Jika terjadi kegagalan pengobatan dengan amoksisilin, obat yang

    harus dipilih yang memiliki aktivitas terhadap -laktamase yang diproduksi

    oleh H. influenzae dan M. catarrhalis, serta resistan terhadap obat S.

    pneumoniae. Dianjurkan pemberian amoksisilin-klavulanat dosis tinggi.

    Pilihan lainnya termasuk cefuroxime, cefdinir, cefpodoxime, cefprozil, dan

    ceftriaxone intramuskular. Sefalosporin generasi kedua, yang stabil terhadap

    -laktamas, namun mahal, memiliki peningkatan insiden efek samping, dan

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    9/39

    dapat meningkatkan tekanan selektif untuk bakteri resisten. Selain itu,

    sebagian sefalosporin tidak mencapai konsentrasi cairan telinga tengah yang

    adekuat terhadap obat-resistan S. pneumoniaeuntuk durasi yang diinginkan

    selama interval pemberian dosis. Penggunaan trimethoprim-

    sulfamethoxazole dan eritromisin-sulfisoxazole tidak dianjurkan karena

    tingginya tingkat resistensi. Ceftriaxone intramuskular adalah satu-satunya

    agen selain amoksisilin yang mencapai konsentrasi cairan telinga tengah di

    atas MIC selama lebih dari 40% dari interval. Meskipun dosis tunggal telah

    digunakan, dosis harian selama 3 hari direkomendasikan untuk

    mengoptimalkan hasil klinis. Ceftriaxone sebaiknya diberikan untuk infeksi

    berat dan tidak responsif atau untuk pasien yang tidak bisa menerima obat

    oral karena muntah, diare, atau ketidakpatuhan. Ceftriaxone merupakan obat

    mahal, dan injeksi intramuskular yang menyakitkan. Obat dapat diberikan

    secara intravena, tetapi rasio risiko terhadap manfaatnya bila diberikan

    melalui rute intravena juga harus dipertimbangkan. Tympanocentesis juga

    dapat dipertimbangkan untuk kegagalan pengobatan atau otitis media akut

    persisten. Hal ini memiliki efek terapi untuk menghilangkan rasa sakit dan

    nyeri serta dapat digunakan untuk mengumpulkan cairan untuk

    mengidentifikasi agen penyebab. Prosedur ini, tidak sering dilakukan dalam

    praktik di Kanada. Klindamisin juga dapat dipertimbangkan pada kondisi ini

    untuk cakupan yang didokumentasikan untuk penicillin yang telah resisten

    terhadap S. pneumoniae. Pasien dengan alergi penisilin dapat diobati dengan

    beberapa antibiotik alternatif. Jika reaksi yang timbul bukan

    hipersensitivitas tipe I, cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime dapat

    digunakan. Jika reaksi yang timbul adalah hipersensitivtasv tipe I, antibiotikmakrolida seperti azitromisin atau klaritromisin dapat digunakan. Jika S.

    pneumoniae yang didokumentasikan, klindamisin merupakan alternatif

    terapi. Namun, kejadian resistensi jauh lebih tinggi dengan agen ini, dan

    agen ini, hanya klindamisin direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan

    Pencegahan Penyakit (CDC) dan American Academy of Pediatrics

    Guidelines. Tabel 112-4 adalah daftar evidence based yang mendasari

    manajemen pengobatan otitis media (Dipiro, 2008).

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    10/39

    Terapi Singkat

    Sebuah meta-analisis dari 32 penelitian melaporkan tidak ada

    perbedaan dalam efek (tingkat kesembuhan) setelah terapi singkat (

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    11/39

    media akut ringan sampai sedang, pengobatan 5-7 hari dapat digunakan

    (Dipiro, 2008).

    Terapi Bedah

    Walaupun observasi yang hati-hati dan pemberian obat merupakan

    pendekatan pertama dalam terapi OMA, terapi pembedahan perlu

    dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi

    (OME), atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis.

    Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA

    termasuk timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi.

    Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah

    dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko dari

    prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani, dislokasi tulang-

    tulang pendengaran, dan tuli sensorineural traumatik, laserasi nervus fasialis

    atau korda timpani. Oleh karena itu, timpanosintesis harus dibatasi pada

    anak yang menderita toksik atau demam tinggi, neonatus risiko tinggi

    dengan kemungkinan OMA, anak di unit perawatan intensif, membran

    timpani yang menggembung (bulging) dengan antisipasi ruptur spontan(indikasi relatif), kemungkinan OMA dengan komplikasi supuratif akut,

    OMA refrakter yang tidak respon terhadap paket kedua antibiotik.

    Timpanosintesis dapat mengidentifikasi patogen pada 70-80% kasus.

    Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk

    OMA, tap tidak memberikan keuntungan terapi dibanding

    antibiotik sendiri. Timpanosintesis merupakan prosedur yang invasif, dapat

    menimbulkan nyeri, dan berpotensi menimbulkan bahaya sebagai

    penatalaksanaan rutin.

    Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk

    drainase cairan dari telinga tengah. Pada miringotomi dilakukan

    pembedahan kecil di kuadran posterior-inferior membran timpani. Untuk

    tindakan ini diperlukan lampu kepala yang terang, corong telinga yang

    sesuai, dan pisau khusus (miringotom) dengan ukuran kecil dan steril.

    Miringotomi hanya dilakukan pada kasus-kasus terpilih dan dilakukan oleh

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    12/39

    ahlinya. Disebabkan insisi biasanya sembuh dengan cepat (dalam 24-48

    jam), prosedur ini sering diikuti dengan pemasangan tabung timpanostomi

    untuk ventilasi ruang telinga tengah.

    Indikasi untuk miringotomi adalah terdapatnya komplikasi supuratif,

    otalgia berat, gagal dengan terapi antibiotik, pasien imunokompromis,

    neonatus, dan pasien yang dirawat di unit perawatan intensif.

    Evaluasi Hasil Terapi

    Kegagalan pengobatan adalah kurangnya perbaikan klinis setelah 3

    hari dengan tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi, termasuk rasa sakit,

    demam, dan kemerahan/benjolan pada membran timpani. Evaluasi kembali

    lebih awal dari gendang telinga ketika tanda dan gejala membaik dapat

    menyesatkan karena efusi yang bertahan. Evaluasi segera adalah tepat jika

    terjadi penurunan pendengaran akibat efusi telinga tengah yang diikuti

    infeksi.

    Profilaksis Antibiotik dari Infeksi Berulang

    Otitis media berulang didefinisikan sebagai setidaknya tiga episode

    dalam 6 bulan atau setidaknya empat episode dalam 12 bulan. Infeksi

    berulang menjadi perhatian karena pasien yang berusia kurang dari 3 tahun

    berada pada risiko tinggi untuk gangguan pendengaran dan berbicara dan

    ketidakmampuan belajar. Data dari penelitian umumnya tidak mendukung

    profilaksis. Sebuah meta analisis menunjukkan bahwa profilaksis untuk

    mencegah sebuah infeksi setiap kali untuk satu anak diperlakukan selama 9

    bulan. Yang menjadi perhatian selanjutnya adalah resistensi antibiotik.

    Pengobatan dapat ditunda sampai timbulnya gejala infeksi saluran

    pernapasan atas (gejala virus), atau profilaksis antibiotik dapat terbatas

    dengan durasi sampai 6 bulan selama musim dingin. Penyisipan T-tube,

    adenoidectomy, dan tonsilektomi dapat bermanfaat pada anak dengan

    kegagalan pengobatan berulang.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    13/39

    Vaksinasi

    Vaksinasi terhadap influenza dan pneumococcus dapat mengurangi

    risiko otitis media akut, terutama pada individu dengan episode berulang.

    Imunisasi dengan vaksin influenza dikaitkan dengan sampai penurunan 36%

    dalam kejadian infeksi otitis media akut. Vaksin influenza dapat diberikan

    kepada orang sehat tanpa kontraindikasi, terutama orang dengan penyakit

    kronis sekurang-kurangnya berusia 6 bulan.

    Sebuah vaksin konjugat radang paru yang ditunjukkan pada bayi dan

    anak-anak memberikan pengurangan 6% pada frekuensi otitis media akut

    dan penurunan 20% dalam kebutuhan untuk penempatan T-tube. Juga,

    pemberian vaksin telah menunjukkan penurunan 8% dalam kunjungan ke

    rumah sakit, serta 10% menjadi 26% penurunan episode otitis media pada

    anak-anak yang mengalami 3 sampai 10 infeksi per tahun. Pneumococcal

    conjugate vaccine direkomendasikan untuk semua anak usia 2-23 bulan;

    juga dianjurkan untuk mereka yang berusia 24-59 bulan yang berisiko tinggi

    terhadap penyakit invasif. Sebelumnya anak-anak yang tidak divaksinasi

    yang berusia lebih dari 1 tahun dan telah mengalami infeksi otitis media

    berulang tidak mendapatkan manfaat dari vaksinasi ini.

    Vaksin dapat digunakan untuk mencegah anak menderita OMA.

    Secara teori, vaksin terbaik adalah yang menawarkan imunitas terhadap

    semua patogen berbeda yang menyebabkan OMA. Walaupun vaksin

    polisakarida mengandung jumlah serotipe yang relatif besar, preparat

    poliksakarida tidak menginduksi imunitas seluler yang bertahan lama pada

    anak dibawah 2 tahun. Oleh karena itu, strategi vaksin terkini untuk

    mengontrol OMA adalah konjungat polisakarida peneumokokal dengan

    protein nonpneumokokal imunogenik, pendekatan yang dapat memicu

    respon imun yang kuat dan lama pada bayi.

    Vaksin pneumokokus konjugat yang disetujui oleh Food and Drug

    Administration (FDA) yang dapat menginduksi respon imun lama terhadap

    Pneumococcusserotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F (PCV-7). Serotipe

    ini dipilih berdasarkan frekuensinya yang sering ditemukan pada penyakit

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    14/39

    pneumokokus invasif dan hubungannya dengan organisme yang

    mutltidrugresistant.

    Data dari penelitian di Amerika Serikat dari 500 pasiendengan OMA

    menunjukkan bahwa 84% dari totalpneumokokus dan 95% serotipe yang

    resisten antibiotik diisolasi dari aspirasi telinga tengah merupakan

    kandungan dari vaksin konyugat.

    Dosis primer pemberian vaksin adalah empat dosis tunggal 0,5 ml

    intramuskular. Selama pemberian pada 23 juta vaksin dosis di Amerika

    Serikat, reaksi lokal dan demam merupakan efek samping umum.

    Rekomendasi imunisasi universal pada anak di bawah umur 2 tahun adalah

    4 dosis vaksin intramuskular yang diberikan pada usia 2, 4, 6, dan terakhir

    pada usia 12-15 bulan. Vaksin dini dapat diberikan bersamaan dengan

    imunisasi rutin.

    American Academy of Pediatrics (AAP) dan Advisory Committee on

    Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan penggunaan vaksin 23

    valen polisakarida pada anak risiko tinggi untuk memperluas

    cakupan serotipe. Vaksinasi selektif pada anak usia 2-5 tahun yang tidakpunya daya tahan dianjurkan pada pasien dengan risiko tinggi menderita

    penyakit invasif pneumokokus, termasuk penyakit sel sabit, HIV, dan

    penyakit kronik lainnya. Vaksin pneumokokus konjugat sebaiknya

    dimasukkan dalam strategi penatalaksanaan anak usia 2-5 tahun yang

    menderita OMA rekuren. Anak tersebut memperoleh manfaat dari imunisasi

    dengan vaksin 23-valen polisakarida ini, 8 minggu setelah menyelesaikan

    paket vaksin konyugat pneumokokal.

    Komplikasi

    Komplikasi dari OMA dapat terjadi melalui beberapa mekanisme,

    yaitu melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis. Komplikasi

    ini dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi

    intratemporal terdiri dari mastoiditis akut, petrositis, labirintitis, perforasi

    pars tensa, atelektasis telinga tengah, paresis fasialis, dan gangguan

    pendengaran. Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi, yaitu meningitis,

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    15/39

    encefalitis, hidrosefalus otikus, abses otak, abses epidural, empiema

    subdural, dan trombosis sinus lateralis.

    Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum

    adanya antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu

    biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik

    (OMSK). Penatalaksanaan OMA dengan komplikasi ini,yaitu dengan

    menggunakan antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti

    mastoidektomi.

    Tabel 1. Antibiotik yang direkomendasikan pada pasien yang diterapi

    inisial dengan antibiotik atau yang telah gagal 48-72 jam pada terapi

    inisial dengan observasi

    American Academy ofPediatrics dan the American Academy of Family

    Physicians (2004).

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    16/39

    Algotitma terapi Otitis Media Akut

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    17/39

    Kesimpulan :

    1. Pelaksanaan otitis media akut (OMA) meliputi observasi, terapi

    simptomatis, antibiotik, timpanosintesis, miringotomi, dan pencegahan

    dengan vaksinpneumococcuskonjugat.

    2. Observasi merupakan pilihan terapi pada anak usia di atas 6 bulan pada

    penyakit yang tidak berat atau diagnosis tidak pasti.

    3. Terapi simptomatis terutama untuk penanganan nyeri telinga.

    4. Penggunaan antihistamin, dekongestan, dan kortikosteroid sebagai

    terapi tambahan pada OMA belum terdapat bukti yang meyakinkan.

    5. Antibiotik diberikan pada anak di bawah usia 6 bulan, 6 bulan2 tahun

    jika diagnosis pasti, dan untuk semua anak berusia lebih dari 2 tahun

    degan infeksi berat.

    6. Timpanosintesis direkomendasikan pada anak bila tanda dan gejala

    OMA menetap setelah 2 paket terapi antibiotik.

    7. Miringotomi hanya dilakukan pada kasus-kasus terpilih dan dilakukan

    oleh ahlinya.

    8. Vaksin pneumococcus konjugat dapa diberikan untuk mencegah anak

    menderita OMA.

    B. SINUSITIS

    Tujuan Terapi

    Mencegah kekambuhan dengan menghindari faktor pencetus

    (misalnya dengan menghindari diri supaya tidak terserang pilek, atau

    jika sudah terlanjur pilek sebaiknya segera berobat secara teratur,

    minum obatnya sesuai anjuran dokter dan tidak sembarangan minum

    antibiotik).

    Membebaskan obstruksi

    Mengurangi viskositas sekret

    Mengeradikasi kuman.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    18/39

    Terapi Farmakologi

    Gejala dapat sembuh sendiri dalam 48 jam, bila menetap atasi gejala,

    perbaiki fungsi sinus, cegah komplikasi intrakranial, dan atasi

    bakteri patogen.

    Terapi utama adalah pemberian antibiotik. Untuk sinusitis tanpa

    komplikasi gunakan amoksisilin atau ko-trimoksazol bila resisten

    gunakan azitromisin, klaritromisin, sefuroksim, sefiksim, sefaklor,

    fluorokuinolon : levoksasin, gantifloksasin.

    Durasi terapi : 10-14 hari dan dapat diperpanjang s/d 30 hari.

    Obat semprot vasokontriksi : fenileprin, oksimetazolin dapat

    memperbaiki aliran. Tapi penggunaan tidak melebihi 72 jam agar

    tidak terjadi toleransi.

    Antihistamin tidak efektif untuk sinusitis.

    Terapi Pokok

    Terapi pokok meliputi pemberian antibiotik dengan lama terapi 10-14

    hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Secara rinci antibiotik yang

    dapat dipilih tertera pada tabel 3.1. Untuk gejala yang menetap setelah 10-

    14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada

    kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi.

    Terapi Pendukung

    Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan.

    Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh

    alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan

    sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran

    sekret, namun perlu diwaspadai bahwa pemakaian lebih dari lima hari dapat

    menyebabkan penyumbatan berulang.

    Terapi Nonfarmakologi

    Terapi non farmakologi sinusitis maksilaris kronis adalah dengan

    terapi radikal dilakukan untuk mengangkat mukosa patologik dan membuat

    drainase sinus yang terkena dengan cara operasi Caldwell-Luc. Bedah sinus

    Endoskopi Fungsional (BSEF) dilakukan dengan cara membuka dan

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    19/39

    membersihkan daerah kompleks ostiometal yang menjadi sumber

    penyumbatan dan infeksi, sehingga sinus kembali normal.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    20/39

    C. FARINGITIS

    Pendahuluan

    Faringitis adalah infeksi akut orofaring atau nasofaring yangmenghasilkan 1% sampai 2% dari semua kunjungan rawat jalan. Sementara

    penyebab virus yang paling umum, Grup A Streptococcus hemolitik, atau

    Streptococcus pyogenes, merupakan penyebab bakteri primer.

    Virus (seperti rhinovirus, coronavirus, dan adenovirus) menyebabkan

    sebagian besar kasus faringitis akut. Sebuah etiologi bakteri untuk faringitis

    akut jauh lebih kecil kemungkinannya. Dari semua penyebab bakteri, Grup

    A Streptococcus adalah yang paling umum (15% sampai 30% dari orang-

    orang dari segala usia dengan faringitis), dan itu adalah sering terjadi

    faringitis akut yang menggunakan terapi antimikroba untuk indikasinya.

    Komplikasi nonsupuratif seperti demam akut rematik,

    glomerulonefritis akut, dan arthritis reaktif dapat terjadi sebagai akibat dari

    faringitis dengan Grup A Streptococcus.

    Presentasi Klinis

    a. Umum

    Sakit tenggorokan onset mendadak yang sebagian besar diri terbatas.

    Demam dan gejala konstitusional menyelesaikan dalam waktu sekitar

    3-5 hari. Tanda-tanda dan gejala klinis yang sama untuk penyebab virus

    serta bakteri penyebab non-Streptococcal.

    b. Tanda dan gejala

    -

    Sakit tenggorokan- Nyeri pada menelan

    -

    Demam

    - Sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri perut (terutama anak-anak)

    - Eritema atau radang amandel dan faring dengan atau tanpa eksudat

    tambal sulam

    - Membesarnya kelenjar getah bening

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    21/39

    - Uvula merah bengkak, petechiae pada langit-langit lunak, dan ruam

    scarlatiniform

    -

    Beberapa gejala yang tidak sugestif dari Grup A Streptococcus

    adalah batuk, konjungtivitis, coryza, dan diare

    Pedoman dari Infectious Disease Society of America, American

    Academy of Pediatrics, dan American Heart Associationmenunjukkan

    bahwa tes untuk Grup A Streptococcus dilakukan pada semua pasien

    dengan tanda dan gejala. Hanya mereka dengan hasil positif untuk Grup

    A Streptococcusmemerlukan pengobatan antibiotik.

    Pengobatan

    Tujuan dari pengobatan faringitis adalah memperbaiki tanda-tanda

    dan gejala klinis, meminimalkan efek samping obat, mencegah penularan

    untuk menutup kontak, dan mencegah demam rematik akut dan komplikasi

    supuratif seperti abses peritonsillar, limfadenitis serviks, dan mastoiditis.

    Terapi farmakologi

    1. Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh

    StreptococcusGrup A.

    Antibiotika pada terapi Faringitis oleh karena StreptococcusGrup A

    Lini

    PertamaPenisilin VK

    Anak : 2-3 x 250 mg

    Dewasa : 2-3 x 500 mg10 hari

    Penisilin G (untuk

    pasien yang tidak

    dapat menyelesaikan

    terapi oral selama 10

    hari

    1 x 1,2 juta U im 1 dosis

    Amoksisilin

    (klavulanat) 3 x 500

    mg

    Anak : 3x 250 mg

    Dewasa : 3 x 500 mg10 hari

    Lini Eritromisin (untuk Anak : 4 x 250 mg 10 hari

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    22/39

    Kedua pasien alergi penisilin) Dewasa : 4x 500 mg

    Azitromisin atau

    klaritromisin

    1 x 500mg, kemudian

    1x250mg selama

    4 hari berikutnya

    5 hari

    Cefalosorin generasi 1

    atau 2Bervariasi sesuai agen 10 hari

    Levofloksasin (hindari

    untuk anak maupun

    wanita hamil)

    Pada pasien yang alergi terhadap penisilin, makrolida seperti

    eritromisin atau sefalosporin generasi pertama dapat digunakan,

    klindamisin (oral : anak 20 30 mg, dewasa 600 mg) ataupun

    amoksisilin-klavulanat (oral : anak 40 mg, dewasa 3 x 500 mg). Jika

    pasien tidak dapat menggunakan obat-obatan oral, intramuskular

    penisilin benzatin G dapat digunakan.

    2.

    Terapi non-Streptococcus

    Terapi faringitis non-Streptococcus meliputi terapi suportif

    dengan menggunakan parasetamol atau ibuprofen, disertai kumur

    menggunakan larutan garam hangat. Nyeri sering menjadi alasan utama

    pasien untuk mengunjungi dokter, penekanan pada analgesik seperti

    asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid membantu dalam

    menghilangkan rasa sakit. Namun, asetaminofen adalah pilihan yang

    dianjurkan atau lebih baik lebih baik karena ada beberapa obat

    antiinflamasi nonsteroid dapat meningkatkan risiko untuk kerusakan

    usus atau gejala keracunan.

    3. Terapi pendukung

    - Analgesik

    - Antipiretik

    - Kumur dengan larutan garam

    - Pelega tenggorokan atau tablet hisap untuk nyeri tenggorokan.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    23/39

    Terapi Non Farmakologi

    - Istirahat di tempat tidur sampai demam hilang

    -Diet makanan lunak

    - Banyak minum

    - Kompres leher dengan es bisa digunakan meredakan rasa sakit

    Evaluasi Hasil Terapi

    Sebagian besar kasus faringitis terbatas; Namun, terapi antimikroba

    akan mempercepat resolusi bila diberikan lebih awal untuk kasus terbukti

    disebabkan oleh grup A Streptococcus. Gejala umumnya menyelesaikan 3sampai 4 hari bahkan tanpa terapi.

    FARMAKOTERAPI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH

    A. Asma

    Tujuan Pengobatan Asma

    Asma kronik :

    1. Mempertahankan tingkat aktivitas normal termasuk latihan fisik

    2. Mempertahankan fungsi paru-paru

    3.

    Mencegah gejala kronis dan yang mengganggu (batuk, kesulitan

    bernafas malam hari)

    4.

    Mencegah memburuknya asma secara berulang dan meminimalisasi

    kebutuhan masuk ICU

    5. Menyediakan farmakoterapi optimum dengan tidak atau sedikit efek

    samping

    6. Memenuhi keinginan pelayanan terhadap pasien

    Asma akut :

    1.

    Perbaikan hipoksemia

    2.

    Pembalikan cepat penutupan jalan udara

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    24/39

    3. Pengurangan kecendrungan penutupan aliran udara yang parah

    timbul kembali

    Terapi Non Farmakologi

    1. Edukasi pasien dan pengajaran keterampilan manajemen diri harus

    menjadi landasan program pengobatan. Program manajemen diri

    meningkatkan kepatuhan terhadap rejimen pengobatan, keterampilan

    manajemen diri, dan penggunaan layanan kesehatan.

    2. Menghindari pemicu alergi yang dapat meyebabkan asma (debu,

    hewan berbulu), mengurangi penggunaan obat-obatan.

    3.

    Pola hidup sehat (Menghentikan merokok, menghindari kegemukan,

    kegiatan fisikmisalnya senam)

    4. Pemberian oksigen

    5. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-

    anak

    6. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan

    mengontrol asma

    Terapi Farmakologi

    1. Agonis 2

    Agonis bekerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol)

    digunakan, bersamaan dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka

    panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan

    ini juga dipergunakan untuk mencegah bronkospasmus yang diinduksi

    oleh latihan fisik.

    2. Kortikosteroid

    Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang

    memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan

    keuntungan dari penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma

    dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan sampai 8 tahun, yaitu :

    Beklometason, Budesonid, Flutikason, Flunisolid, Mometason

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    25/39

    3. Metilxhantin

    Untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan

    bronkospasme reversibel yang berkaitan dengan bronkitis kronik dan

    emfisema, yaitu :

    Aminofilin dapat diberikan melalui intravena lambat atau diberikan

    dalam bentuk infus (biasanya dalam 100-200 mL) dekstrosa 5%

    atau injeksi Na Cl 0,9%. Kecepatan pemberian jangan melebihi 25

    mg/mL.

    Teofilin, dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian

    dosis berdasarkan respon klinik dan perkembangan pada fungsi

    paru-paru.

    4. Antikolinergik

    Ipratropium Bromida. Digunakan dalam bentuk tunggal atau

    kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik)

    sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang

    berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik,

    termasuk bronkhitis kronik dan emfisema. 2 inhalasi (36 mcg)

    empat kali sehari. Pasien boleh menggunakan dosis tambahan

    tetapi tidak boleh melebihi 12 inhalasi dalam sehari.

    Tiotropium Bromida. Tiotropium digunakan sebagai perawatan

    bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru obstruksi

    kronis termasuk bronkitis kronis dan emfisema. Cara penggunaan

    kapsul dihirup, satu kali sehari dengan alat inhalasi Handihaler.

    5. Kromolin Natrium dan Nedokromil

    Kromolin Natrium. Asma bronchiale (inhalasi, larutan dan

    aerosol) : sebagai pengobatan profilaksis pada asma bronkial.

    Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien dengan gejala

    berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler. Larutan

    nebulizer : dosis awal 20 mg diinhalasi 4 kali sehari dengan

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    26/39

    interval yang teratur. Efektivitas terapi tergantung pada keteraturan

    penggunaan obat.

    Nedokromil Natrium. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan

    untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma

    ringan sampai sedang. Dosis dan cara penggunaan : 2 inhalasi,

    empat kali sehari dengan interval yang teratur untuk mencapai

    dosis 14 mg/hari.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    27/39

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    28/39

    Alogaritma Asma Akut di rumah

    Respon baik, PEF > 80 %

    Keparahan ringan tidak

    terengah engah atau nafas

    pendek respon terhadap

    agonis 2 bertahan hingga 4

    jam.

    Angois 2 dilanjutkan setiap

    3-4 jam selama 24-48 jam.

    Untuk pasien dengan

    kortikosteroid inhaler dosis

    digandakan untuk 7 sampai

    10 hari

    Respon sedang, PEF 50 %

    Nafas terengah engah pendek

    presisten

    - Tambah kortikosteroid

    oral

    - Lanjutkan agonis

    Respon buruk PEF < 50 %

    Nafas terengah-engah atau

    nafas pendek yang sangat

    terlihat

    - Tambah kortikosteroid

    oral

    -

    Ulangi angois 2

    secepatnya

    - Jika penderita parah dan

    tidak responsif

    Kontak klinis untukinstruksi lebih lanjut

    Kontak klinis segera untuk

    instruksi

    Bawa ke bagian gawat

    darurat

    Perkiraan keparahan PEF < 50 %

    Catatan tanda dan gejala : tingkat batuk, kesulitan bernafas, sesak

    dada, terengah-engah dengan bertambah beratnya keparahan

    Penanganan awal:

    Agonis 2 pendek : hirup sampai 3 kali penanganan

    dengan intervensi 3 menit atau penanganan sekali

    dengan nebuliser

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    29/39

    Alogaritma Terapi di Rumah Sakit

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    30/39

    Evaluasi Hasil Terapi

    Asma Kronik

    Kontrol asma bertujuan untuk mengurangi atau penurunan risiko.

    Tindak lanjut sangat penting (pada interval 1 sampai 6 bulan,

    tergantung pada kontrol).

    Penilaian kontrol meliputi gejala, terbangun malam hari, gangguan

    aktivitas normal, fungsi paru, kualitas hidup, eksaserbasi, kepatuhan,

    efek samping terkait pengobatan, dan kepuasan dengan perawatan.

    Kategori terkontrol dengan baik, tidak terkontrol dengan baik, dan

    sangat tidak terkontrol dianjurkan. Kuesioner divalidasi dapatdiberikan secara teratur, seperti Assessment Questionnaire Terapi

    Asma, Asma Kontrol Kuesioner, dan Asma Tes Kendali.

    Tes spirometri direkomendasikan pada penilaian awal, setelah

    pengobatan dimulai, lalu setiap 1 sampai 2 tahun. Pemantauan

    puncak dianjurkan dalam sedang sampai asma persisten berat.

    Pasien juga harus ditanya tentang toleransi latihan.

    Semua pasien pada obat inhalasi harus menggunakan teknik inhalasimereka dievaluasi bulanan awalnya dan kemudian setiap 3 sampai 6

    bulan.

    Setelah memulai terapi antiinflamasi atau peningkatan dosis,

    sebagian besar pasien harus mulai mengalami penurunan gejala

    dalam 1 sampai 2 minggu dan mencapai perbaikan gejala maksimum

    dalam waktu 4 sampai 8 minggu. Peningkatan FEV1 dasar atau PEF

    harus mengikuti kerangka waktu yang sama.

    Asma Akut

    Pasien yang beresiko untuk eksaserbasi akut harus memantau arus

    puncak di pagi hari di rumah.

    Fungsi paru-paru, baik spirometri atau puncak arus, harus dipantau 5

    sampai 10 menit setelah setiap pengobatan.

    Saturasi oksigen dapat dengan mudah dipantau terus menerus

    dengan pulse oximetry. Untuk anak-anak dan orang dewasa,

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    31/39

    oksimetri pulsa, auskultasi paru-paru, dan observasi untuk retraksi

    supraklavikula berguna.

    Kebanyakan pasien merespon dengan jam pertama awal inhalasi -

    agonis. Pasien tidak mencapai tanggapan awal harus dipantau setiap

    0,5-1 jam

    B. Bronkitis

    BRONKITIS AKUT

    Tujuan Terapi

    Membuat pasien nyaman dan pada kasus berat untuk mengobati dehidrasidan gangguan respirasi.

    Pendekatan Umum

    Terapi Farmakologi

    Terapi simptomatis dan suportif. Antipiretik tunggal seringkali

    cukup. Istirahat dan analgesik-antipiretik lemah sering dapat

    mengatasi keluhan lemah dan demam. aspirin atau parasetamol (650

    mg untuk dewasa dan/atau 10-15 mg/kgBB/dosis pada anak dengan

    dosis harian maksimum dewasa 4 g dan anak-anak 60 mg/kg).

    Atau gunakan ibuprofen 200-800 mg pada dewasa, anak 10 mg/kg

    bb/dosis. Dosis maksimum dewasa 3,2 g dan 40 mg/kg/dosis pada

    anak. Berikan setiap 4-6 jam.

    Pasien dianjurkan untuk minum cairan untuk mencegah dehidrasi

    dan kemungkinan penurunan sekresi respirasi dan kekentalan mukus.

    pada anak pemberian aspirin harus dihindari karena adanya

    hubungan antara penggunaan aspirin dengan munculnya sindroma

    Reye. Parasetamol lebih dianjurkan.

    Terapi embun dan/atau penggunaan uap dapat mengencerkan sekret.

    Batuk ringan yang menetap yang mengganggu dapat diterapi dengan

    dekstromethorphan. Terapi batuk yang lebih berat mungkin

    membutuhkan kodein atau obat yang sejenis.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    32/39

    Penggunaan rutin antibiotik tidak dianjurkan, tetapi pada pasien

    dengan demam menetap dan gejala pernafasan lebih dari 4-6 hari,

    kemungkinan adanya infeksi bakteri harus dicurigai.

    Bila mungkin terapi antibiotik ditujukan terhadap patogen yang

    diantisipasi (misalnya Streptococcus pneumonia dan Haemophilus

    influenzae) dan/atau bakteri yang dominan tummbuh pada kultur

    kerongkongan.

    M. pneumoniae bila dicurigai atau positif aglutinin dingin (titer

    1:32) atau dipastikan oleh kultur/serologi. Terapi dengan eritromisin

    atau analognya (klaritromisin atau azitromisin). Fluorokuinolon juga

    menunjukkan aktivitas terhadap pathogen tersebut (misalnya

    gatifloksasin atau levofloksasin dosis tinggi) dan dapat digunakan

    pada orang dewasa.

    Selama epidemik yang melibatkan virus untuk meminimkan gejala-

    gejala terkait bila diberikan di awal penyakit.

    BRONKITIS KRONIS

    Tujuan Terapi

    Mengurangi keparahan gejala dan menghilangkan kekambuhan akut

    dan mencapai perpanjangan interval yang bebas infeksi.

    Pendekatan Umum

    Prinsip umum

    Harus dinilai riwayat pekerjaan atau lingkungan untuk menetapkan

    paparan yang mengganggu, gas mengiritasi seperti asap rokok.

    Awali dengan harus menurunkan paparan terhadap iritan bronkus.

    Pelembaban udara inspirasi dapat mengencerkan sekret yang kental

    sehingga produksi sputum menjadi lebih efektif. Penggunaan aerosol

    mukolitik (asetilsistein, deoksiribonuklease) nilainya masih belum

    jelas.

    Drainase postural mungkin membantu pengeluaran sputum.

    Terapi Farmakologi

    Pada eksaserbasi akut pemberian bronkodilator oral atau aerosol

    seperti albuterol aerosol.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    33/39

    Untuk pasien yang secara konsisten tetap menunjukkan keterbatasan

    dalam masuknya udara pernafasan, perubahan terapi bronkodilator

    harus dipertimbangkan.

    Penggunaan antibiotik masih diperdebatkan, walau penting.

    Pemilihan antibiotik sesuai dengan patogen, resiko interaksi rendah,

    dan tidak menuimbulkan masalah kepatuhan.

    Pemilihan antibiotik harus mempertimbangkan resistensi patogen

    terhadap penisilin, yaitu H. influenzae 30-40%, M. pneumoniae

    penghasil B laktamase 95% dan s. pneumoniae 30%. Ampisilin

    sering dipertimbangkan sebagai pilihan untuk bronkitis kronik

    eksaserbasi akut, tetapi regimen dosis dan resisten terhadap

    betalaktamase membatasi keamanan dan cost-effectiveness.

    Bila mikoplasma terlibat dalam infeksi, penggunaan makrolid masih

    diragukan. Azitromisin dapat dipertimbangkan sebagai pilihan untuk

    kasus mikoplasma.

    Fluorokinolon antibiotik alternatif yang efektif untuk dewasa

    terutama bila pathogen adalah gram negatif atau untuk pasien yang

    parah. Beberapa S. pneumonii resisten terhadap fluorokinolon yang

    generasi awal, sehinga dibutuhkan generasi yang lebih baru seperti

    gatifloksasin.

    Pada pasien yang mempunyai riwayat kekambuhan oleh karena

    faktor pencetus kejadian tertentu seperti musim dingin, percobaan

    profilaksis antibiotik mungkin bermanfaat. Bila tidak ada perbaikan

    secara klinik, selama periode yang sesuai misalnya 2-3 bulan/tahun

    untuk 2-3 tahun, terapi profilaksis dapat dihentikan. Antibiotik yang umum digunakan dengan durasi 10-14 hari.

    Antibiotik yang

    dianjurkan

    Dosis lazim

    dewasa (g)

    Dosis/hari

    Ampisilin 0,25-0,5 4

    Amoksisilin 0,5

    Cefprozil 0,5 2

    Cefuroksim 0,5 2

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    34/39

    Ciprofloksasin 0,5-0,75 2

    Gatifloksasin 0,4 1

    Levofloksasin 0,5-0,75 1

    Doksisiklin 0,1 2

    Minosiklin 0,1 2

    Tetrasiklin HCl 0,5 4

    Amoksisilin-As.

    Klavulanat

    0,5 3

    Ko-trimoksazol 160/800 mg 2

    Obat Pengganti

    Azitromisin 0,25-0,5 1

    Eritromisin 0,5 4

    Klaritromisin 0,25-0,5 2

    Sefiksim 0,4 1

    Sefaleksin 0,5 4

    Sefaklor 0,25-0,5 3

    C. Pneumonia

    Tujuan Terapi

    Eradikasi patogen dan penyembuhan klinis.

    Menurunkan morbiditas.

    Pendekatan Umum

    Tetapkan

    fungsi pernafasan, tanda-tanda sakit sistemik: dehidrasi,

    sepsiskolaps.

    Terapi suportif: oksigen, cairan pengganti bronkodilator, fisioterapi

    dada, nutrisi, pengendalian demam.

    Antibiotik empirik dengan antibiotik spektrum lebar. Bila kultur

    diketahui, sempitkan spektrum. Antibiotik aerosol belum terbukti.

    Pencegahan dengan vaksin terhadap S. pneumoniadanH. influenzae.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    35/39

    Evaluasi Terapi

    Melakukan penilaian terhadap waktu hilangnya batuk, produksi sputum,

    adanya gejala. Kemajuan dalam 2 hari pertama, dan lengkap hilang 5-7 hari.

    Nk : SDP, ronsen, gas darah.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    36/39

    CONTOH KASUS

    FINDING ASSESMENT

    Keluhan :

    Ibu Monalisa (49 tahun) datang ke RS dengan keluhan

    sudah hampir satu minggu ini hidung kanan yang

    terasa berbau dan panas disertai sakit kepala yang

    cukup hebat. Sakit kepala yang dirasakan terutama

    dari sisi temporal lalu menjalar ke seluruh kepala,

    sakit memberat jika menunduk. Ibu Monalisa juga

    merasakan seperti ada cairan yang mengalir dari

    hidung bagian belakang sampai ke tenggorokan.

    Sekarang gejala dirasakan bertambah dimana sekret

    keluar dari hidung kental berwarna kekuningan

    sampai hijau.

    Riwayat lain :

    dua hari yang lalu Ibu Monalisa mencabut gigi

    geraham kanan atas dan geraham kiri bawah

    Anamnesa Pemeriksaan

    Laboratorium

    - Rasa nyeri di daerah

    wajah (-)

    - Demam (-)

    - Bersinbersin (-)

    - Batuk (+) jika ada

    factor pencetus

    - Rasa Berat / tekanan

    pada dada (+)

    - Perdarahan dari

    hidung ( - )

    - Tekanan darah :

    160/100

    - IgE spesifik (+)

    - IgE total (+)

    - Jumlah eosinofil total

    meningkat

    -

    Frekuensi nadi < 100

    kali/menit

    -

    Edema pd mukosa

    hidung

    - Suhu tubuh 37,5oC

    Bakteri penyebab :

    Streptococcus pnemoniae (30-40%),

    Haemophilus influnzae (20-30%),

    Moxarella catarrhalis (12-20%) , lain2

    seperti Streptococcus pyogenes,

    Staphylococcus aureus, bakteri anaerob.

    Tidak ada riwayat obat yang

    diberikan

    Standar terapi yang diberikan pada

    sinusitis dentogen yaitu diutamakan

    antibiotik karena adanya infeksi

    pada gigi geraham akibat bakteri

    yang mengakibatkan kelainan pada

    gigi dan menimbulkan sinusitis tipe

    dentogen.

    Antibiotik utama yang digunakan

    yaitu : amoksisilin atau

    kotrimoksazol bila resisten dapat

    digunakan azitromisin,

    klaritromisin, sefuroksin, sefiksim,

    sefaklor, fluorokuinolon :

    levofloksasin, gantifloksasin.

    Durasi terapi yang 1014 hari dapat

    diperpanjang s/d 30 hari.

    Obat semprot vasokonstriktor :

    fenileprin, oksimetazolin dapat

    memperbaiki aliran. Tapi

    penggunaan tidak melebihi 72 jam

    agar tidak terjadi toleransi

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    37/39

    Antihistamin tidak efektif untuk

    sinusitis.

    RECOMMENDATION MONITORING

    Terapi Non Farmakologi

    - Tidak minum es, air dingin dan makanan yang

    pedas atau panas karena dapat memicu keluarnya

    secret berlebih, air dingin dapat berpengaruh

    terhadap infeksi gigi.

    - Istirahat yang cukup apabila terjadi sakit kepala

    yang hebat .

    Terapi Farmakologi

    - Amoksisilin (amoksisilin trihidrat setara dengan

    amoksisilin anhidrat 250 mg/kapsul).

    - Dosis : 250- 500 mg tiap 8 jam atau 3x1 kapsul

    - Indikasi : infeksi saluran pernafasan, H.influenzae,

    streptococcus, S. pneumonia,

    -

    ESO : gangguan saluran cerna, seperti mual

    muntah dan diare. reaksi hipersensitivitas,

    -

    Amoksisilin ini digunakan untuk mengobati infeksi

    akibat bakteri akibat gigi geraham kanan atas yang

    dicabut dan mengakibatkan sinusitis dentogen.

    -

    Untuk mengurangi volume mukosa dan

    mengurangi penyumbatan hidung dapat digunakan:

    Decolgen fx (asetaminofen 250 mg,

    pseudoefedrin HCL 30mg, klorfeniramin

    maleat 2 mg).

    Dosis : 3x1 tab

    Indikasi : meringankan gejala flu seperti

    demam, sakit kepala hidung tersumbat

    -

    Kondisi pasien setelah mengonsumsi

    obat pseudoefedrin yang telah

    diberikan terhadap tekanan darah

    pasien apabila semakin tinggi maka

    dihentikan.

    - Pengamatan gejala efek samping yang

    mungkin terjadi, misal : gangguan

    saluran cerna akibat amoksisilin.

    - Pemeriksaan gejala yang dialami

    pasien apakah semakin berkurang atau

    bertambah setelah mengonsumsi obat

    yang diberikan.

    - Dilakukan pemeriksaan laboratorium ,

    dilihat perubahan yang terjadi.

    Seperti IgE yang spesifik dan total

    apakah masih tetap memberikan hasil

    (+), jumlah eosinofil total, frekuensi

    nadi.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    38/39

    DAFTAR PUSTAKA

    American Academy of Pediatrics and American Academy of Family Physicians.

    Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. Clinical Practice

    Guideline. Pediatrics 2004; 113(5): 1451-1465.

    American Academy of Pediatrics. Comminttee On Infectious Diseases. Policy

    Statement : Recommendations for The Prefention of Pneumococcal

    Infections, Including The Use of Pneumococcal Conjugate Vaccine,

    Pneumococcal Polysaccharide Vaccine, And Antibiotic Prophylaxis.

    Pediatrics 2000; 106 (2 Pt 1) : 362-6.

    Anonim. 2009. Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs, 9 th Edition.

    Philadelphia : Wolters Kluwer Health.

    Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Medica

    Aesculpalus, FKUI.

    Bluestone CD. Definition, Terminology, and Classification. In : Rosenfeld RM,

    Bluestone CD, eds. Evidence-Based Otitis Media. 2ndEdition. Ontario: BC

    Decker Inc; 2003. p. 120-135.

    Dipiro, Joseph T. 2005. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach,6th

    Edition. New York : McGraw Hill Medical.

    Dipiro, Joseph T. 2008. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th

    Edition. New York : McGraw Hill Medical.

    Finkelstein JA, Stille CJ, Rifas-Shiman SL, Goldman D. Watchful Waiting for

    Acute Otitis Media : Are Parents And Physicians Ready? pediatrics

    2005;115:1466-73.

    Hoberman A., Paradise JL, Rockette HE, Shaikh N, Wald ER, Kearney DH, et. al.

    Treatment of Acute Otitis Media In Children Under 2 Years of Age. N.

    England J. Med. 2011; 364(2): 105-115.

  • 8/10/2019 Infeksi Saluran Pernapasan

    39/39

    Hunt CE, Lesko SM, Vezina RM, McCoy R, Corwin MJ, Mandell F., et. al.Infant

    Sleep Position and Associated Healh Outcomes. Arch Pediatr Adolesc Med.

    2003; 157: 469-74.

    Munilson, Jacky, dkk. Penatalaksanaan Otitis Media Akut. Bagian Telinga

    Hidung dan Tenggorokan Bedah Kepala Leher (THT-KL). Fakultas

    Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

    Ozkan Metin. Upper Respiratory Infection.e-medicine.

    Pichichero ME. First Line Treatment of Acute Otitis Media. In : Alper CM,

    Bluestone CD, Caselbrant ML, Dohar JE, Mandel EM, editors. Advanced

    Therapy of Otitis Media. Hamilton : BC Decker Inc; 2004. p. 32-8.

    Schilder AGM.Management of Acute Otitis Media Without Antibiotics. In : Alper

    CM, Bluestone CD, Caselbrant ML, Dohar JE, Mandel EM, editors.

    Advanced Therapy of Otitis Media. Ontario : BC Decker Inc; 2004. p.44-8.

    Siegel RM, Kiely M, Bien JP, Joseph EC, Davis JB, Mendel SG, et. al. Treatment

    of Otitis Media With Observation and A Safety-Net Antibiotic Prescription.

    Pediatrics 2003; 112 : 527-31.

    Spiro DM, Tay, KY, Arnold DH, Dziura JD, Baker MD, Shapiro ED. Wait and

    See Prescription for The Treatment of Acute Otitis Media. A Randomized

    Controlled Trial. JAMA 2006; 296(10): 1235-41.

    Sukandar, Elin Yulinah., dkk. 2012. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI

    Penerbitan.