saluran pernapasan

12
Saluran Pernapasan OBAT-OBAT SALURAN PERNAPASAN Saluran pernapasan bisa terinfeksi pada dua tempat yaitu: 1. Infeksi saluran napas atas (URI) yang meliputi: - Rhinitis, inflamasi pada mukosa hidung - Sinusitis, inflamasi pada sinus paranasal - Nasopharyngitis (common cold) inflamasi nares, faring, hipofaring, uvula dan tonsil - Laringitis, inflamasi pada laring 2. Infeksi salurn napas bawah (LRI) yang meliputi bronci dan paru yang mengakibatkan bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia) OBAT-OBAT UNTUK INFEKSI SALURAN NAPAS: 1. PELEGA HIDUNG(NASAL DECONGESTAN) Kebanyakan obat-obat pelega hidung merupakan senyawa-senyawa adrenergik (simpatomimetik), biasa digunakan dalam bentuk sediaan obat tetes atau inhalasi, suatu senyawa yang merangsang reseptor adrenergik pada otot polos vascular yang bisa mengakibatkan pelegaan pada jalan mengerutkan arteriola mukosa hidung yang mengembang. Aliran darah ke daerah edema berkurang, lubang hidung yang tersumbat akan terbuka, sekresi sinus mengering dan penyumbatan hidung berkurang senyawa ini mengobati gejala rinitis, sinusitis akut, kronik ataupun alergik. Pemakaian dianjurkan berhati-hati karena ada penggunaan berlebihan akan menyebabkan kembalinya vasodilatasi dan rinitis kimiawi. Semua obat adrenergik harus dipakai secara brhai-hati terutama pada orang-orang yang mempunyai tekanan darah tinggi, hipertiroidisme yang berpenyakit arteri koroner, diabetes, penderita yang menjaani pengoatan dengan antidepresan trisiklik , juga pada penderita yang menggunakan anhibitor monoamin oksidase a. Turunan β-feniletilamin Fenilerfin: Neosinefrin, (-) m- hidroksi-α-[(metilamino) metil]-benzil alkohol, merupakan vasokonstriktor paling banyak digunakan dan bekerja lebih lama

Upload: fauziyah-farah-r

Post on 19-Jan-2016

119 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

saluran pernapasan

TRANSCRIPT

Saluran Pernapasan

OBAT-OBAT SALURAN PERNAPASAN

Saluran pernapasan bisa terinfeksi pada dua tempat yaitu:

1. Infeksi saluran napas atas (URI) yang meliputi:- Rhinitis, inflamasi pada mukosa hidung

- Sinusitis, inflamasi pada sinus paranasal

- Nasopharyngitis (common cold) inflamasi nares, faring, hipofaring, uvula dan tonsil

- Laringitis, inflamasi pada laring2. Infeksi salurn napas bawah (LRI) yang meliputi bronci dan paru yang mengakibatkan

bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia)

OBAT-OBAT UNTUK INFEKSI SALURAN NAPAS:

1. PELEGA HIDUNG(NASAL DECONGESTAN)Kebanyakan obat-obat pelega hidung merupakan senyawa-senyawa adrenergik (simpatomimetik), biasa digunakan dalam bentuk sediaan obat tetes atau inhalasi, suatu senyawa yang merangsang reseptor adrenergik pada otot polos vascular yang bisa mengakibatkan pelegaan pada jalan mengerutkan arteriola mukosa hidung yang mengembang. Aliran darah ke daerah edema berkurang, lubang hidung yang tersumbat akan terbuka, sekresi sinus mengering dan penyumbatan hidung berkurang senyawa ini mengobati gejala rinitis, sinusitis akut, kronik ataupun alergik. Pemakaian dianjurkan berhati-hati karena ada penggunaan berlebihan akan menyebabkan kembalinya vasodilatasi dan rinitis kimiawi.Semua obat adrenergik harus dipakai secara brhai-hati terutama pada orang-orang yang mempunyai tekanan darah tinggi, hipertiroidisme yang berpenyakit arteri koroner, diabetes, penderita yang menjaani pengoatan dengan antidepresan trisiklik , juga pada penderita yang menggunakan anhibitor monoamin oksidasea. Turunan β-feniletilamin

Fenilerfin: Neosinefrin, (-) m-hidroksi-α-[(metilamino) metil]-benzil alkohol, merupakan vasokonstriktor paling banyak digunakan dan bekerja lebih lama daripada pinefrin, pada penggunaan yang terlalu lama akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi kembali

Efedrin : (-) eritro-α-{{metiamono} etil}-benzil alkohol, meruakanpelega hidung yang paling tua jarang digunakan karena bisa menyebabkan kembalinya vasodilatasi dan takfilaksis, digunakan sebagai brochodilator dalam bentuk kapsul, tablet dan sirup (efedrin sulfat)

Fenilpropanolamin: (±) 1-fenil-2-amonipropanol, gugus N-metil diganti dengan atom hydrogen, perubahan ini menyebabkan mempunyai efek vasopresor yang lebih besar dan toksisits yang lebih kecil. Senyawa ini bisa diebrikan secra per oral.

b. TURUNAN AMIN ALIFATIKSenyawa amin yang banyak dipakai dengan sifat melegakan hidung sebagai zat presor adalah amin dengan 7 atau 8 karbon dengan satu gugus amin pada posisi 2.

- Siklopentamin: senyawa N, α-dimetilsklopentanaetilamin pada umumnya diberikan topical dalam bentuk sediaan hidrokloridanya.- Propilheksedrin : N-α-dimetilsikloheksanaetilamin, sediaan hanya dalam bentuk inhaler’ zat ini dibuat dengan jalan mereduksi cincin aromatik senyawa metamfetamin- Tuaminoheptana: senyawa 2-aminoheptana, merupakan amin primer dan tidak mempunyai initi siklik, sering dijumpai sebagai inhaler- Metilheksanamin: 2-amino-4-metilheksana, Forthana, untuk inhaler

c. TURUNAN IMIDAZOLINTurunan imidazolin tidak boleh digunakan sembarangan terutama pada anak kecil, pada pemakaian yang berkepanjangan dan dalam dosis besar bisa menyebabkan penumbatan kembali. Orang yang telah resisten terhadap pelega hidung β-feiletilamin dan alifatik akan memberikan respon bila memakai turunan imidazolin ini. Nafazolin: 2-(1-naftilmetil) 2-imidazolin, Privin®, adalah

vasokonstriktor yang efektif tetapi harus hati-hati pemakaiannya karena adanya pembengkakan kembali dan efek sistematik yang tak diinginkan, terutama pada penderita penyakit jantung

Tetrahidrozolin: 2-(1,2,3,4-tetrahidro-1-naftil)-2-imidazolin, Tizin, digunakan sebagai garam hidroklorianya

Xilometazolin: 2-[(4-tert-butil)-2,6-dimetilbenzil]-2-imidazolin, Otrivin, senyawa ini tidak mempunyai ini naftalen melainkan cincin benzen yang lipofil. Larutannya tidak boleh dignakan dalam atomizer yang terbuat dari aluminium.

Oksimetazolin: 6-tert-butil-3-(2-imidazolin-2-ilmetil)-2,4-trimetilfenol, Afrin, berbeda dari xilometazolin dengan adanya OH fenolat, masa kerjanya lebih laa daripada turunannya lainnya.

2. BROKODILATORAda dua jenis brokodilator yang dipakai yaitu: B. Adrenergik dan B.Xantin1. Bronkodilator Adrenergik

Senyawa ini bekerja dengan merangsang reseptor β pada otot polos bronkiol sehingga akan terjadi relaksasi otot polos pad cabang bronkus Epinefrin: senyawa (-) 3,4 –dihidroksi-α—

[(metilamin)metil] benzil alkohol, dipasaran mempunyai nama Adrenalin, suatu senyawa hormon yang diisolasi dari kelenjar adrenal yang kemudian disintesa. Epinefrin mempunyai kerja bronkodilasi yang pendek dan adalah obat pilihan pada asma sebagai pencegahan.

Metoksifenamin : senyawa 1-(2-metoksifenil)-2-mil-aminopropan Ortoksi, efek presornya lebih kecil, juga mempunyai efek anitihistamin.

Isoproterenol : 3,4-dihidroksi - α—[(Isopropilamino)metil] benzil alkohol, Isuprel dengan masuknya N-isopropil menggantikan N-metil meyebabkan mempunyai efek yang lebih baru pada peredaran darah, digunakan dalam bentuk sedian inhaler pada penderita asma, selain sediaan inhaler juga didapat dalam bentuk injeksi dan tablet.

Metaproterenol : 3,5-dihidroki- α—[(isopropilmino)metil] benzil alcohol maka kerjanya lebih lama dan lebih bronkoselektif.

Protokilol : α—[( α—metil -3,4,-metilendioksifenetilamino)-metil] protoketeknil alcohol suatu turunan difenetilamin yang efekti secara oral sebagai bronkodilator, kesembuhan yang dihasilkan ternyata lebih lmdari pada isoproterenol ataupun epineprin.

2. Bronkodiltor XantinDerivat ini mempunaikerja muskolotropik langsungyang menyebabkan relaksasi otot dan merangsang saraf pusat. Teofilin : 1,3-dimetil xantin pada umumnya igunkan dalam bentuk garam yng larut

misalnya aminofilin, difilin, oksitrifilin, tefilin natrium glisinat dan teofilin olamn. Gabungan teofilin, efedrin HCL dan fenobarbital digunakan sebagai brokkodilator.

Aminofilin: Senyawa teofilin – etilendiamin, untuk bronkospasmus yang resisten terhadap epinefrin, enggunaan aminofilin ini (digunakancara i.v (intravena)) ternyata sanga fektif.

Oksitrifilin : Senyawa teofilin dalam bentuk garam kolin, dalam bentuk garam ini gangguan lambung menjadi lebih kecil.

Natrium kromolin: Dinatrium 1,3-bis-(2-karboksikromon-5-iloksi)—dihidroksipropan, merupkan zat propilaktik asma bronkiale yang digunakan dalm bentuk inhaler, tak boleh dipakai pada erangan asma yang akut trutam status asmatikus.

3. ANTITUSIF Antitusif adalah zat yang dapat igunakan untuk mengendalikan batuk, beberap zat melakukan efek farmakologinya dengan jlan menekan pusat batuk yang terletak di medula, menganestsi ujung saraf rasa saluran napas atau meganestesi reseptor rntang pada paru. Obat batuk pada umumnya terdiri dari : ntihistamin, pelega hidung, ekspektoran, bronkodilator dan antitusif.

CH2NH2

CH2NH2

ANTITUSIF NARKOTIKZat-zat antitusif narkotk menunjukan efek antitusifnya dengan bekerja secara sentral pada pusat batuk yang terletak di medulla. Morfin dan alkaloid fenantren lain yang terdapat dalam opium aktif yang memutar kekiri (levo-orotatori) Morfin : diperoleh dari opium suatu alkaloida tananman Papaver somniverum yang

kemudian bisa dibuat secara sintetik, merupakan analagesik narkotik yang kuat dan mempunyai efek antitusif yang kuat, dalam pemakaiannnya mudah skali menimbulkan ketagihan sehingga harus dilakukan kontrol yang ketat.

Kodein : merupakan derivat metil, kebanyakan dibuat dalam jalan memeilasi gugus hidroksil fenolat senyawa morfin.

Hidrokodon : Dikenal dengan nama dihidrokodeinon, merupakan derivat dari morfin juga dimana gugus alkohol sekundernya dioksidasikan menjadi keton dan ikatan rangkap pada posisi 7 dan 8 telah tereduksi. Senyawa ini merupakan antitusiv yang lebih kuat dari pada kodein dan bahaya ketagihannya juga lebih besar.

Metadon : (±) 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanon, antitusif narkotik yang kuat dan juga menyebabkan ketagihan biasanya justru tidak dipakai sebagai penekan batuk.

ANTITUSIF NON NARKOTIK

Obat-obat antitusif non narkotik bisa merupakan senyawa-senyawa turunan asam p.amino bezoat, difenilpropan, isokinoln dan fenoiazin, antara lain: Karbetapentan (Tuclase) : 2-[2-(dietilamino)

etoksi] –etil-1-fenilsiklopentana-karoksilat, mempunyai efektivitas sebagai antitusif yang kuat.

Klorfendianol: 1-o- klorofenil-1-fenil-3-dimetilaminopropan-1-ol, Klofenadol secara kimia adalah turunan antihistamin, zat ini kurang efektif dibandingkan dengan kodein.

Dekstrometorfan : ( ±) 3-metoksi-17-metil 9 α—,13 α—, 14 α— morfinan, Romilar, digunakan sebagai garam hidrobromida.

Levopropoksifen : (-)α—4- (dimetilamino) -3-metil- 1,2-difenil-2-butnol propionate, novrad, strukturnya mirip metadon efek sebagai antiusif kira-kira 3x kuat kodein.

Noskapin : narkotin, Longatin®, merupakan alkaloid jenis benzil isokinolin terdapat dalam opium sebanyak 1-9% dan mudah dipisahkan dengan penyarian eter. Noskapin mempunyai aktivitas sebagai bronkodilator dan tidak menyababkan ketagihan.

4. EKSPEKTORANSIAEkspektoransia digunakan untuk meningkatkan sekresi pernapasan dan membantu mnghilagkan cairan mukosa melalui batuk atau kerja ekspektoran. Saluran napas bagian atas dan bawah dijaga kelembabannya oleh sekresi mukosa yang melapisi daerah ini. Ada dua macam ekspektoran yaitu : Ekspekoran perangsang

Beberapa minyak terpen (terpentin, kayu putih, dan adas ) mempunyai kerja ekspektoran. Terdapat senyawa fenol untk ekspektoran antara lain guaiakol, turunan guaiakol yang larut dalam air adalah gliseril guaiakolat, sedangan sulfonasi pada guaiakol akan menghasilkan kalium guaiakolsulfont.

Ekspektoran penenangZat-zat nya antara lain ipekakuanha (sebagai sdiaan sirup), asam hidriodat, stibium kalium tartrat, natrium sitrat, ammonium klorida dan klium iodida, banyak digunakan dalam campuran obat batuk.

5. ZAT MUKOLITIKZat mukoitik ini bekerja dengan cara mngurangi kekentalan mucus. N-asetilsistein : senyawa ini meningkatkan volume dahak, secara in vitro ternyata bekerja

memutuskan ikatan disulfida pada protein-protein, biasa diberikan dalam bentuk nebuliser (semprot hidung . Khasiat antibiotika (doksisiklin, amoksisilin dan tiamfenikol) diperkuatnya, juga sebgai antidotum terhadap intoksikasi parasetamol.

Di dalam hati dirubah menjadi sistein, sistin, dan taurin, ekskresi melalui kemih. Bromheksin : Bisolvon, Solvax, derivat sikloheksil,

dapat menstimulasi gerakan bulu getar di bronchi serta meningkatan kadar antibiotika dalam dahak, sediaan biasanya secar oral atau inhalasi.

Dornase pancreas (Dornavak) senyaw ini adalah enzim yng didapat dari pancreas sapi yang menurunkan kekentalan dahak dengan cara menghidrolisis deoksiribonukleoprotei, diberikan dalam bentuk aerosol.

6. STIMULAN PERNAPSANUntuk stimulan ini hanya akan dibicarakan beberapa obat analeptic yang merngsang mekanisme pernapasan. Etamivan : C12H17NO3, N, N-dietyl-4-hydroxy-3-methoxybenzamide, digunakan secara

i.v untuk mengatasi depresi kibat barbiturat atau pada toksisitas alcohol dan untuk menyadarkan dari keadaan anesthesia. Tidak boleh diberikan kepada mereka yang sedang menerima zat-zat adrenergik atau inhibitor monoamin okidase.

Doksapram:1-etil-4-(2-morfolinoetil)-3,3-ifenil-2-pirolidinon atau dopram. Metabolisme dopram melibatkan terbukanya cincin morfolin, obat ini digunakan mempercepat kesadaran pada pemulihan pasca bedah dan mengatasi depresi akibat barbiturat.

Pentetrazol : C6H10N4, 6,7,8,9,-tetrhydr-H-Tetrazolo (1,5-a)azepin, Pentylenetrazol, PTZ, juga efekf sebagai anti epilepsi.

Mepixanox : C20H21NO3

Almitrine:C26H29F2N7,deivate diphenylmetylpierazin, sebgai stimulant pernapasan dengan bekerja sebagai agonist khemoreseptor perifer.

ASMA DAN PENGOBATANNYA C26H29F2N7

Almitrine

Asma bronchia, lebih populer dengan sebutan asma adaah penyakit saluran napas dengan ciri saluran napas akan manjadi hipersensitif atau hiperaktif terhadap macam-macam rangsangan yang ditandai adanya penyempitan saluran napas bagian bawah.

Pengobatan :

Adrenergika : β2-simpatomimetika antara lain :Salbutamol : Ventolin, oral, injeksi, atau inhalasiFenoterol : Berotec, inhalasiTerbutalin : Bricasma, oral, injeksi, atau inhalasiProcaterol : Meptin, oral, inhalasiTretoquinol

Zat-zat ini praktis tidak bekerja pada β1 (stimulasi jantung ), obat-obat dengan efek terhadap dua reseptor sebaiknya tidak digunakan seperti efedrin, iso prenalin, orsiprenalin, klorprenalin dan heksoprenalin kecuali adrnalin. Mekanisme kerjanya dengan cara stimulasi terhadap reseptor β2 di trachea ( batang tenggorok) dan bronchi yang berakibatterjadinya aktivasi dari adenilsiklase, enzim ini memperkuat pengubahan adeno sintrifosfat (ATP) menjadi adenosine monofosfat (AMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel antara lain bronchodilatasi dan hambatan pelepasan mediator-mediator oleh mast-cell (mastosit).

*ANTIKOLINERGIK:

- oksifenonium

- Tiazinanium

- Ipratropium

Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara sistem edrenergik dan kolinergik dalm otot polos, apabila terjadi sesuatu hal terjadi hambatan pada sistim β2- reseptor maka sistem adrenergik akan terhambat menyebabkan sistim kolinergik akan dominan yang berakibat adanya penciutan brochi. Kombinasi dengan β2- simpatomimetika akan menghasilkan efek aditif.

Turunan Xantin; daya bonchorelaksinya berdasarkan penghambat enzim fosfodiesterase, pada penelitian terakhir diperkiarakan bekerja melalui blokad pada reseptor-reseptor adenosin. Resorpsi terbaik terjadi pada teofilin microfine.

Bronchodilator-bronchodilator: terhindarnya kejang dn terjadinya bronkodilatasi tercapai dengan merangsang sistem adrenergik dengan adrenergika atau menghambat susunan kolinergik dan antikolinergik juga dengan teofilin.

Antihistaminika: ketotifen, oksatomida, tiazinanium dan deptrofin. Obat-obat ini memblok reseptor histamin dengan demikian efek bronkokonstriksi dapat dicegah. Banyak antihistamin mempunyai daya antikolinergik dan sedatif. Ketotifen dan oksatomida akan menstablisasi mastcell.

Kortikostreoida: hidrikortison, prednison, deksamtason, betametason, dll. Mekanisme kerja senyawa-senyawa ini dngan cara mempertinggi kepekatan β2- reseptor sehingg efeknya menjadi lebih kuat, juga adanya blokade terhadap enzim fosfolipase- A2maka pelepasan asam arachidonatoleh mstcell akan dirintangi sehingga sintesis leukotrien dan prostaglandin tidak terjadi. Penggunaanya terutama paa asma akibat infeksi oleh virus, bakteri dan untuk melawan reaksi peradangan. Sediaan inhalasi bklometason, flunisolida dan budisonida banyak digunakan terutama karena efek samping sistematik yang keras terjadi dan praktis tidak diserap dalam darah.

Leukotriene modifierMontelukast: Singulair®, Motelo-10®, efektif pada asma sebagai leukotrienereseptor antagonist (LTRA) , blok terhadap leukotriene D4 pada cysteinil leukotrien reseptor-cysLT1, mengurangi spasme pada bronchi, juga efektif pada alergi rhinitis dan urticaria.Beberapa side efek antara lain tekanan darah naik, gangguan gastrointestinal, sakit kepala

Zafirlukast: Accolate®, Vanticon®,selain dengan mekanisme sebagai LTRA juga menghambat 5-lipoxygenase

Zileuton: Zyflo®, aktif menghambat 5-lipoxygenase dan leukotriene (LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4), tidak diindikasikan untuk spasme bronchidi pada serangan asma akut.

Ekspentoransia: kalium iodida, NH4Cl, bromheksin dan asilcytein, obat-obat ini meringankan sesak napas.