bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/misbahul hidayat bab...

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian pada tinjauan pustaka ini, mencakup pengertian longsorlahan, faktor penyebab terjadinya tanah longsor, bahaya longsorlahan, tipe-tipe gerakan tanah, sebaran longsorlahan, pengertian sikap, metode konservasi tanah, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Pengertian Longsorlahan Gerak massa (mass movement) dalam istilah awam sering disebut longsorlahan adalah proses bergeraknya puing-puing batuan, termasuk di dalamnya tanah secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya pengaruh langsung dari gravitasi (Varnes, dalam Imam Hardjono: 2008). Kabul Basah Suryolelono (2002) menjelaskan bahwa peristiwa longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat gaya grafitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa 6 Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Upload: phamdat

Post on 11-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Uraian pada tinjauan pustaka ini, mencakup pengertian longsorlahan, faktor

penyebab terjadinya tanah longsor, bahaya longsorlahan, tipe-tipe gerakan tanah,

sebaran longsorlahan, pengertian sikap, metode konservasi tanah, dan hasil-hasil

penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini.

2.1 Pengertian Longsorlahan

Gerak massa (mass movement) dalam istilah awam sering disebut

longsorlahan adalah proses bergeraknya puing-puing batuan, termasuk di dalamnya

tanah secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya

pengaruh langsung dari gravitasi (Varnes, dalam Imam Hardjono: 2008).

Kabul Basah Suryolelono (2002) menjelaskan bahwa peristiwa longsor atau

dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada

lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu

alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang

mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta

peningkatan tegangan geser tanah. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya

pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan.

Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat

gaya grafitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa

6 Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan

dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (grafitasi) (Djauhari Noor: 2006).

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar

daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya di pengaruhi oleh kekuatan bantuan dan

kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,

beban serta berat jenis tanah batuan (Anonim; 2010).

1. Hujan : Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena

meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan

terjadinya penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan

munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah

permukaan. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui

tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga

menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor dapat

dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi

mengikat tanah.

2. Lereng Terjal : Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.

Lereng yang terjal terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan

angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180˚ apabila ujung

lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal : Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah

lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari

220˚. Tanah jenis ini memilki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila

terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena

menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlau panas.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

4. Batuan yang kurang kuat : Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran

pasir dan campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan

tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya

rentan terhadap tanah longsor bila terjadi pada lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan : Tanah longsor banayak terjadi di daerah tata lahan persawahan,

perladangan dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan

akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan

jenuh dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan

penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran

yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsor lama.

6. Getaran : Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran

mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,

badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.

7. Adanya beban tambahan : Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng

dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar

tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan dan

retakan yang arahnya kearah lembah.

8. Pengikisan/erosi : Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah tebing, selain itu

akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

9. Adanya material timbunan pada tebing : Untuk mengembangkan dan memperluas lahan

pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah

timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang

berada dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang

kemudian diikuti dengan retakan tanah.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

10. Bekas longsoran lama : Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi

pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau

sesudah terjadi patahan kulit bumi.

2.3 Bahaya Longsorlahan

Longsoran dapat menyebabkan terjadinya bencana alam. Dampak yang

ditimbulkan oleh bencana alam ini sangat bervariasi tergantung dari intensitas

bencana serta kondisi sosial ekonomi daerah yang terkena bencana. Secara umum

dampak bencana ini dikelompokan menjadi dua, yaitu dampak terhadap lingkungan

fisik dan dampak lingkungan sosial ekonomi (Sutikno, dalam Suwarno: 2009).

Bahaya adalah suatu peristiwa yang mengancam atau probabilities kejadian

dari fenomena yang secara potensial merusak dalam periode waktu dan tempat yang

tertentu, sedang risiko adalah mengasumsikan kerugian atau kehilangan (jiwa,

korban, luka-luka, harta benda dan aktifitas ekonomi) yang disebabkan bahaya

khusus dalam suatu wilayah selama periode waktu tertentu (Melching, dalam

Suwarno: 2009).

Bencana longsorlahan merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak

menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusaknya

lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisik

lainnya. Longsorlahan dapat merupakan fenomena alam biasa yang dapat tidak

menempatkan ancaman apapun terhadap manusia dan lingkunganya. Longsorlahan

dapat dikatakan bencana apabila telah memberikan gangguan yang serius dari

berfungsinya, yang menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap jiwa (manusia),

harta benda dan lingkunganya, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

tertimpa bencana tersebut untuk menanggulanginya dengan hanya menggunakan

sumber-sumber daya masyarakatnya itu sendiri.

2.4 Tipe-tipe Gerakan Tanah

Djauhari Noor (2006) Berdasarkan tipenya, gerakan tanah dapat

dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Gerakan tanah tipe aliran lambat (slow flowage) terdiri dari:

a) Rayapan (Creep): perpindahan material batuan dari tanah kearah kaki lereng

dengan pergerakan yang sangat lambat.

b) Rayapan tanah (Soil creep): perpindahan material tanah kearah kaki lereng.

c) Rayapan talus (Talus creep): perpindahan kearah kaki lereng dari material

talus/creep.

d) Rayapan batuan (Rock creep): perpindahan kearah kaki lereng dari blok-blok

batuan.

e) Rayapan batuan glacier (Rock-glacier creep): perpindahan kearah kaki lereng

dari limbah batuan.

f) Solifluction/Liquefaction: aliran yang sangat berlahan ke arah kaki lereng

dari material debris batuan yang jenuh air.

2. Gerakan tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari:

a) Aliran lumpur (Mudflow): perpindahan dari material lempung dan lanau yang

jenuh air pada teras yang berlereng landai.

b) Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow): perpindahan secara cepat dari

material debris batuan yang jenuh air.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

c) Aliran campuran masa tanah dan batuan (Debris avalanche): suatu aliran

yang meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit dan berlereng

terjal.

3. Gerakan tanah tipe luncuran (landslides) terdiri dari:

a) Nendatan (Slump): luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris

batuan, umumnya membentuk gerakan rotasional.

b) Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide): luncuran yang

sangat cepat kearah kaki lereng dari material tanah yang tidak terkonsolidasi

(debris) dan hasil luncuran ini ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian

belakang bidang luncurnya.

c) Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan (Debris fall):

adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat grafitasi.

d) Luncuran masa batuan (Rock slide): luncuran dari masa batuan melalui

bidang perlapisan, joint (keker), atau permukaan patahan/sesar.

e) Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall): luncuran jatuh bebas dari blok

batuan pada lereng-lereng yang sangat terjal.

f) Amblesan (Subsidence): penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh

pemadatan dan isostasi/grafitasi.

2.5 Sebaran Longsorlahan

Untuk menganalisis berbagai pola penyebaran gejala geografi, dapat

menggunakan analisa tetangga terdekat. Metode kuantitatif ini membatasi suatu skala

yang berkenaan dengan pola-pola penyebaran pada ruang atau wilayah tertentu. Pola

penyebaran itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

pattern), tersebar tidak merata (random pattern), dan tersebar merata (dispersed

pattern), (Nursid: 1988).

Analisa tetangga terdekat adalah sesuai untuk daerah di mana antara satu

pemukiman dengan pemukiman yang lain tidak ada hambatan-hambatan alamiah

yang belum dapat teratasi misalnya jarak antara dua pemukiman yang relatif dekat

tetapi dipisahkan oleh suatu jurang (Nursid: 1988).

2.6 Pengertian Sikap

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek

atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan

dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara

yang tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2001: 109).

Trow (dalam Djaali: 2008) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan

mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Sikap

ini menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap sesuatu

objek. Sementara itu Allport mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan

mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh

langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang

berhubungan dengan objek itu. Sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir,

tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh

langsung kepada respons seseorang.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka sikap merupakan keyakinan

seseorang mengenai objek yang berlangsung terus menerus untuk merespons dan

kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

2.7 Metode Konservasi Tanah

Pribadyo, dalam kartasapoetra (2010) menyataka bahwa pada dasarnya

pengelolaan atau pengusahaan tanah yang akan memberikan manfaaat bagi generasi-

generasi berikutnya adalah menjaga sebaik-baiknya lahan yang kita gunakan diatas

mana kita hidup dan bermukim agar selalu dalam keadaan yang mantap dan

seimbang secara biologis dimana ekosistem dipertahankan dengan sebaik-baiknya.

Usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah (dan air) yang

dilakukan dengan memanfaatkan cara vegetatif adalah didasarkan peraturan tanaman,

dimana tanaman-tanaman itu mempunyai peranan untuk mengurangi erosi, yaitu

dalam hal:

1. Batang, ranting dan daun-daunnya berperan menghalangi tumbukan-

tumbukan langsung butir-butir hujan kepada permukaan tanah, dengan

perananya itu tercegahlah penghancuran agregat-agregat tanah.

2. Daun-daun penutup tanah serta akar-akar tersebar pada lapisan permukaan

tanah berperan mengurangi kecepatan aliran permukaan, sehingga daya kikis,

daya angkutan air pada permukaan tanah dapat direduksi, diperkecil ataupun

diperlamban.

3. Akar-akar tanaman berperan dalam pengambilan atau pengisapan air bagi

keperluan tumbuhnya tanaman yang selanjutnya sebagian diuapkan melalui

daun-daunya ke udara, pengambilan atau pengisapan air oleh akar-akaran ini

dapat meningkatkan daya isap tanah akan air, dan dengan demikian sedikit

atau banyak aliran permukaan dapat dikurangi.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

Cara vegetatif atau cara memanfaatkan peranan tanaman usaha pengendalian

erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaanya dapat meliputi kegiatan-

kegiatan sebagai berikut: a) Penghutanan kembali dan penghijauan, b) Penanaman

tanaman penutup tanah, c) Penanaman tanaman secara garis kontur, d) Penanaman

tanaman dalam strip, e) Penanaman tanaman secara bergilir, dan f) Pemulsaan atau

pemanfaatan serasah tanaman (Kartasapoetra; 2010).

Usaha pengendalian erosi dapat juga dilakukan dengan cara teknis mekanis

walaupun kenyataanya cara ini membutuhkan pembiayaan yang besar dibanding

dengan cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasarana, seperti:

1. Pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat-tempat tertentu

ketempat-tempat pembuangan.

2. Pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air dapat

terhambat sehingga daya angkut atau hanyutnya berkurang.

3. Pembuatan selokan dan parit ataupun rorak-rorak pada tempat-tempat

tertentu.

4. Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan garis

kontur.

Akan tetapi walaupun jelas cara ini memerlukan biaya yang cukup besar,

demi terhindarnya erosi yang akan mengakibatkan kerugian yang jauh lebih besar,

maka cara ini sebaiknya diperhatikan. Dengan pembuatan-pembuatan dan perlakuan

seperti itu atau usaha pengendalian erosi secara mekanis ini dapat diharapkan

terkurangi atau terhambatnya aliran permukaan (run off) sehingga daya pengikisan-

pengikisannya terhadap tanah akan diperkecil pula (Kartasapoetra; 2010).

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

2.8 Penelitian Sebelumnya

Tri Widoyo (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Sikap Siswa Dalam

Pelaksanaan Musyawarah Untuk Mufakat Pada Pemilihan Pengurus OSIS Di SLTP

Negeri 2 Tambak Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2002/2003”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengambilan keputusan dalam kegiatan

rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003, serta untuk

mendeskripsikan pemahaman peserta rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun

pelajaran 2002/2003 tentang pengertian musyawarah untuk mufakat.

Pengertian deskriptif presentase ini mengambil sampel penelitian sebanyak

36 subjek. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi dan observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sejumlah siswa

yang mengikuti kegiatan rapat pemilihan pengurus OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak

tahun pelajaran 2002/2003. Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai alat

untuk memperoleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif presentase yang mengarah pada data yang termuat dalam lembar

observasi. Data yang terkumpul dan termuat dalam lembar observasi selanjutnya

diklarifikasikan menjadi data kuantitatif, lalu diproses dengan cara dijumlahkan,

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh presentase.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pengambilan keputusan

dalam rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003. Dilandasi

oleh pelaksanaan pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat. Hal ini

ditunjukan oleh kategori responden yang rata-rata mencapai nilai B (Baik ). Dari 36

sampel penelitian 13 subjek atau 36 % memperoleh nilai A ( Baik Sekali), 20 subjek

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

atau 56% memperoleh nilai B (Baik) dan 3 subjek atau 8% memperoleh nilai C

(Cukup). Pengambilan keputusan dalam rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun

pelajaran 2002/2003 banyak ditentukan oleh faktor pemahaman siswa terhadap

pengertian musyawarah untuk mufakat itu sendiri, disamping faktor hambatan dan

kesukaran lainnya. Pemahan peserta rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun

pelajaran 2002/2003, tentang pengertian musyawarah untuk mufakat dapat dikatakan

baik.

Susana Yulia Wati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar Di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri”.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pola sebaran pendidikan dasar,

mengetahui faktor-faktor pengaruhnya, dan mengetahui asal murid tiap-tiap

sekolahan di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode survey dengan di dukung oleh interpretasi data

peta dan data sekunder, dan didukung observasi lapangan untuk mengetahui kondisi

lokasi gedung sekolah, jarak asal murid ke gedung sekolah dan data penunjang

lainnya. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian unit analisis desa.

Hasil dari penelitian ini berupa peta sebaran fasilitas pendidikan dasar di

Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, faktor-faktor yang mempengaruhi

sebaran pendidikan dasar, asal murid masing-masing sekolah di setiap kelurahan di

Kecamatan Jatisrono. Pola sebaran lokasi gedung sekolah di Kecamatan Jatisrono

mempunyai pola sebaran acak (random) sebab nilai pola sebaran gedung Sekolah

Dasar (SD) mempunyai nilai T=1,804 dan pola sebaran gedung Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) mempunyai nilai T=1,2882. Nilai ini memiliki

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

kecenderungan mendekati pada nilai 1, sedangkan T=1 menunjukkan pola sebaran

acak. Selanjutnya untuk faktor aksesibilitas dapat diketahui bahwa daerah yang

memiliki nilai aksesibilitas tinggi mempunyai sebaran fasilitas pendidikan dasar

sebanyak 37 buah fasilitas (86,04%), sedangkan untuk aksesibilitas sedang sebanyak

4 buah fasilitas (9,30%) dan aksesibilitas rendah sebanyak 2 buah fasilitas (4,65%).

Ketersedian fasilitas pelayanan pendidikan baik SD maupun SMP memiliki kategori

sedang hal ini disebabkan memiliki kemampuan yang sama dalam menunjang

kebutuhan fasilitas pelayanan pendidikan, kecenderungan penduduk dalam

memanfaatkan fasilitas pendidikan penduduk yang jauh dari fasilitas pendidikan di

daerahnya sendiri cenderung memilih memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada di

luar daerahnya, dalam hal ini lebih mempertimbangkan yang dekat dengan

permukiman, faktor kualitas sekolah. Asal murid pada masing-masing sekolah di

setiap kelurahan didominasi oleh kelurahan dari mana sekolah tersebut berada dan

kelurahan terdekatnya dengan kata lain terdapat variasi daerah asal murid pada

masing-masing sekolah di Kecamatan Jatisrono.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian Penulis.

Penelitian Tri Widoyo (2003)

Susana Yulia Wati (2009)

Misbahul Hidayah (2012)

Judul Penelitian

Sikap Siswa Dalam Pelaksanaan Musyawarah Untuk Mufakat Pada Pemilihan Pengurus Osis Di SLTP Negei 2 Tambak Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2002/2003

Analisis Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun 2007

Kajian Sikap Masyarakat Dan Sebaran Longsorlahan Di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas

Tujuan -mendeskripsikan pengambilan keputuusan dalam kegiatan rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003 -mendeskripsikan pemahaman peserta rapat OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003 tentang pengertian musyawarah untuk mufakat

-Menganalisis pola sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri -Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri -Mengetahui asal murid pada masing-masing sekolah di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

-Mendeskripsikan sikap masyarakat Pekuncen tentang longsorlahan -Menganalisis pola sebaran longsorlahan di daerah penelitian

Metode Deskripsi presentase Analisa data sekunder dan analisa peta

Metode survey lapangan

Hasil Pemahaman peserta rapat pemilihan pengurus OSIS di SLTP Negeri 2 Tambak tahun pelajaran 2002/2003 tentang pengertian musyawarah untuk mufakat dapat dikatakan baik, dimana subjek yang memperoleh nilai A (Baik sekali) sebanyak 36%, yang memperoleh nilai B (Baik) sebanyak 46% dan 8% subjek yang memperoleh nilai C (Cukup)

-Pola sebaran fasilitas sekolah di Kecamatan Jatisrono mempunyai pola acak (random) -Daerah yang memiliki nilai aksesibilitas tinggi mempunyai sebaran fasilitas pendidikan dasar sebanyak 37 buah fasilitas (86,04%), sedangkan untuk aksesibilitas sedang sebanyak 4 buah fasilitas (9,30%) dan aksesibilitas rendah sebanyak 2 buah fasilitas (4,65%) -terdapat variasi asal murid pada masing masingsekolah di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

- sikap masyarakat di Kecamatan Pekuncen tentang longsorlahan adalah Baik, yaitu kategori responden menunjukan rata-rata mencapai nilai B (Baik) dengan skor 16-19 -Pola sebaran longsorlahan di Kecamatan Pekuncen mempunyai pola mengelompok (clustered) dengan nilai T=0,35

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

2.9 Landasan Teori

Berdasarkan telaah pustaka diatas maka dapat disusun landasan teori sebagai

berikut: longsorlahan adalah proses bergeraknya puing-puing batuan, termasuk di

dalamnya tanah secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat,

oleh adanya pengaruh langsung dari gravitasi. Peristiwa tanah longsor atau dikenal

sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-

lereng alami atau buatan, dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam

mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang

mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta

peningkatan tegangan geser tanah.

Longsoran dapat dikatakan bencana apabila telah memberikan gangguan

yang serius dari berfungsinya, yang menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap

jiwa (manusia), harta benda dan lingkunganya, yang melebihi kemampuan dari

masyarakat yang tertimpa bencana tersebut untuk menanggulanginya dengan hanya

menggunakan sumber-sumber daya masyarakatnya itu sendiri. Pola penyebaran itu

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster pattern),

tersebar tidak merata (random pattern), dan tersebar merata (dispersed pattern), pola

penyebaran ini digunakan peneliti untuk mengetahui pola sebaran longsorlahan di

daerah penelitian dan untuk menginformasikan terhadap masyarakat Pekuncen.

Sikap merupakan keyakinan seseorang mengenai objek yang berlangsung

terus menerus untuk merespons dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal.

Pengetahuan dan penerimaan informasi masyarakat tentang longsorlahan akan

mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pengelolaan lahan rawan longsor.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

2.10 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir.

2.11 Hipotesis Penelitian

Menurut maknanya dalam suatu penelitian hipotesis merupakan “jawaban

sementara” atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang

diajukan dalam penelitian (Mardalis, 2006: 48). Adapun hipotesis yaitu: Pola sebaran

longsorlahan di daerah penelitian masuk kategori mengelompok (clustered).

2.12 Devisi Operasional

1. Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti suatu keadaan. Data atau

bahan keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan diselidiki hubungannya

satu sama lain (Muehrche, dalam Yuliana; 2009).

2. Pola persebaran adalah bentuk atau model suatu obyek yang ada di permukaan

bumi (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1978).

Sikap masyarakat

Pola longsorlahan

Hujan

Kejadian longsorlahan

Titik sebaran longsorlahan

Pengelolaan lahan

Pengelolaan lahan

Penggunaan lahan

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5806/3/MISBAHUL HIDAYAT BAB II.pdf · lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam,

3. Longsorlahan atau Gerak massa (mass movement) adalah proses bergeraknya

puing-puing batuan, termasuk di dalamnya tanah secara besar-besaran

menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya pengaruh langsung

dari gravitasi (Varnes, dalam Imam Hardjono: 2008).

4. Tanah longsor (landslide) adalah perpindahan material pembentuk lereng

berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran bergerak ke

bawah atau keluar lereng (Kabul Basah Suryolelono: 2002).

5. Longsor adalah tipe gerakan massa batuan yang terjadi secara lambat hingga

sangat cepat dengan material yang berupa batuan atau tanah atau kombinasi

keduanya (Varnes ; 1994).

6. Wilayah rawan tanah longsor, dalam penelitian ini adalah wilayah yang

berpotensi untuk terjadi tanah longsor berdasarkan faktor-faktor yang

berpengaruh yaitu lereng, jenis batuan dan jenis tanah.

7. Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)

manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik

materi maupun spiritual (Arsyad: 1989).

8. Tanaman tahunan adalah tanaman yang pada umumnya berumur lebih dari satu

tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan tidak

dibongkar sekali panen.

Kajian Sikap Masyarakat..., Misbahul Hidaya, FKIP UMP 2012