bab ii tinjauan pustaka h. air dan sungai 1.repository.ump.ac.id/7843/3/rifki fadila rahmawati_bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
H. Air dan Sungai
1. Air
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air
akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya
tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumber daya alam (PPRI No 82 Tahun 2001). Namun dengan semakin
meningkatnya perkembangan pada sektor industri dan transportasi serta berbagai
macam aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat
pencemaran pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut
(Kristanto, 2002).
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebetuhan
hidup manusia, yaitu digunakan sebagai air minum, mencuci, mandi, membuat
bangunan bahkan digunakan juga sebagai pembangkit listrik yang sangat
bermanfaat bagi manusia, air tidak hanya dibutuhkan oleh manusia, tetapi juga
tumbuhan dan hewan bahkan bagi ikan air merupakan tempat berlangsung
hidupnya (Sutrisno, 2002).
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, mutu air merupakan
suatu kondisi kualitas air yang dapat diukur dan/ atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
7
perundang-undangan. Baku mutu air merupakan ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air (UU RI No. 32 tahun
2009). Untuk menjaga kualitas air, maka setiap kegiatan yang menghasilkan
limbah cair yang akan dibuang ke perairan umum atau sungai harus memenuhi
standar baku mutu atau kriteria mutu air sungai yang akan menjadi tempat
pembuangan limbah cair tersebut, sehingga dapat meminimalisir kerusakan air
atau pencemaran air sungai (Yuliastuti, 2011).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air, penggolongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai
berikut:
a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu;
b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
c. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan;
d. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
2. Sungai
Sungai menurut PPRI Nomer 38 tahun 2011 adalah alur atau wadah air
alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya,
mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan.
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
8
Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan,
air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air
atau gerakan air secara horisontal secara terus menerus inilah yang disebut arus
dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996).
Menurut Odum (1996), terdapat dua zona utama pada aliran sungai yaitu :
1. Zona air deras: daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi
untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang
lepas, sehingga zona ini padat. Zona ini umumnya terdapat di hulu
pegunungan.
2. Zona air tenang: bagian sungai yang dimana kecepetan arus mulai berkurang,
maka lumpur dan materi lepas mulai mengendapan di dasar sehingga dasar
sungai menjadi lunak. zona ini di jumpai pada daerah landai.
Sungai dapat dibagi menjadi beberapa zona. Pembagian zona sungai itu
ada dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu:
a. Berdasar sifat dasar sungai, yaitu : hulu (upstream), tengah sungai (middle
stream), dan hilir (down stream). Pembagian ini untuk kepentingan
penggunaan air sungai.
b. Berdasar sifat yang menunjuk habitat ikan dan hewan air, yaitu : hulu
(upstream), jangkauan air (riffles), kedung (pools), genangan ( flows), aliran
kembali (back water), dan daerah banjir (floodwaters). (Brotowidjoyo et al,
1995)
Jenis-jenis sungai (Anonim1).
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
9
a. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
1) Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau
sumber mata air.
2) Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.
3) Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es
(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air.
b. Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4
macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai
ephemeral.
1) Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap.
2) Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil.
3) Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya
kering dan pada musim hujan airnya banyak.
4) Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat
musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan
jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya
belum tentu banyak.
c. Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis
yaitu sungai konsekuen, sungai subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen
dan sungai insekuen.
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
10
1) Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah
lereng awal.
2) Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya
mengikut strike batuan.
3) Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah
dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan
lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.
4) Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah
kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
5) Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh
litologi maupun struktur geologi.
d. Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai
anteseden dan sungai superposed.
1) Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran
airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang.Hal ini
terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan
yang merintanginya.
2) Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan
prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
e. Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial,
dendritik, trellis, rektanguler, dan pinate :
1) Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
11
a. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan
pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk
kerucut.
b. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke
pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
2) Dendritik adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti
pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya.
Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
3) Trellis adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
4) Rektangular adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau
hampir siku-siku 90 derajat.
5) Pinate adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya
membentuk sudut lancip.
6) Anular adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Sungai juga merupakan suatu habitat bagi berbagai jenis organisme
akuatik yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan sungai, seperti
kualitas dan kuantitas dari hubungan ekologis yang terjadi di dalamnya.
Hubungan ekologis tersebut termasuk terhadap perubahan-perubahan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia. Ekosistem sungai terdiri dari komponen
abiotik dan biotik. Kedua komponen tersebut saling melakukan interaksi untuk
membentuk suatu kesatuan, dan tiap aktivitas dari satu komponen akan
mempengaruhi komponen yang lainnya (Sulistyo, 2014).
3. Manfaat Sungai
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
12
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah
tertentu dan mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat digunakan juga untuk
berjenis-jenis aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata,
perikanan dan lain-lain. Dalam bidang pertanian sungai itu berfungsi sebagai
sumber air yang penting untuk irigasi (Sosrodarsono, 2003)
Ada dua fungsi utama yang diberikan oleh alam kepada sungai yaitu
mengalirkan air dan mengangkut sedimen hasil erosi pada das dan alurnya, yang
keduanya berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi (Mulyanto,
2007)
Fungsi lain dari sungai yaitu mengalirkan air dari daerah aliran sungai ke
laut. Peranan sungai sangatlah penting yaitu sebagai unsur berlangsungnya siklus
hidrologi, mengangkut endapan hasil erosi dan polutan, dan berperan dalam
kelangsungan siklus erosi itu sendiri. Sungai juga mempunyai manfaat besar yaitu
sebagai bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan da air
limbah, sebagai sarana irigasi pertanian, dan sebagai objek wisata (Herlina, 2011)
I. Pencemaran
Pencemaran lingkungan hidup menurut UU RI No. 32 tahun 2009 adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran air didefinisikan
dengan indikasi turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat menjalankan fungsi sesuai dengan peruntukannya.
Maksud dari tingkat tertentu dalam kalimat tersebut adalah, baku mutu air yang
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
13
ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya
pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan
dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian pencemaran
air (PPRI No 82 Tahun 2001). Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air,
pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu air limbah yang telah ditetapkan.
Pencemaran air juga didefinisikan sebagai penyimpangan sifat-sifat air
dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di bumi ini
tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air
sudah tercemar. Air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi
merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah
yang melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan
secara normal untuk keperluan tertentu seperti air minum (air ledeng, air sumur),
berenang/rekreasi, mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri
(Kristanto, 2002).
Bahan pencemar merupakan bahan yang bersifat asing bagi alam atau
bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem
yang dapat mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara
masuknya ke dalam lingkungan, pencemar dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pencemar alamiah dan pencemar antropogenik. Pencemar alamiah merupakan
pencemar yang memasuki suatu lingkungan secara alami, misalnya akibat dari
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
14
letusan gunung berapi, banjir dan fenomena alam yang lain. Pencemar
antropogenik adalah pencemar yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia,
misalnya kegiatan domestik, kegiatan urban maupun kegiatan industri. Intensitas
pencemar antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang
menyebabkan timbulnya pencemar tersebut (Yuliastuti, 2011).
Pencemaran air dapat dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya
menjadi sembilan kelompok yaitu : (1) padatan; (2) bahan buangan yang
membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes); (3) mikroorganisme; (4)
komponen organik sintetik; (5) nutrien tanaman; (6) minyak; (7) senyawa
anorganik dan mineral; (8) bahan radioaktif dan (9) panas. Pengelompokan
tersebut bukan merupakan pengelompokan yang baku, karena suatu jenis
pencemar dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok (Fardiaz, 1992).
J. Sumber Pencemar Air Sungai
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana, termasuk di air. Pencemaran pada
perairan sebagai dampak dari adanya kegiatan pembangunan dapat juga terjadi
pada sumber-sumber air. Terkait hal tersebut maka pencemaran sungai sebagai
salah satu sumber air dapat terjadi pada sungai-sungai, terutama yang melintasi
kota besar (Djoharam, 2018).
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 tahun
2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, sumber pencemar air
berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi
sumber limbah domestik dan sumber limbah non-domestik. Sumber limbah
domestik berasal dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
15
nondomestik berasal dari kegiatan seperti industri, pertanian dan peternakan,
perikanan, pertambangan atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah
pemukiman.
3. Limbah Domestik
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 tahun
2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air, limbah domestik, yaitu
limbah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat seperti limbah yang dihasilkan
dari kegiatan pertanian, pemukiman dan transportasi merupakan sumber tak tentu
atau area/ diffuse sources. Penentuan jumlah limbah yang dibuang tidak dapat
ditentukan secara langsung, melainkan dengan menggunakan data statistik
kegiatan yang menggambarkan aktivitas penghasil limbah. Sumber-sumber
pencemar air ini umumnya terdiri dari gabungan beberapa kegiatan kecil atau
individual yang berpotensi menghasilkan air limbah yang dalam kegiatan
inventarisasi sumber pencemar air tidak dapat dikelompokan sebagai sumber
tertentu.
4. Limbah Industri
Potensi pencemaran air sungai salah satunya berasal dari limbah industri
(Zaenuri, 2014). Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan
menjadi limbah cair, limbah gas dan partikel, serta limbah padat. Limbah cair
bersumber dari industri yang menggunakan air dalam proses produksinya. Air dari
pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut maupun yang
mengendap. Air limbah yang telah tercemar memiliki ciri yang dapat
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
16
diidentifikasi langsung secara visual yaitu dari warna, kekeruhan, dan rasa serta
bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara
laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air. Industri yang
menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri pulp, besi dan baja, kertas,
minyak goreng, dan tekstil (Kristanto, 2002).
K. Indikator Pencemaran Air
Indikator yang digunakan pada pemeriksaan pencemaran air antara lain
total dissolved solid (TDS), pH, suhu, dissolved oxygen (DO), nitrit, ammonia
1. Total dissolved solid (TDS)
Total dissolved solid (TDS) atau padatan terlarut total merupakan jumlah
kepekatan padatan dalam suatu sampel air, dinyatakan dalam miligram per liter
atau ppm. Padatan terlarut adalah padatanpadatan yang mempunyai ukuran lebih
kecil dibandingkan padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya
(Kristanto, 2002). Menurut PPRI No. 20 Tahun 1990 tentang pengendalian
pencemaran air untuk parameter TDS kriteria kualitas air golongan B adalah
1000mg/l (ppm).
2. Suhu
Suhu merupakan ukuran panas dinginnya benda yang diukur dengan
termometer. Naiknya suhu air akan mengakibatkan penurunan jumlah oksigen
terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dan mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air lainnya (Kristanto, 2002). Menurut PPRI No. 20
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
17
Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air untuk parameter suhu kriteria
kualitas air golongan B adalah 24-300C.
3. pH
Nilai pH air yang normal adalah berkisar pada pH netral yaitu antara 6
sampai 8, sedangkan pH air yang tercemar, misalnya air limbah (buangan),
berbeda-beda tergantung pada jenis limbahnya (Kristanto, 2002). Derajat
keasaman merupakan jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Nilai pH
secara umum menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan
suatu perairan (Effendi, 2003). Menurut PP No. 20 Tahun 1990 kisaran pH untuk
kriteria air golongan B adalah 5-9.
4. Dissolved oxygen (DO)
Dissolved oxygen (DO) adalah oksigen yang terlarut dalam air yang dapat
berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, aliran air melalui air hujan
serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air (Sulistyo, 2014). Kehidupan di air
dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm (5 part per
million atau 5 mg oksigen untuk setiap liter air). Selebihnya bergantung pada
ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, suhu air,
dan sebagainya. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosistensis tanaman
air dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan tertentu.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu
dan tekanan atmosfer. Pada suhu 20°C dengan tekanan 1 atmosfer, konsentrasi
oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9,2 ppm, sedangkan pada suhu 50°C
dengan tekanan atmosfer yang sama, tingkat kejenuhannya hanya 5,6 ppm.
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
18
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan (Kristanto, 2002).
Menurut PP No. 20 Tahun 1990 besar DO untuk kriteria air golongan B adalah 6
mg/l atau sama dengan 6 mg/l.
5. Nitrit
Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan
alami, kadarnya lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika
terdapat oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia
dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (Effendi, 2003). Menurut
PP No. 20 Tahun 1990 kadar maksimal nitrit untuk kriteria air golongan B adalah
1mg/l.
6. Ammonia
Sumber ammonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses
difusi udara atmosfer, limbah industri dan domestik. Amonia yang terdapat dalam
mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah. Selain terdapat dalam bentuk gas,
amonia membentuk senyawa kompleks dengan beberapa ion-ion logam. Amonia
juga dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid sehingga
mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat menghilang melalui
proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat dengan
semakin meningkatnya pH. Menurut PP No. 20 Tahun 1990 kadar maksimal
ammonia untuk kriteria air golongan B adalah 0,5mg/l.
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
19
L. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
M. Hipotesis
Dari latar belakang teori, Sungai Logawa melewati daerah pemukiman
sehingga digunakan untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus), penambangan batu,
Sungai Logawa
Sumber Pencemaran
Limbah
Domestik
Limbah
Non-
Domestik
Kajian Tingkat Pencemaran Air
Sungai Logawa
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
20
penambangan pasir, dan pembuangan limbah industri. Oleh karena itu
kemungkinan besar Sungai Logawa mengalami pencemaran, maka hipotesis yang
dijukan dalam penelitian ini adalah tingkat pencemaran sungai logawa tercemar
sedang dengan skor -11 sampai -30.
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018
1
N. Penelitian Relevan
Tabel 2.1 penelitian yang relevan
No Nama/Tahun/
Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Dewi Setiyowati (2013)
Kajian Pencemaran
Kadar Logam Berat di
Muara Sungai Serayu
Kabupaten Cilacap
Untuk mengetahui
tingkat pencemaran
logam berat seperti
Cd, Pb, dan Fe di
muara sungai Serayu.
Metode penelitian yang digunakan adalah
Deskriptif komparatif
Kandungan logam berat Cd, Pb, dan Fe pada
badan air Muara Sungai Serayu stasiun 1
berturut-turut adalah 0,00032 ppm,
0,00257ppm, dan 12,87 ppm, sedangkan stasiun
2 berturut-turut adalah 0,0003 ppm,
0,00192ppm, dan 0,55ppm. Kandungan logam
berat tersebut belum melampaui batas ambang
yang telah ditetapkan oleh peraturan
pemerintah.
2. Setio Sandi Pramono
(2017) Kualitas Airtanah
untuk Air Minum di
Sekitar Peternakan Ayam
Desa Pakujati Kecamatan
Paguyangan Kabupaten
Brebes
Untuk mengetahui
kualitas airtanah untuk
air minum di sekitar
peternakan ayam Desa
Pakujati Kecamatan
Paguyangan
Kabupaten Brebes
Penelitian ini menggunakan metode survey
lapangan, teknik pengambilan sampel
proposive sampling, analisis data
menggunakan analisis deskriptif dengan
memberikan uraian berdasarkan indikator
analisis yaitu permenkes
no.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
standar baku kualitas air minum
Kualitas airtanah tidak layak untuk air minum,
dengan kandungan bakteri E.coli ≥2.400 ml
yang melebihi ambang batas baku untuk air
minum, untuk indikator bau, kekeruhan, rasa,
suhu, jumlah zat padat terlarut (TDS), warna,
pH, nitrit, dan nitrat yang masih dalam batas
baku
3. Rifki Fadila Rahmawati
(2018) Analisis Tingkat
Pencemaran Sungai
Logawa di Kabupaten
Banyumas
Untuk mengetahui
tingkat pencemaran
sungai Logawa
Penelitian ini menggunakan metode survei,
teknik pengambilan sampel purposive area
sampling, analisis data menggunakan
analisis deskriptif dengan memberikan
uraian berdasarkan indikator analisis yaitu
KepMenLH 115/2003 tentang metode
indeks pencemaran
kualitas air Sungai Logawa menurut Peraturan
Pemerintah No 20 Tahun 1990 pada saat hujan
termasuk dalam golongan B peruntukannya
sebagai bahan baku air minum, sedangkan
pada saat tidak hujan termasuk dalam golongan
C peruntukannya sebagai keperluan perikanan
dan peternakan. Menurut perhitungan Storet,
tingkat pencemaran air sungai Logawa pada
saat hujan termasuk tercemar ringan dengan
jumlah skor -4, sedangkan pada saat tidak hujan
termasuk tercemar sedang dengan jumlah skor -
11.
20
Kajian Tingkat Pencemaran... Rifki Fadila Rahmawati, FKIP UMP, 2018