bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/kurniawan dimas a.p. bab...

15
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Keluarga 1. Pengertian Menurut Sawidak (1985) dalam Sunarti (2006) Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Menurut Duvall dan Logan (1986) dalam Khoiruddin (2010) keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi, yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. 2. Kesejahteraan Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2000 menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah : Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Upload: phungthuan

Post on 28-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesejahteraan Keluarga

1. Pengertian

Menurut Sawidak (1985) dalam Sunarti (2006) Kesejahteraan adalah

sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan

yang diterima.

Menurut Duvall dan Logan (1986) dalam Khoiruddin (2010) keluarga

adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi, yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

2. Kesejahteraan

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial adalah

kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang

berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum

terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh

pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami

hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan

secara layak dan bermartabat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2000 menerangkan bahwa guna

melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator

yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah :

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

6

a. Tingkat pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga merupakan salahsatu tolak ukur atas

kesejahteraan suatu keluarga, ini dikarenakan ekonomi suatu keluarga

merupakan salahsatu hal pokok.

b. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan

pengeluaran untuk pangan dengan non pangan

Gaya hidup juga merupakan tolak ukur dari kesejahteraan keluarga

karena sebagai keluarga yang sejahtera, kebutuhan sekunder tidak akan

diprioritaskan dari kebutuhan primer.

c. Tingkat pendidikan keluarga

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terhadap kesejahteraan

keluarga, terutama tingkat pendidikan anak. Semakin tinggi tingkat

pendidikan anak menjadi salahsatu tolak ukur bahwa keluarga tersebut

sejahtera.

d. Tingkat kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan hal utama dalam menilai kesejahteraan sebuah

keluarga, karena tanpa kesehatan, indicator yang lain tidak berguna.

e. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga

Ini menjadi salahsatu indikator pilihan, artinya tidak selalu

menandakan bahwa keluarga tersebut sejahtera atau tidak, karena

kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki bias jadi merupakan

sebuah pilihan dari sebuah keluarga.

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

7

3. Keluarga

Menurut Willian dalam Khoiruddin (2010) keluarga

diklasifikasikan dalam beberapa:

a. Keluarga nuklir (nuclear family) sekelompok keluarga yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang belum memisahkan diri membentuk

keluarga tersendiri.

b. Keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga yang terdiri dari

semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang sama

termasuk dari keturunan masing-masing istri dan suami.

c. Keluarga pangkal (system family) yaitu jenis keluarga yang

menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling

tua, seperti banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para

imigran Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak

yang paling tua bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang

perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-laki

yang lainnya.

d. Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari

orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain

saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada

saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak

lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya.

4. Fungsi Keluarga

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 1978 fungsi

keluarga yaitu:

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

8

a. Fungsi Biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1) Membina sosialisasi pada anak

2) Meneruskan nilai-nilai keluarga

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

2) Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan

datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimiliki.

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

9

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut Friedman (1998) dalam Khoiruddin 2010 :

a. Fungsi Afektif

1) Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara

mental saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.

2) Mengenal identitas individu

3) Rasa aman

b. Fungsi Sosialisasi Peran

1) Fungsi dan peran di masyarakat.

2) Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi

1) Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup

masyarakat.

d. Fungsi Ekonomi

1) Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga

2) Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian

dana

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Konsep sehat sakit keluarga

2) Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit, tujuan kesehatan

keluarga, keluarga mandiri.

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

10

B. Pengemis

1. Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Sosial (PERMENSOS), (2012)

pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan

meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara untuk mengharapkan

belas kasihan dari orang lain. Seseorang dapat disebut sebagai pengemis

apabila seseorang itu mempunyai 4 (empat) kriteria sebagai berikut:

a. Mata pencahariannya bergantung pada belas kasihan orang lain.

b. Berpakaian kumuh dan compang-camping.

c. Berada di tempat-tempat ramai atau strategis.

d. Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain.

2. Kedudukan Pengemis

Menurut sebuah hadits riwayat Tirmidzi, Mengemis tidak

dibenarkan selain kepada 3 golongan orang, yaitu orang yang miskin,

orang yang terikat utang besar dan orang yang dibebani uang tebusan

besar. Dalam hal ini bermaksud bahwa tidak diperkenankan bagi

masyarakat yang memiliki kesejahteraan tinggi untuk mengemis (Yazid,

2011).

Menurut Saptono (2007) pengemis mempunyai kedudukan sosial

yang lebih rendah dibandingkan dengan gelandangan. Gelandangan pada

umumnya mempunyai pekerjaan tetapi tidak mempunyai tempat tinggal

tetap, sedangkan pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain

dan tidak tertutup kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal

yang tetap. Menurut Keith (1973) dalam Saptono (2007) mengemukakan

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

11

bahwa dari memperoleh penghasilan yang sah, pengemis merupakan

pekerja sektor informal. Menurut Sudibia (1992) dalam Saptono (2007)

Semakin banyaknya jumlah pengemis yang masuk ke kota diakibatkan

oleh tingginya mobilitas penduduk dari desa ke kota.

Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 31 Tahun 1980 adalah orang-orang yang mendapatkan

penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara

dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Biasanya

selain di tempat umum, pengemis juga meminta-minta dengan

mendatangi rumah-rumah atau warung.

3. Klasifikasi Pengemis

Menurut Wildan (2013) pengemis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:

a. Pengemis dengan anak

Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di

tempat umum dengan cara memperalat anak kandung maupun

pinjaman dengan berharap mendapat belas kasihan orang lain.

b. Pengemis bocah

Pengemis bocah adalah anak- anak yang meminta-minta di tempat

umum dengan berharap mendapat belas kasihan dari orang lain.

Bocah disini adalah seseorang berusia 3-17 tahun.

c. Pengemis cacat atau disabilitas

Pengemis cacat atau disabilitas adalah seseorang yang mengemis

karena keterbatasan fisik sehingga dapat menarik belas kasihan dari

orang lain.

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

12

d. Pengemis profesional

Pengemis profesional yaitu orang-orang yang meminta-minta di

tempat umum untuk mendapat belas kasihan orang lain sebagai

profesinya untuk memperoleh pendapatan.

Dari ke 4 (empat) klasifikasi pengemis menurut Wildan (2013)

tersebut, ada 3 (tiga) jenis pengemis yang ada di desa Pageralang

Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas yaitu pengemis dengan

anak, pengemis bocah, dan pengemis profesional.

Sedangkan menurut Kuswarno dalam Wildan (2013) ada lima

klasifikasi pengemis menurut faktor penyebab, sehingga mereka

memutuskan untuk menjadi pengemis, yaitu:

a. Pengemis berpengalaman: lahir karena tradisi

Pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah

tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut

karena orientasinya lebih pada masa lalu.

b. Pengemis kontemporer kontinyu tertutup: hidup tanpa alternatif.

Kelompok pengemis yang hidup tanpa pekerjaan lain, tindakan

mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka

secara mengemis, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk dapat

hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan

mendapatkan uang.

c. Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang

Pengemis masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki

keterampilan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

13

hidupnya, tetapi keterampilan tersebut tidak dapat berkembang karena

tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau

karena kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan

peluang.

d. Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman.

Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada kondisi musim

tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya

meningkat jika menjelang hari raya.

e. Pengemis rencana: berjuang dengan harapan.

Pengemis yang hidup berjuang dengan harapan pada hakikatnya

adalah pengemis yang sementara. Mereka mengemis sebagai sebuah

batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan

situasinya dipandang cukup.

Menurut Hanitijo Soemitro dalam Imadduddin (2011) dalam

Utami (2015) pengemis dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:

a. Pengemis Murni, ialah mereka yang mempunyai tempat tinggal

tertentu maupun tidak, yang penghidupan seluruhnya atas dasar

meminta-minta pada waktu tertentu.

b. Pengemis Tidak Murni, ialah mereka yang mempunyai tempat tinggal

yang sebagian penghasilannya diperoleh dari meminta-minta pada

waktu tertentu.

4. Faktor-faktor kegiatan mengemis

Menurut Wildan (2013) ada beberapa faktor penyebab munculnya

permasalahan pengemis, yaitu:

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

14

a. Kemiskinan.

b. Keterbatasan fisik.

c. Tradisi suatu masyarakat.

d. Kekurangan sumber daya alam, manusia, atau lingkungan untuk dapat

mengembangkan peluang atau kesempatan kerja.

e. Kondisi musiman.

f. Nilai-nilai hidup yang dianut individu.

Menurut Dimas (2013) dalam Utami (2015) faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang mengemis ada banyak alasan yaitu: miskin

materi, miskin mental, modal nekad, malas berusaha, cacat fisik, biaya

pendidikan yang mahal, tidak adanya lapangan pekerjaan, tradisi yang

turun temurun, mengemis daripada menganggur, harga kebutuhan pokok

yang mahal,terlilit masalah ekonomi yang akut, ikut-ikutan, disuruh, dan

sudah tidak berdaya.

Menurut Wildan (2013) ada beberapa pihak yang terlibat dalam

kaitannya sebagai pengemis, yaitu:

a. Keluarga

b. Masyarakat

c. Pemerintah

d. Pekerja sosial

Menurut Isma dan Abdul (2013), Faktor penyebab terjadinya

pengemis ada 2 (dua) yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

1) Kemiskinan

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

15

Ketidakmampuan seseorang dalam mencukupi kebutuhan

hidupnya akan mendorong seseorang itu untuk melakukan hal

apapun demi bertahan hidup, termasuk menjadi pengemis.

2) Keluarga

Hubungan yang tidak harmonis antar anggota keluarga

menyebabkan seseorang stres dan tidak nyaman.

3) Umur

Umur yang semakin tua menyebabkan kondisi fisik melemah dan

tidak dapat melakukan pekerjaan berat, oleh karena itu seseorang

lebih memilih menjadi seorang pengemis.

4) Cacat fisik

Kondisi fisik yang tidak sempurna menyebabkan seseorang

memiliki ruang gerak yang terbatas.

5) Rendahnya tingkat pendidikan

Pendidikan sacngat berpevngaruh terhadap persaingan dunia

kerja, sehingga orang yang berpendidikan rendah akan rentan

terhadap kemiskinan.

6) Rendahnya keterampilan

Bakat atau potensi diri dapat digali lewat pendidikan, tetapi

apabila pendidikan rendah itu akan menghambat bakat atau

potensi diri yang dimiliki sehingga seseorang mempunyai

keterampilan yang terbatas.

7) Sikap dan mental

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

16

Menjadi pengemis sudah menjadi budaya yang melekat dalam diri

mereka. Budaya malu dan harga diri mereka sudah tidak

dipertahankan lagi.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang, mulai

dari pegaruh fisik hingga mental seseorang dapat dipengaruhi oleh

lingkungan, bahkan ketika berada pada lingkungan pengemis

maka seseorang dapat menjadi pengemis pula.

2) Letak geografis.

Letak geografis mempunyai peran pada keberadaan pengemis,

salahsatunya adalah letak geografis di perkotaan yang

menyebabkan banyaknya pengangguran karena kurangnya

kemampuan bertahan hidup di lingkungan kota.

5. Lemahnya penanganan masalah gelandang dan pengemis.

Pemerintah berperan penting dalam penanggulangan pengemis,

namun tidak jarang pemerintahpun tidak menghiraukan banyaknya

pengemis yang tersebar di daerahnya.

6. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk

membuktikan keaslian penelitian ini. Penelitian tersebut yang serupa

pernah diteliti oleh Saptono Iqbali pada tahun 2007 dengan judul Studi

kasus gelandangan-pengemis (gepeng) di Kecamatan Kubu Kabupaten

Karangasem dan juga oleh Tri Utami pada tahun 2015 dengan judul

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

17

Tipikal pengemis di sepanjang jalan kebun krumput Desa Pageralang

Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Keaslian penelitian dapat

dilihat dari materi yang dibahas, lokasi penelitian maupun metode yang

digunakan oleh peneliti terdahulu, disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya PENELITI JUDUL TUJUAN METODE HASIL

Saptono

Iqbali, 2007

Studi kasus

gelandangan-

pengemis

(gepeng) di

Kecamatan

Kubu

Kabupaten

Karangasem

Untuk

memberikan

gambaran tentang

potensi, kendala

dan peluang

penanggulangan

gepeng di

Kecamatan Kubu

Kabupaten

Karangasem

Metode

kuesioner

terstruktur

Gambaran

tentang potensi,

kendala dan

peluang

penanggulangan

gepeng di

Kecamatan Kubu

Kabupaten

Karangasem

Tri Utami,

2015

Tipikal

pengemis di

sepanjang

jalan kebun

krumput Desa

Pageralang

Kecamatan

Kemranjen

Kabupaten

Banyumas

Untuk

mengetahui

tipikal pengemis

di sepanjang jalan

kebun krumput

desa Pageralang

Kecamatan

Kemranjen

Kabupaten

Banyumas

Metode

survei

Tipikal pengemis

di sepanjang jalan

kebun krumput

desa Pageralang

Kecamatan

Kemranjen

Kabupaten

Banyumas

Kurniawan

Dimas, 2016

Kajian tingkat

kesejahteraan

keluarga

pengemis di

Desa

Pageralang

Kecamatan

Kemranjen

Kabupaten

Banyumas

Mengetahui

tingkat

kesejahteraan

keluarga

pengemis di Desa

Pageralang

Kecamatan

Kemranjen

Kabupaten

Banyumas

Metode

penelitian

kualitatif

Tingkat

kesejahteraan

keluarga

pengemis di Desa

Pageralang

Kecamatan

Kemranjen

Kabupaten

Banyumas

Sumber: Saptono Iqbali (2007) dan Tri Utami (2015)

7. Landasan Teori

a. Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang

dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima.

b. Tingkat Ekonomi

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

18

Tingkat ekonomi adalah kemampuan finansial suatu kelompok atau

perorangan untuk mengkategorikan kemampuan ekonominya.

c. Pengemis

Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan

dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara untuk

mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

d. Faktor-faktor kegiatan mengemis

faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengemis ada banyak

alasan yaitu: miskin materi, miskin mental, modal nekad, malas berusaha,

cacat fisik, biaya pendidikan yang mahal, tidak adanya lapangan

pekerjaan, tradisi yang turun temurun, mengemis daripada menganggur,

harga kebutuhan pokok yang mahal,terlilit masalah ekonomi yang akut,

ikut-ikutan, disuruh, dan sudah tidak berdaya.

8. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir

Keluarga

Mata Pencaharian

Tingkat Kesejahteraan

Keluarga Pengemis

Pengemis

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB II.pdf · kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

19

9. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa lebih

dari 20% keluarga pengemis di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen,

Kabupaten Banyumas merupakan keluarga sejahtera II.

Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017