bab ii tinjauan pustaka a tinjauan teori 1. disminorhoe a...

32
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Disminorhoe a. Pengertian Beberapa pendapat tentang pengertian disminorhoe, antara lain: 1) Menurut Surtiretna (2001), disminorhoe adalah rasa sakit yang menyerupai kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. 2) Menurut Dianawati (2003), disminorhoe merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi 3) Menurut Ramaiah (2006), disminorhoe adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi. 4) Menurut Prawirohardjo (2007), disminorhoe atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual. 5) Master Index of Medical Specialities (MIMS) Indonesia Petunjuk Konsultasi (2009/2010) mengatakan bahwa disminorhoe adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen

Upload: trinhanh

Post on 14-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Disminorhoe

a. Pengertian

Beberapa pendapat tentang pengertian disminorhoe, antara lain:

1) Menurut Surtiretna (2001), disminorhoe adalah rasa sakit yang

menyerupai kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya

dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam

pertama dari masa haid.

2) Menurut Dianawati (2003), disminorhoe merupakan kekakuan

atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu

menjelang atau selama menstruasi

3) Menurut Ramaiah (2006), disminorhoe adalah nyeri atau kram

pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi.

4) Menurut Prawirohardjo (2007), disminorhoe atau nyeri haid

merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan

selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual.

5) Master Index of Medical Specialities (MIMS) Indonesia

Petunjuk Konsultasi (2009/2010) mengatakan bahwa

disminorhoe adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan

selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen

8

bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya hormon

prostaglandin. Walaupun tidak membahayakan tetapi gejala

dismenore mungkin cukup berat dan bahkan dapat mengganggu

aktivitas sehari- hari.

6) Menurut Proverawati & Misaroh (2009), disminorhoe adalah

nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau

berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas

sehari-hari. Istilah disminorhoe (dysmenorrhoea) berasal dari

bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/

abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow

(aliran). Jadi disminorhoe adalah gangguan aliran darah

menstruasi atau nyeri menstruasi.

Dari beberapa pendapat mengenai disminorhoe, maka

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa disminorhoe adalah rasa

nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi yang dapat

menggangggu aktivitas sehari-hari, ditandai dengan gejala kram

pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena

tingginya produksi hormon Prostaglandin.

b. Klasifikasi

1) Disminorhoe Primer

Disminorhoe primer, (disebut juga Disminorhoe

idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa

kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi

9

sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan

(Proverawati & Misaroh, 2009)

Disminorhoe primer timbul sejak haid pertama dan

akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat

lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim

setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009)

Disminorhoe primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena

siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarce

umumnya berjenis anovulatuar yang tidak disertai rasa nyeri.

Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan

permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun

pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari

(Prawirohardjo, 2006).

Disminorhoe primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1

tahun setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi

pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang

setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut

ovulasi. Disminorhoe tidak ada pada siklus jika ovulasi belum

terjadi. Disminorhoe primer jarang terjadi setelah usia 20 tahun

(Ramaiah, 2006).

10

Disminorhoe primer, timbul sejak haid pertama dan

akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih

stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi rahim setelah

menikah atau melahirkan ( Fitria, 2007)

Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor

peranan sebagai penyebab disminorhoe primer, antara lain;

a) Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi

jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang

proses haid, mudah timbul disminorhoe.

b) Faktor kostitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas karena

dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya

anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat

mempengaruhi timbulnya disminorhoe.

c) Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan

terjadinya dismenore primer adalah stenosis canalis

servikalis.

11

d) Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya

asosiasi antara disminorhoe dengan urtikaria, migrane atau

asam bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.

2) Disminorhoe Sekunder

Disminorhoe sekunder, (disebut juga sebagai

disminorhoe ekstrinsik, acquired) adalah nyeri menstruasi yang

terjadi karea kelainan ginekologik, misalnya endometriosis

(sebagian besar), fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita

yang sebelumnya tidak mengalam disminorhoei (Proverawati

dkk, 2009).

Disminorhoe sekunder merupakan nyeri yang

disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis kronika,

endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis uteri dan lain-lain

(Prawirohardjo, 2006).

Disminorhoe sekunder biasanya didapati pada wanita

berusia diatas 20 tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa

mulai tampak pada usia kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004).

Disminorhoe sekunder biasanya baru muncul jika ada

penyakit yang datang kemudian ( Fitria, 2007).

12

c. Tanda dan Gejala

Gejala disminorhoe yang paling umum adalah nyeri mirip

kram dibagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki.

Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan,

diare, pusing dan rasa kembung atau perut terasa penuh. Beberapa

wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa

berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).

Disminorhoe atau nyeri haid mungkin merupakan suatu

gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke

dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini

sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun

frekuensi disminorhoe cukup tinggi dan lama dikenal, namun sampai

sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan memuaskan.

Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak

diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa

mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa

penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara

hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006).

d. Penanganan

Beberapa pendapat tentang upaya penanganan untuk

mengatasi disminorhoe:

1) Upaya penanganan disminorhoe menurut Yatim (2001), adalah :

13

a) Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan

perempuan bahwa keluhannya tidak membahayakan

kehidupan, dan akan berlalu begitu darah keluar dengan

lancar

b) Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan

golongan narkotik seperti Morfin dan Codein

c) Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon

Prostaglandin, seperti Aspirin, Endometasin, dan Asam

Mefenamat

2) Upaya penanganan disminorhoe menurut Proverawati &

Misaroh (2009) dan Wijayanti (2009), adalah :

a) Kompres dengan botol (hangat) tepat pada bagian yang

terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang)

b) Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi

c) Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es

krim

d) Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit

e) Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke

bawah

f) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi

g) Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter.

Boleh minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak

14

dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali

sehari

3) Menurut Dianawati (2003), ada beberapa cara pengobatan yang

biasa dilakukan untuk membantu mengurangi disminorhoe

yaitu:

a) Olahraga ringan

b) Mengonsumsi buah dan sayur

c) Mengurangi kadar gula dan kafein

d) Minum obat yang mengandung aspirin dan ibuprofen

4) Upaya penanganan disminorhoe menurut Prawirohardjo (2006)

antara lain :

a) Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminorhoe adalah

gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya

diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan,

kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah

informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul

mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai

makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin

berguna.

b) Pemberian obat analgesik

Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur

dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi

15

penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah

preparat kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat

paten yang beredar di pasaran antara lain Novalgin, Ponstan,

Acep-aminopen dan sebagainya.

c) Terapi hormonal

Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk

membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminorhoe

primer atau untuk memungkinkan penderita melakukan

pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan

ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil

kombinasi kontrasepsi.

d) Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin

Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen

hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, 1-3

hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.

e) Dilatasi canalis servikalis

Dapat memberikan keringanan karena kemudahan

pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.

2. Remaja

a. Pengertian

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain

adolescence (kata bendanya yang berarti remaja) yang berarti

16

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Piaget mengatakan

secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 2004).

Masa remaja merupakan suatu tahapan antara masa kanak-

kanak dengan masa dewasa. Istiah ini menunjukkan masa dari awal

pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia

14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Menurut WHO,

disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun

(Proverawati & Misaroh, 2009).

b. Pembagian masa remaja

Menurut Widyastuti dkk (2009), masa remaja dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu:

1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya

b) Tampak dan merasa ingin bebas

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

17

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam

d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin

berkembang

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta

e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak

c. Ciri-ciri usia remaja

Menurut Hurlock (2009) usia remaja mempunyai ciri-ciri

tertentu yang dibedakan menjadi 8 periode, yaitu:

1) Masa periode penting

Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka

panjang tetap penting karena akibat fisik dan ada lagi karena

akibat psikologis. Perkembangan fisik cepat dan penting disertai

dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada

awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan

18

perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap,

nilai dan minat baru.

2) Masa periode peralihan

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang harus dilaksanakan. Pada masa

ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang

dewasa. Dilain pihak status remaja yang tidak jelas ini juga

menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk

mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,

nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3) Masa periode perubahan

Ada 4 perubahan yang sama yang hampir bersifat universal.

Pertama, meningginya emosi yang interaksinya bergantiung pada

tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua,

perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru.

Ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku , maka nilai-nilai juga

berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen

terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan manuntut

kebebasan tapimereka sering takut bertanggung jawab atas

akibatnya dan merugikan kemampuan mereka untuk dapat

mengatasi tanggung jawab ini.

19

4) Masa periode bermasalah

Ada 2 alasan bagi masalah itu. Pertama, sepanjang masa kanak-

kanak, masalah kanak-kanak sebagian diselesaikan oleh orang tua

dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman

dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa

dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya

sendiri dan menolak bantuan orang lain.

5) Masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan

kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.

Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak

puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal

seperti sebelumnya. Tetapi status remaja yang mendua dalam

kebudayaan Amerika saat ini menimbulkan suatu dilemma yang

menyebabkan “krisis identitas” atau masalah identitas-ego pada

remaja.

6) Masa usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang

tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya atau cenderung merusak,

menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap

untuk simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

20

7) Masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak relistik ini tidak

hanya bagi keluarganya dan teman-temannya menyebabkan emosi

yang merupakan ciri dari awal masa remaja.

8) Masa ambang manuju dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

3. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo,2007).

b. Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Over behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti

21

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri

seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut.

Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng.

c. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat menurut

Notoatmodjo (2007), yaitu

22

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak balita.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar, dengan cara menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real

(sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

23

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

1) Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

Cara- cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi :

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba- coba ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan

24

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, di coba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini

gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga

dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c. Kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun- temurun dari

generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini

bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Sumber

pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, para pemuka

agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

25

e. Akal sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang- kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Misal dengan

menghukum anak sampai sekarang berkembang menjadi

teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode

bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman

masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak

dalam konteks pendidikan.

f. Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini

harus diterima oleh pengikut- pengikutnya, terlepas dari

apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab

kebenaran ini diterima oleh usaha penalaran atau

penyelidikan.

g. Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir.

h. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini

manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

26

memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam

memperoleh kebenaran pengetahuannya. Dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

i. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan- pernyataan khusus ke pernyataan yang

bersifat umum.

Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang

ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam

suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk

memahami suatu gejala.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatraan-

pernyataan umum ke khusus. Ariestoteles ( 384- 332 SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu

bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat

mencapai kesimpulan yang lebih baik.

2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperolah pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut

27

metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian ( research methodology).Pencatatan ini mencakup

tiga hal pokok, yaitu :

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang

muncul pada saat dilakukan pengalaman.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul oada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-

gejala yang berubah-ubah pada kondisi tertentu (

Notoatmodjo, 2010)

e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor- faktor yang mempengaruhi

pengetahuan sebagai berikut :

1) Umur

Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan

seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak

pula pengetahuannya.

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan pola piker dan wawasan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka

diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan

memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan

manusia dianggap akan mmemperoleh pengetahuan.

28

3) Sumber Informasi

Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang

diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si

penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan

saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari

pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain

itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media

elektronik, non- media seperti, keluarga, teman dan tenaga

kesehatan.

f. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

4. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicar, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

29

b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007),

faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor),

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

nilai-nilai dan umur.

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan,

paparan media masa(akses informasi), ekonomi (pendapatan),

hubungan social dan lingkungan social budaya. Sebelum

responden melakukan perilaku mengatasi disminorhoe,

responden harus tahu mengenai manfaat dari penanganan

disminorhoe. Pendidikan akan memberikan pengetahuan

kepada para siswi mengenai disminorhoe sehinggan

diharapkan siswi tahu, bisa menilai dan berperilaku yang baik

dan benar mengenai cara mengatasi disminorhoee.

b) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

30

(Notoatmodjo,2007). Sikap sering diperoleh dari pengalaman

sendiri ataupun dari orang lain. Sikap terhadap nilai- nilai

kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

Sikap remaja mengenai disminorhoe juga dipengaruhi oleh

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal- hal yang

berkaitan dengan kesehatan system nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

c) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan kenyakinan tentang kebenaran

terhadap sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada

masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat

mempunyai kepercayaan yang salah tentang suatu maka

dapat menghambat perubahan perilaku. Masyarakat yang

mempercayai suatu keyakinan tertentu tentang nyeri haid

(disminorhoe), maka dapat mempengaruhi suatu perilaku

yang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang

menghadapi disminorhoe.

d) Tradisi

Tradisi merupakan suatu adat dari tempat tinggal seseorang

yang selalu dilakukan. Ketika responden mendapat

pengetahuan atau pengaruh dari lingkungan tempat tinggal,

maka responden akan menjalankan tradisi yang ada di

tempatnya, seperti ketika setelah selesai menstruasi harus

31

minum jamu agar bersih dan ketika nyeri haid dilakukan pijat

perut agar nyeri haidnya berkurang dan tidak sakit kembali.

e) Nilai- nilai

Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan

masyarakat. Hal ini akan membuat kemungkinan adanya

suatu norma atau aturan yang diharapkan mampu

memunculkan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang

telah dibuat. Nilai ini diperoleh melalui sosialisasi dan emosi

dikenakan kepercayaan mereka atas apa yang membuat orang

berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai akan

mempengaruhi keseluruhan berbagai tentang keluarga.

f) Umur

Umur mempengaruhi perilaku dari responden. Umur dapat

mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan berperilaku

seseorang mengenai hal yang sedang dialami.

2) Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor- faktor ini mencakup :

Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan

umum) yang mendukung kelancaran penanganan disminorhoe.

Fasilitas fisik yaitu fasilitas- fasilitas atau sarana kesehatan yang

meliputi Puskesmas, Usaha Kesehatan Sekolah dan Obat-

obatan. Sedangkan fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana

kesehatan meliputi media informasi misalnya TV, Koran atau

32

majalah sehingga dapat diketahui bahwa untuk menunjang

terlaksananya perilaku penanganan disminorhoe dengan baik

maka tidak hanya tahu dan sadar mengenai disminorhoe

melainkan fasilitas yang lengkap juga dapat menjadi faktor

pemicu perilaku penanganan disminorhoe.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor),

Faktor- faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku dari petugas

kesehatan. Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para

petugas kesehatan ( perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan

lainnya) berlaku tidak sesuai dengan perilaku yang ada.

c. Pengukuran Perilaku

Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo,2005) yaitu :

1) Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara

terhadap kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,

hari, bulan yang lalu (recall)

2) Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

d. Pembentukan Perilaku

Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara,

diantaranya :

1) Conditing atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan

conditioning kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk

33

berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuklah

perilaku.

2) Pengertian (Insight)

Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar

kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian.

3) Menggunakan Model

Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku

pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinya.

Cara ini didasarkan atas teori belajar social (Social learning

theory) atau observational learning theory oleh bandura (1977).

e. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan

dengan Kesehatan

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam

dua kategori (Dewi,2010), yaitu :

1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar

2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

Perilaku- perilaku disengaja atau tidak disengaja yang membawa

manfaat bagi kesehatan individu dan sebaliknya.

Perilaku yang disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan

kesehatan antara lain :

a) Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan

Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang

berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini

34

langsung berhubungan dengan kegiatan- kegiatan pencegahan

penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijadikan secara

sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.

b) Perilaku sadar yang merugikan kesehatan

Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila

perilaku tersebut tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula

dikalangan orang berpendidikan atau professional atau secara

umum pada masyarakat yang sudah maju.

c) Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan

Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena

penanggulangan merupakan salah satu tujuan utama berbagai

program pembangunan kesehatan masyarakat.

d) Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan

Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar

pengetahuan seseorang dapat menjalankan kegiatan- kegiatan

tertentu yang secara langsung atau tidak langsung menberi

dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.

f. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons

organism atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar

subjek tersebut.

Respon ini berbentuk 2 macam (Dewi,2010) yakni :

35

1) Bentuk Pasif

Respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan

tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya

berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

2) Bentuk Aktif

Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh

karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata disebut overt behavior.

g. Klasifikasi Perilaku

Beberapa klasifikasi perilaku menurut beberapa ahli, antara lain :

1) Berdasarkan teori “S-O-R”dalam Notoatmodjo (2005) maka

perilaku manusia dapat dikelompikkan menjadi 2, yaitu :

a) Perilaku Tertutup (Covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulasi

tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)

secara jelas. Respon tersebut masih terbatas dalam bentuk

perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

terhadap stimulasi yang bersangkutan.

b) Perilaku terbuka (Over Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulasi

tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik tersebut dapat

diamati orang lain.

36

2) Becker (1979) dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :

a) Perilaku Kesehatan (Health Behavior)

Hal- hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah penyakit,

kebersihan perorangan.

b) Perilaku Sakit (illness Behavior)

Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu

yang merasa sakit untuk mengidentifikasi penyakit,

penyebab sakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.

c) Perilaku Peran Sakit (the sick role behavior)

Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang

sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

37

B. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2005

Predisposing Factor (Faktor Predisposisi): a. Pengetahuan b. Sikap c. Kepercayaan d. Tradisi e. Nilai f. Umur

Enabling Factor

(Faktor Kemungkinan):

a. UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah )

b. Obat- obatan

Reinforcing Factor

(Faktor Penguat):

a. Sikap petugas kesehatan

b. Perilaku petugas kesehatan

Perilaku mengatasi disminorhoe

38

C. Kerangka Konsep

Dari uraian tinjauan pustaka diatas, maka disusun kerangka konsep sebagai

berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan tujuan penelitian, maka hipotesis ini adalah:

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan siswi SMA kelas X tentang

disminorhoe dengan perilaku mengatasi disminorhoe di SMA NU AL

MA’RUF Kudus.

Pengetahuan siswi SMA kelas X tentang Disminorhoe

Perilaku Mengatasi

Disminorhoe