bab ii tinjauan teori a. tinjauan teori 1. pola...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Pola Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi
Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang
perempuan yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya dinding Rahim
bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina
(Prawirohardjo, 2008).
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone
reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal
ini bisa terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause (Fitria,
2007).
b. Pola Menstruasi
Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung selama 21-
35 hari, lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan
kira-kira 20-80 ml per hari. Pola menstruasi yang tidak normal atau
disebut juga gangguan menstruasi yaitu apabila menstruasi yang siklus,
lama dan jumlah darahnya kurang atau lebih dari yang diuraikan diatas
(Anonim,2009).
8
Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung 28 hari.Siklus
normal berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap
wanita dan hamper 90% wnita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya
10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita
memiliki siklus yang tidak teratur. Panjang siklus menstruasi dihitung
dari hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir
yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai
(Saryono, 2009).
Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi
yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi dan
dismenorea. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya.
Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari
dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan
lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti pembalut
2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat
badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro,
2005, Octaria, 2009).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada
umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih
dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari
fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan
darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi
apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan
berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah
menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik
lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah
yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah
ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml.
Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per
g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan
kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk
setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner;
2008).
c. Gambaran Klinis
Franser (2009) mengatakan terdapat tiga fase utama yang
mempengaruhi struktur jaringan endometrium dan dikendalikan oleh
hormone ovarium. Fase tersebut antara lain :
1) Fase menstruasi
Fase ini ditandai dengan perdarahan vagina, selama 3-5 hari.Fase
ini adalah fase akhir siklus menstruasi, yaitu saat endometrium
luruh ke lapisan basal bersama darah dari kapiler dan ovum yang
tidak mengalami fertilisasi.
2) Fase proliferative.
Fase ini terjadi setelah menstruasi dan berlangsung ovulasi.
Terkadang beberapa hari pertama saraf endometrium dibentuk
kembali disebut fase regenerative. Fase ini dikendalikan oleh
estrogen dan terdiri atas pertumbuhan kembali dan penebalan
endometrium. Pada fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:
a) Lapisan basal terletak tepat diatas myometrium, memiliki
ketebalan sekitar 1 mm. lapisan ini tidak pernah mengalami
perubahan selama siklus menstruasi. Lapisan basal ini terdiri
atas struktur rudimenter yang penting bagi pembentukan
endometrium baru.
b) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar tubular dan
memiliki ketebalan 2,5 mm. lapisan ini terus mengalami
perubahan sesuai pengaruh hormonal ovarium.
c) Lapisan epitelium kuboid bersilia menutupi lapisan fungsional.
Lapisan ini masuk ke dalam untuk melapisi kelenjar tubular.
3) Fase sekretori.
Fase ini terjadi setelah ovulasi di bawah pengaruh progesteron dan
estrogen dari korpus luteum. Lapisan fungsional menebal sampai
3,5 mm dan menjadi tampak berongga Karena kelenjar ini lebih
berliku-liku.
d. Gangguan atau Kelainan Siklus Haid.
Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau
LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya
gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak
teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk
akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing,
mual atau muntah (Prawirohardjo, 2008).
1) Menurut Jumlah Perdarahan
a) Hipomenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari
biasanya.
b) Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari
biasanya (lebih dari 8 hari).
2) Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan.
a) Polimenore
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau
kurang dari 21 hari.
b) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari.
c) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
3) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya:
a) Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid,
seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit
kepala.
b) Mastadinia.
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum
menstruasi.
c) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat
juga disertai dengan perdarahan/ bercak.
d) Dismenorea.
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada
bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-
hari.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola menstruasi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola menstruasi
dalam Hestiantoro (2009) adalah:
1) Fungsi hormon terganggu.
Menstruasi terkait erat dengan system hormone yang diatur di otak,
tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini akan mengirim
sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
pengaturan ini terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan
terganggu.
2) Kelainan sistemik.
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa
mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism
didalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita
penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolismenya
sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.
3) Cemas.
Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh,
bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan
turun drastis, sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu.
Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya pun ikut
terganggu.
4) Kelenjar gondok.
Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi
penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi. Gangguan bisa berupa
produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal tubuh
terganggu.
5) Hormon prolaktin berlebihan.
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup tinggi.
Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung
menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat
kesuburan. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk
memberikan kesempatan guna memelihara organ reproduksinya.
Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga bisa
tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang
terletak di dalam kepala.
6) Kelainan fisik (alat reproduksi)
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami
menstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah:
a) Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka
selaput dara.
b) Indung telur tidak memproduksi ovum.
c) Tidak mempunyai ovarium.
f. Dampak gangguan menstruasi
Gangguan siklus menstrusi dapat mengakibatkan :
1) Gangguan kesuburan
2) Abortus berulang
3) Keganasan pada organ reproduksi
2. Kecemasan
a. Pengertian kecemasan atau ansietas
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang
tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber
terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan
yang was-was untuk mengatasi bahaya (Nanda, 2005).
Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi (Nevid, 2005).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya
berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi
dari faktor psikologi dan fisiologi (Mansjoer, 2005).
Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya (Stuart, 2007).
b. Gambaran Klinis Kecemasan (ansietas)
Seseorang yang mengalami gangguan hidup tiap hari dalam
ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut atau cemas
pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara
berlebihan terhadap stress yang ringan pun. Tidak mampu santai,
mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepala, pening, dan
jantung berdebar-debar adalah keluahn fisik yang paling sering
ditemukan (Zuyina, 2010).
Aspek-aspek biologis dari gangguan obsesif-komplusif dapat
melibatkan keterangsangan yang meninggi dari apa yang disebut
sebagai sirkuit cemas yaitu suatu jaringan neuro diotak yang ikut serta
dalam memberikan sinyal bahaya. Otak dapat secara konstan mengirim
pesan bahwa ada sesuatu yang salah dan memerlukan perhatian segera,
hal ini membawa kepada pikiran-pikiran kecemasan obsessional dan
tingkah laku komplusif representative. Sirkuit cemas ini
menginkorporsi bagian-bagian dari sistem limbik yang memegang
peranan dalam respons emosional (Nevid, 2005).
c. Faktor-faktor Penyebab / Pencetus Kecamasan (ansietas)
Berdasarkan Stuart (2007), kecemasan dapat dieskspresikan
secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Faktor-faktor penyebabnya
yaitu:
1) Psikoanalitis
Kecemasan yang timbul id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan implus primitive, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku,
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan.
2) Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan
dan penolakan interpersonal.Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Perilaku
Adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan :
konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan
perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan
konflik yang dirasakan.
4) Keluarga
Gangguan kecemasaan biasanya terjadi dalam keluarga.Gangguan
kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan
dengan depresi.
5) Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-
obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-
aminobutirat (GABA), yang berperan pebting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan kecemasan.Selain itu,
kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga
memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan.Kecemasan
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stresor.
d. Tingkat kecemasan(Anxiety)
Stuart (2007), mengatakan bahwa tingkat kecemasan dibagi menjadi :
1) Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehiduan
sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada
dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
2) Ansietas sedang, memungkinkan individu untuk berfokus pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,
individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3) Ansietas berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik
serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan
banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4) Tingkat panic dari ansientas, berhubungandengan terpengaruh,
ketakutan, dan treor. Karena mengalami kehilangan kendali,
individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan. Panic mencakup kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motoric, menurunya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsungterus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
e. Penatalaksanaan Kecemasan.
Nevid (2005) mengatakan, untuk mengatasi konflik-konflik atau
gangguan-gangguan kecemasan antara lain :
1) Pendekatan psikodinamika yang modern yaitu lebih berfokus pada
gangguan-gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini
dan mendorong klien untuk lebih mengembangkan pola tingkah
laku yang lebih adaptif.
2) Terapi humanistika yaitu berfokus pada membantu klien
mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan
dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan
kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan.
3) Terapi obat atau farmakoterapi yaitu berfokus pada penggunaan
benzodiazepine dan obat-obat antidepresan.
4) Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani
kecemasan melibatkan berbagai teknikbehavioral, termasuk teori
pemaparan dan pencegahan responden, serta pelatihan ketrampilan
relaksasi.
5) Psikoterapi : lamanya terapi minimal dilakukan adalah selama 12
minggu, biasanya dipilih group terapi dengan kondisi anggota
group adalah sama dengan pasien dianggap lebih efektif dalam
penyembuhan. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi ketika
menghadapi kecemasan, dalam terapi ini terapis berusaha
membantu pasien menemukan ketenangan dengan menciptakan
rileks dalam diri individu, bersamaan dengan itu pasien juga
diberikan sugesti bahwa kecemasan-kecemasan yang muncul itu
tidak realitis.
6) Pendekatan agama.
Pendekatan agam akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran,
kedekatan terhadap tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan
memberikan harapan-harapan positif.
7) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan.
8) Olahraga
Olahraga tidak hanya baikuntuk kesehatan. Olahraga akan
menyalurkan tumpukan stres secara positif. Lakukan olahraga yang
tidak memberatkan, dan memberikan rasa nyaman.
f. Upaya Mencegah Kemunculan Gangguan Kecemasan.
1) Kontrol pernafasan yang baik.
2) Melakukan relaksasi.
3) Olahraga.
4) Bermain dengan benda kesayangan.
5) Dekat air atau menyentuh air.
6) Mengkonsumsi makanan dan minuman kesukaan.
7) Berdoa.
8) Senyum.
9) Makan coklat.
10) Hindari kopi.
11) Curhat ke orang-orang yang dipercaya.
12) Tuliskan pikiran-pikiran pada catatan harian.
13) Membaca.
14) Melakukan kegiatan amal.
15) Aromaterapi.
16) Jalan-jalan.
17) Dipijat.
18) Bersyukur.
19) Merendam kaki dengan air hangat.
20) Nonton film komedi.
21) Mendengarkan music.
22) Minum teh hijau.
(Putri, 2007).
g. Dampak Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap cemas
tergantung pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtom
yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut
tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat
menggangu.
Diantaranya yaitu:
1) Berdebar dengan diiringi dengan detak jantung yang cepat.
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara
berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung
semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam
beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami
gangguan kecemasan kotinum detak jantung semakin lambat
dibandingkan pada orang normal.
2) Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkat tekanan otot pada rongga dada. Beberapa
individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi
ini sering diartikan sebagai tanda serangan rasa panik yang justru
memperburuk kondisi sebelumnya.
3) Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi
berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan,
tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena
kehilangan udara.
4) Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang
tinggi. Keringat yang muncul disebabkan oleh otak
mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor.
5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas
seksual.
6) Gangguan tidur
7) Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang
normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup,
akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan
rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan,
rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota
tubuh yang lain.
8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan berkeringat
9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala
(migrain)
(Putri, 2007).
h. Cara Mengukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat, tau berat sekali orang menggunakan alat
ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale
For Anxiety (HRS-A). alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala
dengan masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala
yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (score) antara 0-3 dengan penilaian sebagai berikut :
Nilai 0 : tidak ada gejala (tidak ada gejala sama sekali).
Nilai 1 : gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada).
Nilai 2 : gejala sedang (separuh dari gejala yang ada).
Nilai 3 : gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada).
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala
tersebut dijumlahkan, dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu angka (score) < 6 = tidak
ada kecemasan, 7-14 = kecemasan ringan, 15-27 =kecemasan sedang,
≥ 27 = kecemasan berat. (Nursalam, 2008).
3. Hubungan Kecemasan Dengan Pola Menstruasi.
Fraser (2009) mengatakan hipotalamus adalah sumber utama
control hipotalamus dan mengatur kelenjar hipofisis anterior melalui jalur
hormonal.
Sebaliknya, kelenjar hipofisis anterior mengatur ovarium dengan
hormon.Akhirnya, ovarium menghasilkan hormone yang mengendalikan
perubahan yang terjadi simultan dan selaras.Mood wanita dapat berubah
sejalan dengan siklus tersebut karena adanya hubungan yang erat antara
hipotalamus dan korteks serebri.
Saryono (2009) mengatakan gejala kecemasan sangat
mempengaruhi pola menstruasi pada wanita, karena pesan sepanjang saraf
di dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh. Nevid (2005)
mengatakan adanya rangsangan stressor psikososial mengakibatkan
jaringan neuron di otak ikut serta dalam memberikan sinyal bahaya.Otak
dapat secara konstan mengirim pesan bahwa ada sesuatu yang salah dan
memerlukan perhatian segera, hal ini membawa kepada pikiran-pikiran
kecemasan obsessional dan tingkah laku komplusif representative yang
kemudian menginkorpusi bagian-bagian dari sistem limbik yang
memegang peranan dalam respons emosional.
Prawirohardjo (2008) mengatakan gangguan emosional sebagai
rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu
bagian otak yang disebut limbic system melalui tranmisi saraf, selanjutnya
melalui saraf autonomy (simpatis atau parasimpatis) akan diteruskan ke
kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan secret
(cairan) neurohormonal menuju hipofisis melalui system prontal guna
mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Follikel Stimulazing
hormone) dan LH (Leutinizing Hormone).
Produksi kedua hormon ini adalah dibawah pengaruh RH
(Realizing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis.
Pengeluaran Rh sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus juga pengaruh luar cahaya, bau-bauan dan hal-hal
psikologik hingga selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses menstruasi
atau haid.
B. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan teori yang telah dipaparkan pada kerangka teoti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar. 2.1. Kerangka Teori
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Sumber : Nursalam (2008), Saryono (2010)
Fungsi hormon terganggu
Kelainan sistemik (gemuk/kurus) Cemas
Terganggu kelenjar gondok/tiroid
Hormon prolaktin berlebihan
Kelainan fisik (alat reproduksi)
Pola menstruasi Teratur
Tidak teratur
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola
menstruasi
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui proses penelitian yang
akan dilakukan.(Notoatmodjo, 2005)
Dalam penelitian ini konsep-konsep yang ingin diamati adalah :
tingkat kecemasan dengan pola menstruasi mahasiswa.
Variable independen variable dependen
Gambar 2.1 : Kerangka konsep
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul,
Arikunto (2006) :
“Ada Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi Pada
Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat 3 Universitas Muhammadiyah Semarang
Tahun 2012” .
Tingkat Kecemasan Pola menstruasi mahasiswa