bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/cenda shelma...

51
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan atau vonis. Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang dinyatakan oleh R. Soeroso (1993: 4), bahwa hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. Menurut Soedjono Dirdjosisworo (2008: 25-43) bahwa pengertian hukum dapat dilihat delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Upload: others

Post on 07-Nov-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah peraturan atau adat yang

secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa

ataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang

peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan

oleh hakim dalam pengadilan atau vonis.

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang

dinyatakan oleh R. Soeroso (1993: 4), bahwa hukum adalah himpunan

peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk

mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri

memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan

menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.

Menurut Soedjono Dirdjosisworo (2008: 25-43) bahwa pengertian

hukum dapat dilihat delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa,

hukum dalam arti para petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

8

dalam arti sistem kaidah, hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam

arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin

hukum. Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut pandang yang

dikemukakan oleh Soedjono Dirdjosisworo menggambarkan bahwa

hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan tertulis dan

aparat penegak hukum seperti selama ini dipahami oleh masyarakat

umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi hukum juga meliputi hal-

hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan masyarakat

Dalam hal memahami hukum ada konsep kontruksi hukum.

Terdapat tiga jenis atau tiga macam konstruksi hukum yaitu, pertama,

kontruksi hukum dengan cara memperlawankan. Maksudnya adalah

menafsirkan hukum antara aturan-aturan dalam peraturan perundang-

undangan dengan kasus atau masalah yang dihadapi. Kedua, kontruksi

hukum yang mempersempit adalah membatasi penafsiran hukum yang

ada di peraturan perundang-undangan dengan keadaan yang sebenarnya.

Ketiga, kontruksi hukum yang memperluas yaitu kontruksi yang

menafsirkan hukum dengan cara memperluas makna yang dihadapi

sehingga suatu masalah dapat dijerat dalam suatu peraturan perundang-

undangan (Prima Jayanti, 2011: 15).

Menurut Hans Kelsen (2009: 343) dalam Jimly Asshiddiqie dan M.

Ali Safa’at (2006: 12), hukum adalah ilmu pengetahuan normatir dan

bukan ilmu alam. Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa hukum

merupakan teknik sosial untuk mengatur perilaku masyarakat.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

9

Secara kabahasaan, kata perlindungan dalam bahasa Inggris disebut

dengan Protection. Istilah perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia dapat disamakan dengan istilah proteksi, yang artinya proses

atau perbuatan memperlindungi, sedangkan menurut Black’s Law

Dictionary , protection adalah the act of protecting (Bryan A. Gerner,

2009: 1343).

Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal

yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda

atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna

pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lemah.

Dengan demikian, perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala

upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada warga negaranya agar hak-haknya sebagai

seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan

dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pengertian perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan

dan sebagainya) memperlindungi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

yang dimaksud dengan perlindungan adalah cara, proses, dan perbuatan

melindungi. Sedangkan hukum adalah peraturan yang dibuat oleh

pemerintah atau yang data berlaku bagi semua orang dalam masyarakat

(negara).

Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan kepada

subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

10

maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun tertulis. Dengan

kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu

gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep

bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,

kemanfaatan dan kedamaian.

Pengertian di atas mengundang beberapa ahli untuk

mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian dari perlindungan

hukum di antaranya:

1. Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah

memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan

orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat

agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.

2. Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan

Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek

hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.

3. Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya

hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk

memberikan rasa aman, baik secara fikiran maupun fisik dari

gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

4. Menurut Muhtie A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan

arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

11

saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan

adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia

sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia

serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak

dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum

(tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli).

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan

ketertiban dan ketentraman sehinggga memungkinkan manusia untuk

menikmati martabatnya sebagai manusia (Setiono, 2004: 3).

Adapun pendapat yang dikutip dari beberapa ahli mengenai

perlindungan hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjipto Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya

upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya

untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut (Satjipto

Rahardjo, 2003: 121).

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

12

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kehiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama

manusia (Muchsin, 2003: 14).

4. Menurut Hatty Hasanah perlindungan hukum yaitu merupakan

segala upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum,

sehingga dapat memberikan perlindungan hukum kepada pihak-

pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum

(Hetty Hasanah, http://jurnal.unikom.ac.id/vol3/Perlindungan.html).

Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers,

perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau

masyarakat kepada warga negara dalam melaksanakan fungsi, hak,

kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam Undang-undang Nomor 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

perlindungan hukum adalah segala upaya yang ditujukan untuk

memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak

keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan.

Sedangkan perlindungan hukum yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan

Terhadap Korban dan Sanksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia

yang berat, perlindungan hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

13

wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan

untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban

dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak

manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, atau

pemeriksaan di sidang pengadilan.

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum

apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya.

2. Jaminan kepastian hukum

3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Perlindungan hukum terhadap anak merupakan salah satu upaya

untuk melindungi setiap anak yang berada di Indonesia dimana Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang selanjutnya disebut

UUDNRI 1945 dalam pasal 28B Ayat (2) menjelaskan bahwa setiap anak

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Prinsip kelangsungan

hidup merupakan salah satu prinsip hak untuk hidup yang diterapkan

dalam konvensi hak anak, dimana setiap anak harus mempunyai akses

pada pelayanan kesehatan dan dapat menikmati standar hidup yang

layak, termasuk cukup makanan, air bersih, dan tempat tinggal yang

aman. Anak-anak juga mempunyai hak untuk memperoleh nama dan

kewarganegaraan (Nur aini, 2009).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

14

Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara

adil dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.

Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif

untuk menegakkan keadilan dan hukum sesuai dengan realitas

masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat yang aman dan

damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee)

dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan

(Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan

manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur:

a. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit)

b. Kemanfaatan hukum (Zeweckmassigkeit)

c. Keadilan hukum (Gerechtigkeit)

d. Jaminan hukum (Doelmaitgkeit) (Ishaq, 2009: 43).

2. Bentuk Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economic, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua

sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman

(sanction) (Rafael La Porta, 1999: 9). Bentuk perlindungan hukum yang

paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak hukum seperti

pengadilan, kejaksaan, polisi, dan lembaga-lembaga penyelesaian

sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan

pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan

bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan salah

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

15

satunya yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah adanya

institusi-institusi penegak hukum.

Subyek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum,

yaitu subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan huku.

Subjek hukum orang pribadi atau natuurlijkepersoon adalah orang atau

manusia yang telah dianggap cakap menurut hukum. Orang sebagai

subjek hukum merupakan pendukung atau pembawa hak sejak dia

dilahirkan hidup hingga dia mati. Walaupun ada pengecualian bahwa

bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya telah menjadi sebagai

subjek hukum sepanjang kepentingannya mendukung waktu itu.

Selanjutnya, subjek hukum dalam perdata adalah badan hukum

atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi

atau dapat pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Menurut

Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan kekuasaan keadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak

karena hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan (Satjipto

Rahardjo, 2006: 54).

B. Tinjauan Tentang Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Istilah “hukum konsumen” dan “hukum perlindungan konsumen”

sudah sangat sering terdengar. Namun belum jelas benar apa saja yang

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

16

masuk ke dalam materi keduanya dan apakah kedua cabang hukum itu

identik. Pengertian konsumen terdapat dalam Pasal 1 butir 1 Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

dijelaskan:

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.

Menurut Munir Fuady, konsumen adalah pengguna terakhir (end

user) dari suatu produk, yaitu setiap pemakai barang dan jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan

(Munir Fuady, 2002: 227).

Islam tidak mengatur hak-hak konsumen secara berurutan seperti

tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen. Namun Islam

melindungi hak-hak konsumen dari perbuatan curang dan informasi yang

menyesatkan, serta memberikan hak atas keselamatan dan kesehatan, hak

untuk memilih, hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, hak

untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa, dan hak untuk

mendapatkan ganti rugi seperti tercantum dalam Qs.Al-Annam (6): 152,

Qs. Huud (11): 85 dan Qs. Ar-Rahman (55): 8-9 (Aisjah Girindra, 2005:

20).

Masalah perlindungan konsumen tidak semata-mata masalah

perorangan, tetapi sebenarnya merupakan masalah bersama dan masalah

nasional sebab pada dasarnya semua orang adalah konsumen. Maka dari

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

17

itu, melindungi konsumen berarti melindungi semua orang. Persoalan

perlindungan kepada konsumen anak berarti kita berbicara tentang

keadilan bagi semua anak.

Tujuan dari Perlindungan Konsumen umumnya dapat dibagi dalam

tiga bagian utama, yaitu:

a. Memberdayakan konsumen dalam memilih, menentukan barang

dan/atau jasa kebutuhannya, dan menuntut hak-haknya.

b. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-

unsur kepastian hukum, keterbukaan informasi, dan akses untuk

mendapatkan informasi tersebut.

c. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan tanggung

jawab (Ahmadi Miru, 2004: 4).

2. Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen

Asas hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan

merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar

belakang peraturan konkrit yang terdapat dalam peraturan perundang-

undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat

diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam

peraturan konkrit tersebut (Sudikno Mertokusumo, 1996: 6).

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama

berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional,

yaitu:

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

18

a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan.

b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam

arti materiil dan spiritual.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang dikomsusmsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

kepastian hukum (Sutarman Yodo, 2004: 25-26).

Radbruch menyebutkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian

hukum sebagai “tiga ide dasar hukum” atau “tiga nilai dasar hukum”,

yang berarti dapat dipersamakan dengan asas hukum. Di antara ketiga

asas tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah masalah

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

19

keadilan, dimana Friedman menyebutkan bahwa: “In terms of law,

justice will be judged a how law treats people an how it distributes its

benefits and cost”, dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan

bahwa “every finction of law,general or spesific, is allocative” (Peter

mahmud marzuki, 1997: 28).

Keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum juga oleh banyak

jurist menyebut sebagai tujuan hukum. Persoalan-persoalan, sebagai

tujuan hukum, baik Radbruch maupun Acmad Ali mengatakan adanya

kesulitan dalam mewujudkan secara bersamaan. Achmad Ali

mengatakan, kalau dikatakan tujuan hukum sekaligus mewujudkan

keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum, apakah dalam hal itu tidak

menimbulkan masalah? Dalam kenyataan sering antara tujuan yang satu

dan lainnya terjadi benturan. Dicontohkannya, dalam kasus hukum

tertentu bila hakim menginginkan putusannya “adil” menurut

persepsinya, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi

masyarakat luas, demikian pula sebaliknya (Achmad Ali, 1996: 95-96).

Beberapa Undang-undang Perlindungan Konsumen negara-negara

di dunia adalah sebagai berikut:

a. Singapura: The consumer Protection (Trade Description and

Safety Requirement Act, tahun 1975,

b. Thailand: Consumer Act, tahun 1979,

c. Jepang: The Consumer Protection Fundamental Act, tahun 1968,

d. Autralia: Consumer Affairs Act, tahun 1978,

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

20

e. Irlandia: Consumer Information Act, tahun 1978,

f. Finlandia: Consumer Protection Act, tahun 1978,

g. Inggris: The Consumer Protection Act, tahun 1970, diamendir

pada tahun 1971,

h. Kanada: The Consumer Protection Act dan The Consumer

Protection Amendement Act, tahun 1971,

i. Amerika: The Uniform Protection Trade Practices and

Consumer Protection Act (UUTPCP) tahun 1967, diamandir

tahun 1969 dan 1970, kemudian Unfair Trade Practices and

Consumer Protection (Lousiana) Law, tahun 1973.

Di Indonesia masalah perlindungan konsumen mulai terdengar

pada tahun 1970-an. Ini terutama ditandai dengan lahirnya Yayasan

Lembaga Konsumen bulan mei 1973. Secara historis pada awalnya

Yayasan ini berkaitan dengan rasa mawas diri terhadap promosi untuk

memperlancar barang-barang dalam negeri. Atas desakan suara-suara

masyarakat, kegiatan promosi ini harus diimbangi dengan langkah-

langkah pengawasan, agar masyarakat tidak dirugikan dan kualitasnya

terjamin. Adanya keinginan dan desakan masyarakat untuk melindungi

dirinya dari barang yang rendah mutunya telah mengacu untuk

memikirkan secara sungguh-sungguh usaha untuk melindungi konsumen

ini, dan mulailah gerakan untuk merealisasikan cita-cita itu. Setelah itu,

suara-suara untuk memberdayakan konsumen semakin gencar, baik

melalui ceramah-ceramah, seminar-seminar maupun melalui tulisan-

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

21

tulisan di media massa. Puncaknya adalah lahinya Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Ahmad Yani,

2000: 15-16).

Dalam Burgerlijk Wetboek atau Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (KUH Perdata) juga terdapat ketentuan-ketentuan yang

bertendensi melindungi konsumen, seperti tersebar dalam beberapa Pasal

buku III, bab V, bagian II yang dimulai dari Pasal 1365. Dalam Kitab

Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) , misalnya tentang pihak

ketiga yang harus dilindungi, tentang perlindungan penumpang/barang

muatan pada hukum maritim, ketentuan-ketentuan mengenai perantara,

asuransi surat berharga, kepailitan dan sebagainya. Demikian pula dalam

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH Pidana), misalnya tentang

pemalsuan, penipuan, pemalsuan merek, persaingan curang dan

sebaganinya. Dalam hukum adat pun ada dasar-dasar yang menopang

hukum perlindungan konsumen seperti prinsip kekerabatan yang kuat

dari masyarakat adat yang tidak beriorentasi pada konflik, yang

memposisikan setiap warganya utnuk saling menghormati sesamanya.

Prinsip keseimbangan magis/keseimbangan alam, prinsip “terang” pada

perbuatan transaksi (khususnya transaksi tanah) yang mengharuskan

hadirnya ketua adat/kepala desa dalam transaksi tanah. Prinsip fungsi

sosial dari sesuatu hak, prinsip hak ulAyat (Gunawan Widjaja, 2000:19).

Tanggung jawab berdasarkan kelalaian (negligence) adalah prinsip

tanggung jawab yang bersifat subyektif, yaitu suatu tanggung jawab yang

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

22

ditentukan oleh perilaku produsen (Inosentius Samsul, 2004: 46). hal ini

dapat ditemukan dalam rumusan teori negligence, yaitu the future to

exercise the standard of care that reasonably prudent person would have

exercised in a similar situation (Bryan A. Garner, 2004: 1061).

Kelalaian produsen yang berakibat pada munculnya kerugian

konsumen merupakan faktor penentu adanya hak konsumen untuk

mengajukan gugatan ganti rugi kepada produsen. negligence dapat

dijadikan dasar gugatan, manakala memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

1. Suatu tingkah laku yang menimbulkan kerugian, tidak sesuai

dengan sikap hati-hati yang normal.

2. Harus dibuktikan bahwa tergugat lali dalam kewajiban berhati-

hati terhadap penggugat.

3. Kelakuan tersebut merupakan penyebab nyata (proximate

cause) dari kerugian yang timbul (Ahmadi Miru, 2004: 148).

Secara historis, lemahnya perlindungan konsumen dapat ditelusuri

hingga Kerajaan Romawi Kuno. Peraturan tentang jual beli tidak banyak

memberikan perlindungan terhadap pembeli (konsumen) yang dirugikan

oleh penjual (produsen). prinsip asli dari civil law yang diterapkan di

Kerajaan Romawi adalah caveat emptor. Prinsip ini berarti, pembeli

sendiri yang harus bertanggung jawab atas perlindungan kepentingannya,

sedangkan penjual tidak bertanggung jawab atas kerugian konsumen

(Barry Nocholas, 1962: 182).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

23

Keuntungan konsumen berdasarkan teori Breach of Warranty

adalah penerapan kewajiban yang sifatnya mutlak (strict obligation),

yaitu kewajiban yang tidak didasarkan pada upaya yang telah dilakukan

produsen untuk memenuhi janjinya. Artinya walaupun produsen telah

berupaya memenuhi kewajiban dan janjinya, tetapi konsumen tetap

mengalami kerugian, maka produsen tetap dibebani tanggung jawab

untuk mengganti kerugian. Namun kelemahan teori ini dalam

perlindungan hukum bagi konsumen, yaitu pembatasan waktu gugatan,

persyaratan pemberitahuan, kemungkinan adanya bantahan (disclaimer),

dan persyaratan hubungan kontrak (Shidarta, 2006: 64-64).

Beberapa alsan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan

dalam hukum perlindungan konsumen, antara lain:

a. Di antara korban/konsumen disatu pihak dan produsen dipihak

lain, seharusnya beban kerugian (risiko) ditanggung oleh pihak

yang memproduksi atau mengeluarkan barang-barang di

pasaran.

b. Dengan menerapkan/mengedarkan barang-barang di pasaran

berarti produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman

dan pantas untuk digunakan, dan bilamana terbukti tidak

demikian maka produsen harus bertanggung jawab.

c. Sebenarnya tanpa menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak,

produsen yang melakukan kesalahan dapat dituntut melalui

proses tuntutan beruntun, yaitu konsumen kepada pedagang

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

24

eceran, pedang eceran kepada grosir, grosir kepada distributor,

distributor kepada agen, dan agen kepada produsen. adapun

penerapan strict liability dimaksudkan untuk menghilangkan

proses yang cukup panjang ini (M. Yahya harahap, 1997: 16-

17).

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

Presiden Jhon F. Kennedy mengemukakan 4 (empat) hak

konsumen yang harus dilindungi, yaitu:

a. Hak memperoleh keamanan (the right to safety)

Aspek ini ditujukan pada perlindungan konsumen dari pemasaran

barang dan/atau jasa yang membahayakan keselamatan konsumen.

Pada posisi ini, intervensi, tanggung jawab dan peran pemerintah

dalam menjamin keselamatan dan keamanan konsumen sangat

penting.

b. Hak memilih (the right to choose)

Bagi konsumen, hak memilih merupakan hak prerogatif konsumen

apakah ia akan membeli atau tidak membeli suatu barang dan/atau

jasa. Oleh karena itu, tanpa ditunjang oleh hak untuk mendapatkan

informasi yang jujur, tingkat pendidikan yang patut, dan penghasilan

yang memadai, maka hak ini tidak akan banyak artinya. Apalagi

dengan meningkatnya teknik penggunaan pasar, terutama lewat

iklan, maka hak untuk memilih ini lebih banyak ditentukan oleh

faktor-faktor di luar diri konsumen.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

25

c. Hak mendapatkan informasi (the right to be informed)

Hak ini mempunyai arti yang sangat fundamental bagi konsumen

bila dilihat dari sudut kepentingan dan kehidupan ekonominya.

Setiap keterangan mengenai sesuatu barang yang akan dibelinya atau

akan mengikat dirinya, haruslah diberikan selengkap mungkin dan

dengan penuh kejujuran. Informasi baik secara langsung maupun

secara umum melalui berbagai media komunikasi seharusnya

disepakati bersama agar tidak menyesatkan konsumen.

d. Hak untuk didengar (the right to be heard)

Hak ini dimaksudkan untuk menjamin konsumen bahwa

kepentingannya harus diperhatikan dan tercerminkan dalam

kebijaksanaan pemerintah, termasuk turut didengar dalam

pembentukan kebijaksanaan tersebut. Selain itu, konsumen juga

harus didengar setiap keluhannya dan harapannya dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dipasarkan produsen

(Vernon A. Musselman, 1992: 294-295).

Pada tahun 1975, hak-hak konsumen yang dicetuskan oleh John F.

Kennedy, dimasukan dalam program konsumen European Economic

Community (EEC) yang meliputi:

a. Hak perlindungan kesehatan dan keamanan,

b. Hak perlindungan kepentingan ekonomi,

c. Hak untuk memperoleh ganti rugi,

d. Hak atas penerangan,

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

26

e. Hak untuk didengar (Norbert Reich, “protection of consumers’

Economic Interest by the EC”, the sydney law review, faculty of law

university of sydney and authors, the law book company Ltd. No 1,

Volume 14, March 1992).

PBB melalui Resolusi Nomor A/RES/39/248 tanggal 16 April 1985

tentang Perlindungan Konsumen (Guidelines for Consumer Protection)

merumuskan enam kepentingan konsumen yang harus dilindungi,

meliputi:

1. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

keamanannya.

2. Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen.

3. Tersedianya informasi yang memadai untuk memberikan

kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak

dan kebutuhan pribadi.

4. Pendidikan kosumen.

5. Tersedianya ganti rugi.

6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen untuk

menyuarakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut kepentingan mereka (Inosentius Samsul, 2003: 27-28).

Indonesia melalui ketentuan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan

Konsumen (UUPK), memiliki hak sebagai berikut:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

27

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa, serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa lyang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Dari sembilan butir hak konsumen yang diberikan diatas, terlihat

bahwa masalah kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen

merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan

konsumen. Barang dan/atau jasa yang penggunaannya tidak memberikan

kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman atau membahayakan

keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

28

masyarakat. Selanjutnya, untuk menjamin bahwa suatu barang dan/atau

jasa dalam penggunaannya akan nyaman, aman maupun tidak

membahayakan konsumen penggunanya, maka konsumen diberikan hak

untuk memilih barang dan/atau jasa yang dikehendakinya bersadarkan

atas keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan jujur. Jika terdapat

penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk didengar,

memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adil, kompensasi

sampai ganti rugi.

Selain sembilan hak konsumen yang tercantum dalam Pasal 5

Undang-undang Perlindungan Konsumen, ada dua hak konsumen yang

berhubungan dengan produk liability, yakni sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapatkan barang yang memiliki kuantitas dan

kualitas baik serta aman.

Dengan hal ini berarti konsumen harus dilindungi untuk

mendapatkan barang dengan kuantitas dan kualitas yang bermutu.

Ketidaktahuan konsumen atas suatu produk barang yang dibelinya

sering kali diperdayakan oleh pelaku usaha. Pelaku usaha dapat saja

mendikte pasar dengan menaikkan harga dan konsumen menjadi

korban dari ketiadaan pilihan.

2. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian.

Jika barang yang dibelinya itu dirasakan cacat, rusak, atau telah

membahayakan konsumen, ia berhak mendapatkan ganti kerugian

yang pantas. Namun, jenis ganti kerugian yang diklaimnya untuk

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

29

barang yang cacat atau rusak, tentunya harus sesuai dengan

ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-masing pihak,

artinya konsumen tidak dapat menuntut secara berlebihan dari

barang yang dibelinya dan harga yang dibayarnya, kecuali barang

yang dikonsumsinya itu menimbulkan gangguan pada tubuh atau

mengakibatkan cacat pada tubuh konsumen, maka tuntutan

konsumen dapat melebihi barang yang dibelinya.

Selain memperoleh hak tersebut, sebagai balance, konsumen juga

diwajibkan untuk:

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan

dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut;

Itu dimaksudkan agar konsumen sendiri dapat memperoleh hasil

yang optimum atas perlindungan dan/atau kepastian hukum bagi dirinya

(Gunawan Widjaja, 2000: 30-31).

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha.

Selain hak-hak konsumen, Undang-undang Perlindungan

Konsumen (UUPK) juga mengatur hak-hak konsumen yang dirumuskan

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

30

dalam Pasal-pasal berikutnya, yakni tentang kewajiban pelaku usaha.

Kewajiban dan hak sesungguhnya merupakan antinomi dalam hukum,

sehingga kewajiban pelaku dapat dilihat dan sebagai (merupakan bagian

dari) hak konsmen. Kewajiban pelaku usaha antara lain:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku.

5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan.

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan (Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

Selain kewajiban yang telah disebutkan tersebut, ada juga hak

untuk dilindungi akibat negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari

pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan pengusaha sering

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

31

dilakukan secara tidak jujur, yang dalam hukum dikenal dengan

terminologi “persaingan curang” (unfair competition) atau “persaingan

usaha tidak sehat” (Ningrum Natasya Sirait, 2003: 20).

Selain memperoleh kewajiban tersebut, pelaku usaha juga memilki

hak, antara lain:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik.

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen.

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan.

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya (Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen).

Terkait dengan hak-hak konsumen, islam memberikan ruang bagi

konsumen dan produsen untuk mempertahankan hak-haknya dalam

perdagangan yang dikenal dengan istilah khiyar dengan beragam

jenisnya sebagai berikut:

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

32

1. Khiyar Majelis

As-Sunnah menetapkan bahwa kedua belah pihak yang berjual beli

memiliki khiyar (pilihan) dalam melangsungkan atau membatalkan

akad jual beli selama keduanya masih dalam satu majelis (belum

berpisah). Khiyar merupakan hak yang ditetapkan untuk pelaku

usaha dan konsumen, jika terjadi ijab dan kabul antara produsen dan

konsumen, dan akadnya telah sempurna, maka masing-masing

pihak memiliki hak untuk memperhankan atau membatalkan akad

selama masih dalam satu majelis.

2. Khiyar Syarat

Khiyar syarat adalah salah satu pihak yang berakad membeli

sesuatu dengan ketentuan memiliki khiyar selama jangka waktu

yang jelas. Selama waktu tersebut, jika pembeli menginginkan, ia

bisa melaksanakan jual beli tersebut atau membtalkannya. Syarat ini

juga boleh bagi kedua pihak yang berakad secara bersama-sama,

juga boleh bagi salah satu pihak saja jika ia mempersyaratkannya.

3. Khiyar Aibi

Haram bagi seseorang menjual barang yang memilik cacat (cacat

produk) tanpa menjelaskan kepada pembeli (konsumen).

4. Khiyar Tadlis

Yaitu, jika penjual mengelabuhi pembeli sehingga menaikkan harga

barang, maka hal itu haram. Dalam hal ini pembeli memiliki khiyar

selama tiga hari.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

33

5. Khiyar al-Ghabn dan al-Fashisy (Khiyar al-Mustarsil)

Khiyar jenis ini suatu saat menjadi hak penjual dan suatu saat bisa

menjadi hak pembeli. Kadang kala pembeli membeli barang dengan

harga 5 dinar, padahal barang tersebut hanya setara dengan 3 dinar

atau penjual menjual barang dengan harga 10 dinar, padahal barang

tersebut hanya setara dengan 8 dinar. Jika seorang penjual dan

pembeli ditipu dalam hal ini, maka ia memiliki khiyar untuk

menarik diri dari jual beli dan membatalkan akad.

6. Khiyar Ru’yah

Khiyar jenis ini terjadi bila pelaku usaha menjual barang

dagangannya, sementara barang tersebut tidak ada dalam majelis

jual beli. Jika pembeli kemudian melihat barang tgersebut tidak

berhasrat terhadapnya, atau pembeli melihat barang tersebut tidak

sesuai dangan keinginannya, maka pembeli berhak menarik

membatalkan diri dari akad jual beli tersebut.

7. Khiyar Ta’jin

Khiyar jenis ini memberikan hak kepada pembelinya untuk memilih

barang yang dia inginkan dari jumlah atau kumpulan barang yang

dijual kendati barang tersebut berbeda harganya, sehingga

konsumen dapat menentukan barang yang dia kehendaki (Yusuf As-

Sabatin, 2009: 308-316).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

34

5. Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen dalam

Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen(UUPK) diatur khusus

dalam satu bab, yaitu Bab VI, mulai dari pasal 19 sampai dengan pasal

28. Dari tujuh pasal yang mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha,

secara prinsip dapat dibedakan lagi ke dalam:

1. Pasal-pasal yang secara tegas mengatur pertanggungjawaban pelaku

usaha atas kerugian yang diderita konsumen, yaitu dalam Pasal 19,

Pasal 20, dan Pasal 21.

Pasal 19 Undang-undang Perlindungan Konsumen mengatur

pertanggungjawaban pelaku usaha pabrikan/distributor pada

umumnya, untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,

dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan, dengan ketentuan bahwa ganti rugi tersebut

dapat dilakukan dalam bentuk: pengembalian uang dan/atau jasa yang

sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau

pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Ganti rugi harus telah diberikan dalam jangka

waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal transaksi.

Pasal 20 Undang-undang Perlindungan Konsumen diberlakukan

bagi pelaku pelaku usaha periklanan untuk bertanggung jawab atas

iklan yang diproduksi, dan segala akibat yang ditimbulkan dari iklan

tersebut.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

35

Pasal 21 Ayat (1) membebankan pertanggungjawaban kepada

importir barang sebagaimana layaknya pembuat barang yang diimpor,

apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau

perwakilan produsen luar negeri. Pasal 21 Ayat (2) mewajibkan

importir jasa untuk bertanggung jawab sebagai penyedia jasa asing

jika penyedia jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau

perwakilan penyedia jasa asing.

2. Pasal 24 Undang-undang Perlindungan Konsumen yang mengatur

peralihan tanggung jawab dari pelaku usaha lainnya, mengatakan

bahwa:

“Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku

usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau

gugatan konsumen apabila:

a. Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan

perubahan apapun atas barang dan/atau jasa tersebut;

b. Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak

mengetahui adanya perubahan barang dan/atau jasa yang

dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh,

mutu, dan komposisi.

3. Dua pasal Lainnya, yaitu Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-undang

Perlindungan Konsumen berhubungan dengan layanan purna jual oleh

pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. Dalam

hal ini pelaku usaha diwajibkan untuk bertanggung jawab sepenuhnya

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

36

atas jaminan dan/atau garansi yang diberikan, serta penyediaan suku

cadang atau perbaikan.

4. Pasal 27 Undang-undang Perlindungan Konsumen merupakan pasal

“penolong” bagi pelaku usaha, yang melepaskannya dari tanggung

jawab untuk memberikan gantu rugi pada konsumen. Pasal 27 tersebut

secara jelas menyatakan bahwa pelaku usaha yang memproduksi

barang yang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang

diderita konsumen, jika:

a. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak

dimaksudkan untuk diedarkan;

b. Cacat barang timbul pada kemudian hari;

c. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi

barang;

d. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;

e. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun sejak barang

dibeli atau lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan.

Tanggung jawab berdasarkan kelalaian (negligence) adalah prinsip

tanggung jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab

yang ditentukan oleh perilaku produsen (Inosentius Samsul, 2006: 46).

hal ini dapat ditemukan dalam rumusan teori nehligence, yaitu the

failureto exercise the standard of care that reasonably prudent person

would have exercised in a similar situation (Bryan A. Garner, 2004:

1061).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

37

Berdasarkan teori ini, kelalaian produsen yang berakibat

munculnya kerugian konsumen merupakan faktor penentu adanya hak

konsumen untuk mengajukan gugatan ganti rugi kepada produsen.

Negligence dapat dijadikan dasar gugatan, manakala memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Suatu tingkah laku yang menimbulkan kerugian, tidak sesuai

sikap hati-hati yang normal.

b. Harus dibuktikan bahwa tergugat lalai dalam kewajiban

berhati-hati terhadap penggugat.

c. Kelakuan tersebut merupakan penyebab nyata (proximate

cause) dari kerugian yang timbul. (Ahmadi Miru, 2004: 148).

Adapun tanggung jawab berdasarkan kelalaian atau kesalahan

terdiri dari:

1. Tanggung jawab berdasarkan kelalaian atau kesalahan dengan

persyaratan hubungan kontrak

Prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian (negligence)

yang didasarkan pada adanya unsur kesalahan dan hubungan

kontrak (privity of contract), merupakan teori tanggung jawab yang

paling merugikan konsumen. Karena gugatan konsumen hanya

dapat diajukan jika telah memenuhi dua syarat tersebut, yakni

adanya unsur kelalaian dan kesalahan dan hubungan kontrak antara

produsen dan konsumen. Pembentukan teori tanggung jawab

berdasarkan kelalaian atau kesalahan dan hubungan kontrak sangat

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

38

dipengaruhi oleh paham individualisme dalam prinsip laissez faire

(Komarrudin, 1993: 23).

Secara historis, lemahnya perlindungan konsumen dapat

ditelusuri hingga kerajaan Romawi Kuno. Peraturan tentang jual

beli tidak banyak memberikan perlindungan terhadap pembeli

(konsumen) yang dirugikan oleh penjual (produsen). Prinsip asli

dari civil law yang diterapkan Kerajaan Romawi Kuno adalah

caveat emptor. Prinsip ini berarti, pembeliyang harus bertanggung

jawab atas perlindungan kepentingannya, sedangkan penjual tidak

bertanggung jawa atas kerugian konsumen (Burry Nicholas, 1993:

23).

Teori tanggung jawab berdasarkan kelalaian tidak

memberikan perlindungan secara maksimal bagi konsumen, karena

konsumen dihadapkan pada dua kesulitan dalam mengajukan

gugatan kepada produsen yaitu: Pertama, tuntutan adannya

hubungan kontrak antara konsumen sebagai penggugat dan

produsen sebagai tergugat. Kedua, argumentasi produsen bahwa

kerugian konsumen diakibatkan oleh kerusakan barang yang

diketahui (David A. Fischer dan William Powers, 1998: 3).

2. Tanggung jawab berdasarkan Kelalaian atau kesalahan dengan

beberapa pengecualian terhadap persyaratan hubungan kontrak

Tanggung jawab berdasarkan kelalaian atau kesalahan

dengan persyaratan hubungan kontrak yang dipandang sangat tidak

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

39

akomodatif dan responsif terhadap kepentingan konsumen, serta

kondisi nyata dalam kehidupan sehrai-hari, karena konsumen

(pengguna atau pemakai) produk yang tidak mempunyai hubungan

hukum atau kontrak dengan produsen yang sering menjadi korban

dari produk yang ditawarkan produsen.

Ada tiga pemikiran yang digambarkan oleh Hakim Sarbon

sebagai alasan dari pengecualian terhadap hubungan kontrak

tersebut, yaitu: Pertama, pengecualian berdasarkan alasan karakter

produk membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan konsumen

(imminently and inherently dangerous product). Kedua,

pengecualian berdasarkan konsep implied invitation, yaitu tawaran

produk kepada pihak ketiga yang tidak mempunyai hubungan

hukum. Ketiga, dalam hal suatu produk dapat membahayakan

konsumen, kelalaian produsen atau penjual untuk memberitahukan

kondisi produk tersebut pada saat menyerahkan barang dapat

melahirkan tanggung jawab kepada pihak ketiga, walaupun tidak

ada hubungan hukum antara produsen dan konsumen yang

menderita kerugian (Zulham, 2013: 88).

3. Tanggung jawab berdasarkan kelalaian atau kesalahan tanpa

persyaratan hubungan kontak

Tahap berikutnya adalah prinsip tanggung jawab tetap

berdasarkan kelalaian atau kesalahan adalah pembuat produk yang

mengedarkan atau menjual barang-barang yang berbahaya di pasar

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

40

bertanggung jawab bukan karena atau berdasarkan kontrak, tetapi

karena ancaman yang dapat diperhitungkan jika tidak melakukan

berbagai upaya untuk mencegah kerugian konsumen. Doktrin ini

kemudian diperluas bukan saja hanya untuk kerugian diri manusia

atau korban, tetapi juga meluas pada harta benda yang lain (David

A. Fischer dan William Powers Jr, 1998: 590).

4. Prinsip praduga lalai dan prisip praduga bertanggung jawab dengan

pembuktian terbalik

Prinsip praduga lalai dan prinsip praduga bertanggung jawab

merupakan modifikasi dari prinsip tanggung jawab berdasarkan

kelalaian dan kesalahan. Modifiksi ini merupakan masa transisi

menuju pembentukan prinsip tanggung jawab mutlak. Black’s law

dictionary merumuskan doktrin res ispa laquitor dengan the thing

speaks for it self, yang berarti kelalaian tidak perlu dibuktikan lagi.

Karena fakta berupa kecelakaan atau kerugian yang dialami

konsumen merupakan hasil dari kelalaian produsen, sebaliknya

konsumen tidak akan mengalami kerugian atau kecelakaan apabila

produsen tidak lalai. Berdasakan doktin ini, pembuktian

dibebankan kepada pihak tergugat, apabila tergugat lalai atau tidak

(Bryan A. Garner, 2009: 1336).

6. Tanggung Jawab berdasarkan Wanprestasi (Breach of Warranty)

Tanggung jawab produsen berdasarkan wanprestasi juga

merupakan bagian dari tanggung jawab berdasarkan kontrak

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

41

(contractual liabitity). Dengan demikian, suatu produk yang rusak dan

mengakibatkan kerugian, maka konsumen melihat isi kontrak, baik

tertulis maupun tidak tertulis.

Keuntungan konsumen berdasarkan teori tersebut adalah

penerapan kewajiban yang sifatnya mutlak (strict obligation), yaitu

kewajiban yang tidak berdasarkan pada upaya yang telah dilakukan

produsen untuk memenuhi janjinya. Artinya, walaupun produsen telah

berupaya memenuhi kewajiban dan janjinya, tetapi konsumen tetap

mengalami kerugian, maka produsen tetap dibebani tanggung jawab

untuk mengganti kerugian. Namun kelemahan teori tersebut dalam

perlindungan hukum bagi kepentingan konsumen, yaitu pembatasan

waktu gugatan, persyaratan pemberitahuan, kemungkinan bantahan

(disclaimer), dan persyaratan hubungan kontrak (Shidarta, 2006: 64-

65).

Gugatan berdasarkan btreach of warranty sesungguhnya dapat

diterima walaupun tanpa hubungan kontrak, dengan pertimbangan

bahwa dalam praktik bisnis modern, proses distibusi dan iklan langsung

ditujukan kepada masyarakat (konsumen) melalui media massa.

Dengan demikian, tidak perlu ada hubungan kontrak yang mengikat

antara produsen dan konsumen (Ahmadi Miru, 2004: 148).

Kewajiban membayar ganti rugi dalam tanggung jawab

berdasarkan wanprestasi merupakan akibat dari penerapan klausula

dalam perjanjian, yang merupakan ketentuan hukum bagi para pihak

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

42

(produsen dan konsumen), yang secara sukarela mengikatkan diri dalam

perjanjian tersebut.

a. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tertulis

(Express Warranty)

Express warranty adalah a warranty created by the overt

words or actions of the seller, maka pernyataan yang

dikemukakan produsen atau merupakan janji yang mengikat

produsen untuk memenuhinya. Hal ini penting, karena terkait

dengan pertimbangan konsumen untuk membeli suatu produk

berdasarkan informasi produsen tersebut (Bryan A. Garner,

2009: 1619).

Dalam perkembangannya, pernyataan produsen terhadap

produknya hanya diberlakukan bagi pembeli langsung

(immediate buyer) yang bersifat ekplisit dan tegas. Namun

prinsip tersebut dipandang tidak menguntungkan konsumen,

maka pernyataan produsen terkait dengan produknya tidak

saja dalam bentuk kata-kata formal dan tertulis. Lebih jauh

lagi, terkait dengan pernyataan penjual ketika menawarkan

produknya kepada konsumen juga termasuk janji yang

mengikat produsen (Innosentius Samsul, 2006: 76).

Express warranty tidak perlu dengan kata-kata yang

secara tegas berbunyi menjamin, tetapi cukup dengan adanya

keterangan, janji, atau gambaran yang diberikan oleh

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

43

produsen dan merupakan bagian dari perjanjian. Akhirnya,

tanggung jawab produsen semakin diperluas, karena setiap

pernyataan penjual atau produsen ditafsirkan sebagai janji

yang harus dipenuhi oleh penjual atau produsen (Ahmadi

Miru, 2004: 149).

b. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tidak

tertulis (Implied Warranty)

Implied warranty adalah an obligation imposed by the

law when there has been no representation or promise.

Dengan pengertian bahwa tanggung jawab dibebankan kepada

produsen dan produk yang didistribusikannya kepada

konsumen telah memenuhi standard kelayakan. Jenis implied

warranty yang pertama adalah merchantability, yaitu

tanggung jawab yang dibebankan kepada produsen. pedagang

yang menjual produk yang tidak layak untuk dijual (not

merchantability), sudah digolongkan telah melanggar implied

warranty of mechantability. Pelanggaran terhadap warranty of

merchantability tanpa perhitungan apakah produsen

mengetahui atau tidak kondisi barang sebelum dijual. Adapun

implied warranty yang kedua adalah implied warranty for e

particular purpose. Jaminan ini didasarkan pada asumsi

bahwa produsen mengetahui tujuan khusus dari suatu produk

berdasarkan skill atau judgment yang diberikannya. Oleh

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

44

karena itu, konsumen percaya kepada produsen tentang

barang yang dikehendaki (Bryan A. Garner, 2009: 1619).

C. Tinjauan Tentang Jajanan Anak Sekolah

Jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu, pertama makanan

utama atau “maindish” contohnya nasi rames, nasi rawon, nasi pecel dan

sebagainya; kedua penganan atau snack contohnya bakso tusuk, onde-onde,

pisang goreng, tempura, otak-otak dan sebagainya; ketiga adalah golongan

minuman contohnya es teller, es buah, teh kopi, dawet dan sebagainya; dan

yang keempat adalah buah-buahan contohnya mangga, jambu air, dan

sebagainya.

Keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,

kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia yang telah di atur dalam Undang- Undang

Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Pangan aman adalah pangan yang

tidak mengandung bahaya keamanan pangan yang terdiri atas biologis atau

mikrobiologis, kimia dan fisik.

Salah satu keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan yaitu

penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), untuk berbagai keperluan.

Penggunan bahan tambahan makanan dilakukan pada industri pengolahan

pangan maupun dalam pembuatan, berbagai pengaruh jajanan yang umumnya

dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga. Pengguna BTP (Bahan

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

45

Tambahan Pangan) dalam proses produksi perlu di waspadai bersama baik

oleh produsen maupun konsumen. Dampak dapat berakibat positif maupun

negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan

membahayakan konsumen khusunya anak-anak sekolah.

Ada beberapa pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP). Baik yang

diberikan oleh pemerintah ataupun organisasi lain seperti FAO, yaitu:

a. Menurut Peremenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dengan revisi

No. 1168/Menkes/Per/X/1999.

Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang biasanya tidak

digunakan sebagai makanan dan bukan merupakan komponen khas

makanan, mempunyai atau tidak mempunyai gizi, yang dengan

sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi

(termasuk organoleptik) pada pembuatan, penyiapan, perlakuan,

pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan.

b. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan pada Bab I pasal 1.

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke

dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau

produk pangan.

c. Menurut FAO (Food and Agricultural Organization)

Bahan tambahan pangan adalah senyawa yang disengaja

ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah atau ukuran tertentu

dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan/atau

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

46

penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna,

bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan,

dan bukan merupakan bahan baku utama (Alsuhendra, 2013: 224).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 722/MENKES/PER/X/88

tentang Bahan Tambahan Makanan Penambah gizi dan Humektan. Adapun

penjelasan dari bahan-bahan tambahan makanan yang telah diuraikan adalah:

1. Pewarna

Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau,

kurkumin warna kuning, dan karamel warna cokelat.

2. Pemanis Buatan

Menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak

mempunyai nilai gizi. contoh: aspartam, siklamat dan sakarin.

3. Pengawet

Mencegah fermentasi dan pengasaman/penguraian oleh mikroorganisme.

Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.

4. Penyedap Rasa dan Aroma, penguat Rasa

Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: asam guanilat,

asam inosinat, dan monosodium glumate (MSG) pada produk daging.

5. Pengemulsi, Pemantap, Pengental

Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang

homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak.

Contoh: gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

47

6. Antioksidan

Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam

askorbat dan garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan

kaleng.

7. Pengatur keasaman

Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat

keasaman makanan contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada

jeli.

8. Anti Kempal

Untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau

menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higrokopis, yang biasa

ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk.

9. Pemutih dan Pematang Tepung

Mempercepat proses pemutihan dan pematangan tepung hingga dapat

memperbaiki mutu penanganan.

10. Pengeras

Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al

Na sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol.

11. Sekuestran

Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma,

biasa ditambahkan pada daging dan ikan. Contoh: asam folat dan

garamnya (https://itp08ub.files.wordpress.com/2012/03/5-pengaturandan-

penggunaan-btp.pdf).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

48

D. Tinjauan Tentang Keamanan Pangan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis,

kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Adapun faktor yang mempengaruhi kemanan makanan yaitu:

1. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak baik akibat limbah rumah tangga, limbah

industri, penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan ketentuan, asap

knalpot mobil makin banyak jumlahnya akan mengotori udara, perairan

dan tanah yang akhirnya akan mencemari hasil-hasil pertanian baik

berupa hasil perikanan, peternakan, pertanian pangan dan perkebunan

sebagai sumber pangan.

2. Sosial

Status sosial di masyarakat akan mempengaruhi pola cara memilih,

mengolah dan mengkonsumsi makanan. Sebenarnya mengkonsumsi

makanan yang bergizi dan aman tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan

ekonomi seseorang saja, tetapi juga kebiasaan yang turun temurun baik

yang positif maupun yang negatif. Contoh kebiasaan mencuci tangan

sebelum makan, mengupas dan mencuci terlebih dahulu buah-buahan,

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

49

memilih makanan asal enak tanpa ada perhatian terhadap gizi dan

keamanan.

3. Sistem pengadaan dan distribusi pangan

Negara indonesia dengan Wilayah yang sangat luas dan heterogen akan

sangat berbeda dalam penanganan pengadaan dan distribusi antara di

kota dan di desa, di daerah urban dan perifer, di daerah dengan

pendapatan rendah dan tinggi. Hal ini harus mendapatkan perhatian

berbeda pula dalam masalah keamanan gizi, sehingga masalahnya akan

berbeda pula.

4. Saling ketergantungan antara gizi dan kesehatan

Makanan yang tidak memiliki gizi yang baik apabila dipaksakan

dikonsumsi akan menimbulkan gangguan kesehatan dan bisa berakibat

jauh pada kematia (H. Ading Suryan, 1994: 5-6).

Bahan berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal

maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan

hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun,

karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi (Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor: 472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan Bahan

Berbahaya Bagi Kesehatan). Sesungguhnya bahan kimia bersifat esensial

dalam peningkatan kesejahteraan manusia, dan penggunaannya sedemikian

luas diberbagai sektor antara lain, industri, pertanian, pertambangan dan lain

sebagainya. Singkatnya, bahan kimia dengan aneka produk yang berasal dari

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

50

padanya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-

hari.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

239/Menkes/Per/V/1985 tentang Zat Warna Tertentu yang dinyatakan sebagai

Bahan Berbahaya, bahan kimia yang dilarang digunakan untuk pangan, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain:

a. Boraks digunakan untuk mematri suatu logam, pembuatan gelas dan

enamel, anti jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit

dalam bentuk salep dan caampuran pembersih.

b. Formalin digunakan untuk membunuh kuman sehingga banyak

dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang, pakaian,

pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, zat pewarna, pembuatan gelas

dan bahan peledak, bahan untuk mengawetkan mAyat.

c. Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra,

wool, kapas), sabun, kayu dan kulit; sebagai reagensia di laboratorium

untuk pengujian antimon, emas, mangan, air raksa; untuk pewarna

biologik.

d. Kuning metanil selain digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat; juga

digunakan sebagai indikator reaksi netralisasi (asam-basa).

Potensi risiko yang dapat ditimbulkan dari masing-masing keempat

bahan berbahaya tersebut antara lain :

1. Boraks beracun terhadap semua sel. Bila ditelan senyawa ini dapat

menyebabkan efek negatif pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

51

Ginjal merupakan organ yang paling mengalami kerusakan dibandingkan

organ lain. Dosis fatal untuk dewasa berkisar antara 15-20 gram dan

untuk anak-anak 3-6 gram. Bila ditelan, dapat menimbulkan gejala-gejala

yang tertunda meliputi badan terasa tidak nyaman (malaise), mual, nyeri

hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan gastroenteritis

disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa sakit

kepala.

2. Formalin (larutan formaldehid), paparan formaldehid melalui saluran

pencernaan dapat mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir

larutan pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dalam

perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan syaraf

pusat, koma, kejang, dan terdapatnya sel darah merah pada urine

(hematuria). Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah

dilaporkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari

protein-protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan

kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan

terhenti.

3. Rhodamin B bisa menumpuk di lemak lama–kelamaan jumlahnya akan

terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran

pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada

hati tikus terjadi akibat makanan yang mengandung Rhodamin B dalam

konsentrasi tinggi. Paparan rhodamin B dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

52

4. Kuning metanil dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare,

panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Pada jangka panjang

dapat menyebabkan kanker kandung kemih (www.pom.go.id

/mobile/index.php/view/berita/139/BAHAN-BERBAHAYA-YANG-

DILARANG.html).

Terdapat berbagai faktor yang mendorong banyakan pihak untuk

melakukan praktek penggunaan yang salah bahan kimia terlarang untuk

pangan. Pertama, bahan kimia tersebut mudah diperoleh di pasaran. Kedua,

harganya relatif murah. Ketiga, pangan yang mengandung bahan tersebut

menampakan tampilan fisik yang memikat. Keempat, tidak menimbulkan

efek negatif seketika. Kelima, informasi bahan berbahaya tersebut ralatif

terbatas, dan pola penggunaannya telah dipraktekkan secara turun temurun.

Tabel 2.

Batas Maksimum Pengawet, Pemanis, dan Cemaran Mikroba dalam

beberapa jenis pangan JAS.

Parameter Susu kedelai

(mg/l)

Minuman

merah

(mg/l)

Sirup

(mg/l)

Jelly

(mg/kg)

Natrium

Benzoat

600gr/l 600 600 1000

Sakarin2

80 mg/kg 500 500 100

Siklamat2

500 1000

1000 250

Cemaran

mikroba1

1. ALT

5.104

Kol/ml

2.102

Kol/ml

5.102

Kol/ml

104

kol/g

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

53

2. MPN

Coliform

8,8 kol/ml 20 kol/ml 20 kol/ml <3 kol/g

Sumber: Keputusan Dirjen POM No. 03726/B/SK/VII/89 tentang Batas

Maksimum Cemaran Mikroba dalam Makanan.

E. Tinjauan Tentang Penyelesaian Sengketa Konsumen

Sengketa konsumen adalah suatu sengketa yang salah satu pihaknya

haruslah konsumen. Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK)

mengatur hal ini dalam Pasal 45 bab X. Sengketa konsumen dapat

diselesaikan melalui pengadilan ataupun di luar pengadilan berdasarkan

pilihan sukarela dari para pihak. Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 46

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

antara lain:

a. Adanya kerugian yang diderita oleh konsumen,

b. Gugatan yang dilakukan terhadap pelaku usaha,

c. Dilakukan melalui pengadilan.

Ketentuan Pasal 45 Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK)

bahwa untuk menyelesaikan sengketa konsumen, terdapat dua pilihan yaitu:

1. Melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha, atau

2. Melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Ketentuan Pasal 45 Undang-undang Perlindungan Konsumen tidak

menunjuk langsung Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, disamping

peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum, dalam hal ini

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

54

Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Penunjukan

peradilan umum kiranya mudah dimengerti yaitu untuk membedakan jenis

peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.

Penunjukan peradilan umum ini, erat kaitannya dengan substansi Pasal 48

Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) tentang penyelesaian

sengketa melalui pengadilan.

Ketentuan Pasal 45 Ayat 1 Undang-undang Perlindungan Konsumen

tersebut diatas adalah penunjukan “lembaga yang bertugas menyelesaikan

sengketa antara konsumen dan pelaku usaha”. Ketentuan ini kurang jelas

“lembaga” penyelesaian sengketa mana yang dimaksud. Apabila yang

dimaksud adalah khusus tertuju pada Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen yang diatur dalam UUPK, maka mengapa Undang-undang tidak

menunjuk langsung kepada badan ini.

Agar ketentuan tersebut tidak membingungkan, maka sebaiknya disebut

secara langsung setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat Pelaku

usaha melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) atau melalui

peradilan dalam lingkungan peradilan umum.

Lembaga penyelesaian sengketa lainnya kecuali peradilan umum tidak

dimungkinkan menangani sengketa konsumen dan pelaku usaha, padahal

terdapat lembaga penyelesaian sengketa lainnya yang sejenis yang yang juga

sejak awal pembentukannya dimaksudkan untuk menangani sengketa

konsumen dan pelaku usaha sekalipun menggunakan istilah lain. Lembaga

yang dimaksudkan adalah Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

55

Dengan melalui ketentuan dalam Pasal 45 Ayat (1) Undang-undang

Perlindungan Konsumen ini, dapat dikatakan eksistansi Badan Arbitrase

Muamalat Indoneseia (BAMUI) menjadi tidak mempunyai apa-apa, padahal

bila ditelusuri sejarah pembentukan BAMUI, tampak badan ini telah susah

payah diupayakan oleh Majelis Ulama Indonesia. BAMUI sengaja dibentuk

untuk menyelesaikan sengketa dalam bidang perdagangan, industri,

keuangan, jasa, dan lain-lain di lingkungan Bank Muamalat Indonesia, Badan

Perkreditan Rakyat berdasarkan Syariat (BPRS), Asuransi Takaful dan

masyarakat islam yang sehri-harinya menggunakan aturan hukum islam.

(Abdul Rahman Saleh, 1994: 14)

Sehubungan dengan eksistensi BAMUI tersebut, Abdul Rahman Saleh

mengatakan bahwa praktek pada PT. Muamalat Indonesia sendiri telah

mencantumkan standar kalusula arbitrase BAMUI yaitu: Arbitrase adalah

suatu sengketa yang timbul dari dan/atau dengan cara apapun yang ada

hubungannya dengan perjanjian ini yang tidak dapat diselesaikan secara

damai (Abdul Rahman Saleh: 1994: 15).

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak boleh menghilangkan

tanggung jawab pidana sebagaimana diatur Pasal 45 Ayat (3). Hal ini

disebabkan karena penyelesaian diluar pengadilan adalah bersifat perdata,

sehingga Undang-undang mengatur bahwa penyelesaian sengketa di luar

pengadilan tidak menjadi alasan untuk menghilangkan tanggung jawab

pidana yang diduga dilakukan oleh pelaku usaha. Upaya ini dilakukan untuk

menghindari digunakannya penyelesaian diluar pengadilan sebagai sarana

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

56

untuk menghindarkan pelaku usaha dari tanggung jawab pidana. Pasal 62

Ayat (3) mengatur bahwa tanggung jawab pidana yang harus

dipertanggungjawabkan oleh pelaku usaha, diperiksa dan diselesaikan

menurut ketentuan pidana yang berlaku ( Adrian Sutedi, 2008: 22-23).

Menurut Pasal 45 Ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa “Penyelesaian sengketa

konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan

berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa”. Penyelesaian

sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada Ayat tersebut tidak menutup

kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada

setiap tahap diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua

belah pihak YANG BERSENGKETA (Sutarman Yodo, 2004: 224).

Ketentuan Pasal 46 Ayat (2) menempatkan seolah Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen dan lembaga-lembaga peradilan lainnya yang berada

diluar pengadilan lainnya yang berada di luar peradilan umum seperti Badan

Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Badan Arbitrase Muamalat

Indonesia (BAMUI) sebagai lembaga peradilan yang berada di bawah

lembaga peradilan umum, padahal keduanya berada dalam sisi yang berbeda.

Terlepas dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang

dibentuk atau diadakan oleh negara, namun menurut Soebekti, peradilan

umum adalah lembaga peadilan yang diadakan oleh negara, semantara

arbitrase adalah peradilan di luar pengadilan atau disebut sebagai peradilan

swasta.

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perlindungan ...repository.ump.ac.id/4984/3/CENDA SHELMA TANIA BAB II.pdfataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk

57

Walaupun terdapat banyak kelemahan sebagaimana diuraikan di atas,

Undang-undang Perlindungan Konsumen khususnya Pasal 46 ini

memperlihatkan kemajuan berkenaan dengan adanya pengaturan class action.

Class action dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu suatu

prosedur hukum yang memungkinkan banyak orang bergabung untuk

menuntut ganti kerugian atau kompensasi lainnya di dalam suatu gugatan

(Sothi Raschagan, 1993: 207).

Sebagai realisasi dari ketentuan Pasal 49 Ayat (1) Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan upaya untuk

mempermudah konsumen dalam memperoleh hak-haknya apabila haknya

dilanggar ataupun dirugikan oleh pelaku usaha maka pemerintah mendirikan

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Tugas dan wewenang

BPSK meliputi melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa

konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.

Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dalam bentuk kesepakatan yang

dibuat dalam perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak yang

bersengkata, yang dikuatkan dalam bentuk keputusan BPSK. Putusan yang

dikeluarkan BPSK dapat berupa perdamaian, gugatan ditolak, atau gugatan

dikabulkan. Dalam gugatan dikabulkan, maka dalam amar putusan ditetapkan

kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha, berupa pemenuhan ganti

rugi dan/ atau sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak

Rp. 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) (Adrian Sutedi, 2008: 23-25).

Perlindungan Hukum Konsumen..., Cenda Shelma Tania, Fakultas Hukum UMP, 2017