bab ii tinjauan pustaka a. perilaku merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/bab...

56
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian perilaku merokok Pada awalnya kebanyakan orang menghisap tembakau dengan menggunakan pipa. Pada tahun 1840-an barulah dikenal rokok, tetapi belum memiliki dampak dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 mulai terjadi produksi rokok secara besar-besaran dengan bantuan mesin, dan melalui reklame rokok menjadi terkenal, pada tahun 1920 sudah tersebar ke seluruh dunia. Pada saat ini, merokok merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh banyak orang, bahkan sampai kecanduan, sehingga sulit menghentikannya (Perwitasari, 2006). Pada hakekatnya merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas (Poerwadarminta, dalam Perwitasari, 2006). Aritonang (1997), merokok adalah perilaku kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi psikologis dan keadaan fisiologis dalam konteks rokok. Menurut Kartono (2003), perilaku adalah setiap tindakan manusia yang dapat dilihat. Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat diketahui melalui intensi merokoknya. Intensi merokok dapat diartikan sebagai besaran atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Berdasarkan hal tersebut perilaku merokok seseorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah yang dapat diketahui dari intensi merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam merokok (Kartono, 2003). Menurut Sitepoe (2000), perilaku merokok adalah membakar tembakau

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok

1. Pengertian perilaku merokok

Pada awalnya kebanyakan orang menghisap tembakau dengan

menggunakan pipa. Pada tahun 1840-an barulah dikenal rokok, tetapi belum

memiliki dampak dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 mulai

terjadi produksi rokok secara besar-besaran dengan bantuan mesin, dan melalui

reklame rokok menjadi terkenal, pada tahun 1920 sudah tersebar ke seluruh

dunia. Pada saat ini, merokok merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh

banyak orang, bahkan sampai kecanduan, sehingga sulit menghentikannya

(Perwitasari, 2006).

Pada hakekatnya merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok

adalah gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas

(Poerwadarminta, dalam Perwitasari, 2006). Aritonang (1997), merokok adalah

perilaku kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi

psikologis dan keadaan fisiologis dalam konteks rokok. Menurut Kartono (2003),

perilaku adalah setiap tindakan manusia yang dapat dilihat.

Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah

rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat diketahui

melalui intensi merokoknya. Intensi merokok dapat diartikan sebagai besaran

atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Berdasarkan hal tersebut perilaku

merokok seseorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah yang dapat diketahui

dari intensi merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam merokok (Kartono,

2003). Menurut Sitepoe (2000), perilaku merokok adalah membakar tembakau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan

pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup mempunyai dua

komponen yaitu komponen yang cepat menguap berbentuk gas sebanyak 85%,

dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat

sebanyak 15%. Menurut Komalasari & Helmi (2000), perilaku merokok adalah

aktivitas seseorang yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur

melalui intensi merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok,

kemudian menghisap dan menghembuskannya keluar, serta dapat menimbulkan

asap yang dapat terhisap oleh diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya, dan

apabila dilihat dari berat sampai ringannya perilaku merokok dapat diukur dengan

melihat intensi merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tahapan menjadi Merokok

Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu, hal ini karena adanya proses

yang dilalui, yaitu: periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman

sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang

perokok. Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Leventhal &

Clearly, dalam Cahyani, 1995), yaitu:

a. Tahap preparatory (persiapan). Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau

dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

b. Tahap initiation (inisiasi). Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

c. Tahap becoming a smoker (menjadi perokok). Apabila seseorang telah

mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai

kecenderungan menjadi perokok.

d. Tahap maintenance of smoking (pemeliharaan). Tahap ini merokok sudah

menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating).

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Dari beberapa tahapan menjadi perokok, dalam penelitian ini dipilih salah

satu tahapan menjadi perokok yaitu tahap initiation (inisiasi) dan tahap becoming

a smoker. Alasan pemilihan kedua tahap ini adalah tahap initiation merupakan

tahap seorang perokok ada suatu kebimbangan antara berhenti merokok atau

melanjutkan perilaku merokoknya, sedangkan tahap becoming a smoker

merupakan tahap seseorang sudah menjadi perokok. Kedua tahapan ini sesuai

dengan teknik intervensi yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3. Pengukuran perilaku merokok

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua

cara, yaitu secara langsung dengan pengamatan (obsevasi), melalui

pengamatan tindakan atau perilaku dari subjek terhadap obyek tertentu,

sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali

(recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek

tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Aritonang (1997), pengukuran perilaku merokok disusun

berdasarkan faktor-faktor perilaku merokok antara lain: fungsi merokok dalam

kehidupan sehari-hari, intensi merokok, tempat merokok, dan situasi merokok.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

1. Fungsi merokok. Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami

perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif. Seseorang

menjadikan merokok sebagai penghibur dan memiliki fungsi yang penting bagi

kehidupannya, pekerjaan individu, serta memberikan ketidakpuasan

psikologis yang dialami individu yang akan mempengaruhi kehidupan pribadi

orang tersebut.

2. Intensi merokok. Klasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok yang

dihisap yaitu:

a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok sehari

b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok sehari

c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari

3. Tempat merokok

a. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik

b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi

4. Situasi merokok. Perilaku merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya

pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang

dingin, setelah dimarahi orang seseorang. Seseorang merokok sangat tinggi

ketika merokok di segala situasi dan dipengaruhi oleh keadaan yang dialami

saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca dingin, dan

setelah dimahari seseorang.

Menurut Komalasari & Helmi (2000), perilaku merokok merupakan

aktivitas seseorang yang berhubungan dengan perilaku merokoknya yang dapat

diukur menggunakan alat bantu empat (4) faktor yaitu: intensi merokok, tempat

merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

(1) Intensi merokok yaitu seberapa sering individu melakukan aktivitas merokok.

Intensi merokok dapat diukur dengan menggunakan tipe perokok adalah

perokok ringan (1-10 batang sehari), perokok sedang (11-20 batang sehari),

dan perokok berat (lebih dari 24 batang sehari) (Sitepoe, 2000), sedangkan

menurut Smet (1994), ada tiga tipe yaitu (1) perokok berat (lebih dari 15

batas rokok dalam sehari), (2) perokok sedang (5-14 batang rokok dalam

sehari), dan (3) perokok ringan (1-4 batang rokok dalam sehari).

(2) Tempat merokok yaitu tempat individu melakukan aktivitas merokok. Tempat

merokok menurut Mu’tadin (2002) adalah tempat seseorang merokok, yaitu

merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik dan tempat-tempat yang

bersifat pribadi.

a. Tempat umum atau publik

1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol

menikmati kebiasaan merokoknya. Umumnya masih menghargai

orang lain, karena perokok masih menempatkan diri di smoking

area.

2) Kelompok heterogen (merokok di tengah-tengah orang lain yang

tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dan lain-lain).

b. Tempat pribadi

1) Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok yang memilih tempat-

tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada

individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah

yang mencekam.

2) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi.

(3) Situasi merokok yaitu kapan individu merokok. Menurut Mu’tadin (2002),

situasi merokok adalah perilaku merokok yang dipengaruhi oleh keadaan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan

teman, cuaca dingin, setelah dimarahi orangtua dan lain sebagainya.

(4) Fungsi merokok yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi seorang

individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nasution (2007), fungsi

merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami perokok, seperti

perasaan positif maupun perasaan negatif.

Pengukuran penurunan perilaku merokok dapat dilakukan dengan melihat

intensi berhenti merokok. Menurut Ajzen & Fishbein (dalam Indrawani dkk, 2014),

intensi berhenti merokok diartikan sebagai keinginan yang kuat dari individu

untuk menghentikan kebiasaan merokok dan dilakukan secara sadar. Mowen &

Minor (dalam Indrawani dkk, 2014) mengatakan bahwa intensi perilaku berkaitan

dengan keinginan konsumen rokok untuk berperilaku menurut cara tertentu guna

untuk tetap mengkonsumsi atau menghentikan kebiasaan merokok.

Dari beberapa pengukuran penurunan perilaku merokok peneliti

menggunakan pengukuran yang telah digunakan dalam penelitian Aritonang

(1997) dan Komalasari & Helmi (2000) yang menggunakan empat (4) faktor

yaitu: (1) Intensi merokok, seberapa sering individu melakukan aktivitas merokok.

(2) Tempat merokok, tempat individu melakukan aktivitas merokok. (3) Situasi

merokok yaitu perilaku merokok yang dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya

pada saat itu. 4) Fungsi merokok, seberapa penting aktivitas merokok bagi

seorang individu dalam kehidupan sehari-hari.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

Ada dua bidang keilmuan yang dapat menjelaskan sebab-sebab

seseorang menjadi perokok. Dua bidang tersebut adalah bidang kesehatan yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

menerangkan dengan konsep fisik atau sakit, dan bidang psikologi yang

menjelaskan dengan beberapa teori. Sementara itu, kebiasaan merokok dapat

pula dijelaskan dengan kontribusi sosial dan lingkungan. Di bawah ini akan

dijelaskan masing-masing dari bidang keilmuan tersebut.

a. Konsep fisik atau sakit

1) Keadaan fisik sebelumnya abnormal (pre-existing pshycal abnormality).

Penelitian menunjukkan adanya kontribusi genetik terhadap kebiasaan

merokok, meskipun hasil penelitiannya masih kontroversi, antara

adanya hubungan atau tidak adanya hubungan (Levinthal, 2002).

2) Keadaan kejiwaan atau perilaku abnormal (pre-existing psychological

abnormalities). Adanya masalah-masalah dalam perjalanan hidup dapat

menjadi seseorang merokok (Kaplan dkk, 1993), sedangkan Batra dkk.

(2003) melaporkan bahwa nikotin yang terdapat di dalam rokok melepas

dopamine yang memberikan penguatan perilaku dan ketergantungan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepribadian mempunyai

hubungan dengan perilaku merokok. Salah satunya adalah ketahanan

terhadap tekanan-tekanan kehidupan. Pada penelitian yang dilakukan di

Indonesia diperoleh bukti bahwa perilaku merokok berhubungan dengan

neurosis. Hasil penelitian pada beberapa tempat di Indonesia juga

menunjukkan bahwa salah satu alasan remaja mulai merokok adalah

karena tekanan kehidupan atau stress (Prawitasari, 2012).

3) Teori ketergantungan (Acquired dependency theory). Keadaan fisik

manusia, yaitu toleransi jaringan tubuh, dan adaptasi metabolism sel

menyebabkan seseorang yang tadinya hanya coba-coba merokok

menjadi kecanduan. Rokok mempunyai beberapa bahan kimia yang

dampaknya pada tubuh manusia menyebabkan keinginan untuk terus

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

melakukan dan bahkan semakin lama meminta dosis atau takaran yang

lebih banyak. Nikotin merupakan zat dalam rokok yang bertanggung-

jawab terhadap timbulnya kecanduan. Efek nikotin pada rokok adalah

menstimulasi reseptor sistem saraf pusat yang disebut “nicotinic

receptor” (disebut demikian karena reseptor tersebut mudah terpicu oleh

nikotin). Segera reseptor tersebut aktif, adrenalin akan dilepaskan.

Kondisi tersebut dialami perokok sebagai faktor relaksasi (Levinthal,

2002). Semakin lama zat kimia di dalam rokok berada di tubuh, semakin

sulit seseorang untuk mengontrol perilaku merokoknya. Pada salah satu

konferensi tembakau atau kesehatan (Tobacco or Health) dipaparkan

bahwa industri rokok juga menambahkan zat yang membuat efek

ketagihan semakin cepat. Sementara itu, temuan pada kajian kualitatif di

Yogyakarta justru menarik, karena jarang perokok menyebutkan dirinya

kecanduan. Bagi seseorang yang merokok di bawah 1 bungkus sehari

jarang menyebut dirinya pecandu rokok, melainkan hanya menyebutkan

sebagai perokok teratur. Sebagian besar perokok yang diwawancarai

tidak mau disebut bahwa mereka “ketagihan” rokok (Prawitasari, 2012).

b. Teori perilaku

Teori perilaku atau behaviorisme dalam psikologi menjelaskan terjadinya

kebiasaan merokok dari beberapa pendekatan antara lain:

1) Teori belajar klasik (Classical conditioning). Prawitasari (2012)

menjelaskan bahwa pada teori ini seseorang yang melakukan kegiatan

tertentu seperti misalnya seorang remaja yang pergi ke pesta karena

diajak temannya merasa bahwa ke pesta dapat memberikan perasaan

santai dan rileks. Menurut teori ini, pergi ke pesta merupakan

rangsangan yang tidak dikondisikan (bukan kebiasaan, karena diajak

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

teman) atau yang disebut dengan unconditioned stimulus/US

(rangsangan yang tak terkondisi), dan merasa santai merupakan respon

yang tidak terkondisikan juga atau unconditioned response/UR (reaksi

yang tidak dikondisikan), karena remaja tersebut secara tak disengaja

merasa santai. Di pesta, remaja tersebut ditawari rokok dan mencoba.

Pergi ke pesta yang tidak dikondisikan akhirnya dapat menyebabkan

tingkah laku yang sengaja dikondisikan terjadi. Perilaku yang

dikondisikan di sini adalah merokok, yang dianggap sebagai conditioned

stimulus (CS). Akibat dari tingkah laku yang dikondisikan ini

menimbulkan reaksi yang dikondisikan (yang tadinya sebetulnya berasal

dari yang tidak dikondisikan), yaitu merasa santai. Kejadian ini dapat

terjadi secara berulang, sehingga tanpa pergi ke pesta, remaja tadi

dapat menjadi santai bila merokok. Hasil dari beberapa kajian yang

dilakukan pada remaja di Indonesia dilaporkan bahwa remaja mulai

merokok dari coba-coba dan demi pergaulan. Temuan ini diperoleh

pada saat melakukan penelitian pada remaja di SMA di Kodaya

Yogyakarta (Prabandari, 1994). Ketidakenakan bila tidak merokok pada

saat bersama-sama teman menyebabkan remaja mencoba rokok.

2) Pengkondisian operan (Operant conditioning). Pengkondisian operan

menjelaskan bahwa seorang remaja merokok karena ada semacam

penguatan (yang membuat perilaku merokok semakin sering diulang).

Bila remaja tersebut merokok, kelompok sebayanya mau menerima dia

sebagai anggotanya. Bagi seorang remaja, penerimaan di dalam

kelompok sebaya sangat diharapkan dan merupakan hal penting dalam

kehidupannya. Remaja yang belum mempunyai pendirian kuat akan

mudah terjerat dalam kebiasaan merokok, karena merokok adalah satu-

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

satunya cara untuk dapat diterima dalam kelompoknya. Banyak yang

tidak menyadari ada kelompok lain yang tidak mensyaratkan merokok

sebagai tanda penerimaan sebagai anggota kelompok. Bila remaja tidak

mampu menolak, dan apabila remaja tadi tidak dapat masuk ke

kelompok lain tanpa harus merokok, maka perilaku merokok ini diterima

sebagai syarat. Satu sampai dua kali remaja merokok, lama kelamaan

merokok akan menjadi kebiasaan (Prawitasari, 2012). Kajian yang telah

dilakukan terhadap remaja SMP di Kodya Yogyakarta menunjukkan

bahwa perilaku merokok remaja berhubungan dengan ketidakmampuan

menolak tawaran merokok (Prabandari, 1994). Pada kajian kualitatif

yang dilakukan di Yogyakarta, remaja juga mengatakan bahwa dengan

merokok akan mudah masuk ke kelompok sebaya (Prabandari &

Higginbotham, 2000).

3) Belajar pengamatan/contoh (Social learning theory/modeling). Konsep

ini menerangkan bahwa seseorang merokok karena ada contoh di

sekitarnya yang juga merokok. Salah satunya perilaku merokok

orangtua akan dicontoh anaknya. Penelitian di Indonesia menunjukkan

bahwa lebih dari 50% (antara 47%-65%) remaja perokok mempunyai

ayah perokok (Prawitasari, 2012). Dari kajian yang dilakukan didapatkan

bukti bahwa 67% remaja laki-laki perokok di Yogyakarta mempunyai

ayah perokok, demikian pula 36% remaja putri mempunyai ibu perokok

(Prabandari, 1994). Selain contoh dari keluarga, iklan rokok atau artis

sinetron yang merokok menggambarkan bahwa seorang remaja “sudah

selayaknya” merokok merupakan contoh untuk perilaku merokok. Iklan

dan bintang yang merokok dibuat menarik, gagah, bersama wanita

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

cantik, tampak modern dan dari kalangan eksekutif. Penggambaran

seperti ini sangat berkesan bagi remaja, sehingga menelan mentah-

mentah iklan dan contoh tersebut. Akibatnya, perilaku merokok

menjadikan remaja merasa gagah, tampil menarik di depan wanita dan

tampak modern, menjadi eksklusif dan terlihat dewasa (Prawitasari,

2012). Kajian di Indonesia menyebutkan alasan remaja merokok adalah

agar terlihat jantan dan dewasa. Kajian lainnya membuktikan adanya

hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok pada

remaja di Yogyakarya (Prabandari & Supriyati, 2007).

4) Teori kognitif. Menurut teori ini seseorang merokok karena berpikir,

mempertimbangkan, dan akhirnya merasa bahwa merokok dapat

meningkatkan citra dirinya. Erat kaitan antara konsep belajar

pengamatan dengan konsep kognitif. Setelah seorang remaja melihat

artis sinetron merokok, remaja mencoba merokok dan pemikiran yang

ada adalah ada perasaan gagah dan menarik seperti bintang sinetron.

Pendapat terhadap dirinya dan citra dirinya menjadi meningkat dengan

perilaku merokoknya. Salah satu kegiatan edukasi pengendalian

merokok, pernah ditemukan seorang mahasiswa yang mengakui bahwa

kebiasaan merokoknya diinspirasi oleh foto seorang ahli dalam bidang

yang ditekuni oleh mahasiswa tersebut yaitu ahli tersebut sedang

merokok. Menurut mahasiswa tersebut foto ahli yang sedang merokok

sangat berkesan mendalam, sehingga membuat mahasiswa tersebut

ingin merokok agar menjadi seperti ahli tersebut (Prawitasari, 2012).

c. Lingkungan sosial yang menyebabkan remaja merokok

Dari lingkungan sosial dapat dijelaskan beberapa faktor yang dapat

menyebabkan remaja merokok yaitu:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

1) Teman, saudara, dan orang-orang di sekitar yang merokok. Hasil

penelitian di Indonesia maupun di luar negeri menunjukkan bahwa

remaja perokok mempunyai teman dekat atau saudara yang merokok.

Kajian yang dilakukan pada remaja SMP di Kodya Yogyakarta

menunjukkan bahwa teman merupakan predictor utama mulainya

seseorang merokok (Prabandari, 1994). Selain teman, saudara, bapak,

kakek, dan guru yang merokok juga berhubungan dengan kebiasaan

merokok remaja (Prawitasari, 2012).

2) Status Sosial Ekonomi (SSE) dan prestasi rendah. Penelitian

menunjukkan bahwa banyak remaja merokok yang berasal dari keluarga

kurang mampu, sehingga sebagai pelarian ketidakmampuan tersebut

pada akhirnya merokok. Rokok di Indonesia termasuk barang murah,

beli satu batang juga dapat, dan dihutang pun juga dapat. Selain

ketidakmampuan secara ekonomi, prestasi belajar rendah juga berisiko

tinggi untuk memicu seseorang untuk mulai merokok. Seperti dijelaskan

di atas bahwa salah satu penyebab merokok adalah teori kognitif, yaitu

merokok dianggap dapat meningkatkan citra diri, karena itu remaja yang

prestasinya rendah kurang mempunyai citra diri positif terhadap dirinya,

karena merasa berada “di bawah” teman-temannya yang mampu secara

akademis. Akibatnya remaja tersebut mencari cara agar dapat

meningkatkan “citra diri”, yaitu dengan jalan merokok. Setelah merokok,

remaja tersebut merasa gagah, jantan, sehingga meskipun prestasi

akademisnya rendah, remaja tersebut tetap percaya diri. Kajian

penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Kodya Yogyakarta

melaporkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan

antara SSE dan prestasi rendah dengan kebiasaan merokok, namun 62-

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

67% remaja pria merokok berasal dari SSE rendah dan sedang

(berdasarkan uang saku yang diperoleh setiap hari dan indeks

ekonomi), dan 63-64% remaja pria perokok berasal dari remaja yang

mempunyai prestasi belajar rendah dan sedang (Prawitasari, 2012).

3) Citra positif terhadap perokok. Remaja yang merokok menganggap

bahwa orang lain yang merokok adalah gagah, betul-betul lelaki,

sehingga remaja ingin menirunya. Beberapa kajian di Indonesia

melaporkan bahwa remaja menganggap perilaku merokok membuat

remaja merasa jantan dan betul-betul pria. Pada sosialisasi KTR di

salah satu universitas, dijumpai seorang mahasiswa yang menyatakan

bahwa kebiasaan merokoknya karena terkesan dengan salah satu iklan

rokok yang menyiratkan bahwa merokok merupakan perlambang pria

sejati. Mahasiswa tersebut menyatakan bahwa dirinya ingin seperti pria

yang berada dalam iklan tersebut (Prawitasari, 2012).

4) Kepercayaan bahwa merokok adalah norma remaja pada umumnya dan

keterampilan menolak merokok yang rendah. Seorang yang merokok

mengatakan bahwa merokok (terutama di Indonesia) adalah hal yang

biasa, karena sebagian besar laki-laki di Indonesia merokok, bahkan di

tempat-tempat umum akan sangat mudah menjumpai orang merokok. Di

dalam kajian kualitatif yang dilakukan pada remaja SMP di Yogyakarta

ditemukan hal yang sama. Remaja berpendapat bahwa merokok

merupakan hal yang umum dilakukan oleh remaja di Indonesia

(Prabandari dkk, 2001).

5) Pengetahuan yang rendah dan sikap positif terhadap merokok.

Pengetahuan tentang akibat merokok yang rendah dan sikap positif

(yang mendukung merokok) dapat memicu remaja untuk merokok.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Sebuah kajian yang dilakukan di Jakarta pada anak SD dan remaja

SMP didapatkan hasil bahwa remaja umumnya tahu akibat merokok

pada kesehatan, tetapi tidak tahu secara detail (Santoso, 1993).

Pengetahuan yang rendah pada remaja dan anak termasuk

pemahaman tentang rokok tidak menyebabkan adiksi atau kecanduan

(Prabandari dkk, 2001). Di dalam kajian kualitatif dilaporkan bahwa

remaja mengatakan kalau hanya mencoba tidak apa-apa, nanti kalau

ingin berhenti yang berhenti. Remaja tidak tahu jika berhenti merokok

merupakan usaha yang sulit dilakukan. Hubungan antara sikap positif

terhadap kebiasaan merokok dan perilaku merokok remaja banyak

dibuktikan dalam beberapa kajian di Indonesia (Prawitasari, 2012).

6) Lingkungan yang permisif. Salah satu temuan menarik di Yogyakarta

adalah beberapa orang tua remaja yang merokok ternyata tidak

melarang anaknya untuk merokok. Para orangtua mengatakan bahwa

ada kebebasan untuk merokok, hal ini karena hak anak dan orangtua,

sehingga sekolah juga tidak berhak mengaturnya (Prabandari dkk,

2001).

7) Peraturan dan kebijakan pengendalian rokok yang minimal di Indonesia.

Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Pacific yang belum

meratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) atau

traktat pengendalian rokok, sehingga aturan dan kebijakan

pengendalian rokok di Indonesia masih minimal (Prabandari &

Padmawati, 2010). Remaja, bahkan anak kecil, dapat membeli rokok.

Rokok dijual murah dan dapat dibeli batangan serta orang merokok di

segala tempat. Harga murah dan mudahnya akses terhadap rokok dapat

mendorong remaja untuk mencoba rokok.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

8) Masih banyaknya iklan rokok. Penelitian membuktikan bahwa iklan

rokok berhubungan dengan mulainya kebiasaan merokok pada remaja

(Sargent dkk, 2000). Penelitian di Yogyakarta pada remaja SMP dan

SMA menunjukkan bahwa remaja perokok teratur adalah remaja yang

mendapatkan paparan iklan rokok yang tinggi (Prabandari & Supriyati,

2007). Sementara itu hampir di setiap jalan ataupun di setiap kota di

Indonesia dapat dijumpai dengan mudah iklan rokok.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok antara lain adalah (1) bidang kesehatan dengan

konsep fisik atau sakit yang meliputi: keadaan fisik sebelumnya abnormal,

keadaan kejiwaan atau perilaku abnormal, dan ketergantungan; (b) bidang

psikologi dengan teori perilaku yang meliputi teori belajar klasik, pengkondisian

operan, dan belajar pengamatan (modelling), serta teori kognitif; dan (c)

kontribusi sosial dan lingkungan yang meliputi: pengaruh dari teman, saudara,

dan orang-orang di sekitar yang merokok, status sosial ekonomi dan prestasi

rendah, citra positif terhadap rokok, kepercayaan bahwa merokok adalah norma

remaja pada umumnya dan keterampilan menolak merokok yang rendah,

pengetahuan yang rendah dan sikap positif terhadap merokok, lingkungan yang

permisif, peraturan dan kebijakan pengendalian rokok yang minimal, dan masih

banyaknya iklan rokok.

5. Intervensi Pengendalian Perilaku Merokok

Beberapa cara atau metode intervensi berhenti merokok atau penurunan

perilaku merokok telah dilakukan dalam beberapa penelitian. Menurut Jacken

(2002), ada dua metode yang dapat menghentikan kecanduan terhadap rokok

yang selama ini dikembangkan oleh para ahli yaitu:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

1. Metode perubahan perilaku

Metode yang mengandalkan perubahan perilaku yang dimaksud adalah

perokok berhenti merokok tanpa bantuan obat-obatan. Metode tersebut di

antaranya:

a. Metode cold turkey. Metode ini adalah metode yang paling sederhana

dan paling mudah dimengerti tetapi juga paling banyak terjadi kegagalan.

Caranya berhenti merokok yang intinya adalah menentukan kapan akan

berhenti merokok.

b. Cognitive behavioral therapy. Inti dari pendekatan ini adalah

pengetahuan atau kesadaran akan perilaku menjadi dasar untuk

merubah perilaku ke arah yang diinginkan. Perokok hanya akan merubah

perilaku buruk merokok jika tahu bahwa merokok itu buruk. Berdasar

pengetahuan, perokok tersebut berusaha merubah perilaku dari suka

merokok.

c. Aversive conditioning. Inti dari pendekatan ini adalah memasangkan

(pairing) sebuah stimulus atau memasukkan hal yang negative (dapat

perilaku atau pikiran) dengan perilaku yang diinginkan dirubah merokok.

2. Metode dengan terapi obat-obatan. Metode terapi ini dengan memberikan

obat-obatan. Ada beberapa obat yang dapat digunakan untuk terapi upaya

berhenti merokok antara lain: bupropion, klonidin, dan yang terbaru

vareniklin. Tidak ada kriteria khusus untuk klien yang akan memulai

farmakoterapi, semua perokok dengan ketergantungan berat yang ingin

berhenti merokok dapat memulai farmakoterapi, kecuali jika terdapat

kontraindikasi, pada ibu hamil, dan perokok remaja. Penggunaan obat ini

segera dimulai ketika tahap action dimulai (Sadikin & Louisa, 2008).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

a. Vareniklin. Vareniklin adalah suatu agonis parsial pada reseptor nikotik

α4β2. Reseptor α4β2 ini ditemukan pada neuron dopaminergik dan pada

sel yang mengandung GABA (g-aminobutyric acid). Bila perokok

menghentikan kebiasaannya akan terjadi putus nikotin (nictine

withdrawal) sehingga terjadi penurunan dompamin secara tiba-tiba, ini

yang menyebabkan gejala putus nikotin. Menurut reviw Cochrane,

vareniklin meningkatkan keberhasilan smoking cessatton hingga tiga kali

lipat jika dibandingkan dengan tanpa obat. Selain itu lebih banyak

partisipan yang berhasil berhenti merokok pada kelompok vareniklin

dibanding dengan kelompok bupropion. Efek samping dari vareniklin

adalah gejala gastrointestinal (mual, konstipasi, dispepsia, muntah, sakit

kepala, insomnia, dan mimpi buruk. Penyesuaian dosis dan meminum

obatnya setelah makan dengan segelas air dapat penurunan kejadian

efek samping (Sadikin & Louisa, 2008).

b. Bupropion. Sebelumnya obat ini sebagai antidepresi. Mekanisme kerjanya

dalam meningkatkan abstinensia pada klien yang berhenti merokok belum

diketahui, diduga ada hubungannya dengan hambatan ambilan dopamin

atau noradrenalin, namun kerja ini tentu tidak sedemikian sederhana.

Sampai saat ini belum ada bukti bahwa efikasi (kasiat) bupropion sebagai

farmakoterapi smoking cessation berhubungan dengan aktivitas

antidepresinya. Obat ini tidak anjurkan untuk klien dengan riwayat

epilepsi.

c. Klonidin. Klonidin dikenal sebagai antihipertensi, namun dapat penurunan

gejala putus obat pada klien yang berhenti merokok atau berhenti minum

alkohol. Efek samping utama klonidi adalah mulut kering dan sedasi.

Klonidin bukan pilihan farmakoterapi terbaik bagi klien yang hendak

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

berhenti merokok, namun dapat berguna bagi klien yang memiliki

kontraindikasi dengan farmakoterapi lainnya.

Selain dua metode yang dipaparkan di atas ada beberapa metode yang

juga dapat digunakan dalam upaya berhenti merokok, antara lain:

1. Penyuluhan dan psikoedukasi. Penyuluhan berasal dari kata suluh yang

berarti pelita atau pemberi terang. Harapan dari pemberian penyuluhan

adalah terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan niat untuk

berhenti merokok. Pengetahuan dikatakan meningkat jika terjadi perubahan

dari tidak tahu menjadi tahu. Ketrampilan dikatakan meningkat jika terjadi

perubahan dari tidak mampu menjadi mampu. Sikap dikatakan berubah jika

terjadi perubahan dari tidak mau menjadi mau, dan niat dapat perubahan

apabila dari menggunakan menjadi mengurangi atau berhenti (Ibrahim,

2003). Materi standar yang digunakan dalam penyuluhan berhenti merokok

adalah pengertian rokok dan merokok, kandungan rokok, jenis rokok,

bahaya merokok, dan upaya pencegahan.

2. Konseling dengan Metode 5A. Metode 5A merupakan metode yang dipakai

untuk mengatasi perokok kronis, biasanya datang pada tempat pelayanan

kesehatan karena sakit yang diakibatkan rokok (Fiore dkk, 2008).

Ask adalah menanyakan pada klien berapa banyak menghisap rokok

dalam sehari baik frekuensi maupun intensi merokoknya. Kemudian

melakukan pencatatan di kartu status khusus pada klien tersebut. Hal-hal

yang perlu ditanyakan misalnya: “apakah anda pernah/sedang merokok?”,

apakah anda merokok karena ada hal penting?”, apakah keluarga anda ada

yang sakit akibat merokok?”.

Advice dengan memberi nasehat pada klien tentang pentingnya

berhenti merokok, manfaat yang akan diperoleh dan akibat yang ditimbulkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

jika terus merokok baik bagi klien maupun terhadap anak dan anggota

keluarga yang lain. Dijelaskan juga manfaat secara sosial ekonomi yang

dijelaskan dengan angka-angka yang menarik klien untuk berhenti merokok.

Pada tahap ini juga ditunjukkan menggunakan leaflet. Misalnya: “sangat

penting bagi anda untuk berhenti merokok. Lebih cepat lebih baik. Dan saya

dapat membantu anda!”, “hanya mengurangi jumlah rokok di saat anda

sedang sakit, tidak cukup membantu”, “perokok ringan sekalipun tetap

berbahaya bagi kesehatan”, “saya menyadari bahwa berhenti merokok itu

tidak mudah. Tapi ini adalah langkah paling penting untuk kesehatan anda

sekarang dan nanti. Saya dapat membantu anda untuk merencanakan

program berhenti merokok”.

Asess, dengan membuat skala antara 0-10, dimana 0 tanpa motivasi

berhenti merokok, 10 sangat termotivasi berhenti merokok. Jika klien dalam

skala 0 perlu digali mengapa tidak ada motivasi dan apa yang disukai dan

tidak disukai tentang rokok. Jika klien sangat termotivasi beri konseling atau

pendampingan serta jadwal untuk datang lagi.

Assist, dengan mendampingi klien untuk membuat program berhenti

merokok yang idealnya selama dua minggu. Membantu klien dengan

membuat perubahan di lingkungan sosialnya, keluarga maupun tempat kerja

yang mendukung program ini. Merekomendasikan untuk menggabungkan

metode lain pada tahap ini misalnya dengan obat ataupun behavior therapy.

Arrange, dengan memberikan jadwal kunjungan satu minggu

kemudian untuk terus memberikan motivasi pada klien dan

direkomendasikan untuk dilakukan selama satu bulan. Sesudah itu di

evaluasi hasilnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

3. Konseling Singkat. Konseling yang dilakukan adalah konseling singkat

menggunakan ask (identifikasi perokok), advise (nasehat untuk berhenti),

dan refer (ke rujukan lain) misalnya: klinik berhenti merokok di rumah sakit

atau puskesmas, atau layanan konseling telefon (quitline). Konseling singkat

dapat dilakukan hanya 1 menit. Strategi konseling yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut: lakukan nasehat yang tegas untuk berhenti, berikan

informasi dengan leaflet, bertanya tapi tidak mengintrograsi, identifikasi

alasan merokok, ciptakan perhatian klien tentang kesehatan, tunjukkan

empati, ajak berkomunikasi, dan pada akhirnya keputusan ada pada klien.

Hal yang tidak diajurkan dalam konseling ini adalah: membujuk, mengajak

bercanda, mengatakan bahwa rokok itu buruk, dengan sikap sinis, dan

menawarkan terapi (Fiore dkk, 2008).

4. Hipnoterapi. Terapi ini ditawarkan untuk mengatasi masalah yang terkait

dengan pikiran, perasaan (emosi) dan perilaku. Konsep penting dari

hipnoterapi adalah hipnosis. Ranah kerja dari hipnoterapi adalah domain

bawah sadar (Rafael, 2006). Domain ini tunduk pada pengaruh sugesti

hipnosis secara langsung (Yager, 2011). Dari penelitian ditemukan satu fakta

menarik yaitu sekitar 75% dari semua penyakit fisik diderita banyak orang

sebenarnya bersumber dari masalah mental dan emosi. Namun kebanyakan

pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran

atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar. Pengaruh pikiran bawah sadar 9

kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Hal ini mengakibatkan orang sulit

berubah meskipun secara sadar sangat ingin berubah, karena terjadi

pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar, maka pikiran

bawah sadar selalu menjadi pemenangnya. Misalnya, sebagian besar

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok tahu bahwa merokok itu merugikan. Bahkan tidak sedikit yang ingin

berhenti merokok. Namun perokok seolah tidak dapat lepas dari rokok,

meskipun segala usaha telah dilakukan. Hal ini terjadi karena pikiran bawah

sadarnya selalu menginginkan rokok. Tidak peduli sekuat apapun pikiran

sadar berusaha menolak rokok, selama pikiran bawah sadarnya masih suka

rokok, maka berhenti merokok adalah hal yang mustahil (Prihantanto, tt).

Hipnoterapi menawarkan terapi yang dapat membawa ke arah perubahan,

salah satunya adalah perubahan perilaku merokok (Gunawan, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa intervensi yang dapat

dilakukan untuk penurunan perilaku merokok. Dari beberapa intervensi yang ada,

peneliti memilih hipnoterapi untuk penurunan perilaku merokok. Alasan pemilihan

intervensi tersebut karena selama ini terapi untuk berhenti merokok atau

penurunan perilaku merokok ada pada domain pikiran sadar atau alam sadar,

sehingga pesan dalam intervensi berhenti merokok atau penurunan perilaku

merokok kurang berhasil, malah kadang-kadang menimbulkan resistensi, hal ini

disebabkan karena pesan disadari. Adapun hipnoterapi ada pada domain alam

bawah sadar atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar, sehingga diyakini dapat

menjadi salah satu alternatif intervensi untuk penurunan perilaku merokok.

B. Hipnoterapi dengan Part Therapy

1. Pengertian hipnoterapi dengan part therapy

Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan

perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan

penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau

perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhkan suatu

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku

menjadi lebih baik (Kahija, 2007).

Kata hipnoterapi terdiri dari dua kata yaitu ‘hipno atau hipnosis’ dan

‘terapi’. Rafael (2006) mendefinisikan hipnosis dengan keadaan alami dari

relaksasi total tubuh, pada kondisi ini kesadaran pikiran meningkat lebih tinggi

dari biasanya. Adapun hipnoterapi merupakan terapi yang menggunakan

hipnosis untuk memfasilitasi suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah

perubahan pola pikir dan perilaku yang diinginkan seseorang sebelum menjalani

proses hipnoterapi. Ada beberapa pendekatan dalam hipnoterapi, menurut

Hakim (2010), pendekatan hipnoterapi antara lain adalah regression therapy,

reverse metaphor, secondary gains, part therapy dan sebagainya. Dari beberapa

pendekatan tersebut part therapy yang digunakan dalam penelitian ini.

Menurut Hakim (2010) part therapy adalah salah satu teknik yang

digunakan dalam hipnoterapi untuk penanganan masalah-masalah yang

berkaitan dengan kebimbangan dan atau pertentangan dalam diri klien. Sering

kali, seseorang mengalami kebimbangan dalam menentukan sebuah keputusan.

Salah satu contohnya adalah seorang perokok yang mengalami kebimbangan

untuk berhenti merokok atau melanjutkan perilaku merokoknya.

Hunter (2015) menjelaskan part therapy adalah proses dalam hipnoterapi

dengan cara memanggil dan berkomunikasi langsung dengan bagian manapun

dari bawah sadar yang terlibat ketika membantu klien mencapai hasil yang

diinginkan. Penggunaan part therapy untuk meredakan pertentangan atau

kebimbiangan batin, biasanya melibatkan mediasi antara dua bagian utama

dalam pertentangan, yang disebut bagian yang bertentangan (conflicting parts)

dan bagian pemotivasi (motivating parts) atau bagian yang menjadi tujuan dari

perubahan perilaku klien.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Part therapy adalah teknik hipnoterapi dengan cara memisahkan dua

bagian permasalahan yang bertentangan dalam diri manusia. Kemudian

mengintegrasikannya agar selaras dan dapat mendukung untuk mencapai target

yang telah ditetapkan (Assen dalam Muqodas, 2011). Part therapy memfasilitasi

klien untuk menangani permasalahan tersebut. Pada pendekatan ini seorang

hipnoterapis dibutuhkan untuk bersikap netral. Hipnoterapis juga berfungsi

sebagai fasilitator atau mediator yang dapat membimbing klien menuju ke

sebuah pencerahan atau solusi terbaik dalam mengatasi konflik batin atau

pertentangan di dalam diri klien tersebut. Berkomunikasi dengan part atau bagian

dari klien layaknya berkomunikasi dengan seseorang. Artinya, ada dua pihak

yang akan diajak bernegosiasi dan berkomunikasi oleh hipnoterapis (Hakim,

2010). Setiap part atau bagian yang ada perlu diperlakukan dengan hormat,

seolah-olah bagian ini adalah orang. Setiap bagian memiliki emosi dan logika

sendiri-sendiri, dan dapat mengungkapkan pendapat sendiri-sendiri mengenai

terapis (Hunter, 2015).

Pendekatan part therapy sangat bermanfaat untuk setiap permasalahan

yang berkaitan dengan ketidaksinkronan dalam diri klien. Teknik ini dapat

digunakan dalam berbagai situasi berikut ini: (1) Kebimbangan dalam mengambil

suatu keputusan; (2) konflik batin; (3) sabotase diri; (4) mendengarkan suara-

suara diri yang saling bertentangan; (5) kebiasaan yang tidak diinginkan; (6) post

traumatic stress disorder; (7) ada blok dalam berkreasi, penyembuhan, dan

perubahan; (8) rasa sakit kronis; dan (9) kebimbangan dalam menjalani

pengobatan/penyembuhan. Sebaiknya, pendekatan part therapy ini

dikomunikasikan terlebih dahulu kepada klien, sehingga hipnoterapis dapat

memberikan pemahaman bahwa permasalahan klien akan dipisahkan dalam part

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

atau bagian yang saling bertentangan. Hal ini dilakukan agar terjadi sebuah

kesepakatan yang bermanfaat untuk memecahkan permasalahan yang sedang

dihadapi oleh klien (Hakim, 2010). Perlu diingat bahwa apabila part therapy

digunakan untuk terapi, sebaiknya menjelasan kepada klien dilakukan sebelum

memulai hipnosis. Penjelasan dilakukan sesederhana mungkin supaya klien tidak

bingung (Hunter, 2015).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipnoterapi

dengan part therapy adalah suatu terapi yang menggunakan metode hipnosis

dengan pendekatan part therapy yang dilakukan dengan proses penurunan

kesadaran dan peningkatan sugestibilitas menggunakan cara berkomunikasi,

negosiasi dan memediasi terhadap bagian-bagian atau parts yang mengalami

pertentangan atau mengalami kebimbangan dalam diri seseorang yang dilakukan

oleh hipnoterapis yang dimanfaatkan untuk proses perubahan atau

penyembuhan.

2. Tahap-tahap hipnoterapi dengan part therapy

Penjelasan tahap-tahap hipnoterapi dengan part therapy mengacu dari

tahapan Hakim (2010) dan Hunter (2015), antara lain adalah: tahap persiapan,

tahap pelaksanaan dan tahap penutup.

a. Tahap persiapan

Persiapan hipnoterapi dengan part therapy dapat dilakukan dengan

memulai pra-induksi, induksi, deepening (pendalaman trance), dan uji kedalaman

hipnosis (Hakim, 2010). Persiapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pre-induksi (interview)

Di dalam tahap pre-induksi ada beberapa tahapan yang dapat

dilakukan yaitu:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

a) Building rapport. Membangun relasi dengan klien melalui teknik Neuro

Linguistic Programming (NLP) dan empati. Building rapport dapat

dilakukan dengan beberapa strategi yaitu:

(1) Mirroring (kesamaan). Strategi ini dapat meningkatkan hubungan

kedekatan antara hipnoterapis dan klien. Contohnya: makanan

kesukaan yang sama, hobi yang sama dan sebagainya.

(2) Eye contact (kontak mata). Tatapan mata menentukan kualitas

perhatian hipnoterapis dengan klien. Perhatian setiap curahan kata

demi kata yang terlontar dari ucapan klien secara antusias sehingga

membuat klien menjadi jauh lebih tenang dan nyaman

mengeluarkan segala permasalahannya.

(3) Eye alignment (pandangan mata). Pandangan mata sangat

menentukan kenyamanan klien, khususnya pada saat sesi

hipnoterapi berlangsung. Kebiasaan sering menatap ke arah kanan

dijadikan potensi untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman

bagi klien sehingga dalam sesi hipnoterapi, biasanya klien berada di

samping kiri hipnoterapis. Namun, bagi klien yang masuk ke dalam

kategori kidal, usahakan posisinya berada di sebelah kanan

hipnoterapis.

(4) Verbal agreement (kesepakatan lisan). Pada strategi ini diharapkan

hipnoterapis tidak memberikan komentar-komentar yang seakan-

akan mengatur atau menyudutkan klien. Berikanlah keleluasaan

bagi klien untuk dapat mengungkapkan permasalahannya.

b) Intake interview. Wawancara untuk memperoleh latar belakang klien dan

permasalahan klien secara lebih benar. Ada beberapa strategi yang harus

dilakukan dan dihindari dalam intake interview.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Strategi yang dapat dilakukan dalam intake interview, adalah

dengan mencari informasi dasar tentang hal-hal sebagai berikut.

(1) Umur, status, kondisi perkawinan, jumlah dan kondisi anak, status

dan kondisi orangtua, jumlah dan kondisi saudara kandung,

pekerjaan, hobi, dan permasalahan yang dirasakan.

(2) Bagaimana pandangan klien tentang metode hipnoterapi?

(3) Berapa besar harapan klien dengan menjalani sesi hipnoterapi?

(4) Seberapa besar keinginan klien untuk menuntaskan permasalahan

dengan hipnoterapi.

(5) Dan lain sebagainya

Informasi yang perlu dihindari dalam intake interview, adalah

sebagai berikut: (a) Menunjukkan keprihatinan yang berlebih; (b)

Mengkritik klien; (c) Memberikan harapan yang berlebihan; (d) Menakuti

klien (e) Berdebat dengan klien; (f) Menyalahkan klien tentang

kegagalannya; (g) Menunjukkan keheranan; (h) Menilai secara

moralistic; (i) Membebankan klien dengan kesukaran hipnoterapi; (j)

Memberikan contoh dirinya sendiri; (k) Menenteramkan hati klien secara

berlebihan; (l) Melemparkan ucapan-ucapan tentu/pasti; dan (m)

Mempermalukan klien.

c) Exploring client modalities. Eksplorasi kemampuan klien (kedalaman,

pengetahuan, komunikasi dan lain sebagainya). Setiap manusia

mempunyai tiga modalitas dalam proses komunikasi berbahasa yaitu

modalitas visual (penglihatan), modaliatas audio (pendengaran), dan

modalitas kinestetik (perabaan). Modalitas klien perlu diketahui oleh

seorang hipnoterapis, hal ini membantu proses terapi. Apabila seorang

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

klien lebih memiliki modalitas visual, maka seorang hipnoterapis hanya

mengarahkan klien secara visual, begitu pula apabila audio maupun

kinestetik. Contoh mengali modalitasi klien adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Penggunaan bahasa sesuai dengan modalitas yang dimiliki seseorang

No. Tipe

Modalitas

Kata yang

digunakan Penggunaan dalam kalimat

1. Visual Melihat; memba-

yangkan;

memperha-tikan;

bersih; jernih;

cerah; kotor; kilau;

cemerlang; gelap;

terang; berkabut; cantik; jelek, dll.

Awasi napas anda

Perhatikan suara saya

Gambarkan cerita Anda

Pandanglah ke sebuah

tempat yang indah

2. Audio Mendengar; suara;

berisik; berbisik;

mengalun; nada;

heboh; resonansi; gegap gempita, dll.

Dengarlah suara saya

perlahan-lahan

Ceritakan secara detail

Katakan sekali lagi

Ungkapkan dengan nada

3. Kinestetik Merasa; sentuhan;

dingin; kasar;

genggam; tangkap;

keras; lembut;

basah; lengket;

tebal; tipis; dll

Rasakan bagaimana suara

saya masuk ke dalam pikiran

bawa sadar anda.

Sentuhlah dengan

kelembutan hati anda.

Lakukan dengan lembut.

Rasakan bagaimana sejuknya

ruangan di sekitar anda.

Nikmatilah bagaimana em-

puknya kursi relaksasi anda.

4. Gustatory

(pengecapan)

Manis; asam; asin;

payau; anta; pedas; dll.

Sekarang anda dapat menik-

mati manisnya buah-buahan yang ada di depan Anda

5. Olfactory (penciuman)

Harum; bau; sangit; dll

Nikmatilah bagaimana

harumnya saat anda

menghirup udara di sekitar

anda.

d) Hypnotherapy training atau hipnosis explanation. Konsep hipnosis dan

hipnoterapi. Sebelum dilakukan hipnoterapi dipastikan klien mengetahui

secara jelas metode hipnoterapi. Hal ini dimaksudkan agar terjadi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

proses kerjasama antara klien dengan hipnoterapis. Hal-hal yang perlu

diketahui antara lain adalah:

(1) Apa yang dimaksud dengan kondisi hipnosis?

(2) Bagaimana seseorang memasuki kondisi hipnosis?

(3) Bagaimana perbedaan antara hipnoterapi dan hipnosis panggung?

(4) Apakah saat diterapi saya tertidur?

(5) Apakah seseorang tidak sadarkah diri dalam kondisi hipnosis?

(6) Siapa yang mengontrol pada saat sesi hipnoterapi dilakukan?

e) Sugestivity test. Berbagai tes untuk meningkatkan sugesti klien. Tes

sugesti bermanfaat untuk mengetahui “level sugestivitas” seorang klien,

dari level sugesti rendah, sugesti sedang, hingga sugesti dalam. Ada

beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam tes sugesti, yaitu:

(1) Teknik catalepsy of the eyes. Teknik ini merupakan teknik yang

sangat mudah dilakukan terhadap klien. Indra penglihatan

merupakan bagian tubuh yang paling sensitive dibandingkan dengan

bagian tubuh yang lain. Mata mudah dikendalikan oleh setiap orang,

baik dalam membuka maupun menutup mata.

Catalepsy of the eyes dapat digunakan untuk melihat sejauh

mana klien mau berinteraksi atau mematuhi saran-saran dari

hipnoterapis. Contoh catalepsy of the eyes adalah sebagai berikut:

Baiklah, setiap manusia memiliki kemampuan untuk membuka dan menutup mata, termasuk saat anda menutup dan juga membukanya. Nanti, anda dapat memprogram diri anda, termasuk

kedua kelopak mata anda sehingga saat anda menutup

mata maka dengan keinginan anda, kedua mata anda

secara perlahan-lahan memilih untuk menutup rapat

walaupun anda ingin membukanya kembali. Ingat,

semuanya tergantung kepada Anda

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Saat klien menutup mata, lakukan tes sugesti terhadap matanya,

Sekarang, saya minta anda untuk menutup mata secara

perlahan-lahan. Bayangkan di antara kedua kelopak mata

anda, saya memberikan lem yang paling kuat di dunia

sehingga kedua kelopak mata anda sekarang benar-

benar telah terekat oleh lem yang sangat kuat. Semakin

anda ingin membuka mata, mata menjadi sulit untuk

dibuka. Sekarang, katakana dalam hati anda, mata

terkunci, mata terkunci, mata terkunci. Terus katakana

mata terkunci, mata terkunci...

Berikan instruksi ini sambil mengarahkan klien untuk mencoba

membuka mata. Setelah itu bimbing klien sehingga tercipta efek

catalepsy of the eyes. Setelah selesai kembalikan klien ke keadaan

semula, yaitu dengan meminta klien membuka kedua matanya

kembali.

(2) Chevreul’s pendulum. Hipnoterapi membutuhkan sebuah pendulum

atau bandul sebagai alat bantu untuk membimbing klien

berkomunikasi dengan pikiran bawah sadarnya. Hipnoterapis dapat

mengarahkan klien untuk berkonsentrasi terhadap setiap pergerakan

bandul sesuai dengan perintah yang diinginkan oleh klien yang

bersangkutan. Berikut adalah variasi gerakan yang dapat dilakukan

dalam teknik ini.

(a) ke arah kiri dan ke kanan

(b) Gerakan ke atas dan ke bawah

(c) Gerakan melingkar searah jarum jam.

(d) Gerakan melingkar berlawanan arah jarum jam.

Contoh instruksi menggunakan teknik Chevreul’s pendulum adalah

sebagai berikut.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Baiklah, sekarang, di tangan kanan anda, ada sebuah pendulum atau bandul. Sebenarnya, tanpa anda menggerakkan tangan kanan anda, bandul atau pendulum yang ada di tangan kanan anda dapat anda perintahkan untuk bergerak sesuai dengan apa yang anda perintahkan. Hal ini terjadi karena perintah yang anda lakukan langsung diteruskan kepada pikiran anda dan secara otomatis saraf sensorik anda menggerakkan tali bandul tersebut.

Pandu klien untuk menggerakkan bandul dengan saraf sensorik,

Sekarang, silahkan anda perintahkan bandul untuk bergerak sesuka kehendak anda, misalnya perintahkan bandul untuk bergerak ke kiri dan ke kanan. Bagus, (lihat pergerakan bandul klien, jika masih belum bergerak, tetap katakana bagus), lebih keras lagi, lebih kuat lagi. Baik, sekarang katakan kepada. Bandul, “Bandul, diam,” (saat bandul yang tadinya bergerak kencang perlahan-lahan bergerak lambat dan diam) bagus sekali (hipnoterapis dapat menyarankan kepada klien untuk mencoba variasi gerakan bandul).

(3) Teknik locking elbow test. Teknik ini lebih menekankan pada klien

yang lebih suka diperintah secara langsung. Mintalah klien untuk

mengangkat tangan kanannya ke depan sejajar dengan bahu

kanannya. Pastikan siku tidak bengkok.

Contoh teknik locking elbow test yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

Dengan pikiran bawah sadar, sebenarnya tangan kanan anda dapat anda perintah, asalkan anda benar-benar mau melakukannya, misalnya menjadikan tangan anda sulit untuk dibengkokkan. Baiklah, sekarang saya minta anda untuk mengangkat tangan kanan anda ke depan, pastikan tangan kanan beserta jemari anda lurus sejajar dengan bahu anda. Sekarang, dengar, rasakan, dan imajinasikan tangan kanan anda sulit sekali untuk dibengkokkan. Bayangkan siku tangan kanan anda seperti dikunci sehingga tangan anda sulit untuk dibengkokkan. Dan, sekarang, katakana dalam hati, siku tangan terkunci, siku tangan terkunci, siku tangan terkunci....semakin anda mencoba untuk membengkokkan tangan anda, tangan anda memilih untuk tetap lurus dan siku anda terkunci.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Hipnoterapis membimbing klien untuk membayangkan tangannya

menjadi kaku, terkunci, dan sulit dibengkok-kan. Saat membimbing

klien untuk membayangkan tangannya kaku, hipnoterapis mencoba

untuk membengkokan tangan klien.

Bagus, sekarang, anda dapat rasakan tangan kanan anda kembali dalam keadaan normal seperti sediakala, dan rasakan tangan kanan anda dapat dibengkokkan kembali.

Kembalikan klien ke kondisi semula, yaitu siku tangan depan

dibengkokkan dan tangan kembali lentur.

f) Hypnotherapy contract and strategy.

Teknik menyusun strategi dan kontrak dengan klien. Kontrak dalam

hipnoterapi dapat dilakukan secara lisan, yaitu dengan mengatakan

kepada klien, “Apakah anda benar-benar ingin menjalani proses

hipnoterapi bersama saya?” sebuah jawaban yang tegas dari klien

merupakan sebuah persetujuan kontrak secara bawah sadar yang sangat

mempengaruhi kesuksesan proses hipnoterapi. Hipnoterapis dan klien

dapat berjabat tangan untuk memberikan sinyal pikiran bawah sadar klien

bahwa proses hipnoterapis akan segera di mulai.

2) Induction (Induksi)

Induksi merupakan cara yang digunakan hipnoterapis untuk

membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar

dengan menembus critical area. Ketika tubuh klien rileks, otak juga akan

menjadi rileks, sehingga frekuensi gelombang otak akan turun dari betha,

alpha, kemudian tetha. Semakin turun gelombang otak, klien akan semakin

rileks sehingga berada dalam kondisi trance (dari conscious mind ke

subconscious mind). Ahli hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

klien dengan melakukan depth level test trance klien dengan melakukan

depth level test.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam membantu induksi,

antara lain adalah:

a) Arm-Drop: membuat tubuh fisik klien lelah. Pada teknik ini klien diminta

untuk menaikkan salah satu tangan kanan atau kirinya hingga posisi

tangannya sedikit di atas kepala. Tangan yang terangkat ke atas

tersebut dimaksudkan agar klien merasakan sebuah efek kelelahan,

sehingga dengan durasi waktu tertentu, tangan klien turun secara

alami. Hipnoterapis dapat mengarahkan sugestinya sebagai berikut:

Semakin tangan anda bergerak turun ke bawah, anda semakin memasuki kondisi yang sangat dalam

Apabila klien masih tetap bersemangat dalam kondisinya (posisi

tangan terangkat di atas kepala), hipnoterapis cukup mengatakan,

Semakin anda mempertahankan posisi tangan anda di atas kepala anda, anda tidak akan masuk dalam kondisi relaks total sampai tangan anda secara perlahan-lahan turun ke bawah

Setelah tangan kanan klien turun ke bawah, hipnoterapis dapat

melanjutkannya dengan tahapan deepening (pendalaman).

b) Hand shake: merelaksasikan otot-otot klien. Pada teknik ini klien diminta

untuk duduk di kursi yang nyaman. Hipnoterapis dapat memulai

pertanyaan, yaitu: “Apakah anda ingin mengalami kondisi hipnosis?”

Setelah klien merespon: “Ya”, hipnoterapis dapat melanjutkan “Boleh

saya pinjam tangan kanan anda?” Setelah klien merespon “Ya”, lakukan

jabat tangan, tetapi pastikan lengan tangan kanan klien agar lurus ke

depan.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Hipnoterapis dapat mengatakan;

Saya ingin anda menatap saya sesaat, ketika anda

menatap saya, perhatikan baik-baik kedua mata saya,

dan dengarkan baik-baik suara saya, dan saya minta

anda untuk melakukannya secara alami

Perlahan-lahan, mulai naikkan dan turunkan tangan klien dengan

gerakan atas dan bawah (gerakan jangan terlalu tinggi atau rendah).

Lalu, katakana:

Saat saya mulai menaikkan dan penurunan tangan anda,

dengar, perhatikan, dan rasakan bagaimana tangan

kanan anda mengikuti irama gerakan naik dan turun. Dan,

luar biasanya, gerakan tersebut membuat anda semakin

nyaman sehingga tanpa saya jabat pun, tangan kanan

anda tetap membuat gerakan ke atas dan ke bawah,

rasakan, nikmati gerakan tersebut. Bagus, sekarang

perlahan-lahan, tangan kanan anda berhenti bergerak

dan rasakan tangan kanan anda makin lama semakin

turun ke pangkuan anda.

Setelah tangan klien berada di atas pangkuan, lanjutkan dengan

proses deepening.

c) Misdirection: manipulasi keyakinan klien. Teknik ini cocok bagi klien

yang memang tidak dapat merasa relaks atau klien berada dalam

kondisi tegang dan bawah sadarnya tidak ingin dihipnosis. Pada

konsep ini hipnoterapis sebenarnya perlahan-lahan mempengaruhi

pikiran bawah sadar klien dan pada saat yang tepat, hipnoterapis

langsung mengarahkan klien menuju kondisi lebih relaks dan lebih

nyaman. Upaya yang dapat dilakukan hipnoterapis dalam teknik ini

adalah sebagai berikut.

(1) Mulailah dengan memberikan keyakinan kepada klien bahwa

semua adalah imajinasi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

(2) Bimbing klien untuk berimajinasi secara fisik, contohnya

mengendarai mobil.

(3) Bimbing klien hingga memasuki kondisi hipnosis.

Setelah kondisi hipnosis tampak lanjutkan dengan proses deepening.

d) Mental confusion: membingungkan pikiran sadar klien. Pada teknik ini

hipnoterapis mengarahkan klien untuk menganalisis sesuatu yang

semakin lama, semakin membuat critical area menjadi sibuk dan

bingung sehingga saran yang disisipkan oleh hipnoterapis dapat lolos

ke pikiran bawah sadar klien. Pada intinya, induksi adalah proses

untuk mengubah gelombang pikiran klien dari gelombang pikir beta ke

gelombang pikir alpha dan theta, dengan membuka critical area klien,

gelombang pikir klien secara otomatis dalam kondisi hipnosis.

Teknik ini mengarahkan pikiran sadar untuk keluar dari sebuah

rutinitas dan perhatian pikiran bawah sadar dipertahankan dengan

sebuah saran, jeda waktu, dan kelelahan secara mental. Langkah

yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

(1) Mintalah klien untuk berjabat tangan

(2) Gerakkan dan ayunkan tangan klien seperti berjabat tangan

berkali-kali.

(3) Lepaskan tangan klien, bimbing klien agar tangannya terus

diayunkan seperti berjabat tangan.

(4) Pada saat itulah pikiran sadar agar kebingungan lalu pandu klien

untuk beristirahat,

(5) Ketika klien duduk dengan kondisi santai dan mata tertutup

lakukan skrip ini secara perlahan-lahan dan berirama;

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Manusia memiliki dua kategori pikiran kesadaran, ada

yang disebut dengan pikiran sadar dan ada yang disebut

dengan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar sering kali

penuh dengan hal-hal yang membebani kehidupan

dengan berbagai aturan dan analisis, sedangkan pikiran

bawah sadar dihiasi dengan hal-hal yang menyamankan

dan bersifat netral tanpa dibebani aturan-aturan dan

kerumitan analisis.

Lanjutkan, Fokuskan diri anda di kedua mata anda, biarkan pikiran

anda melayang jauh bagaimana burung yang terbang

tinggi sesuai dengan keinginannya, anda menyadari

semuanya. Walaupun nanti anda kurang mendengar

suara saya lagi, itu disebabkan pikiran sadar anda

memang tidak lagi mendengar suara saya, semuanya

terjadi karena pikiran bawah sadar andalah yang

sebenarnya mendengarkan apa yang patut untuk

didengar... dan sebagainya

Setelah kondisi hipnosis tampak lanjutkan dengan proses

deepening.

3) Deepening dan Depth level test.

Tahapan dalam hipnoterapi untuk memperdalam dan

mempertahankan kondisi klien dalam keadaan alpha dan delta. Pada saat

hipnoterapis melakukan induksi terhadap klien, kondisi kesadaran klien

berpindah dari kondisi beta ke kondisi alpha maupun theta. Namun, untuk

lebih memperdalam kesadaran klien serta mempertahankan kondisi

alpa/theta tersebut, diperlukan teknik deepening.

Gambaran level kesadaran seseorang dan indikator secara fisik dan

mental pada saat seseorang telah berada dalam keadaan trance dan tanda-

tanda perubahan klien pada kondisi trance dapat dilihat pada tabel 2 dan

tabel 3 berikut.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Tabel 2. Gambaran level kesadaran dan indikator secara fisik dan mental

No. Level

pikiran Frekuensi

gelombang Trance level

Tanda-tanda fisik dan mental

1. Beta 30-14 Hz Hypoidal Relaksasi secara fsik dan mental

Mata mulai terasa berat

2. Alpha 14-8 Hz Ligh trance Kekakuan pada otot sekunder

Merasa lebih ringan atau lebih

berat

3. Deep

alpha

8-6 Hz Medium

trance Kekakuan pada otot primer

Ilusi penciuman atau penghirupan

Amnesia secara parsial

4. Theta 6-5 Hz Deep trance Amnesia total

Analgesia (kebal terhadap sentukan, tetapi masih dapat merasakan.

Halusinasi positif

5. Deep

theta

5-3,8 Hz Deep

somnam-bulism

Amnesia

Anestesi (efek bius)

Halusinasi visual dan audio positif

6. Delta 3,9-0,1 Hz Normal sleep Tidak ada respons

Tabel 3. Tanda perubahan klien pada kondisi trance

No. Trance level Tanda-tanda fisik dan mental

1. Perhatian klien Mulai fokus terhadap kata-kata hipnoterapis.

Mulai fokus menatap hipnoterapis.

2. Perubahan pola

tubuh klien Perubahan pola nafas yang mulai stabil dan relaks.

Denyut nadi yang lebih stabil.

Perubahan warna kulit yang lebih cerah.

Perubahan suhu tubuh dari kondisi dingin ke kondisi agak hangat.

3. Sensasi tubuh Merasa lebih ringan.

Merasa tenggelam.

Merasa lebih berat.

4. Sensasi pada

mata Mata mulai terasa berat.

Mata mulai bergetar.

5. Sensasi nyaman Terlihat lebih damai.

Terkadang tersenyum bahagia

6. Respons terhadap sugesti

Mampu berkomunikasi secara sempurna.

Mengganggukkan kepala atau menggelengkannya.

7. Refleks menelan Sensasi klien pada saat membayangkan memakan

jeruk.

8. Respon yang

tidak diinginkan Abreaksi (dengan mengingat kembali trauma psikis).

Histeria.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Faktor-faktor yang mempengaruhi trance dan kedalaman klien adalah

sebagai berikut.

Tabel 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi trance dan kedalaman klien

No Trance level Tanda-tanda fisik dan mental

1. Kondisi psikologis klien

Klien yang mengalami fobia atau traumatic akan lebih mudah memasuki kondisi alpha/theta.

2. Tingkat keaktifan berpikir klien

Semakin klien berpikir aktif, semakin aktif juga pikiran sadarnya. Hipnoterapis harus dapat penurunan tingkat

keaktifan berpikir klien dengan teknik-teknik missdirection.

3. Suasana dan kon-disi lingkungan

Hipnoterapis harus mampu mempersiapkan kondisi ling-kungan sekitar; seperti pengaturan pencahayaan, kebi-singan, suhu udara, agar membuat klien lebih nyaman.

4. Keterampilan hipnoterapis

Hipnoterapis harus mampu melakukan strategis secara tepat dengan menggabungkan berbagai teknik untuk mempertahankan kondisi alpha atau theta klien.

5. Waktu Pengaturan waktu perlu dipertimbangkan, tidak terlalu lama (membosankan) dan tidak terlalu cepat (klien belum

memasuki kondisi gelombang pikiran yang diinginkan).

6. Tingkat keperca-yaan klien terha-dap hipnoterapis

Semakin mempercayai hipnoterapisnya, semakin mudah klien memasuki gelombang pikir alpha maupun theta.

b. Pelaksanaan

Menurut (Hakim, 2010) dan Hunter (2015), pelaksanaan hipnoterapi

dengan part therapy dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Identifikasi dua atau lebih bagian yang bertentangan

Komunikasi pemisahan ini perlu dilakukan agar klien benar-benar

paham dan tidak kebingungan terhadap maksud dari pemisahan part

atau bagian dalam diri klien. Jangan sampai klien merasa bahwa ia

memiliki kepribadian ganda.

Skrip:

Apakah anda bagian dari diri anda yang ingin berhenti merokok? Apakah anda bagian lain dari diri anda yang selalu menghambat usaha-usaha anda untuk berhenti merokok?

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Perhatikan jawaban dari klien. Jangan dilanjutkan sebelum klien

mengkonfirmasikan hasil identifikasi bahwa ada hal yang bertentangan

dalam usahanya untuk berhenti merokok tersebut.

(2) Mendapatkan kesesuaian bagian-bagian terhadap bagian yang hadir

(beri pujian kepada bagian)

Hubungan dan kesesuaian harus didapatkan dengan bagian diri klien,

agar bagian ini merasa nyaman dan diterima. Pemberian pujian

terhadap bagian walaupun klien mengkritiknya merupakan salah satu

bentuk penerimaan pada bagian tersebut.

Misalnya: bagus....hebat.....dan sebagainya.

(3) Pemanggilan bagian-bagian untuk mengenalkan tentang bagian-

bagian yang akan dipisahkan

Skrip:

Sekarang, perhatikan, bayangkan, dan rasakan bahwa salah satu telapak tangan anda mewakili bagian dari diri anda yang ingin berhenti merokok, sedangkan telapak tangan lainnya anda rasakan sebagai hal dari diri anda yang selalu menghambat pencapaian tujuan anda untuk berhenti merokok.

Bayangkan dan rasakan bahwa kedua bagian ini benar-benar saling

bertolak belakang, berbeda, dan terpisah. Rasakanlah, rasakan.

Apakah anda kini sudah benar-benar dapat merasakannya?

(4) Mengucapkan terima kasih terhadap bagian yang telah hadir

Berterima kasih kepada bagian karena telah muncul akan menjaga

rapport dan memudahkan komunikasi dengan bagian atau part.

(5) Penemuan tujuan dengan membimbing klien dan mengekspresikan

setiap bagian

Pengekspresikan bagian sangat diperlukan agar klien dapat

merasakan perbedaan antara bagian yang ingin berhenti merokok dan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

bagian yang ingin tidak berhenti merokok. Dengan demikian, klien

dapat mencurahkan apa yang sebenarnya diinginkan oleh setiap

bagian itu.

Untuk mengetahui maksud dan keinginan setiap bagian,

hipnoterapis perlu menanyakannya berulang-ulang dengan pertanyaan

yang serupa, tetapi tidak sama.

Skrip:

Rasakan telapak tangan kiri anda, bagus, rasakan dengan baik, dapatkan anda menceritakan apa yang ingin disam-paikan oleh bagian tersebut? Kemudian, kini, rasakan telapak tangan anda, apakah ada pesan khusus yang ingin anda sampaikan?

(6) Pemanggilan bagian lain yang sesuai tujuan

Pemanggilan bagian yang menginginkan perubahan. Seringkali bagian

ini akan memberikan nama kecil klien ketika ditanya ingin dipanggil

dengan nama apa. Walaupun hal ini terjadi, part therapy masih dapat

dilanjutkan secara efektif dengan cara biasa.

(7) Melakukan negosiasi dan mediasi terhadap setiap bagian

Setelah setiap bagian dapat mengekspresikan dirinya,

hipnoterapis perlu memandu bagian tersebut untuk dapat terus

menerus mengekspresikan dirinya. Saat terjadi komunikasi

antarbagian, terjadilah sebuah pertentangan sehingga hipnoterapis

harus hati-hati dalam menengahi situasi tersebut. Hindari melakukan

dukungan ke salah satu bagian atau memberi arahan-arahan yang

menguatkan salah satu bagian.

Mediasi yang dilakukan oleh hipnoterapis dimaksudkan agar

masing-masing bagian benar-benar dapat mencurahkan setiap

keinginan dan permasalahannya. Hal ini dilakukan sampai kedua

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

bagian tersebut mulai saling menemukan titik terang dan sepakat

untuk memandang permasalahan dengan “pandangan baru” atau “cara

yang baru”. Pada umumnya, bagian yang lebih bersifat negatif serta

merugikan dirinya dan orang lain akan “melemah”, lalu akhirnya

“mendukung” bagian yang lebih positif, bermanfaat bagi dirinya.

(8) Memfasilitasi bagian-bagian yang hadir untuk bersepakat

Setelah salah satu bagian melemah dan bagian lainnya menguat,

bagian yang lebih kuat dapat melakukan sebuah kesepakatan atau

negosiasi terhadap bagian yang lebih lemah.

Skrip:

Apakah bagian dari diri anda yang menginginkan untuk

berhenti merokok dan bagian dari diri anda yang tidak

menginginkan untuk berhenti merokok sudah saling sepakat

untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan Anda...?

Tunggu sampai ada jawaban “Ya” dari klien. Jika masih belum terjadi

kesepakatan, teruskan dialog sampai hal ini tercapai.

(9) Mengkonfirmasikan dan merangkum kesepakatan

Setelah kedua bagian tersebut telah bersepakat, hipnoterapi memandu

untuk dapat menyatukan bagian tersebut dan mengintegrasikannya

agar selaras. Hasil kesepakatan tersebut perlu didukung oleh

hipnoterapis sebagai mediator guna mencapai tujuan terbaik.

Skrip:

Baiklah, sekarang rapatkan kedua tangan anda dalam satu

kesepakatan secara perlahan. Biarkan kedua bagian dari diri

anda berjabat tangan, saling selaras dan sepakat untuk

suatu tujuan terbaik bagi kehidupan anda sekarang.

Rasakan kenyamanan dan kedamaian tercipta dalam diri

anda, rasakanlah bahwa kini semuanya telah selaras,

harmonis, dan menyatu serta mendukung tujuan hidup

terbaik anda.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

(10) Memberikan sugesti langsung yang sesuai

Sugesti langsung sebaiknya diselaraskan secara ketat dengan

kesepakatan yang telah dicapai, bersama kepercayaan diri untuk

melakukannya. Sugesti tambahan dapat diberikan setelah langkah

penggabungan sebagai bagian dari penutupan part therapy.

(11) Memadukan bagian-bagian yang telah bersepakat (proses part therapy

selesai)

Setelah setiap bagian saling bersinergi dan telah menyatukan sesuai

dengan tujuan hidup klien, hipnoterapis perlu mengkonfirmasikan

kembali kepada bagian yang telah menyatu tersebut. Klien harus dapat

menyatakan hal-hal yang dirasakannya setelah kedua bagian ini

menyatu. Biasanya, klien memiliki sebuah solusi terbaik dan bijaksana

yang benar-benar dapat bermanfaat terhadap kehidupannya.

Skrip:

Bagaimana perasaan anda sekarang? Apakah anda sudah dapat merasakan solusi terbaik? Apakah anda dapat menggambarkan perasaan anda?

c. Penutup (Terminasi)

(1) Beri sugesti dan/atau pembayangan terpadu tambahan

(2) Bangunkan klien

(3) Diskusikan terapi secara singkat dengan klien dan buat janji

pertemuan berikutnya yang sesuai.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap hipnoterapi

dengan part therapy adalah tahap persiapan, tahap tahap hipnoterapi dengan

part therapy dan tahap penutup atau terminasi.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

C. Hipnoterapi dengan Part Therapy untuk Penurunan Perilaku Merokok

Sumber stressor yang sering terjadi pada seorang perokok adalah rasa

takut, cemas dan kompulsif dalam menjalani permasalahan hidupnya. Awal mula

seseorang merokok adalah untuk menenangkan dan mendinginkan

permasalahan hidupnya. Namun setelah menjadi perokok, ada kebimbangan

antara berhenti atau melanjutkan perilaku merokok (tahap initiation), hal ini

disebabkan karena terjadinya disonansi kognitif dalam diri seorang perokok. Di

satu sisi seorang perokok meyakini bahwa merokok dapat menyebabkan rileks,

menjernihkan pikiran, membuat bahagia, membuat tenang dan sebagainya

(Gibson & Benthin dalam Thomas & Suci, 2010), namun disisi lain seorang

perokok juga memahami dan meyakini risiko yang timbul dari perilaku merokok

baik dari segi kesehatan (menyebabkan penyakit paru-paru, kanker, jantung,

gangguan janin dan sebagainya) maupun dari segi sosial ekonomi (dapat

menghabiskan uang, polusi udara, aktivitas sosial terganggu dan sebagainya)

baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya. Ketidaksesuaian apa

yang dipikirkan (area sadar) oleh seorang perokok akan menimbulkan

ketidaknyamanan secara psikologis (Eliot & Devine, dalam Allahyani, 2012),

sehingga perokok termotivasi untuk melakukan upaya mengurangi atau

menghentikan perilakunya.

Keberhasilan perokok dalam upaya berhenti merokok pada individu satu

dengan lainnya ada perbedaan, hal ini tergantung dari penyebab awal merokok,

rentang waktu menjadi perokok, dosis rokok yang dihisap, dan kuatnya gejolak

yang dialami. Meskipun telah memiliki keinginan berhenti merokok bukanlah hal

yang mudah, terutama bagi perokok berat yang mempunyai rentang waktu

merokok yang lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu akan dibutuhkan suatu

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

usaha yang lebih keras untuk dapat berhenti merokok (Syafie, 2009). Selain itu,

secara psikis perokok yang sudah terbiasa sering mengambil batang rokok dan

korek api dari dalam sakunya, maka ketika perokok meninggalkan kebiasaan itu

akan merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Hal ini juga menjadi

salah satu sebab semakin sulitnya meninggalkan kebiasaan merokoknya. Oleh

karena itu keberhasilan berhenti merokok dapat diprediksi melalui faktor

frekuensi merokoknya (Abdullah dkk., 2014).

Walaupun sulit untuk menghentikan perilaku merokok, namun masih ada

upaya yang dapat dilakukan untuk perubahan perilaku tersebut. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah penggunaan hipnoterapi dengan part

therapy. Menurut Hakim (2010), hipnoterapi dengan pendekatan part therapy

cocok digunakan untuk kasus-kasus yang berkaitan dengan adanya

pertentangan atau kebimbangan dalam diri klien dalam upaya berhenti merokok.

Adapun menurut IACH (2015), pendekatan part therapy digunakan untuk

masalah dengan konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang karena

terdapatnya sisi-sisi kepribadian yang saling bertolak belakang. Kedua sisi

tersebut memiliki tujuan “baik” menurut sudut pandang masing-masing bagian

(part), sehingga menimbulkan pertentangan yang terus menerus. Untuk

memenangkan salah satu bagian tersebut perlu pelemahan salah satu bagian,

sehingga dapat membantu seseorang untuk mencapai langkah yang diinginkan.

Untuk memperbaiki kondisi ke arah yang diinginkan klien, pelaksanaan

hipnoterapi dengan part therapy dapat dilakukan kurang lebih satu jam dan 4-10

pertemuan (Susilo & Kemala, 2010), namun pendapat lain menyatakan bahwa

dua kali pertemuan dengan teknik kombinasi yaitu hipnosis, kognitif dan perilaku

dapat mencapai penghentian perilaku merokok (Mariot & Brice, dalam Veronica

dkk, 2006).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Melalui tahapan-tahapan hipnoterapis dengan part therapy dapat dilihat

pengaruhnya terhadap penurunan perilaku merokok. Tahapan-tahapan yang

mengacu pada penelitian Hunter (2015), yang terdiri dari 11 tahapan menjadi

satu kesatuan yang dapat memfasilitasi terjadi perubahan perilaku merokok.

Pendekatan part therapy merujuk pada pendekatan client centered yaitu

pendekatan yang berpusat pada klien. Menurut Durbin (2001) pendekatan yang

berpusat pada klien mempunyai tujuan memberdayakan klien, hal ini karena

penyebab dan penyelesaian masalah berasal dari pikiran bawah sadar klien,

bukan dari pikiran fasilitator. Di dalam hipnoterapi dengan part therapy, seorang

fasilitator hanya dapat memberitahu apa yang harus dilakukan lewat bentuk

saran hipnotis, sedangkan kekuatan keputusan ada pada klien. Klien

menemukan resolusi terbaik dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

fasilitator pada waktu yang tepat. Bawah sadar tampaknya mengandung

kebijaksanaan mendalam yang seringkali mengejutkan bagi klien dan terapi,

karena bagian dari bawah sadar mengamati hal-hal yang terjadi bahkan selama

masa trance.

Sebagai contoh permasalahan pada seorang perokok yang menginginkan

perilaku merokoknya berkurang atau berhenti seringkali terkendala dengan

integritasnya yang terpecah. Hal ini dapat dilihat dari alasan-alasan seorang

perokok yang seringkali merasakan yakin bahwa perilaku merokoknya dapat

meningkatkan pergaulan dan persahabatan (Prawitasari, 2012), memberikan

kenikmatan, kenyamanan dan dapat mengurangi stress (Parrot dalam Nasution,

2007), dapat menimbulkan perasaan dewasa, serta dapat terlihat matang dan

jantan (Prawitasari, 2012), namun pada waktu yang lain seorang perokok juga

mempunyai keyakinan bahwa perilaku merokoknya dapat membuat kecanduan

dan mengganggu kesehatan. Berdasarkan penelitian Rosita dkk. (2012)

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

dijelaskan bahwa 72% mahasiswa perokok mempunyai keinginan berhenti

merokok karena meyakini bahaya rokok bagi kesehatan, selain itu juga

menjadikan perilaku boros, diremehkan wanita dan haram hukumnya.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat bagian-bagian yang berkonflik pada

seorang perokok. Oleh sebab itu seorang hipnoterapis dapat memberikan

fasilitasi dalam hipnoterapi dengan part therapy melalui pemanggilan bagian-

bagian yang terpecah untuk diselaraskan sehingga dapat diredakan oleh klien

sendiri (IACH, 2015). Melalui proses pemberian pernyataan dari seorang

hipnoterapis dalam kondisi trance, klien di fasilitasi untuk melakukan pelepasan

antar bagian-bagian (parts) yang diikuti pembelajaran secara berulang-ulang

untuk mencapai kompromi, penerimaan dan pemecahan masalah. Karena

semua bagian yang ada pada diri klien memiliki tujuan “baik” menurut sudut

pandang masing-masing bagian (part), maka untuk memenangkan salah satu

bagian untuk dilepaskan perlu pelemahan salah satu bagian tersebut, sehingga

dapat membantu seseorang untuk mencapai langkah yang diinginkan. Pada

kasus seorang perokok hal yang diinginkan adalah mengurangi atau berhenti

perilaku merokoknya (Hunter, 2015). Gunawan (2007) menjelaskan bahwa pada

kondisi trance seseorang berada pada pikiran normal yang dicirikan dengan: (a)

relaksasi yang dalam; (b) keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan

sistem kepercayaannya; (c) pengaturan diri dan normalisasi sistem syaraf pusat;

(d) sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli eksternal; dan (e)

mekanisme pertahanan psikis yang lemah. Berdasarkan ciri tersebut, seorang

hipnoterapis dapat memberikan fasilitas menggunakan pernyataan-pernyataan

penguat yang berkaitan dengan keinginan berhenti merokok pada saat kondisi

trance, sehingga akan terjadi pelemahan pada bagian yang ingin tetap merokok.

Akibat dari melemahnya bagian yang ingin tetap merokok akan berdampak pada

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

penurunan perilaku merokok yang terdiri dari beberapa faktor yaitu intensi

merokok, tempat merokok, situasi merokok dan fungsi merokok dalam kehidupan

sehari-hari.

Sebelum terjadinya pelepasan salah satu bagian, dalam hipnoterapi

dengan part therapy terlebih dahulu klien difasilitasi untuk merasakan

kenyamanan dan kepercayaan untuk berkomunikasi antar bagian-bagian yang

ada pada diri klien. Pemberian rasa nyaman dan kepercayaan sangat

bermanfaat untuk membangun kepercayaan klien terhadap hipnoterapis.

Menurut James (dalam Veronika dkk, 2006) salah satu hal yang dapat membawa

keberhasilan hipnoterapi adalah kepercayaan terhadap hipnoterapis, sehingga

seorang hipnoterapis akan mudah memfasilitasi solusi-solusi dalam

permasalahan, dan klien segera merespon hal tersebut. Hal ini dapat terjadi

karena ada kecenderungan seorang klien untuk mengambil peran pasif dalam

menjalankan hipnoterapi dengan part therapy. Capafons (dalam Veronika dkk,

2006) menambahkan bahwa kepercayaan terhadap hipnoterapis bermanfaat

untuk klien-klien yang memiliki pemahaman yang tidak baik dan tidak akurat

tentang bagaimana hipnoterapi dengan part therapy bekerja, sehingga

kepercayaan tersebut mempunyai peran yang menguntungkan, serta dapat

mempertahankan keyakinan dan keinginan klien untuk mengubah perilaku

merokoknya.

Pemanggilan bagian-bagian dalam tahapan hipnoterapi dengan part

therapy merupakan suatu dukungan otonomi yang dilakukan oleh seorang

hipnoterapis terhadap seorang klien. Dukungan otonomi merupakan pemberian

hak yang berimbang pada bagian-bagian yang bertentangan untuk hadir

mengungkapkan apa yang diinginkan. Klien yang mempunyai dukungan otonomi

lebih mengetahui informasi yang dapat menghilangkan kesalahpahaman dan

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

dapat mempertahankan motif kontrol yang dirasakan terhadap hipnoterapi

dengan part therapy. Artinya bahwa hipnoterapi dengan part therapy berhasil

mengoyahkan ‘internalisasi’ klien yaitu sebuah proses tentang motif ekstrinsik

yang mengatur inisiasi (initiation) (Veronika dkk, 2006). Menurut Leventhal &

Clearly (dalam Cahyani, 1995), inisiasi adalah tahap perintisan merokok yaitu

tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku

merokoknya. Menurut Ryan & Deci (2000) bahwa dukungan otonomi tinggi

menghasilkan perilaku yang lebih tahan lama karena perilaku yang dimaksud

kongruen dengan rasa diri. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa adanya

dukungan otonomi yang tinggi pada seorang perokok, maka akan memberikan

pengaruh pada penurunan perilaku merokoknya baik itu intensi merokok, tempat

merokok, situasi merokok maupun fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tahapan hipnoterapi dengan part therapy ada pelibatan faktor

empati. Hal ini dilakukan saat hipnoterapis melakukan “leading” untuk memotivasi

agar sisi bagian yang “menghambat” dapat menuju ke sisi bagian yang ingin

“berubah”. Hipnoterapis memfasilitasi dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan untuk mencari alternatif-alternatif baru dalam menuju ke perubahan

perilaku merokoknya. Menurut Taufik (2012), empati merupakan suatu aktivitas

untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa

yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan (klien) terhadap

kondisi yang sedang dialami orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan

kontrol dirinya. Lebih lanjut Golemen (2000) menjelaskan bahwa empati

dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka seseorang kepada emosi

diri sendiri, semakin terampil pula dalam membaca perasaan. Empati adalah

memahami hati, pikiran dan jiwa orang lain termasuk motif, latar belakang, dan

perasaan. Terkait dengan perokok, empati dibangun untuk saling memahami

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

bagian-bagian yang bertentangan agar dapat ditemukan solusi terbaik untuk

suatu perubahan dalam perilaku merokoknya. Melalui empati seorang perokok

akan dapat mengontrol tempat merokok, hal ini karena adanya hubungannya

dengan orang lain.

Apabila dalam tahapan pencarian alternatif-alternatif solusi, salah satu

bagian tidak dapat diajak bekerjasama, hal yang dapat dilakukan adalah

memanggil bagian apapun yang memiliki kearifan tinggi dan meminta

bantuannya, misalnya saja klien mempercayai adanya Tuhan (Kekuasaan yang

Lebih Tinggi), maka hipnoterapis dapat memanggil “bagian yang paling dekat

dengan Tuhan” supaya dapat membantu dalam negosiasi dan mediasi, sehingga

dapat terjadi pelemahan hal-hal yang dianggap negatif (yang tidak ingin

perubahan). Setelah salah satu bagian melemah dan bagian lainnya menguat,

bagian yang lebih kuat dapat melakukan sebuah kesepakatan atau negosiasi

terhadap bagian yang lebih lemah (Hunter, 2015), dengan melemahnya bagian-

bagian yang tidak ingin berhenti merokok, sehingga terjadi perubahan perilaku

merokok pada diri klien.

Hipnoterapis sebagai mediator melakukan konfirmasi terhadap bagian-

bagian yang telah bersepakatan dan memfasilitasi bagian-bagian untuk

mematuhi kesepakatan yang telah dibuat oleh semua bagian, sehingga dapat

memperkuat hal-hal yang telah dipilih oleh klien dalam mencapai perubahan atau

kesembuhan (Hunter, 2015). Menurut Baron & Byrne (2005) taktik untuk

memperoleh kesepakatan melibatkan usaha yang menempatkan orang lain

dalam suasana hati yang baik sebelum mengajukan permintaan. Hal yang

dilakukan untuk membuat suasana hati baik dalam kasus perilaku merokok

adalah dengan mengkonfirmasikan terlebih dahulu hal-hal yang telah dipilih oleh

klien untuk memecahkan masalah. Misalnya: orang-orang yang dicintai, orang-

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

orang specsal, dan lain sebagainya. Melalui penghadiran orang-orang tersebut,

akan terjadi pelemahan pada bagian yang tetap ingin merokok, sehingga akan

berpengaruh dengan perilaku merokoknya.

Pemberian sugesti positif oleh seorang hipnoterapis dimaksudkan untuk

memperkuat suatu perubahan atau kesembuhan. Namun sugesti tersebut tetap

diselaraskan dengan kesepakatan yang telah dibuat sendiri oleh klien. Menurut

Chaplin (2008) sugesti adalah proses yang menyebabkan orang lain bertingkah

laku sesuai dengan keinginan sendiri atau secara tidak kritis mau menerima ide

seseorang tanpa penggunaan kekuatan atau paksaan.

Setelah semua bagian saling bersinergi dan menyatu untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, klien sudah dapat menemukan solusi terbaik dari

permasalahan yang dihadapinya. Peran hipnoterapis adalah meyakinkan bahwa

bagian-bagian tersebut sudah dapat bersepakat dengan cara memberikan simbol

dengan kesepakatan, biasanya dapat dilakukan dengan menyatukan kedua

tangan (berjabat tangan). Melalui jabat tangan saat kondisi trance diyakini bahwa

klien telah bersepakat untuk berubah ke arah yang diinginkan yaitu menurunkan

perilaku merokoknya.

Bukti keberhasilan hipnoterapi dengan part therapy untuk penurunan

perilaku merokok dapat dijelaskan dalam salah satu contoh penanganan kasus

perilaku merokok oleh Hunter tahun 2015. Pada penanganan kasus tersebut

Hunter terlebih dahulu menggunakan hipnoterapi dengan pendekatan manfaat

untuk penurunan perilaku merokok. Namun pendekatan manfaat ini dirasakan

gagal, sehingga digunakanlah pendekatan lain yaitu pendekatan part therapy, hal

ini karena perokok mempunyai bagian-bagian yang terpecah karena

kebimbingan atau pertentangan dalam dirinya. Pada salah satu kasus berhenti

merokok yang ditangani oleh Hunter (2015), dijelaskan bahwa klien mengalami

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

pertentangan batin tentang merokok – satu bagian dari dirinya ingin terus

merokok, sedangkan bagian lain ingin benar-benar berhenti. Ketika klien gagal

merespon part therapy, saat itu digunakanlah respons ideomotor, namun

akhirnya hanya mendapati kalau klien merokok karena menyenanginya. Ketika

memasuki teknik melisankan, klien berkata, “ia tidak benar-benar ingin berhenti

secara total, dan hanya dipengaruhi supaya berhenti”. Klien menambahkan,

bawah sadarnya bersedia bekerjasama sebagai perokok terkendali yang hanya

sesekali menyalakan rokok. Setelah keluar dari hipnosis dan berdiskusi, klien

dikuatkan dengan beberapa pedoman mengenai cara menjaga kendali sadar

supaya tindakan merokoknya minimum – termasuk menjauhkan rokok dari

jangkauan tangan sehingga klien dapat mengambil keputusan secara sadar

sebelum menyalakannya. Bawah sadar klien menegaskan bahwa klien menerima

kesepakatan tersebut saat dilakukan hipnosis kembali. Sesi hipnoterapi diakhiri

dengan pembayangan terprogram dan sugesti langsung supaya klien menarik

satu kali nafas dalam setiap klien menyalakan rokok secara otomatis. Klien puas

dengan hasil yang dicapainya, sehingga klien dapat mengurangi jumlah rokok

lebih dari satu lusin setiap harinya, dan klien berkata bahwa ia seharusnya

benar-benar berhenti satu atau dua tahun lagi.

Pada kasus lain yang ditangani Hunter (2015) terhadap seorang perokok

yang mengalami kegagalan menggunakan pendekatan manfaat, selanjutnya

dilakukan hipnoterapi dengan part therapy, hal ini karena salah satu bagian dari

diri klien mempunyai keinginan “hidup lama dan sejahtera”, sementara bagian

yang lain merasa terpaksa mengeluarkan pernyataan mengenai pemberontakan

melawan masyarakat yang mempengaruhinya untuk berhenti merokok. Bagian

yang sama ini benar-benar ingin memilih, tetapi ketika bagian yang lain

meyakinkan klien bahwa sebenarnya klien dipengaruhi oleh perokok lain karena

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

prasangka masyarakat, klien menyadari, bahwa klien menyerahkan kekuatannya

untuk memilih dan membakar uangnya dengan sia-sia. Ketika hipnoterapis

menggunakan teknik pelisanan (untuk pembelajaran ulang), klien memutuskan

sekaranglah saatnya mengambil keputusan sendiri, bukan diatur oleh kebiasaan

merokoknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok

merupakan suatu kebiasaan yang dapat dirubah, hal ini dapat terjadi apabila

seorang perokok mempunyai keinginan dan keyakinan untuk berhenti atau

mengurangi perilaku merokoknya. Upaya yang dapat dilakukan untuk berhenti

dan mengurangi perilaku merokok adalah menggunakan hipnoterapi dengan

pendekatan part therapy. Pendekatan hipnoterapi dengan part therapy dipilih

karena penggunaan hipnoterapi diyakini mempunyai keefektifan antara 0-75%

(Elkins & Rajab, 2004; Abbot dkk, 2006). Bukti lainnya ditunjukkan dari kasus

merokok yang ditangani Hunter (2015), bahwa klien pada tahap pelisanan

memutuskan sekaranglah saatnya mengambil keputusan sendiri, bukan diatur

oleh kebiasaan merokoknya, dan pada kasus lainnya, klien dapat menjauhkan

rokok dari jangkauan tangan sehingga klien dapat mengambil keputusan secara

sadar sebelum menyalakannya.

D. Landasan Teori

Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok,

kemudian menghisap dan menghembuskannya keluar, serta dapat menimbulkan

asap yang dapat terhisap oleh diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Untuk mengukur perilaku merokok dibutuhkan beberapa faktor antara lain intensi

merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok dalam

kehidupan sehari-hari (Aritonang, 1997; Poerwadarminta dalam Perwitasari,

2006; Komalasari & Helmi, 2000). Ada beberapa sebab seseorang menjadi

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok, di antaranya pengetahuan yang rendah tentang bahaya rokok bagi

kesehatan, adanya contoh dari orangtua (perokok), iklan rokok, harga rokok yang

masih terjangkau, dan tidak adanya kebijakan publik yang membatasi kebebasan

merokok (Anatchkova dkk, dalam Sadikin & Louisa, 2008). Selain faktor-faktor

tersebut ada faktor lain dari diri seorang perokok yaitu adanya pembenaran diri

dengan mengubah pola pikir dan percaya bahwa sebenarnya merokok tidak

berbahaya, merokok dapat menyebab rileks, menjernihkan pikiran, membuat

bahagia, membuat tenang dan sebagainya (Gibson & Benthin dalam Thomas &

Suci, 2010).

Namun tidak dapat dipungkiri, walaupun perokok melakukan pembenaran

diri tentang perilaku merokoknya, adakalanya perokok memahami dan meyakini

risiko yang timbul dari perilaku merokok baik bagi diri sendiri maupun bagi orang

lain. Ketidaksesuaian apa yang dipikirkan oleh seorang perokok akan

menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis (Eliot & Devine, dalam

Allahyani, 2012), sehingga perokok termotivasi untuk mengatasi permasalahan

tersebut.

Sebenarnya akar dari kecanduan adalah rasa takut, cemas, dan

kompulsif dalam menjalani permasalahan dalam hidup. Biasanya seseorang awal

mula mengkonsumsi obat, rokok, alkohol untuk menenangkan dan mendinginkan

permasalahan hidupnya. Seringkali orang cenderung tidak mengetahui

permasalahan yang dihadapinya, hal ini karena permasalahan lebih banyak

berada di bawah kesadaran (Yager, 2011). Selama ini upaya-upaya yang sering

dilakukan untuk mengatasi permasalahan perilaku merokok lebih menggunakan

upaya persuasi dan pola tradisional, sehingga justru menimbulkan resistensi

karena pesan yang disampaikan disadari.

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Hipnoterapi merupakan salah satu terapi yang ditawarkan untuk

penurunan atau menghentikan perilaku merokok. Menurut Hakim (2010) dan

IACH (2015) proses melakukan hipnoterapi antara lain adalah pre-induksi,

induksi, deepening dan depth level test, hipnoterapi, post hypnotic, dan terminasi.

Di dalam hipnoterapi terdapat beberapa pendekatan. Menurut Hunter (2015)

pendekatan dalam hipnoterapi adalah suggestion therapy, regression therapy,

reverse therapy, secondary therapy, parts therapy, object therapy, ideo

sensory/motor signals, inner child work, anchors, reframing, the role model, dan

lain-lain. Dari beberapa pendekatan tersebut parts therapy merupakan salah satu

pendekatan dalam hipnoterapi yang dapat digunakan untuk penurunan perilaku

merokok.

Hipnoterapi dengan pendekatan part therapy merujuk pada pendekatan

client centered, hal ini dapat dilihat dari tahapan-tahapan dalam proses

pelaksanaan hipnoterapi dengan part therapty. Menurut Corey (2010), konsep

dasar dari pendekatan client centered adalah (1) menekankan pada dorongan

dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk

hidup sehat dan menyesuaikan diri; (2) menekankan pada unsur atau aspek

emosional dan tidak pada aspek intelektual; (3) menekankan pada situasi yang

langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau; dan (4) menekankan

pada hubungan teraputik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu

yang bersangkutan.

Sasaran hipnoterapi dengan part therapy adalah alam bawah sadar, hal

ini karena alam bawah sadar identik dengan kreatif, intuitif, rasional, dan

emosional, sedangkan alam sadar identik dengan logis dan analitik. Alam bawah

sadar mempunyai sifat tidak dapat memilih-milih, tidak pernah menolak apa yang

ditanamkan, sekali seseorang menerima, maka hal tersebut akan diwujudkan

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

dan diterimanya. Di alam bawah sadar, apabila diberikan sugesti positif maka

yang diterima positif, apabila diberikan sugesti negatif maka yang diterima negatif

(Mustajib, 2010).

Gunawan (2007) mengatakan bahwa 75% penyakit fisik diakibatkan oleh

masalah mental dan emosi. Beberapa pengobatan atau terapi lain sulit

menjangkau sumber masalah ini, hal ini disebabkan masalah mental dan emosi

berada pada pikiran bawah sadar. Namun pikiran bawah sadar dapat

dikendalikan. Hipnoterapi salah satu cara yang efektif dan efisien dalam

menjangkau alam bawah sadar tersebut, dengan menggunakan re-edukasi dan

menyembutkan pikiran yang sakit.

Salah satu kasus perilaku merokok telah ditangani oleh Hunter (2015).

Hasil dari terapi tersebut dinyatakan berhasil dengan salah satu pendekatan part

therapy. Pendekatan ini biasa digunakan untuk kasus-kasus klien yang berkaitan

dengan adanya pertentangan dalam diri klien. Seringkali seseorang mengalami

kebimbangan dalam menentukan sebuah keputusan, misalnya: perokok dalam

salah satu dirinya menginginkan “hidup lama dan sejahtera”, sementara bagian

yang lain merasa terpaksa mengeluarkan pernyataan mengenai pemberontakan

melawan masyarakat yang mempengaruhinya untuk berhenti merokok karena

rokok diyakini membuat rileks, nyaman dan sebagainya. Bagian yang sama ini

benar-benar ingin memilih; tetapi ketika bagian lain meyakinkan bahwa klien

sebenarnya dipengaruhi oleh perokok lain, maka klien menyadari dan

menyerahkan kekuatan keyakinannya untuk memilih, bahwa klien meyakini

bahwa telah membakar uangnya sia-sia. Pada kasus ini klien dapat memilih

sendiri pilihannya tanpa mengikuti keinginan dari orang lain.

Pengaruh hipnoterapi dengan part therapy untuk penurunan perilaku

merokok dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Pikir

PERILAKU MEROKOK

Intensi merokok

Tempat merokok

Situasi merokok

Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Yakin bahwa merokok tidak menganggu kesehatan,

malah membuat rileks, tenang, nyaman dan sebagainya

Yakin bahwa merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan,

terganggunya sosial ekonomi baik bagi diri

sendiri maupun orang disekitarnya

Tetap Merokok

Berhenti

Merokok

Ada keinginan penurunan/ berhenti

merokok

HIPNOTERAPI DENGAN PART THERAPY

Pre-induksi

Suggestibility test

Induksi

Deepening

Sugesti: Part therapy a. Identifikasi bagian b. Beri pujian pada bagian yang

datang c. Panggil bagian lain d. Ucapan terima kasih bagian

yang muncul e. Temukan tujuan f. Panggil bagian yang sesuai g. Negosiasi dan meditasi h. Minta bagian-bagian untuk

bersepakat i. Konfirmasi dan rangkum

kesepakatan j. Beri sugesti yang sesuai k. Padukan bagian-bagian (part

therapy selesai) Terminasi

Perilaku Merokok

atau berhenti merokok

Terjadi disonansi kognitif ada

ketidaknyamanan

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1661/4/BAB II.pdfmengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis di atas dapat disusun hipotesis penelitian

sebagai berikut: ada pengaruh hipnoterapi dengan part therapy untuk penurunan

perilaku merokok. Artinya bahwa ada perbedaan perilaku merokok subjek

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi hipnoterapi dengan part therapy,

perilaku merokok subjek mengalami penurunan sesudah diberikan perlakuan

hipnoterapi dengan part therapy.