bab ii tinjauan pustaka a....
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PenelitianTerdahulu
Hasil penelitian terdahulu merupakan kajian dari hasil penelitian
terdahulu yang menggunakan topik penelitian yang sejenis dengan peneltiian
yang dilakukan sekarang ini, adapun hasil penelitian terdahulu yang
digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:
Prabowo; Darman dan Noegraheni (2014), dengan judul penelitian
yaitu Analisis kepercayaan dalam C2c E-Commerce terhadap keputusan
pembelian dan dampaknya terhadap Repurchase pada Kaskus. Hasil
penelitian dapat diketahui bahwa variabel kepercayaan pelanggan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dan
variabel keputusan pembelian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembelian ulang dan kepercayaan pelanggan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembelian ulang. Besarnya pengaruh menjadi lebih besar
setelah melalui keputusan pembelian (pengaruh tidak langsung) dibandingkan
dengan pengaruh secara langsung.
Selanjutnya Ardyanto, Susilo dan Riyadi (2015), dengan judul
penelitian yaitu pengaruh kemudahan dan kepercayaan menggunakan e-
commerce terhadap keputusan pembelian online (Survei Pada Konsumen
www.petersaysdenim.com). Hasil analisis dapat diketahui bahwa dengan
adanya kemudahan dalam proses mengoperasional transaksi mempengaruhi
10
konsumen untuk menggunakan layanan e-commerce. Semakin baik fasilitas
kemudahan yang diberikan oleh website petersaysdenim.com maka akan
meningkatkan pula keptusan pembelian oleh konsumen secara online.
Fasilitas kemudahan yang diberikan oleh website petersaysdenim.com
diantaran adalah kemudahan dalam memperoleh infomasi, kemudahan dalam
penggunaannya, serta memiliki tampilan interface yang jelas. Adanya
pengaruh yang signifikan menunjukkan semakin tingginya tingkat
kepercayaan konsumen terhadap website petersaysdenim.com.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahkota, Suyadi dan Riyadi
(2014) dengan judul penelitian pengaruh kepercayaan dan kenyamanan
terhadap keputusan pembelian online (Studi Pada Pelanggan Website Ride
Inc). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepercayaan dan
kenyamanan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan
pembelian Online. Dari perhitungan uji F diketahui bahwa = 38,228 >Ftabel
3,120 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,5. Secara sendiri-sendiri
diketahui kepercayaan dan kenyamanan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian Online. Selain uji F dan uji t, uji R2 diketahui nilai
0,515 yang berarti besarnya variabel independen terhadap variabel dependen
sebesar 51,5%. Secara sistematis hasil penelitian terdahulu dapat disajikan
pada tabel 2.1.
11
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Teknik
Analisis
Hasil
1 Prabowo, Darman
dan Noegraheni
(2014), Analisis
kepercayaan dalam
C2c E-Commerce
terhadap keputusan
pembelian dan
dampaknya terhadap
Repurchase pada
Kaskus.
Teknik analisis
data
menggunakan
analisis Jalur
1. Variabel kepercayaan pelanggan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian
2. Variabel keputusan pembelian
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembelian ulang dan
kepercayaan pelanggan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembelian ulang
3. Besarnya pengaruh menjadi lebih
besar setelah melalui keputusan
pembelian (pengaruh tidak
langsung) dibandingkan dengan
pengaruh secara langsung.
2 Ardyanto, Susilo dan
Riyadi(2015),
Pengaruh kemudahan
dan kepercayaan
menggunakan e-
commerce terhadap
keputusan pembelian
online(Survei Pada
Konsumen
www.petersaysdenim.
com)
Analisis
regresi linier
sederhana
Adanya pengaruh yang signifikan
antara tingkat kepercayaan konsumen
terhadap website petersaysdenim.com
3 Mahkota, Suyadi dan
Riyadi (2014)
Pengaruh
kepercayaan dan
kenyamanan terhadap
keputusan pembelian
online (Studi Pada
Pelanggan Website
Ride Inc)
Analisis
regresi linier
berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel kepercayaan dan kenyamanan
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap keputusan pembelian Online
Sumber: Prabowo, Darman dan Noegraheni (2014), Ardyanto, Susilo dan Riyadi(2015)
dan Mahkota, Suyadi dan Riyadi (2014)
Perbedaan penelitan terdahulu dengan penelitian yang diteliti oleh
peneliti sekarang yaitu dari segi objek yang di lakukan di lazada.co.id . yang
merupakan salah satu toko online terbesar yang di Indonesia, sedangkan
12
peneliti terdahulu dari Prabowo, Darman dan Noegraheni meneliti di kaskus,
serta peneliti ardyanto, susilo dan riyadi meneliti konsumen di
petersaysdenim.com, dan Mahkota, Suyadi dan Riyadi yang meneliti
pelanggan di webside ride inc, dan juga dalam penelitian menggunakan
teknik skala likert. Peneliti terdahulu dari Prabowo, Darman dan Noegraheni
menggunakan teknik analisis jalur dalam penelitian mereka, penelitian
selanjutnya dari ardyanto, susilo dan riyadi menggunakan teknik analisis
regresi linear sederhana, dan penelitian terakhir dari Mahkota, Suyadi dan
Riyadi menggunakan teknik analisis regresi linear berganda untuk penelitian
mereka. Adapula persamaan dalam penelitian ini yaitu penggunaan variabel
kepercayaan dan keputusan pembelian.
B. Tinjauan Pustaka
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Kegiatan Individu bisa memahami kata-kata, suara, dan gambar yang
ditangkap dalam suatu pesan merupakan suatu proses pemaknaan atau
mempersepsi. Sedangkan persepsi adalah hasil dari proses dimana seseorang
memilih, mengatur, dan mengintepretasikan informasi untuk membentuk
suatu gambaran yang berarti mengenal dunia jadi seseorang yang termotivasi
siap untuk bertindak dan memilih Wibowo (2006, h.27)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa persepsi
merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
13
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sedangkan menurut Berelson dan Steiner (2003, h.67) diungkapkan bahwa
proses yang kompleks, dimana orang memilih, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan respons terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi
masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan aktivitas aktif yang melibatkan
pembelajaran, pembaharuan cara pandang, dan pengaruh timbal balik dalam
pengamatan.
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana cara
seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Hal
ini karena semua belajar melalui arus informasi yang melewati kelima indera,
yaitu indera pendengaran, indera pencium, indera penglihat, indera peraba, dan
indera pengecap. Namun masing-masing personal menerima, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi tersebut dengan cara masing-masing.
Setiap individu diciptakan berbeda. Persepsi masing-masing individu
terhadap rangsangan yang diterimanya tentunya juga akan berbeda-beda.
Persepsi sebenarnya inti dari komunikasi, disebut demikian karena jika
persepsi tidak akurat kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif.
Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan
pesan yang lain Mulyana (2007, h.180). Bagaimana kita berkomunikasi
diawali dengan proses persepsi. Ketika kita menyampaikan sesuatu kepada
seseorang pada awalnya kita telah memiliki persepsi sendiri tentang sesuatu
dan seseorang tersebut.
14
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris yaitu perception
dan dari bahasa latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu
Sobur (2003, h.445).
Sementara itu Walgito (dalam Wibowo 2006, h.29) mengatakan
bahwa persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan
dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan juga mengolah segala sesuatu
yang terjadi di lingkungannya. Lebih lanjut, Walgito mengatakan bahwa
persepsi itu merupakan proses yang terintegrasi atau menyeluruh dari individu
yang bersangkutan, maka apa yang ada dalam diri individu, berupa
pengetahuan, pengalaman-pengalaman, sikap-sikap dan sebagainya akan ikut
aktif dalam menentukan persepsi individu yang bersangkutan.
Persepsi juga berangkat dari model S-O-R dalam teori komunikasi.
Model S-O-R terdiri dari Stimulus, Organism, dan Response. Effendy (2003,
h.255), yang dimaksud Stimulus dalam komunikasi adalah pesan, Response
yaitu adalah efek yang dihasilkan. Sementar Organism yaitu individu yang
berperan sebagai komunikasi atau penerima pesan. Menurut Prof. Dr. Mar’at
(dalam Effendy, 2003 h.255) ada 3 variabel utama dalam diri manusia sebagai
Organism yang menjalankan fungsi komunikan, variabel ini secara tidak
langsung juga mempengaruhi dalam persepsi. Variabel-variabel tersebut
adalah pengertian, pemahaman, dan penerimaan. Pengertian meliputi
15
bagaimana seorang komunikan memberi arti pada pesan yang diterimanya,
pemahaman meliputi bagaimana komunikan mengaitkan pesan tersebut
dengan konsep lain yang telah dipahami sebelumnya, sedangkan penerimaan
yaitu bagaimana komunikan menerima isi pesan tersebut serta pendapat
komunikan terhadap isi dari pesan yang diterimanya.
b. Proses Pembentukan Persepsi
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa proses persepsi tidak
terjadi begitu saja, dan beberapa proses yang mempengaruhinya. Menurut
Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr. (2005, h.85), persepsi
dipengaruhi oleh faktor psikologis, yaitu
1. Asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lalu
(yang sering terjadi pada tingkat bawah sadar)
2. Harapan-harapan budaya
3. Motivasi (kebutuhan)
4. Suasana hati (mood)
5. Sikap
Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu
antara pesan yang terjadi di “luar sana”. Apa yang terjadi di dunia luar dapat
sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita, proses terjadinya dapat
diilustrasikan melalui bagan berikut ini :
16
Gambar 2.1
Proses Terjadinya Persepsi
Sumber: De Vito (2007, h.75)
Berikut adalah penjelasan bagan diatas mengenai proses terjadinya
persepsinya De Vito (20011, h.75):
1. Terjadinya stimulasi alat indera (sensory stimultan)
Pada tahap pertama, alat indera distimulasi (dirangsang). Kita
mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama kita
jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kita
mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat
ketika berjabat tangan. Meskipun kita memiliki kemampuan penginderaan
untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu
menggunakannya. Kita akan menangkap apa yang bermakna bagi kita dan
tidak menangkap apa yang kelihatannya tidak bermakna.
2. Stimulasi terhadap alat indera diatur.
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut
berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip
proksimitas (proximity), atau kemiripan: orang atau pesan yang secara
fisik mirip satu sama lain dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu
kesatuan (unit). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure): kita
Stimulasi alat
indera
dievaluasi -
ditafsirkan
Stimulasi alat
indera diatur
Terjadinya
stimulasi alat
indera
17
memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang lengkap.
Kemiripan atau kelengkapan hanyalah dua diantara banyak prinsip
pengaturan yang akan kita singgung. Dalam membayangkan prinsip-
prinsip ini, hendaklah kita ingat bahwa apa yang kita persepsikan, juga
kita tata ke dalam suatu pola yang bermakna bagi kita. Pola ini belum
tentu benar atau logis dari suatu segi obyektif tertentu.
3. Stimulasi terhadap alat indera ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-
evaluasi. Kita menggabungkan dua istilah ini untuk menegaskan bahwa
keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses
subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi
kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga
sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan,
sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi
pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita. Hendaklah jelas dari
pengaruh diatas bahwa ada banyak peluang bagi penafsiran. Walaupun
kita semua menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang
menafsirkan mengevaluasinya tidaklah sama. Penafsiran evaluasi ini juga
akan berbeda bagi satu orang yang sama dari waktu ke waktu. De Vito
(20011, h.77), merupakan proses-proses yang mempengaruhi persepsi
antara lain:
18
a. Teori Kepribadian Implisit mengacu pada teori kepribadian individual
yang diyakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaimana
persepsinya kepada orang lain.
b. Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila anda membuat
ramalan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena
anda membuat ramalan itu dan bertindak seakan-akan ramalan itu
benar.
c. Asentuasi persetual membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan
apa yang ingin kita lihat.
d. Primasi Resensi mengacu pada pengaruh relatif stimulus sebagai
akibat urutan kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar
pengaruhnya, kita mengalami efek primasi. Jika yang muncul
kemudian memberikan pengaruh yang lebih besar, kita mengalami
efek resensi.
e. Konsistensi mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang
memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau kenyamanan
psikologis di antara berbagai sikap dan hubungan antara mereka.
f. Stereotype mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan
mempertahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai
sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk
mengevaluasi anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan
karakter individual yang unik.
19
g. Atribusi mengacu pada proses dengan nama kita mencoba memahami
perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain serta motivasi perilaku ini.
Dalam proses ini kita menggunakan tiga macam data: konsesus,
konsistensi dan keberadaan.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) dalam Kriyantono
(2007, h.51) menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor personal
dan faktor situasional. Dalam hal ini disebut sebagai faktor fungsional dan
faktor struktural.
1. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor
personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,
tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan
gambar-gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa.
Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok
mahasiswa yang lapar daripada mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang
berbeda ini disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama
pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis
mahasiswa Kriyantono (2007, h.56).
Dari eksperimen diatas, Krech dan Crutchfield merumuskan dalil
persepsi yang pertama yaitu persepsi bersifat selektif secara fungsional.
Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam
20
persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi. Krech dan Crutchfield juga memberikan contoh
bahwa kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang
budaya berpengaruh terhadap persepsi Kriyantono (2007, h.56).
2. Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik
dari efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para
psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer dan Koffka, merumuskan
prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini
kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita
mempersepsi sesuatu, maka kita mempersepsinya sebagai suatu
keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu mempersepsinya
sebagai suatu keseluruhan Kriyantono, (2007 h,58). Artinya jika kita ingin
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang
terpisah, namun kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya,
dalam lingkungannya, serta dalam masalah yang dihadapinya. Jadi kita
harus melihat dari keseluruhan aspek yang mendukungnya.
Dari persepsi ini, Krech dan Cruthfield melahirkan dalil persepsi
kedua: medan perspetual kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.
Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun
stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan
interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
21
Hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutcfield menyebutkan
dalil persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari
substruktur yang ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara
keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota
kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok
akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang
berupa asimilasi atau kontras Kriyantono (2007, h.59).
2. Kepercayaan
Kepercayaan pada dasarnya merupakan suatu keadaan psikologis
seseorang dalam melakukan aktivitas dalam hal ini kepercayaan dalam
melakukan pembelian suatu produk. Kepercayaan akan memberikan
dukungan dalam proses pembelian produk yang akan dilakukan.
Kepercayaan juga menunjukkan kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana seseorang tersebut memiliki kenyakinan terhadap
seseorang tersebut. Kepercayaan juga merupakan kondisi mental yang
didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya, dimana dalam hal
ini kepercayaan yang diberikan kepada pembelian melalui media internet.
Dimensi kepercayaan dalam kaitannya dengan online shop adalah
berkaitan erat dengan keyakinan konsumen pada perantara dan online vendor
(Chen dan Dhillon, 2003). Menurut Kimery dan McCard (2002), kepercayaan
pada online store adalah kesediaan untuk menerima kelemahan dalam transaksi
online berdasarkan harapan positif mengenai perilaku masa depan online store.
Gefen dan Straub (2004) menyimpulkan bahwa semakin tinggi derajat
22
kepercayaan konsumen, semakin tinggi tingkat pembelian niat konsumen.
Cukup percaya perlu ada ketika menempatkan pesanan online dan ketika
pelanggan mengirimkan informasi keuangan dan data pribadi lainnya dalam
melakukan transaksi keuangan (Egger, 2006).
Penelitian ini mereplikasikan model trust yang dikembangkan
oleh Jones dan Leonard (2008), menurut Jones dan Leonard (2008) trust
dalam C2C e-commerce dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari Natural Propensityto Trust
(kemampuan seseorang untuk mempercayai), dan Perception of Website
Quality (persepsi seseorang dalam menilai kualitas dari sebuah situs).
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari Other Trust of Buyeror Seller
(kepercayaan yang diberikan pihak lain kepada penjual atau pembeli) dan
Third Party Recognition (pengakuan yang diberikan oleh pihak ketiga).
Dimensi kepercayaan dalam kaitannya dengan online shop adalah
berkaitan erat dengan keyakinan konsumen pada perantara dan online
vendor (Chen dan Dhillon, 2003). Kepercayaan terhadap perantara, hal ini
dikarenakan belanja online berkaitan erat dengan keyakinan bahwa
informasi dan transaksi internet terpercaya (George, 2004). Dimensi trust
telah diidentifikasi sebagai pendorong utama kesetiaan pengguna (Horppu,
et al., 2008). Kepercayaan tingkat tinggi terhadap merek dapat mengubah
pelanggan yang puas menjadi pelanggan yang loyal (Ha dan Perks 2005;
Ha 2004). Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan berpengaruh positif
terhadap sikap penggunaan teknologi.
23
Dwyer dalam Manolis (2001:13) menyatakan bahwa
mempercayai adalah keinginan untuk mencapai tujuan yang berlangsung
dalam jangka panjang. Kegagalan terbesar dalam membina hubungan
antara penjual dan konsumen adalah kurangnya kepercayaan (Sherman
dalam Morgan, 2000:54) di bagi pada dua bahasan :
a. Trust in partner’s honesty (Kepercayaan terhadap kejujuran
mitra/perusahaan)
b. Trust inipartner’s benevolence (Kepercayaan terhadap niat baik
perusahaan)
Adapun indikator kepercayaan adalah (Nuraini, 2009):
a. Kejujuran penjual dalam bertransaksi.
b. Tanggungjawab penjual kepada pembeli.
c. Kepercayaan bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik.
Berdasarkan uraian di atas maka kepercayaan merupakan suatu
hal yang penting bagi sebuah komitmen atau perjanjian, dan komitmen
hanya dapat direalisasikan jika suatu saat berarti. Kepercayaan ada jika
para pelanggan percaya bahwa penyedia layanan jasa tersebut dapat
dipercaya dan juga mempunyai derajat integritas yang tinggi. Kepercayaan
konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua
kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya
sehingga menjadi pertimbangan dalam proses pembelian yang akan
dilakukan.
24
3. Internet
Perkembangan teknologi yang terjadi selama ini memberikan
dukungan terkaitdengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Berbagai bentuk kemudahan diberikan dengan adanya perkembangan
teknologi, dimana salah satunya yaitu mengenai keberadaan internet.
Internet menjadi salah satu pendukung atas aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan atau pemilik usaha, dimana salah satunya yaitu mengenai
aktivitas pemasaran produk.
Menurut Laudon (2005:70) internet adalah nama yang diberikan
pada koleksi jaringan komunikasi komputer terbesar di dunia yang terdiri
dari jaringan yang lebih kecil yang dibentuk oleh jaringan ARPANET yaitu
suatu jaringan yang dibentuk oleh Pemerintah AS untuk kepentingan
militer. Internet berasal dari kata interconnection networking atau
terhubungnya jaringan yang terpisah-pisah. Menurut William F. Slater
mengemukakan internet ialah jaringan yang terdiri atas berbagai jaringan
dan menyatukan sejumlah computer serta membentuk dan bertindak sebagai
jaringan besar bagi transportasi data dan pesan ke seluruh belahan dunia
(Diana dan Tjiptono, 2007:3). Berdasarkan beberapa pengertian internet
tersebut dapat disimpulkan bahwa internet adalah jaringan komunikasi yang
dapat menghubungkan computer, smartphone, tablet dan sejenisnya di
seluruh dunia.
Perkembangan internet yang tidak sebentar dapat memberikan
dampak yang cukup kuat bagi kehidupan manusia di dunia. Pada konteks
25
bisnis, internet membawa dampak transformasional yang menciptakan
paradigma baru dalam berbisnis berupa digital marketing, e-business, e-
commerse dan beberapa istilah lainnya (Chandra, dkk, 2007:231). Internet
ini dapat digunakan dari platform computer manapun sehingga
mempermudah seluruh pengguna computer menerima internet secara
terbuka (Mc Leod dan Schell, 2007:73). Sebagian besar perusahaan telah
memanfaatkan internet untuk berkomunikasi dengan mitra bisnisnya
sehingga menciptakan perdagangan elektronik (e-commerce) yang
melampui distribusi tradisional. Internet menawarkan cara yang mudah dan
biaya yang murah serta mudah diadaptasi oleh platform teknologi informasi
suatu organisasi. Mitra bisnis lebih mudah berkomunikasi tanpa perantara
lain dan prosedur yang kurang efisien selama 24 jam (Laudon dan Laudon,
2005:154). Selain itu, Chandra dkk (2007:234) mengungkapkan internet
memiliki keunggulan bagi organisasi bisnis maupun konsumen yaitu dalam
hal kenyamanan, jangkauan global, alternatif ruang yang relatif “tak
terbatas”, personalisasi, sumber informasi potensial, dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa
internet merupakan bentuk jaringan komunikasi yang tidak terbatas, sebagai
jaringan komunikasi global yang terbuka dan menghubungkan jutaaan atau
milyaran jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan
menggunakan tipe komunikasi misalnya telepon, satelit, dan sebagainya.
26
4. E-commerce
E-Commerce merupakan suatu proses membeli dan menjual
produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke
perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Kegiatan
penjualan tersebut memiliki keunggulan dalam aktivitas transaksi dimana
aktivitas tersebut dilakukan secara cepat dan memberikan kecepatan dalam
proses transaksi yang dilakukan. E-Commerce juga menunjukkan suatu
bentuk perubahan dalam aktivitas jual beli yang dilakukan dengan berbagai
kuntungan atau keunggulan yang ditawarkan.
E-commerce didefinisikan sebagai cara untuk menjual dan membeli
barang-barang dan jasa melalui jaringan internet dan tidak hanya itu namun
mencakup berbagai aspek (Nugroho, 2003). E-commerce menurut Mc Leod
dan Schell (2007:54) adalah transaksi bisnis yang menggunakan akses
jaringan, sistem berbasis computer dan interface web browser. E-commerce
merupakan konsep baru yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli
barang atau jasa pada world wide web internet (Shim, et al 2000 dalam
Suyanto 2003) atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan
informasi melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, et al 2000
dalam Suyanto 2003).
Menurut Meier dan Stormer (2009), mekanisme perdagangan di
sistem eCommerce dijelaskan melalui rantai nilai dalam eCommerce sebagai
berikut:
27
1. eProducts dan eServices, mengatur organisasi produk elektronik dan
layanan menggunakan bentuk-bentuk yang cocok untuk bidang bisnis.
2. eProcurement, adalah proses pengadaan yang meliputi strategi dan
operasional yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik.
3. eMarketing, meneliti pemasaran yang cocok untuk pasar elektronik dan
menunjukkan bisnis yang mungkin untuk dijalin dengan pelanggan online.
4. eContracting, berkaitan dengan standar prosedur, tanda tangan digital,
dan sertifikasi situs terkait dengan penerimaan kerja kontrak yang legal.
5. eDistribution, menjelaskan distribusi produk digital dan jasa sebagai
bagian dari alur yang komprehensif.
6. ePayment, membahas berbagai mata uang elektronik yang digunakan,
termasuk skema akuntansi, dan metode tersebut membuatnya mungkin
untuk membayar jumlah kecil yang melibatkan hanya beberapa sen (pi-
copayment), sedang dalam jumlah beberapa uang (micropayment), dan
jumlah yang lebih besar lagi (macropayment).
7. eCustomer Relationship Management, Pada bagian ini berkaitan dengan
aspek-aspek mendasar hubungan pelanggan dalam bisnis elektronik. Fokus
pada produk bergeser ke manajemen pelanggan.
Rangkaian proses rantai nilai eCommerce yang telah disebutkan
adalah rangkaian proses yang harus dilakukan. Manajemen menemui sebuah
tantangan khusus, karena saluran komunikasi yang berbeda harus dievaluasi
dan harus diteliti strategi yang cocok digunakan untuk pelanggan online.
Sedangkan Kalakota dan Whisnton memiliki beberapa perspektik tentang e-
commerce yaitu:
28
a. Perpektif komunikasi, EC merupakan pengiriman informasi,
produk/layanan, atau pembayaran melalui telepon, jaringan computer
atau sarana elktronik lainnya.
b. Perpektif proses bisnis, EC merupakan aplikasi teknologi meuju
otomatisasi transaksi dan aliran kerja perusahaan
c. Perspektif layanan, EC merupakan satu alat yang memenuhi
keingnan perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam memangkas
service cost ketika berupaya meningkatkan mutu barang dan
kecepatan layanan.
d. Perspektif online, EC menngkatkan kapasitas jual beli produk dan
informasi di internet dan jasa online lainnya (Suyanto, 2005:8).
Berdasarkan beberapa definisi e-commerce dapat disimpulkan e-
commerce adalah kegiatan jual beli barang atau jasa melalui jaringan informasi
yang disebut dengan internet. E-commerce menciptakan antarmuka virtual bagi
konsumen untuk berinteraksi dengan perusahaan dan antarmuka ini mungkin
berbeda dari cara bisnis biasanya beroperasi di dunia nyata.
Menurut Laudon (2005:163) e-commerce dapat dikelompokkan
dengan melihat partisipan pada transaksinya yaitu business to consumer, business
to business, dan consumer to consumer. Pada penelitian ini lebih menekankan e-
commerce business to consumer karena menyangkut kualitas web e-commerce
yang dinilai oleh pengguna akhir atau konsumen. “E-commerce business to
consumer yaitu semua transaksi ritel dengan pembeli individual contohnya
www.amazon.com, www.dagadu.com dan lain-lain” (Diana dan Tjiptono,
29
2007:41). Transaksi B2C memiliki desain yang berbeda dengan B2B, sebab tidak
semua konsumen mempunyai keahlian teknologi informasi, sehingga perusahaan
harus mempunyai instruksi yang jelas yang dapat membantu konsumen. Situs
B2C memerlukan navigasi yang lebih cepat, petunjuk model keranjang belanja
dan penyimpanan profil konsumen yang lebih jelas. Pada masa lalu, konsumen
bukan pertimbangan penting dalam pelayanan informasi, namun lama kelamaan
akan menjadi sangat penting dan menjadi perhatian utama peusahaan di masa
yang akan datang (Mc Leod dan Schell, 2007:56).
E-commerce telah merubah cara perusahaan dalam melakukan
bisnis (Rofiq, 2007). Media yang populer dalam aktivitas e-commerce
adalah world wide web (WWW). Oleh karenanya, perbaikan terus menerus
mengenai pelayanan yang disediakan oleh sistem web e-commerce akan
mempunyai pengaruh yang besar pada tingkat penjualan dan kepuasan
konsumen (Rofiq, 2007). Adapun struktur sistem e-commerce berbasis web
sebagaimana disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Rofiq (2007)
Gambar 2.2
Struktur sistem E-commerce berbasis web
30
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa konsumen dapat
berinteraksi dengan perusahaan penyedia layanan e-commerce melalui tiga
jalur (interface), yaitu web browser, telepon atau fasilitas chating (chat
window). Semua informasi mengenai konsumen akan disimpan pada user
model dan informasi ini dijadikan oleh perusahaan sebagai database profil
konsumen. Informasi profil konsumen tersebut sangat berarti bagi
perusahaan dalam kaitannya untuk meningkatkan pelayanan dan kepuasan
konsumen (Rofiq, 2007:25)
Sistem pada e-commerce berusaha untuk menciptakan interface web
yang dapat memenuhi kebutuhan interface pengguna khususnya konsumen.
Interface pengguna bergantung pada bentuk artificial intelligent (AI) pada
e-commerce itu sendiri. Interface pada e-commerce dapat dimisalkan
sebagai petugas toko yang melayani konsumen dengan baik. Beberapa
spesifikasi yang sesuai dengan e-commerce yang perlu diketahui oleh
seorang analis yang dapat bekerjasama dengan bagian pemasaran antara
lain:
1) Mengidentifikasi jenis produk dan jasa yang akan dipasarkan pada
sistem e-commerce.
2) Melibatkan interaksi pra pembelian dengan konsumen. Proses ini
melibatkan perbandingan belanja dan pemilihan produk berdasarkan
variabel kompetitif dan atribut.
31
3) Harga, sewa, pengisian antarmuka, di mana konsumen memiliki
kemampuan untuk memahami dan menentukan rencana pembayaran
dan proses barang dan jasa.
4) Penempatan sebenarnya konsumen pesanan dan persetujuannya dan
konfirmasi. Tanggal pengiriman juga merupakan bagian dari fase
pengolahan e-commerce.
5) Melibatkan mengeluarkan konsumen beberapa bentuk penerimaan atau
konfirmasi pesanan.
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat diketahui sejauh mana
penggunaan dari media internet dalam mendukung aktivitas jual beli yang
dlakukan oleh konsumen. Melalui media e-commerce konsumen akan
mendapatkan berbagai kemudahan sehingga aktivitas transaksi dapat
dilakukan dengan cepat. Kemudahan transaksi tersebut memberikan
dukungan dalam upaya konsumen untuk mendapatkan kemudahan dalam
aktivitas jual beli yang dilakukan.
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi
konsumen tentang kepercayaan konsumen berbelanja pada e-commerce dan
secara skematis, kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan berikut ini:
32
Sumber: Nuraini (2009)
Gambar 2.3
Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan alur penelitian yang akan dilakukan,
dimana dalam penelitian hanya difokuskan pada persepsi konsumen tentang
kepercayaan konsumen terhadap keputusan pembelia melalui e-commerce.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai tanggapan konsumen
atau persepsi konsumen tentang kepercayaan rantai nilai E-Commerce.
Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini dapat diketahui dari kejujuran
penjual dalam bertransaksi, tanggungjawab yang diberikan penjual kepada
pembeli dan kepercayaan bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik
sehingga dapat memberikan dukungan dalam proses transaksi yang
dilakukan. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran tingkat kepercayaan
konsumen dan persepsi konsumen tentang kepercayaan rantai nilai E-
Commerce yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah dan sangat rendah.
Kepercayaan
a. Kejujuran penjual dalam
bertransaksi.
b. Tanggung jawab penjual
kepada pembeli.
c. Kepercayaan bahwa
perusahaan memiliki reputasi
yang baik.
Persepsi Konsumen
Rantai Nilai
1. eProduct
2. eProcurement
3. eMarketing
4. eContracting
5. eDistribution
6. ePayment
7. eCostumer