bab ii tinjauan pustaka a. lanjut usia (lansia)repository.ump.ac.id/1510/3/dewi aisyah, bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia (Lansia)
1. Pengertian
Menurut UU No. 13 tahun 1989 pasal 1 ayat 2 tentang
kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai umur 60 tahun keatas. Lanjut usia sebagai tahap akhir
siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan
dialami oleh tiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang
yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam
jangka waktu beberapa dekade.
Dikutip dari (Notoatmodjo 2007 menurut WHO 1998), dikatakan
lanjut usia tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan.
Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan
ekonomi. Menurut Depkes RI, 1999 dikatakan lanjut usia dimulai paling
tidak masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa.
Sedangka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) lanjut usia
(Lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan
batas usia 60 tahun ke atas Proses menua (ageing process)
Constantinides tahun 1994 (dikutip dalam Nugroho 2000)
mengemukakan bahwa menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
8
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh.walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia (Nugroho
2000).
2. Batasan lanjut usia
Nugroho (2000) mengatakan bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia
lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age)
Adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia pertengahan (elderly)
Adalah kelompok usia antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old)
Adlah kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old)
Adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
3. Tipe-Tipe lanjut usia
Nugroho (2000), mengatakan bahwa tipe lanjut usia dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
9
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yamg
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan mengkritik.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, pekerjaan apa saja
dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
4. Perubahan kondisi fiik
Terdapat perubahan dalam tubuh kita yang sering sekali lambat
disadari, atau baru disadari sewaktu timbul masalah atau penyakit. Lestary
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
10
Sp tahun 1999 (dikutip dalam Hutapea 2005) mengemukakan bahwa
perubahan yang terjadi sewaktu memasuki usia lanjut antara lain:
a. Sistem kekebalan atau imunnologi, dimana tubuh menjadi rentan
terhadap penyakit dan alergi.
b. Basal Metabolik Rate (BMR) pada lansia turun sebesar 20% pada usia
90 tahun dibanding usia 30 tahun.
c. Konsumsi energik turun secara nyata dibarengi dengan menurunnya
jumlah energi yang dikeluarkan tubuh (energy ex penditure)
d. Cairan tubuh turun secara signifikan karena bertambah banyaknya sel-
sel mati yang dipengaruhi oleh lemak maupun jaringan konektif.
e. Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan
mencerna makanan serta penyerapan menjadi lambat dan kurang
efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering mengalami
konstipasi.
f. Sistem metabolik, yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa
karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi insulin menurun juga
karena timbunan lemak.
g. Sistem saraf menurun: rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang,
kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi (reflek)
menjadi lambat, fungsi mental menurun (kebingungan mental), ingatan
visual berkurang.
h. Sistem pernapasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru
yang mempersulit pernapasan (sesak), tingkat istirahat jantung
meningkat dan tekanan darah meningkat.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
11
i. Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai
keropos.
Denagn adanya perubahan-perubahan tersebut sering menimbulkan
berbagai penyakit pada lansia diantaranya kardiovaskuler, diabetus
militus, kanker, osteoporosis, stroke, asam urat tinggi, penyakit saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan sebagainya.
B. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001)
Menurut WHO , tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 2001 )
a. Hipertensi dimana tekanan sistoliknya sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan tekanan diastolnya sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolenya sama atau lebih
besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolenya kurang dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
12
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI,
1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
3. Etiologi
Menurut Darmojo (2001) Penyebab hipertensi pada orang lanjut
usia disebabkan oleh danya perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
13
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
14
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2001).
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Smeltzer 2001) :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
15
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala atau pusing,
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis,
kesadaran menurun.
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. (Smeltzer 2001)
Salah satu penatalaksanaan hipertensi selain dengan obat adalah
terapi tanpa obat antara lain:
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet
rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh, penurunan berat
badan, penurunan asupan etanol, menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
16
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan.
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi (Smeltzer 2001) :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
17
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
C. Relaksasi progresif
1. Pengertian
Relaksasi adalah serangkaian upaya untuk mengendurkan otot-
otot ditubuh untuk mencapai keadaan rileks agar tercapai penetralisiran
keadaan ansietas dan ketegangan (Elvira & Hadisukanto 2010). Tehnik
ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas
yang merangsang karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Tehnik
relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis (Asmadi 2008)
Relaksasi progresif adalah latihan terinstruksi yang meliputi
pembelajaran untk mengerutkan dan merilekskan kelompok otot secara
sistemik, dimulai dengan otot wajah dan berakhir pada otot kaki.
Tindakan ini biasanya memerlukan waktu 15 sampai 30 menit dan
dapat disertai dengan instruksi yang mengarahkan individu untuk
memperhatikan kelompok otot yag dirilekskan (Johnson 2005)
2. Dasar teori
Di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom. Susunan saraf pusat terdiri dari otak, sumsum
tulang belakang dan saraf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
18
tulang belakang disebut urat saraf perifer atau saraf tepi. Fungsi sistem
saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki,
misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Fungsi saraf otonom
mengendalikan gerakan-gerakan otomatis atau tidak disadari misalnya
proses kardiovaskuler, gairah seksual dan sebagainya.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua sub sistem yang kerjanya
saling berlawanan, yaitu (1) sistem saraf simpatis yang bekerja
meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu
meningkatnya denyut jantung dan pernapasan, serta menimbulkan
penyempitan pembuluh darah tepi dan pembesaran pembuluh darah
pusat, serta menurunkan temperatur kulit dan daya tahan kulit, dan juga
akan menghambat proses digesif dan seksual. (2) sistem saraf
parasimpatis menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh
saraf simpatis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang
diturunkan saraf simpatis. Selama sistem-sistem berfungsi normal dan
sembang, bertambahnya sistem aktivitas yang satu akan menghambat
atau menekan efek sistem yang lain.(Prawitasari 2000).
Menurut Susanti, Alam, Hadibroto 2005 tehnik relaksasi
progresif ini telah digunakan oleh berbagai kalangan untuk mengatasi
berbagai keluhan yang berhubungan dengan stres seperti kecemasan,
hipertensi, dan insomnia. Menurut Johnson (2005) Relaksasi progresif
adalah latihan terinstruksi yang meliputi pembelajaran untk
mengerutkan dan merilekskan kelompok otot secara sistemik, dimulai
dengan otot wajah dan berakhir pada otot kaki. Tindakan ini biasanya
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
19
memerlukan waktu 15 sampai 30 menit dan dapat disertai dengan
instruksi yang mengarahkan individu untuk memperhatikan kelompok
otot yag dirilekskan.
3. Macam-Macam Relaksasi
Menurut Prawitasari (2003) ada bermacam-macam bentuk
relaksasi antara lain:
a. Relaksasi Otot
Relaksasi otot bertujuan mengurangi ketegangan dan
kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan. Dalam
relaksasi otot , individu diminta untuk menegangkan otot dengan
ketegangan tertentu, dan kemudian diminta untuk
mengendorkannya. Sebelum dikendorkan, penting dirasakan
ketegangan tersebut, sehingga individu dapat membedakan antara
otot yang tegang dengan otot yang lemas. Instruksi relaksasi otot
dapat diberikan melalui tape corder, sehingga dapat digunakan
untuk latihan dirumah.
b. Relaksasi Kesadaran Indera
Dalam tehnik ini individu diberi satu seri pertanyaan yang
tidak untuk dijawab secara lisan, tetapi untuk dirasakan sesuai
dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami individu pada saat
instruksi diberikan, seperti pada relaksasi otot instruksi relaksasi
kesadaran indera dapat diberikan melalui tape recorder sehingga
dapat digunakan untuk latihan dirumah.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
20
c. Relaksasi melalui hipnosa, yoga dan meditasi
Relaksasi juga dapat dicapai melalui hipnotis, yoga dan
meditasi.
4. Kegunaan relaksasi
Burn (dikutip oleh Beech, dkk 2000) ada beberapa keuntungan
yang diperoleh dari relaksasi antara lain:
a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi
yang berlebihan karena adanya stress. Selain itu dalam penelitian
Dewi (1998) menunjukkan bahwa relaksasi dapat menurunkan
ketegangan pada siswa sekolah penerbangan.
b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi,
sakit kepala, insomnia dapat diobati atau diatasi dengan relaksasi.
c. Mengurangi tingkat kecemasan.
d. Mengontrol antisipatory anxiety sebelum situasi yang
menimbulkan kecemasan.
e. Kelelahan, aktivitas mental, dan latihan fisik dapat diatasi lebih
cepat dengan tehnik relaksasi.
f. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit
tertentu dan operasi.
5. Prosedur relaksasi progresif
Prosedur relaksasi progresif adalah sebagai berikut :
a. Menegangkan sejumlah otot dan merilekskannya, disini akan
digunakan 9 kumpulan otot.
b. Menyadarkan klien akan perbedaan antara tegang dan rileks.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
21
c. Kumpulan otot yang perlu ditegangkan dan dirilekskan tiap kali
harus berkurang.
d. Klien kemudian diharapkan bisa mengelola ketegangan dengan
menginstruksikan kepada diri sendiri untuk rileks kapan dan
dimana saja.
Sembilan kumpulan otot ditegangkan dan dilemaskan.
Tujuannya menyadarkan pada klien keadaan tegang dan rileks
dengan harapan klien bisa merilekskan diri sendiri bila dirinya
sedang tegang. Kumpulan otot yang dirasakan, ditegangkan dan
dilemaskan yaitu :
1) Dahi
2) Mata
3) Bibir, gigi, lidah (sekaligus)
4) Leher
5) Dada
6) Tangan, jari-jari, lengan kanan
7) Tangan, jari-jari, lengan kiri
8) Kaki, paha, telapak kaki kanan
9) Kaki, paha, telapak kaki kiri
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
22
6. Instruksi relaksasi progresif
Cara melakukan teknik relaksasi progresif adalah: a) Kepalkan
kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan bawah (sikap Charles
Atlas) selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan
rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks.selama 12
sampai 30 detik; b) Kerutkan dahi ke atas, pada saat yang sama tekan
kepala sejauh mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan
kebalikannya selanjutnya relaks; kemudian kerutkan otot muka seperti
menari: cemberut, mata dikedipkan, bibir dimonyongkan kedepan lidah
ditekan di langit-langit, dan bahu dibungkukkan. Di lanjutkan selama
lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan rasanya dan
tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks.selama 12 sampai 30 detik;
c) Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas dalam
masuk, tekan keluar lambung, ditahan. Relaks. Nafas dalam, tekan keluar
perut, tahan, relaks; d) Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke
muka,tahan, relaks. Lipat ibu jari, secara serentak kencangkan betis, paha,
dan pantat selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan
rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks.selama 12
sampai 30 detik.
Selama melakukan teknik relaksasi catat respon non verbal klien,
jika klien menjadi agitasi atau tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika
klien terlihat kesulitan relaxing hanya sebagian tubuh, perawat
melambatkan kecepatan latihan dan berkonsentrasi pada bagian tubuh
yang tegang (Greenberg, 2002).
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
23
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan
mengenai otot-otot yang dilatih:
Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan yang semakin kuat (gambar 1), sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, pasien
merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini
dilakukan dua kali sehingga pasien dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur
serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan
bagian belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua
lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit (gambar 1).
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
24
Gambar 1. Gerakan ke satu dan ke dua (melatih otot-otot tangan)
Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps
adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat
gambar 2). Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan
sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke
pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
Gerakan 1. Mengepalkan Tangan
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
25
Gambar 2. Gerakan ke tiga (melatih otot-otot biceps)
Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi
untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan
cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu
akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan
ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan
leher (gambar 3).
Gambar 3. Gerakan ke empat (melatih otot bahu)
Gerakan ke lima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang
ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang
dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
26
dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan
untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras
mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata (gambar 4).
Gerakan ke tujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,
diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang. Gerakan ke delapan ini dilakukan untuk
mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Gambar 4. Gerakan ke lima sampai ke delapan (melatih otot-otot wajah)
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
27
Gerakan ke sembilan dan gerakan kesepuluh ditujukan untuk
merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan
diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan. Pasien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat
beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada
permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga pasien dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Gambar 5. Gerakan ke sembilan sampai ke dua belas (melatih otot-
otot leher)
Gambar 11 untuk melatih otot-otot punggung
Gambar 9 untuk melatih otot-otot leher belakang
Gambar 12 untuk melatih otot-otot dada
Gambar 12 untuk melatih otot-otot leher depan
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
28
Gerakan ke sepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan
(lihat gambar 5). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala
ke muka, kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke
dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.
Gerakan ke sebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari
sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan
dada sehingga tampak seperti pada gambar 5. Kondisi tegang
dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,
letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot
menjadi lemas.
Gerakan ke duabelas, dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada.
Pada gerakan ini, pasien diminta untuk menarik nafas panjang untuk
mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini
ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas,
pasien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan
gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks. Setelah latihan otot-
otot dada.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
29
Gambar 6. Gerakan ke tiga belas sampai ke delapan (melatih otot-otot
bagian depan tubuh)
Gerakan ke tigabelas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian
menahannya sampai perut menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk
perut ini.
Gerakan ke empat belas adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki.
Gerakan ini dilakukan secara berurutan. Gerakan 14 bertujuan untuk
melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah
telapak kaki (lihat gambar 6) sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan
ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar 6), sedemikian
sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
30
relaksasi otot, pasien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru
setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
D. Kerangka teori
Gambar 2.1
Kerangka teori
Smeltzer (2001), Medicastore (2003)
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup,
Obesitas
HIPERTENSI
Otak
Koroner
jantung
Ginjal
Resistensi
pemb. drh
otak
Nyeri
kepala
Suplai O2
otak
Kesadaran
Vasokonstriksi
pembuluh
darah ginjal
Blood
flow
Respon KAA
Vasokonstriksi
Retina
Spasmus
arteriole
Pembuluh
Darah
Sistemik
Vasokontriksi
CVA
Rangsangan
Aldosteron Retensi Na
Infark Afterload
COP
Intoleransi
aktivitas
Relaksasi
progresif
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
31
E. Kerangka konsep
Kerangka merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari
hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak
dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur
melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Berdasarkan
hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lainnya,
variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel
intervening (Notoatmodjo 2005).
Pada penelitian ini konsep yang diajukan adalah relaksasi progresif
yang merupaka variabel intervening, dan tekanan darah pada lansia sebelum
dan sesudah dilakukan relaksasi progresif sebagai variabel dependent (terikat).
Kerangka penelitian dapat dilihat pada skema berikut ini.
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia
F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan didalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo 2005).
TD Sebelum
Intervensi
Relaksasi
Progresif
TD Sesudah
Intervensi
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013
32
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho : ada pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia
Ha : tidak ada pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI…, DEWI AISYAH, FIKES UMP, 2013