pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan...

132
PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULYA 3 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: SYAHRANI 1113104000040 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: lamnga

Post on 03-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN

DARAH SISTOLIK PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULYA 3

MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

(S.Kep)

Oleh:

SYAHRANI

1113104000040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2017

Syahrani

Page 3: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

iii

FACULTY OF MEDICINES AND HEALT SCIENCE

MAJOR OF NURSING SCIENCE

SYARIF HIDAYATULLAH STATE UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, May 2017

Syahrani, NIM 1113104000040

Effects of Ergonomic Gymnastics on Systolic Blood Pressure in Elderly with

Hypertension at Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Retirement

Home, South Jakarta

xix + 89 pages + 11 tabels + 3 charts + 5 pictures + 7 attachments

ABSTRACT

Hypertension is one of the cardiovascular problems that often occur in the elderly.

The high blood pressure that take place in a long time will cause damage to blood

vessels throughout the body, however it can be controlled with pharmacological

and non-pharmacological therapy, which is ergonomic gymnastics. Ergonomic

gymnastics is a movement of gymnastics combined with breathing techniques. This

study aims to determine the effect of ergonomic gymnastics on systolic blood

pressure in the elderly with hypertension in Tresna Werdha Budi Mulya 3

Margaguna Retirement Home, South Jakarta. The study used the Pretest-postest per

One Group Experimental design. The sampling technique used was Purposive

Sampling with 21 respondents. Intervention given for 2 weeks in total of 6 times

intervention. Data analysis in this research use Paired T-test statistic test. The result

of the research by using parametric test of Paired T-test showed p = 0,000, means

there was decreasing the mean of blood pressure for 2 weeks by 11,29 mmHg. So

the conclusion is ergonomic gymnastics effect on systolic blood pressure decrease

in elderly with hypertension. This research is expected to be a consideration for the

Tresna Werdha Retirement Home to be able to make ergonomic gymnastics as

hypertension control program.

Keywords: Hypertension, Elderly, Ergonomic Gymnastics

Page 4: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Mei 2017

Syahrani, NIM 1113104000040

Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Tekanan Darah Sistolik pada Lansia

dengan Hiperetensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna

Jakarta Selatan

xix + 89 halaman + 11 tabel + 3 bagan + 5 gambar + 7 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu masalah kardiovaskular yang sering terjadi pada lansia.

Tingginya tekanan darah yang lama akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah

di seluruh tubuh, namun hal tersebut dapat dikendalikan dengan terapi farmakologi

maupun non farmakologi, salah satunya adalah senam ergonomik. Senam

ergonomik merupakan suatu gerakan senam yang dikombinasikan dengan teknik

pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik

terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan

desain Pra-eksperimental One Group Pretest-postest. Teknik sampling yang

digunakan adalah Purposive Sampling dengan jumlah sampel 21 responden.

Pemberian intervensi selama 2 minggu sebanyak 6 kali intervensi. Analisa data

dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Paired T-test. Hasil penelitian

dengan menggunakan uji parametrik Paired T-test menunjukkan p=0,000, dan

terjadi penurunan rata-rata tekanan darah selama 2 minggu sebesar 11,29 mmHg.

Sehingga kesimpulannya adalah senam ergonomik berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian ini

diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi Panti Sosial Tresna Werdha untuk bisa

menjadikan senam ergonomik sebagai program pengendalian hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, Lansia, Senam Ergonomik

Page 5: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

v

Page 6: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

vi

Page 7: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

vii

Page 8: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syahrani

Tempat, tanggal lahir : Bogor, 18 Mei 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jl. H. Mawi Desa Waru Gg. Omega Rt. 006 RW. 02

No.66 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor

Hp : 085609500670

Email : [email protected]

Fakutas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Waru 05 2001-2007

2. SMP Negeri 1 Parung 2007-2010

3. SMK Nusantara 02 Kesehatan 2010-2013

4. S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang

Page 9: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kepada Allah SWT yang

telah memberikan begitu banyak nikmat dan karunia-Nya serta shalawat beriringan

salam kepada Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Senam Ergonomik terhadap

Tekanan Darah Sistolik pada Lansia dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan”.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan,

pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis

akan menerima dengan hati terbuka dan rasa terimakasih atas segala kritik dan saran

yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari

berbagai pihak yang telah membantu penulis dengan sepenuh hati. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak yang telah

membantu, dan semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Rasa syukur dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 10: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

x

2. Prof. Dr. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kp., Sp.KMB, selaku Wakil Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Uswatun Khasanah, S.Kep., MSN, selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan motivasi.

6. Bapak Ns. Moh. Fuad Almubarok., S.Kep., M.Kep., Sp.KMB, selaku

pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

7. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp., M.Biomed, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dan memberikan perhatiannya selama

hampir 4 tahun duduk di bangku perkuliahan.

8. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak

terhingga, serta seluruh staff dan karyawan di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Orangtua saya, Bapak Edi Ruswana dan Ibu Rukiyah yang telah mendidik,

memberikan dukungan, memberikan rasa kasih sayang yang luar biasa tiada

henti, mendoakan keberhasilan, serta memberikan dukungan moril maupun

materil.

Page 11: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xi

10. Kakak saya tercinta Eka Ruswanti dan Anggi Rakasiwi yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada saya tiada henti.

11. Ikbal Salim, yang telah memberikan dukungan yang luar biasa selama awal

di bangku perkuliahan sampai proses penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat saya tercinta Risca Yuliani, Qorina Fairuz dan Deta Amelia

yang telah sama-sama berjuang selama di bangku perkuliahan, serta

memberikan motivasi dan selalu ada di saat senang maupun sedih.

13. Teman-teman PSIK 2013 yang telah berjuang bersama selama perkuliahan

di keperawatan.

14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah banyak membantu.

Atas bantuan dan segala dukungan yang telah diberikan, penulis berdoa

semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis juga berharap proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun

para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juni 2017

Penulis

Page 12: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii

ABSTRACT ...................................................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

PERNYATAAN PESETUJUAN ...................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ............................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

1. Tujuan Umum ................................................................................. 9

2. Tujuan Khusus ................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

E. Ruang Lingkup ................................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 11

A. Konsep Lansia ................................................................................. 11

1. Definisi ......................................................................................... 11

2. Batasan Umur Lanjut Usia ........................................................... 11

3. Perubahan pada Lansia ................................................................. 12

B. Konsep Hipertensi ........................................................................... 13

1. Definisi ......................................................................................... 13

2. Klasifikasi Hipertensi ................................................................... 13

3. Etiologi Hipertensi ....................................................................... 15

4. Patofisiologi Hipertensi ................................................................ 16

5. Manifestasi Klinis Hipertensi ....................................................... 18

6. Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi ............................................. 19

7. Komplikasi Hipertensi .................................................................. 20

8. Penatalaksanaan dan pencegahan Hipertensi ............................... 21

9. Alat Ukur ...................................................................................... 24

C. Tekanan Darah Sistolik ................................................................... 28

Page 13: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xiii

1. Definisi ......................................................................................... 28

2. Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik .............................................. 29

3. Faktor Risiko Hipertensi Sistolik ................................................. 29

D. Senam .............................................................................................. 32

1. Definisi Senam Ergonomis ........................................................... 32

2. Teknik dan Manfaat Senam Ergonomis ....................................... 33

3. Pengaruh Senam terhadap Penurunan Tekanan Darah ................. 44

4. Waktu Pengukuran Tekanan Darah Setelah Senam Ergonomis... 47

5. Ketentuan-Ketentuan dalam Latihan Fisik pada Lansia ............... 48

E. Penelitian terkait Senam Ergonomis dan Hipertensi ....................... 49

F. Kerangka Teori ................................................................................ 52

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL ............................................................................................... 54

A. Kerangka Konsep ............................................................................ 54

B. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 55

C. Definisi Opersional .......................................................................... 56

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 58

A. Desain Penelitian ............................................................................. 58

B. Populasi Dan Sampel ....................................................................... 58

1. Populasi ........................................................................................ 58

2. Sampel .......................................................................................... 59

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................... 61

D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 61

E. Prosedur Pengambilan Data ............................................................ 61

1. Prosedur Administrasi .................................................................. 62

2. Prosedur Teknis ............................................................................ 62

F. Pengolahan Data .............................................................................. 64

1. Editing/Memeriksa ....................................................................... 64

2. Coding .......................................................................................... 64

3. Entry data/processing ................................................................... 65

4. Cleaning data ............................................................................... 65

5. Melakukan teknis analisis ............................................................ 65

G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 65

1. Analisis Univariat ......................................................................... 65

2. Analisis Bivariat ........................................................................... 66

H. Etika Penelitian ................................................................................ 67

1. Informed Consent ......................................................................... 67

2. Anonimity (Tanpa Nama) ............................................................. 67

3. Confidentiality (Kerahasiaan) ....................................................... 68

BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................... 69

A. Gambaran Tempat Penelitian .......................................................... 69

B. Hasil Analisa Univariat ................................................................... 69

1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin .................. 70

2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia .................................. 70

Page 14: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xiv

3. Karakteristik Responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) ............................................................................................... 71

4. Karakteristik Responden berdasarkan Riwayat Merokok ............ 71

5. Karakteristik Responden berdasarkan Riwayat Hipertensi

Keluarga........................................................................................... 72

C. Hasil Analisa Bivariat ...................................................................... 72

1. Uji Normalitas .............................................................................. 73

2. Perbedaan tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi sebelum

dan sesudah melakukan senam ergonomik di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan ......................... 73

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 76

A. Interpretasi Hasil Penelitian............................................................. 76

1. Analisa Univariat .......................................................................... 76

2. Analisis Bivariat ........................................................................... 84

3. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 86

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 87

A. Kesimpulan ...................................................................................... 87

B. Saran ................................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xv

DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

ADH : Antidiuretik Hormone

BAK : Buang air kecil

BUN : Blood Urea Nitrogen

DASH : Dietary Approoches to Stop Hypertension

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

HDL : High Density Lipoprotein

JNC : Joint National Committee

KB : Keluarga Berencana

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LDL : Low Density Lipoprotein

MmHg : Milimeter Merkuri Hydragyrum

mmol : Milimol

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

TIA : Transient Ischemic Attack

WHO : World Healt Organization

Page 16: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi WHO ................................................................................... 15

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut WHO-ISH ............................................................ 15

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik....................................................... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 56

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 70

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia .............................. 70

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) ..................................................................................................................... 71

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Merokok ........ 71

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Keluarga ................................................................................................................ 72

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Normalitas Pengukuran Tekanan Darah

Sistolik Sebelum dan Sesudah Senam Ergonomik ............................................... 73

Tabel 5.7 Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah

Melakukan Senam Ergonomik .............................................................................. 74

Page 17: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 52

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 54

Bagan 4.1 Desain Penelitian pra-eksperimental one group pre-test dan post-test 58

Page 18: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapang Dada ..................................................................................... 36

Gambar 2.2 Tunduk Syukur .................................................................................. 38

Gambar 2.3 Duduk Perkasa................................................................................... 39

Gambar 2.4 Duduk Membakar .............................................................................. 42

Gambar 2.5 Berbaring Pasrah ............................................................................... 43

Page 19: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampran 1 Surat izin penelitian Wali Kota Jakarta Selatan

Lampiran 2 Surat izin penelitian Panti Sosial Tresna Werdha

Lampiran 3 Surat keterangan pelatihan senam ergonomik

Lampiran 4 Surat perbyataan bersedia menjadi responden

Lampiran 5 Lembar observasi tekanan darah

Lampiran 6 Lembar observasi gerakan senam ergonomik

Lampiran 7 Output SPSS

Page 20: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian
Page 21: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular yang masih

merupakan tantangan besar di Indonesia. Penyakit ini sering ditemukan

pada pelayanan kesehatan primer (Kemenkes RI, 2014a). Setiap tahunnya

hipertensi menyebabkan kematian hampir 9,4 juta orang akibat penyakit

jantung dan stroke jika digabungkan, penyakit tersebut merupakan penyakit

penyebab kematian nomor satu di dunia (World Healt Organization, 2013).

Hipertensi adalah tekanan darah yang abnormal dan diukur paling tidak tiga

kali pada kesempatan yang berbeda. Tekanan darah dianggap tinggi apabila

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan untuk tekanan diastolik lebih dari

90 mmHg (Corwin, 2009). Pada lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90

mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi merupakan silent killer dimana

gejala pada setiap individu dapat bervariasi dan hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di

tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur,

telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes.RI, 2014).

Menurut WHO (2013) jumlah pasien hipertensi dunia pada tahun

2025 akan meningkat menjadi 1,5 milyar orang. Adapun prevelensi

hipertensi di seluruh dunia berdasarkan WHO pada tahun 2011 diperkirakan

Page 22: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

35% negara maju menderita hipertensi sedangkan pada negara berkembang

mencapai 40% dan pada Asia Tenggara diperkirakan 36% penduduk

menderita hipertensi (Triwibowo, Frilasari & Hapsari, 2011). Menurut hasil

RISKESDAS 2013 prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

pengukuran pada usia ≥ 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka

Belitung (30, 9%) dan terendah di Papua sebesar 16,8% untuk penyakit

hipertensi, untuk DKI Jakarta sendiri sebanyak (20,0%). Angka insiden

hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia, usia di atas 60

tahun, dengan prevelensi mencapai 60% sampai 80% dari populasi lansia.

Diperkirakan 2 dari 3 lansia menderita hipertensi. Tingginya angka tersebut

disebabkan salah satunya adalah oleh faktor pertambahan usia, dimana saat

usia semakin bertambah fungsi tubuh semakin menurun. Fungsi tubuh yang

menurun pada lansia diantaranya ialah sel, kardiovaskuler, respirasi,

persarafan, muskuloskeletal, gastrointestinal, urinaria, pendengaran,

penglihatan, endokrin, dan kulit.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lansia adalah

seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun keatas. Proses penuaan

akan berdampak pada berbagai aspek dalam kehidupan, baik sosial,

ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan dengan semakin

bertambahnya usia maka lansia akan semakin rentan terhadap berbagai

keluhan fisik, baik karena faktor alami maupun karena faktor penyakit

(Kemenkes RI, 2014b). Salah satu penyakit yang paling banyak dialami

Page 23: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

lansia adalah hipertensi. Hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama

bagi perkembangannya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler

pada orang-orang yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan oleh kekakuan

pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat (Kenia &

Taviyanda, 2013).

Penelitian yang dilakukan di SaoPaulo didapatkan prevelensi

hipertensi pada lansia sebesar 70% dari jumlah populasinya. Keadaan

serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan di China, dimana

pada penelitian tersebut hipertensi ditemukan pada 53% populasi lansia

(Arifin, Weta & Ratnawati, 2016). Berdasarkan hasil survey prevelensi

hipertensi tertinggi di Indonesia berdasarkan kelompok umur ialah

kelompok umur lansia. Lansia memiliki kecenderungan prevelensi yang

paling tinggi dalam kaitan gangguan-gangguan yang bersifat kronis, salah

satunya ialah penyakit hipertensi (Tamher & Noorkasiani, 2009). Penyakit

terbanyak pada lansia tahun 2013 ialah hipertensi, sebanyak 45, 6% pada

kelompok usia 55-64 tahun, 57, 6% pada kelompok usia 65-74 tahun, dan

63, 8% pada kelompok usia ≥ 75. Dengan demikian, dibutuhkan perhatian

dari semua pihak untuk memperhatikan berbagai masalah yang berkaitan

dengan lansia, terutama hipertensi yang angkanya paling tinggi (Kemenkes

RI, 2014b).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan

gagal ginjal. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan

setengah orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya.

Page 24: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Setelah penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus selalu dipantau

dengan teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.

Tingginya tekanan darah yang lama akan merusak pembuluh darah di

seluruh tubuh, yang paling jelas terjadi pada mata, jantung, ginjal, dan otak.

Maka komplikasi yang biasa terjadi pada hipertensi lama yang tidak

terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, dan

stroke. Selain itu jantung akan membesar karena dipaksa meningkatkan

beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah (Smeltzer &

Bare, 2002).

Menurut WHO, dari 50% penderita hipertensi yang diketahui, 25%

mendapat pengobatan hanya 12, 5% yang diobati dengan baik. Menurut

hasil RISKESDAS 2013, sebanyak 9,5% penduduk Indonesia penderita

hipertensi yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat. Jadi,

ada 0,1% yang minum obat sendiri dan 0,7% penduduk yang tekanan

darahnya normal namun sedang minum obat hipertensi. Pengobatan

penderita hipertensi belum efektif karena sering menimbulkan kekambuhan

dan menimbulkan efek samping yang berbahaya dalam jangka panjang.

Terapi non farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk

mendapatkan efek pengobatan farmakologis (obat anti hipertensi). Terapi

non farmakologis terbukti dapat mengontrol dan mempertahankan tekanan

darah agar tidak semakin meningkat (Hikayati, Flora R, 2012).

Menerapkan hidup sehat bagi setiap orang sangatlah penting untuk

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting untuk

Page 25: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

penanganan hipertensi. Semua orang dengan prehipertensi dan hipertensi

harus melakukan perubahan gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang

penting untuk menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan

untuk individu yang obesitas, mengurangi konsumsi garam, dan aktivitas

fisik. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga aerobik

secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal

untuk kebanyakan pasien hipertensi. Studi menunjukan kalau olahraga

aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda,

dapat menurunkan tekanan darah. Pasien harus konsultasi dengan dokter

untuk mengetahui jenis olahraga mana yang cocok dan terbaik untuknya

terutama dengan pasien yang mengalami kerusakan organ (Bina et al.,

2006).

Latihan olahraga dapat merileksasikan pembuluh-pembuluh darah.

Lambat laun olahraga akan melemaskan pembuluh-pembuluh darah,

sehingga tekanan darah akan menurun (Y. Prasetyo, 2013). Olahraga diduga

dapat mengubah vasokonstriktor menjadi vasodilator (mengurangi

vasokonstriksi dan tekanan pada tekanan darah). Latihan olahraga juga

terbukti meningkatkan produksi oksida nitrat dan meningkatkan fungsi

vasodilatasi yang akan mengurangi resistensi perifer dan menurunkan

tekanan darah (Pescestello, 2010). Setelah senam, terjadi penurunan

aktivitas kardiovaskular. Baroreseptor akan merespon untuk memberikan

penurunan denyut jantung dan kontraktilitas jantung serta penurunan

tekanan darah. Baroreseptor bertugas untuk mengembalikan keadaan tubuh

Page 26: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

menjadi seimbang atau homeostasis. Olahraga yang cukup dapat

menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik, namun untuk

kebanyakan penurunan tekanan darah sistolik menunjukkan perbedaan yang

lebih bermakna daripada tekanan darah diastolik (Moniaga, Pangemanan, &

Rampengan, 2013).

Olahraga bagus untuk kesehatan tubuh manusia, namun tidak semua

olahraga baik dilakukan oleh lansia. Ada beberapa macam gerakan yang

dianggap membahayakan saat berolahraga untuk lansia (Maryam, Ekasaru,

Rosidawati, Jubaedi & Batubara, 2008). Senam Ergonomis merupakan

suatu metode yang praktis, efektif, efisien, dan logis dalam memelihara

kesehatan tubuh manusia. Gerakan senam ini dapat langsung membuka,

membersihkan dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh, seperti

sistem kardiovaskuler, perkemihan, dan reproduksi. Senam Ergonomis

mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan kelenturan sistem

saraf dan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak, membuka

sistem kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanas tubuh, sistem

pembakaran asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, chrystal oxalate,

sistem konversi karbohidrat, sistem pembuatan elektrolit atau ozon dalam

darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem kekebalan tubuh dari energi

negatif/virus, dan sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh.

Gerakan-gerakan senam Ergonomis sesuai dengan kaidah-kaidah

penciptaan tubuh yang diilhami dari gerakan shalat sehingga lansia mudah

untuk melakukan gerakan senam ini (Wratsongko, 2014).

Page 27: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh (Komariah, 2015), tentang pengaruh

senam ergonomis terhadap kadar asam urat pada lansia dengan gout di pos

binaan terpadu kelurahan Pisangan Ciputat Timur, didapatkan hasil

penelitian yang menunjukan bahwa senam Ergonomis berpengaruh

terhadap penurunan kadar asam urat di pos binaan terpadu kelurahan

Ciputat Timur. Penelitian lain juga yang dilakukan oleh (Idealita, 2012),

tentang pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan tingkat depresi

pada lansia di unit rehabilitasi sosial wening wardoyo Ungaran kabupaten

Semarang, didapatkan hasil penelitian yang menunjukan adanya perbedaan

yang signifikan rata-rata skor tingkat depresi pada lansia sebelum dan

sesudah diberikan senam ergonomis pada kelompok intervensi. Penelitian

(J. D. Prasetyo & Agustrianti, 2014) tentang pengaruh senam ergonomis

terhadap perubahan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 di

wilayah kerja puskesmas Karangdadap kabupaten Pekalongan juga

menunjukan hasil penelitian adanya pengaruh yang signifikan terhadap

pemberian senam ergonomis terhadap penurunan kadar gula darah pada

klien dengan diabetes mellitus tipe 2.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan, dari hasil

wawancara dengan pengurus Panti Sosial didapatkan data dari 222 lansia

yang ada 64 lansia diantaranya menderita hipertensi. Dari 10 lansia yang

dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan wawancara, sebanyak 5 lansia

menunjukkan tekanan darah tinggi. 2 lansia mengeluh sering pusing, 2

Page 28: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

lansia mengeluh pusing tidak sering, dan 1 lansia tidak memiliki keluhan.

Untuk mengurangi keluhan tersebut, sebagian besar lansia melakukan terapi

farmakologi (obat dari klinik dan obat warung). Sebagian besar lansia

memiliki kebiasaan merokok yang sangat tinggi, juga memiliki kegiatan

harian yang ringan. Di panti sosial tersebut terdapat jadwal senam yang

dilakukan 2 kali dalam seminggu. Senam yang dilakukan ialah senam

aerobik. Namun meskipun telah dibuat jadwal senam, banyak lansia yang

tidak mengikuti senam. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti ingin

melakukan penelitian tentang Pengaruh Senam Ergonomis terhadap

Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

B. Rumusan Masalah

Penderita hipertensi di Indonesia masih sangat tinggi, terutama pada

lansia. Dimana pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh, apabila

mengkonsumsi obat anti hipertensi yang lama akan menimbulkan masalah

atau efek samping bagi tubuhnya. Maka dari itu diperlukannya terapi non

farmakologi yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan

tekanan darah bagi penderita hipertensi pada lansia. Aktivitas fisik dapat

menurunkan tekanan darah. Olahraga aerobik secara teratur paling tidak 30

menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien

hipertensi. Salah satu aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk

menurunkan tekanan darah pada lansia adalah senam ergonomik, karena

senam ergonomik sangat praktis, efektif dan efisien serta gerakannya mudah

Page 29: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dan cocok untuk lansia. Maka dari itu peneliti merumuskan adakah

Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Tekanan Darah Sistolik pada Lansia

dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna

Jakarta Selatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik

pada lansia dengan hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi responden berdasarkan data demografi (jenis kelamin,

nilai IMT, kebiasaan merokok, riwayat hipertensi keluarga)

b. Teridentifikasi tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi

sebelum melakukan senam ergonomik

c. Teridentifikasi tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi

sesudah melakukan senam ergonomik

d. Teridentifikasi apakah ada pengaruh tekanan darah sistolik lansia

dengan hipertensi setelah diberikan intervensi senam ergonomik

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada

masyarakat mengenai senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik.

Penelitian ini memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan

khususnya terapi non farmakologi terhadap tekanan darah. Penelitian ini

Page 30: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

juga diharapkan memberi masukan pada pelayanan kesehatan seperti di

Puskesmas, Posbindu, Panti Werdha untuk menginformasikan membuat

program rutin senam ergonomik dan mengajarkan senam ergonomik

sebagai intervensi untuk menurunkan tekanan darah.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan menggambarkan pengaruh senam ergonomik

terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian ini

dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya pada tahun 2017.

Populasi penelitian ini adalah lansia usia ≥60 tahun. Sebagai sampel

penelitian dipilih lansia yang pada usia tersebut menderita hipertensi ringan

dan sedang sebanyak 21 responden. Penelitian ini menggunakan metode

pra-eksperimental one group pretest-postest. Penggunaan paired t-test

digunakan untuk menguji hasil dari dua hasil pengukuran (pre-test dan post-

test) untuk melihat apakah terjadi perubahan yang signifikan.

Page 31: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

apabila usianya diatas 65 tahun (Efendi, 2009). Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun keatas (Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Lansia merupakan suatu periode dari

rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi

tubuh (Wijayanti, 2008).

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle

age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun,

dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2009). Menurut

Dra. Jos Masdani (Psikolog UI), lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia

dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu yang

pertama (fase iuventus) 25-40 tahun, kedua (fase virilitas) 40-55 tahun,

ketiga (fase presenium) 55-65 tahun, dan yang ke empat (fase senium) 65

tahun hingga tutup usia. Sedangkan menurut Prof. Dr. Koesoemato

Setyonegoro masa lanjut usia terbagi menjadi tiga batasan umur, yaitu

Page 32: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (> 80 tahun)

(Efendi, 2009).

3. Perubahan pada Lansia

Menurut (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi & Batubara, 2008),

perubahan yang terjadi pada lansia berupa perubahan fisik, psikologis, dan

juga sosial.

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia antara lain ialah perubahan: sel,

kardiovaskuler, respirasi, persarafan, muskuloskeletal, gastrointestinal,

ginjal, vesika urinaria, prostat, vagina, pendengaran: membran timpani

atrofi sehingga terjadi gangguan pendegaran, penglihatan, endokrin, dan

kulit.

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,

kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,

perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.

c. Perubahan sosial

Perubahan sosial meliputi peran, keluarga, teman, abuse, masalah

hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik,

pendidikan, agama, dan panti jompo.

Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan

degeneratif (menua) juga secara progresif tubuh akan kehilangan daya tahan

Page 33: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

tubuh terhadap infeksi, disamping itu juga sesuai individu seperti dampak: fisik,

sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual (Mardina & Zelvino, 2014). Salah

satu insiden tertinggi yang terjadi pada lansia adalah hipertensi. Diperkirakan 2

dari 3 lansia menderita hipertensi (Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

B. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Dalimartha,

Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan, 2008). Menurut (Baradero,

Dayrit, & Siswadi, 2008), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Hipertensi

merupkan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki risiko penyakit

jantung, stroke dan gagal ginjal (Mahasiswa Departemen Epidemiologi

FKM USU & Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU, 2013). Dengan

betambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur

45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan yang disebabkan oleh

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan

berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Bianti Nuraini, 2015).

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (Kemenkes RI, 2014a), klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

Page 34: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

a. Berdasarkan penyebab

1) Hipertensi primer/hipertensi esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang

bergerak dan pola makan. Terjadi sekitar 90 persen pada penderita

hipertensi.

2) Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial

Hipertensi yang diketahui peyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

b. Berdasarkan bentuk hipertensi

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), hiprtensi campuran (sistol

dan diastol yang meninggi), hipertensi sistolik (isolated systolic

hypertension).

Page 35: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

1Tabel 2.1 Klasifikasi WHO

Tingkat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

I 140-159 90-99

II 160-179 100-109

III 180-209 110-119

IV >210 >120

Sumber: WHO Hipertension Clasification (2011)

2Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut WHO-ISH

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

OPTIMAL <120 <80

Normal <130 <85

Nomal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Grade I (ringan) 140-159 90-99

Border line 140-149 90-94

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (berat) >180 >110

Hipertensi sistolik >140 <90

Border line hipertensi sistolik 140-149 <90

Sumber: Nadesul, Handrawan (2009)

3. Etiologi Hipertensi

a. Penyebab hipertensi primer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui penyebabnya, namun ada

beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor-

faktor tersebut meliputi umur (usia lanjut), jenis kelamin (pria), riwayat

keluarga yang mengalami hipertensi, obesitas yang dikaitkan dengan

peningkatan volume intravaskular, aterosklerosis (penyempitan arteria-

arteria dapat menyebabkan tekanan darah meningkat), merokok

(nikotin dapat membuat pembuluh darah menyempit), kadar garam

tinggi (natrium dapat membuat retensi air yang dapat menyebabkan

volume darah meningkat, konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma

Page 36: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

katekolamin, dan stres emosi yang dapat merangsang sistem saraf

simpatis (Baradero et al., 2008).

b. Penyebab hipertensi sekunder

Menurut (Baradero et al., 2008), penyebab hipertensi sekunder ialah

penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal), penyakit

renovaskular (berkurangnya perfusi ginjal karena aterosklerosis atau

fibrosis yang membuat arteri renaliss menyempit, menyebabkan tahanan

vaskular perifer meningkat), sindrom cushing (meningkatnya volume

darah), aldosteronisme primer (aldosteron menyebabkan retensi natrium

dan air, yang membuat volume darah meningkat), fenokromositoma

(sekresi yang berlebihan dan katekolamin norepinefrin membuat

tahanan vaskular perifer meningkat), koarktasi aorta (menyebabkan

tekanan darah meningkat pada ekstremitas atas dan berkurangnya

perfusi pada ekstremitas bawah), trauma kepala atau tumor kranial

(meningkatnya tekanan intrakranial akan menyebabkan perfusi serebral

berkurang, iskemia yang timbul akan merangsang pusat vasomotor

medula untuk meningkatkan tekanan darah), hipertensi akibat

kehamilan (penyebab belum diketahui, ada teori bahwa vasospasme

umum bisa jadi faktor penyebab).

4. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi hipertensi menurut (Bianti Nuraini, 2015), ialah:

Tekanan darah dipengaruhi oleh volume sekuncup dan total peripheral

resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satunya yang tidak

Page 37: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh

memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara

akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan

stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan

darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat

seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor,

respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri

pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat

melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial

yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian

dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang

dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan

berbagai organ.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE).

ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya

oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan

tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)

Page 38: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang disekresikan ke luar

tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan

dengan cara menarik cairan dari intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsinya

dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali

dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada akhirnya

akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

Gejala hipertensi menurut Ikatan Dokter Indonesia: Seringkali,

pasien menganggap bila tidak ada keluhan, berarti tekanan darah tidak

tinggi. Hal tersebut harus diwaspadai karena gejala hipertensi mulai dari

tanpa keluhan/gejala sama sekali baik yang dirasakan oleh penderita

maupun yang tampak oleh orang lain (dokter) sampai gejala yang demikian

berat. Misalnya tekanan darah sangat tinggi (ekstrimnya, tekanan darah

dapat mencapai 240/130 mmHg tetapi tanpa keluhan). Sebaliknya individu

yang tekanan sistoliknya baru mencapai 140 mmHg atau diastoliknya

mencapai 90 mmHg sudah merasakan keluhan, misalnya pusing/berputar

Page 39: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dan sebagainya yang mengganggu aktivitas penderita sehari-hari. Jadi perlu

ditekankan kepada penderita dan masyarakat bahwa hipertensi jangan hanya

dilihat dan dirasakan dari gejalanya, tetapi lakukan pemeriksaan tekanan

darah secara berkala walaupun belum pernah mengalami tekanan darah

tinggi (Aziza, 2007).

Gejala yang dapat timbul mulai dari tidak ada gejala sampai gejala

ringan (misalnya: pusing, melayang, berputar, vertigo, berdenyut/seperti

ditusuk-tusuk/ rasa sakit yang hebat, baik sebagian kepala maupun seluruh

bagian kepala, migrain), rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, mual

sampai muntah, pelupa, pandangan mata kabur atau tidak jelas bahkan dapat

langsung buta, kaki bengkak, mimisan, langsung komplikasi yang lebih

berat seperti sesak nafas hebat (akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri

akibat perdarahan di otak (stroke) (Aziza, 2007).

6. Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi

Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis awal hipertensi

ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah yang tinggi.

Pemeriksaan dilakukan paling sedikit dua kali dalam waktu yang tidak

bersamaan dengan posisi pasien duduk atau berbaring. Setelah diagnosis

ditentukan, pemeriksaan diagnostik yang spesifik dilakukan untuk

menentukan penyebab hipertensi, luasnya kerusakan organ-organ vital

(ginjal, jantung, otak), dan pembuluh-pembuluh retina. Hasil dari

pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk membandingkan

Page 40: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

hasi-hasil pemeriksaan selanjutnya (Baradero et al., 2008). Anamnesis

meliputi keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan keluarga, riwayat

penggunaan obat yang kini/pernah dijalani, riwayat sosial (gaya hidup),

hasil pemeriksaan tekanan darah selama ini. Pemeriksaan fisik terdiri atas

pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan umum (Gleadle, 2007)

.Pemeriksaan penunjang menurut (Aspiani, 2015):

a. Laboratorium

Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal, kreatini

serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal

dengan gagal ginjal akut, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,

natrium, kreatinin, gula darah puasa), profil lemak (setelah puasa 9-12

jam) termasuk HDL, LDL, dan trigliserida.

b. Elektrokardiogram

Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia atau infark miokard, peninggian

gelombang P dan gangguan konduksi.

c. Foto rontgen

Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta,

pembendungan dan melebarnya paru, hipertrofi parenkim ginjal dan

hipertrofi vaskular ginjal.

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit

Page 41: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem

organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup. Komplikasi yang terjadi

pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak.

Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan

kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada

hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering

terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya

mikroaneurisma yang dapat menyebabkan kematian. Kelainan lain yang

dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak

sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) (Bianti Nuraini, 2015).

Gagal gijal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama

dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Kerusakan pada ginjal

akibat hipertensi bisa menurunkan fungsi ginjal sebagai penyaring racun

dalam tubuh. Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan

berbagai komplikasi, seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan

organ otak, ginjal, jantung dan mata (Wiryowidagdo & Sitamanggang,

2006).

8. Penatalaksanaan dan pencegahan Hipertensi

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang

berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan

sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan

mengontrol faktor risiko (Aspiani, 2015). Penatalaksanaan hipertensi dapat

Page 42: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dilakukan dengan mengguakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi

gaya hidup (Kemenkes RI, 2014a).

a. Terapi Farmakologis menurut JNC 8

ACE inhibitors (captopril, enalapril, lisinopril), angiotensin receptor

blokers (eprosartan, candesartan, losartan, valsartan, irbesartan), 𝛽-

Blokers (atenolol, metoprolol), calcium channel blokers (amlodipine,

diltiazem extended release, nitrendipine), thiazide-type diuretics

(bendroflumethiazide, chlorthalidone, hydrochlorothiazide,

indapamide).

b. Terapi Non Farmakologis

Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah faktor risiko

dengan cara modifikasi gaya hidup menurut JNC 8 dalam (Muhadi,

2016), antara lain:

1) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-

20 mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi penurunan berat badan

meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga meningkatkan

aktivitas fisik.

2) Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension)

Pola makan ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14

mmHg. Lebih banyak makan buah, sayur-sayuran, dan produk susu

Page 43: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit,

kaya akan pottasium dan calcium.

3) Retriksi garam

Retriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8

mmHg. Konsumsi sodium chloride ≤6 g/hari (100 mmol

sodium/hari). Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai

bagian pola makan sehat.

4) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.

Lakukan aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau

setiap hari pada 1 minggu (total harian dapat diakumulasikan, misal

3 sesi @10 menit).

5) Pembatasan konsumsi alkohol

Cara ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4 mmHg.

Maksimum 2 minuman standar/hari.

6) Berhenti merokokuntuk mengurangi risiko kardiovaskuler secara

keseluruhan.

Hal yang perlu diperhatikan ketika merawat lansia dengan hipertensi

adalah mengobservasi pengobatan untuk memastikan dosis pengobatan

yang tepat. Umumnya lansia tidak melakukan pengobatan secara teratur

dengan alasan tidak menyukai efek samping dari obat. Pada beberapa

penderita lansia menghentikan pengobatan diuretik adalah karena efek

Page 44: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

samping obat yang meningkatkan frekuensi BAK mengganggu jam tidur

malamnya atau aktivitas hariannya (Dewi, 2014).

Terapi non-farmakologi untuk menurunkan tekanan darah salah

satunya ialah olahraga. Perlu di perhatikan kegiatan olahraga pada lansia.

Dengan berkurangnya hormon estrogen pada wanita sesudah menopause,

resiko untuk terjadinya osteoporosis meningkat, mudah mengalami patah

tulang, tinggi badan berkurang karena bungkuk, dan gejala lainnya. Dengan

demikian, harus diingat bahwa olahraga yang dilakukan haruslah efektif dan

aman. Sebelum melakukan aktivitas perlu untuk mengetahui apakah

penderita hipertensi lansia sudah menderita osteoporosis atau belum karena

latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan

olahraga untuk mencegah osteoporosis (Santoso & Ismail, 2009).

9. Alat Ukur

Pengkajian tekanan darah dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis, karena itu perawat harus tahu lebih spesifik cara pengukuran

tekanan darah (Muttaqin, 2009). Melakukan pengukuran tekanan darah,

hasil dari curah jantung dan tahanan pembuluh darah perifer menggunakan

spigmomanometer (Kusyati et al., 2016). Spigmomanometer adalah alat

untuk mengukur tekanan darah. Pada umumnya spigmomanometer terbagi

menjadi 2 yaitu manual dan digital. Spigmomanometer manual terbagi lagi

menjadi 2 yaitu dengan air raksa dan tanpa air raksa.

Page 45: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Teknik pengukuran tekanan darah menurut (Muttaqin, 2009),

anatara lain:

a. Cara palpasi

1) Hanya untuk mengukur tekanan sistolik

2) Manset spigmomanometer yang digunakan harus sesuai dengan usia

(manset anak-anak lebih kecil dibandingkan dengan manset orang

dewasa)

3) Kenakan manset pada lengan atas lalu pompa dengan udara secara

perlahan sampai denyut nadi pergelangan tangan tidak teraba lagi

4) Tekanan di dalam manset diturunkan secara perlahan dengan

membuka lubang pemompa secara perlahan

5) Amati tekanan pada skala spigmomanometer

6) Saat denyut nadi teraba kembali, baca tekanan pada skala

spigmomanometer, tekanan itu adalah tekanan sistolik

b. Cara auskultasi

1) Untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik

2) Manset spigmomanometer diikatkan pada lengan atas

3) Stetoskop diletakkan pada arteri brakialis pada permukaan ventral

siku agak bawah manset spigmomanometer

4) Sambil mendengarkan denyut nadi di pergelangan tangan, tekanan

dalam spigmomanometer dinaikkan dengan memompa udara

kedalam manset sampai nadi tidak teraba lagi

5) Tekanan dalam spigmomanometer diturunkan secara perlahan

Page 46: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

6) Pada saat denyut nadi terdengar, baca skala spigmomanometer,

tekanan ini adalah tekanan sistolik

7) Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap

terdengar keras sampai suatu saat denyutannya melemah atau

menghilang sama sekali

8) Pada saat suara denyutan nadi itu berubah menjadi melemah, baca

lagi tekanan pada skala spigmomanometer, tekanan itu adalah

tekanan diastolik

9) Tekanan darah diukur saat klien berbaring atau duduk

c. Pengukuran dengan alat ukur digital (Kowalski, 2010).

1) Untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik

2) Siapkan pasien untuk duduk atau berbaring

3) Pasangkan manset disekeliling lengan

4) Usahakan pikiran rileks selama beberapa menit sebelum memompa

manset

5) Jika duduk, jejakkan kaki di permukaan lantai. Cobalah untuk tidak

mengangkat kaki, karena gerakan akan menurunkan akurasi. Posisi

lengan dan manset harus sejajar dengan jantung

6) Tekan tombol “start” dan catat tekanan darah setelah hasil sudah

terlihat

Pengukuran tekanan darah untuk menentukan tekanan darah

yang akurat pada lansia menurut (Dewi, 2014), antara lain:

Page 47: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

a) Minta lansia untuk duduk tenang selama 3-5 menit sebelum

dilakukan pengukuran tekanan darah. Lansia yang mengalami

deconditioning membutuhkan waktu rehat supaya tubuh dapat

kembali ke kondisi normalnya meskipun setelah mengalami kondisi

stres minor, contohnya berjalan masuk ke ruang pemeriksaan.

b) Pilih ukuran cuff yang tepat. Cuff reguler untuk dewasa bisa jadi

terlalu besar atau terlalu kecil bagi lansia. Gunakan cuff pediatrik

untuk lansia dengan lengan kecil dan cuff dewasa untuk lansia yang

berlengan besar atau obesitas. Hal ini penting untuk menentukan

akurasi. Ukuran cuff harus lebih besar 20% dari diameter lengan

klien lansia.

c) Gap auskultasi sering ditemukan pada pengukuran tekanan darah

lansia. Untuk menghindari pembacaan tekanan sistolik yang

inakurat, lakukan palpasi pada arteri radialis dan kembangkan cuff

pada tekanan 10 mmHg ketika mempalpasi. Bunyi korotkoff bisa

jadi diikuti gap pada tekanan 20-30 mmHg sebelum bunyi

selanjutnya terdengar.

d) Jika pengukuran ini dilakukan pertama kalinya pada lansia, maka

pengukuran tekanan darah dilakukan apada kedua lengan. Hasil

pengukuran bisa jadi menunjukkan perbedaan tekanan sebesar 10

mmHg. Misalnya saja pada lansia, terdapat plak aterosklerosis pada

arteri subclavia dextra, maka tekanan darah pada lengan kanan akan

Page 48: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

lebih rendah dibandingkan lengan kiri. Pembacaan yang tepat

selanjutnya dilakukan pada lengan kiri.

e) Kaji adanya hipotensi orthostatik, terutama jika lansia

mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi.

f) Jika mengalami kesulitan mendengar bunyi korotkoff terakhir untuk

menentukan tekanan diastolik, tekanan diastolik ditentukan dari

bunyi muffled terakhir yang didengar. Salah satu teknik mudah

untuk mendengarkan bunyi diastolik adalah dengan mengelevasikan

lengan di atas tinggi jantung.

Menerapkan hidup sehat bagi setiap orang sangatlah penting

untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

penting untuk penanganan hipertensi (Bina et al., 2006). Salah satu gaya

hidup sehat adalah melakukan aktivitas fisik dengan cara berolahraga.

Salah satu olahraga yang dapat dilakukan ialah senam Ergonomis karena

merupakan suatu metode yang praktis, efektif, efisien dan logis dalam

memelihara kesehatan tubuh mausia (Maryam et al., 2008).

C. Tekanan Darah Sistolik

1. Definisi

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah

mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan

tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu

jantung menguncup (sistole) (Gunawan, 2007). Tekanan darah sistolik

Page 49: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dicapai bila bilik-bilik jantung menguncup, pada saat itu tekanan yang

dicapai adalah tekanan yang tertinggi (Stevens, Bordui, & Weyde, 1999).

Peningkatan tekanan darah sistolik di atas normal lebih akurat sebagai

prediktor penyakit jantung yang mengarah pada serangan jantung dan

stroke, sesuai penelitian di Jepang, yang diterbitkan dalam jurnal

Hypertension pada November 2006 (Kowalski, 2010).

2. Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik

3Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <130 <85

Hipertensi sistolik >140 <90

Border line hipertensi sistolik 140-149 <90

3. Faktor Risiko Hipertensi Sistolik

a. Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi meningkatkan risiko

hipertensi terutama hipertensi primer (esensial). Faktor genetik juga

berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran

sel. Bila kedua orangtuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan

turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya menderita

hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Simbolon,

2016). Penelitian yang dilakukan oleh (Dedullah, Molanda, & Joseph,

2015), terdapat hubungan antara responden yang memiliki riwayat

keluarga hipertensi pada masyarakat di Kelurahan Motoboi Kecil

Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu.

Page 50: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

b. Usia

Dengan bertambahnya usia risiko terkena hipertensi semakin besar.

Pada usia lanjut hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan

tekanan sistolik atau hipertensi sistolik terisolasi (HST) (Simbolon,

2016). Penelitian yang dilakukan oleh (Novitaningtyas, 2014),

menunjukkan bahwa kecenderungan subjek yang mengalami hipertensi

adalah kategori usia lansia.

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin pria mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak

mengalami hipertensi dibandingkan perempuan (Siringoringo, Hiswani,

& Jemadi, 2013).

d. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes

for Healt USA (NIH, 1998), prevelensi tekanan darah tinggi pada orang

dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria

dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevelensi 18% 18% untuk

pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi

normal menurut standar internasional). Menurut Hall (2004), perubahan

fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan

dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin

hiperinsulinemia, aktivitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,

dan perubahan fisik pada ginjal. Berdasarkan penelitian yag dilakukan

Page 51: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

oleh (Kurniasih & Setiawan, 2013), sebagian besar responden yang

menderita hipertensi ialah yang memiliki indeks masa tubuh yang

masuk dalam kategori obesitas (50%).

e. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin

akan meningkat sewaktu stres, dan dapat mengakibatkan jantung

memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh (Islami, 2015), terdapat hubungan yang

sangat bermakna antara stres dengan hipertensi pada pasien rawat jalan

di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartnegara Provinsi

Kalimantan Timur.

f. Kurang olahraga/aktivitas.

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)

dan melatih otot jantung sehingga terbiasa ketika apabila jantung harus

melakukan pekejaan yang lebih berat karena kondisi tertentu.

Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko tekanan darah

tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang

yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung yang lebih cepat

dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,

semakin keras dan sering jantung memompa semakin besar pula

kekuatan yang mendesak arteri. Penelitian yang dilakukan oleh (Sutangi

Page 52: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

& Winantri, 2013), menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

menderita hipertensi ialah responden yang tidak bekerja sebanyak

69,57%.

g. Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat

dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan

risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis.

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari

Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236

subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak

merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14

batang perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang

perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertnsi terbanyak pada

kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang

perhari (Bianti Nuraini, 2015).

D. Senam

1. Definisi Senam Ergonomis

Senam Ergonomis adalah salah satu metode yang praktis dan efektif

dalam memelihara kecerdasan tubuh, yaitu dengan melakukan latihan

senam Ergonomis secara rutin (Wratsongko & Sulistiyo, 2006). Senam

Ergonomis atau senam inti prima raga adalah teknik senam untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan

Page 53: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

aliran darah, memaksimalkan supply oksigen ke otak, membuka sistem

kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanas tubuh, sistem pembakaran

asam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat, christal oxalate, sistem

konversi karbohidrat, sistem pembuatan elektrolit atau ozon dalam darah,

sistem kesegaran tubuh dan sistem kekebalan tubuh dari energi

negatif/virus, serta sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh

(Wratsongko, 2008). Gerakan – gerakan senam Ergonomis sesuai dengan

kaidah-kaidah penciptaan tubuh yang diilhami dari gerakan shalat (Sagiran,

2012).

2. Teknik dan Manfaat Senam Ergonomis

Nama-nama gerakan senam Ergonomis itu diilhami oleh ayat suci

Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 190-191:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-

orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah

sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”

(QS. Ali Imran, 03: 190-191).

Adapun nama-nama gerakan senam Ergonomis juga di ambil

melalui ilham dari dua ayat di atas dan ini adalah ciri ulul albab “ciri orang

Page 54: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

yang berakal” yang oleh Allah digambarkan orang yang selalu ingat dalam

keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Oleh karena itu gerakan

pembuka dalam senam Ergonomis di beri nama gerakan berdiri sempurna.

Kemudian gerakan pertama di beri nama gerakan lapang dada karena dalam

gerakan itu membuat rongga dada menjadi terbuka lebar bahkan paling

lebar pada saat melakukan gerakan tersebut.

Gerakan kedua adalah gerakan tunduk stukur di mana kita

melakukan gerakan seperti tunduknya orang yang sedang rukuk. Gerakan

pembuka dan dua gerakan pertama dilakukan dengan posisi berdiri,

sedangkan gerakan yang ketiga yaitu gerakan duduk perkasa, gerakan itu

menggunakan posisi duduk. Sedangkan gerakan keempat adalah gerakan

duduk pembakaran. Duduk ini berfungsi untuk mengaktifkan titik-titik

kesehatan yang ada di kaki. Di samping itu, duduk ini juga merupakan

latihan intensif terhadap pertumbuhan pembuluh darah kolateral di tungkai

bawah.

Dua gerakan diatas, yaitu gerakan ketiga dan keempat dilakukan

dalam posisi duduk. Sedangkan gerakan kelima dilakukan dalam posisi

berbaring sehingga dinamakan gerakan berbaring pasrah. Gerakan pembuka

dan lima gerakan senam Ergonomis ini merupakan gerakan dasar dari

senam Ergonomis. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan berangkai sebagai

latihan senam rutin setiap hari, atau sekurang-kurangnya 2-3 kali dalam

seminggu. Masing-masing gerakan juga dapat dilakukan secara terpisah, di

sela-sela kegiatan atau bekerja sehari-hari.

Page 55: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Teknik dan manfaat senam Ergonomis menurut (Sagiran, 2014) dan

(Wratsongko, 2014) :

a. Gerakan Pembuka, Berdiri Sempurna

1) Cara: berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tubuh rileks, tangan

di depan dada, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri

menempel di dada, dengan jair-jari sedikit meregang. Posisi kaki

meregang sehingga mengangkang kira-kira selebar bahu, telapak

dan jari-jari kaki mengarah lurus ke depan.

2) Pernafasan: diatur serileks mungkin sehingga tidak terlalu dalam dan

cepat. Bila baru selesai dari suatu kegiatan atau pekerjaan, maka

dengan posisi ini nafas diatur sampai benar-benar rileks, jantung

juga tidak berdegup kencang, baru kemudian memulai senam

dengan gerakan-gerakan berikutnya.

3) Frekuensi: bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3 menit. Akan

tetapi jika sudah terbiasa cukup 30-60 detik. Gerakan ini yang

penting sudah mengantarkan ke kondisi yang rileks, setelah dirasa

sudah rileks maka dikatakan cukup.

4) Manfaat: dengan gerakan pembukaan berdiri sempurna, seluruh

saraf menjadi satu titik pada pengendaliannya di otak. Saat itu

pikiran dikendalikan oleh kesadaran akal untuk sehat dan bugar,

tubuh dibebaskan dari beban pekerjaan, berat tubuh ditumpukkan

dengan pembagian beban yang sama pada kedua kakinya. Pada

waktu berdiri sempurna kedua kaki tegak sehingga telapak kaki

Page 56: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

menekan seluruh titik saraf di telapak kaki yang sangat bermanfaat

bagi kesehatan tubuh. Posisi demikian akan membuat punggung

lurus, sehingga akan memperbaiki bentuk tubuh, jantung bekerja

normal, begitu juga dengan paru-paru, punggung dan tulang

punggung lurus dan seluruh organ dalam keadaan normal. Postur

yang salah pada saat aktivitas sehari-hari akan diperbaiki pada saat

melakukan gerakan ini.

b. Gerakan Lapang Dada

1) Cara: dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai ke

bawah, kemudian dimulai dengan gerakan memutar lengan. Tangan

diangkat lurus kedepan, lalu keatas, terus ke belakang, dan kembali

menjuntai kebawah. Satu putaran, disambung dengan putaran

berikutnya sehingga seperti baling-baling. Posisi kaki dijinjitkan-

diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

1Gambar 2.1 Lapang Dada

Page 57: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

2) Pernafasan: pola nafas dengan sendirinya akan mengikuti gerakan

putaran lengan. Pada saat tangan di atas, tulang-tulang rusuk saling

meregang, ikut terangkat bagian depannya sehingga rongga dada

akan berada dalam ukuran paling lebar, tekanan udara nafas di dalam

menjadi negatif, udara segar dari luar mengalir masuk. Sedangkan

pada saat tangan bergerak ke belakang dan turun, rongga dada

kembali mengecil, udara akan keluar.

3) Frekuensi: untuk senam, gerakan ini dilakukan 40 kali putaran. Satu

gerakan butuh waktu 4 detik, sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan

40 kali putaran akan selesai dalam waktu 4 menit. Akan tetapi, bisa

juga gerakan putaran dipercepat, berikutnya bahkan bisa dilakukan

dengan sangat cepat seperti gerakan baling-baling.

4) Manfaat: akan mengaktifkan fungsi organ, karena sekuruh sistem

saraf menarik titik-titik kesehatan yang tersebar di seluruh tubuh.

Putaran lengan adalah sebagaimana putaran generator listrik

sehingga gerakan memutar lengan ke belakang adalah gerakan

membangkitkan BIOLISTRIK di dalam tubuh sekaligus terjadi

sirkulasi oksigen yang cukup, sehingga tubuh akan terasa segar dan

adanya tambahan energi.

c. Gerakan Tunduk Syukur

1) Cara: dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas, kemudian

tangan membungkuk, tangan kemudian meraih mata kaki, dipegang

Page 58: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

kuat, tarik, cengkeram seakan-akan mau mengangkat tubuh. Posisi

kaki tetap seperti semula. Pada saat itu kepala mendongak dan

pandangan diarahkan ke depan. Setelah itu kembali ke posisi berdiri

dengan lengan menjuntai.

2Gambar 2.2 Tunduk Syukur

2) Pernafasan: saat memulai menggerakan tangan hingga tangan

sampai ke atas, tarik nafas dalam-dalam. Saat mulai

membungkukkan badan, buang nafas sedikit demi sedikit, tetapi

jangan dihabiskan hingga tangan mencengkeram dan menarik ke

pergelangan kaki ketika kepala mendongak, kita masih menyimpan

kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di

dada, samoai sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke posisi

berdiri. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan

gerakan.

Page 59: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

3) Frekuensi: gerakan kedua ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali

gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk jeda nafas.

Keseluruhan 5 kali gerakan dalam waktu 4 menit.

4) Manfaat: gerakan ini adalah gerakan memasok oksigen ke kepala

dan mengembalikan posisi tulang punggung supaya tegak. Gerakan

ini akan melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan

betis. Gerakan ini juga akan mempermudah untuk persalinan bagi

ibu-ibu hamil yang melakukan secara rutin. Juga dapat membantu

menyembuhkan berbagai macam penyakit yang menyerang tulang

belakang yang meliputi ruas tulang punggung, ruas tulang leher, ruas

tulang pinggang dan tulang ekor. Bagi mereka yang terkena penyakit

sinusitis dan asma, sesaat sesudah melakukan gerakan ini bisa

langsung dirasakan manfaatnya.

d. Duduk Perkasa

1) Cara: dari posisi sebelumnya, jatuhkan kedua lutut ke lantai, posisi

kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke

depan. Tangan mencengkeram pergelangan kaki. Mulai gerakan

seperti mau sujud tetapi kepala mendongak, pandangan kedepan,

jadi dagu hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu

tahanan nafas) kemudian kembali ke posisi duduk perkasa.

3Gambar 2.3 Duduk Perkasa

Page 60: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

2) Pernafasan: sesaat sebelum melakukan gerakan sujud, ambil nafas

dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang nafas

sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai, masih

menyimpan kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas

ditahan di dada, selama mungkin. Jangan coba bernafas normal pada

posisi ini, karena akan ada rasa nyeri di sekat rongga badan. Nafas

dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4

kali sebelum melanjutkan gerakan.

3) Frekuensi: gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan

selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda.

Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam waktu 4 menit.

4) Manfaat: gerakan duduk perkasa adalah gerakan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan keperkasaan.

Sujud dengan posisi jari-jari di tekuk. Gerakan sujud ini akan

membuat otot dada dan sela iga menjadi kuat, sehingga rongga dada

menjadi lebih besar dan paru-paru akan berkembang dengan baik

Page 61: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dan dapat menghisap oksigen lebih banyak. Lutut yang membentuk

sudut yang tepat memungkinkan otot perut berkembang. Menambah

aliran darah ke bagian atas tubuh, terutama kepala, mata, telinga,

hidung serta paru-paru. Memungkinkan toksin-toksin dibersihkan

oleh darah, bermanfaat memanfaatkan posisi “benar” pada janin

(bagi ibu hamil), mengontrol tekanan darah tinggi, serta menambah

elastisitas tulang itu sendiri. Sujud dengan posisi duduk perkasa jari-

jari kaki ditekuk akan membantu mereka yang menderita migrain,

vertigo, pusing, mual, dan lain-lain. Saat jari-jari ditekuk seluruh

titik kesehatan aktif membuang sampah biolistrik. Bagi yang

menderita sakit seperti diatas, akan terasa sakit sekali awalnya tapi

lama-kelamaan akan hilang. Biasanya saat duduk perkasa ada angin

yang berputar di perut dan langsung buang angin. Gerakan ini

membantu juga bagi yang sulit buang air besar karena pencernaan

akan terbantu. Selanjutnya, bagi yang ingin perkasa saat

berhubungan seks, gerakan ini dapat dilakukan sambil membaca

kurang lebih 15-20 menit setiap hari dalam kurun waktu satu

minggu. Lebih baik apabila dipadukan dengan pemijatan khusus

untuk melancarkan aliran darah ke daerah lipatan paha.

e. Gerakan Duduk Membakar

1) Cara: dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki dihamparkan ke

belakang, sehingga kita duduk beralaskan telapak kaki (bersimpuh;

duduk sinden). Tangan berada di pinggang. Mulai gerakan seperti

Page 62: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

akan sujud tetapi kepala mendongak, pandangan ke depan, dan dagu

hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas)

kemudian kembali ke posisi duduk pembakaran.

2) Pernafasan: sesaat sebelum memulai gerakan akan sujud, ambil nafa

dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang nafas

sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai kita masih

menyimpan kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas

ditahan di dada sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke posisi

duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan

gerakan.

4Gambar 2.4 Duduk Membakar

Page 63: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

3) Frekuensi: gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan

selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda.

Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam waktu 4 menit.

4) Manfaat: gerakan ini untuk memperkuat otot pinggang dan

memperkuat ginjal, sujud dengan posisi duduk pembakaran atau

dengan alas punggung kaki akan membakar lemak dan racun dalam

tubuh. Saat duduk pembakaran, titik pembakaran di punggung kaki

diaktifkan. Bagi mereka yang menderita asam urat, keracunan obat,

keracunan makanan atau kondisi badan yang sedang lemah akan

merasakan sepeerti terbakar. Gerakan ini sebaiknya dilakukan setiap

saat misalnya, sambil menonton TV.

f. Gerakan Berbaring Pasrah

1) Cara: dari posisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh ke belakang.

Ini gerakan paling berat meskipun terlihat sepele. Berbaring pada

tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini harus hati-hati, mungkin

harus dengan cara bertahap. Jika sudah rebah, tangan diluruskan ke

atas kepala, ke samping kanan-kiri maupun ke bawah menempel

badan. Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau

bangun, dengan rileks, kepala bisa didongakkan dan digerak-

gerakkan ke kanan-kiri. Posisi dan gerakkan ini dilakukan berulang-

ulang sampai mau bangun. Gerakkan ini cukup satu kali tetapi

dipertahankan selama beberapa menit sekuatnya.

5Gambar 2.5 Berbaring Pasrah

Page 64: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

2) Pernafasan: nafas dibiarkan mengalir dengan sendirinya, karena ini

gerakan relaksasi terakhir, sekaligus memaksimalkan kelenturan

tubuh.

3) Frekuensi: gerekan ini sebaiknya dilakukan minimal 5 menit. Sudah

termasuk gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan ke atas,

samping maupun bawah. Sekali lagi, jangan terlalu memaksakan

diri, baik rebahnya maupun bangunnya.

4) Manfaat: gerakan ini bermanfaat untuk memperkuat otot-otot bagian

bawah dan bermanfaat untuk diet.

3. Pengaruh Senam terhadap Penurunan Tekanan Darah

Senam akan menyebabkan tekanan darah meningkat untuk waktu

yang singkat dan akan kembali normal ketika berhenti senam (Manembu,

Rumampuk, & Danes, 2015). Faktor utama yang mempengaruhi tekanan

darah adalah curah jantung, tekanan darah pembuluh darah perifer dan

volume/ aliran darah. Rata-rata tekanan darah arteri ditentukan oleh curah

jantung dan resistensi perifer total. Penurunan tekanan arteri setelah latihan

harus dimediasi oleh penurunan satu atau kedua variabel tersebut.

Penurunan resistensi perifer total tampaknya menjadi mekanisme utama

Page 65: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

yang menjadikan penurunan tekanan darah setelah olahraga. Penurunan

tahanan perifer dapat dijelaskan dari mekanisme:

Adaptasi Neurohormonal

1) Sistem saraf simpatik

Aktivitas sistem saraf simpatik yang meningkat adalah ciri penting

dari hipertensi. Aktivitas saraf simpatik dan adanya pelepasan

norepinefrin (NE) memediasi vasokontriksi dan meningkatkan

resistensi vaskuler. Penurunan aliran saraf simpatis pusat atau

sirkulasi norepinefrin (NE) menipiskan vasokontriksi dan

menyebabkan penurunan tekanan darah. Meskipun bukti yang

terbatas untuk mendukung pengurangan eferen aktivitas saraf

simpatik setelah latihan/olahraga, pengurangan norepinefrin (NE)

plasma telah dibuktikan setelah latihan/olahraga. Penelitian yang

dilakukan oleh Meredith et al menemukan bahwa penurunan NE

plasma setelah latihan berhubungan dengan penurunan spillover

yang menunjukkan penurunan aktivitas saraf simpatik.

Berkurangnya NE pada sinaps akan menjadi salah satu mekanisme

yang memfasilitasi pengurangan resistensi pembuluh darah setelah

olahraga dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Pescestello,

2010).

2) Hiperinsulinemia dan resistensi insulin

Hiperinsulinemia dan resistensi insulin berhubungan dengan

hipertensi dan aktivitas saraf simpatik. Karena latihan olahraga

Page 66: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

meningkatkan sensitivitas insulin, ini merupakan mekanisme

penting dalam mediasi penurunan aliran simpatis dan tekanan darah.

Penelitian terbaru terkait hipertensi menunjukkan hubungan erat

antara penurunan istirahat tekanan darah dan NE plasma serta

meningkatkan sensitivitas insulin setelah olahraga (Pascestello,

2010).

3) Sistem Renin-Angiotensis

Angiotensin II adalah vasokonstritor kuat dan pengatur volume

darah, penurunan renin dan angiotensin II dengan latihan

berkemungkinan akan menjadi faktor penurunan tekanan darah

(Pascestello, 2010).

4) Respon vaskular

Adaptasi vaskular yang akan memberikan konstribusi untuk

menurunkan tekanan darah setelah latihan. Latihan mengubah

respon vaskular dua vasokonstriktor kuat, NE dan Endotel-1.

Endotel-1 mendorong pengeluaran NO (nitrat oxide) dan

mempertahankan keseimbangan antara efek vasodilatasi dari NO

dan efek vasokonstriktor dari Endotelin-1 itu sendiri. Endotel sangat

bergantung pada vasodilatasi yang berkaitan erat dengan produksi

oksida nitrat. Endotel memproduksi NO, yaitu faktor vasorelaksan

ampuh yang memberikan konstribusi dalam pembuluh darah. NO

dibentuk oleh sintesis enzim NO (NOS) yang terbentuk dari asam

amino L-Arginin. NO berdifusi ke sel-sel otot polos pembuluh

Page 67: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

darah, mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasilkan

vasorelaksasi (Mancia, 2014). Olahraga diduga dapat mengubah

vasokonstriktor menjadi vasodilator (mengurangi vasokonstriksi

dan tekanan pada tekanan darah). Latihan olahraga juga terbukti

meningkatkan produksi oksida nitrat dan meningkatkan fungsi

vasodilatasi yang akan mengurangi resistensi perifer dan

menurunkan tekanan darah (Pescestello, 2010).

4. Waktu Pengukuran Tekanan Darah Setelah Senam Ergonomis

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah senam

ergonomis. Setelah selesai senam, akan didapatkan tekanan darah selama

minimal 30 menit. Maka dari itu lakukan pengukuran tekanan darah 30

menit sebelum dan sesudah senam ergonomik (Marliani & Tantan, 2007).

Terjadi kontrol terintegrasi pada tekanan darah selama senam. Tekanan

darah dikendalikan secara refleks oleh sistem saraf otonom, yang disebut

refleks baroreseptor yang berlokasi di aortic arch dan arteri karotid (Kenney,

2011). Fungsi dari baroreseptor adalah sebagai pengontrol pada perubahan

akut tekanan darah (Brown, 2006).

Setelah senam, terjadi penurunan aktivitas kardiovaskular.

Baroreseptor akan merespon untuk memberikan penurunan denyut jantung

dan kontraktilitas jantung serta penurunan tekanan darah. Baroreseptor

bertugas untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi seimbang atau

homeostasis. Penurunan darah akan turun sampai dibawah normal dan

Page 68: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

berlangsung selama 30-120 menit. Penurunan tekanan darah terjadi karena

terjadi pelebaran dan relaksasi pada pembuluh darah (Bafirman, 2007).

5. Ketentuan-Ketentuan dalam Latihan Fisik pada Lansia

Ketentuan-ketentuan menurut (Maryam et al., 2008) :

a. Latihan fisik harus disenangi

b. Harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan (ada kelainan/ penyakit

atau tidak).

c. Bervariasi

d. Latihan fisik sebaiknya bersifat aerobik dimana pelaksanaannya lama

dan ritmis (berulang, contohnya senam aerobik, berenang, joging,

bersepeda).

e. Lakukan pemanasan, peregangan terlebih dahulu kemudian latihan inti.

Selanjutnya lakukan pendinginan dan peregangan kembali (memeriksa

tekanan darah dan nadi sangat penting dilakukan terlebih dahulu)

f. Sebelum latihan, minum terlebih dahulu untuk menggantikan keringat

yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum, selama dan

sesudah berlatih.

g. Latihan dilakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak

mengganggu sistem pencernaan. Jika latihan dilakukan pagi hari tidak

perlu makan sebelumnya.

h. Diawasi oleh pelatih agar tidak cedera.

i. Latihan dilakukan secara lambat, tidak eksplosif, dan gerakan juga tidak

boleh menyentak dan memutar terutama pada tulang belakang.

Page 69: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

j. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang tipis dan ringan. Tidak

menggunakan pakaian yang tebal dan sangat menutup badan.

E. Penelitian terkait Senam Ergonomis dan Hipertensi

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Idealita, 2012), tentang Pengaruh senam

ergonomis terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Unit

Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang,

dengan populasi penelitian seluruh lansia seebanyak 100 lansia. Penelitian

ini menggunakan desain penelitian rancangan eksperimen semu (Quasi

Eksperimen Design) dengan jenis rancangan pretest posttest dengan

kelompok kontrol (Pretest-Posttest with Control Group). Hasil penelitian

tersebut ialah, terdapat perbedaan yang signifikan tingkat depresi pada

lansia sebelum dan sesudah diberrikan senam ergonomis pada kelompok

intervensi dengan nilai p-value 0,000<(α=0,05). Tidak ada perbedaan rata-

rata skor tingkat depresi pada lansia sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan pada kelompok kontrol dengan nilai p-value 0,144> (α=0,05).

2. Pengaruh relaksasi aromaterapi mawar terhadap perubahan tekanan darah

pada lansia hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh terapi relaksasi aromaterapi mawar terhadap tekanan darah.

Desain penelitian menggunakan quasy eksperiment. Populasinya ialah

lansia dengan hipertensi, sampelnya 44 responden menggunakan teknik

porpusive sampling. Analisisnya menggunakan uji paired sample t-test dan

independent t-test dengan tingkat signifikan α < 0,05. Hasil menunjukkan

tekanan sistolik dan diastolik mengalami penurunan yang signifikan

Page 70: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

(p=sistolik 0,000 dan p=diastolik 0,000). Terapi relaksasi aromaterapi

mawar selama 10 menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik, dengan nilai mean penurunan sistolik dan diastolik

yaitu 10,63 mmHg, dan 10,18 mmHg, dan nilai maksimal penurunan

sistolik dan diastolik 28,00 mmHg dan 20,00 mmHg (Kenia & Taviyanda,

2013).

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Lestari & Wahyuni, 2014), tentang

pengaruh senam ergonomis terhadap distress diabetes bertujuan untuk

menganalisis pengaruh senam ergonomis terhadap distress diabetes.

Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan desain pre-

post test dengan kelompok kontrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa senam ergonomis memiliki pengaruh terhadap penurunan distress

diabetes p=0,002.

4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuningsih & Astuti, 2013),

tentang faktor yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut ialah

hipertensi pada lanjut usia berhubungan dengan usia, kebiasaan olahraga,

obesitas dan tipe kepribadian sedangkan faktor yang mempengaruhi

hipertensi adalah usia, obesitas, kebiasaan olahraga, stress, tipe kepribadian

serta stress merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi

hipertensi pada lanjut usia. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan

yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia.

Page 71: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

5. Pengaruh senam ergonomis terhadap gangguan tidur (insomnia) pada lansia

di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap gangguan tidur (insomnia)

pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan pendekatan posttest only

control group design. Populasinya seluruh lansia yang berada di panti

sebanyak 47 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan porposive

sampling. Analisa data menggunakan mann whitney-U. Hasil penelitian

menunjukkan ada pengaruh senam ergonomis terhadap gangguan tidur

(insomnia) pada lansia, diperoleh angka yang signifikan (0,001) jauh lebih

rendah dari standart signifikan 0,005 atau (p< 𝛼) dan Zhitung (3,179) >

Ztabel (1,96) maka H1 diterima (Sugandika & Nuhariani, 2014).

Page 72: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

F. Kerangka Teori

\

1Bagan 2.1 Kerangka Teori (Baradero et al., 2008), (Aspiani, 2015), (Aziza,

2007), (Hikayati & Flora R, 2012), (Sagiran, 2014), (Bianti Nuraini, 2015),

(Maryam et al., 2008)

Penyebab hipertensi primer

Faktor – faktor:

Umur (lanjut usia)

Jenis kelamin (pria)

Riwayat hipertensi pada keluarga

Obesitas

Aterosklerosis

Merokok

Konsumsi garam tinggi

Konsumsi alkohol

(Baradero et al., 2008)

Meningkatkan sekresi

hormon ADH

Menyebabkan

terjadinya 2 aksi

Terbentuknya

angiotensin II

Tekanan darah

meningkat

Hipertensi

Volume darah

meningkat

Penatalaksanaan farmakologi (Aspiani, 2015):

Terapi oksigen, pemantauan hemodinamik, pemantauan

jantung, obat-obatan (diuretik, penyekat saluran

kalsium, penghambat enzim pengubah angiotensin II,

Antagonis (penyekat), reseptor beta (𝛽-bloker),

Antagonis reseptor alfa (𝛼-bloker),vasodilator arteriol

Penatalaksanaan non-farmakologi (Aspiani,

2015), (Hikayati, Flora R, 2012):

Pengaturan diet

Penurunan berat badan

Memperbaiki gaya hidup kurang sehat

Olahraga: Senam Ergonomis

Pusing, vertigo, nyeri

hebat

setengah/seluruh

kepala, pegal

tengkuk, mual,

muntah, pandangan

kabur, kaki bengkak,

mimisan, nafas berat

(Aziza, 2007)

Senam menimbulkan efek beta bloker yang dapat

menenangkan sistem saraf simpatik, dimana bila

terjadi penurunan aktivitas simpatik pada

pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk

penurunan tekanan darah

Menstimulasi sekresi

hormon aldosteron

Perubahan tekanan

darah

Page 73: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian
Page 74: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

54

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Prabowo,

2008). Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti. Kerangka konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau

menjelaskan secara luas tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi,

2007).

1. Variabel Independen adalah senam ergonomik

2. Variabel Dependen adalah tekanan darah

2Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Senam Ergonomik Tekanan Darah Sistolik

Variabel confounding

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Obesitas

4. Riwayat keluarga

dengan hipertensi

5. Kebiasaan merokok

Page 75: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Keterangan:

Variabel Independen senam Ergonomis

Variabel Dependen tekanan darah

Variabel Confounding

B. Hipotesis Penelitian

Ha = Ha diterima apabila nilai P < 0,05

Ho = Ho ditolak apabila nilai P > 0,05

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh senam ergonomik

terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.

Page 76: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

C. Definisi Opersional

4Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Independen

Senam

Ergonomis

Gerakan

kombinasi dari

gerakan otot dan

teknik

pernafasan.

Terdiri dari

enam gerakan,

yaitu gerakan

pembuka berdiri

sempurna,

lapang dada,

tunduk syukur,

duduk

pembakaran,

duduk perkasa

dan berbaring

pasrah yang

dilakukan

selama 20-30

menit sebanyak

2 kali dalam 3

minggu

Observasi

Lembar observasi

yang berjumlah 6

gerakan.

0= tidak dilakukan

1= dilakukan

Ordinal

Dependen

Tekanan darah

sistolik

Ukuran tekanan

darah responden

yang dinyatakan

dalam mmHg

Pengukuran

tekanan darah

Menggunakan alat

pengukur tekanan

darah

spigmomanometer

Hasil pengukuran

tekanan darah sistolik

yang dinyatakan

dalam mmHg

1= 120-30/80-89

2= 140-159/90-99

3= ≥160/≥100

Interval

Karakteristik

responden

Usia

Jenis kelamin

IMT

Jumlah tahun

yang dilalui

lansia sejak

lahir hingga

ulang tahun

terakhir

Identitas seksual

responden yang

dibawa sejak

lahir

Nilai yang

diambil dari

perhitungan

antara berat

Wawancara

Wawancara

Pengukuran

berat badan (Kg)

dibagi

Kuesioner

Kuesioner

Menggunakan alat

ukur timbangan

berat badan digital

dan alat ukur

≥60 tahun

1= laki-laki

2= perempuan

1= BB kurang

2= BB normal

3= kelebihan BB

4= beresiko obes

Rasio

Nominal

Ordinal

Page 77: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Kebiasaan

merokok

Riwayat

hipertensi pada

keluarga

badan dan tinggi

badan seseorang

Perilaku

merokok

responden yang

diukur melalui

jumlah batang

rokok yang

dihisapnya

Data riwayat

hipertensi dalam

keluarga

diperoleh dari

kuesioner

pengukuran

tinggi badan (m)2

Mengisi

kuesioner

Wawancara

tinggi badan

stature meter

Kuesioner

Kuesioner

5= obes I

6= obes II

1= perokok berat >15

batang/hari

2= perokok sedang 5-

14 batang/hari

3= perokok ringan 1-

4 batang/hari

1= ada riwayat

hipertensi dalam

keluarga

2=tidak ada riwayat

hipertensi dalam

keliarga

Ordinal

Nominal

Page 78: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

58

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian pra-eksperimental one group pretest-postest. Pra-eksperimental

merupakan desain penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding

(kontrol) namun sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimen (Setiadi, 2007).

Keterangan:

01 = pre-test

02 = post-test

X = intervensi senam ergonomik

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

01 X 02

3Bagan 4.1 Desain Penelitian pra-eksperimental one group

pre-test dan post-test

Page 79: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

menderita hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3

Margaguna Jakarta Selatan. Saat ini lansia yang menderita hipertensi di

Panti Sosial tersebut sebanyak 64 lansia.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau

diukur (Sumantri, 2011). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2008). Penelitian ini

termasuk penelitian analitis numerik berpasangan maka rumus yang

dapat digunakan adalah:

n= ((𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆

𝑥1 − 𝑥2 ) ²

Keterangan:

Z𝛼 : Deviat baku alpha, kesalahan tipe I ditetapkan 5%, atau Z𝛼

= 1,645

Z𝛽 : Deviat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan 10%, atau Z𝛽

= 1,282

S : Simpang baku = 14

X₁-X₂ : Effect size (perbedaan rerata) = 9

n= ((1,645+ 1,282)14

9) ²

= 20,70, dibulatkan menjadi 21

Page 80: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka besar sampel

penelitian adalah 21 responden.

Pada penelitian dengan menggunakan metode pengambilan sampel

purposive sampling diperlukan kriteria sampel. Kriteria sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi:

1) Usia ≥60 tahun

2) Bersedia menjadi responden

3) Menderita hipertensi ringan-sedang

4) Mengkonsumsi obat anti hipertensi (captopril) sekurang-

kurangnya 6 jam sebelum melakukan senam ergonomik

5) Jarang melakukan senam

b. Kriteria eksklusi:

1) Lansia yang tidak kooperatif yaitu yang tidak mengikuti

kegiatan secara penuh

2) Lansia yang menderita hipertensi berat

3) Lansia yang mempunyai penyakit penyerta (asma, cacat fisik,

penyakit jantung, psikotik)

4) Lansia yang menderita osteoporosis

5) Lansia yang memiliki kelemahan fisik

6) Lansia yang menolak menjadi responden

Page 81: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

3 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan selama 2 minggu

sebanyak 3 kali dalam 1 minggu. Senam ergonomik ini dilakukan selama

15-25 menit .

D. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah instrumen penelitian berupa data karakteristik responden (nama,

usia, jenis kelamin), riwayat kesehatan (keluhan kesehatan saat ini, obat-

obatan yang rutin di konsumsi, riwayat hipertensi keluarga, riwayat

merokok), lembar observasi (pelaksanaan senam dan hasil pengukuran

tekanan darah) dan alat pengukuran tekanan darah.

Lembar observasi senam digunakan untuk mengobservasi latihan

senam yang dilakukan oleh responden, sedangkan lembar observasi tekanan

darah yang digunakan untuk mencatat pemeriksaan tekanan darah

responden, dan untuk mengukur tekanan darah menggunakan

spigmomanometer digital, sebelumnya spigmomanometer yang digunakan

sudah terdaftar oleh KEMENKES RI dengan nomor AKL 20501510947.

E. Prosedur Pengambilan Data

Penelitian dimulai setelah proposal disetujui pembimbing dan

penguji, selanjutnya melakukan prosedur administrasi dan prosedur teknis.

Pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdapat

beberapa tahap, yaitu:

Page 82: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

1. Prosedur Administrasi

a. Tahap persiapan diawali dengan poses administrasi yaitu

mengajukan surat permohonan penelitian dari dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk diajukan kepada Kepala

Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jakarta Selatan, selanjutnya

peneliti meneruskan surat tersebut kepada Kepala Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

b. Mendapatkan izin melakukan penelitian dari Kepala Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Prosedur Teknis

a. Persiapan penelitian, pada tahap ini peneliti melakukan pelatihan

terlebih dahulu dengan pelatih master senam ergonomik, yaitu

bapak Madyo Wrastsongko.

b. Peneliti sudah dikatakan mampu memberikan pelatihan oleh bapak

Madyo Wratsongko.

c. Peneliti melakukan skrining responden, dengan cara mengukur

tekanan darah calon responden door to door, dengan menyesuaikan

inklusi dan eksklusi.

d. Peneliti meminta kerjasama dari pegawai Panti Sosial selama

penelitian berlangsung dan memberikan penjelasan mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan penelitian, serta meminta izin disediakan

ruangan untuk pelaksanaan senam ergonomik.

e. Peneliti menyiapkan ruangan untuk pelaksanaan senam ergonomik.

Page 83: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

f. Peneliti melakukan penelitian pada Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

g. Kepada responden senam ergonomik:

1) Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian

serta meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

2) Setiap responden diberikan kebebasan untuk memberikan

persetujuan atau menolak menjadi subjek penelitian. Setelah

calon responden menyatakan bersedia untuk mengikuti prosedur

penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani

lembar informed consent yang telah disiapkan peneliti

(lampiran). Setelah mengisi lembar informed consent, kemudian

responden diminta untuk mengisi data demogrfi meliputi nama,

usia, dan jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, dan riwayat

kebiasaan merokok.

3) Peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai

senam ergonomik dan lama waktu yang dibutuhkan (15-25

menit) untuk melakukan senam ergonomik yang akan dijalani

responden. Selama dilakukan intervensi akan diobservasi oleh

asisten peneliti. Asisten peneliti dalam penelitian isi sebanyak 4

orang. Hasil observasi didokumentasikan pada lembar observasi

senam ergonomik (lampiran).

Page 84: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

4) Alat pemeriksaan tekanan darah sebelum digunakan harus dicek

terlebih dahulu.

5) Peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah (pre-test)

selanjutnya akan diukur kembali setelah intervensi (post-test) 30

menit setelah senam. Hasil pemeriksaan tekanan darah tersebut

akan dicatat pada lembar observasi tekanan darah (lampiran).

6) Mengumpulkan data dan untuk selanjutnya data diolah dan

dianalisis.

7) Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua

responden atas keterlibatannya dalam penelitian.

F. Pengolahan Data

1. Editing/Memeriksa

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

formulir atau kuesioner. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul. Kegiatan editing meliputi pemeriksaan

kelengkapan data, apakah jawaban atau tulisan bisa terbaca atau jelas,

apakah jawaban relevan dengan pertanyan dan apakah pertanyaan dan

jawaban konsisten (Hastono, 2006).

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/bilangan. Peneliti memberikan kode pada setiap

variabel agar mempermudah dalam proses tabulasi dan analisis data.

Page 85: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Pengkodean juga dilaksanakan pada setiap item pertanyaan berdasarkan

ketentuan yang ditetapkan peneliti untuk melakukan analisis.

3. Entry data/processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya dengan memproses

data agar data yang sudah entri dapat dianalisis. Pemrosesan data

dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program

komputer kemudian membuat frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

4. Cleaning data

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak, kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali.

5. Melakukan teknis analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan

tujuan yang akan dianalisis.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan

gambaran karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

Page 86: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

kebiasaan merokok, riwayat penyakit keluarga, variabel dependen dan

independen. Data-data yang terkumpul selanjutnya akan dilakukan

analisis menggunakan proporsi dan tendency central. Hasil analisis dari

data numerik menunjukkan nilai mean, median, standar deviasi

sedangkan data kategorik menggunakan frekuensi dan poporsi masing-

masing.

Analisis proporsi dilakukan pada data-data jenis kategorik yang

meliputi data tentang jenis kelamin, riwayat keluarga dengan hipertensi,

dan riwayat merokok. Sedangkan data-data yang berjenis numerik

meliputi usia, tekanan darah, dan nilai IMT yang akan di analisis dengan

tendency central.

2. Analisis Bivariat

Analisis pada penelitian ini menggunakan uji beda yang

sebelumnya sudah dilakukan uji normalitas data dengan melihat

histogram miring ke kanan, hasil dari skewness dan kurtosis dikatakan

normal jika -2 s/d 2. Uji beda untuk membuktikan adanya pengaruh

senam Ergonomis terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

Penggunaan paired t-test untuk menguji hasil dari dua hasil pengukuran

(pre-test dan post-test) melihat apakah terjadi perubahan yang

signifikan. Berdasarkan uji tersebut baru bisa dilihat kesimpulannya,

apakah Ho ditolak atau gagal untuk ditolak, Ho ditolak jika nilai P >

0,05 dan Ho gagal ditolak jika nilai P < 0,05. Sedangkan uji regresi linier

digunakan untuk melihat berapa rata-rata selisih penurunan tekanan

Page 87: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

darah responden. Menilai seberapa besar pengaruh intervensinya.

Apabila menggunakan metode tersebut berdistribusi tidak normal, maka

uji yang digunakan sebagai alternatif ialah uji Wilcoxon.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

Page 88: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Peneliti akan menjamin kerahasiaan

identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka

data tersebut akan dimusnahkan.

Page 89: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

69

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

Pada bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian

tentang pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik pada

lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3

Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan pada lansia yang

menderita hipertensi. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Maret

sampai dengan 16 Maret 2017. Penelitian dilakukan selama 2 minggu dan

dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Intervensi dilakukan pada jam

09.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB.

B. Hasil Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran dan

penjelasan mean, median, standar deviasi dari variabel numerik. Data-data

yang dilakukan analisis univariat dalam penelitian ini adalah: karakteristik

responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, Indeks Massa Tubuh (IMT),

riwayat merokok dan riwayat hipertensi pada keluarga.

Page 90: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh tentang jenis kelamin

responden. Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel 5.1.

5Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki

Perempuan

5

16

23,8

76,2

Total 21 100

Dari hasil pengamatan tabel 5.1 terhadap 21 responden, 76,2%

responden adalah perempuan dan 23,8% lainnya adalah laki-laki.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Data karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

tabel 5.2.

6Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia

Mean SD Min-Maks (95% CI)

68,33 7,81 60-85 (64,77-71,89)

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.2, rata-rata usia responden

adalah 68,33 tahun dengan standar deviasi sebesar 7,81 tahun. Usia

termuda adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun. Berdasarkan

hasil estimasi interval, diketahui bahwa rata-rata usia responden

penelitian berada pada rentang 64,77-71,89 tahun.

Page 91: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

3. Karakteristik Responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Data karakteristik responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) dapat dilihat dari tabel 5.3.

7Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh

Mean SD Min-Maks (95% CI)

22,21 3,36 15,63-28,30 (20,67-23,74)

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.3, rata-rata Indeks Massa

Tubuh responden adalah 22,21 kg/m2 dengan standar deviasi sebesar

3,36 kg/m2. IMT terendah adalah 15,63 kg/m2 dan IMT tertinggi adalah

28,30 kg/m2. Berdasarkan hasil estimasi interval, diketahui bahwa rata-

rata IMT responden penelitian berada pada rentang 15,63-28,30 kg/m2.

4. Karakteristik Responden berdasarkan Riwayat Merokok

Data karakteristik responden berdasarkan riwayat merokok dapat

dilihat dari tabel 5.4

8Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Merokok

Riwayat Merokok N %

Tidak merokok

Ringan

Sedang

Berat

12

4

1

4

57,1

19

4,8

19

Total 21 100

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.4 dari 21 responden, 12 orang

tidak merokok, 4 orang merupakan perokok ringan, 1 orang perokok

sedang, dan 4 orang perokok berat.

Page 92: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

5. Karakteristik Responden berdasarkan Riwayat Hipertensi

Keluarga

Data karakteristik responden berdasarkan riwayat hipertensi

keluarga dapat dilihat dari tabel 5.5

9Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Keluarga

Riwayat Hipertensi Keluarga N %

Tidak ada riwayat

Ada riwayat

16

5

76,2

23,8

Total 21 100

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.5 dari 21 responden, 16 orang

tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga dan sisanya 5 orang

memiliki riwayat riwayat hipertensi dalam keluarga.

C. Hasil Analisa Bivariat

Analisis bivariat untuk menghubungkan antara variabel bebas dan

variabel terikat. Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah Paired T-

test yaitu untuk melihat beda rata-rata tekanan darah sistolik responden

selama dua minggu dan menilai apakah terjadi perubahan yang signifikan.

Pada penelitian ini, analisis bivariat meliputi: uji normalitas dan pengaruh

senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi

di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta.

Page 93: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

1. Uji Normalitas

Normalitas hasil pengukuran tekanan darah sistolik lansia dengan

hipertensi sebelum dan sesudah senam ergonomik dapat dilihat pada

tabel 5.6.

10Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Normalitas Pengukuran Tekanan

Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Senam Ergonomik

Test of Normality

Variabel Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig Statistic Df Sig

Pre-test 1

Post-test 1

Pre-test 2

Post-test 2

Pre-test 3

Post-test 3

Pre-test 4

Post-test 4

Pre-test 5

Post-test 5

Pre-test 6

Post-test 6

0,153

0,095

0,148

0,116

0,113

0,150

0,090

0,115

0,118

0,111

0,101

0,106

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,200

0,960

0,994

0,976

0,953

0,952

0,951

0,986

0,969

0,976

0,975

0,964

0,966

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

0,523

1,000

0,860

0,384

0,373

0,353

0,985

0,712

0,860

0,840

0,592

0,635

Uji normalitas diatas menggunakan uji Kolmogororf Smirnof dan

Shapiro Wilk. Dari hasil uji tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

semua data tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi senam

berdistribusi normal (p>0,05). Kesimpulan dari hasil uji normalitas

menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menggunakan uji analisis

paired t-test.

2. Perbedaan tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi sebelum

dan sesudah melakukan senam ergonomik di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

Page 94: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi

sebelum dan sesudah melakukan senam ergonomik terlihat pada tabel

5.7 dibawah ini:

11Tabel 5.7 Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan

Sesudah Melakukan Senam Ergonomik

Variabel Pengukuran Paired Difference P

Value t

Mean SD Mean SD 95% CI

Hari-1

Pre-test

Post-test

154,57

136,09

26,21

21,49

18,47 12,60

12,73

24,21 0,000 6,715

Hari-2

Pre-test

Post-test

146,85

135,66

25,47

25,48

11,19 9,60

6,82

15,56 0,000 5,342

Hari-3

Pre-test

Post-test

144,90

134,95

21,85

21,96

9,95 8,28

6,18

13,72 0,000 5,505

Hari-4

Pre-test

Post-test

142,38

134,42

26,36

21,75

8,28 8,33

4,15

11,74 0,000 4,370

Hari-5

Pre-test

Post-test

142,28

133,42

23,39

20,63

9,34 9,34

4,60

13,11 0,000 4,343

Hari-6

Pre-test

Post-test

142,57

132,19

25,81

20,39

10,53 10,53

5,58

15,17 0,000 4,514

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menjelaskan bahwa adanya pengaruh

senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan

hipertensi. Terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik setelah

intervensi senam ergonomik pada setiap harinya. Penurunan rata-rata

tekanan darah sistolik tertinggi terjadi pada hari pertama intervensi

dengan rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan

sesudah intervensi adalah 18,47 mmHg dengan standar deviasi 12,60.

Dari nilai p=0,000 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara rata-rata tekanan darah sistolik responden dari hari ke-1 samapai

Page 95: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dengan hari ke-6 dengan rata-rata penurunan dalam 2 minggu sebanyak

6 hari yaitu 11,29 mmHg dengan standar deviasi 3,65.

Page 96: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

76

BAB VI

PEMBAHASAN

Interpretasi dan diskusi hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tujuan

penelitian yaitu, mengetahui karakteristik responden dan mengetahui apakah ada

pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

A. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin,

usia, indeks massa tubuh, riwayat merokok dan riwayat hipertensi

keluarga.

1) Jenis Kelamin

Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis

kelamin terhadap lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan

bahwa jenis kelamin responden adalah 76,2% responden adalah

perempuan dan 23,8% responden adalah laki-laki. Total seluruh

responden adalah 21 responden.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Arifin et al., 2016), menyatakan bahwa responden yang

Page 97: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

memiliki jenis kelamin perempuan yang menderita hipertensi

sebesar 71,01% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang

memiliki hipertensi sebesar 28,99% pada usia ≥ 60 tahun.

Jenis kelamin dapat mempengaruhi tekanan darah yang

dapat dikaitkan dengan usia individu. Terdapat perbedaan jenis

kelamin dalam hubungannya antara usia dan tekanan darah

sistolik. Pria memiliki tekanan darah sistolik lebih tinggi

dibandingkan perempuan selama dewasa awal dan dewasa

tengah, sedangkan perempuan cenderung memiliki tingkat

tekanan darah sistolik lebih tinggi setelah menopause yaitu

diatas usia 45 tahun (Novitaningtyas, 2014).

Jenis kelamin nerupakan tanda-tanda seks sekunder yang

diperlihatkan oleh seseorang. Faktor jenis kelamin berpengaruh

pada terjadinya hipertensi, dimana pada usia muda dibawah 60

tahun, laki-laki lebih banyak yang menderita hipertensi

dibandingkan perempuan. Laki-laki diduga memiliki gaya hidup

yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding

perempuan. Namun setelah memasuki menopause, prevelensi

hipertensi pada wanita meningkat (Arifin et al., 2016).

Perempuan yang belum menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

Page 98: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas perempuan pada usia

premenopause. Pada premenopause perempuan mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembiluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya

sesuai dengan umur perempuan secara alami, yang umumnya

mulai terjadi pada perempuan umur 45-55 tahun (Bianiti

Nuraini, 2015).

Hormon estrogen pada wanita juga mengungkapkan peranan

dan bagaimana hormon dapat mempengaruhi tekanan darah.

Menopause dihubungkan dengan pengurangan pada estradiol

dan penurunan perbandingan rasio estrogen dan testosteron. Hal

ini mengakibatkan disfungsi endothelial dan menambah BMI

yang menyebabkan kenaikan pada aktivasi saraf simpatetik yang

kerap kali terjadi pada wanita yang mengalami menopause.

Aktivasi saraf simpatetik ini akan mengeluarkan stimulan renin

dan angiotensin II. Disfungsi endothelial ini akhirnya

meningkatkan kesensitifan terhadap garam dan kenaikan

endhotelin. Tidak hanya itu kenaikan angiotensin dan endhotelin

dapat menyebabkan stres oksidatif yang akhirnya berujung pada

hipertensi atau tekanan darah tinggi.

2) Usia

Page 99: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Dilihat dari distribusi frekuensi responden berdasarkan usia

terhadap lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa

rata-rata usia responden adalah 68,33 tahun dengan usia termuda

60 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun.

Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Kurniasih & Setiawan, 2013), bahwa didapatkan

usia penderita hiperte nsi lebih banyak pada usia ≥ 55 tahun,

terbukti bahwa usia ≥ 55 tahun memiliki faktor risiko hipertensi

dengan nilai signifikansi p=0,010.

Menurut penelitian (Dedullah, Molanda & Joseph, 2015),

yang juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan peneliti

yaitu kategori usia ≥ 43 tahun memiliki risiko 5 kali lebih besar

menderita hipertensi dibandingkan kategori usia ≤ 43 tahun.

Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut ≥ 60 tahun.

Hal ini dikarenakan kejadian hipertensi semakin meningkat

seiring bertambahnya usia. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa setelah umur 55 tahun, dinding arteri akan

mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen

pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-

angsur menyempit dan menjadi kaku. hipertensi merupakan

salahsatu penyakit degeneratif, dengan bertambahnya usia, maka

tekanan darah juga akan meningkat yang disebabkan beberapa

Page 100: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

perubahan fisiologi. Pada proses fisiologi terjadi peningkatan

aktifitas simpatik, dinding arteri akan mengalami penebalan

karena kolagen yang menumpuk pada lapisan otot, sehingga

pembuluh darah berangsur-angsur menjadi sempit dan kaku.

Selain itu pada usia lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah

yaitu baroreseptor mulai berkurang, demikian juga dengan peran

ginjal dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

menurun, hal ini memicu terjadinya hipertensi (Kurniasih &

Setiawan, 2013).

3) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dilihat dari distribusi frekuensi responden berdasarkan

indeks massa tubuh terhadap lansia dengan hipertensi di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan

didapatkan bahwa rata-rata IMT adalah 22,21 dengan IMT

terendah 15,63 dan IMT tertinggi 28,30. Hasil penelitian ini

lebih banyak responden dengan nilai IMT normal yaitu sebanyak

11 responden, 5 responden dengan overweight, 3 responden

dengan obesitas tingkat 1, dan 2 responden dengan IMT kurang.

Penelitian yang dilakukan oleh (Arifin et al., 2016), dimana

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan

kejadian hipertensi. Obesitas merupakan faktor risiko untuk

terjadinya hipertensi, namun data pada populasi yang diwakili

oleh sampel dalam penelitian ini belum dapat disimpulkan

Page 101: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

bahwa faktor obesitas yang dikaji benar-benar bukan merupakan

faktor risiko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa obesitas belum

dapat dikatakan secara definitif sebagai faktor yang tidak

berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia dengan

hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3

Margaguna Jakarta Selatan.

4) Riwayat Merokok

Dilihat dari distribusi frekuensi responden berdasarkan

riwayat merokok terhadap lansia dengan hipertensi di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan

didapatkan bahwa dari 21 responden, hanya 9 responden yang

mempunyai riwayat merokok, 4 responden diantaranya

merupakan perokok ringan, 1 responden perokok sedang dan 4

responden perokok berat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Arifin et al., 2016),

dimana pada penelitian tersebut hasil uji statistik menyimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok

dengan kejadian hipertensi. Jumlah responden yang mengalami

hipertensi pada penelitian ini lebih banyak pada lansia yang tidak

merokok. Pada penelitian ini responden yang tidak merokok

sebanyak 12 responden dari 21 responden.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Octavian,

Setyanda, Sulastri & Lestari, 2015), hasilnya tidak ada hubungan

Page 102: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

bermakna antara derajat merokok dengan kejadian hipertensi.

Hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggara

& Prayitno, 2013), dimana pada penelitian ini menunjukan

adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok

dengan tekanan darah.

Hubungan merokok dengan hipertensi memang belum jelas.

Menurut literatur, nikotin dan karbondioksida yang terkandung

dalam rokok akan merusak lapisan endotel pembuluh darah

arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga

menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes RI, 2014).

Mekanisme ini menjelaskan mengapa responden yang merokok

setiap hari memiliki risiko untuk menderita hipertensi.

Data pada populasi yang diwakili oleh sampel belum dapat

disimpulkan bahwa faktor riwayat merokok yang dikaji benar-

benar bukan merupakan faktor risiko. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa riwayat merokok belum dapat dikatakan

secara definitif sebagai faktor yang tidak berhubungan dengan

terjadinya hipertensi pada lansia dengan hipertensi di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan.

Page 103: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

5) Riwayat Hipertensi Keluarga

Dilihat dari distribusi frekuensi responden berdasarkan

riwayat riwayat hipertensi keluarga terhadap lansia dengan

hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3

Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa dari 21 responden,

hanya 5 responden yang mempunyai riwayat hipertensi dalam

keluarga.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adnyani & Sudhana,

2014), menunjukkan bahwa kejadian hipertensi terjadi pada

sebagian besar responden yang tidak memiliki riwayat keluarga

dengan hipertensi. Dari hasil uji statistik, diperoleh hubungan

yang positif antara riwayat keluarga dengan hipertensi dengan

kejadian hipertensi (r=0,051), namun tidak signifikan secara

statistik, yaitu nilai p=0,540.

Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Siringoringo et al., 2013), bahwa adanya

hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan

kejadian hipertensi, dengan menggunakan uji chi-square,

diperoleh nilai p=0,000. Tekanan darah seorang anak akan lebih

medekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki

hubungan darah. Penelitian ini menunjukkan bahwa gen yang

diturunkan bukan satu-satunya yang menentukan tekanan darah

Page 104: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

seseorang, faktor makanan (seperti makanan atau status sosial)

juga berperan besar dalam menentukan tekanan darah seseorang.

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik

Pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik

lansia dengan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya

3 Margaguna Jakarta Selatan pada uji regresi linier menyatakan

bahwa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan

senam ergonomik pada hari pertama adalah 18,47 mmHg. Rata-rata

penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan senam

ergonomik pada hari kedua 11,19 mmHg. Rata-rata penururnan

tekanan darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik pada

hari ketiga 9,95 mmHg. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik

setelah melakukan senam ergonomik pada hari keempat 8,28

mmHg. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah

melakukan senam ergonomik pada hari kelima 9,34 mmHg. Rata-

rata penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan senam

ergonomik pada hari keenam 10,53 mmHg. Dari data pemeriksaan

tekanan darah sistolik baik pada sebelum dan sesudah senam

ergonomik tiap harinya, menunjukkan bahwa pengaruh senam yang

dilakukan selama 2 minggu sebanyak 3 kali dalam seminggunya

terhadap tekanan darah sistolik menunjukkan adanya perubahan dan

Page 105: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

pengaruh yang signifikan dengan nilai P value 0,000, dengan rata-

rata penurunan dalam 2 minggu sebanyak 6 hari yaitu 11,29 mmHg.

Senam ergonomik itu sendiri merupakan teknik senam dan

pernapasan untuk mengembalikan atau memperbaiki posisi

kelenturan sistem saraf dan aliran darah. Apabila kelenturan aliran

darah baik maka akan memudahkan pembuluh darah untuk

mengendur dengan cepat selama jantung memompa darah. Pada

pembuluh darah yang kurang elastis atau kaku akan menyulitkan

pembuluh darah kendur dengan cepat saat jantung memompa, yang

nantinya akan berakibat tekanan darah darah lebih meningkat saat

jantung berkontraksi. Senam ergonomik juga memaksimalkan

suplai oksigen ke otak, apabila pembuluh darah elastis darah akan

mengalir dengan mudah otak, sehingga otak tidak kekurangan

oksigen dan nutrisi dan terhindar dari kerusakan pembuluh darah di

otak. Senam ergonomik pun dapat memaksimalkan sistem

pembakaran salah satunya pembakaran kolestrol. Pembakaran

kolesterol akan mempengaruhi tingkat LDL dalam darah dan

meningkatkan HDL yang nantinya akan mengurangi aterosklerosis

yang menghambat aliran darah. Gerakan yang terkandung dalam

senam ergonomik merupakan gerakan yang sangat efektif, efisien,

dan logis karena merupakan rangkaian gerakan shalat yang

dilakukan manusia sejak dulu sampai saat ini (Wratsongko, 2014).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Lumempouw,

Page 106: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Wungouw, & Polii, 2016) bahwa senam berengaruh terhadap

tekanan darah sistolik baik 2 kali perminggu maupun 3 kali

perminggu. Penelitian yang dilakukan oleh (Sundari, Suhandi, &

Maryati, 2014), bahwa senam yang dilakukan selama 2 minggu juga

berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah dengan nilai

p=0,008.

3. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, hal

ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini tidak bisa menghomogenkan secara keseluruhan

faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya yaitu

responden yang diambil terdiri dari laki-laki dan perempuan,

dikarenakan jumlah responden yang termasuk dalam kriteria inklusi

dan eksklusi terbatas..

b. Tidak adanya sumber atau referensi dari format lembar observasi

senam ergonomik pada penelitian ini.

Page 107: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

87

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya

maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Usia responden didapatkan bahwa proporsi responden berada pada usia

60-85 tahun dengan rata-rata usia responden 68,33 tahun, proporsi jenis

kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 76,2%, dan proporsi nilai

IMT 15,63-28,30 dengan rata-rata nilai IMT responden 22,21.

2. Tekanan darah sistolik pada lansia sebelum senam, umumnya lebih

tinggi dari tekanan darah sistolik lansia sesudah senam.

3. Dari hasil analisa data diperoleh bahwa pada pre-test dan post-test, pada

hasil uji regresi linier menyatakan bahwa rata-rata penurunan tekanan

darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik pada hari pertama

adalah 18,47 mmHg, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah

melakukan senam ergonomik pada hari kedua 11,19 mmHg, rata-rata

penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik

pada hari ketiga 9,95 mmHg, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik

setelah melakukan senam ergonomik pada hari keempat 8,28 mmHg,

rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan senam

ergonomik pada hari kelima 9,34 mmHg, dan rata-rata penurunan

tekanan darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik pada hari

Page 108: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

keenam 10,53 mmHg. Rata-rata penurunan dalam 2 minggu sebanyak 6

hari yaitu 11,29 mmHg.

4. Dari hasil uji statistik dari keenam hari hasil penelitian diperoleh P value

0,000, yang artinya terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap

terhadap tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi.

B. Saran

1. Bagi klien

Bagi lansia yang sudah tahu pengaruh senam terhadap tekanan darah

terutama senam ergonomik , diharapkan agar rutin menjalani senam.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan diharapkan agar lebih aktif dan meningkatkan

program kesehatan serta memotivasi, memfasilitasi dan mendukung

khususnya untuk kegiatan senam ergonomik agar dapat dijadikan

program rutin, karena senam salahsatu olahraga yang memiliki banyak

manfaat untuk kesehatan tubuh lansia.

3. Bagi isntitusi keperawatan

Memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan tentang manfaat

senam terhadap tekanan darah kepada lansia agar pengetahuan lansia

meningkat sehingga sikap senam secara teratur dapat dijalankan lansia

Page 109: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan peneliti selanjutnya, pemilihan responden dilakukan

dengan melakukan homogen pada semua faktor yang

mempengaruhi, sehingga meminimalkan bias.

b. Diharaapkan peneliti selanjutnya, menggunakan kelompok kontrol

sebagai pembanding penelitian.

c. Diharapkan peneliti selanjutnya, penerapan senam ergonomik

dengan sampel yang lebih banyak, tempat berbeda dan intervensi

lain misalnya, kolesterol, diabetes, vertigo.

Page 110: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, P. P., & Sudhana, I. W. (2014). Prevelensi dan Faktor Risiko Terjadinya

Hipertensi pada Masyarakat di Desa Sidemen Kecamatan Sidemen

Karangasem Periode Juni-Juli 2014.

Anggara, F. H. D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Murni, Cikarang Barat

Tahun 2012.

Arifin, M. H. B. M., Weta, I. W., & Ratnawati, N. L. K. A. (2016). Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia

di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Bandung Tahun 2016.

Aspiani, R. Y. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kline Gangguan

Kadiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Aziza, L. (2007). Hipertensi:The Silent Killer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2008). Klien Gangguan

Kardiovaskular Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bina, D., Komunitas, F., Klinik, D. A. N., Jenderal, D., Kefarmasian, B., Alat, D.

A. N., & Ri, D. K. (2006). Pharmaceutical care.

Brown. (2006). Exercise Physiology: Basic of Human Movement i Healt and

Disease: Lippcott Williams & Wilkins Cengage Learning.

Corwin, E. J. (2009). buku saku patofisiologi. Jakarta.

Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, & Darmawan, R. (2008).

Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Dedullah, R. F., Molanda, N. S. ., & Joseph, W. B. S. (2015). Hubungan Antara

Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di

Kelurahan Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota

Kotamobagu.

Depkes RI. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data Dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8. Retrieved from

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/inf

odatin-jantung.pdf

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.

Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Gleadle, J. (2007). At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:

Erlangga.

Page 111: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Gunawan, L. (2007). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.

Hastono, S. P. (2006). Analaisa Data. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

Hikayati, Flora R, S. P. (2012). Penatalaksanaan Non Farmakologis Terapi

Komplementer Sebagai Upaya Untuk Mengatasi dan Mencegah Komplikasi

Pada Penderita Hipertensi Primer Di Kelurahan Indralaya Mulya Kabupaten

Ogan Ilir. Pengabdian Sriwijaya, 124–131.

Idealita, N. N. (2012). Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Penurunan Tingkat

Depresi pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

Kabupaten Semarang.

Islami, K. I. (2015). Hubungan antara Stres dengan Hipertensi pada Pasien Rawat

Jalan di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi

Kalimantan Timur.

Kemenkes RI. (2014a). Infodatin Hipertensi

Kemenkes RI. (2014b). Pusdatin Hipertensi

Kenia, N. M., & Taviyanda, D. (2013). Pengaruh relaksasi (aromaterapi mawar)

terhadap perubahan tekanan darah pada lansia lipertensi.

Kenney, L. W. (2011). Physiology of Sport and Exercise (5th ed.). USA: Human

Kinestic.

Komariah, A. (2015). Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat

Pada Lansia Dengan Gout di Pos Binaan Terpadu Kelurahan Pisangan

Ciputat Timur.

Kowalski, R. E. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan

Tekanan Darah Tinggi dan Menurunkan Risiko Serangan Jantung dan

Stroke secara Alami. Bandung: Mizan Pustaka.

Kurniasih, I., & Setiawan, M. R. (2013). Analisis Faktor Risiko Kejadian

Hipertensi di Puskesmas Srondol Semarang Periode Bulan September –

Oktober 2011, 54–59.

Kusyati, E., Yunani, Syaifudin, A., Wahyuningsih, R. D., Mustaida, R, F., &

Hartana, A. (2016). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan

Dasar. Jakarta: EGC.

Lestari, D. T., & Wahyuni, F. (2014). Pengruh Senam Ergonomis Terhadap

Distress Diabetes.

Lumempouw, D. O., Wungouw, H. I. S., & Polii, H. (2016). Pengaruh Senam

Prolanis terhadap Penyandang Hipertensi.

Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU, & Dosen Departemen

Page 112: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Epidemiologi FKM USU. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun

2013.

Mancia, R. G. (2014). Manual of Hypertension of the European Society of

Hypertension. USA: CRC Press.

Manembu, M., Rumampuk, J., & Danes, V. R. (2015). Pengaruh Posisi Duduk

dan Berdiri terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik pada Pegawai

Negeri Sipil Kabupaten Minahasa Utara.

Mardina, Y., & Zelvino. (2014). Hubungan antara Tingkat Stres Lansia dan

Kejadian Hipertensi pada Lansia di RW 01 Kunciran Tangerang.

Marliani, L., & Tantan. (2007). 100 Question & Answer. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Maryam, S. R., Ekasaru, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).

Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Moniaga, V., Pangemanan, D. H. C., & Rampengan, J. J. . (2013). Pengaruh

Senam Bugar Lansia terhadapTekanan Darah Penderita Hipertensi di BPLU

Senja Cerah Paniki Bawah.

Muhadi. (2016). ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan

Pasien Hipertensi Dewasa.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,

Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia

di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension.

Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penetapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Octavian, Y., Setyanda, G., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Hubungan Merokok

dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 35-65 Tahun di Kota

Padang.

Prabowo, A. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Prasetyo, J. D., & Agustrianti, L. (2014). Pengaruh Senam Ergonomis terhadap

Perubahan Kadar Gula Darah pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan.

Page 113: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Prasetyo, Y. (2013). Olahraga Bagi Penderita Hipertensi.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014).

Infodatin Lansia.

Sagiran. (2012). Mukjizat Gerakan Shalat. Jakarta: Argo Media Pustaka.

Sagiran. (2014). Sehat Gaya Rasul. Jakarta: Argo Media Pustaka.

Santoso, H., & Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia Uraian Medis &

Pedagogis Patoral. Jakarta: Gunung Mulia.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Siringoringo, M., Hiswani, & Jemadi. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir

Tahun 2013.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

(Brunner & Suddaarth, Eds.) (8th ed.). Jakarta: EGC.

Stevens, P. J. M., Bordui, F., & Weyde, J. A. G. Van Der. (1999). Ilmu

Keperawatan.

Sugandika, D., & Nuhariani, P. (2014). Pengaruh Senam Ergonomis terhadap

Gangguan Tidur (Insomnia) pada Lansia di Panti Werdha Mojopahit

Mojokerto.

Sumantri, A. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sundari, M. J., Suhandi, & Maryati. (2014). Pengaruh Senam Lansia terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Lansia di Panti Werda Usia “Bethany”

Semarang.

Sutangi, H., & Winantri. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Hipertensi pada Wanita Lansia di Posbindu Desa Sukaurip Kecamatan

Balongan Indramayu.

Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Triwibowo, H., Frilasari, H., & Hapsari, Y. W. (2011). Penderita Hipertensi Di

Desa Sumber Agung Kecamatan Jatirejo.

Wahyuningsih, & Astuti, E. (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada

Usia Lanjut.

Wijayanti. (2008). Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia Terhadap Kondisi Sosial

Lansia.

Wiryowidagdo, S., & Sitamanggang, M. (2006). Tanaman Obat untuk Penyakit

Page 114: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Jantung, Darah Tinggi & Kolesterol. Jakarta: Argo Media Pustaka.

Wratsongko, M. (2008). Shalat jadi Obat. Jakarta: Gramedia.

Wratsongko, M. (2014). Mukjizat Gerakan Shalat & Rahasia 13 Unsur Manusia.

Jakarta: Mizan Digital Publishing.

Wratsongko, M., & Sulistiyo, T. B. (2006). 205 Resep Pencegahan &

Penyembuhan Penyakit dengan Gerakan Shalat. Jakarta: Qultum Media.

Page 115: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

LAMPIRAN

Page 116: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Lampiran 1

Page 117: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

3Lampiran 2

Page 118: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

4Lamiran 3

Page 119: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

5Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN

BERSEDIA BERPARTISIPASI MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Inisial nama :

No. Responden :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan

bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan

Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta

Selatan”

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:

1. Bersedia diukur tekanan darahnya

2. Meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

3. Memberikan informasi yang benar dan jujur terhadap apa yang diminta atau

ditanya peneliti

4. Bersedia mengikuti kegiatan senam ergonomis yang ditentukan oleh

peneliti

Keikutsertaan saya ini sukarela, tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 2017

( )

Page 120: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

6Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

Inisial nama :

Usia :

Jenis kelamin :

No. responden No. Responden

Minggu Hari Pre-test (mmHg) Post-test (mmHg)

Minggu 1

1

2

3

Minggu 2

1

2

3

Page 121: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

7Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI GERAKAN SENAM ERGONOMIK

No Frekuensi Gerakan Ket

1. 2-3 menit Berdiri sempurna

a. Berdiri tegak pandangan lurus ke depan

b. Tubuh rileks

c. Tangan ke depan dada, telapak tangan kanan di

atas telapak tangan kiri menempel di dada, dengan

jari- jari sedikit meregang

d. Posisi kaki meregang sehingga mengangkang

selebar bahu

e. Telapak dan jari-jari kaki mengarah lurus ke

depan

f. Pernafasan diatur serileks mungkin

2. 40 kali

putaran

Lapang dada

a. Posisi berdiri sempurna

b. Kedua tangan menjuntai ke bawah

c. Memutar lengan: tangan diangkat lurus ke depan,

lalu ke atas, terus ke belakang, dan kembali

menjuntai ke bawah

d. Posisi kaki dijinjitkan-diturunkan, mengikuti

irama gerakan tangan

3. 5 kali Tunduk syukur

a. Mengangkat tangan lurus ke atas sambil

memenarik nafas dalam-dalam

b. Tangan membungkuk sambil membuang nafas

sedikit demi sedikit, kemudian meraih mata kaki,

No. Responden

Page 122: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

dipegang kuat, tarik, cengkram seakan-akan mau

mengangkat tubuh sambil menahan nafas

c. Posisi kaki tetap seperti semula

d. Kepala mendongak dan pandangan diarahkan ke

depan

e. Setelah itu kembali ke posisi berdiri dengan

lengan menjuntai sambil membuang nafas

f. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum

melanjutkan gerakan

4. 5 kali Duduk perkasa

a. Jatuhkan lutut ke lantai

b. Posisikan kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-

jari kaki tertekuk mengarah ke depan

c. Tangan mencengkram pergelangan kaki

d. Ambil nafas dalam-dalam

e. Mulai gerakan seperti mau sujud tetapi kepala

mendongak, pandangan ke depan jadi dagu

hampir menyentuh lantai sambil membuang nafas

sedikit semi sedikit namun tidak di habiskan

f. Nafas di tahan di dada selama mungkin

g. Kemudian kembali ke posisi duduk perkasa

h. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum

melanjutkan gerakan

5. 5 kali Duduk pembakaran

a. Dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki

dihamparkan ke belakang, sehingga duduk

Page 123: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

beralaskan telapak kaki (bersimpuh, duduk

sinden)

b. Tangan berada di pinggang

c. Ambil nafas dalam-dalam

d. Mulai gerakan seperti mau sujud tetapi kepala

mendongak, pandangan ke depan dan dagu hampir

menyentuh lantai sambil buang nafas sedikit demi

sedikit namun tidak di habiskan

e. Nafas di tahan di dada sekuatnya

f. Kemudian kembali ke posisi duduk pembakaran

g. Segera ambil nafas 3-4 kali sebelum melanjutkan

gerakan

6. Minimal 5

menit

Berbaring pasrah

a. Dari posisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh ke

belakang dengan hati-hati

b. Jika sudah rebah, tangan di luruskan ke atas

kepala, ke samping kanan dan kiri maupun ke

bawah menempel badan

c. Tangan memegang betis, tarik seperti mau

bangun, dengan rileks

d. Kepala didongakkan dan digerak-gerakkan ke

kanan dan kiri

Page 124: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

8Lampiran 7

LAMPIRAN OUTPUT SPSS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelamin 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Usia 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

IMT 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Riw.Perokok 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Riw.Hip 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Kelamin

Mean 1,7619 ,09524

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1,5632

Upper Bound 1,9606

5% Trimmed Mean 1,7910

Median 2,0000

Variance ,190

Std. Deviation ,43644

Minimum 1,00

Maximum 2,00

Range 1,00

Interquartile Range ,50

Skewness -1,327 ,501

Kurtosis -,276 ,972

Usia

Mean 68,3333 1,70620

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 64,7743

Upper Bound 71,8924

5% Trimmed Mean 67,8783

Median 67,0000

Variance 61,133

Std. Deviation 7,81878

Page 125: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Minimum 60,00

Maximum 85,00

Range 25,00

Interquartile Range 12,00

Skewness ,672 ,501

Kurtosis -,536 ,972

IMT

Mean 22,2119 ,73514

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 20,6784

Upper Bound 23,7454

5% Trimmed Mean 22,2373

Median 22,3000

Variance 11,349

Std. Deviation 3,36882

Minimum 15,63

Maximum 28,30

Range 12,67

Interquartile Range 4,64

Skewness ,030 ,501

Kurtosis -,237 ,972

Riw.Perokok

Mean ,8571 ,26082

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound ,3131

Upper Bound 1,4012

5% Trimmed Mean ,7857

Median ,0000

Variance 1,429

Std. Deviation 1,19523

Minimum ,00

Maximum 3,00

Range 3,00

Interquartile Range 1,50

Skewness 1,078 ,501

Kurtosis -,447 ,972

Riw.Hip

Mean 1,7619 ,09524

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1,5632

Upper Bound 1,9606

5% Trimmed Mean 1,7910

Median 2,0000

Variance ,190

Std. Deviation ,43644

Page 126: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Minimum 1,00

Maximum 2,00

Range 1,00

Interquartile Range ,50

Skewness -1,327 ,501

Kurtosis -,276 ,972

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pos 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pre2 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pos2 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pre3 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pos3 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pre4 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pos4 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pre5 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pos5 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pre6 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Pos6 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pre

Mean 154,5714 5,72071

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 142,6382

Upper Bound 166,5046

5% Trimmed Mean 154,1190

Median 160,0000

Variance 687,257

Std. Deviation 26,21559

Minimum 98,00

Page 127: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Maximum 220,00

Range 122,00

Interquartile Range 31,50

Skewness ,122 ,501

Kurtosis 1,306 ,972

Pos

Mean 136,0952 4,69037

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 126,3113

Upper Bound 145,8792

5% Trimmed Mean 136,1614

Median 137,0000

Variance 461,990

Std. Deviation 21,49396

Minimum 92,00

Maximum 179,00

Range 87,00

Interquartile Range 33,50

Skewness -,015 ,501

Kurtosis -,219 ,972

Pre2

Mean 146,8571 5,56018

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 135,2588

Upper Bound 158,4555

5% Trimmed Mean 146,5820

Median 143,0000

Variance 649,229

Std. Deviation 25,47996

Minimum 99,00

Maximum 200,00

Range 101,00

Interquartile Range 37,50

Skewness ,251 ,501

Kurtosis -,286 ,972

Pos2

Mean 135,6667 5,56235

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 124,0638

Upper Bound 147,2695

5% Trimmed Mean 136,2381

Median 138,0000

Variance 649,733

Std. Deviation 25,48987

Minimum 89,00

Page 128: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Maximum 172,00

Range 83,00

Interquartile Range 42,00

Skewness -,255 ,501

Kurtosis -,736 ,972

Pre3

Mean 144,9048 4,76840

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 134,9581

Upper Bound 154,8515

5% Trimmed Mean 144,9497

Median 140,0000

Variance 477,490

Std. Deviation 21,85156

Minimum 108,00

Maximum 181,00

Range 73,00

Interquartile Range 33,00

Skewness ,144 ,501

Kurtosis -,902 ,972

Pos3

Mean 134,9524 4,79309

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 124,9542

Upper Bound 144,9506

5% Trimmed Mean 135,8307

Median 130,0000

Variance 482,448

Std. Deviation 21,96469

Minimum 83,00

Maximum 170,00

Range 87,00

Interquartile Range 30,00

Skewness -,191 ,501

Kurtosis ,243 ,972

Pre4

Mean 142,3810 5,75428

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 130,3777

Upper Bound 154,3842

5% Trimmed Mean 142,1720

Median 142,0000

Variance 695,348

Std. Deviation 26,36944

Minimum 89,00

Maximum 200,00

Page 129: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Range 111,00

Interquartile Range 34,00

Skewness -,030 ,501

Kurtosis ,225 ,972

Pos4

Mean 134,4286 4,74722

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 124,5261

Upper Bound 144,3311

5% Trimmed Mean 133,9683

Median 132,0000

Variance 473,257

Std. Deviation 21,75447

Minimum 98,00

Maximum 180,00

Range 82,00

Interquartile Range 33,00

Skewness ,056 ,501

Kurtosis -,480 ,972

Pre5

Mean 142,2857 5,10562

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 131,6356

Upper Bound 152,9358

5% Trimmed Mean 142,2540

Median 147,0000

Variance 547,414

Std. Deviation 23,39689

Minimum 91,00

Maximum 194,00

Range 103,00

Interquartile Range 31,00

Skewness -,083 ,501

Kurtosis ,455 ,972

Pos5

Mean 133,4286 4,50215

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 124,0372

Upper Bound 142,8199

5% Trimmed Mean 133,3651

Median 138,0000

Variance 425,657

Std. Deviation 20,63146

Minimum 90,00

Maximum 178,00

Range 88,00

Page 130: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Interquartile Range 34,00

Skewness -,052 ,501

Kurtosis ,044 ,972

Pre6

Mean 142,5714 5,63348

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 130,8202

Upper Bound 154,3227

5% Trimmed Mean 141,3571

Median 140,0000

Variance 666,457

Std. Deviation 25,81583

Minimum 101,00

Maximum 207,00

Range 106,00

Interquartile Range 34,50

Skewness ,703 ,501

Kurtosis ,534 ,972

Pos6

Mean 132,1905 4,45112

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 122,9056

Upper Bound 141,4754

5% Trimmed Mean 131,5688

Median 130,0000

Variance 416,062

Std. Deviation 20,39760

Minimum 100,00

Maximum 176,00

Range 76,00

Interquartile Range 28,00

Skewness ,307 ,501

Kurtosis -,301 ,972

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Pre ,153 21 ,200* ,960 21 ,523

Pos ,095 21 ,200* ,994 21 1,000

Pre2 ,148 21 ,200* ,976 21 ,860

Pos2 ,116 21 ,200* ,953 21 ,384

Pre3 ,113 21 ,200* ,952 21 ,373

Page 131: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Pos3 ,150 21 ,200* ,951 21 ,353

Pre4 ,090 21 ,200* ,986 21 ,985

Pos4 ,115 21 ,200* ,969 21 ,712

Pre5 ,118 21 ,200* ,976 21 ,860

Pos5 ,111 21 ,200* ,975 21 ,840

Pre6 ,101 21 ,200* ,964 21 ,592

Pos6 ,106 21 ,200* ,966 21 ,635

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre 154,5714 21 26,21559 5,72071

Pos 136,0952 21 21,49396 4,69037

Pair 2 Pre2 146,8571 21 25,47996 5,56018

Pos2 135,6667 21 25,48987 5,56235

Pair 3 Pre3 144,9048 21 21,85156 4,76840

Pos3 134,9524 21 21,96469 4,79309

Pair 4 Pre4 142,3810 21 26,36944 5,75428

Pos4 134,4286 21 21,75447 4,74722

Pair 5 Pre5 142,2857 21 23,39689 5,10562

Pos5 133,4286 21 20,63146 4,50215

Pair 6 Pre6 142,5714 21 25,81583 5,63348

Pos6 132,1905 21 20,39760 4,45112

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre & Pos 21 ,879 ,000

Pair 2 Pre2 & Pos2 21 ,929 ,000

Pair 3 Pre3 & Pos3 21 ,928 ,000

Pair 4 Pre4 & Pos4 21 ,958 ,000

Pair 5 Pre5 & Pos5 21 ,917 ,000

Pair 6 Pre6 & Pos6 21 ,922 ,000

Page 132: PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35964/1/... · penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre – Pos 18,47619 12,60801 2,75129 12,73709 24,21529 6,715 20 ,000

Pair 2 Pre2 - Pos2 11,19048 9,60010 2,09491 6,82056 15,56039 5,342 20 ,000

Pair 3 Pre3 - Pos3 9,95238 8,28539 1,80802 6,18092 13,72384 5,505 20 ,000

Pair 4 Pre4 - Pos4 7,95238 8,33952 1,81983 4,15628 11,74849 4,370 20 ,000

Pair 5 Pre5 - Pos5 8,85714 9,34498 2,03924 4,60336 13,11092 4,343 20 ,000

Pair 6 Pre6 - Pos6 10,38095 10,53791 2,29956 5,58415 15,17775 4,514 20 ,000