bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. …repository.ump.ac.id/140/3/bab ii_ratna...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa lemah sehingga tidak berani untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Seseorang yang cemas akan merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2007). Menurut Stuart (2007), ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain : 1) Teori Psikoanalitik Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Upload: donhan

Post on 19-Jun-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kecemasan

a. Pengertian

Cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa

lemah sehingga tidak berani untuk bersikap dan bertindak secara

rasional sesuai dengan yang seharusnya. Seseorang yang cemas akan

merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas

asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2007).

Menurut Stuart (2007), ada beberapa teori yang menjelaskan

mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain :

1) Teori Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan

hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang.

Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan

ego bahwa ada bahaya.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

2) Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan

dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang

menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri

rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

3) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai

suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam

diri untuk menghindari kepedihan.

4) Teori Keluarga

Teori ini menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih

antara gangguan kecemasan dan depresi.

5) Teori Biologis

Teori ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang

berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan

kecemasan.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Kecemasan (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap

penilaian individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah

sadar dan tidak diketahu secara khusus penyebabnya (Depkes, 2008).

Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi

sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008).

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa

khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu

kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum

tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi

(Sadock & Sadock, 2010). Kecemasan adalah suatu keadaan tegang

yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-

perasaan bersalah, perasaan tidak aman dan kebutuhan akan kepastian.

Kecemasan pada dasarnya merupakan sebuah respons terhadap apa

yang terjadi atau antisipatif, namun faktor dinamik yang dapat

mempercepat kecemasan tidak disadari (Semiun, 2006).

Berdasarkan beberapa pengertian dari cemas di atas, dapat

disimpulkan, cemas adalah suatu reaksi emosional terhadap penilaian

individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan

tidak diketahui secara pasti penyebabnya.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

b. Manfaat Kecemasan

Kecemasan juga dibutuhkan dalam hidup ini, tanpa ada sedikit

kecemasan yang sesuai dengan kenyataan, individu mungkin tidak

akan memperhatikan peristiwa-peristiwa akan datang yang sangat

penting bagi perlindungan dirinya. Tetapi kecemasan yang tidak wajar

(tidak sehat) akan memberatkan individu dan menyebabkan

kelumpuhan dalam memberikan keputusan dan melakukan tindakan-

tindakan (Semiun, 2006).

c. Ciri-Ciri Kecemasan

Menurut Nevid (2005), seseorang yang mengalami kecemasan

akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Ciri fisik dari kecemasan

Gelisah, gugup, banyak berkeringat, mulut atau

kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas

pendek, jantung berdetak kencang, suara yang bergetar, pusing,

merasa lemas, tangan yang dingin, sering buang air kecil, terdapat

gangguan sakit perut atau mual, muka memerah, leher atau

punggung terasa kaku, merasa sensitif atau mudah marah.

2) Ciri perilaku dari kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya akan

menunjukkan perilaku menghindar, perilaku melekat dan

dependen, ataupun perilaku terguncang.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

3) Ciri kognitif dari kecemasan

Khawatir tentang sesuatu bahkan terhadap hal-hal sepele,

perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada

penjelasan yang jelas, sangat waspada, khawatir akan ditinggal

sendiri, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran, pikiran

terasa bercampur aduk atau kebingungan, ketakutan akan

ketidakmampuan menghadapi masalah, berpikir tentang hal-hal

yang mengganggu secara berulang-ulang.

d. Tingkat Kecemasan (Anxiety)

Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan dibagi menjadi:

1) Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi

belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

3) Ansietas berat

Kecemasan yang sangat mengurangi lahan persepsi

seseorang. Seseorang cenderung memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

4) Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.

Pola pikir terpecah dari proporsinya karena mengalami

kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional,

dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

e. Penyebab Kecemasan

1) Kontribusi biologis

Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan

kecemasan adalah sistem limbik, yang bertindak sebagai mediator

antara batang otak dan korteks. Batang otak yang lebih primitif

memonitor dan merasakan perubahan dalam fungsi-fungsi

jasmaniah kemudian menyalurkan sinyal-sinyal bahasa potensial

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

ini ke proses-proses kortikal yang lebih tinggi melalui sistem

limbik (Durand, 2007).

2) Kontribusi psikologis

Sense of control (perasaan mampu mengontrol) sejak dini

yang tinggi pada seseorang merupakan faktor psikologis yang

sangat rentan mengakibatkan kecemasan (Durand, 2007)

3) Kontribusi sosial

Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan

stress dapat memicu kerentanan terhadap kecemasan. Misalnya

masalah di sekolah, tekanan sosial untuk selalu menjadi juara

kelas, kematian orang yang dicintai, dan lain sebagainya

(Durand, 2007).

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang meliputi hal berikut:

1) Potensi stresor

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang,

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau

penyesuaian diri untuk menanggulanginya.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

2) Maturasi (kematangan)

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan

kepribadian sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan

kecemasan, sebab individu yang matang mempunyai daya

adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya

individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan

peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami

gangguan kecemasan.

3) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan

dibanding dengan mereka yang tingkat pendidikannya tinggi.

Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh

terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan

akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi

baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Sarwono,

2000). Menurut Kemendikbud (2013), dalam Undang-Undang

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 2 tingkat yaitu tingkat

pendidikan dasar 9 tahun (SD, SMP) dan tingkat pendidikan

tinggi (SMA, PT).

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

4) Status ekonomi

Status ekonomi yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan

dibanding dengan mereka yang status ekonominya tinggi.

Menurut Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/60

Tahun 2013, tanggal 18 Nopember 2013 tentang Upah Minimum

Kabupaten (UMK) di Provinsi Jawa Tengah, dapat memberi

gambaran tentang status ekonomi masyarakatnya. Di Kabupaten

Banyumas, UMK mengalami kenaikan dari Rp 877.500,- pada

tahun 2013 menjadi Rp 1.000.000,- pada tahun 2014. Berdasarkan

Surat Keputusan Gubernur tersebut, maka status ekonomi

masyarakat, dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Di bawah UMK (penghasilan ≤ Rp 1.000.0000)

b) Di atas UMK (penghasilan > Rp 1.000.000)

5) Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami gangguan

kecemasan.

6) Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami

kecemasan. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik

juga akan lebih mudah mengalami kecemasan.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

7) Tipe kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah

mengalami gangguan kecemasan dari individu dengan

kepribadian B. Adapun ciri – ciri individu dengan kepribadian A

adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna,

merasa buru – buru waktu, sangat setia (berlebihan) terhadap

pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam,

mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot – otot mudah

tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B

mempunyai ciri – ciri yang berlawanan dengan individu

kepribadian tipe A.

8) Sosial Budaya

Cara hidup individu di masyarakat yang sangat

mempengaruhi pada timbulnya kecemasan. Individu yang

mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafah

hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami

gangguan kecemasan. Demikian juga keyakinan agama akan

mempengaruhi timbulnya kecemasan.

9) Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap

asing akan lebih mudah mangalami kecemasan dibanding bila dia

berada di lingkungan yang biasa dia tempati.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

10) Usia

Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada usia tua,

tetapi ada yang berpendapat sebaliknya. Miller (1992) dalam

Dariyo (2004) menyatakan bahwa tahap dimana seorang individu

mulai menunjukkan kematangan emosionalnya yaitu saat mulai

memasuki tahap usia dewasa. Dalam tahap ini, kemampuan

kognitif dan psikososialnya berkembang pesat sehingga mampu

berpikir secara abstrak, logis dan sistematis terutama pada saat

menghadapi suatu masalah yang menimbulkan kecemasan.

Menurut Depkes RI (2009), kategori usia dewasa dibagi menjadi

2, yaitu:

a) Usia dewasa: 26-45 tahun

b) Usia lanjut : ≥ 46 tahun

11) Jenis kelamin

Menurut Sadock dan Sadock (2010), perempuan lebih

cenderung mengalami gangguan kecemasan dari pada laki-laki.

Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuralita dan

Hadjam (2002), mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan

tingkat kecemasan antara pasien laki-laki dan perempuan yang

sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

g. Pencegahan Kecemasan

Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat dicegah dengan:

1) Makanan yang baik dan halal secara tidak berlebihan dan

mengandung gizi seimbang.

2) Tidur secukupnya, 7-8 jam semalam.

3) Olahraga, untuk meningkatkan kekebalan fisik dan mental,

minimal dengan jalan kaki, lari pagi atau senam.

4) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

5) Banyak bergaul.

6) Pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari (manajemen

waktu yang baik dan kedisiplinan diri).

7) Rekreasi.

8) Mengatur keuangan dengan baik.

9) Kasih sayang, support dan motivasi.

h. Epidemiologi

Sekitar 6% dari populasi umum mengalami gangguan cemas.

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah gangguan yang paling

sering ditemui, terjadi pada 2-4% populasi. Gangguan ansietas lebih

sering terjadi pada perempuan dan usia paruh baya. Angka yang lebih

rendah terjadi pada laki-laki muda dan orang lanjut usia, walaupun

angka yang lebih rendah pada usia lebih dari 65 tahun mungkin

disebabkan karena kesulitan yang lebih besar mendeteksi

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

ansietas dengan instrumen standar pada populasi ini. Gangguan

ansietas juga dihubungkan dengan kesulitan sosio-ekonomi

(Katona, Cooper & Robertson, 2008).

i. Penanganan Gangguan Kecemasan

Jika kecemasan itu sudah sangat mengganggu dalam

kehidupan sehari-hari maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya,

meliputi:

1) Terapi humanistika

Terapi yang berfokus pada membantu klien

mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan

dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan

dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke

permukaan (Nevid, 2005).

2) Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka berfokus pada penggunaan obat anti

cemas (anxiolytic) dan obat-obat anti depresan seperti Diazepam,

Clobazam, Bromazepam, Lorazepam, Meprobamate, Alprazolam,

Oxazolam, chlordiazepoxide HCl, Hidroxyzine HCl

(Hawari, 2008).

3) Terapi somatik

Terapi somatik dilakukan dengan memberikan obat-obatan

untuk mengurangi keluhan-keluhan fisik pada organ tubuh yang

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari stres, kecemasan

dan depresi yang berkepanjangan (Hawari, 2008).

4) Psikoterapi

Terapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih

group terapi dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda

dengan anggota yang lain sehingga proses penyembuhan dapat

berjalan lebih efektif. Dalam psikoterapi ini dilakukan terapi

pernafasan dan teknik relaksasi ketika menghadapi kecemasan

serta sugesti bahwa kecemasan yang muncul adalah tidak realistis

(Hawari, 2008).

5) Terapi psikososial

Terapi psikososial adalah untuk memulihkan kembali

kemampuan adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali

berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di

rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja maupun di lingkungan

pergaulan sosialnya (Hawari, 2008).

6) Terapi psikoreligius

Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap

pikiran, kedekatan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang

disampaikan akan memberikan harapan positif (Hawari, 2008).

7) Pendekatan Keluarga

Dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam

mengurangi kecemasan (Nevid, 2005).

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

8) Konseling

Konseling dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila

ada motivasi dari kedua belah pihak, antara klien (orang yang

mendapat konsultasi) dan konselor (orang yang memberikan

konsultasi) (Hawari, 2008).

2. Diabetes Melitus

a. Definisi

Menurut ADA (2005), DM merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dan

menurut kriteria diagnostik. Seseorang dikatakan menderita DM jika

memiliki kadar GDP ≥126 mg/dl atau GDS ≥200 mg/dl

(Perkeni, 2011).

Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Gustaviani, 2006).

b. Epidemiologi

Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi

epidemiologik, suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan

dan penyakit. Konsep tersebut hendak mencoba menghubungkan

hal-hal tersebut dengan morbiditas dan mortalitas pada beberapa

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

golongan penduduk dan menghubungkannya dengan faktor sosio-

ekonomi serta demografi masyarakat masing-masing (Suyono,

2006).

c. Diabetes Melitus di Masa Datang

Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan

meningkat jumlahnya di masa datang, diabetes melitus adalah salah

satu diantaranya. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di

beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di

negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan perkapita dan

perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan

peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit

jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus,

dan lain-lain.

Data epidemiologik di negara berkembang memang masih

belum banyak. Oleh karena itu angka prevalensi yang dapat

ditelusuri terutama berasal dari negara maju (Suyono, 2006).

Diabetes melitus dapat menyerang masyarakat segala lapisan umur

dan sosial berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini

diperkirakan pada tahun 2020 nanti atau ada 178 juta penduduk

berusia > 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi diabetes melitus

sebesar 4% akan didapatkan 7 juta penderita (Utoyo, 2003).

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Diabetes melitus adalah penyakit menahun yang akan

diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam

pengelolaannya tidak hanya tim medis dan paramedis tetapi lebih

penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya.

Diagnostik diabetes melitus didasarkan atas pemeriksaan kadar

glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan dengan

cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena

(Askandar, 2003; Darmono, 2007).

Tabel 2.1 Kadar GDS dan GDP sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosa DM

No. Teknik Bahan Konsentrasi (mg/dl)

Bukan DM

Belum pasti DM DM

1 GDS Plasma vena <100 100-199 ≥200 Darah kapiler <90 90-199 ≥200

2 GDP Plasma vena <100 100-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-99 ≥100

(Sumber : Perkeni, 2011)

d. Kelompok risiko tinggi diabetes melitus:

1) Kelompok usia dewasa tua ( ≥ 45th )

2) Punya riwayat keluarga penderita diabetes melitus

3) Obesitas {Berat Badan(BB)(kg) ≥ 120%, dan BB ideal

(tinggi badan (cm)– 100 ) –10%}

4) Riwayat diabetes melitus pada kehamilan

5) Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gr

6) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

7) Dislipidemia (kadar HDL < 35 mg/dl dan atau

trigliserid > 250 mg/dl)

8) Pernah mengalami Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)

e. Kriteria diagnostik diabetes melitus :

1) Kadar GDS (plasma vena) ≥ 200 mg/dl atau

2) Glukosa Darah Puasa (GDP) (plasma vena) ≥ 126 mg/dl (puasa

berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir )

3) Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban

glukosa 75 gr pada Test Tolerance Glucosa Oral

(Suyono, 2006)

f. Menurut American Diabetes Association (2005), diabetes melitus

diklasifikasikan menjadi :

1) Diabetes melitus tipe I : Destruksi sel beta, umumnya menjurus

ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik

dan idiopatik.

2) Diabetes melitus tipe II : Bervariasi mulai yang predominan

resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang

predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

3) Diabetes melitus tipe lain :

a) Defek genetik fungsi sel beta

b) Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A,

leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes

lipoatrofik, lainnya.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

c) Penyakit eksokrin pankreas: pancreatitis,

trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik,

hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.

d) Endokrinopati: akromegali, sindroma cushing,

feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma,

aldosteronoma, lainnya.

e) Karena obat/zat kimia

f) Infeksi : rubella kongenital, CMV, lainnya.

g) Imunologi (jarang) : sindrom”Stiff-man”, antibodi anti

reseptor insulin, lainnya.

h) Sindrom genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter,

sindrom Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedreich’s,

chorea Huntington, sindroma Laurence-Moon-Biedl,

distrofi miotonik, porfiria, sindroma Prader Willi, lainnya.

4) Diabetes melitus kehamilan/gestasional

Secara tradisional diabetes kehamilan merupakan istilah

yang digunakan untuk perempuan yang menderita diabetes

selama kehamilan dan kembali normal sesudah hamil.

g. Gejala Klinis

Menurut Waspadji (2003) dari sudut pasien diabetes melitus

sendiri, hal yang paling sering menyebabkan pasien datang berobat

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

ke pelayanan kesehatan dan kemudian di diagnosis sebagai diabetes

melitus ialah keluhan :

1) Kelainan Kulit : gatal, bisul-bisul

2) Kelainan ginekologi : keputihan

3) Kesemutan, rasa baal

4) Kelemahan tubuh

5) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

6) Infeksi saluran kemih

Pada pasien dengan diabetes melitus, sering terdapat keluhan

yang berbeda-beda. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi

pada daerah genital, ataupun daerah lipatan kulit lain seperti di

ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.

Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama

tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele

seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada

perempuan, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering

menyebabkan pasien datang ke pelayanan kesehatan dan sesudah

diperiksa lebih lanjut ternyata diabetes melitus yang menjadi latar

belakang keluhan tersebut. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah

terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping

keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki

terkadang keluhan impotensi menjadi alasan untuk datang berobat.

Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien datang berobat

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

ialah keluhan mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun

gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa yang

disebabkan hiperglikemia. Keluhan kabur tersebut mungkin pula

disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokuler akibat

kelumpuhan sementara bola mata dapat pula merupakan salah satu

sebab pasien berobat ke pelayanan kesehatan (Waspadji, 2003).

h. Komplikasi Diabetes Melitus

Mansjoer, et al (2001) menyebutkan Diabetes melitus

merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan

terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan

dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, sehingga

berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal

lainnya. Komplikasi Diabetes melitus baik akut maupun kronis akan

mulai muncul setelah menderita lebih dari 3 tahun (Perkeni, 2006).

Komplikasi pada Diabetes melitus dibagi menjadi dua (Perkeni,

2006), yaitu :

1) Komplikasi Akut

a) Koma hipoglikemi

b) Ketoasidosis

c) Koma hiperosmolar nonketotik

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

2) Komplikasi kronik

a) Makroangiopati,mengenai pembuluh darah besar, pembuluh

darah jantung (Acute Myocard Infark), pembuluh darah tepi,

dan pembuluh darah otak (stroke)

b) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati

diabetika, nefropati diabetika

c) Neuropati diabetika

d) Katarak

e) Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitis dan

infeksi saluran kemih

f) Kaki diabetika.

i. Pengelolaan Diabetes melitus

Tujuan pengelolaan diabetes melitus dibagi 2 (Perkeni, 2006), yaitu :

1) Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala diabetes melitus

dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.

2) Jangka panjang: mencegah penyulit baik makroangiopati,

mikroangiopati dan neuropati dengan tujuan akhir menurunkan

morbiditas dan mortalitas diabetes melitus.

Dengan kegiatan mengelola pasien secara holistik dan

mengajarkan perawatan mandiri. Pilar utama pengelolaan diabetes

melitus adalah penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan

obat berkhasiat hipoglikemi (Suyono, 2006). Dalam hal ini peran

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

psikiatri banyak diperlukan pada pilar pertama pengelolaan diabetes

melitus yaitu penyuluhan dengan menunjang perilaku untuk

meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya dan penyesuaian

keadaan psikologis serta kualitas hidup yang lebih baik (Suyono,

2006; Budihalim, Mudjadid dan Sukatman, 2006).

Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi

diabetes melitus adalah memberikan dukungan dan nasehat positif

dan menghindari terjadinya kecemasan dan depresi dengan

mengingat sifat penyakit diabetes melitus yang menahun dan

berlangsung seumur hidup (Budihalim dan Sukatman, 2003).

Kriteria pengendalian diabetes melitus digunakan untuk dapat

dipergunakan sebagai acuan pengendalian diabetes melitus dan dapat

mendeteksi terjadinya komplikasi kronik. Perjalanan penyakit

diabetes melitus dapat terjadi komplikasi akut dan menahun.

Penyakit akut terdiri dari : ketoasidosis diabetika, hiperosmolar

non ketotik, dan hipoglikemia. Sedangkan pada penyakit

menahun terdiri dari : (1) Makroangiopati : pembuluh darah tepi

dan pembuluh darah otak, (2) Mikroangiopati : Retinopati diabetik,

dan Nefropati diabetik, (3) Neuropati, (4) Rentan infeksi, (5) Kaki

diabetik, dan (6) Disfungsi ereksi (Tjokroprawiro, 2003).

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

3. Hubungan Antara Kecemasan dengan Diabetes Melitus

Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah

mengidap penyakit DM. Ia tidak dapat mengkonsumsi makanan

tanpa aturan dan tidak dapat melakukan aktifitas dengan bebas tanpa

khawatir kadar gulanya akan naik pada saat kelelahan. Selain itu,

penderita DM juga harus melakukan pemeriksaan kadar gula darah

secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan. Seseorang yang

menderita penyakit DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di

dalam hidupnya, sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh

secara fisik, namun juga berpengaruh secara psikologis pada

penderita.

Saat seseorang didiagnosis menderita DM maka respon

emosional yang biasanya muncul yaitu penolakan, kecemasan dan

depresi, tidak jauh berbeda dengan penyakit kronis lain

(Taylor, 1995). Penderita DM memiliki tingkat depresi dan

kecemasan yang tinggi, yang berkaitan dengan aturan yang harus

dijalani dan terjadinya komplikasi serius. Kecemasan yang dialami

penderita berkaitan dengan aturan yang harus dijalani seperti diet

atau pengaturan makan, pemeriksaan kadar gula darah, konsumsi

obat dan juga olah raga. Selain itu, resiko komplikasi penyakit yang

dapat dialami penderita juga menyebabkan terjadinya kecemasan.

Penderita DM jika mengalami kecemasan, akan

mempengaruhi proses kesembuhan dan menghambat kemampuan

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

aktivitas kehidupan sehari-hari. Pasien diabetes yang mengalami

kecemasan memiliki kontrol gula darah yang buruk dan

meningkatnya gejala-gejala penyakit (Taylor, 1995). Kecemasan

merupakan hal yang tidak mudah untuk dihadapi oleh penderita DM.

Oleh karena itu, penderita DM tentu sangat membutuhkan dukungan

dari lingkungan sosialnya.

Gangguan kecemasan adalah perasaan yang tidak

menyenangkan yang meliputi perasaan khawatir, takut, was-was

yang ditimbulkan oleh pengaruh ancaman atau gangguan terhadap

sesuatu yang belum terjadi dan dapat mempengaruhi aktivitas.

Penderita DM merupakan suatu gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa

hilangnya toleransi karbohidrat, sehingga didapati hiperglikemi dan

glukosuria. Dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan

pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat

bersama dengan orang dewasa lainnya.

Kecemasan dan depresi memang faktor-faktor yang

dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya

secara mental tetapi juga fisik. Penelitian terbaru membuktikan

kecemasan, depresi dan gangguan tidur malam hari adalah

faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan

pria (Amidah, 2002).

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

B. Kerangka Teori Penelitian

.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

modifikasi teori menurut Stuart (2007), Perkeni (2006)

Karakteristik Pasien :

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

C. Kerangka Konsep Penelitian

.

Keterangan :

: Obyek yang diteliti

-----------> : Obyek yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Pasien :

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan suatu proposisi atau anggapan yang

mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan

atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut

(Supranto, 2009). Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus.

2. Ada hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status ekonomi, dan lama di diagnosa DM) pada pasien

diabetes melitus dengan tingkat kecemasan.

3. Karakteristik lama di diagnosa diabetes melitus merupakan karakteristik

pasien yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kecemasan.

Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013