bab ii tinjauan pustaka a. kerangka teori 1. tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan...

27
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup a. Pengertian Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 yang dimaksud lingkungan hidup adalah : “Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubung satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup yang sangat menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang diperuntukan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek (Supriadi, 2006:22). LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “Introduction to Social Psychology” membagi lingkungan atas empat macam (N.H.T Siahaan, 2004:13-14) yakni : 1) Lingkungan fisik atau anorganik yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya. 2) Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan

Upload: phungnhu

Post on 25-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Lingkungan Hidup

a. Pengertian Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1

yang dimaksud lingkungan hidup adalah : “Kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang

saling berhubung satu dengan yang lainnya sehingga pengertian

lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang

Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup termasuk manusia

dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup yang sangat

menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini

oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup

(alam) hanya sebuah benda yang diperuntukan bagi manusia. Dengan kata

lain, manusia merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga

lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai

subyek (Supriadi, 2006:22).

LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “Introduction to Social

Psychology” membagi lingkungan atas empat macam (N.H.T Siahaan,

2004:13-14) yakni :

1) Lingkungan fisik atau anorganik yaitu lingkungan yang terdiri

dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut,

radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.

2) Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang

bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan,

tumbuhan-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

15

prenatal dan proses-proses biologi seperti reproduksi,

pertumbuhan dan sebagainya.

3) Lingkungan sosial. Ini dapat dibagi dalam tiga bagian :

a. Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan

materiil : peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan

lain-lain.

b. Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu

manusia dan interaksinya terhadap sesamanya dan

tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan yang

digunakan manusia yang berasal dari sumber organik.

c. Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan

tabiat batin manusia seperti sikap, pandagan, keinginan,

keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan, agama,

ideologi, bahasa, dan lain-lain.

4) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara

institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang

terdapat didaerah kota atau desa.

b. Pencemaran Lingkungan

Pengertian Pencemaran Lingkungan berdasarkan Undang-undang

No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/

atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

sehingga mel ampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Sedangkan Pengertian perusakan lingkungan sebagaimana

dirumuskan dalam pasal 1 butir 16 UUPPLH adalah “tindakan orang yang

menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat

fisik dan/atau hayati lingkungan sehingga melampaui kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup”.

Apabila dilihat dari segi ilmiah, suatu lingkungan dapat disebut

sudah tercemar bila memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut adalah:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

16

1) Kalau suatu zat, organisme, atau unsur-unsur yang lain (seperti gas,

cahaya, energi) telah tercampur (terintroduksi) ke dalam sumber

daya/lingkungan tertentu;

2) Karenanya menghalang/menggangu ke dalam sumber

daya/lingkungan tersebut (N.H.T Siahaan, 2004:280).

Apabila disimpulkan maka Pencemaran adalah suatu keadaaan

yang terjadi karena perubahaan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan

air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan

manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-

benda asing (seperti sampah kota, sampah industri, minyak bumi, sisa-sisa

biosida dan sebagainya) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga

mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula (Y.Eko Budi,

2003:9)

Menurut Muhamad Erwin dalam bukunya, selain pencemaran air,

pencemaran udara, dan pencemaran suara (kebisingan) seperti disebutkan di

atas, di tambahkan satu jenis pencemaran yaitu pencemaran tanah.

Pencemaran tanah dapat terjadi melalui bermacam-macam akibat, ada yang

langsung dan ada yang tidak langsung. Pencemaran yang langsung dapat

berupa tertuangnya zat-zat kimia berupa pestisida atau insektisida yang

melebihi dosis yang ditentukan. Sedangkan pencemaran tidak langsung dapat

terjadi akibat dikotori oleh minyak bumi. Sering tanah persawahan dan

kolam-kolam ikan tercemar oleh buangan minyak, bahkan sering pula suatu

lahan yang berlebihan dibebani dengan zat-zat kimia (pestisida, insektisida,

herbisida), sewaktu dibongkar oleh bulldozer pada musim kering, debu

tanahnya yang bercampur zat-zat kimia itu ditiup angin, menerjang ke udara,

dan mencemari udara

2. Tinjauan Tentang Hukum Lingkungan

a. Pengertian Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan adalah hukum yang berhubungan dengan

lingkungan alam (natuurlijk milieu) dalam arti yang seluas-luasnya

(Koesnadi Hardjasoematri, 2009 : 38). Hukum Lingkungan menurut

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

17

St.Moenadjat Danusaputro adalah hukum yang mendasari

penyelenggaran perlindugan dan tata pengelolaan peningkatan

ketahanan lingkungan hidup (N.H.T Siahaan, 2008:58). Drupsteen

mengemukakan, bahwa hukum lingkungan (Milieurecht) adalah

hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu)

dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan

ditentukan oleh ruang lingkuppengelolaan lingkungan. Dengan

demikian hukum lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi

pengelolaan lingkungan (Koesnadi Harjasoemantri, 2009:14-15).

b. Aspek-aspek Hukum Lingkungan

Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, 2009:42-43), aspek-aspek

lingkungan yaitu meliputi :

1) Hukum Tata Lingkungan

2) Hukum Perlindungan Lingkungan

3) Hukum Kesehatan Lingkungan

4) Hukum Pencemaran Lingkungan (dalam kaitannya dengan

misal pencemaran oleh industri, dan sebagainya)

5) Hukum Lingkungan Transnasional/Interasional (dalam

kaitannya dengan hubungan antar negara)

6) Hukum Perselisihan Lingkungan (dalamkaitannya dengan

masalah ganti kerugian, dan sebagainya).

c. Penegakan Hukum Lingkungan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memuat macam penegakan

hukum lingkungan yaitu sanksi administrasi, penyelesaian sengketa di

Luar Pengadilan, Penyelesaian Sengketa di Pengadilan dan Penegakan

Hukum Pidana. Diantara penegakan hukum lingkungan tersebut,

penegakan hukum administratisi dianggap sebagai upaya penegakan

hukum terpenting. Hal ini karena penegakan hukum administrasi lebih

ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan

perusakan lingkungan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

18

Penegakan hukum lingkungan administrasi pada dasarnya

berkaitan dengan hukum lingkungan itu sendiri serta hukum

administrasi karena penegakan hukum lingkungan berkaitan erat

dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat

terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum

yaitu administrasi, perdata dan pidana. Dengan demikian penegakan

hukum lingkungan merupakan upaya mencapai ketaatan dan

persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secra umum dan

individual, melalui pengawasan dan penerapan sarana administratif,

keperdataan dan kepidanaan.

Sanksi administrasi meliputi paksaan pemerintah dan

pencabutan izin, untuk sanksi perdata Undang-Undang ini mengatur

tentang penerapan asas tanggung jawab mutlak, dan menyatakan tetap

berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan

dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana mencakup

tentang delik material dan delik formal, ketentuan tentang tanggung

jawab korporasi dan ketentuan tentang asas subsidaritas penerapan

sanksi pidana.

Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum

lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu bersifat preventif dan represif.

Bersifat preventif berkaitan dengan izin yang diberikan oleh pejabat

yang berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan dapat juga berupa

pemberian penerangan dan nasihat. Sedangkan bersifat represif berupa

sanksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku

atau penanggung jawab kegiatan untuk mencegah terjadinya

pelanggaran (Andi Hamzah, 2005:52).

3. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pengelolaann Lingkungan Hidup

a. Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memuat pengertian

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

19

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan pembinaan dan

penegakan hukum.

Lilin Budiati (2012:25) dalam bukunya Good Governance

dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan mengenai:

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai usaha

pencegahan, penanggulangan, kerusakan dan pencemaran serta

pemulihan kualitas lingkungan hidup, yang mana telah menuntut

dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan dan program

serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung perlindungan dan

pengelolaan lingkungan lainnya.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:

1) Tanggung jawab negara;

a) Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan

memberikan mafaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun

generasi masa depan.

b) Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup

yang baik dan sehat.

c) Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber

daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup (Lihat juga AE Boyle, 2005:1).

2) Kelestarian dan keberlanjutan

Setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab

terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

20

generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung

ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

3) Kelestarian dan keseimbangan

Pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan

berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi,sosial, budaya, dan

perlindungan sert pelestarian ekosistem.

4) Keterpaduan

Perlindungan dan pengelolaan lingkunga hidup dilakukan

dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai

komponen terkait.

5) Manfaat

Segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan

lingkungan hidup untk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

harkat manusia selaras dengan lingkungannya.

6) Kehati-hatian

Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau

kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-

langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

7) Keadilan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.

8) Ekoregion

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi

geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.

9) Keanekaragaman hayati

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

21

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan,

keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang

terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani

yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara

keseluruhan membentuk ekosistem.

10) Pencemar membayar

Setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya

menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.

11) Partisipatif

Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif

dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

12) Kearifan lokal

Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

harus memperhatikan nalai-nilai luhur yang berlaku dalam tata

kehidupan masyarakat.

13) Tata kelola pemerintah yang baik

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai

oleh prinsip partisipasi, transparasi, akuntabilitas, efisiensi, dan

keadilan.

14) Otonomi daerah

Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan

dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Perlidungan dan pengelolaan ligkungan hidup di Indonesia pada

umumnya mengandung dua aspek, yaitu formal dan informal. Secara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

22

formal tanggung jawab Pemerintah menjadi dominan dan sebagian

besar bertumpu pada landasan hukum dan peraturan yang disiapkan

untuk mengatur mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Pada saat ini landasan hukum yang digunakan sebagai dasar

dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang di dalamnya dirumuskan

mengenai Pengertian, Asas,Tujuan, dan Ruang Lingkup, Perencanaan,

Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengelolaan Bahan

Berbahaya Dan Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya Beracun,

Sistem Informasi, Tugas Dan Wewenang Pemerintah dan Pemerintah

Daerah, Hak, Kewajiban, Dan Larangan,Peran Masyarakat,

Pengawasan dan Sanksi Administratif, Penyelesaian Sengketa

Lingkungan, Penyidikan Dan Pembuktian, Ketentuan Pidana,

Ketentuan Peralihan Penutup.

Kendala-kendala yang sering terjadi dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup anatara lain (Lilin Budiati, 2012:27):

a. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM);

b. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA);

c. Lemahnya implementasi peraturan perundang-undangan;

d. Lemahnya penegakan hukum lingkungan;

e. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup;

f. Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan.

b. Peran Para Pihak dalam pelaksanaan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pada dasarnya pihak-pihak yag berkepentingan dan memiliki

kewajiban dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup ialah, pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha.

a. Pemerintah

Pemerintah pusat merupakan pihak yang paling berperan

dan yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

23

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah

pusat bertanggung jawab untuk merancang, merumuskan dan

mengimplementasikan kebijakan pembangunan lingkungan

yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah pusat telah

menetapkan suatu kebijakan nasional tetang lingkungan hidup

berupa aturan hukum nasional, yaitu dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Disamping itu pemerintah

pusat juga bertangung jawab sebagai pengawas seta penegakan

hukum lingkungan.

Disamping pemerintah pusat, pemerintah daerah juga

mempunyai peran penting dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan. “Dengan adanya desentralisasi perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, maka dalam pelaksanaannya

akan lebih efisien karena merantai pengawasan dan pelaksanaan

menjadi lebih pendek serta adanya rasa memiliki (sense of

belonging) yang tinggi” (Lilin Budiati, 2012:8). Dalam lingkup

pemerintahan daerah juga haus dibentuk suatu lembaga yang

mengurusi lingkungan hidup, baik berupa kantor atau badan

agar dalam koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat

semakin mudah.

b. Masyarakat

Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 tahu 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan

bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan

sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Masyarakat

Indonesia berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup,

akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam

memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Disamping itu masyarakat juga berhak mengajukan usul

dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

24

yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap

lingkungan hidup. Anggota masyarakat, baik perorangan

maupun kelompok dan lembaga swadaya masyarakat seperti

organisasi lingkungan hidup atau korban pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup juga dapat melakukan pengaduan

akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

tersebut kepada kantor lingkungan hidup. Selain itu, sesuai Pasal

67 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan bahwa setiap

orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan

hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup.

c. Pelaku usaha

Bagi setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan

sesuai dengan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

diwajibkan untuk:

(1) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat,

terbuka, dan tepat waktu.

(2) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

(3) Mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup

dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Sesuai Pasal 22 Undang-Undnag Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan bahwa

“setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap

lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai

Damak Lingkungan)”. Dokumen AMDAL merupakan dasar

keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup yang

ditetapkan berdasarkan penilaian Komisi Penilai AMDAL. Menteri,

Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

25

Selain daripada itu, sesuai Pasal 34 Undang-Undang 32 tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

dijelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk

dalam kriteria wajib AMDALwajib memiliki UKL (Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan UPL (Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup)”. Sedangkan untuk setiap usaha dan atau kegiatan

yang tidak wajib dilengkapi UKL dan UPL wajib membuat surat

pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup.

Disamping ini untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib

memiliki AMDAL atau UKL dan UPL diwajibkan untuk memiliki

izin lingkungan sesuai dengan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Izin lingkungan tersebut diterbitkan oleh Menteri, Gubernur,

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menolak

permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak

dilengkapi dengan AMDAL atau UKL dan UPL.

c. Instrumen Pencegahan dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa

instrumen-instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup yang pada dasarnya adalah juga sebagai instrumen

pengelolaan lingkungan hidup karena pengelolaan lingkungan hidup

dimaksudkan untuk mencegah dan mengatasi masalah pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup. Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor

32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan

hidup tertuliskan instrumen-instrumen pencegahan dan/atau kerusakan

lingkungan hidup terdiri atas:

a. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)

b. Tata ruang

c. Baku Mutu Lingkungan Hidup;

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

26

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup;

e. AMDAL;

f. UKL-UPL;

g. Perizinan;

h. Intrumen Ekonomi Lingkungan Hidup;

i. Peraturan perundang-undangan berasis lingkungan hidup;

j. Anggaran berbasis lingkungan hidup;

k. Analisis risiko lingkungan hidup;

l. Audit lingkungan hidup; dan

m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau

perkembangan pengetahuan.

d. Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup bertujuan:

a) Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b) Menjamin keselamatan, kesehatandan kehidupan manusia;

c) Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian

ekosistem;

d) Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

e) Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa

depan;

f) Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup

sebagai bagian dari hak asasi manusia;

g) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

h) Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

i) Mengantisipasi isu lingkungan gobal.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

27

a) Perencanaan, dilaksanakan melalui tahap inventarisasi lingkugan

hidup, penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH.

b) Pemanfaatan, sumber daya alam dimanfaatkan berdasarkan RPPLH.

Pemanfaatan ini harus dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup.

c) Pengendalian, dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi

lingkungan hidup. Kegiatan ini meliputi pencegahan, penanggulangan

dan pemulihan.

d) Pemeliharaan, dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam,

pencadangan sumber daya alam, dan pelestarian fungsi atmosfer.

e) Pengawasan dan pembinaan, menteri, gubernur, atau bupati/walikota

mempunyai kewajiban dalam pengawasan dan pembinaan terhadap

ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan dibidang lingkungan

hidupsesuai dengan kewenangannya dan dapat mendelegasikan

kewenangannya dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada

pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup.

f) Penegakan hukum, bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

yang melanggar izin lingkungan dapat dikenakan sanksi berupa:

teguran tertulis, pelaksanaan perintah, pembekuan izin lingkungan dan

pencabutan izin lingkungan.

4. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya

a. Pengertian limbah

Berdasar pada Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

dijelaskan bahwa Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal

sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang

kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

28

Menurut Sugiarto (1987:93) “air limbah adalah kotoran yang

berasal dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari

industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya”

Pengelolaan limbah bertujuan untuk mencegah, menanggulangi

pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas

lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi

kualitas lingkungan. Jika pengurangan air limbah dari sumbernya

sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap

dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang

ke lingkungan. Tujuan pengolahan air limbah ini adalah untuk

mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat

konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika terpaksa

dibuang ke badan air di lingkungan.

(http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-content/uploads/pdf/air-

limbah/4_dasar-dasar_teknik_dan_pengelolaan_air_limbah.pdf):

Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang

mengandung pencemar, alam sendiri memiliki kemampuan untuk

memulihkan kondisinya sendiri atau yang disebut “self purification”.

Alam memiliki kandungan zat yang mampu mendegradasi pencemar

dalam air limbah menjadi bahan yang lebih aman dan mampu diterima

alam itu sendiri, diantaranya adalah mikroorganisme. Waktu yang

diperlukan akan sangat tergantung dari tingkat pencemarannya yang

otomatis berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk. Jika

kepadatan penduduk meningkat maka pencemaran pun akan sangat

mungkin meningkat sehingga proses alam untuk membersihkan

dirinya sendiri akan memakan waktu yang sangat lama. Sehingga

akhirnya akan terjadi penumpukan beban limbah sampai dimana

kemampuan alam untuk dapat melakukan pembersihan sendiri (self

purification) jauh lebih rendah dibanding dengan jumlah pencemar

yang harus didegradasi.

b. Pengelompokan Limbah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

29

(1) Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud

cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan yang tercampur

(tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair

diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

(a) Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah cair

hasil buangan dari rumah tangga, bangunan perdagangan,

perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa

cucian, air sabun, tinja.

(b) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair

hasil buangan industri. Misalnya air sisa cucian daging, buah,

sayur dari industri pengolahan makanan dan sisa pewarnaan

kain/bahan dari industri tekstil.

(c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair

yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran

pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau

melalui luapan permukaan.

(d) Air hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari

aliran air hujan di atas permukaan tanah.

(2) Limbah Padat

Merupakan limbah yang terbanyak di lingkungan.

Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah.

(3) Limbah Gas

Jenis limbah gas yang berda diudara terdiri dari

bermacam-macam senyawa kimia.

(4) Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Suatu limbah digolongkan sebagai Limbah B3 bila

mengandung bahan berbahaya beracun yang sifat dan

konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat

merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau

membahayakan kesehatan manusia. Bahan yang termasuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

30

Limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan

beracun yang tidak digunakan lahi karena rusak, sisa kemasan

tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan

penanganan khusus.

c. Pengelolaan Limbah

(1) Pengendalian Pencemaran Air

Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air, menjelaskan mengenai pengertian pencemaran air

yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan

atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air

tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Angka 4 dari

peraturan ini menjelaskan mengenai pengertian pengendalian

pencemaran air yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan

pencemaran air agar sesuai dengan baku mutu air.

(2) Pengendalian Pencemaran Udara

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Pasal 1 angka 12

UUPLH tentang pencemaran lingkungan yaitu pencemara yang

disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal

dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa

pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan

gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan awan panas.

Menurut Peraturan Pemeintah Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara, pencemaran

udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan

komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,

sehingga mutu udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

(3) Pengelolaan Limbah B3

Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

31

tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,

menyebutkan bahwa jenis limbah B3 berdasarkan sumbernya

yaitu:

a) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

b) Limbah B3 dari sumber spesifik

c) Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas

kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi

spesifikasi.

Menurut M. Hamdan (2000:3) mengatakan bahwa : “Suatu

lingkungan hidup dikatakan dalam keadaan serasi bila selama manusia

dengan berbagai komponen lingkungan lainnya berada dalam batas-

batas keseimbangan atau dapat pulih seketika dalam keadaan

seimbang, tetapi apabila timbul ketergantungan antara interaksi

manusia dengan lingkungannya disebabkan batas-batas kemampuan

salah satu komponen lingkungan sudah terlampaui, sehingga

akibatnya tidak dapat lagi menjalankan fungsinya, maka lingkungan

sudah menjadi tidak serasi atau tidak seimbang”.

Pengelolaan limbah bertujuan untuk mencegah, menanggulangi

pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas

lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi

kualitas lingkungan. Jika pengurangan air limbah dari sumbernya

sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap

dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang

ke lingkungan. Tujuan pengolahan air limbah ini adalah untuk

mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat

konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika terpaksa

dibuang ke badan air di lingkungan.

(http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-content/uploads/pdf/air-

limbah/4_dasar-dasar_teknik_dan_pengelolaan_air_limbah.pdf)

5. Tinjauan Umum tentang Pengawasan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

32

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan sebagai salah satu fungsi hukum administratif tidak

dapat terlepas dari faktor manusia, hal ini disebabkan karena yang

melakukan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi atau mengawasi

dan yang diawasi adalah manusia. Ini berarti manusia yang

merencanakan dan manusia pula yang melaksanakan rencana tersebut.

Oleh karena itu, manusia pulalah yang harus melakukan pengawasan

sehingga kegiatan itu dapat berjalan dengan yang diharapkan.

Pengawas adalah proses mengamati, membandingkan tugas

pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar

yangtelah ditetapkan dalam suatu rencana yang sistematis dengan

tindakan kooperatif serta korektif guna menghindari penyimpangan

demi tujuan tertentu (Nurmayani,2009: 8)

Pengawasan lingkungan sebagai alat pengelolaan lingkungan

dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan pembangunan dan

eksploitasi sumberdaya alam untuk yang berbeda diselaraskan dengan

kebutuhan untuk melestarikan lingkungan hidup.

Dikaitkan dengan otonomi daerah, pengawasan atas

penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah proses kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah daerah berjalan secara

efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup telah ditetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan

Hidup (PPLH) dan Pejabat Pengawasan Lingkungan Hidup Daerah

(PPLHD) yang berwenang melakukan pengawasan penataan

penanggungan jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan yang

telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan pengendalian

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan Hidup.

Pengawasan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut adalah

serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

33

Lingkungan Hidup dan/atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

Daerah untuk mengetahui, memastikan, dan menetapkan tingkat

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan

yang ditetapkan dalam izin lingkungan dan peraturan perundang-

undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pengwasan lingkungan hidup merupakan kegiatan yang dilaksanakan

secara langsung atau tidak langsung oleh pegawai negeri yang

mendapat surat tugas untuk melakukan pengawasan lingkungan hidup

atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) di pusat atau

daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriksa dan mengetahui

tingkat ketaatan penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha terhadap

ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah

lingkungan hidup termasuk di dalamnya pengawasan terhadap ketaatan

yang diatur dalam perizinan maupun dalam dokumen Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

(Harmat Hamid, 2007:21-22).

Pasal 71 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur mengenai

pengawasan dan pembinaan terhadap lingkungan hidup yang

dilakukan oleh menteri, gubernur, atau bupati/walikota. Pengawas dan

Pembinaan tersebut dilakukan agar penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan mematuhi peraturan perundang-undangan dibidang

lingkungan hidup. Kewenangan dalam melakukan pengawasan dan

pembinaan tersebut dapat didelegasikan kepada pejabat/instansi teknis

yang bertanggung jawab dibidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugasnya pejabat pengawas

lingkungn hidup berwenang untuk (Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup) :

a) Melakukan pemantauan;

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

34

b) Meminta keterangan;

c) Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang

diperlukan;

d) Memasuki tempat tertentu;

e) Memotret;

f) Membuat rekaman audiovisual;

g) Mengambil sampel;

h) Memeriksa peralatan;

i) Memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau

j) Menghentikan pelanggaran tertentu.

Kerugian lingkungan dan kesehatan akibat pencemaran dan

pengrusakan lingkungan dapat bersifat tidak terpulihkan (Irreversible).

Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan semestinya lebih didasarkan

pada upaya pencegahan daripada pemulihan. Hukum lingkungan

administrasi memiliki fungsi preventif dan fungsi korektif terhadap

kegiatan-kegiatan yang tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan-

persyaratan pengelolaan lingkungan. Fungsi preventif terhadap

timbulnya masalah-masalah lingkungan yang bersumber dari kegiatan

usaha diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

aparat yang berwenang di bidang pengawasan lingkungan (Takdir

Rahmadi, 2013:208).

b. Bentuk-bentuk Pengawasan

Paulus Efendi Lotulung (1993:xv-xviii) mengemukakan

beberapa macam pengawasan dalam hukum administrasi negara, yaitu

bahwa ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang

melaksanakan kontrol itu terhadap badan/organ yang dikontrol

dapatlah dibedakan kontrol ektern dan intern:

1) Kontrol intern berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh

badan yang secara organistoris/ struktual masih termasuk dalam

lingkungan pemerintahan sendiri

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

35

2) kontrol ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan/

lembaga yang secara organisatoris/ struktural berada diluar

pemerintah.

Ditinjau dari segi waktu dilaksanakannya pengawasan atau

kontrol dibedakan dalam dua jenis, yaitu kontrol a-priori dan kontrol

a-posteriori.

1) Kontrol a-priori terjadi bila pengawasan itu dilaksanakan sebelum

dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah

2) kontrol a-posteriori terjadi bila pengawasan itu baru dilaksanakan

sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah,

selain itu kontrol dapat pula ditinjau dari segi objek yang diawasi,

yang terdiri dari kontrol dari segi hukum (rechtmatigheid) dan

kontrol dari segi kemanfaatan (doelmatigheid). Kontrol dari segi

hukum dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau pertimbangan

yang bersifat hukum saja (segi legalitas) yaitu, segi

rechtmatigheid dari perbutan pemerintah, sedangkan kontrol dari

segi kemanfaatan dimaksudkan untuk menilai benar tidaknya

perbuatan pemerintah itu dari segi atau pertimbangan

kemanfaatan.

c. Tujuan dan Dasar Hukum Pengawasan

Pengawasan sangatlah penting dalam melaksanakan pekerjaan

dan tugas pemerintahan, begitupun dalam pelaksanaan pembangunan,

usaha atau proses lainnya agar tidak menyalahi ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya dan tidak

merugikan pihak lain. Sedangkan pengawasan itu sendiri diadakan

dengan maksud untuk:

a. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak;

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dan mengadakan

pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan

yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru;

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

36

c. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan

dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang

telah direncanakan;

d. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase

tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning

atau tidak;

e. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah

ditetapkan dalam planning, yaitu standar (Situmorang Vitor M

dan Juhir, 1998:22).

6. Tinjauan tentang Teori Berkerjanya Hukum

Berbicara tentang hukum, pada prinsipnya membahas fungsi dan

tujuan hukum di dalam masyarakat. Kebijakan di bidang hukum akan

berimplikasi kepada masalah politik yang sarat dengan deskriminasi

terhadap kelompok. Menurut Soerjono Soekanto (1993:5) untuk

memahami fungsi hukum itu tidak lepas dari aspek penegakan hukum,

yaitu pelaksanaan suatu kebijakan atau komitmen yang bersangkutan

dengan faktor pokok,yaitu :

1) Faktor hukumnya sendiri yang merupakan dasar kebijakan;

2) Faktor penegak hukum, yaitu piha-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum;

3) Faktor atau saran atau fasilitas yang mendukung penegakan

hukum;

4) Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum berlaku

atau diterapkan;

5) Faktor budaya yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaualan

hidupnya.

Hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan dimana

ia berada, sehingga tidak heran jika terjadi ketidak-cocokan antara apa

yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang senyatanya (das sein).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

37

Dari hal tersebut munculah diskrepansi antara law in the book dan law

in action.Oleh sebab itu Chambis dan Seidman dalam mengamati

keadaan yang demikian itu menyebutkan The myth ofthe operation of

the law to given the lie daily (Esmi Warassih,2005:83).

Berbagai pengertian hukum sebagai sistem hukum dikemukakan

antara lain oleh Lawrence M Friedman, bahwa hukum itu merupakan

gabungan antara komponen struktur, substansi dan kultur (Esmi

Warassih,2005:30) :

1) Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh

sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka

mendukung bekerjanya sistem hukum tersebut. Komponen ini

dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu

memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-bahan

hukum secara teratur seperti pengadilan negeri, pengadilan

administrasi yang mempunyai fungsi untuk mendukung

bekerjanya sistem hukum itu sendiri;

2) Komponen substansif yaitu suatu output dari sistem hukum,

beberapa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang

digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur;

3) Komponen kultural yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap

yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh Lawrence M

Friedman disebut sebagai kultur hukum.

Komponen-komponen tersebut merupakan peringkat sistem

serta menentukan tempat sistem hukum itu ditengah kultur bangsa

secara keseluruhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang

menggunakan atau tidak menggunakan hukum, dan patuh atau tidak

terhadap hukum sangat tergantung pada kultur hukumnya. Kita dapat

mengatakan bahwa kultur hukum seseorang dari lapisan bawah akan

berbeda dengan mereka yang berada di lapisan atas. Demikian pula,

kultur hukum seorang pengusaha berbeda dengan orang-orang yang

bekerja sebagai pegawai negeri dan seterusnya. Tidak ada dua orang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

38

laki-laki maupun wanita yang memiliki sikap yang sama terhadap

hukum. Dari hal tersebut adanya korelasi yang sistematik antara

berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebangsaan

dan sebagainya (Esmi Warassih, 2005:82).

Pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dan usahanya

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh karena itu

sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistem norma.

Pemahaman ini untuk menghindari terjadinya pertentangan antara

norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih

rendah kedudukannya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

39

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup merupakan payung hukum dalam mewujudkan

kelestarian lingkungan hidup. Upaya pelaksanaan Otonomi Daerah semakin

memberikan perubahan hubungan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah

termasuk dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Pasal 71,72,73,74 tentang Pengawasan dan Pembinaan)

Peraturan Bupati Klaten Nomor 56 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten.

1. Mekanisme Pengawasan BLH Kabupaten Klaten terhadap pengolahan limbah di PT.SGM2. Tindak Lanjut dari hasil Pengawasan yang dilakukan oleh BLH

Hasil Pengawasan

Lingkungan yang baik,sehat dan bebas dari pencemaran

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan ... · berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana

40

Sehingga setiap daerah dapat melaksanakan tugas pemerintahan daerah sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Termasuk Pemerintah Kabupaten

Klaten juga mempunyai kewenangan untuk melakukan urusan daerahnya sendiri.

Wujud dari otonomi daerah di Kabupaten Klaten dalam bidang lingkungan hidup

yaitu dengan diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 25

tahun 2008 tentang Oranisasi Dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Klaten dan Peraturan Bupati Klaten Nomor 56 Tahun 2008 tentang

Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Klaten. Peraturan inilah yang mengatur tentang kewenangan Badan Lingkungan

Hidup dalam pengelolaan lingkungan.

Penulisan hukum ini akan mengkaji pelaksanaan dari tugas pokok dan

fungsi Badan Lingkungan hidup Kabupaten Klaten dalam konteks pengelolaan

limbah yang dilakukan oleh PT.SGM. Sehingga jelas akan diketahui peranan

konkrit dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten. Untuk kemudian

peranan tersebut akan ditinjau juga dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009

tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai payung

hukumnya. Pelaksanaan tugas dan wewenang oleh Badan Lingkungan Hidup

terhadap hasil pengawasan pada suatu kegiatan ini tentunya akan ada tindak lanjut

terhadap permasalahan lingkungan yang telah ditimbulkan guna mewujudkan

lingkungan yang baik, sehat dan bebas dari pencemaran.