bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan tentang hukum acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/titis izatin...

42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara Perdata 1. Pengertian dan Bentuk Hukum Acara Perdata Sebagai bagian dari hukum acara (formeel recht), maka hukum acara perdata mempunyai ketentuan-ketentuan pokok yang bersifat umum dan dalam penerapannya hukum acara perdata mempunyai fungsi untuk mempertahankan, memelihara, dan menegakan ketentuan- ketentuan hukum perdata materil. Oleh karena itu eksistensi hukum acara perdata sangat penting dalam kelangsungan ketentuan hukum perdata materil. Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar hukum a. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH Beliau mengemukakan batasan bahwa hukum acara perdata sebagai rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana cara pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata (dalam Halim, A. Ridwan. 1996:1). b. Prof. Dr. Sudikno Mertukusumo, SH Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Upload: dangcong

Post on 13-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Hukum Acara Perdata

1. Pengertian dan Bentuk Hukum Acara Perdata

Sebagai bagian dari hukum acara (formeel recht), maka hukum

acara perdata mempunyai ketentuan-ketentuan pokok yang bersifat

umum dan dalam penerapannya hukum acara perdata mempunyai

fungsi untuk mempertahankan, memelihara, dan menegakan ketentuan-

ketentuan hukum perdata materil. Oleh karena itu eksistensi hukum acara

perdata sangat penting dalam kelangsungan ketentuan hukum perdata

materil.

Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut

beberapa pakar hukum

a. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH

Beliau mengemukakan batasan bahwa hukum acara perdata sebagai

rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus

bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana cara

pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan

berjalannya peraturan hukum perdata (dalam Halim, A. Ridwan.

1996:1).

b. Prof. Dr. Sudikno Mertukusumo, SH

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

12

Memberi batasan hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang

mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata

material dengan perantaraan hakim. Dengan perkataan lain, hukum

acara perdata adalah peraturan hukum yang menetukan bagaimana

caranyamenjamin pelaksanaan hukum perdata material. Lebih

kongkrit lagi dapatlah dikatakan bahwa hukum acara perdata

mengatur bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa

serta memutusnya, dan pelaksanaan dari pada putusannya (dalam

Prastiwi ,Intan Anggrarani, 2017 : 9).

c. Prof. Dr. R. Supomo, SH

Dengan tanpa memberikan suatu batasan tertentu, tapi melalui visi

tugas dan peranan hakim menjelaskan bahwasanya dalam peradilan

perdata tugas hakim ialah mempertahankan tata hukum perdata

(burgerlijk rechtsorde) menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum

dalam suatu perkara.

Berdasarkan pengertian–pengertian yang dikemukakan diatas

serta dengan bertitik tolak kepada aspek toeritis dalam praktek

peradilan, maka pada asasnya hukum acara perdata adalah :

1) Peraturan hukum yang mengatur dan menyelenggarakan bagaimana

proses seseorang mengajukan perkara perdata kepada

hakim/pengadilan. Dalam konteks ini, pengajuan perkara perdata

timbul karena adanya orang yang merasa haknya dilanggar

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

13

orang lain, kemudian dibuatlah surat gugatan sesuai syarat peraturan

perundang-undangan;

2) Peraturan hukum yang menjamin, mengatur dan menyelenggarakan

bagaimana proses hakim mengadili perkara perdata. Dalam

mengadili perkara perdata, hakim harus mendengar kedua belah

pihak berperkara (asas Audi Et Alterm Partem). Disamping itu juga,

proses mengadili perkara, hakim juga bertitik tolak kepada

peristiwanya hukumnya, hukum pembuktian dan alat bukti kedua

belah pihak sesuai ketentuan perundang-undangan selaku positif (Ius

Constitutum);

3) Peraturan hukum yang mengatur proses bagaimana caranya hakim

memutus perkara perdata;

4) Peraturan hukum yang mengatur bagaimana tahap dan proses

pelaksanaan putusan hakim (Eksekusi).

2. Asas-asas Hukum Acara Perdata

Dalam penerapan Hukum Acara Perdata dasar pegangan

dalam praktik yaitu asas dan teori. Asas dapat berarti dasar,

landasan, fundamen, prinsip, dan jiwa atau cita-cita. Asas hukum

(Rechtbeginsellen) merupakan salah satu bagian dari kaidah hukum.

Asas hukum bersifat umum dan abstrak, sehingga menjadi suatu roh

atau spirit dalam suatu Undang-undang. Philipus M. Hadjon dan

Tatiek Sri Djatmiati menyebutkan asas-asas hukum merupakan

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

14

disiplin yang mula-mula membentuk ajaran hukum umum (algemene

rechtsleer) (dalam Mertokusumo, Sudikno, 2006 : 36).

Terdapat empat elemen substantif dalam asas Hukum Acara

Perdata yaitu nilai yang mendasari sistem hukum (philosophic), adanya

asas-asas hukum (legal principle), adanya norma atau peraturan

perundang-undangan (legal rules) dan yang terakhir adalah masyarakat

hukum pendukung sistem tersebut (legal society). Paton menyebutkan

sebagai suatu sarana membuat hukum itu hidup, tumbuh dan berkembang

ia menunjukkan, bahwa hukum itu bukan sekedar kumpulan dari

peraturan-peraturan belaka. Kalau dikatakan, bahwa dengan adanya asas

hukum, hukum itu bukan merupakan sekedar kumpulan peraturan-

peraturan maka hal itu disebabkan oleh karena asas itu mengandung nilai-

nilai tuntutan etis, apabila suatu peraturan hukum dipahami, mungkin

tidak akan ditemukan pertimbangan etis di dalamnya dan dapat dirasa

adanya petunjuk kearah yang diharapkan selama ini (Artikel Rancangan

Undang-Undang Hukum Acara Perdata, t.t, tersedia di :

http://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_tentang_hukum_acara_pe

rdata_(small_claims_court).p df).

Adapun asas-asas hukum acara perdata di Indonesia sebagai

berikut (dalam Arrafi, Alfi Yudhistra, 2016 : 12-17) :

1) Asas Peradilan Terbuka untuk Umum (Openbaarheid van

rechtspraak)

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

15

Asas ini merupakan aspek fundamental dalam praktik beracara

di persidangan. Karena sebelum Majelis hakim mulai menyidangkan

perkara perdata, Majelis Hakim harus menyatakan bahwa

persidangan dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Hal ini

berpengaruh terhadap keabsahan dari pada putusan yang akan

diputuskan Majelis Hakim dan dapat berpengaruh batalnya

putusan demi hukum.

Dalam Pasal 13 ayat (1) sampai dengan ayat (3) Undang-

undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

dinyatakan bahwa:

(1) Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk

umum, kecuali undang-undang menentukan lain.

(2) Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan

hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

(3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Sifat terbukanya pengadilan baik dalam tahap pemeriksaan

maupun dalam tahap pembacaan putusan. Apabila putusan

diucapkan dalam sidang yang tidak dinyatakan terbuka untuk

umum berarti putusan itu tidak sah dan tidak mempunyai

kekuatan hukum yang mana akan mengakibatkan batalnya putusan

itu menurut hukum (Mertokusumo, Sudikno. 2009 : 20).

Secara formil asas ini membuka kesempatan soccial

control yang berarti persidangan tidak mempunyai arti apabila

dilangsungkan tidak secara terbuka untuk umum

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

16

(http://www.academia.edu/9759643/HUKUM_ACARA_PERDATA

). Namun dikecualikan apabila ditentukan lain oleh Undang-

undang atau apabila berdasarkan alasan-alasan yang penting yang

dimuat di dalam berita acara yang diperintahan oleh hakim.

Dalam praktiknya, seringkali terjadi kontradiksi. Asas ini

kebanyakan dilanggar oleh hakim maupun para pihak beserta

kuasa hukumnya, dimana pada saat agenda pembacaan gugatan,

surat tidak dibacakan oleh masing-masing pihak tetapi hanya

diserahkan langsung kepada hakim seolah-olah telah dibacakan

untuk umum (Muljono, Wahju, 2012 : 37). Hal ini tentu

berpengaruh terhadap pengunjung yang hadir tidak dapat

mengetahui substansi gugatan dari para pihak sehingga

pengunjuk tidak lagi dapat mengontrol objektivitas hakim.

2) Hakim Bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van de rechter)

Dalam hukum acara perdata salah satu asasnya yaitu

hakim bersifat pasif. Asas ini mengandung arti bahwa hakim di

dalam memeriksa perkara perdata hanyalah memeriksa perkara yang

diajukan oleh para pihak saja, dengan ruang lingkup dan pokok

sengketa yang ditentukan sendiri oleh para pihak sehingga hakim

tidak diijinkan untuk mengadili diluar dari apa yang diminta oleh

para pihak (Muljono,Wahju, 2012 : 37). Mohammad Saleh dan

Lilik Mulyadi memberikan pandangan terkait dengan pengertian

“hakim bersifat pasif” ditinjau dari dua dimensi yaitu dari datangnya

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

17

perkara dan dari sisi luas sengketa. Pertama, dari sisi visi inisiatif

datangnya perkara, atau tidaknya, gugatan bergantung pada pihak

yang berkepentingan yang merasa ataupun dirasa bahwa haknya

telah dilanggar orang lain. Apabila tidak diajukannya gugatan oleh

para pihak maka tidak ada hakim yang mengadili perkara tersebut

(Nemo judex sine actore). Kedua, dari sisi visi luas pokok sengketa,

hanya para pihak yang berhak menentukan sehingga hakim hanya

bertitik tolak pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak yang

bersangkutan (secundum allegat iudicare).

Jika dilihat dalam Pasal 130 HIR atau 154 RBg, para pihak

dapat dengan bebas mencabut perkara yang telah diajukan ke

pengadilan dan hakim tidak dapat menghalangi. Namun dalam

praktiknya, penerapan asas “hakim bersifat pasif” telah mengalami

pergeseran, khususnya terhadap ketentuan Pasal 178 HIR atau 189

RBg. Eksistensi dari Ketentuan Pasal 178 HIR atau 189 RBg ini

merubah pandangan agar hakim dalam mumutus perkara perdata

bersifat lebih aktif . Dengan ini dapat diketahui bahwa hakim hanya

akan mengadili perkara jika ada pihak yang mengajukan gugatan

ke pengadilan, akan tetapi dengan bergesernya asas tersebut

hakim juga dituntut untuk bersifat lebih aktif dan berhak

memberikan nasehat serta solusi kepada masing-masing pihak

yang berperkara.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

18

Asas hakim pasif memberikan batasan kepada hakim untuk

tidak dapat mencegah apabila gugatan tersebut dicabut atau para

pihak akan melakukan perdamaian (Pasal 130 HIR) atau hakim

hanya mengadili luas pokok sengketa yang diajukan para pihak dan

dilarang mengabulkan atau menjatuhkan putusan melebihi dari

apa yang dituntut (Pasal 178 ayat (2) dan ayat (3) HIR) (Lilik

Mulyadi, 2002 : 18 dalam Prastiwi ,Anggrarani Intan, 2017 : 11).

3) Mendengarkan kedua belah pihak yang berperkara (Audiet Alteram

Partem)

Setiap pihak-pihak yang berperkara harus didengar atau

diperlakukan sama serta diberikan kesempatan yang sama untuk

membela kepentingan mereka. Hal ini berarti dalam pengajuan alat

bukti baik berupa surat, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah

harus dilakukan di muka sidang yang dihadiri oleh kedua belah

pihak yang bersengketa (Mertokusumo,Sudikno, 2009 : 14- 15).

Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan bahwa :

“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak

membeda-bedakan orang”

Hal ini dapat diartikan bahwa hakim dalam mengadili perkara

perdata haruslah bertindak adil dengan memberlakukan kedua

belah pihak yang berperkara dengan kapasitas yang sama dan tidak

berat sebelah terhadap salah satu pihak baik pada saat memeriksa,

mengadili hingga memutus perkara. Hakim tidak boleh

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

19

memberikan kesimpulan dasar dengan menyatakan salah satu

pihak benar tanpa memberi kesempatan kepada pihak lainnya

untuk mengemukakan pendapatnya di muka persidangan. Asas ini

juga berlaku dalam penerapan beban pembuktian kepada para

pihak. Dengan asas Audiet Alteram Partem, hakim haruslah adil

dalam membebankan pembuktian agar kesempatan untuk kalah atau

menang kedua belah pihak tetap sama tidak pincang

(Muljono,Wahju, 2012 : 37).

4) Beracara dikenakan biaya (Nietkosteloze rechtspraak)

Pada asasnya biaya proses untuk peradilan tingkat pertama

ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana diatur dalam

ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (3) PERMA nomor 2

Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan

Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan badan peradilan

dibawahnya (Lilik, Mulyadi, Mohammad dan Muhammad, Saleh,

2012 : 2 dalam Arrafi, Alfi Yudhistra, 2016 : 16) . Asas ini diatur

juga dalam Pasal 121 ayat (4), Pasal 182, Pasal 183 HIR atau

Pasal 145 ayat (4), Pasal 192 sampai dengan 194 RBg. Dimana

biaya perkara meliputi biaya kepaniteraan, pemanggilan para pihak

dan biaya materai. Berbeda dengan para pihak yang tidak

mampu membayar biaya perkara mereka memilimki keistimewaan

atau kekhususan yang diberikan oleh Undang-undang yaitu dengan

cara mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

20

setempat dengan berperkara secara cuma-cuma (prodeo)

sebagaimana diatur dalam Pasal 237 HIR atau Pasal 273 RBg yang

berbunyi :

“Barang siapa yang hendak berperkara, baik sebagai

penggugat maupun tergugat tidak mampu menanggung

biayanya, dapat memperoleh izin secara cuma-cuma” .

Namun, hal tersebut berbeda dalam praktiknya dilapangan,

yang mana apabila seseorang akan berperkara secara cuma-Cuma

(prodeo), para pihak yang bersangkutan harus benar-benar dalam

keadaan tidak mampu dengan melampirkan surat keterangan

tidak mampu yang dibuat oleh Kepala Desa/Lurah serta diketahui

oleh Camat tempat para pihak yang bersangkutan tinggal.

Selanjutnya pendanaan bantuan hukum ini dibebankan kepada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Soeroso,R,

2010 : 209 dalam Arrafi, Alfi Yudhistra, 2016 : 15).

5) Putusan Hakim Harus disertai Alasan-alasan

Semua putusan pengadilan haruslah memuat alasan-alasan

putusan tersebut secara keseluruhan sebagai dasar pertimbangan

untuk mengadili, Pasal 184 HIR ayat (1) atau Pasal 195 ayat (1)

RBg. Argumentasai ini dipergunakan oleh hakim sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepada masyarakat, dan juga untuk

menunjukkan bahwa dalam pemeriksaannya dilakukan secara

obyektif dan fair sehingga putusannya berwibawa bukan karena

semata-mata diputuskan oleh hakim tertentu, melainkan karena

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

21

argumentasi dari putusannya yang berdasarkan hukum (ratio legis)

(muljono, wahju, 2012 : 38 dalam Arrafi, Alfi Yudhistra, 2016 : 16).

6) Tidak Ada Keharusan Mewakilkan

HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada

orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara

langsung terhadap para pihak yang berkepentingan. Akan tetapi,

dalam prakteknya banyak para pihak menginginkan diwakili oleh

kuasa atau pengacara dalam hukum acara perdata maka hal

tersebut dibolehkan. Dengan demikian hakim tetap wajib

memeriksa sengketa yang diajukan kepadanya, meskipun para

pihak tidak mewakilkan kepada seorang kuasa (Mertokusumo,

Sudikno, 2009 : 18).

7) Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya ringan

Asas ini tertuang dalam Pasal 2 ayat 4 Undang-undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman yang

berbunyi:

“Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya

ringan”.

Maksud dari asas peradilan cepat, sederhana dan biaya

ringan ini adalah dalam setiap perkara yang masuk sejak saat

pemeriksaan hingga turunnya putusan prosedurnya dilakukan

secara sederhana tidak berbelit-belit sehingga berpengaruh

terhadap jangka waktu selesainya perkara. Cepat, merepresentasikan

bahwa peradilan harusnya dilaksanakan dalam durasi

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

22

pemeriksaan yang cepat dengan memperhatikan efisiensi waktu yang

digunakan sehingga tidak berimbas pada penumpukan perkara yang

masuk akibat terlalu lamanya proses pemeriksaan. Biaya ringan

berarti dalam pelaksanaan hukum acara biaya ditekan seminimal

mungkin sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang

hendak mencari keadilan.

B. Tinjauan Umum tentang Gugatan Sederhana

1. Definisi Gugatan Serhana (Small Claim Court)

Small Claim Court adalah untuk pengadilan yang menyediakan

formalitas bagi masyarakat yang ingin menuntut sejumlah uang tanpa

harus menyewa seorang pengacara dan materi gugatannya tidak besar,

selain itu pemeriksaan perkaranya yang tidak rumit dan bersifat

sederhana yang tidak membutuhkan uang yang banyak seperti

mengajukan perkara ke pengadilan umum (Local Courts Act 2007

s35(2), New South Wales Consolidated Acts dalam Tim peneliti pusat

Studi Hukum Ekonomi dan Kebijakan Publik).

Menurut Financial, Wikipedia Dictionary, small claims court ;

“a special court, semetimes called concillation court, that provides

expeditious, informal and a inexpensive adjudication” artinya Gugatan

Sederhana adalah peradilan khusus, yang juga disebut peradilan

konsolidasi dengan penyelesaian sederhana, diluar pengadilan

semestinya dengan biaya murah (Gerald N. Hill dan Kathleen T. Hill,

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

23

Dictionary.Thefreedictionary.com tersedia dalam a

href=”http://legaldictionary.thefreedictionary.com/Small+Claims+Court”

>Small Calaim Court</a> diakses 13 Januari 2018).

Berdasarkan Black’s Law Dictionary, small claims court

diartikan sebagai suatu pengadilan yang bersifat informal di luar

mekanisme pengadilan pada umumnya dengan pemeriksaan yang

cepat untuk mengambil keputusan atas tuntutan ganti kerugian atau

utang piutang yang nilai gugatannya kecil (Gardner, A. Bryan, 2004).

Penyelesaian perkara ini mengharapkan para pihak yang berperkara

dapat mengajukan kasusnya sendiri tanpa bantuan dari seorang

pengacara. Untuk menunjangnya, hakim didorong melakukan

pendekatan yang lebih intensif dalam mengadili dan memutus perkara

dengan gugatan kecil (Baldwin, Jhon, 2003 : 20).

Menurut I. P. M. Ranuhandoko (2013 : 501) , "Small Claim

Court" adalah Pengadilan perdata yang menangani urusan kecil, Di

Amerika Serikat perkara yang kurang dari $ 100,- (seratus dollar) (Nilai

minimun dalam pembatasan gugatan perdata yang dapat diperiksa

dengan prosedur gugatan sederhana oleh tiap-tiap negara diberi

ambang batas minimum yang berbeda-beda.

Menurut Efa Laela Fakhriah (2013 : 11) penyelesaian gugatan

sederhana adalah suatu mekanisme pengadilan yang bersifat informal (di

dalam pengadilan tetapi mekanismenya di luar mekanisme pengadilan

pada umumnya) dengan pemeriksaan perkara yang cepat untuk

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

24

mengambil keputusan atas tuntutan ganti kerugian atau utang piutang

yang nilai gugatannya kecil .

Dalam Pasal 1 angka 1 PERMA Nomor 2 tahun 2015

disebutkan Penyelesaian Gugatan Sederhana diartikan sebagai tata

cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata dengan

nilai gugatan materiil paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya

sederhana (Wasis Priyanto, pemeriksaan gugatan sederhana (Small

Claim Court) tersedia di http://pn-

sukadana.go.id/webnew/upload/SMALL_CLAIM_COURT_di_Indonesi

a.pdf).

Sehingga dari pengertian-pengertian mengenai gugatan

sederhana tersebut dapat ditarik suatu gambaran bahwa gugatan

sederhana merupakan gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil

paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang

diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian yang sederhana

dengan disertai kekuatan hukum didalamnya, yang mana Small

Claim Court memiliki beberapa sifat diantaranya: (a) Informal yang

dapat berarti merupakan mekanisme di luar mekanisme peradilan

pada umumnya; (b) dilakukan dengan cepat dan efisien (expeditiously);

dan (c) tuntutan ganti rugi dengan hitungan yang spesifik (specific

monetary amount).

2. Sejarah Gugatan Sederhana (Small Claim Court)

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

25

Small Claim Court didirikan oleh Pengadilan Cleveland pada

1913. Latar belakang sejarah Small Claim Court di Cleveland, adalah

ketika gagasan ini muncul sebagai pengadilan pertama yang mengakhiri

eksploitasi pada orang miskin dengan menawarkan keadilan yang

mengutamakan perdamaiaan di Cleveland sejak kota tersebut tidak

memiliki pengadilan itu sendiri, masyarakat Cleveland kemudian

menyetujiu rancangan undang-undang yang menjadikan terciptanya

gagasan Small Claim Court pada tahun 1913 (Fakhriah, Ela Laela ).

Sedangkan dalam sejarah Small Claim Court menurut Anthony

Ross (2007) tentang Small Claim Court, Sejarah Small Claim Court

dapat ditelusuri sampai pada tahun 1960,

“The History of the Movement to establish Small Claim Court dates back

to early 1960’s when the Justice of the Peace courts were increasingly

being seen as obsolete.”

artinya Sejarah pergerakan pembentukan Small Claim Court

dapat ditelusuri sampai pada tahun 1960 ketika Justice of Peace

(Pegawai yang berfungsi seperti Hakim dengan kewenangan yang

terbatas untuk mendengarkan perkara perdata, menjaga perdamaian,

melakukan tindakan yudisial, mendengar keluhan pidana ringan dan

menindak pelanggar hukum lembaga peradilan dilihat semakin

ketinggalan jaman.

“The idea was to create a court system which would allow people to

represent themselves. The concept was that of simple, informal, lawyer

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

26

less court where ordinary people could settle their affairs amicably,

without expense, delay, technicality or contentiousness, assisted by

unified law and simplified procedure that opened the practice of law to

the lay man.”

artinya gagasannya adalah untuk menciptakan sebuah sistem

peradilan yang memungkinkan orang untuk merepresentasikan diri

mereka sendiri. Dengan konsep yang sederhana, informal, peradilan

tanpa pengacara, dimana orang-orang biasa dapat menyelesaikan perkara

mereka dengan damai, tanpa biaya, tanpa penundaan, secara teknis dan

teliti, dibantu dengan peraturan yang terpadu dan prosedur yang

disederhanakan yang memudahkan penerapannya bagi orang awam).

(Anthony Ross Background on small Claim Court, dapat dilihat di

http://legaldictionary. thefreedictionary.com/Justice+of+Peace).

Di berbagai negara-negara maju sudah dikenal suatu mekanisme

penyelesaian sengketa yang dilakukan melaui peradilan (proses litgasi)

tetapi dengan menerapkan hukum acara yang singkat dan sederhana,

beda dengan prosedur beracara di pengadilan (penerapan hukum acara)

pada umumnya dalam menangani sengketa perdata biasa. Sehingga

proses penyelesaiaan sengketa dapat dilakukan secara sederhana dan

cepat/singkat, sementara hasil penyelesaian yang diperoleh berupa

putusan hakim yang mempunyai daya paksa untuk dilaksanakan

(kekuatan mengikat). Mekanisme penyelesaian sengketa dimaksud

adalah samll claim court.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

27

Di Indonesia sendiri, hukum acara perdata Indonesia yang

masih berpegang pada HIR maupun Rbg sebagai hukum positif yang

menjadi aturan main penyelesaianan sengketa perdata di pengadilan

tidak mengenal penyelesaian sengketa secara cepat maupun singkat

sebagaimana yang diberlakukan untuk menyelesaikan perkara pidana

dan tata usaha negara, dengan kata lain, HIR maupun Rbg hanya

membedakan perkara menjadi gugatan dan permohonan yang ketika

diselesaikan melalui pengadilan, untuk sengketa jenis apapun para

pihaknya terkait untuk mengikuti prosedur beracara yang sudah

ditetapkan. Dengan dikeluarkannya Yurisprudensi MA No. 813

K/SIP/1976 melalui MA tanggal 17 Februari 1976 dipertegas bahwa

hukum acara perdata Indonesia tidak mengenal pemeriksaan

kilat/singkat (Afrina, Anita :2015 dalam Arrafi, Yudhistira Alfi. 2016 :

28).

Kemudian Hukum Acara Perdata di Indonesia sendiri dalam

perkembangannya masih tidak mengenal adanya gugatan sederhana

yang mana pengaturan asas peradilan sederhana ini tertuang dalam

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,

sampai kemudian diterbitkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)

Nomor 2 Tahun 2015 tentang tata cara penyelesaian gugatan sederhana.

Melalui kesederhanaan prosedural tersebut, maka hambatan-hambatan

dalam penerapannya diharapkan akan dapat teratasi, oleh karena

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

28

kedudukan PERMA merupakan produk hukum Mahkamah Agung yang

legal (Pasare, Alni. 2017 : 94).

Asas sederhana, dalam konteks Peratran Mahkamah Agung

Nomor 2 Tahun 2015 berkisar dan berintikan pada gugatannya, yakni

gugatan sederhana itu sendiri. Merujuk pada ketentuan hukum acara

perdata, gugatan sederhana tidak secara jelas diatur, oleh karena

gugatan yang dimaksudkan adalah gugatan yang berlaku terhadap

perkara apapun tanpa dibedakan secara klasifikasinya.

Achmad Fauzan dan Suhartanto (2008 : 78), menerangkan

bahwa tidak ada ketentuan hukum yang mengatur tentang tata

cara menyusun atau membuat gugatan yang baik, akan tetapi,

dengan memperhatikan ketentuan hukum acara perdata, baik yang

diatur dalam HIR/RBg, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA),

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) maupun dalam putusan-

putusan Mahkamah Agung (Yurisprudensi), ditambah dengan

pengalaman praktik, maka setidak-tidaknya akan dapat menghindari

kelemahan formal dari gugatan.

Seperti dilansir dari Hukum Online dalam Urgensi

diterbitkannya PERMA Nomor 2 tahun 2015 tentang tata cara

penyelesaiaan gugatan Sederhana Ketua Mahkamah Agung Hatta

Ali mengungkapkan bahwa di era perdagangan bebas, Indonesia

menjadi sorotan masyarakat ekonomi dunia karena tidak

memiliki small claim court. Karena itu, Mahkamah Agung

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

29

menerbitkan PERMA Small Claim Court ini dalam upaya

mewujudkan negara demokrasi modern dan meningkatkan

pelayanan terbaik bagi masyarakat pencari keadilan. Melalui

berbagai kajian Kelompok Kerja (Pokja) lahirlah PERMA ini untuk

diterapkan semua pengadilan, terbitnya PERMA ini juga salah satu

cara mengurangi volume perkara di MA. Karena, dalam tiga tahun

terakhir MA menerima beban perkara sekitar 12 ribu hingga 13 ribu

perkara per tahun, sehingga perkara perdata kecil yang nilai

gugatan maksimal Rp200 juta tidak perlu diajukan banding atau

kasasi karena putusan pengadilan tingkat pertama sebagai

pengadilan tingkat terakhir

(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55d71ac18056b/urgensi-

terbitnya-perma-small-claim-court).

Berkaitan dengan kondisi tersebut, Pusat Studi Hukum dan

Kebijakan (PSHK) dan Lembaga Kajian dan Advokasi Independensi

Peradilan (LeIP) pada Februari 2015 melakukan survei non-

probablilistik terhadap 75 responden yang pernah melakukan

penyelesaian sengketa perdata di Pengadilan. Dari survei yang

dilakukan, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

Tabel 1 : Persepsi Kerumitan Prosedur

Respon Presentase

Rumit 60%

Sangat Rumit 33%

Sederhana 7%

Sangat sederhana 0%

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

30

Sumber : Survei Non-Probabilitas Pokja Gugatan Sederhana MA,

2015.

Tabel 2: faktor Penting untuk dibebani

Respon Presentase

Biaya 66%

Lama waktu Penyelesaian 14%

Efektifitas Putusan 5%

Lainnya 15%

(Sumber : Survei Non-Probabilitas Pokja Gugatan Sederhana MA,

2015).

Dalam pendalaman informasi ditemukan bahwa tingginya

biaya tidak diartikan semata-mata sebagai biaya perkara yang

dibayarkan pada pengadilan. Komponen tertinggi justru terdapat

pada biaya pengacara dan biaya yang dikeluarkan untuk

memenuhi panggilan dari Pengadilan. Kondisi mahalnya biaya

pengacara juga terkonfrmasi dari data Doing Business oleh World

Bank, yang menyebutkan biaya pengacara di Indonesia mencapai

90% dari total biaya yang dikeluarkan. Sementara itu, biaya

pengadilan hanya 3.1% disusul oleh biaya eksekusi sebesar 25%

(http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/indonesia#enforci

ng-contracts dalam Taufik, Giri Ahmad, dkk. 2017 : 46). Secara

keseluruhan, biaya gugat wanprestasi terhadap kontrak adalah sebesar

118% dari total nilai gugatan yang diajukan. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa biaya proses tidak sebanding dengan klaim

gugatan yang didapatkan dari proses peradilan.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

31

Kemudian untuk menjawab tantangan waktu selama proses

penyelesaian perkara di pengadilan, Mahkamah Agung pernah

menerbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 6

Tahun 1992 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tinggi dan

Pengadilan Negeri serta SEMA Nomor 3 Tahun 1998 tentang

Penyelesaian Perkara selama paling lama 6 (enam) bulan. Dalam

perkembangannya, waktu 6 (enam) bulan tersebut dianggap masih

terlalu lama untuk menyelesaikan suatu perkara. MA kemudian

menerbitkan kembali SEMA yaitu SEMA Nomor 2 Tahun 2014

tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan

Tingkat Banding pada 4 (empat) Lingkungan Peradilan yang

membatasi waktu penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat

Pertama paling lambat 5 (lima) bulan dan pada Pengadilan

Tingkat Banding paling lambat 3 (tiga) bulan. Namun demikian,

ketentuan batas waktu tersebut masih dirasakan terlalu lama untuk

menyelesaikan perkara perdata dengan nilai perkara yang kecil

(Taufik, Giri Ahmad, dkk. 2017 : 49).

3. Kriteria Perkara Gugatan Sederhana (Small Claim Court)

PERMA Nomor 2 Tahun 2015 menetapkan kriteria perkara

yang diselesaikan dengan mekanisme small claim court adalah

perkara cidera janji (wanprestasi) dan atau perbuatan melawan hukum

(PMH). PERMA Nomor 2 Tahun 2015 juga mensyaratkan bahwa pihak-

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

32

pihak penggugat dan tergugat tidak boleh lebih dari satu, kecuali

kepentingan hukum yang sama.

Dalam gugatan sederhana baik penggugat maupun tergugat

diwajibkan hadir secara langsung dalam persidangan dengan atau tanpa

kuasa hukum. Small claim court tidak dapat diterapkan untuk perkara

yang tergugatnya tidak diketahui tempat tinggalnya. Persidangan small

claim court dipimpin oleh hakim tunggal.

PERMA menyebut dua jenis perkara yang tidak bisa diselesaikan

dalam small claim court. Pertama, perkara yang penyelesaian

sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan. Kedua, perkara sengketa hak atas

tanah.

Terkait jangka waktu, PERMA Nomor 2 Tahun 2015 menetapkan

bahwa small claim court berlangsung paling lama 25 hari sejak hari

pertama. Dengan jangka waktu yang begitu singkat, PERMA Nomor 2

Tahun 2015 ‘melarang’ para pihak untuk mengajukan tuntutan

provisi, eksepsi, rekonvensi, intervensi, replik, duplik, atau kesimpulan.

Tahapan-tahapannya adalah pendaftaran, pemeriksaan kelengkapan

berkas, penetapan hakim dan penunjukkan panitera, pemeriksaan

pendahuluan, penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak,

pemeriksaan sidang dan perdamaian, pembuktian, dan putusan.

Merujuk pada isi PERMA Nomor 2 Tahun 2015, maka

pemeriksaan pendahuluan menjadi tahapan paling krusial atau paling

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

33

penting karena di tahap ini, hakim berwenang menilai dan kemudian

menentukan apakah perkara tersebut adalah gugatan sederhana.

Apabila hakim berpendapat bahwa perkara bukanlah gugatan

sederhana, maka dikeluarkan penetapan yang artinya small claim court

tidak berlanjut. Atas penetapan hakim ini, tidak dapat dilakukan upaya

hukum apapun kecuali upaya hukum keberatan terhadap putusan tersebut.

Satu hal yang menarik dalam PERMA Nomor 2 Tahun 2015

adalah kewajiban bagi hakim untuk berperan aktif dalam bentuk

memberikan penjelasan mengenai acara gugatan sederhana secara

berimbang kepada para pihak; mengupayakan penyelesaian perkara

secara damai termasuk menyarankan kepada para pihak untuk

melakukan perdamaian di luar persidangan; menuntun para pihak

dalam pembuktian; dan menjelaskan upaya hukum yang dapat

ditempuh para pihak.

Terkait putusan akhir small claim court, PERMA Nomor 2 Tahun

2015 mengatur bahwa para pihak dapat mengajukan keberatan

terhadap putusan hakim tersebut. Upaya keberatan paling lambat tujuh

hari setelah putusan diucapkan atau setelah pemberitahuan putusan.

Putusan majelis hakim atas keberatan adalah putusan akhir atau bersifat

final sehingga tidak tersedia upaya hukum banding, kasasi, atau

peninjauan kembali.

4. Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

34

Gugatan sederhana diperiksa dan diputus oleh Hakim Tunggal

yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan. Adapun tahapan-tahapan dalam

penyelesaian Gugatan sederhana ini meliputi:

1) Pendaftaran;

2) Pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana;

3) Penetapan hakim dan penunjukan panitera pengganti;

4) Pemeriksaan pendahuluan;

5) Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak;

6) Pemeriksaan sidang dan perdamaian;

7) Pembuktian; dan

8) Putusan.

Bagan 1 : Alur Persidangan

9)

10)

Sumber : Arrafi, Alfi Yudhistira. 2016.

Pendaftaran

Gugatan

Pemeriksaan

kelengkapan

Gugatan sederhana

Penetapan

hakim dan

penunjukan

panitera

pengganti

Pemeriksaan

Pendahuluan

Penetapan hari sidang

dan pemanggilan para

pihak

Pemeriksaan

Sidang dan

Perdamaaan

PEMBUKTIAN PUTUSAN

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

35

Hal yang diutamakan dalam PERMA ini adalah penyelesaian

gugatan sederhana paling lama 25 (dua puluh lima) hari sejak hari sidang

pertama (Ketentuan Pasal 5 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Tahap pemeriksaan, penggugat mendaftarkan gugatannya di

kepaniteraan pengadilan. Penggugat dapat mendaftarkan gugatan dengan

mengisi blanko gugatan yang disediakan di kepaniteraan. Blanko gugatan

berisi keterangan mengenai (Ketentuan Pasal 6 PERMA No. 2 Tahun

2015)

1) Identitas penggugat dan tergugat;

2) Penjelasan ringkas duduk perkara; dan

3) Tuntutan penggugat.

Penggugat wajib melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisasi

pada saat mendaftarkan gugatan sederhana (Ketentuan Pasal 6 PERMA

Nomor 2 Tahun 2015).

Tahap berikutnya adalah penyelesaian kelengkapan gugatan

sederhana. Panitera melakukan pemeriksaan syarat pendaftaran gugatan

sederhana berdasarkan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 peraturan ini.

Panitera mengembalikan gugatan yang tidak memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Kemudian, pendaftaran gugatan

sederhana dicatat dalam buku register khusus gugatan sederhana

(Ketentuan Pasal 7 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Setelah itu, Ketua Pengadilan menetapkan panjar biaya perkara.

Penggugat wajib membayar panjar biaya perkara. Penggugat yang tidak

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

36

mampu dapat mengajukan permohonan beracara secara cuma-cuma atau

prodeo (Ketentuan Pasal 8 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Tahap selanjutnya adalah Penetapan Hakim dan Penunjukan

Panitera Pengganti. Ketua pengadilan menetapkan Hakim untuk

memeriksa gugatan sederhana. Panitera menunjuk panitera pengganti

untuk membantu Hakim dalam memeriksa gugatan sederhana

(Ketentuan Pasal 9 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Keseluruhan proses pendaftaran gugatan sederhana, penetapan

Hakim dan penunjukan panitera pengganti dilaksanakan paling lambat 2

(dua) hari (Ketentuan Pasal 10 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Pada Pemeriksaan Pendahuluan, Hakim memeriksa materi gugatan

sederhana berdasarkan syarat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

Pasal 3 dan Pasal 4 peraturan ini. Hakim menilai sederhana atau tidaknya

pembuktian. Apabila dalam pemeriksaan, Hakim berpendapat bahwa

gugatan tidak termasuk dalam gugatan sederhana, maka Hakim

mengeluarkan penetapan yang menyatakan bahwa gugatan bukan

gugatan sederhana, mencoret dari register perkara dan memerintahkan

pengembalian sisa biaya perkara kepada penggugat. Terhadap penetapan

yang dimaksud diatas, tidak dapat dilakukan upaya hukum apapun

(Ketentuan Pasal 11 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Jika Hakim berpendapat bahwa gugatan yang diajukan penggugat

adalah gugatan sederhana, maka Hakim menetapkan hari sidang pertama

(Ketentuan Pasal 12 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

37

Pada Pasal 13, dalam hal penggugat tidak hadir pada hari sidang

pertama tanpa alasan yang sah, maka gugatan dinyatakan gugur. Jika

Tergugat tidak hadir pada sidang pertama, maka dilakukan pemanggilan

kedua secara patut. Dalam hal tergugat tidak hadir tanpa alasan yang sah,

maka gugatan diperiksa dan diputus secara contradictoir. Terhadap

putusan dimana tergugat tidak hadir pada hari sidang kedua, kemudian

Hakim memutus perkara tersebut, tergugat dapat mengajukan keberatan

(Ketentuan Pasal 13 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Hakim yang ditunjuk untuk menyelesaikan gugatan sederhana

wajib berperan aktif dalam melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Memberikan penjelasan mengenai acara gugatan sederhana secara

berimbang kepada para pihak;

2) Mengupayakan penyelesaian perkara secara damai termasuk

menyarankan kepada para pihak untuk melakukan perdamaian di

luar persidangan;

3) Menuntun para pihak dalam pembuktian; dan Menjelaskan upaya

hukum yang dapat ditempuh para pihak.

Peran aktif sebagaimana disebutkan diatas harus dilakukan

dalam persidangan yang dihadiri oleh para pihak (Ketentuan Pasal 14

PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Pemeriksaan sidang dan Perdamaian, pada hari sidang pertama

Hakim wajib mengupayakan perdamaian dengan memperhatikan

batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) PERMA

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

38

Nomor 2 Tahun 2015. Upaya perdamaian dalam perma ini

mengecualikan ketentuan yang diatur dalam ketentuan Mahkamah

Agung mengenai prosedur mediasi. Dalam hal tercapai perdamaian,

Hakim membuat Putusan Akta Perdamaian yang mengikat para

pihak. Terhadap Putusan Akta Perdamaian tidak dapat diajukan

upaya hukum apapun. Dalam hal tercapai perdamaian di luar

persidangan dan perdamaian tersebut tidak dilaporkan kepada Hakim,

maka Hakim tidak terikat dengan perdamaian tersebut (Ketentuan Pasal

15 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Jika perdamaian tidak tercapai pada hari sidang pertama, maka

persidangan dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan dan jawaban

tergugat (Ketentuan Pasal 16 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Proses pemeriksaan gugatan sederhana, tidak dapat diajukan

tuntutan provisi, eksepsi, rekonvensi, intervensi, replik, duplik, atau

kesimpulan (Ketentuan Pasal 17 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan yang berkaitan

dengan kebijakan maupun teknis pelaksanaan ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Badan Peradilan Umum atau Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama Mahkamah Agung RI (Ketentuan Pasal 17 PERMA

Nomor 2 Tahun 2015).

Proses pembuktian gugatan yang diakui atau tidak dibantah,

tidak perlu dilakukan pembuktian. Terhadap gugatan yang dibantah,

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

39

hakim melakukan pemeriksaan pembuktian berdasarkan hukum acara

yang berlaku (Ketentuan Pasal 18 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Hakim membacakan putusan dalam sidang terbuka untuk umum.

Hakim wajib memberitahukan hak para phak untuk mengajukan

keberatan (Ketentuan Pasal 19 PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

Putusan dalam gugatan sederhana terdiri dari:

1) Kepala putusan dengan irah-irah yang berbunyi “Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”;

2) Identitas para pihak;

3) Uraian singkat mengenai duduk perkara;

4) Pertimbangan hukum; dan

5) Amar putusan.

Dalam hal para pihak tidak hadir, jurusita menyampaikan

pemberitahuan putusan paling lambat 2 (dua) hari setelah putusan

diucapkan. Atas permintaan para pihak salinan putusan diberikan paling

lambat 2 (dua) hari setelah putusan diucapkan. Panitera pengganti

mencatat jalannya persidangan dalam Berita Acara Persidangan yang

ditandatangani oleh Hakim dan panitera pengganti (Ketentuan Pasal 20

PERMA Nomor 2 Tahun 2015).

5. Yuridiksi gugatan Sederhana

Gugatan sederhana termasuk dalam kewenangan atau ruang

lingkup Peradilan Umum. Tidak semua perkara dapat diselesaikan

dengan cara mengajukan gugatan sederhana. Pembatasan materi

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

40

gugatan sederhana telah diatur oleh PERMA Nomor 2 Tahun 2015

khususnya Pasal 3 dan Pasal 4 yang sebagai berikut :

Pasal 3 : (1) Gugatan sederhana diajukan terhadap perkara cidera

janji dan/atau perbuatan melawan hukum dengan

nilai gugatan materil paling banyak Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

(2) tidak termasuk dalam gugatan sederhana adalah :

a. perkara yang penyelesaiaannya dilakukan

melalui pengadilan khusus sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undanagn; atau

b. sengketa hak atas tanah.

Pasal 4 : (1) Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari

penggugat dan tergugat yang masing-masing tidak

boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan

hukum yang sama.

(2)Terhadap tergugat yang tidak diketahui tempat

tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan

sederhana.

(3) Penggugat dan tergugat dalam gugatan sederhana

berdomisili di daerah hukum pengadilan yang

sama.

(4) penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara

langsung setiap persidangan dengan atau tanpa

didampingi kuasa hukum.

Namun dalam prakteknya tidak mudah untuk menentukan

perkara tersebut adalah murni perkara dengan obyek materi

sederhana, contoh dalam sengketa hutang piutang ada jaminan tanah

atau gadai tanah. Karena dalam menentukan posisi perkara tiap pihak

pasti beda, bisa jadi pihak penggugat menyatakan ini wanprestasi,

tetapi tergugat menyatakan sengketa tanah.

Hal ini perlu ditinjau lebih lanjut pada saat masa registrasi

perkara agar tidak terjadi kesalahan dalam penentuan materi gugatan

apakah nanti akan bisa diselesaikan melalui penyelesaian gugatan

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

41

sederhana ataukah melalui proses acara pemeriksaan biasa karena

terdapat beberapa kualifikasi agar perkara tersebut masuk dalam kategori

gugatan sederhana sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) PERMA

Nomor 2 Tahun 2015.

6. Manfaat Gugatan Sederhana (Small Claim Court)

a. Meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat untuk mencapai keadilan

1) Terutama aksesibilitas bagi masyarakat yang tidak mampu;

2) Penyelesaiaan kasus-kasus keseharian yang tidak kompleks;

3) Penyerderhanaan prosedur mengntngkan oang awam/hukum;

4) Menekan kemungkinan perkara yang berlart-larut, bahkan

berlanjut;

5) Mendorong kepercayaan masyarakat kepada lembaga peradilan

karena sifat peradilan yang efisien dan efektif.

b. Mendorong terwujudnya asas peradilan yang sederhana.

1) Prosedur yang lebih sederhana;

2) Pemeriksaan oleh hakim tunggal;

3) Selaras dengan asas doelmagtigheid (kepatutan) karena

menghindari prosedur yang berbelit-belit.

c. Mendorong terwujudnya asas peradilan yang cepat.

d. Memberi kesempatan untuk memilih mekanisme dan yuridksi yang

tepat

e. Mengurangi kemungknan penumpukan perkara di Mahkamah Agung

dan Peradilan Tinggi

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

42

f. Mewujudkan keadilan restoraktive dan mempertimbangkan ius

contituendum

(http://www.aai.or.id/v3/index.php?option=com_content)

C. Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa

1. Pengertian Sengketa Perdata

Pengerian Sengketa menurut Nurnaningsih Amriani (2012 : 13)

adalah perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak dalam perjanjian

karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam

perjanjian. Hal yang sama juga disampaikan oleh Takdir Rahmadi

(2011: 1) yang mengartikan bahwa konflik atau sengketa merupakan

situasi dan kondisi di mana orang-orang saling mengalami perselisihan

yang bersifat faktual maupun perselisihan- perselisihan yang ada pada

persepsi mereka saja (dalam Prastiwi ,Intan Anggrani, 2017 : 8) .

Sedangkan menurut pengertisan sengketa menurut D. Y Witanto

(2012 : 2) adalah pertentangan atau konflik yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat (populasi sosial) yang membentuk oposisi atau pertentangan

antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi

terhadap satu objek permasalahan (dalam Prastiwi, Intan ,Anggrani,

2017 : 8).

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa

sengketa perdata adalah terjadinya perkara perdata dikarenakan adanya

pelanggaran terhadap hak seseorang, seperti diatur dalam hukum perdata.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

43

Pelanggaran hak seseorang itu dapat terjadi karena perbuatan melawan

hukum (onrechtmatige daad) yang menimbulkan kerugian bagi orang

lain, seperti diatur dalam Undang-undang atau karena wanprestasi, yaitu

tidak memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan kontrak yang

menimbulkan kerugian bagi orang lain. Kerugian yang timbul itu dapat

berupa kerugian materil, misalnya kerusakan atas barang atau berupa

kerugian imaterial, misalnya kehilangan hak menikmati barang atau

pencemaran nama baik. Pelanggaran hak seseorang itu dapat terjadi

karena kesengajaan atau karena kelalaian. Pada perkara perdata,

inisiatif berperkara datang dari pihak yang dirugikan. Karena itu, pihak

yang yang dirugikan mengajukan perkaranya ke Pengadilan untuk

memperoleh penyelesaian berupa pemulihan, penggantian kerugian, dan

menghentikan perbuatan yang merugikan itu (Abdulkadir, Muhammad.

2008 : 19-20 dalam Prastisi, Intan Anggrarani, 2017 : 8).

2. Penyelesaian sengketa di luar Pengadilan (Nonlitigasi)

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau nonlitigasi adalah

penyelesaian secara damai antara para pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa melalui perdamaian berakar pada budaya

hukum masyarakat kita, di mana di lingkungan masyarakat adat dikenal

adanya runggun adat, kerapatan adat, peradilan adat atau peradilan desa

lembaga musyawarah, mufakat dan tenggang rasa merupakan falsafah

negara yang digali dari hukum adat dan dipraktekkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

44

Penyelesaian sengketa secara nonlitigasi bersifat tertutup untuk

umum (close door session) dan kerahasiaan para pihak terjamin

(confidentiality), proses beracara lebih cepat dan efisien. Proses

beracara di luar pengadilan ini menghindari kelambatan yang

diakibatkan prosedural dan administratif sebagaimana beracara di

pengadilan umum dan win-win solution. Penyelesaian sengketa ini

dinamakan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) (Winarta,

Frans Hendra, 2011:9).

Penyelesaian sengketa melalui APS diatur oleh Undang-undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Berdasarkan Pasal 1 Angka 10 Undang-undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

mendefinisikan sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda

pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni

penyelesaian di luar pengadilan. Adapun penyelesaiannya dengan

cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli dan

arbitrase.

1) Konsultasi

Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal”

antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan

pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya

kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.

2) Negosiasi

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

45

Negosiasi adalah suatu proses tawar-menawar atau upaya

untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain melalui proses

interaksi, komunikasi yang dinamis dengan tujuan untuk mendapatkan

penyelesaian atau jalan keluar atas suatu masalah yang sedang

berlangsung. Berbeda dengan mediasi, komunikasi yang

dilaksanakan dalam proses negosiasi dibangun oleh para pihak

tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah.

3) Mediasi

Mediasi merupakan suatu prosedur dimana seseorang atau

lebih bertindak sebagai mediator yang sifatnya penengah. Mediator

memiliki peran sebagai pihak yang mengawasi jalannya mediasi

seperti mengatur perundingan, menyelenggarakan pertemuan,

mengatur diskusi, menjadi penengah, merumuskan kesepakatan dalam

para pihak, serta membantu para pihak yang bersengketa guna

mencapaikesepakatan bersama.

Proses mediasi dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu tahap

pramediasi, tahap pelaksanaan mediasi, dan tahap akhir

implementasi hasil mediasi. Di dalam pengadilan dikenal juga

prosedur mediasi. Prosedur dan tahapan mediasi diatur dalam

Pasal 3 sampai Pasal 4 PERMA Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan yang diubah menjadi PERMA Nomor

1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mediasi di

pengadilan dibagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap pra mediasi dan

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

46

tahap pelaksanaan mediasi. PERMA Nomor 2 Tahun 2003

memberikan limit waktu yang berbeda antara mediasi yang

menggunakan mediator yang disediakan pengadilan dengan mediasi

yang menggunakan mediator di luar pengadilan. Mediasi di

pengadilan diberikan waktu penyelenggaraan paling lama 22 (dua

puluh dua) hari kerja sejak penunjukan mediator, sedangkan mediasi

di luar pengadilan berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

(Abbas, Syahrizal, 2011 : 332 dalam Silvia, Rohana Fitri, 2017 : 14).

4) Konsolidasi

Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan

menyerahkan kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas

untuk menguraikan atau menjelaskan fakta-fakta (konsiliator)

dimana konsiliator akan membuatkan usulan-usulan untuk suatu

penyelesaian namun keputusan tersebut tidak mengikat.

5) Penilaian Ahli

Penilaian ahli atau biasa juga disebut pendapat ahli adalah

suatu keterangan yang dimintakan oleh para pihak yang sedang

bersengketa kepada seorang ahli tertentu yang dianggap lebih

memahami tentang suatu materi sengketa yang terjadi.

6) Adjudiksi

Adjudikasi adalah bentuk penyelesaian sengketa, dimana

pihak ketiga bertujuan untuk mengajukan pendapat atau

memberikan keputusan. Penekanan penting dalam proses

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

47

adjudikasi adalah pengajuan fakta dan bukti dari masing-masing

pihak kepada adjudikator, sehingga mampu mempengaruhinya

dalam membuat keputusan.

7) Arbritase

Arbitrase adalah bentuk penyelesaian sengketa, dimana

para pihak yang bersengketa mengangkat pihak ketiga (arbiter)

untuk menyelesaikan sengketa mereka. Keberadaan arbiter

harus melalui persetujuan para pihak yang bersengketa. Dalam

proses arbitrase keputusan akhir yang diberikan oleh arbiter

mengikat para pihak yang bersengketa. Keputusan arbiter yang

diambil arbiter bukan didasarkan pada fakta-fakta hukum seperti

dalam proses peradilan, tetapi didasarkan pada sejumlah

kesepakatan yang terbangun dalam proses arbitrase (Abbas,

Syahrizal, 2011 : 332 dalam Silvia, Rohana Fitri, 2017 : 16).

Dasar hukum penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase

tersebut ditetapkan oleh instansi atau lembaga terkait sesuai dengan

jenis sengketanya, dan cara yang dilakukan untuk menyelesaikan

sengketa tersebut bermacam-macam pula sesuai dengan lembaga itu

sendiri Ketujuh bentuk alternatif penyelesesaian sengketa yang telah

disebut di atas memiliki perbedaan putusan yang dihasilkan.

Berdasarkan Pasal 60 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

arbitrase dan APS menerangkan bahwa putusan arbitrase bersifat

final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

48

Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara

sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua

Pengadilan Negeri atas permohonan salah satu pihak yang

bersengketa. Sedangkan putusan yang dihasilkan oleh APS lainnya

bersifat saran yang bisa diterima ataupun ditolak oleh para pihak.

3. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan (Litigasi)

Penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan tunduk

terhadap ketentuan hukum acara perdata, yaitu HIR (het Herzienne

Indonesisch Reglement), RBg (Rechtsreglement Buitengeweisten),

serta peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur

mengenai acara perdata. Terdapat 3 (tiga) macam reglemen hukum

acara untuk pemeriksaan perkara di muka pengadilan gubernemen pada

tingkat pertama, yaitu (Marindowati , dan Nargis, Nilla, 2014 : 2).

a. Reglement op de burgelijke Rechtsvordering (Brv) untuk golongan

Eropa yang berperkara di muka Raad van justitie dan residentie

gerecht;

b. Herziene Inlandsch Reglement (HIR) untuk golongan bumi putera dan

timur asing di Jawa dan Madura yang berperkara di muka Landraad;

c. Rechtreglement voor de Buitengenwesten (Rbg) untuk golongan bumi

putera dan timur asing di luar Jawa dan Madura yang berperkara di

muka Landraad.

Hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan yang memuat

cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

49

pengadilan, dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu

sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan

hukum perdata (Projodikoro ,Wirjono, 1992 : 13 dalam dalam Silvia,

Rohana Fitri, 2017 : 18). Dengan kata lain Hukum Acara Perdata

adalah sekumpulan peraturan yang mengatur cara bagaimana seseorang

harus bertindak terhadap orang lain, atau bagaimana seseorang dapat

bertindak terhadap Negara atau badan hukum (juga sebaliknya)

seandainya hak dan kepentingan mereka terganggu, melalui suatu

badan yang disebut badan peradilan, sehingga terdapat tertib hukum.

Yang dimaksud dengan peradilan adalah tugas yang dibebankan

kepada pengadilan. Tugas utama pengadilan adalah sebagai tempat

untuk mengadili atau memberikan putusan hukum dalam perkara-

perkara yang diajukan kepadanya (Umar, Said, 2009 : 82).

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman membedakan antara Peradilan Umum dan Peradilan

Khusus. Peradilan Umum adalah peradilan bagi rakyat pada umumnya

yang menyangkut perkara-perkara perdata maupun pidana yang

diajukan ke pengadilan. Peradilan Umum juga diperuntukkan bagi

rakyat yang ingin mengajukan perkara-perkara yang ketentuan

hukum acaranya diatur secara khusus, misalnya Pengadilan Niaga,

Pengadilan Hak Asasi Manusia, Pengadilan Hubungan Industrial, dan

Pengadilan lainnya yang diatur secara khusus (lex specialis). Adapun

Peradilan Khusus adalah peradilan yang mengadili orang-orang atau

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

50

golongan rakyat tertentu misalnya kasus perceraian bagi yang beragama

islam menjadi kewenangan Peradilan Agama, tindak pidana militer yang

menjadi wewenang Peradilan Militer, sengketa administrasi negara

atau tata usaha negara yang menjadi wewenang Peradilan Tata Usaha

Negara.

4. Kekuasaan Mengadili

Perkara yang menjadi kompetensi peradilan yang lebih rendah

tidak dapat diajukan langsung kepada peradilan yang lebih tinggi. Perkara

yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh peradilan tingkat pertama

tidak dapat diajukan langsung kepada peradilan banding atau kasasi,

demikian juga sebaliknya. Perkara yang menjadi kompetensi peradilan

yang lebih tinggi tidak dapat diminta penyelesaiannya kepada peradilan

yang lebih rendah.

a. Kompetensi Absolut

Kompetensi absolut adalah wewenang badan pengadilan

dalam memeriksa jenis perkara tertentu secara mutlak tidak dapat

diperiksa oleh badan peradilan lain, baik dalam lingkungan peradilan

yang sama maupun dalam lingkungan peradilan yang berbeda.

Peradilan Umum hanya berwenang mengadili perkara

pidana (pidana umum dan khusus) dan perdata (perdata umum

dan niaga). Peradilan Agama hanya berwenang mengadili perkara

bagi pihak-pihak yang beragama Islam mengenai perkawinan,

kewarisan (meliputi wasiat dan hibah), waqaf, dan shadaqah.

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

51

Peradilan Tata Usaha Negara kewenangannya terbatas dan tertentu

untuk mengadili sengketa Tata Usaha Negara. Sedangkan Peradilan

Militer hanya berwenang mengadili perkara pidana yang

terdakwanya terdiri dari prajurit TNI berdasarkan pangkat tertentu

( Harahap, M.Yahya, 2008 : 181).

b. Kompetensi Relatif

Kompetensi relatif adalah pembagian kekuasaan

mengadili antara badan pengadilan yang serupa yang didasarkan

pada tempat tinggal tergugat, jadi kompetensi relatif ini berkaitan

dengan wilayah hukum suatu pengadilan. Kompetensi relatif

Pengadilan Negeri hanya terbatas pada daerah hukumnya, di luar

itu tidak berwenang (Harahap, M.Yahya, 2008 :181). Sesuai dengan

ketentuan Pasal 118 HIR, Pasal 142 RBg, Pengadilan Negeri

berwenang memeriksa gugatan yang daerah hukumnya meliputi:

a) Tempat tinggal Tergugat, atau tempat Tergugat sebenarnya

berdiam (jikalau Tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya);

b) Tempat tinggal salah satu Tergugat, jika terdapat lebih dari

satu Tergugat, yang tempat tinggalnya tidak berada dalam

satu daerah hukum Pengadilan Negeri menurut pilihan

Penggugat;

c) Tergugat utama bertempat tinggal, jika hubungan antara

Tergugat-Tergugat adalah sebagai yang terhutang dalam

penjaminnya;

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hukum Acara ...repository.ump.ac.id/7633/3/TITIS IZATIN BAB II.pdf · Adapun beberapa pengertian hukum acara perdata menurut beberapa pakar

52

d) Tempat tinggal Penggugat atau salah satu dari Penggugat, dalam

hal ini: Tergugat tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak

diketahui dimana ia berada;

e) Tergugat tidak kenal. (Dalam gugatan disebutkan terlebih dahulu

tempat tinggalnya yang terakhir, baru keterangan bahwa sekarang

tidak diketahui lagi tempat tinggalnya di Indonesia);

f) Dalam hal Tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya dan yang

menjadi objek gugatan adalah benda tidak bergerak (tanah), maka

gugatan diajukan di tempat benda yang tidak bergerak itu berada

(Pasal 118 ayat (3) HIR);

g) Untuk daerah yang berlaku RBg, apabila objek gugatan

menyangkut benda tidak bergerak, maka gugatan diajukan ke

pengadilan yang meliputi wilayah hukum dimana benda tidak

begerak itu berada (Pasal 142 ayat (50) RBg);

h) Jika ada pilihan domisili yang tertulis dalam akta, maka gugatan

diajukan ke tempat domisili yang dipilih itu (Pasal 118 ayat (4)

HIR/Pasal 142 ayat (4) RBg).

Implementasi Peraturan Mahkamah..., Titis Izatin, Fakultas Hukum UMP, 2018