bab ii tinjauan pustaka a. hakikat biologi sebagai sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. bab ii.pdf ·...

29
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sains Kata “ Sains” biasa diartikan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam (Bundu, 2006: 9). Carin & Sund (1989 : 4) menyatakan bahwa Sains adalah suatu cara untuk mengenal alam semesta melalui pengumpulan data dengan observasi dan melakukan eksperimen. National Research Council (1996: 21) mengartikan Sains sebagai “a way of knowing that is characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau dengan kata lain Sains merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan yang dicirikan dengan kriteria empiris, argumen logis, dan telaah skeptis. Penggunaan kata Sains sebagai ganti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu dipertegas untuk membedakannya dari pengertian social science, educational science, political science, dan penggunaan kata science yang lainnya. Ruang lingkup Sains seperti yang ada di kurikulum pendidikan di Indonesia adalah Sains (tingkat sekolah dasar), Sains Biologi, Sains Fisika, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah) (Bundu, 2006: 9). Carin & Sund (1989: 5) menyebutkan bahwa unsur-unsur Sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses Sains/metode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

Upload: hoangdien

Post on 30-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Biologi sebagai Sains

Kata “ Sains” biasa diartikan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal

dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam,

sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harfiah dapat

disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam (Bundu, 2006: 9). Carin & Sund (1989 : 4)

menyatakan bahwa Sains adalah suatu cara untuk mengenal alam semesta melalui

pengumpulan data dengan observasi dan melakukan eksperimen. National

Research Council (1996: 21) mengartikan Sains sebagai “a way of knowing that is

characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

dengan kata lain Sains merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan yang

dicirikan dengan kriteria empiris, argumen logis, dan telaah skeptis.

Penggunaan kata Sains sebagai ganti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu

dipertegas untuk membedakannya dari pengertian social science, educational

science, political science, dan penggunaan kata science yang lainnya. Ruang

lingkup Sains seperti yang ada di kurikulum pendidikan di Indonesia adalah Sains

(tingkat sekolah dasar), Sains Biologi, Sains Fisika, Sains Kimia, Sains Bumi dan

Antariksa (tingkat sekolah menengah) (Bundu, 2006: 9).

Carin & Sund (1989: 5) menyebutkan bahwa unsur-unsur Sains terdiri dari

tiga macam, yaitu proses Sains/metode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah.

Seperti yang dijelaskan sebagai berikut :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

16

1. Proses Sains/metode ilmiah, merupakan cara-cara khusus dalam penyelidikan

atau pemecahan masalah. Seperti membuat hipotesis, merancang dan

melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan menyusun data, mengukur dan

sebagainya

2. Produk ilmiah, meliputi fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya (Carin &

Sund, 1989: 5). Bundu (2006: 11-12) menjelaskan mengenai produk Sains,

antara lain :

a. Fakta Sains. Fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang

benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan

dibuktikan secara obyektif

b. Konsep Sains. Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta

Sains yang saling berhubungan.

c. Prinsip Sains. Prinsip adalah generalisasi tentang hubungan diantara

konsep-konsep Sains.

d. Hukum Sains. Hukum Sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima

kebenarannya yang meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji

yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

e. Teori Sains. Teori Sains sering disebut juga teori ilmiah merupakan

kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan

hukum sehingga merupakan model, atau gambaran yang dibuat para

ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

17

3. Sikap ilmiah ; meliputi kepercayaan, nilai-nilai, gagasan obyektif dan sifat jujur.

Serta sikap ilmiah lain dalam membuat suatu keputusan setelah memperoleh

data (Carin & Sund, 1989: 5).

Berikut dijelaskan dalam gambar mengenai keterkaitan antara penyelidikan,

produk, proses dan sikap ilmiah.

Gambar 1. Hubungan antara Investigasi, Sikap, Proses, dan Produk Ilmiah.

(Sumber: Carin & Sund, 1989: 6).

Gambar 1. menjelaskan bahwa hakikat Sains adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari fenomena alam melalui suatu proses yang disebut proses ilmiah.

Serangkaian proses ilmiah yang dilakukan secara sistematik untuk memecahkan

masalah atau memperoleh jawaban atas fenomena yang diamati disebut dengan

NEW INVESTIGATIONS

OF PHENOMENA IN

NATURE

SCIENTIFIC

PROCESESS

(NEW METHODS)

NEW

SCIENTIFIC

PRODUCTS

SCIENTIFIC

PROCESSES

ATTITUDE

Intense curiosity

Humility

Skepticism

Determination

Open mindedness etc.

METHODS

Identifying problems

Observing

Hypothesissing

Analysis

Inferring

Extrapolating

Synthesizing

Evaluating, etc

SCIENTIFIC

PRODUCTS

Facts

Concepts

Generalizations

Principles

Theories

Laws

INVESTIGATIONS OF

PHENOMENA IN

NATURE

Object

Events

Relationship etc

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

18

metode ilmiah. Metode ilmiah dibangun atas dasar sikap ilmiah seperti rasa ingin

tahu, berpikiran terbuka, dan lain-lain sehingga menghasilkan produk ilmiah berupa

fakta, konsep, teori, prinsip, dan hukum.

Biologi merupakan cabang atau bagian Sains (Subali, 2012: 8). Sebagai

bagian dari ilmu pengetahuan alam atau natural science, Biologi mempunyai

kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam Sains, yaitu mempelajari

gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip-teori (produk Sains), cara

kerja atau metode ilmiah (proses Sains), dan di dalamnya terkandung sejumlah nilai

dan sikap (Rustaman, 2010a: 2).

Siti Mariyam dan Sudjoko (2010: 4-11) menjelaskan karakteristik Biologi

sebagai berikut: (1) objeknya, objek Biologi adalah semua makhluk hidup; (2)

permasalahannya, permasalahan Biologi timbul karena adanya fenomena/gejala

yang ditunjukkan oleh makhluk hidup; (3) cara perolehannya (metodologi), melalui

proses Sains sebagai metode keilmuan Biologi; (4) produknya (hasilnya), hasilnya

berupa fakta-konsep-teori-prinsip-hukum; (5) kecenderungan (trend)

perkembangannya, perkembangan ilmu mengikuti kepada kebutuhan manusia dan

sesuai perkembangan jaman; dan (6) kemanfaatannya.

Berdasarkan uraian di atas, hakikat Biologi sebagai Sains terdiri atas produk

ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Biologi merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari permasalahan berupa gejala dan fenomena makhluk hidup melalui

serangkaian langkah ilmiah yang berlandaskan sikap ilmiah sehingga menghasilkan

produk yang bermanfaat bagi manusia.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

19

B. Hakikat Pembelajaran Biologi

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan tertentu ( Chalil &

Latuconsina, 2008: 1-2). Pembelajaran merupakan usaha sengaja dan terarah yang

bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman bermakna. Kegiatan

pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan

proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi

dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan

pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Pengalaman

belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa (BSNP, 2006: 16-17)

Proses pembelajaran dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu raw input (peserta

didik), environmental input (faktor lingkungan), dan instrumental input (sarana dan

prasarana) (Sugihartono, dkk, 2012: 157). Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi

dalam proses pembelajaran. Hasil interaksi tersebut akan ditunjukkan pada output

atau siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, interaksi

faktor-faktor tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut :

Gambar 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran

Sumber : Sugihartono, dkk, 2012: 157)

Masukan Instrumental

Masukan Utama

Lingkungan

Hasil Luaran Proses Pembelajaran

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

20

Gambar 2. menjelaskan bahwa membelajarakan metode ilmiah dalam

pembelajaran Biologi terdapat pada masukan instrumental yaitu kurikulum.

Komponen masukan instrumental lainnya yaitu guru, sumber belajar, media,

metode, dan sarana prasarana pembelajaran. Komponen instrumental sangat

mendukung komponen masukan mentah yaitu peserta didik. Pembelajaran Biologi

merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan persoalan belajar yang telah

direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga

menghasilkan luaran yang diinginkan. Biologi berperan sebagai alat untuk

mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran Biologi seharusnya memberi pelajaran

kepada subjek belajar untuk melakukan interaksi dengan objek belajar secara

mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep.

Pembelajaran Biologi yang sesuai dengan hakikat Biologi sebagai bagian

dari Sains yaitu menggunakan metode ilmiah dalam menemukan konsep, karena

pada dasarnya membelajarkan Biologi tidak hanya mengajarkan peserta didik

mengenai produk Biologi (konsep, teori, hukum, prinsip) melainkan sikap ilmiah

dan proses ilmiahnya pula.

Biologi merupakan bagian dari Sains, sehingga secara otomatis pelaksanaan

pembelajaran Biologi mengikuti hakikat Sains itu sendiri yaitu membelajarkan

sikap, proses, dan produk ilmiah. Ketika Biologi mejadi sebuah mata pelajaran,

maka ketiga aspek tersebut secara otomatis juga terkandung di dalam mata

pelajaran Biologi (Djohar, 2000 : 2). Sebagai konsekuensinya, di dalam proses

pembelajaran Biologi, ketiga aspek tersebut, baik itu sikap, proses maupun sikap

ilmiah harus diajarkan kepada peserta didik.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

21

C. Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum

2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006:

8). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional

yang disusun oleh dan dilaksankan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP

terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencantumkan bahwa

pengajaran ilmu pengetahuan perlu melibatkan kegiatan yang dilakukan oleh siswa

dengan mengembangkan pemahaman siswa melalui gagasan ilmiah (BSNP, 2006:

167). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 halaman 451

menuntut agar Pembelajaran Biologi sebagi bidang IPA dilakukan secara ilmiah.

Pada lampiran tersebut dinyatakan :

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

(inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan

alam sekitar.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses Sains.

Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

22

hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan

selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan

pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan

memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan

atau memecahkan masalah sehari-hari. Mata pelajaran Biologi

dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan

deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa

alam sekitar (BSNP, 2006: 484).

Kurikulum 2013 mempunyai prinsip yang sama dengan KTSP yaitu

menuntut agar pembelajaran Biologi dilakukan secara ilmiah. Hal tersebut tertuang

pada lampiran Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah mengenai karakteristik pembelajaran yang

tertuang pada Bab II menyatakan bahwa :

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait

erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar

Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran

pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka

konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan

dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran

mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi

tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.

Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai,

menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“

mengingat,memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati,

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik

kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta

mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat

pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata

pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu

diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian

(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik

untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok

maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning)

(Depdikbud, 2013: 3).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

23

Lampiran permendiknas diatas menegaskan bahwa pada kurikulum 2013 sasaran

pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Selain itu, dalam lampiran permendiknas tersebut juga menguraikan

bahwa metode ilmiah dapat diwujudkan melalui pendekatan discovery dan

pendekatan inquiry.

Pembelajaran Sains menyajikan perpaduan antara pengalaman proses Sains

dan pemahaman produk Sains dalam bentuk hands on activity, sehingga diharapkan

akan lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran

Biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

D. Metode Ilmiah

Menurut Towle (1989 : 16-31), metode ilmiah merupakan suatu rangkaian

proses ilmiah yang tersusun dalam suatu urutan tertentu dan digunakan untuk

memecahkan masalah. Rangkaian Proses ilmiah tersebut menurut Carin & Sund

(1989 : 11) meliputi : (1) State problem (2) suggest hypothesis, (3) experiment, (4)

observe, (5) collect and analyze data, (6) reexperiment to verify data, (7) draw

conclusion from data. Proses ilmiah merupakan tumpuan proses pembelajaran yang

melibatkan berbagai ketrampilan proses Sains/KPS (Bambang Subali, 2013: 8).

Bryce, et al (1990: 2) memaparkan bahwa KPS mencakup KPS dasar (basic process

skill) yang terdiri dari ketrampilan dasar (basic skill) dan ketrampilan

mengolah/memproses (process skill) serta ketrampilan menginvestigasi

(investigation skill) secara terintegrasi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

24

1. Ketrampilan dasar (basic skill), meliputi lima subaspek yaitu : ketrampilan

melakukan pengamatan, ketrampilan mencatat data, ketrampilan melakukan

pengukuran, ketrampilan mengimplementasikan prosedur, dan ketrampilan

mengikuti intruksi.

2. Ketrampilan memroses meliputi tiga subaspek yaitu : ketrampilan

memprediksi, ketrampilan menginferensi, dan kerampilan menyeleksi berbagai

cara atau prosedur.

3. Ketrampilan investigasi meliputi tiga subaspek yaitu : merencanakan

investigasi, melaksanakan investigasi, dan melaporkan hasil investigasi (Subali,

2013: 12).

Menurut Rambuda & Fraser (2004: 11), ketrampilan dasar diterapkan

khususnya pada Sekolah Dasar (SD), karena merupakan kemampuan kognitif dasar.

Kemampuan ini harus dikuasai oleh peserta didik sebelum mempelajari dan

menguasai ketrampilan lanjutan yaitu ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan-

ketrampilan dasar saling bergantung satu sama lain. Ini berati bahwa peneliti bisa

menampilkan dan mengaplikasikan lebih dari satu ketrampilan di dalam suatu

aktivitas ilmiah. Contohnya, untuk mengukur suatu area habitat, peserta didik bisa

memulai dengan mengamati habitat lalu mengukur dimensi dan mengomunikasikan

dimensi tersebut menggunakan simbol. Setelah itu, peserta didik menghitung luas

area tersebut. Peserta didik dalam kasus tersebut terlibat dalam ketrampilan

mengamati, mengukur dan menghitung. Ketrampilan dasar meliputi ketrampilan

mengamati, menginferensi, mengukur, mengomuikasikan, meglasifikasikan, dan

memprediksi (Padilla, 1990).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

25

Menurut Rambuda dan Fraser (2004: 11), Ketrampilan terintegrasi

digunakan untuk memecahkan masalah atau untuk melakukan eksperimen.

Ketrampilan terintegrasi(integrrated skill) merupakan kombinasi dari ketrampilan

dasar(bassic skill) yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan dan

fleksibilitas peserta didik dalam merancang penyelidikan dalam proses

pembelajaran atau digunakan untuk menginvestigasi suatu fenomena. Ketrampilan

terintegrasi(integrrated skill) meliputi: mengontrol variabel, menyusun definisi

operasional, menafsirkan data, menyusun hipotesis, melakukan percobaan dan

menyusun model.

Berdasarkan uraian diatas, keterampilan proses sains dasar terdiri dari

keterampilan dasar dan keterampilan memroses. Dalam rangka memecahkan

masalah maka perlu adanya integrasi antara keterampilan-ketrampilan dasar dan

memroses, ketrampilan tersebut disebut dengan keterampilan terintegrasi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

26

Gambar 3. menunjukkan keterampilan proses sains dasar dan terintegrasi.

Keterampilan mengobservasi, menyimpulkan, menglasifikasi, memprediksi,

mengukur, dan mengkomunikasikan termasuk dalam keterampilan proses sains

dasar yang biasa digunakan oleh seseorang dalam melakukan kegiatan yang

berkaitan dengan sains. Tahap selanjutnya setelah seseorang menguasai

keterampilan proses sains dasar yaitu menguasai keterampilan proses sains

terintegrasi, keterampilan tersebut didasari oleh keterampilan-keterampilan proses

sains dasar. Keterampilan proses sains terintegrasi seperti mengkontruksi hipotesis,

mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel, mengambil dan mengolah data,

mengkontruksi tabel data, mengkontruksi grafik, mendeskripsikan hubungan,

mendesain investigasi, menganalisis investigasi, dan eksperimen. Keterampilan

Gambar 3. Keterampilan Proses Sains Dasar dan Terintegrasi

(Sumber : Rezba et al, 2007: 5)

Merancang investigasi

Menganalisis investigasi

Mengonstruksi hipotesis

Mengumpulkan

& mengorganisasi

data

Mendefinisikan variabel

secara operasional

Mendeskripsikan hubungan

antarvariabel

Mengonstruksi tabel

Mengonstruksi grafik

Mengkomunikasikan

Mengamati

Melakukan eksperimen

Mengidentifikasi variabel

Memprediksi Mengukur

Mengklasifikasi Menyimpulkan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

27

proses sains terintegrasi dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan

ilmiah dalam kegiatan observasi.

Penjabaran dari masing-masing ketrampilan diatas adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Ketrampilan dasar dan terintegrasi proses Sains

Basic process skills Description

Observing Use of fife senses to derive characteristic of

living organism

Inferring Explanation of observations and data

Measuring Using standard and non standard measures

to describe dimensions

Communicating Using words or symbols to describe an

action, object or event

Classifying Sorting, grouping and arranging based

similarities and differences

Predicting Starting the outcome of a future event based

on a pattern of evidence

Integrated Process skills Description

Controlling variables Identifying varriables, keeping variables

constant and manipulating

Defining operationally Stating how to measure a variable in an

experiment

Formulating hypotheses Stating the expected outcome of an

experiment

Interpretating data Organizing, concluding from data and

making sense of data

Experimenting Testing by following procedures to produce

verifiable result

Formulating models Creating a mental or physical model of a

process or event.

Sumber : Diadaptasi dari American Association for the Advancement of

Science (Richard & Francis, 2013: 715)

Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian

spesisfik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah

merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

28

of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,

empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Oleh karena

itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data

melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,

kemudian memformulasi dan menguji hipotesis (Kemendikbud, 2014 : 32).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah

merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis untuk

memecahkan masalah guna menemukan konsep. Belajar metode ilmiah dimulai

dari yang dasar yaitu mempelajari keterampilan proses sains dasar (keterampilan

dasar dan keterampilan memroses). Setelah menguasai keterampilan, tahap

selanjutnya adalah mempelajari keterampilan terintegrasi. Keterampilan ini

didasari oleh keterampilan dasar dan apabila dilakukan secara sistematis dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar.

E. Aktualisasi Pembelajaran Metode Ilmiah pada Peserta Didik

Pembelajaran metode ilmiah adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada

pendekatan penemuan (inquiry), sehingga peserta didik dituntut untuk menggali

sendiri fakta-fakta yang akan dirumuskan menjadi sebuah konsep.

Pembelajaran disebut ilmiah apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Subtansi atau materi berdasar pada fakta, sehingga dapat dijelaskan secara logis

2. Mendorong peserta didik berpikir kritis, analitis dan tepat dalam menganalisis,

mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan serta mengaplikasikan

subtansi atau materi pembelajaran.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

29

3. Mendorong peserta didik untuk mampu memahami dan mengembangkan pola

pikir rasional dan objektif dalam merespon subtansi pembelajaran.

4. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

5. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya (Depdikbud, 2013: 2-3)

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktualisasi Pembelajaran Metode

Ilmiah.

1. Jenjang Kelas

Guru perlu memahami bahwa semua siswa memiliki kebutuhan meskipun

intensitas kebutuhan siswa bervariasi antara satu siswa dengan yang lain.

Kebutuhan siswa juga bervariasi sesuai dengan tahap perkembangannya sehingga

hal ini menentukan bagaimana siswa dalam tahapan akan belajar dan berkembang

sesuai dengan kemampuannya. Perkembangan siswa sangat mempengaruhi proses

pembelajaran di kelas. Strategi pembelajaran yang efektif harus memperhitungkan

usia dan tahap perkembangan siswa.

Piaget membagi perkembangan kognisi anak-anak dan remaja menjadi

empat tahap : sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal.

Masing-masing tahap ditandai oleh kemunculan kemampuan intelektual baru.

Kemampuan intelektual baru tersebut memungkinkan orang memahami dunia ini

dengan cara yang makin rumit (Slavin, 2011 : 45).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

30

a. Tahap Sensorimotor (saat lahir hingga 2 tahun)

Pencapaian utama pada tahap ini adalah pembentukan konsep “keajekan

objek” dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang diarahkan

tujuan.

b. Tahap Praoperasi (2 hingga 7 tahun)

Pencapaian utama pada tahap ini adalah perkembangan kemampuan

menggunakan simbol untuk melambangkan objek di dunia. Pemikiran masih

bersifat egosentris dan terpusat.

c. Siswa sekolah dasar (7 hingga 11 tahun)

Menurut teori piaget (Slavin, 2011 : 55) memasuki tahap operasi konkret.

Pencapaian utama ada tahap ini adalah perbaikan kemampuan berfikir logis.

Kemampuan baru meliputi penggunaan pengoperasian yang dapat dibalik.

Pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh

egosentrisme.

Menurut Slavin (2011: 51) anak-anak pada tahap ini dapat membentuk

konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, tetapi hanya sejauh jika

mereka melibatkan objek dan situasi yang sudah tidak asing lagi. Salah satu yang

dipelajari anak selama tahap operasional konkret adalah pengurutan, mengurutkan

atau menggolongkan objek sesuai dengan kriteria atau dimensi tertentu. Begitu

kemampuan ini diperoleh, anak akan menguasai kemampuan menyimpulkan

hubungan antara dua objek berdasarkan pengetahuan tentang hubungannya masing-

masing dengan objek ketiga.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

31

Anak-anak dari pemikiran egosentris ke pemikiran yang tidak terpusat atau

yang objektif. Pemikiran yang tidak terpusat memungkinkan anak-anak melihat

bahwa orang lain dapat mempunyai persepsi yang berbeda dari mereka.

Kemampuan terakhir yang diperoleh anak selama tahap operasi konkret adalah

penyertaan ke kelompok, tidak lagi terbatas pada penalaran tentang hubungan

bagian dengan bagian. Sekarang, hubungan bagian dengan keseluruhan juga dapat

dihadapi. Perubahan ini tidak terjadi pada saat yang sama. Sebaliknya perubahan

ini tejadi secara perlahan-lahan selama tahap operasi konkret (Slavin, 2011 : 51)

d. Tahap Operasi formal ( 11 tahun hingga dewasa)

Pencapaian utama pada tahap ini adalah pemikiran abstrak dan semata-mata

simbolik dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan

eksperimentasi sitematik (Slavin, 2011: 45). Hal ini menunjukkan bahwa peserta

didik pada tahap ini mampu melakukan penyelidikan/menginvestigasi suatu

fenomena untuk memecahkan masalah.

Menurut Collette & Chiappetta (1994: 50), anak-anak pada fase operasional

formal memiliki karakteristik mampu berpikir abstrak, mampu bernalar, berpikir

secara proporsional, mampu mengidentifikasi dan mengontrol variabel-variabel,

berpikir deduktif dan menguji hipotesis. Henslin (2007: 70) menambahkan, anak

pada fase operasional formal tidak hanya berpikir “sesuatu terjadi sedemikian rupa”

tetapi sudah mampu berpikir sampai pada “mengapa sesuatu dapat terjadi

sedemikian rupa”. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah mampu

melakukan analisis mengenai penyebab yang mendasari suatu kejadian. Jika

metode ilmiah dibelajarkan untuk menemukan konsep Sains, tentu peserta didik

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

32

sudah tidak kesulitan dalam praktiknya karena peserta didik sudah mampu

melakukan hipotesis, menalar suatu kejadian, dan menarik kesimpulan. Hal ini akan

mendukung terlaksananya pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan.

Perbedaan jenjang kelas peserta didik akan menentukan karakteristik materi

dan pengalaman peserta didik yang bersangkutan. Menurut Dunlosky et al (2013:

4-6) efektifiitas suatu teknik pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik peserta

didik, yakni mencakup usia, kemampuan, pengetahuan yang diperoleh pada jenjang

sebelumnya. Lebih lanjut Dunlosky et al (2013: 4-6) menjelaskan bahwa materi

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas teknik

pembelajaran.

Mata pelajaran Biologi di SMA dengan KTSP 2006 diajarkan pada jenjang

kelas X, XI IPA, dan XII IPA. BSNP (2006: 15-174) menjalaskan karakteristik

masing-masing jenjang kelas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenjang Kelas X

Mata pelajaran Biologi pada jenjang kelas X diajarkan selama dua jam

pelajaran untuk setiap minggu. Standar Kompetensi (SK) yang berkaitan dengan

pembelajaran metode ilmiah terdapat pada SK 1. “Memahami Hakikat Biologi

sebagai Ilmu”. Pada SK ini, guru biologi dituntut untuk mengajarkan metode ilmiah

sebagai proses untuk menemukan produk-produk biologi kepada peserta didik. SK

2. “Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup “dengan KD 2.4

Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan,

percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

33

2. Jenjang kelas XI IPA

Jenjang kelas XI IPA merupakan jenjang kelas kedua di SMA untuk program

IPA. Alokasi waktu untuk mata pelajaran Biologi pada jenjang ini empat jam

pelajaran untuk setiap minggu. Ditinjau dari segi SK, tidak ada SK yang langsung

terkait dengan pembelajaran metode ilmiah. Sebagian besar materi pelajaran

Biologi pada jenjang kelas XI IPA ialah mengenai struktur fungsi berbagai unit

kehidupan dari sel hingga organ atau berhubungan dengan fisiologi manusia. Subali

(2012: 12) menjelaskan bahwa ketika merumuskan SK dan KD, guru dapat

memperkaya hasil belajar dengan memasukkan proses Sains di dalamnya, agar

lebih komprehensif. Artinya, pembelajaran metode ilmiah tetap bisa dilaksanakan

dengan menerapkan metode ilmiah pada pokok bahasan yang relevan.

3. Jenjang kelas XII IPA

Jenjang kelas XII IPA merupakan jenjang kelas tertinggi di SMA. Ditinjau

dari segi alokasi waktu untuk mata pelajaran Biologi, jenjang kelas ini memiliki

kesamaan dengan jenjang kelas XI IPA. Perbedaan yang ditemukan pada jenjang

ini adalah adanya Ujian Nasional (UN). Subali (2012: 6) memaparkan bahwa UN

dipandang sebagai penguji berisiko tinggi (high-stake test). Ditinjau dari segi SK,

terdapat SK yang secara eksplisit menuntut dilakukannya pembelajaran metode

ilmiah, yaitu SK.1 Melakukan Percobaan Pertumbuhan dan Perkembangan Pada

Tumbuhan. SK tersebut dijabarkan menjadi 3 kompetensi dasar: (1) Merencanakan

percobaan pengaruh luar terhadap pertumbuhan tumbuhan; (2) Melaksanakan

percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan; (3)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

34

Mengkomunikasikan hasil percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan

tumbuhan.

Mata pelajaran Biologi di SMA dengan Kurikulum 2013 diajarkan pada

semua jenjang kelas mulai dari X MIPA, XI MIPA, dan XII MIPA. Berdasarkan

Standar Proses Kurikulum 2013 yang ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 103

Tahun 2014 menuangkan metode ilmiah dalam Pendekatan Saintifik yang meliputi

lima pengalaman belajar mulai dari mengamati (observing), menanya

(questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting),

menalar/mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).

Pengalaman belajar tersebut melekat pada setiap materi pelajaran yang tertuang

dalam Kompetensi Inti 4 (Ketrampilan) yang kemudian diturunkan menjadi KD

(Kompetensi Dasar). Artinya, pada semua jenjang kelas guru dituntut untuk

menerapkan metode ilmiah dalam setiap materi pelajaran biologi. Alokasi waktu

mata pelajaran Biologi pada jenjang kelas X MIPA tiga jam untuk setiap minggu,

pada jenjang kelas XI dan XII diajarkan selama empat jam pelajaran setiap minggu.

Berkaitan dengan pembelajaran biologi proses Sains yang diajarkan pada

jenjang Sekolah Menengah sudah berbeda dari proses Sains yang diajarkan pada

jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan Elementary School Curriculum Guide (Bundu,

2006: 48-49), dikemukaan bahwa ada lima ketrampilan proses yang harus dikuasai

siswa kelas 1-3 dan ditambahkan tujuh ketrampilan proses untuk dikuasai siswa

kelas 4-6. Di bawah ini merupakan aspek ketrampilan dasar dan ketrampilan

proses/mengolah yang harus dikuasai oleh peserta didik pada masing-masing

jenjang yang ditempuh.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

35

Tabel 2. Ketrampilan Proses Sains yang Harus Dikuasai Peserta Didik

Sumber : Elementary School Curriculum Guide Vancouver, BC, Canada

(Bundu, 2006: 49)

Ketrampilan dasar yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD) menjadi modal

untuk mempelajari ketrampilan proses menengah pada jenjang Sekolah Menengah

Pertama (SMP) yang berupa ketrampilan mengolah/memroses, yakni ketrampilan

berinferensi dan ketrampilan memilih prosedur. Pada jenjang Sekolah Menengah

Atas (SMA) diharapkan peserta didik dapat menguasai ketrampilan proses Sains

lanjut atau terintegrasi berupa ketrampilan berinvestigasi (Subali, 2013: 2).

Metode ilmiah dapat diwujudkan dengan menerapkan pembelajaran berbasis

penyelidikan (Inquiry/discovery). National Research Council (2000: 6-8) membagi

kemampuan dan pemahaman dalam melakukan penyelidikan ilmiah pada jenjang

kelas I-IV, V-VII, dan IX-XII.

Ketrampilan Proses

Sains

Kelas

1 2 3 4 5 6

Observasi X X X X X X

Klasifikasi X X X X X X

Kuantifikasi X X X X X X

Komunikasi X X X X X X

Inferensi X X X X X X

Prediksi X X X

Interpretasi X X

Menyusun hipotesis X X

Mengontrol variabel X X X

Eksperimen X X X

Memformulasikan model X

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

36

Tabel 3. Kemampuan Penyelidikan Ilmiah yang Diharapkan pada Jenjang

Kelas I-IV

Kemampuan Dasar Pemahaman Dasar Ask a question about object, organisme,

and events in the environment

Scientific investigations involve asking and

answering a question and comparing the

answer with what scientist already know

about the world

Plan and conduct a simple investigation Scientists use different kinds of investigations

depending on the questions they are trying to

answer.

Employ simple equipment and tools to

gather data and extend the sense

Simple instruments, such as magnifiers,

thermometers, and rulers, provide more

information than scientists obtain using only

their senses.

Use data to construct a reasonable and

explanation

Scientists develop explanations using

observations (evidence) and what they

already know about the world (scientific

knowledge

Communicate investigation and

explanantion

Scientists make the results of their

investigations public; they describe the

investigations in ways that enable others to

repeat the investigations.

Scientists review and ask questions about the

results of other scientists’ work.

Tabel 4. Kemampuan Penyelidikan Ilmiah yang Diharapkan pada Jenjang

Kelas V-VII

Kemampuan Dasar Pemahaman Dasar Identify question that can be answered

through scientific investigation

Different kinds of questions suggest different

kinds of scientific investigations

Design and conduct a scientific

investigation

Current scientific knowledge and

understanding guide scientific investigations

Use appropriate tools and techniques to

gather, analyze, and interprete data

Mathematics is important in all aspects of

scientific inquiry.

Develop description, explanation,

prediction, and models using evidence

Technology used to gather data enhances

accuracy and allows scientists to analyze and

quantify results of investigations.

Think critically and logically to make the

relationship between evidence and

explanation

Scientific explanations emphasize evidence,

have logically consistent arguments, and use

scientific principles, models, and theories.

Recognize and analyze alternative

explanation and predictions

Science advances through legitimate

skepticism.

Communicate scientific procedur and

explanation

Use the mathematics all aspect of scientific

inquiry

Scientific investigations sometimes result in

new ideas and phenomena for study, generate

new methods or procedures for an

investigation, or develop new technologies to

improve the collection of data.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

37

Tabel 5. Kemampuan Penyelidikan Ilmiah yang Diharapkan pada Jenjang

Kelas IX-XII

Kemampuan Dasar Pemahaman Dasar

Identify questions and concepts that

guide scientific investigations.

Scientists usually inquire about how

physical, living, or designed systems

function.

Design and conduct scientific

investigations

Scientists conduct investigations for a

wide variety of reasons.

Use technology and mathematics to

improve investigations and

communications

Scientists rely on technology to enhance

the gathering and manipulation of data.

Recognize and analyze alternative

explanations and models.

Scientific explanations must adhere to

criteria such as: a proposed explanation

must be logically consistent; it must

abide by the rules of evidence; it must be

open to questions an possible

modification; and it must be based on

historical and current scientific

knowledge.

Formulate and revise scientific

explanations and models using logic

and evidence

Mathematics is essential in scientific

inquiry.

Communicate and defend a scientific

argument

Results of scientific inquiry -- new

knowledge and methods -- emerge from

different types of investigations and

public communication among scientists.

National Research Council (2000: 10) menjelaskan bahwa kemampuan

untuk setiap jenjang ke jenjang berikutnya sangat mirip tetapi menjadi lebih

kompleks seiring dengan semakin meningkatnya jenjang kelas dari TK ( Taman

Kanak-Kanak) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sesuai dengan

perkembangan kognitif dari peserta didik. Standar mengenai kemampuan dan

pemahaman penyelidikan tersebut bisa jadi sama, meskipun demikian pengajaran

untuk jenjang kelas yang berbeda akan berbeda pula menyesuaikan dengan

kemampuan maupun ketertarikan peserta didik pada usia yang berbeda (National

Research Council, 1996: 29).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

38

2. Gaya Mengajar Guru

Gaya mengajar guru umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu pengajaran

langsung dan tidak langsung. Pengajaran langsung mengacu pada gaya pengajaran

menerangkan, guru menggunakan lebih banyak cara ceramah mengenai informasi

tertentu kepada para siswanya. Cara mengajar seperti ini disebut teacher centered

atau berpusat pada kontrol guru. Para guru dengan cara pengajaran langsung

cenderung untuk (1) membentuk tujuan akademis yang pasti, (2) menggunakan

materi yang terstruktur, dan bertahap, (3) menentukan rencana aktivitas para siswa,

(4) mengawasi dan memeriksa kemajuan para siswa terhadap tujuan dan

memberikan mereka umpan balik korektif, dan (5) menyediakan waktu yang cukup

untuk belajar materi yang telah dipersiapkan (Cruickshank, 2014: 10).

Pengajaran tidak langsung merupakan cara mengajar yang mengeluarkan hal-

hal yang dimiliki siswa atau student centered. Cara mengajar tidak langsung

berpusat pada siswa, pada pembelajaran ini siswa didorong untuk berpikir terhadap

suatu permasalahan, sehingga siswa dibiasakan untuk berpikir kreatif mengenai

pemecahan suatu masalah (Cruickshank, 2014: 10).

3. Potensi Belajar Peserta Didik

Setiap siswa memiliki perbedaan dalam potensi belajar dan dalam melakukan

banyak hal. Siswa bisa jadi memiliki potensi tinggi pada suatu bidang, namun dapat

memiliki potensi rendah pada bidang lain. Potensi terdistribusi secara normal di

dalam suatu populasi sama halnya dengan karakteristik manusia lainnya. Salah satu

cara untuk mengetahui potensi siswa adalah melalui observasi di dalam kelas atau

menggunakan tes kepada anak (Cruickshank, 2014: 89-90). Dengan mengetahui

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

39

potensi siswa, guru diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

dapat diterima oleh siswa dengan keberagaman potensinya, sehingga pembelajaran

yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Sarana dan Prasarana

Salah satu yang penting dalam penunjang keberhasilan seorang siswa dalam

kegiatan belajar mengajar adalah adanya kelengkapan sarana dan prasarana

penunjang kegiatan belajar mengajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Oleh

karena itu, dalam upaya mencapai hasil yang maksimal dalam pendidikan, guru

dalam penyampaian mata pelajarannya senantiasa menggunakan berbagai sarana

dan prasarana serta senantiasa memberikan dorongan kepada setiap siswa agar

siswa mampu meningkatkan kemampuan belajarnya (Legiwati, 2016: 295)

Semakin terampil guru memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran,

maka semakin efektif dalam pencapaian tujuan. Guru yang baik adalah guru yang

mampu memilih sarana dan prasarana yang paling tepat untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran siswa akan lebih mampu

menguasai ketrampilan seperti yang ditargetkan dalam RPP yang telah dibuat. Hal

ini dikarenakan keberhasilan seorang guru di dalam mendidik siswanya, bukan

hanya bergantung pada kepribadiannya yang menawan. Seorang guru memang

tidak terpancang sarana dan prasarana yang telah ada, tetapi seorang guru harus

mampu merancang kebutuhan sarana dan prasarana untuk kepentingan

pembelajaran, disini kreativitas seorang guru sangat diperlukan untuk mencari atau

mengembangkan alternatif-alternatif baru sesuai dengan kondisi individual guru

serta lingkungan sekolah yang dimiliki. Penggunaan sarana dan prasarana yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

40

tepat, disertai dengan kondisi kelas yang mendukung pembelajaran, siswa akan

memiliki dorongan untuk mengikuti pembelajaran di kelas (Legiwati, 2016: 295-

296).

5. Kefavoritan Sekolah

Secara etimologi favorit adalah yang disukai, yang dikagumi, atau yang

digemari. Favorit tidaknya suatu sekolah di masyarakat dapat dilihat dari beberapa

indikasi antara lain : (1) tingginya minat masyarakat untuk memasuki sekolah

tersebut sehingga jumlah pendaftar lebih banyak dari jumlah yang diterima; (2)

Tingginya Nilai Akhir Nasional (UAN) siswa yang diterima di sekolah tersebut; (3)

sekolah tersebut banyak mengukir prestasi baik siswa maupun gurunya; (4) para

lulusannya banyak diterima di sekolah yang negeri (Pangastuti, 2015: 65-66).

Penelitian ini melihat kefavoritan sekolah berdasarkan tingginya Nilai Akhir

Nasional (UAN) siswa yang di sekolah yang di kabupaten Bantul.

Istilah sekolah favorit banyak digunakan oleh masyarakat untuk menilai

kualitas sekolah, namun dalam kajian para ahli lebih banyak digunkan istilah

“sekolah unggul”, “sekolah baik”, dan “sekolah efaktif”. Menurut Depdiknas

(Nodyawati, 2011: 45-46), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sehingga

suatu sekolah dapat dikatakan sekolah unggul, yaitu sebagai berikut :

a. Kepemimpinan kepala sekolah yang profesional

Kepala sekolah seharusnya memiliki kemampuan pemahaman yang lebih

menonjol. Peran kepala sekolah yang efektif dan profesional dapat mengangkat

nama sekolah dan dapat memperbaiki prestasi akademik sekolah tersebut.

b. Guru-guru yang tangguh dan profesional

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

41

Guru memegang peranan penting dalam kegiatan sekolah karena berhadapan

langsung dengan peserta didik.

c. Memiliki tujuan filosofis yang jelas.

Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk visi dan misi seluruh kegiatan

sekolah.

d. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran.

Lingkungan yang kondusif bukan hanya ruang kelas dengan berbagai fasilitas.

Yang terpenting adalah dapat memberikan dimensi pemahaman secara

menyeluruh bagi peserta didik.

e. Jaringan organisasi yang baik.

Organisasi yang baik dan solid, baik organisasi guru dan orang tua akan

menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan terus

berkembang.

f. Kurikulum yang jelas

g. Evaluasi belajar yang baik.

Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, maka dapat terindentifikasi dan

dapat terukur target pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi belajar yang

diadakan mampu mempetakan kemampuan peserta didik.

h. Partisipasi orang tua peserta didik yang aktif dalam kegiatan sekolah.

Di sekolah unggulan manapun selalu melibatkan orang tua dalam kegiatannya.

Contoh kontribusi yang paling minimal adalah memberikan pengawasan secara

sukarela kepada peserta didik pada saat jam istirahat.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

42

G. Penelitian Relevan

1. Research by Richard & Francis (2013) about Science Process Skill in the

Kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examinations.

The results revealed a high percentage of basic science process skills at

73.73% compared to the integrated science process skills at 26.27%.

2. Penelitian oleh Prima Siti Nurhidayah (2014) mengenai Implementasi

Pembelajaran Bilogi Berbasis Inkuiri Oleh Guru Biologi SMA Negeri di

Kabupaten Bantul ditinjau dari Jenjang Kelas Peserta Didik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa guru Biologi SMA Negeri di Kabupaten Bantul telah

mengimplemntasikan pembelajaran berbasis inkuiri dengan frekuensi dan

tingkat kesulitan yang beragam. Ditemukan presentase tertinggi guru Biologi

SMA Negeri di Kabupaten Bantul memiliki persepsi hampir selalu

mengimplementasikan pembelajaran Biologi berbasis inkuiri.

3. Penelitian oleh Khim Yatul Nguzum (2015) mengenai Persepsi Guru Biologi

SMA Negeri di Kabupaten Bantul Terhadap Implementasi Metode Ilmiah

dalam Matap Pelajaran Biologi Ditinjau Berdasarkan Jenjang Kelas. Hasil

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi guru biologi SMA

Negeri di Kabupaten Bantul terhadap implementasi metode ilmiah dan

penggunaan metode observasi dan/atau eksperimen. Kedua kelompok guru

(kelas X dan XI IPA) lebih baik mengimplementasikan metode ilmiah

dengan contoh daripada tanpa contoh dan lebih sering menggunakan metode

observasi dalam mengimplementasikan metode ilmiah pada mata pelajaran

biologi.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Biologi sebagai Sainseprints.uny.ac.id/55931/3/4. BAB II.pdf · characterized by empirical criteria, logical argument, and skeptical review” atau

43

H. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 4. Kerangka Pikir Penelitian

Perbedaan KD

Perbedaan Alokasi

Waktu Mata Pelajaran

Biologi

Peristiwa-peristiwa

Khusus seperti UN

Perbedaan Karakteristik Setiap Jenjang Kelas

Perbedaan pengalaman

belajar

Proses Pembelajaran Metode Ilmiah pada mata

pelajaran Biologi

Kelas X/X

IPA

Kelas

XI IPA

Kelas

XII IPA

Perbedaan Karakteristik

Materi

Variabel bebas :

Jenjang Kelas yang

diampu

Tuntutan Kurikulum

Pembelajaran biologi

(Proses Ilmiah) KTSP

2006 dan kurikulum

2013

Tuntutan Hakikat

Biologi “science as

inquiry”

Belum terdapat

panduan operasional

membelajarkan metode

illmiah

Aktualisasi Pembelajaran metode ilmiah beserta

penialaiannya berdasarkan jenjang kelas yang diampu

guru

Variabel pengganggu :

Kefavoritan Sekolah