bab ii tinjauan pustaka 2.1syarat tumbuh tanaman …

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Keberhasilan pengusaha kelapa sawit berkaitan erat dengan tingkat produksi yang dapat dicapai.Tingkat produksi yang dapat dicapai ditentukan oleh potensi genetik bahan tanaman, potensi lahan, tingkat pengelolaan tanaman.Berkaitan dengan potensi lahan yang dimaksud adalah bahwa perkembangan tanaman kelapa sawit akan berhasil dengan baik jika dilakukan pada lahan yang memenuhi syarat tumbuh untuk tanaman kelapa sawit tersebut. Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit utamanya berkaitan dengan syarat iklim dan tanah. Tabel 2.1.Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria Kelas S1 (Sangat Sesuai) Lahan yang tidak memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal). Kelas S2 (Sesuai) Lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang. Kelas S3 (Kurang Sesuai) Lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat. Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat) Lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki. Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen) Lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki. Sumber : Lubis, 2008. Kelas kesesuaian lahan di nilai dari karateristik lahan di lapangan. Karateristik kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit dapat disajikan pada table 2.2.

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Keberhasilan pengusaha kelapa sawit berkaitan erat dengan tingkat produksi yang

dapat dicapai.Tingkat produksi yang dapat dicapai ditentukan oleh potensi genetik

bahan tanaman, potensi lahan, tingkat pengelolaan tanaman.Berkaitan dengan

potensi lahan yang dimaksud adalah bahwa perkembangan tanaman kelapa sawit

akan berhasil dengan baik jika dilakukan pada lahan yang memenuhi syarat

tumbuh untuk tanaman kelapa sawit tersebut. Syarat tumbuh tanaman kelapa

sawit utamanya berkaitan dengan syarat iklim dan tanah.

Tabel 2.1.Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit

Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

Kelas S1 (Sangat Sesuai) Lahan yang tidak memiliki tidak lebih dari satu

pembatas ringan (optimal).

Kelas S2 (Sesuai)

Lahan yang memiliki tidak lebih dari satu

pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih

dari satu pembatas sedang.

Kelas S3 (Kurang Sesuai)

Lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas

sedang dan/atau tidak memiliki lebih dari satu

pembatas berat.

Kelas N1

(Tidak Sesuai Bersyarat)

Lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas

berat yang masih dapat diperbaiki.

Kelas N2

(Tidak Sesuai Permanen)

Lahan yang memiliki pembatas berat yang

tidak dapat diperbaiki.

Sumber : Lubis, 2008.

Kelas kesesuaian lahan di nilai dari karateristik lahan di lapangan. Karateristik

kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit dapat disajikan pada table 2.2.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Tabel 2.2. Karateristik LahanKelapa Sawit

N

o Karakteristik lahan

Sim

ol Intensitas Factor Pembatas

Tanpa

( 0 )

Ringan

( 1 )

Sedang

( 2 )

Berat

( 3 )

1 Curah hujan (mm)

H 1.750-3.000 1.750- 1.500

>3.000

1.500-1.250 <1.250

2 Bulan kering (bln) K <1 1-2 2-3 >3

3 Ketinggian DPL (m) L 0-200 200-300 300-400 >400

4

Bentuk wilayah/

kemiringan lereng

(%)

W

Datar-

berombak <8

Berombak-

bergelombang

8-15

Bergelomban

g- berbukit

15-30

Berbukit-

bergunun

g >30

5

Batuan di

permukaan dan di

dalam tanah (%

volume)

B <3 3-15 15-40 >40

6 Kedalaman efektif (

cm ) S >100 100-75 75-50 <50

7

Tekstur tanah

T

Lempung

berdebu,

lempung liat

berpasir

lempung liat

berdebu

lempung

berliat

Liat, liat

berpasir,

lempung

berpasir,

lempung

Pasir

berlempung,

debu

Liat

berat,

pasir

8 Kemasaman tanah (

pH) A

5,0-6,0 4,0-5,0

6,0-6,5

3,5-4,0

6,5-7,0

<3,5

>7,0

Sumber : Buku Pintar Mandor Kelapa Sawit, LPP.

2.2 Karakteristik Lahan Gambut

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organic (C-

organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih.Tanah gambut terbentuk di

dataran rendah berawa-rawa.Sebagian kecil,ditemukan pada dataran pasang surut

yang umumnya berupa gambut topogendangkal sampai sedang.Sebagian besar

tanah gambut dijumpai di dataranrendah sepanjang pantai di antara sungai-sungai

besar dan umumnya berupagambut ombrogen dengan kedalaman gambut sedang

sampai sangat dalam.Luasnya di Indonesia diperkirakan sekitar 18,586 juta

ha,bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara.

Tanah gambut sangat berbeda dengan tanah mineral atau tanah organik lainya

(Agus dan Subiksa, 2008).

2.2.1 Pembentukan Gambut

Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya

akumulasi bahan organik yang berlangsung dalam kurun waktu lama. Proses

pembentukan gambut hampir selalu terjadi pada hutan dalam kondisi tergenang

dengan produksi bahan organik dalam jumlah yang banyak. Gambut terbentuk

dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun

belum.Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh

kondisi anaerob atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya

tingkat perkembangan biota pengurai.Pembentukan tanah gambut merupakan

proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi

dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada

umumnya merupakan proses pedogenik (Hardjowigeno, 1986 dalam Agus dkk,

2008).

Menurut Najiyati dkk (2005), berdasarkan proses pembentukannya, lahan

gambut dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu:

a. Gambut Topogen

Merupakan gambut yang terbentuk karena pengaruh topografi.Gambut ini

terbentuk dalam depresi topografi rawa, baik dataran rendah maupun

pergunungan tinggi. Gambut topogen relatif kaya akan unsur hara, karena

adanya sirkulasi hara mineral dari bagian bawahnya oleh kegiatan akar-akar

tanaman maupun pengaruh pasang surut sungai di sekitarnya.Pembentukan

gambut topogen dapat disajikanpada Gambar 2.1.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

sumber : GoogleGambar 2.1. Pembentukan Gambut Topogen

b. Gambut Ombrogen

Gambut yang terbentuk karena pengaruh curah hujan yang airnya

tergenang.Gambut ombrogen terjadi setelah terbentuknya gambut topogen,

dimana sirkulasi hara mineral hampa terjadi, mengikat akar tanaman tidak lagi

mencapai tanah mineral di bawahnya.Pembentukan gambut ombrogen disajikan

pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pembentukan Gambut Ombrogen

Sumber : Google

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

2.2.2 Klasifikasi Gambut

Secara umum dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikenal sebagai Organosol

atau Histosols yaitu tanah yang memiliki lapisan bahan organik dengan berat

jenis (BD) dalam keadaan lembab < 0,1 g cm-3

dengan tebal > 60 cm atau lapisan

organik dengan Bulk Density> 0,1 g cm-3

dengan tebal > 40 cm (Soil Survey

Staff, 2003 I Nyoman dkk., 2005).

Menurut Najiyati dkk (2005), gambut diklasifikasikan berdasarkan tingkat

kematangannya, gambut dibedakan menjadi:

a. Fibrik, yaitu gambut dengan tingkat pelapukan awal (masih muda) dan lebih

dari ¾ bagian volumenya berat serat segar (kasar). Cirinya, bila gambut

diperas dengan telapak tangan dalam keadaaan basah, maka kandungan serat

yang tertinggal di dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah tiga

perempat bagian atau lebih (> ¾);

b. Hemik, yaitu gambut yang mempunyai tingkat pelapukan sedang (setengah

matang), sebagian bahan telah mengalami pelapukan dan sebagian lagi berupa

serat. Bila diperas dengan telapak tangan dalam keadaan basah, gambut agak

mudah melewati sela-sela jari-jari dan kandungan serat yang tertinggal di

dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah antara kurang dari tiga

perempat sampai seperempat bagian atau lebih (¼ dan < ¾);

c. Saprik, yaitu gambut yang tingkat pelapukannya sudah lanjut (matang). Bila

diperas, gambut sangat mudah melewati sela jari-jari dan serat yang tertinggal

dalam telapak tangan kurang dari seperempat bagian (< ¼).

Menurut Agus dan Subiksa (2008), gambut diklasifikasikan berdasarkan

kedalamannya gambut dibedakan menjadi:

a. Gambut dangkal (50 – 100 cm),

b. Gambut sedang (100 – 200 cm),

c. Gambut dalam (200 – 300 cm), dan

d. Gambut sangat dalam (> 300 cm)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Menurut Agus dan Subiksa (2008), berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut

dibedakan menjadi:

a. Gambut eutrofik adalah gambut yang subur yang kaya akan bahan mineral

dan basa-basa serta unsur hara lainnya. Gambut yang relatife suburbiasanya

adalah gambut yang tipis dan dipengaruhi oleh sedimen sungai atau laut.

b. Gambut mesotrofik adalah gambut yang agak subur karena memiliki

kandungan mineral dan basa-basa sedang.

c. Gambut oligotrofik adalah gambut yang tidak subur karena miskin mineral

dan basa-basa.

2.2.3 Sifat Fisik Gambut

Tanah gambut mempunyai sifat fisik yang sangat dipengaruhi oleh tingkat

dekomposisinya. Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah berkisar antara

0,05 – 0,25 gr/cm3, semakin lemah tingkat dekomposisinya semakin rendah

berat isi (Bulk Density), sehingga daya topangnya terhadap beban di atasnya

(seperti tanaman, bangunan irigasi, jalan dan mesin-mesin pertanian) juga

rendah. Gambut yang sudah direklamasi biasanya permukaannya lebih padat

dengan berat isi antara 0,1 – 0,4 gr cm-3 (Agus dan Subiksa, 2008).

Porositas tanah gambut tergolong tinggi, penyusutan volume tanah gambut

(subsiden) juga tinggi, dan apabila didrainase secara berlebihan (over drain)

akan terjadi kering tak balik (irriversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila

tergenang akan mengembang dan hanyut terbawa arus. Karakteristik biofisik

lahan gambut mengalami perubahan pada profil horizon, ketebalan, kadar air,

kadar abu, tingkat dekomposisi, pH, C-organik dan biomassa akibat aktifitas

pembukaan lahan (Sundoko dkk.,2010).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

2.2.4 Sifat Kimia Gambut

Sifat kimia yang penting terhadap dinamika lahan gambut adalah ketersedian

unsur hara yang rendah atau miskin hara dan kandungan asam-asam organik

yang tinggi yang dapat meracuni tanaman.Lahan gambut umumnya mempunyai

tingkat kemasaman kisaran pH 3-5, kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia

bagi tanaman karena C/N yang tinggi juga, kandungan unsur hara Mg tinggi

sementara P dan K rendah, kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, dan Zn

yang sangat rendah (Rustam dkk., 2011).

2.3 Pengelolaan Air DiLahan Gambut

2.3.1 Tujuan dan Kendala Pengelolaan Air

Pengelolaan air (water manajement) atau sering disebut tata kelola air lahan rawa

bertujuan bukan hanya semata-mata untuk menghindari terjadinya banjir atau

genangan yang berlebihan di musim hujan tetapi juga harus dimaksudkan untuk

menghindari kekeringan di musim kemarau.Hal ini penting disamping untuk

memperpanjang musim tanam, juga untuk menghindari bahaya kekeringan lahan

sulfat masam dan lahan gambut. Pengelolaan air yang hanya semata-mata

dimaksudkan untuk mengendalikan banjir di musim hujan dengan membuat

saluran drainase saja akan menyebabkan kekeringan di musim kemarau. Ini

prinsip penting yang harus diterapkan untuk keberhasilan pertanian di lahan

gambut (Najiyati dkk., 2005).

Secara lebih rinci, pengelolaan air di lahan gambut dimaksudkan untuk (Agus

dan Subika, 2008) :

1. Mencegah banjir di musim hujan dan menghindari kekeringan di musim

kemarau;

2. Mencuci garam, asam-asam organik, dan senyawa beracun lainnya di dalam

tanah;

3.Mensuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman;

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

4.Mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence) terlalu cepat;

5. Mencegah pengeringan dan kebakaran gambut serta oksidasi pirit;

6.Memberikan suasana kelembaban yang ideal bagi pertumbuhan tanaman

dengan cara mengatur tinggi muka air tanah.

Dibandingkan dengan tata air di lahan lainnya, tata air di lahan rawa terutama

gambut lebih sulit karena hal-hal sebagai berikut(Agus dan Subika, 2008) :

a. Lahan menghasilkan senyawa-senyawa beracun sehingga saluran irigasi perlu

dipisahkan dengan saluran drainase dengan sistem aliran satu arah;

b. Kecenderungan terjadinya banjir lebih besar dibandingkan di lahan kering

sehingga tata air harus dapat menjamin tidak terjadinya banjir di musim

hujan;

c. Gambut dan lapisan pirit (jika ada) membutuhkan suasana yang senantiasa

lembab. Oleh sebab itu, pada musim kemarau suplai air harus terjaga paling

tidak untuk mempertahankan kelembaban gambut dan lapisan pirit;

d. Gambut bersifat sangat boros sehingga laju kehilangan air di saluran melalui

rembesan jauh lebih tinggi dibandingkan di lahan kering yang tanahnya liat.

Hal ini menuntut adanya teknik khusus untuk mempertahankan keberadaan

air.

2.3.2 Sumber air

Air di lahan rawa berasal dari sungai dan limpahan air hujan yang

terakumulasi.Di lahan rawa lebak, air berasal dari akumulasi air hujan yang tidak

terdrainase dan limpahan air sungai di sekitarnya yang meluap di musim

hujan.Di lahan pasang surut, selain berasal dari limpahan hujan air juga berasal

dari sungai yang masuk ke lahan ketika pasang.Pada musim kemarau, air

umumnya hanya berasal dari sungai, tetapi di lokasi tertentu volume air sungai

mengalami penyusutan di musim kemarau sehingga air pasang tidak mampu

mencapai lahan seperti ketika musim hujan (I Nyoman dkk., 2005).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Sumber : google Gambar 2.3. Siklus Hidrologi Sumber Air

Hal ini menyebabkan perubahan tipe luapan air. Lahan yang tadinya memiliki

tipe luapan A berubah menjadi tipe luapan B atau C, yang tadinya memiliki tipe

luapan B berubah menjadi tipe C atau D, demikian pula tipe C berubah menjadi

tipe D. Adanya perubahan dari tipe luapan pada akhirnya akan menyebabkan

adanya perubahan kualitas air. Kadar garam biasanya akan meningkat pada

musim kemarau, dan menurun di musim hujan (I Nyoman dkk.,2005).

2.4 Tata Kelola Air Dilahan Gambut

Tata kelola air pada perkebunan kelapa sawit bergantung pada topografi areal.

Salah satu bentuk tata kelola air pada areal datar adalah dengan aplikasi long

storage, yaitu bangunan air yang berfungsi menyimpan air didalam sungai,

kanal, dan parit pada lahan yang relatife datar dengan cara menahan aliran untuk

menaikan permukaan air dan dialiri kelahan melalui kanal irigasi. Pada

umumnya bangunan air ini berupa tanggul, pintu air dan chek-dam.

Oleh sebab itu, pengelolaan air harus disesuaikan dengan tingkat pelapukan

bahan gambut. Untuk dapat mempertahankan muka air,maka saluran-saluran

drainse harus selalu memiliki cadangan air sesuai dengan pengaturan permukaan

air. Parit drainase dilahan gambut terdiri dari saluran primer, saluran skunder,

dan saluran tersier (Sulistyo dkk.,2010).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

2.4.1 Tata Air Makro

Tata air makro adalah pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas dengan

cara membuat dan mengatur jaringan reklamasi sehingga keberadaan air bisa

dikendalikan. Bisa dikendalikan di sini berarti di musim hujan lahan tidak

kebanjiran dan di musim kemarau tidak kekeringan.Karena kawasannya yang

luas, maka pembangunan dan pemeliharaannya tidak dilaksanakan secara

perorangan melainkan oleh pemerintah, badan usaha swasta, atau oleh

masyarakat secara kolektif. Kegiatan pembangunan sarana tata air makro sering

sering disebut sebagai reklamasi lahan (Najiyatidkk.,2005).

a.Bangunan dalam Tata Air Makro

Bangunan-bangunan yang terdapat dalam tata air makro diantaranya adalah

tanggul penangkis banjir, waduk retarder, saluran intersepsi, saluran drainase,

dan saluran irigasi bisa lihat Gambar 2.4. (Najiyati dkk., 2005).

Gambar 2.4.Tata Air Makro Dilahan Gambut

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Keterangan :

IP : Saluran Irigasi Primer

It: Saluran Irigasi Tersier

Ik: Saluran Irigasi Kuarter

Dp: Saluran Drainase Primer

Ds : Saluran Drainase Skunder

Dt: Saluran Drainase Tersier

Is : Saluran Irigasi Sekunder

Dk : Saluran Drainase Kuarter

R : Retarder/Tendon Air

T : Tanggul Penangkis Banjir

Si : Saluran Intersepsi

: Pintu Air

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Pengelolaan air (water manajement) atau sering disebut tata kelola air lahan

gambut bertujuan bukan hanya semata-mata untuk menghindari terjadinya

banjir atau genangan yang berlebihan di musim hujan tetapi juga harus

dimaksudkan untukmenghindari kekeringan di musim kemarau.Hal ini

penting disamping untukmemperpanjang musim tanam, juga untuk

menghindari bahaya kekeringanlahan sulfat masam dan lahan gambut.Oleh

sebab itu, pengelolaan bangunan tata air sangat penting baik yangberasal

dari sungai, waduk, atau tandon-tandon air lainnya.Letak saluran irigasi

biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan saluran drainase, untuk dapat

melakukan pengaturan secara baik, setiap ujung saluran diberi pintupengatur

airyang bisa dibuka dan ditutup setiap saat dikehendaki.Namun demikian,

kondisi ini sering terkendala karena saluran primer sering digunakan untuk

sarana transportasi.Bendungan penahan air dapat dilihat pada gambar

2.5.tanggul penahan air kanal (Suryadiputra dkk., 2005).

Gambar 2.5. Tanggul Penahan Air Kanal

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Gambar.2.6.Pintu Air Waktu Pasang-Surut

Bila ini terjadi, minimal pada ujung saluran sekunder, pintu air harus

berfungsi.Pintu air drainase biasanya dibuka di musim hujan dan ditutup di

musim kemarau kecuali bila air berlebihan. Pintu saluran irigasi, dibuka dan

ditutup sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi air di lahan.

Ketinggian bendungan lebih rendah dari pada tanggul handil sehingga

padawaktu hujan, air masih dapat melintasi bagian atas bendungan dan

tidakmenerobos tanggul.Dan Ketinggian bendungan lebih rendah dari

ketinggian air pasang kecil ketikamusim kemarau. Dengan demikian, air

pasang masih dapat masuk kehandil melintasi bagian atas bendungan

(Suryadiputra dkk., 2005).

Gambar.2.7. Pengaturan Pintu Air Masuk Pasang dan Surut

Dalam merancang dan mendesain sistem drainase kanalisasi dilahan gambut,

hal yang dilakukan adalah(Husen dkk., 2013) :

a. Menentukan Jenis, Bentuk, Panjang dan Volume Kanal

Agar sistem kanal dapat dipergunakan untuk kelancaran transportasi dan

drainase secara efektif dan efesien. Pada umumnya dinamakan kanal

primer, kanal sekunder, kanal tertier dan kolektor sesuai dengan

fungsinya masing-masing.

b. Mendesain dan Merancang Sistem Tata Air Sedemikian Rupa

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Sehingga akan mudah mendapatkan dan memonitor water level atau

watertable yang sesuai untuk kebutuhan tanaman (misalnya tanaman

sawit berkisar 60-80 cm).

c. Melakukan Pembagian Zona Tata Air (Water Zone)

Pembagian zona suatu wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya

(topografi) dan garis kontur. Tujuan utama dibentuknya pembagian zona

air wilayah ini untuk mencegah zona over drain dan water log yang

dapat menetapkan tinggi water table yang baik.

d. Penempatan Outlet

Outlet adalah saluran air yang berfungsi untuk membuang kelebihan air

dari suatu areal menuju keluar areal yaitu biasanya menuju sungai atau

laut.Pada outlet ini dibuat bangunan air. Data curah hujan adalah faktor

penting untuk mengetahui berapa debit air yang harus dibuang dan

dipertahankan.

Prinsip pengaturan tata air di lahan gambut yang dibudidayakan untuk

tanaman pertanian adalah harus mampu menekan terjadinya penurunan

fungsi lingkungan dari lahan gambut akibat dilakukanya proses drainase

atau penurunan muka air tanah, namun tetap bisa memenuhi syarat tumbuh

tanaman yang dibudidayakan. Tinggi permukaan air harus diatur sampai

batas maksimal,artinya tinggi muka air tanah harus diatur supaya tidak

terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam. Hal ini dapat dilakukan jika tersedia

fasilitas pengendali berupa pintu air di setiap saluran, terutama jika

pengembangan lahan gambut dilakukan dalam skala luas (Najiati dkk.,

2006).

1. Tanggul Penangkis Banjir

Saluran drainase saja sering tidak mampu mengatasi meluapnya air di

musim hujan terutama pada rawa.Oleh sebab itu, perlu dibuat tanggul

penangkis di kanan-kiri saluran.Secara alami, sungai sudah memiliki

tanggul alam, tetapi di tempat-tempat tertentu tanggul ini mengalami

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

erosi.Tanggul alam yang tererosi sering menjadi jalan bagi meluapnya air

sungai yang tidak terkendali.Oleh sebab itu, pada tempat-tempat tersebut

perlu dibuat tanggul penangkis banjir terutama yang berbatasan dengan

kawasan reklamasi.

Gambar 2.8. Tanggul Penangkis Banjir Dan Tinggi Permukaan Air

2. Waduk Retarder

Waduk retarder atau sering disebut chek-dam atau waduk umumnya dibuat

di lahan rawa lebak atau lebak peralihan.Waduk dapat terjadi secara alami

maupun dibuat manusia, waduk buatan dibangun dengan cara membuat

bendungan dan pintu air. Fungsi bangunan ini untuk menampung air di

musim hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan

di musim kemarau.Waduk retarde dapat dilihat pada gambar 2.9.di bawah

ini:

Dok.Samsuar, 2016.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Sumber : Google Gambar 2.9.Waduk Atau Chek-Dam

3. Saluran Intersepsi

Saluran intersepsi dibuat untuk menangkap dan menampung aliran

permukaan dari lahan kering di atas lahan rawa sehingga tidak masuk ke

lahan rawa.Letaknya pada perbatasan antara lahan kering dan lahan

rawa.Saluran ini sering dibuat cukup panjang dan lebar sehingga

menyerupai waduk panjang. Kelebihan airnya disalurkan melalui bagian

hilir ke sungai sebagai air irigasi.

Dok.Samsuar,2016.

Gambar 2.10. Saluran Intersepsi di PT. Meskom Agro Sarimas

4. Saluran Drainase dan Irigasi

Saluran drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang

berlebihan dalam suatu kawasan ke luar lokasi.Sebaliknya, saluran irigasi

dibuat untuk menyalurkan air dari luar lokasi ke suatu kawasan untuk

menjaga kelembaban tanah atau mencuci senyawa-senyawa beracun.Oleh

sebab itu, pembuatan saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan

saluran irigasi.Dalam sistem tata air makro, saluran drainase dan irigasi

biasanya dibedakan atas saluran primer, sekunder, dan tersier (Agus dan

Subika., 2008).

a. Saluran Primer

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Saluran primermerupakan saluran terbesar yang menghubungkan sumber

air atau sungai dengan saluran sekunder. Saluran primer berfungsi

mengalirkan air langsung ke daerah pembuangan akhir antara lain sungai

dan kanal. Saluran primer di PT. Meskom Agro Sarimas lebar 12m dan

dapat berupa sungai besar atau berupa kanal utama.Pada saluran primer

sering digunakan sebagai jalur transportasi baik untuk pengangkutan

TBS, pupuk, dan kebutuhan kantor Divisi lainya.Jenis saluran primer

dapat dilihat pada gambar 2.11.diPT. Meskom Agro Sarimas dibawah ini.

Gambar 2.11. Saluran Drainase Primer di PT. Meskom Agro Sarimas

b. Saluran Sekunder

Saluran sekunder bermuara ke saluran primer, saluran sekunder berfungsi

menampung air dari saluran tersier dan juga sebagai batas blok. Jarak

antara saluran sekunder adalah 8m untuk di PT.MAS dengan panjang

tergantung pada keadaan areal.Saluran sekundermerupakan cabang

saluran primer dan menghubungkannya dengan saluran tersier.Saluran

drainase sekunder dapat dilihat pada gambar 2.12.diPT. Meskom Agro

Sarimas.

Dok.Samsuar, 2016.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Gambar 2.12. Saluran Sekunder di PT.Meskom Agro Sarimas

c. Saluran Tersier

Saluran tersier bermuara ke saluran sekunder, saluran tersier berfungsi

mengalirkan air ke saluran sekunder dan menampung air dari areal

tanaman.Jarak saluran tersier di PT. MAS adalah 4m dengan interval

saluran tersier tergantung kondisi drainase di lapangan.Sedangkan saluran

tersier merupakan cabang saluran sekunder dan menghubungkannya

dengan saluran yang lebih kecil yang terdapat dalam sistem tata air

mikro.Dengan demikian, saluran tersier merupakan penghubung tata air

makro dengan tata air mikro.Saluran drainase tersier dapat dilihat pada

gambar 2.13. Saluran TersierPT. Meskom Agro Sarimas.

Gambar 2.13.Saluran Tersier di PT.Meskom Agro Sarimas

2.5 Panen Kelapa Sawit

Dok.Samsuar, 2016.

Dok.Samsuar, 2016.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman

kelapa sawit menghasilkan.Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman

panen juga salah satu faktor yang penting dalam menampung produksi.

Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman.

Sebaliknya, kegagalan panen akan menghambat pencapaian produktivitas

tanaman kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman

belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM) setelah

berumur 30 bulan.Parameter lain yang sering digunakan dalam penentuan

katagori tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah

berbuah matang panen yakni sebesar >60%. Pada keadaan ini rata-rata berat

tandan sudah mencapai 3 kg dan pelepasan brondolan dari tandan terlebih

dahulu.Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang

persiapan panen, kreteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan

sasaran panen. Keseluruhan faktor ini merupakan kombinasi yang terpisah

satu sama lain (Sulistyo dkk,2010).

2.5.1 Kriteria Matang Panen

Kriteria umum untuk pemanenan tandan buah dilakukan berdasarkan

perubahan warna pada buah dan jumlah brondolan buah yang terlepas dari

tandan. Proses perubahan warna terjadi pada buah adalah dari hijau berubah

ke kehitaman menjadi merah mengkilap/orange.Untuk brondolan adalah 2

brondolan (sudah ada 2 brondolan lepas dari tandannya atau jauh ke piringan

pohon) untuk tiap Kg tandan.Pemanenan buah dapat dilakukan apabila

memenuhi beberapa kriteria fraksi matang panen (Lubis,2008).

Tabel 2.3. Kriteria matang panen

Fraksi Panen kriteria matang Panen Derajat

Kematangan

00 Tidak ada buah memberondol, buah

berwarna hitam pekat Sangat mentah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

0 1-12,5% buah luar memberondol buah

berwarna hitam kemerahan Mentah

1 12,5-25% buah luar memberondol, buah

berwarna kemerahan Kurang matang

2 25-50% buah luar memberondol , buah

berwarna merah mengkilap Matang

3 50-75% buah luar membrondol, buah

berwarna orange Matang

4 75-100% buah luar membrondol, buah

berwarna dominan orange Lewat matang

5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang

Sumber : PPKS, 2010.

Tabel 2.4.Fraksi Panen

Fraksi Panen Rendemen Minyak (%) Kadar ALB (%)

0 16,0 1,6

1 21,4 1,7

2 22,1 1,8

3 22,2 2,1

4 22,2 2,6

5 22,9 3,8

Sumber : PPKS,2010.

2.5.2 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Umur ekonomis tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25

tahun.Pengelompokan berdasarkan umur tanaman 3-8 tahun (muda), 9-13

tahun (remaja), dan 14-20 tahun (tua).Pengelompokan berdasarkan masa

berbuah TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 0-3 tahun dan TM

(Tanaman Menghasilkan) >3 tahun.Berikut adalah tabel potensi

produktivitas tanaman kelapa sawit jenis tenera secara umum pada lahan

kelas S1, S2 dan S3 disajikan pada tabel 2.5 dibawah ini.

Umur

(Th)

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS

3 22 3,2 9 18 3,0 7 17 3,0 7

4 19 6,0 15 18 6,0 14 17 5,0 12

5 19 7,5 18 17 7,0 16 16 7,0 14

6 16 10,0 21 15 9,4 18 15 8,5 17

7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22

8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13,0 25

9 14 17,0 31 13 16,5 28 13 15,5 26

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16,0 26

11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17,0 26

12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,5 26

13 11 21,1 31 11 20,0 28 10 20,0 26

14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20,0 25

15 9 23,0 28 9 23,1 26 9 21,0 24

16 8 24,5 27 8 23,1 25 8 22,0 24

17 8 25,0 26 8 24,1 25 7 23,0 22

18 7 26,0 25 7 25,2 24 7 24,0 21

19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25,0 20

20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27,0 19

21 6 29,0 22 6 28,6 22 5 27,0 18

22 5 30,0 20 5 29,4 19 5 28,0 17

23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29,0 16

24 4 31,9 18 4 31,0 17 4 30,0 15

25 4 32,4 17 4 32,0 16 4 43,0 14

Rata-

Rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20

Sumber : buku pintar mandor, LPP

Keterangan :

T :Jumlah Tandan /Ph/Th; RBT : Rata- rata Berat Tandan

(Kg)

TBS : Ton TBS/Ha/Thn

2.5.3 Rotasi Panen

Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen

berikutnya pada satu ancak panen.Rotasi panen tergantung pada kerapatan

panen (produksi), kapasitas panen, dan keadaan pabrik, tetapi yang ideal

adalah 7 hari.Jika rotasi panen semakin panjang maka kerapatan panen

meningkat, tetapi kualitas panen cenderung menurun.Rotasi panen juga

dipengaruhi iklim yang menimbulkan adanya panen puncak dan panen

kecil.Jadi, rotasi panen 5/7 dapat dirubah dan disesuaikan dengan keadaan

produksi.

Senin sampai jumat (4x7 jam ) + (1x5 jam ) = 33 jam.

Persentase (%) luas areal panen adalah :

Senin sampai kamis : 7/33 x 100 % = 21 %

Jumat : 5/33 x 100 % = 16 %

Jadi luas areal panen pada hari jumat harus lebih sedikit yaitu 16/21 kali

luas areal panen senin kamis.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Luas areal panen harian disesuaikan dengan tenaga panen, efesiensi

pengangkutan, dan kapasitas olah pabrik.Pengaturan hari panen perlu

dilaksanakan guna penyediaan hari istirahat pabrik(Lubis,2008).

Umumnya rotasi dengan menggunakan sistem panen tersebut sangat sesuai

dan tidak membuat buah lewat matang.Panen yang terlambat, dengan

rotasi lebih dari 7 hari mengakibatkan peningkatan persentase buah yang

terlalu matang.Panen kelapa sawit dikenal dengan adanya panen puncak

dan panen kecil, dengan demikian rotasi panen dapat dirubah menjadi 9-12

hari pada panen rendah dan pada panen puncak 5-7 hari panen.

2.5.4 Sistem Ancak Panen

Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap

pemanen pada setiap hari.Pemberian ancak kepada pemanen didasarkan

kepada kerapatan tandan matang tanaman kelapa sawit. Sistem ancak

panen tergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga

kerja. Sistem panen terdiri dari dua yaitu ancak tetap dan ancak giring

(Lubis, 2011).

a. Ancak tetap adalahancak yang diberikan kepada pemanen cukup luas

untuk dapat memenuhi borong serta dapat diselesaikan pada hari itu

tanpa harusberpindah ancak. Setiap pemenen melakukan panen pada

areal yang sama dikerjakan secara rutin dan pemanen harus

bertanggung jawab menyelesaikan sesuai dengan luas yang ditentukan

setiap hari tanpa ada yang tertinggal.

Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit

topografi terbuka atau curam, dan dengan tahun tanam yang

berbeda.Dengan sistem ancak ini menjamin diperolehkanya TBS

dengan kematangan yang optimal.Rendemen minyak yang dihasilkan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

tinggi, namun kelemahanya sistem ini lebih lambat keluar sehingga

lambat pula TBS sampai ke pabrik.

Kelebihan ancak tetap :

Mudah membagi ancak harian, sehingga mandor tidak terlalu

banyak menyediakan waktu membagi ancak.

Pemanen tidak perlu berpindah-pindah sehingga kemungkinan

jalan-jalan terlalu banyak dapat dihindari.

Mandor mempunyai waktu untuk kontrol kegiatan panen.

Pencatatan hasil panen relatife sederhana.

Kelemahan ancak tetap.

Span of control areal terlalu besar sehingga kemungkinan adanya

bagian-bagian yang tidak terkontrol oleh mandor lebih banyak.

Mandor kurang efektif dalam mengusahakan pengaturan kerja

pemanen yang lebih efektif.

Pada pengaturan yang kurang tepat dapat terjadi ancak sebagian

tidak tembus, sementara yang lain ada kekurangan ancak.

Pada panen puncak, pekerja kurang memperhatikan kebersihan

ancak untuk mengejar hasil panen.

Pengangkutan buah yang kurang cepat,terutama bila tidak ada

keharusan untuk segera mengangkut buah ke TPH.

b. Ancak giring adalahancak yang bisa berubah-ubah sesuai dengan

kebutuhan lapangan. Pada ancak ini pemanen akan berpindah ancak2

atau 3 kali. Pelaksanaan ancak giring dimaksudkan agar pemanen

diberikan ancak tertentu dengan pengertian apabila ancak I sudah

selesai dikerjakan kemudian pemanen pindah ke ancak berikutnya.

Kelebihan ancak giring :

Pengawasan lebih intensif karna span of control ancak diperkecil.

Buah dapat dipastikan akan sampai ke TPH sebelum perpindahan

ancak panen.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Dapat diharapkan areal ancak akan lebih bersih, karna pengawasan

yang lebih intensif walaupun karyawan panen kurang bertanggung

jawab terhadap ancak.

Kekurangan ancak giring :

Perpindahan akan menambah beban waktu dan jarak tempuh bagi

pemanen.

Keharusan segera mengangkat buah he TPH kurang disenangi

apabila pekerja tidak mempunyai anggota.

Pemanen akan lebih memilih buah yang mudah dipanen sehingga

ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena pemanen

menggunakan sistem borongan.

2.5.5 Kerapatan Panen

Angka kerapatan panen (AKP) adalah jumlah pohon yang dapat dipanen

(jumlah tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu.AKP dilakukan

untuk meramal produksi panen, kebutuhan tenaga panen dan kebutuhan

pengangkutan TBS keesokan harinya(Sulistyo, 2010).

Perhitungan ramalan produksi panen kelapa sawit :

Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan sehari sebelum pelaksanaan

panen, didapatkan data jumlah AKP dan produksi yang akan menentukan

jumlah angkutan, tonase panen dan tenaga panen yang dibutuhkan pada

keesokan harinya. Kerapatan panen adalah penaksiran jumlah pohon yang

akan dipanen dari suatu blok yang ditentukan dalam satu hari. Perhitungan

angka kerapatan panen (AKP) dilakukan sehari sebelum panen. Rumus

yang digunakan untuk menghitung AKP yaitu :

Produksi Harian =

AKP =

Jumlah Pokok Areal Yang Dipanen X Berat Tandan

Angka Kerapatan Panen

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Angka kerapatan panen (AKP) ini berguna untuk menentukan jumlah

tenaga panen dan produksi dari suatu mandoran.Berdasarkan perkiraan

produksi tersebut dapat diperkirakan jumlah angkutan yang dibutuhkan,

waktu yang diperlukan untuk pengangkutan.Sistem perhitungan kerapatan

panen terdiri dari 2 yaitu :

a. Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman

ditengah blok, barisan tanaman dipinggir jalan atau batas blok tidak

ikut.

b. Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis

dengan selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang

akan diamati.

2.5.6 Kegiatan Panen

Kegiatan panen kelapa sawit dimulai dari memotong TBS dan

mengumpulbrondolan untuk dikumpul di TPH (Sulistyo, 2010).

a. Memotong TBS

Sebelum pemotongan tandan, pemanen terlebih dahulu mengamati buah

matang panen di pohon pada ancaknya.Tandan buah dipotong tandas

menggunakan dodos (umur 3-6 tahun) atau egrek (umur >6

tahun).Tangkai harus pendek dan rata.Jika jumlah pelepah kurang

standart, pelepah tidak perlu dipotong, namun jika jumlah pelepah

melebihi standar pelepah penyangga buah, pelepah wajib dipotong.

Pelepah yang ditunas dan potong menjadi 2-3 bagian dan disusun

digawangan mati. Buah diangkut ke TPH dan kemudian disusun

rapi.Tandan disusun menurut baris dengan tangkai menghadap keatas

arah jalan dan diberi tanda pemanen.

Jumlah Tandan Masak x 100%

Jumlah Pohon Sampel

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

b. Mengumpul Brondolan

Masalah yang sering timbul saat mengumpulkan brondolan adalah

banyaknya brondolan yang tertinggal dan tidak terkutip.Brondolan

dikumpukan dengan tandan buah segar di TPH, tandan buah segar dan

brondolan harus bersih dari sampah, kotoran tanah dan pasir, tangkai

harus pendek dan diberi kode pemanen.

2.6 TransportasiPengangkutan TBS

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi

buah perhektar lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainya.Karna itu,

pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu

pekerjaan yang sangat penting.Pengangkutan buah merupakan salah satu

mata rantai dari tiga mata rantai yang terpenting dan saling mempengaruhi

antara panen, pengangkutan dan pengolahan (Rustam, 2011).

TBS harus segera dikirim ke pabrik untuk diolah yaitu maksimal 8 jam

setelah panen. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan dan

losses,untuk kegiataan transport angkutan dibagi atas kendaraan darat dan

kendaraan air. Pemilihan jenis atau tipe alat transpotasi yang akan dipakai

disuatu perkebunan didasarkan pada faktor areal kebun dan jarak ke pabrik.

Kendaraan angkutan di lapangan atau perkebunan didarat dapat berupa dump

truck,pick up, hino duto, dan traktor (Rustam,2011).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Sumber : Google

Gambar 2.14. Pengangkutan Menggunakan Dump-Truck

Sedangkan untuk pengangkutan air dilahan pasang surut, rawa dan lahan

gambut dapat berupa sampan, getek, speed boat, pontoon dan tag boat.

Disajikan pada Gambar 2.15. Pengangkutan menggunakan ponton dilahan

gambut PT. Meskom Agro Sarimas, Bengkalis, Riau.

Gambar 2.15.Pengangkutan Menggunakan Pontoon Dengan Sistem Kanal

Menurut Rustam (2011), keberhasilan pengelolaan transportasi pengangkutan

TBS harus dapat memenuhi sasaran transport, sebagai berikut :

Menjaga FFA produksi harian (free fatty acid) 2-3%. Ketidak lancaran

transportasi ke PKS beresiko menimbulkan buah restan. Efeknya, terjadi

peningkatan FFA sehingga kualitas CPO (crude palm oil) menjadi

rendah.

Dok.Samsuar, 2016.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Menjaga kapasitas atau kelancaran pengolahan di PKS. Jam olah PKS

telah diatur berdasarkan taksasi potong buah. Ketidak lancaran

transpotasi akan menyebabkan kapasitas olah tidak terpenuhi dan

menyebabkan jam olah bertambah.

Menjaga biaya (rupiah per kilogram TBS) transport tetap minimal.

Pengelolaan transportasi TBS harus mampu menghasilakan biaya yang

kompetitif dan efesien.

Setelah buah diangkut ke pabrik kemudian diperiksa dan disortasi lalu

ditimbang.Hasil sortasi dan penimbangan dilaporkan kepada afdeling yang

bersangkutan.Tanggung jawab dan kegiatan berakhir sampai pada

pemeriksaan buah di pabrik.Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan

bersamaan dengan hari panen.

2.7 Pengelolaan Data Efektifitas Pengangkutan

2.7.1 Metode permutasi

Pemutasi adalah penggunaan banyak carayang dapat dibuat dari suatu

himpunan atau objek dari suatu grup dengan memperhatikan urutan

pemilihan. Pada permutasi urutan diperhatikan sehingga AB≠BA (Ponidi

dkk, 2005).

2.7.2 Data kualitatif dan kuantitatif

1. Data kualitatif

Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk

angka. Data ini biasanya menjelaskan karakteristik atau sifat (Cholik dan

Sugijini., 2004). Sebagai contoh :

Kondisi barang (jelek, sedang, bagus), pekerjaan (petani, pengusaha,

pedagang), tingkat kepuasan (tidak puas, puas, sangat puas), dll.

2. Data kuantitatif

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

Data yang dinyatakan dalam bentuk angka.Merupakan hasil dari

perhitungan dan pengukuran.Data kuantitatif terdiri dari data interval dan

rasio.

3. Perbedaan penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif

Metode kuantitafif digunakan apabila :

a. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas.

b. Bila penelitian ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu

populasi.

c. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap

yang lain.

d. Bila penelitian bermaksud menguji hipotesis penelitian.

e. Bila penelitian ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan

fenomena yang empiris dan dapat diukur.

f. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validasi

pengetahuan, teori dan produk tertentu.

Metode kualitatif digunakan apabila :

a. Bila maslah penelitian belum jelas.

b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.

c. Untuk mengembangkan teori.

d. Untuk memestikan kebenaran data.

4. Persamaan metode kualitatif dan metode kuantitatif

a. Merupakan sebuah metode yang digunakan dalam penelitian guna

memecahkan sebuah masalah.

b. Memiliki objek dan subyek.

c. Memiliki variable.

d. Meneraapkan metode pengumpulan data yang sistematis dan terbuka

sehingga bisa dinilai pihak lain.

e. Melibatkan inferensi (simpulan) detail-detail pengamatan emperis ke

suatu kesimpulan umum.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Syarat Tumbuh Tanaman …

f. Membandingkan data, mencari kesaman dan perbedaan untuk

menemukan pola tertentu pada data.

g. Menggunakan prosedur untuk menghindari kesalahan analisis dan

penarikan inferensi.