ii. tinjauan pustaka 2.1. tanaman krisan - sinta.unud.ac.id. tinjauan...tanaman krisan yang berasal...
TRANSCRIPT
2.1. Tanaman Krisan
Krisan merupakan salah satu bunga tertua yang dibudidayakan manusia.
Bunga krisan memegang peranan penting dalam b
di Negeri Cina dan Jepang, hampir selama 3000 tahun. Bunga krisan merupakan
bunga yang mempunyai potensi sebagai bunga potong atau sebagai materi hiasan
taman. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yang terdiri dari sekumpulan
bunga cakram (disk floret
floret) yang berbentuk pit
Menurut Rukmana dan Mulyana (2002)
floret, bunga krisan dapat diklasifikasikan d
1. single : bunga terdiri atas satu atau dua lapisan
bagian tengahnya (bentuk aster),
Gambar 1. Tanaman Bunga Krisan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Krisan
Krisan merupakan salah satu bunga tertua yang dibudidayakan manusia.
Bunga krisan memegang peranan penting dalam budaya dan kehidupan manusia
egeri Cina dan Jepang, hampir selama 3000 tahun. Bunga krisan merupakan
bunga yang mempunyai potensi sebagai bunga potong atau sebagai materi hiasan
taman. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yang terdiri dari sekumpulan
disk floret) dibagian tengah berbentuk tabung dan bunga tepi (
) yang berbentuk pita disekelilingnya (Salinger, 1985).
Menurut Rukmana dan Mulyana (2002) berdasarkan bentuk dan susunan
, bunga krisan dapat diklasifikasikan dalam tipe bunga sebagai berikut
: bunga terdiri atas satu atau dua lapisan ray flower dengan
agian tengahnya (bentuk aster),
Nama Indonesia : KrisanNama Latin : ChrysanthenumKingdom : Plantae Subdivisio : Spermatophyta Kelas : DycotiledonaeSub Kelas :AsteridaeOrdo :AsteralesFamili :AsteraceaeGenus : ChrysanthemumSpesies :Chrysanthemummorifolium
Tanaman Bunga Krisan
Krisan merupakan salah satu bunga tertua yang dibudidayakan manusia.
udaya dan kehidupan manusia
egeri Cina dan Jepang, hampir selama 3000 tahun. Bunga krisan merupakan
bunga yang mempunyai potensi sebagai bunga potong atau sebagai materi hiasan
taman. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yang terdiri dari sekumpulan
) dibagian tengah berbentuk tabung dan bunga tepi (ray
berdasarkan bentuk dan susunan
alam tipe bunga sebagai berikut:
dengan disk flower di
: Krisan Chrysanthenum Plantae Spermatophyta Dycotiledonae Asteridae Asterales Asteraceae Chrysanthemum
Chrysanthemum
6
2. anemone : bentuk bunga mirip dengan single tetapi mahkota bunga bagian
pinggirnya tidak sepanjang single dan bagian tengah bunganya mempunyai
bantalan,
3. spider : mahkota bunganya pipih dan panjang seperti kaki laba – laba,
4. pompon : berbentuk bulat seperti bola, mahkota bunganya menyebar ke semua
arah dan piringan dasar bunga tidak tampak,
5. dekoratif : mirip dengan bentuk pompon, tetapi mahkota bunga bagian luarnya
berkembang lebih panjang dari mahkota bunga bagian bawah,
Menurut Kofranek (1980) krisan dapat digolongkan ke dalam banyaknya
kuntum bunga yang terdapat dalam satu batang, yaitu :
1. tipe standar, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga tunggal per batang.
Tipe ini dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral bud) dan
membiarkan calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang
sendiri,
2. tipe spray, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga paling sedikit lima
kuntum per batang. Tipe ini dihasilkan dengan membuang kuncup bunga
utama dan membiarkan calon bunga samping.
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bunga Krisan
Krisan mampu bertahan dan tumbuh pada semua jenis tanah, apabila
dikelola dengan baik. Pada umumnya tanaman krisan ini tumbuh dengan baik
pada tanah yang yang bertekstur gembur, subur serta bebas dari penyakit untuk
derajat keasaman (pH) tanah yang optimal untuk bunga potong adalah 5,6–6,5.
Tanaman krisan membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan
7
perkembangan bunga. Secara teknis krisan pertumbuhan baik pada daerah dengan
ketinggian tempat diatas permukaan laut sekitar 700-1200 m.
Tanaman krisan yang berasal dari daerah subtropis dapat tumbuh pada
kisaran suhu harian antara 17–30°C. Pada fase vegetatif, kisaran suhu harian
antara 22-28oC pada siang hari dan tidak melebihi 26oC pada malam hari
dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal krisan (Khattak dan Pearson, dalam
Budiarto, et. al, 2006). Suhu harian ideal pada fase generatif adalah 16–18oC
(Wilkins et. al., dalam Budiarto, et. al, 2006). Menurut Maaswinkel dan Sulyo
(2004) pada suhu diatas 25oC, proses inisiasi bunga akan terhambat dan
menyebabkan pembentukan bakal bunga juga terlambat. Suhu yang terlalu tinggi
juga mengakibatkan bunga yang dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat,
dan memudar.
Krisan merupakan tanaman hari pendek yang inisiasi dan perkembangan
bunganya dikendalikan oleh panjang hari. Tanaman krisan membutuhkan cahaya
lebih dari 13 jam sehari untuk tetap tumbuh secara vegetatif. Di daerah tropis
seperti Indonesia kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh cahaya matahari
yang lamanya rata-rata 12 jam sehari sehingga perlu ditambah dengan
pencahayaan buatan dari lampu listrik yang biasanya pemberian cahaya buatan
paling baik ialah antara pukul 22.00 sampai dengan 02.00 dini hari (Van Sluis,
1952). Manipulasi panjang hari dapat dilakukan dengan menggunakan cahaya dari
sumber lampu pijar maupun lampu tabung (Sack dan Kofranek, 1963).
8
2.3. Greenhouse
Greenhouse sering diartikan sebagia rumah kaca, hal ini dikarenakan pada
pembuatan pertamanya dirancang menggunakan bahan kaca yang tembus
pandang. Dengan perkembangan teknologi, ditemukan bahan lain sebagai
pengganti kaca tersebut seperti plastik dan fiber. Sehingga merubah istilah
greenhouse menjadi istilah rumah tanaman. Istilah greenhouse berasal dari kata
green yang berarti hijau dan house yang berarti rumah. Oleh karena itu istilah
greenhouse sering disebut dengan rumah hijau (Widyastuti, 1993).
Nelson (1978) dalam Eni Sumarni (2002) mendefinisikan greenhouse
sebagai suatu bangunan yang bersifat tembus cahaya. Memungkinkan cahaya
yang dibutuhkan tanaman bisa masuk dan tanaman terhindar dari kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, antara lain curah hujan yang deras.
Tiupan angin yang kencang atau keadaan temperatur yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Penggunaan greenhouse untuk melindungi tanaman dari kondisi lingkungan
seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya dapat diatur (Slamet, 1985).
Penggunaan greenhouse sebagai rumah tanaman akan berpengaruh terhadap iklim
mikro yang berbeda sama sekali dengan lingkungan luar (Bolt, 1983). Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a) udara di dalam greenhouse tetap, sehingga pertukaran udara dalam
lingkungan luar sangat kurang dibandingkan dengan udara tanpa penutup, dan
pergerakan udara didalamnya masih sangat kecil. Hal ini berpengaruh
langsung terhadap keseimbangan massa dan energi dalam greenhouse dan
menyebabkan naiknya temperatur di dalam greenhouse,
9
b) radiasi gelombang pendek dirubah menjadi radiasi gelombang panjang oleh
penutup greenhouse (atap). Perubahan panjang gelombang ini menyebabkan
pantulan sinar oleh permukaan lantai atau yang lainnya didalam greenhouse
naik.
Energi matahari yang masuk dalam greenhouse dipantulkan dari berbagai
permukaan. Energi ini diserap oleh tanaman, lantai, tanah, dan lain-lain. Energi
tersebut kemudian diubah menjadi panas. Kelebihan energi dihambatkan sebagai
panas laten dalam transpirasi, memanaskan udara di dalam greenhouse secara
konduksi dan konveksi, atau dipancarkan sebagai radiasi gelombang panjang.
Menurut Businger (1963) energi yang dipancarkan sebagai radiasi
gelombang panjang terperangkap dalam greenhouse dan memanaskan udara di
dalamnya sehingga temperatur udara menjadi naik. Penutup greenhouse
memerlukan bahan yang mempunyai daya tembus (transmisivity) yang tinggi,
daya serap (absorbsivity) dan daya pantul (reflectivity) yang rendah agar dapat
menangkap gelombang pendek sebanyak mungkin.
Bentuk greenhouse yang umum digunakan adalah bentuk rumah, setengah
lingkaran, kubah segi enam, setengah lingkaran yang dimodifikasi (Widyastuti,
1993). Pemilihan bentuk greenhouse untuk budidaya tanaman akan meningkatkan
biaya investasi dan operasi dibandingkan dengan budidaya konvensional, tetap
tentunya dapat diseimbangkan dengan produksi dan kualitas hasil yang optimal
(Tantau dalam Hashimoto and Day, 1991).
Di negara yang banyak memakai greenhouse seperti Belanda, Amerika
Serikat, Inggris atau Jerman. Pengertian greenhouse umumnya mengacu pada
bentuk naungan atau atap kaca, greenhouse biasanya dibuat permanen dari bahan-
10
bahan yang kuat dan awet, serta dilengkapi dengan peralatan yang canggih, seperti
heater (alat pemanas), blower (pengatur kelembapan), kipas angin, alat
penyiraman dan alat otomatis lainnya. Di negara yang mengalami empat musim
pertanian sangat tergantung pada musim, hal ini akibat perbedaan iklim yang
fluktuatif.
Menurut Widyastuti (1993) tujuan membuat greenhouse adalah melindungi
tanaman dari kondisi yang kurang menguntungkan khususnya di Indonesia, fungsi
greenhouse lebih mengarah pada perlindungan tanaman, serta mengurangi
intensitas matahari. Bentuk-bentuk greenhouse yang telah umum digunakan
antara lain bentuk yang menempel pada bangunan yang sudah ada (Gambar 2a),
berdiri sendiri dilapangan (single-span greenhouse) dengan kemiringan atap yang
sama (Gambar 2b), atau dengan kemiringan atap yang berbeda disesuaikan
dengan kemiringan lahan (Gambar 2c). dan ada yang terdiri dari dua atau lebih
greenhouse (multi-span greenhouse) yang berhubungan satu dengan yang lainnya
(Gambar 2d) (Nelson, 1981).
Gambar 2. Bentuk-bentuk greenhouse yang sering digunakan
11
Bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Amerika adalah venlo house
(Gambar 3a), Venery House (Gambar 3b), Mansard (Gambar 3c), sedangkan
bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Eropa adalah bentuk Arch (Gambar
3d). standard peak (Gambar 3e), Quonset (Gambar 3f) dan cold frame (Gambar
3g), (Hanan et al., didalam greenhouse management, 1978).
Gambar 3. Bentuk-bentuk greenhouse yang digunakan di Negara Amerika dan Eropa
2.4. Hubungan Iklim Mikro dengan Budidaya Tanaman Bunga Krisan
Menurut Sabarudin (2012) Iklim adalah akumulasi suhu udara, dinamika
angin, gerakan vertikal arus laut, termodinamika, hidrologi (kelembaban udara,
awan, total kolom kelembaban, daratan dan permukaan air). Sistem global tekanan
dan densitas atmosfer, salinitas lautan dan dipengaruhi presipitasi, evapotraspirasi,
turbulen, dll. Iklim merupakan salah satu penyebab dalam pertumbuhan dan
12
produksi tanaman yang paling sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu dalam
usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Adapun
faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman terdiri dari
suhu, air, kelembaban, radiasi matahari,dan angin.
2.4.1. Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran panas dan dingin dari suatu benda. Suhu udara
sangat berpengaruh pada proses-proses yang terjadi pada tanaman seperti proses
fotosintesis, transpirasi, dan respirasi. Suhu udara yang optimum sangat
diperlukan bagi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Tanaman memerlukan
suhu udara optimum yang berbeda-beda (Tiwari and Goyal, 1998).
Hanan et al. (1978) menyatakan bahwa garis lintang merupakan faktor
utama yang mempengaruhi suhu greenhouse. Faktor lain adalah ketinggian
matahari, kondisi topografi yang mempengaruhi pergerakan angin dan panjang
hari. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap proses fisik dan kimiawi tanaman
dan selanjutnya mengendalikan proses biologi dalam tanaman seperti transpirasi.
Harjadi (1984) menyatakan bahwa suhu optimum tanaman berbeda-beda
tergantung pada spesies dan varietasnya, serta sesuai dengan tahap fisiologis
pekembangannya. Suhu rendah menguntungkan bagi proses pertumbuhan
tanaman, suhu sedang menguntungkan bagi proses pemanjangan batang dan
perkembangan buah, sedangkan suhu tinggi menguntungkan bagi proses
pembungaan.
Suhu yang ekstrim dapat merusak tanaman, suhu yang terlalu dingin
membekukan, dan suhu terlalu tinggi dapat mematikan tanaman sebagai akibat
13
dari koagulasi protein. Terhentinya pertumbuhan pada suhu tinggi merupakan
suatu gambaran dari suatu keseimbangan metabolik yang terganggu (Harjadi,
1984). Faktor yang mempengaruhi besarnya suhu dalam greenhouse adalah
tingkat intensitas panas dari radiasi matahari, besar kecilnya panas yang hilang
melalui atap atau dinding, besar kecilnya rambatan panas yang diserap tanaman
untuk proses fotosintesis dan besar kecilnya panas yang hilang melalui ventilasi
serta bahan konstruksi (Walker, 1965). Suhu lingkungan selain mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan tanaman dan metabolisme, juga berperan di dalam
pengendalian tanaman spesies tertentu.
2.4.2. Curah Hujan
Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman dibandingkan
dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman memperoleh persediaan air dari akar,
itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting
dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mampu mengubah
berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan
meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman.
Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.
Fungsi air karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi
tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah
hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis tumbuhan
disuatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah
tersebut. Tumbuhan di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman
14
tumbuhannya kurang dibandingkan dengan tumbuhan di daerah yang banyak
curah hujannya.
Curah hujan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah
ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Pada kondisi alami, kelebihan
air kurang bermasalah jika dibandingkan dengan kekeringan. Kekeringan
didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi
dan penguapan langsung melalui jumlah air yang tersedia di tanah.
Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor
peningkatan kebutuhan air cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin
kencang dan suhu yang tinggi merupakan faktor pendukung kekeringan karena
faktor ini mempercepat evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat
oleh penguapan atau pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi
adalah cara yang paling cocok untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka
suhu menjadi faktor iklim yang penting dalam mengendalikan produksi tanaman
pangan.
2.4.3. Kelembaban
Menurut Esmay dan Dixon (1986), jumlah atau massa air yang bercampur
dengan satu unit massa udara kering dalam gram dari air yang menguap per
kilogram udara kering disebut kelembaban relatif. Kelembaban relatif merupakan
perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk
menampung uap air (Handoko, 1995).
15
Kelembaban udara erat kaitannya dengan unsur-unsur iklim lain yaitu suhu
udara, lama penyinaran, curah hujan, dan angin yang secara integral
mempengaruhi laju transpirasi suatu tanaman. Selain itu kelembaban udara di
dalam rumah tanaman dipengaruhi oleh suhu udara dan jumlah air yang
dievapotranspirasikan oleh tanah dan tanaman.
Kelembaban udara di dalam rumah tanam sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama terhadap laju fotosintesis,
yang secara tidak langsung mempengaruhi laju transpirasi, penyerapan hara dan
air, penyerbukan dan perkembangan hama dan penyakit (Silvana, 1991 dalam
Megasari, 2006 ).
2.4.4. Radiasi Matahari
Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai
hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini
menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain
meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya penurunan
intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman.
Radiasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman
yang berklorofil, karena itu produksi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya
cahaya matahari. Tapi umumnya fluktuasi hasil dari tahun ke tahun tidak
mempunyai korelasi dengan ketersediaan radiasi matahari, karena produksi
tanaman ditentukan juga oleh faktor-faktor lainnya. Kurangnya radiasi matahari
akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhannya
16
tergantung pada jenis tanaman. Kekurangan radiasi matahari pada saat
pertumbuhan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, karena batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukurang lebih
kecil, tipis, dan pucat.
Energi matahari merupakan aspek penting dalam penyusunan penelitian ini.
Radiasi matahari adalah sejumlah energi yang dikeluarkan oleh matahari,
biasanya berupa energi elektromagnetik. Secara umum radiasi matahari yang
dipancarkan ke bumi konstan sepanjang tahun. Namun radiasi matahari banyak
mengalami reduksi saat memasuki atmosfer bumi akibat dari berbagai macam gas
yang harus dilaluinya.
Gambar 4. Persentase energi matahari
(Sumber : http://science-edu.larc.nasa.gov)
Gambar 4 menunjukkan bahwa tidak semua radiasi matahari diserap oleh
permukaan bumi. Hanya 51% dari total radiasi yang diserap oleh permukaan bumi
dan laut 15% dari total radiasi matahari diserap atmosfer. Radiasi inilah yang akan
mempengaruhi tingkat panas dan cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan.
17
Intensitas radiasi matahari yang jatuh ke suatu tempat dipengaruhi oleh parameter
antara lain (Thekaekara, 1971) :
1. garis lintang lokasi (latitude),
2. tanggal pengukuran pada kalender matahari
3. waktu pengukuran.
Secara umum radiasi matahari yang jatuh pada suatu bidang permukaan ada
dua yaitu:
1. radiasi langsung
yaitu radiasi matahari yang jatuh langsung pada permukaan tanpa melalui
bidang lain atau pemantul,
2. radiasi baur
yaitu radiasi matahari yang jatuh pada permukaan secara tidak langsung
tetapi melalui bidang lain atau pemantul.
Berdasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi intensitas radiasi
matahari, lokasi dan waktu pengukuran menjadi faktor yang mempengaruhi, Hal
ini dikarenakan pergerakkan matahari antar daerah dipermukaan bumi.
2.4.5. Angin
Angin merupakan suatu vektor yang memiliki besaran dan arah. Besaran
yang dimaksud adalah kecepatan sedangkan arahnya adalah dari mana datangnya
angin. Secara mikro, angin penting artinya dalam proses pertukaran udara
khusunya oksigen dan karbondioksida dari dan ke lingkungan (Handoko, 1995).
Dalam bentuk yang sangat sederhana, angin dapat dibatasi sebagai gerakan
horizontal udara relatif terhadap permukaan bumi. Batasan ini berasumsi bahwa
18
seluruh gerakan udara secara vertikal kecepatannya dapat diabaikan karena relatif
rendah (<1 m/s) akibat diredam oleh gaya gravitasi bumi (Handoko, 1995).
Sedangkan arah angin dibatasi sebagai arah asal angin itu bertiup (merupakan
lawan arah gerak udara). Walaupun aliran udara ke atas penting dalam
pembentukan awan dan hujan, kecepatan pergerakan horizontal jauh lebih besar
dan mempengaruhi proses-proses cuaca.
Menurut Esmay dan Dixon (1986), pada umumnya kecepatan angin sebesar
0.1-0.25 m/s yang mengenai permukaan daun akan memudahkan daun menangkap
CO2. Untuk kecepatan angin sebesar 0.5 m/s, CO2 yang ditangkap akan
berkurang. Untuk kecepatan angin sebesar 1.0 m/s akan menghambat
pertumbuhan dan kecepatan angin diatas 4.5 m/s akan terjadi kerusakan proses
fisik tanaman.
Pengendalian iklim mikro dalam bangunan agar sesuai bagi tanaman
diperlukan ventilasi. Ventilasi merupakan faktor penting dalam sistem
pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian seperti perkandangan dan
rumah tanaman.
Ventilasi adalah proses pertukaran antara udara yang ada di dalam dan di
luar bangunan untuk memindahkan panas yang disebabkan radiasi matahari,
mengisi oksigen dan membantu mengontrol tingkat kelembaban udara. Laju
ventilasi diukur dengan satuan jumlah massa udara yang dipertukarkan per satuan
unit waktu seperti jam, menit, detik (Mastalerz, 1977). Dengan adanya ventilasi
maka dimaksudkan agar: 1) suhu udara di dalam bangunan mendekati suhu udara
luar, 2) menghilangkan udara lembab di dalam bangunan dengan asumsi udara
19
luar lebih kering, dan 3) mengembalikan konsentrasi O2 di dalam bangunan.
(Takakura, 1991).
Menurut Randall dan Boon (1997), ventilasi adalah pergerakan udara
melewati bangunan. Ventilasi terjadi jika terdapat perbedaan tekanan udara
melewati bukaan bangunan. Pada sistem ventilasi alami, perbedaan tekanan
melalui bukaan timbul dari dua sumber yaitu: 1) panas yang dihasilkan dalam
bangunan dan angin, 2) panas yang dihasilkan di dalam bangunan meningkatkan
suhu udara di dalam bangunan, dan menurunkan kerapatan udara di dalam
bangunan sehingga terjadi perbedaan kerapatan udara antara dalam dan luar
bangunan. Udara masuk melewati bagian yang lebih rendah dari bukaan dan
keluar melewati bagian yang lebih tinggi dari bukaan (Barrington et all, 1994).
Sistem ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan melalui
bukaan yang timbul akibat faktor angin dan termal. Efek angin dan termal,
bergerak sendiri maupun bersama-sama, dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan
udara yang akan menentukan besarnya laju ventilasi alam yang melewati
bangunan. Pada ventilasi alami, besarnya laju pertukaran udara dipengaruhi oleh
total luas bukaan, arah bukaan, kecepatan angin, dan perbedaan antara suhu di luar
dan di dalam greenhouse (Mastalerz, 1977).
Kemampuan sistem ventilasi alami dalam menurunkan suhu ruangan tanpa
didukung fasilitas lain sangat terbatas. Penurunan suhu yang dapat dicapai
maksimal mendekati atau sama dengan tingkat suhu udara lingkungan luar.
Penggunaan ventilasi alami sangat berpotensi dalam mengurangi biaya operasi.
Menurut Brockett dan Albright (1987) dalam Apriliani (2006), sistem ventilasi
alami membutuhkan energi dan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan
20
sistem ventilasi mekanis, disamping itu lebih tenang karena sistem ventilasi
mekanis digerakkan oleh kipas listrik yang mengeluarkan suara berisik bila
sedang berfungsi.
2.4.6. Profil
Profil adalah gambaran kenampakan suatu keadaan secara vertikal dan
horizontal terhadap permukaan. Profil bisa disebut sebagai penampang karena
merupakan ukurn jarak dan perbedaan tinggi titik-titik diatas permukaan tanah
dapat ditentukannirisan tegak dilapangan. Bentuk profil umumnya dibedakan atas
profil memanjang dan profil melintang pada interval jarak tertentu.
2.4.7. Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai nilai ukur yang sama, yang diukur dari suatu bidang perbandingan
tertentu. Garis kontur yang menyerupai sidik jari yang menunjukan titik dengan
nilai ukur yang sama dalam peta. Karena merupakan tanda dari nilai ukur yang
sama, maka garis ini tidak akan pernah saling memotong tapi bisa bersinggungan.
2.4.8. Sebaran
Sebaran merupakan hasil dari pertemuan antara titik-titik yang sama pada
suatu tempat. Sebaran di peroleh dari hasil pengukuran dilapangan dengan
ketinggian yang sama baik untuk pengukuran suhu, kelembaban dan intensitas
cahaya.