bab ii tinjauan pustaka 2.1 tanaman sirsak
TRANSCRIPT
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman sirsak
Sirsak merupakan tanaman pendatang yang disenangi oleh orang-orang
asing. Klasifikasi tanaman sirsak adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta (Tanaman berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ranales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Tanaman sirsak dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Tanaman Sirsak ( Sunarjono,2005)
Sirsak khususnya bagian daun memiliki kandungan kimia flavonoid .
Senyawa flavonoid merupakan kandungan kimia yang potensial sebagai
antidiabetes (Hardoko., et al, 2015). Daun sirsak menjadi alternatif untuk
pengobatan, yang mana daunnya mudah didapat dan rasanya juga enak. Cara
mengolah daun sirsak yaitu daun sirsak diambil daunnya direbus dalam air
menggunakan panci non stainless steal. Air rebusan diminum selagi hangat setiap
hari .
4
Flavonoid adalah golongan senyawa phenolic dengan struktur kimia C6-
C3-C6. Senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah, dan bersifat
protektif terhadap kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat
meningkatkan sensitivitas insulin (Hardoko., et al, 2015).
Gambar 2.2 Struktur molekul Flavonoid (Hardoko., et al, 2015)
Pada terapi diabetes digunakan ekstrak daun sirsak dengan dosis 50-100
mg/Kg BB tikus per hari. Bila dosis ini dikonversikan pada manusia maka
diperoleh dosis perharinya untuk manusia sebesar 560-1.120 mg. Perhitungan
dosis didasarkan pada tabel II.1 terdapat di lampiran 14.
Dari hasil penelitian sebelumnya, dipilih dosis tablet 200 mg (Sirisha K., et
al., 2014) dengan aturan pemakaian 3-4 kali sehari.
2.2 Tinjauan Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (BPOM RI, 2010) .
Berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dibagi menjadi empat yaitu ekstrak
encer, ekstrak kental, ekstrak kering dan ekstrak cair :
a. Ekstrak encer ( Extractum tenue )
Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang
b. Ekstrak kental ( Extractum tenue )
Sediaan kental dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang.
kandungan airnya berjumlah sampai dengan 30 %
c. Ekstrak kering ( Extractum siccum )
5
Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan.
Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan
terbentuk suatu produk, yang sebaliknya memiliki kandungan lembab tidak
lebih dari 5 %
d. Ekstrak cair ( Extractum fluidum )
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai ekstrak cair, yang dibuat
sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ( kadang-
kadang juga satu bagian ) ekstrak cair.
2.2.1 Metode Ekstraksi
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain meserasi.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa factor seperti sifat dari bahan
mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (BPOM RI,2010) .
2.2.1.1 Meserasi
Meserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut beberapa kali pengadukan pada temperature ruangan ( Departemen
Kesehatan RI, 2000).
Kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut:
Masukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat
halus yang cocok kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan
penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,
serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh
100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring. Suling atau
uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500C hingga
konsistensi yang dikehendaki (BPOM RI, 2010).
2.2.1.2 Perkolasi
Perkolasi adalah Proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang
cocok untuk melewati secara perlahan-lahan pada suatu kolom. Serbuk simplisia
tersebut dimasukkan ke dalam percolator, dengan cara mengalirkan cairan
melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk keluar ditarik oleh gaya
seberat cairan yang ada dalam kolom tersebut. Kekurangan pada metode ini yaitu
6
tidak boleh digunakan pada ekstrak yang mengandung bahan yang bisa
mengembang contohnya amylum / pati (Depkes RI, 2000) .
2.3. Tinjauan Granul
Pada umumnya pembuatan tablet menggunakan tiga metode yaitu
Granulasi basah, garnulasi kering dan cetak langsung. Granulasi merupakan
proses dimana terdapat partikel-partikel halus secara bersama-sama membentuk
partikel lebih besar.
2.3.1. Metode Granulasi Basah
Granulasi basah merupakan metode yang digunakan untuk memperbaiki
sifat alir dan kompresibilitas. Dimana partikel –partikel kecil yang mempunyai
bentuk sferis dan silinder yang bebas mengalir, mempunyai struktur relative
permanen dimana partikelnya masih bisa dibedakan (Swarbrick and Boyland,
1997).
Keuntungan dari sifat granulasi basah adalah mencegah terjadinya segresi
(pemisahan) komponen dari suatu campuran serbuk homogen selama proses
pemindahan bahan dan penanganan sehingga komposisi dari setiap granul menjadi
tetap dan masih tetap sama pada saat penambahan larutan pengikat. Kelarutan
obat dan stabilitasnya dalam media dan dibawah suhu pengeringan merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses granulasi. Hal-hal yang
sangat diperhatikan dalam proses ini adalah tingkat pembasahan dan pengeringan.
Pembasahan yang berlebihan akan menghasilkan granul yang keras sehingga
kompressinya menjadi lebih buruk dan pada akhirnya menghasilkan tablet yang
rapuh sehingga cocok digunakan sebagai pembuata tablet .
2.3.2 Mutu Fisik Granul
2.3.2.1 Kecepatan Alir dan Sudut Diam
Kecepatan alir granul adalah kemampuan granul untuk memasuki matrik
tablet secara merata berdasarkan gaya gravitasi. Teknik pengukuran kecepatan alir
antara lain menggunakan metode corong. Caranya dengan meletakkan granul
dalam corong alat uji kecepatan alir yang bagian bawahnya ditutup. Granul yang
keluar dari dari alat tersebut dihitung kecepatan alirannya dengan menggunakan
7
stopwatch dari mulai dibukanya tutup bagian bawah hingga semua massa granul
mengalir keluar dari alat uji (Rowe R.C. et al, 2009).
Kecepatan alir dihitung berdasarkan waktu alir. Timbunan granul dapat
digunakan untuk menghitung sudut istirahat. Diameter rata-rata timbunan granul
dan tinggi puncak timbunan granul diukur. Untuk 100 gram granul, waktu alirnya
tidak boleh lebih dari 10 detik dan sedangkan sudut diam diperoleh sebaiknya
antara 250 sampai 300 (United State Pharmacopeial Convention, 2007) .
Kecepatan alir = ( gram/detik)
Sudut diam = tg α =
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir granul adalah bentuk dan
ukuran partikel granul, distribusi ukuran partikel, kekasaran atau tekstur
permukaan, penurunan energi permukaan dan luas permukaan. Ukuran partikel
granul akan menggumpal dan menghambat kecepatan alirnya (Aulton M.E.,
2002)
Sudut istirahat adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 300
biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, apabila sudutnya
lebih besar atau sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang baik. Cara
menghitung pada sudut diam alan Tan Q = h/r , dengan h adalah tinggi kerucut
dan r adalah jari-jari bidang dasar kerucut. Besar kecilnya sudut diam
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembapan granul. Granul akan mudah
mengalir jika mempunyai sudut diam kurang dari 400 (Aulton M.E., 2002).
2.3.2.2 Kandungan Lengas
Kandungan lembap granul ditentukan dengan moisture balance. Pada kadar
air atau lembab merupakan titik kritis yang berpengaruh pada aliran granul, proses
percetakan dan kualitas tablet. Persyaratan kandungan lembab adalah 1-2%
(Aulton, 2002)
8
2.3.2.3 Persen Kompresibilitas
Kompresibilitas dihitung dari bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat.
Parameter kompresibilitas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan granul
mengatur diri dalam ruang cetak. Bobot jenis nyata adalah perbandingan massa
terhadap volume dari sejumlah granul yang dituang bebas kedalam suatu gelas
ukur. Bobot jenis mampat adalah perbandingan massa terhadap volume setelah
massa tersebut dimampatkan sampai volume tetap. Bobot jenis nyata mempunyai
korelasi dengan bobot jenis mampat karena keduanya ditentukan dari bahan yang
memiliki sifat-sifat yang sama, misalnya bentuk partikel, ukuran, dan distribusi
ukuran partikel. Pemampatan hanya menyebabkan struktur “packing” yang lebih
tepat (Nadifah N., 2013).
% Kompresibilitas = (B.J.M-B.J.N) x 100%
B.J.M
Keterangan :
B.J.M = bobot jenis mampat setelah pemampatan
B.J.N = bobot jenis nyata sebelum pemampatan
Bobot jenis nyata =
(W2-W1) x 100%
100
(W2-W1) x 100%
Bobot jenis mampat =
Vol. Mampat
Keterangan :
W1 = berat gelas ukur sebelum di isi granul
W2 = berat gelas ukur setelah di isi granul
Dari nilai Bobot Jenis Mampat dan Bobot Jenis Nyata dapat dilihat hubungan
indeks kompresibilitas dan kemampuan alir seperti yang tertera pada tabel 2.4
9
Tabel 2.4. Hubungan Indeks Kompresibilitas Dan Kemampuan Alir (Aulton
M.E.,2002)
% Kompresibilitas Kemampuan alir
5-10 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup baik
23-28 Cukup
28-35 Jelek
35-38 Sangat jelek
>40 Sangat jelek sekali
2.3.2.4 Kompatibilitas
Kompaktibilitas tablet merupakan kemampuan serbuk untuk saling
melekat menjadi massa yang kompak digunakan mesin tablet single punch
dengan berbagai tekanan dari yang rendah ke yang tinggi dengan mengukur
kedalaman punch atas turun ke ruang die. (Patel et al, 2006)
10
2.4 Tinjauan Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam
bentuktabung pipih atau sirkular, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok ( Depkes RI,
2000 ) .
Tablet biasanya berbentuk bundar, dengan permukaan datar atau konveks.
Bentuk khusus yang seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam
(heksagonal) telah dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan
produknya dengan produk yg lain (Siregar dan Wikarsa, 2010). Dalam beberapa
kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik yaitu pada kekerasan
yang cukup dan tidak rapuh, memenuhi keseragaman bobot tablet dan kandungan
obatnya dan mempunyai tampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna,
maupun rasanya. Dan untuk mendapatkan tablet yang baik, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat mudah mengalir, jadi
artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir kedalam ruang
cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak akan
memiliki variasi yang besar, kompaktibel (bahan mudah dikompak jika dikempa
sehingga dihasilkan tablet yang keras) dan mudah lepas dari cetakan.
2.4.1 Bahan Pembawa Tablet
Diperlukan bahan pembawa atau eksepien dalam pembuatan tablet selain zat
aktif. Bahan pembawa yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengikat, zat penghancur dan zat pelicin.
2.4.1.1 Bahan Pengisi
Pada sediaan bahan pengisi tablet, berfungsi untuk meningkatkan atau
memperoleh massa agar mencukupi jumlah massa campuran sehingga
mencukupi untuk dikompressi atau dicetak. Pada sifat bahan pengisi tablet sangat
berperan dalam memengaruhi karakteristik produk akhir, seperti kompresibilitas
11
dan karakteristik tablet yang dihasilkan. Salah satu sifat yang penting bagi setiap
bahan pengisi adalah laju alir yang baik, agar massa dapat dengan mudah
mengalir memasuki pencetak tablet (Anwar,2012) .
2.4.1.2 Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan
kekompakkan dan daya tahan tablet melalui penyatuan partikel bersama serbuk
lain dalam butir-butir granul. Sebagai pengikat gelatin tersebut efektif pada 1-
5% dan gelatin tersebut merupakan bahan pengikat yang larut dalam air hangat
(>30oC) dengan jumlah 5 sampai 10 kali bobot dari gelatin itu sendiri ( Rowe et
al, 2009).
2.4.1.3 Bahan Penghancur
Bahan penghancur berfungsi untuk menjamin ketika tablet kontak dengan
cairan akan pecah menjadi fragmen-fragmen kecil (Aulton M.E, 2002).
Penambahan bahan penghancur akan membantu pemecahan tablet menjadi
granul ketika berada di lambung. Disintegran memiliki 3 mekanisme yaitu
(Jones D., 2008) :
Meningkatkan porositas dan membasahi matriks tablet.
Pengembangan/swelling ketika kontak dengan air.
Menghasilkan gas ketika kontak dengan air (khusus untuk tablet effervescent).
Beberapa contoh disintegran yang umum digunakan seperti Ac-Di-Sol,
primojel, dan crosprovidin (Swarbrick J., 2007).
2.4.1.4 Bahan Pelicin
Lubrikan atau bahan pelicin adalah bahan yang berguna untuk
meningkatkan laju alir serbuk dan mencegah kegagalan dalam proses pencetakan
tablet. Menurut fungsinya lubrikan dibagi menjadi tiga , yaitu : Lubrikan, glidan,
dan antiadheren. Contoh dari bahan pelicin yaitu Mg-stearat. Lubrikan berfungsi
untuk mengurangi friksi antar granul atau tablet dengan dinding die pada saat
kompresi. Glidan berfungsi untuk memperbaiki aliran granul atau campuran
serbuk, Antiadheren berfungsi untuk mencegah melekatnya granul atau tablet
pada permukaan punch (Rowe et al, 2009) .
12
2.4.2 Mutu Fisik Tablet
2.4.2.1 Kekerasan Tablet
Kekerasan menyatakan kekuatan tablet terhadap berbagai guncangan
mekanis saat pembuatan tablet sampai ditangan konsumen. Pada kekerasan tablet
berhubungan dengan pengisian die dan tekanan saat kompresi. Pada tekanan
kompresi yang tetap, dengan meningkatnya pengisian die kekerasan akan
meningkat sampai didapatkan kekerasan yang maksimum (Ansel, 2005).
2.4.2.2 Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet adalah ketahanan tablet terhadap goncangan selama
proses pengangkutan dan penyimpanan. Untuk uji kerapuhan tablet digunakan
Friabilator dengan alat ini sejumlah tablet diputar dengan kecepatan tertentu,
setelah itu tablet dibersihkan dan ditimbang bobot akhirnya. Persyaratan untuk
tablet hisap kerapuhan > 1% ( United State Pharmacopeial Convention, 2006) .
F = x 100
Keterangan : F = Kerapuhan
Wm = Bobot mula-mula dari 20 tablet
Wn = Bobot setelah pengujian
2.4.2.3 Waktu Hancur Tablet
Sebelum tablet melarut maka tablet harus dapat pecah menjadi partikel
yang kecil dan hal ini disebut disintegrasi. Waktu hancur tergantung pada sifat
granul, kekerasan dan porositas tablet. Uji waktu hancur adalah waktu yang
dibutuhkan tablet untuk hancur menjadi partikel yang lebih kecil. Waktu hancur
tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI,2014) .
2.5. Tinjauan Bahan Penelitian
2.5.1 Laktosa
Laktosa adalah bahan pengisi untuk pembuatan tablet. Zat ini menunjukkan
stabilitas yang baik dalam gabungan dengan kebanyakan zat aktif hidrat ataupun
13
anhidrat. Lactosa mengandung kira-kira 5 % air Kristal dan biasanya digunakan
dalam metode tabletasi ( Rowe et al., 1986) .
Karakteristik laktosa adalah serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak
manis. Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut
dalam etanol (95%) dan praktis tidak larut dalam kloroform dan eter
(Departemen Kesehatan RI, 2010). Struktur molekul monohidrat dapat dilihat
pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Struktur molekul Laktosa monohidrat (Rowe, 2009)
2.5.2. Pati Jagung
Pati jagung diperoleh dari biji Zea mays L. dari famili Poaceae . Pati
jagung merupakan serbuk halus yang berwarna putih dan tidak larut dalam air
dingin dan etanol. Hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah
2-5 tidak terdapat lamella. Apabila diamati dibawah cahaya terpolarisasi , tampak
bentuk silang yang berwarna hitam memotong pada hilus (Depkes RI, 2014).
Pada sediaan padat, amilum biasanya digunakan sebagai pengikat, pengisi,
dan desintegran. Umumnya pada konsentrasi yang dipakai antara rentang 5-10%
digunakan sebagai perbandingan pengisi atau pengikat pada metode granulasi
basah. Amilum bersifat higroskopis, sehingga dibutuhkan penyimpanan dalam
ruang kedap udara untuk menjaga stabilitasnya (Rowe.R.C et al,2009)
2.5.3. Polivinil Pirolidon (PVP K 30)
PVP K 30 merupakan polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai
bahan pengikat baik dalam larutan air atau alcohol. Karakteristik dari PVP K30
14
yaitu serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau,
higroskopik, dengan kelarutan mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) dan
dalam kloroform. Kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata dan praktis
tidak larut dalam eter. PVP K 30 telah digunakan secara luas sebagai bahan
tambahan, terutama pada sediaan tablet oral dan solution. PVP dapat digunakan
sebagai disintegran, enhenser disolusion, suspending agent, dan pengikat pada
tablet. Konsentrasi 1% - 3% memberikan hasil tablet yang memenuhi persyaratan
(Monton C., et al, 2014).
Table II.2 Hubungan Nilai K dengan Berat Molekul Rata-rata Polivinil Pirolidon
(Rowe.R.C et al,2009)
Nilai K Bobot Molekul rata-rata
12
15
17
25
30
60
90
120
2.500
8000
10.000
30.000
50.000
400.000
1.000.000
3.000.000
Granulasi yang menggunakan sistem PVP –alkohol atau PVP-air dapat
diproses dengan baik yaitu cepat kering dan memiliki sifat kempa yang sangat
baik (Lieberman et al, 1989). Struktur molekul dapat dilihat pada gambar 2.5
15
Gambar 2.4 Struktur Molekul Polimer PVP K 30
2.5.4. Primojel
Primojel adalah turunan dari pati kentang yang memiliki sifat seperti
carboxymethyl cellulose. Nama lain dari Primojel adalah sodium starch glycolate
atau sodium carboxymethyl starch memiliki karakteristik yaitu serbuk putih.
Primojel itu sendiri merupakan desintegran yang efektif yang dapat digunakan
dalam pembuatan tablet secara granulasi basah maupun cetak langsung. Efektif
konsentrasi pada 2-8% dan konsentrasi diatas 8% umumnya menambah waktu
hancur tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010) .
Gambar 2.5 Struktur Molekul Polimer Primogel (Rowe, 2009)
16
2.5.5. Magnesium Stearat
Magnesium stearate mengandung senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organic padat yang diperoleh dari lemak. Karakteristik dari
magnesium stearat adalah serbuk halus ,putih dan voluminous, bau lemah khas,
mudah melekat dikulit, bebas dari butiran . Tidak larut dalam air, dalam etanol
dan dalam eter (Rowe, 2009) .
Gambar 2.6 Struktur Molekul Magnesium Stearat