uji toksisitas akut ekstrak aktif buah sirsak ratu … · atau yang biasa disebut dengan sirsak...

33
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU (Annona muricata) DAN SIRSAK HUTAN (Annona glabra) SEBAGAI POTENSI ANTIKANKER ASTARI WENDARNINGTYAS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: phungtuyen

Post on 07-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK

RATU (Annona muricata) DAN SIRSAK HUTAN (Annona

glabra) SEBAGAI POTENSI ANTIKANKER

ASTARI WENDARNINGTYAS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

ABSTRAK

ASTARI WENDARNINGTYAS. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Aktif Buah Sirsak

Ratu (Annona muricata) dan Sirsak Hutan (Annona glabra) sebagai Potensi

Antikanker. Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan NOVRIYANDI

HANIF.

Penelitian khasiat antikanker dari berbagai bagian tumbuhan sirsak telah

marak dilakukan, namun penelitian khasiat antikanker dari bagian buah masih

jarang dilakukan. Buah sirsak yang cukup banyak terdapat di Indonesia adalah

buah sirsak ratu (Annona. muricata) dan buah sirsak hutan (A. glabra). Penelitian

toksisitas dari buah sirsak ratu dan buah sirsak hutan dilakukan dengan dua

metode, yaitu metode uji letalitas larva udang (BSLT) dan metode lebih terkini

dengan menggunakan embrio ikan zebra (Danio rerio). Nilai LC50 terbaik dari

ekstrak buah sirsak ratu dan sirsak hutan diberikan oleh ekstrak etil asetat baik

dengan menggunakan metode BSLT maupun dengan embrio ikan zebra. Hasil

pengamatan embrio ikan zebra melaporkan bahwa ekstrak etil asetat sirsak ratu

merupakan ekstrak dengan daya sitotoksik tertinggi. Uji fitokimia dari ekstrak etil

asetat masing-masing buah menghasilkan uji positif pada golongan senyawa

alkaloid, tanin, dan flavonoid. Ekstrak etil asetat sirsak ratu menghasilkan 6 noda

dari hasil pemisahan dengan kromatografi lapis tipis dan ekstrak etil asetat sirsak

hutan menghasilkan 8 noda dengan cara yang sama.

ABSTRACT

ASTARI WENDARNINGTYAS. Acute Toxicity Test of Active Fruit Extract

from Soursop (Annona muricata) and Pond Apple (Annona glabra) as an

Anticancer Potential. Supervised by GUSTINI SYAHBIRIN and NOVRIYANDI

HANIF.

The anticancer potential studies of soursop plants have been studied well,

but the anticancer potential of soursoup fruits is still rarely studied. Soursop fruits

are common in Indonesia and widely distribute as soursop (Annona muricata) and

pond apple (A. glabra). Investigation toxicity of these fruits is carried out in two

methods, brine shrimp lethality test (BSLT) and more advanced zebra fish (Danio

rerio) test. The best LC50 from soursop and pond apple extract were given by the

ethyl acetate extract either by using BSLT or zebra fish toxicity assay. The

observation of zebra fish embryos showed that the ethyl acetate extract of soursop

is the most toxic extract. Phytochemical test of the ethyl acetate extracts gave a

positive result for alkaloid, tannin, and flavonoid type of compound. The ethyl

acetate extract of soursop resulted 6 spots and the ethyl acetate extract of pond

apple resulted 8 spots by employing silica gel thin layer chromatography (TLC)

and methanol-etyl acetate (3:7) as mobile phase.

Page 3: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

Disetujui

Pembimbing I

Dr Gustini Syahbirin, MS

NIP 19600819 198903 2 001

Pembimbing II

Novriyandi Hanif, DSc

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus :

Judul :

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Aktif Buah Sirsak Ratu (Annona

muricata) dan Sirsak Hutan (Annona glabra) sebagai Potensi

Antikanker

Nama : Astari Wendarningtyas

NIM : G44070099

Page 4: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK

RATU (Annona muricata) DAN SIRSAK HUTAN (Annona

glabra) SEBAGAI POTENSI ANTIKANKER

ASTARI WENDARNINGTYAS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 5: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Aktif Buah Sirsak Ratu (Annona muricata) dan

Sirsak Hutan (Annona glabra) sebagai Potensi Antikanker. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya hingga akhir zaman. Penelitian ini bertujuan menganalisis

potensi ekstrak kasar buah sirsak sebagai potensi antikanker. Penelitian

dilaksanakan sejak Maret sampai September 2011 di Laboratorium Kimia

Organik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

dan Laboratorium Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,

Fakultas Kedokteran Hewan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Gustini Syahbirin,

MS dan Bapak Novriyandi Hanif, DSc selaku pembimbing yang senantiasa

memberikan arahan, dorongan semangat, dan doa kepada penulis selama

melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh

staf Laboratorium Kimia Organik, Bapak Budi Arifin, Kak Luthfan Irfana, Bapak

drh. Kusdiantoro Muhamad, MSi, dan Kak Steven Gunawan atas bantuan serta

masukan selama penelitian berlangsung. Terima kasih tak terhingga penulis

ucapkan kepada seluruh keluarga, Zulmy, Indah, Lilik, Ratna, Randi, Ria, dan

keluarga besar Kimia 44 atas doa, kasih sayang, motivasi, serta segala dukungan

yang telah kalian berikan.

Atas segala khilaf dan kekurangan, semoga dapat dibukakan pintu maaf

yang sebesar-besarnya. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak juga perkembangan ilmu pengetahuan.

September 2011

Astari Wendarningtyas

Page 6: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 10 Maret 1989 dari pasangan

Alm. M. Daryono dan Alm. Naniek Anjarweniati. Penulis merupakan anak

keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2007 penulis berhasil menyelesaikan

studi di SMA Negeri 10 Tangerang dan pada tahun yang sama penulis lulus

seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum

Kimia Dasar pada tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011, asisten praktikum

Kimia Lingkungan pada tahun ajaran 2010/2011, dan asisten praktikum Kimia

Organik pada tahun ajaran 2010/2011. Penulis juga pernah aktif sebagai staf

Departemen Pengembangan Kimia dan Seni (PKS) Imasika IPB periode

2008/2009. Bulan Juli–Agustus 2010 penulis melaksanakan praktik lapangan di

Balai Besar Pascapanen dengan judul Validasi Metode PEU-Test dan Analisis

Derajat Pasteurisasi pada Jus Buah Rambutan.

Page 7: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ............................................................................................ 2

Lingkup Kerja ............................................................................................. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air dan Abu ...................................................................................... 4

Ekstraksi ...................................................................................................... 4

Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang ........................................................ 5

Uji Toksisitas Terhadap Embrio Ikan Zebra ............................................... 6

Pengamatan Embrio Ikan Zebra .................................................................. 6

Uji Fitokimia ............................................................................................. 10

Penentuan Fraksi Ekstrak Teraktif ............................................................ 10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan .................................................................................................... 11

Saran .......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

LAMPIRAN .......................................................................................................... 14

vi

Page 8: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

DAFTAR TABEL

1 Kadar air dan abu buah sirsak ............................................................................. 4

2 Rendemen buah sirsak......................................................................................... 5

3 Uji fitokimia ekstrak etil asetat buah sirsak ..................................................... 10

4 Nilai Rf ekstrak etil asetat buah sirsak .............................................................. 11

DAFTAR GAMBAR

1 Sirsak ratu (A. muricata). ................................................................................... 1

2 Sirsak hutan (A. glabra). .................................................................................... 1

3 Ikan zebra (Danio rerio). .................................................................................... 2

4 Nilai LC50 uji toksisitas terhadap A. salina. ....................................................... 5

5 Nilai LC50 uji toksisitas terhadap embrio ikan zebra. ........................................ 6

6 Embrio ikan zebra dengan penambahan ekstrak etil asetat sirsak ratu. ............. 7

7 Embrio ikan zebra dengan penambahan ekstrak etil asetat sirsak hutan. ........... 7

8 Profil kromatogram ekstrak etil asetat sirsak ratu dan sirsak hutan dengan

eluen metanol:etil asetat (3:7). ......................................................................... 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian ...................................................................................... 15

2 Kadar air, kadar abu, dan rendemen buah sirsak .............................................. 16

3 Hasil uji toksisitas BSLT ekstrak etanol ........................................................... 17

4 Hasil uji toksisitas BSLT ekstrak etil asetat ...................................................... 18

5 Hasil uji toksisitas BSLT ekstrak air ................................................................. 19

6 Hasil uji toksisitas embrio ikan zebra ekstrak etanol ........................................ 20

7 Hasil uji toksisitas embrio ikan zebra ekstrak etil asetat................................... 21

8 Hasil uji toksisitas embrio ikan zebra ekstrak air.............................................. 22

9 Hasil pengamatan embrio ikan zebra dengan perlakuan ekstrak sirsak ratu ..... 23

10 Hasil pengamatan embrio ikan zebra dengan perlakuan ekstrak sirsak hutan 24

11 Nilai Fhitung pengamatan embrio ikan zebra .................................................... 25

12 Hasil uji Dunnet pengamatan embrio ikan zebra ............................................ 25

vii

Page 9: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

PENDAHULUAN

Manfaat dan khasiat tanaman sirsak

sebagai antikanker yang sangat efektif telah

banyak diteliti. McLaughlin (2008)

melaporkan bahwa tanaman famili

Annonaceae dapat berfungsi sebagai

antikanker, terutama karena kandungan

asetogenin. Kelebihan senyawa asetogenin

jika dibandingkan dengan obat kanker yang

telah beredar adalah senyawa asetogenin

secara spesifik menyerang sel kanker dan

tidak menyerang sel normal pada tubuh.

Golongan senyawa lain yang juga memiliki

potensi antikanker adalah flavonoid

(Mustariani 2011).

Jenis tanaman famili Annonaceae yang

mengandung asetogenin antara lain Asimina

triloba (paw paw), Goniothaelamuzs

giganteus, Annona squamosa Linn (serikaya),

A. muricata Linn (sirsak), A. bullata Rich.,

Asimina pariflora (Michx.) Dunal, A.

longifolia Kral., A. reticulata Linn, A. glabra

Linn, A. jahnii Saff., A. cherimolia Mill.

(cherimolia), Xylopia aromatica (Mart.) Lam.,

Rollinia mucosa (Jacq.) Baill. (biriba), dan R.

emarginata Schlecht. Jenis tanaman

Annonaceae tersebut memiliki beberapa

khasiat bagi para penderita tumor dan kanker,

yaitu menurunkan kadar darah dari antigen

tumor, memperkecil ukuran tumor,

menghambat pembelahan sel kanker,

menambah bobot badan, meningkatkan

pergerakan tubuh, menambah energi, dan

meningkatkan lama waktu hidup (McLaughlin

2008).

Jenis sirsak yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat pada umumnya adalah A.

muricata atau yang biasa disebut dengan

sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada

umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

adalah daun, biji, dan akar. Wu et al. (1995a

dan 1995b), Zeng et al. (1996), dan Kim et al.

(1998) meneliti bagian daun, sementara Rieser

et al. (1996), Li et al. (2000), dan Chang &

Wu (2001) meneliti bagian biji. Gleye et al.

(1998 dan 2000) meneliti bagian akar. Bagian

buah belum diteliti lebih lanjut, sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk menguji potensi

buah sirsak ratu sebagai antikanker.

Gambar 1 Sirsak ratu (A. muricata).

Sirsak ratu merupakan tanaman

pekarangan yang produksi buahnya hanya 400

batang per desa (Trubus 2011), sehingga sulit

didapatkan dalam jumlah banyak. Salah satu

solusinya adalah dengan mendapatkan jenis

sirsak lainnya yang juga berkhasiat

antikanker. Cochrane et al. (2008) telah

menguji khasiat antikanker bagian-bagian

tanaman A. glabra pada sel leukemia. Biji,

daun, dan buah dilaporkan memiliki efek

antikanker, dan bagian biji paling tinggi

khasiatnya. A. glabra biasa dikenal dengan

nama sirsak gundul atau sirsak hutan (Gambar

2), dan banyak terdapat di daerah pulau Jawa

(Trubus 2011). Menurut masyarakat setempat,

sirsak hutan memiliki rasa yang masam dan

sering menyebabkan pusing ketika

dikonsumsi.

Gambar 2 Sirsak hutan (A. glabra).

Daya sitotoksik dari buah sirsak sirsak ratu

dan sirsak hutan sebagai potensi antikanker

belum pernah dibandingkan sebelumnya. Oleh

karena itu, penelitian ini bertujuan

menganalisis dan membandingkan potensi

ekstrak kedua buah sirsak tersebut sebagai

antikanker. Uji potensi antikanker dilakukan

dengan menguji toksisitas buah tersebut.

Uji toksisitas suatu senyawa dapat

dilakukan dengan berbagai macam metode.

Penelitian ini menerapkan metode uji letalitas

larva udang (BSLT) dengan menggunakan

larva udang Artemia salina Leach sebagai

hewan uji serta metode uji toksisitas dengan

menggunakan embrio ikan zebra (Danio

rerio). Kedua metode dapat digunakan untuk

pencarian senyawa antikanker baru yang

berasal dari tanaman atau hewan laut. Hasil

uji toksisitas dengan kedua metode tersebut

telah terbukti memiliki korelasi dengan daya

Page 10: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

sitotoksik senyawa antikanker. Selain itu,

metode ini juga mudah dikerjakan, murah,

cepat, dan cukup akurat (Colegate &

Molyneux 2008).

Ikan zebra (Gambar 3) merupakan hewan

uji yang mutagennya telah banyak digunakan

untuk mengidentifikasi perkembangan gen

vertebrata (Jagadeeswaran & Sheehan 1999).

Keuntungan penggunaan ikan zebra sebagai

hewan uji antara lain tingkat kesamaan yang

tinggi dengan mamalia dalam hal

pengembangan mekanisme fisiologi

molekular dan selular, pembuahan terjadi di

luar sehingga memungkinkan pengamatan

langsung dan manipulasi embrio, siklus

perkembangan cukup cepat, memiliki korelasi

sistem organ yang baik dengan vertebrata lain,

dan biaya pemeliharaan yang murah. Selain

itu, embrio ikan dan larva transparan sehingga

dapat dilakukan pengamatan organ dalam

secara langsung (tanpa operasi) dengan

menggunakan mikroskop cahaya, dan embrio

ikan bersifat permeabel terhadap molekul-

molekul kecil dan obat-obatan sehingga

memungkinkan pengamatan distribusi obat

(Kari et al. 2007).

Gambar 3 Ikan zebra (Danio rerio).

Menurut Berghmans et al. (2005), ikan

zebra telah dikembangkan sebagai hewan uji

dalam penelitian terhadap penyakit manusia.

Akhir-akhir ini telah dikembangkan pengujian

toksisitas pada embrio ikan zebra terhadap

penemuan obat-obatan terbaru dari suatu

senyawa bahan alam, termasuk toksisitas akut

(LC50). Hasil uji toksisitas pada embrio ikan

zebra telah terbukti memiliki korelasi positif

dengan hasil uji toksisitas pada mamalia (Ma

et al. 2007). Pengujian senyawa antikanker

secara in vivo pada embrio dan ikan zebra

juga telah dilakukan oleh Berghmans et al.

(2005), Moore et al. (2006), Hsu et al. (2007),

dan Nicoli & Presta (2007).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan selama

penelitian ini adalah alat kaca, corong pisah,

pipet mikro, bejana kromatografi, neraca

analitik, oven, penguap putar, pengering beku,

multiwell, shaker, dan mikroskop stereo.

Bahan-bahan yang digunakan selama

penelitian ini adalah buah sirsak hutan yang

berasal dari Laboratorium Agronomi IPB

Leuwikopo, buah sirsak ratu yang berasal dari

daerah Sukabumi, etanol 80%, etil asetat,

metanol, kloroform, diklorometana, aseton,

kloroform, n-heksana, dimetil sulfoksida

(DMSO), dietil eter, FeCl3 1%, NH4OH,

H2SO4, HCl pekat, amil alkohol, reagen

Wagner, Mayer, Dragendorf, Liebermann-

Buchard, serbuk Mg, natrium sulfat anhidrat,

pelat aluminium jenis silika gel G60F254 dari

Merck, larva A. salina Leach, dan embrio ikan

zebra.

Lingkup Kerja

Metode penelitian dilakukan mengikuti

diagram alir pada Lampiran 1. Tahapannya

meliputi penyiapan sampel buah sirsak,

penentuan kadar air dan abu, ekstraksi buah

sirsak, partisi ekstrak etanol buah sirsak,

pengujian toksisitas, dan pencirian senyawa

bioaktif.

Ekstraksi Buah Sirsak (Harborne 1987)

Buah sirsak dicuci kemudian dihilangkan

kulit dan bijinya. Sebanyak ±100 g sampel

buah dimaserasi dengan etanol 80% dengan

nisbah 1:3 selama 24 jam. Penggantian pelarut

dilakukan sampai hasil ekstraksi tidak

berwarna lagi. Ekstrak lalu dipekatkan dengan

penguap putar dan pengering beku. Ekstrak

pekat yang diperoleh ditimbang dan dihitung

rendemennya dengan persamaan sebagai

berikut:

Keterangan:

a = bobot ekstrak (g)

b = bobot contoh awal (g)

Penentuan Kadar Air (AOAC 1984)

Cawan porselen dikeringkan di dalam

oven bersuhu 105 °C selama 60 menit.

Selanjutnya cawan didinginkan dalam

eksikator selama 30 menit dan ditimbang

bobot kosongnya. Sebanyak 3 g sampel

dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan

di dalam oven selama 24 jam pada suhu 105

°C. Setelah itu, cawan didinginkan dalam

eksikator sekitar 30 menit dan ditimbang

kembali. Pemanasan dilakukan sampai

diperoleh bobot konstan. Penentuan kadar air

dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo).

Page 11: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

3

Kadar air (%) = %100

A

BA

Keterangan:

A = bobot bahan sebelum dikeringkan (g)

B = bobot bahan setelah dikeringkan (g)

Penentuan Kadar Abu (AOAC 1984)

Cawan porselen dikeringkan di dalam

oven bersuhu 105 °C selama 60 menit.

Selanjutnya cawan didinginkan dalam

eksikator selama 30 menit dan ditimbang

bobot kosongnya. Sebanyak 3 g sampel

dimasukkan ke dalam cawan dan dipijarkan

hingga sampel kering. Sampel lalu diabukan

di dalam tanur selama 60 menit pada suhu 700

°C. Setelah itu, cawan didinginkan dalam

eksikator sekitar 30 menit dan ditimbang

kembali. Penentuan kadar abu dilakukan

sebanyak 3 kali ulangan (triplo).

Keterangan:

A = bobot bahan sebelum diabukan (g)

B = bobot bahan setelah diabukan (g)

Partisi Ekstrak Etanol Buah Sirsak

Ekstrak etanol buah sirsak dilarutkan

dengan air sebanyak 200 mL dan dimasukkan

ke dalam corong pisah. Kemudian diekstraksi

menggunakan etil asetat dengan nisbah 1:2.

Penambahan etil asetat dilakukan secara

bertahap sampai fase organik tidak berwarna.

Fase organik dipisahkan dari fase air, lalu

dipekatkan dengan penguap putar dan

dikeringbekukan.

Uji Toksisitas Ekstrak Terhadap A. Salina

(Krishnaraju et al. 2005)

Penetasan Telur A. salina. Telur A.

salina yang sudah siap ditetaskan ditimbang

sebanyak 0.5 g kemudian dimasukkan ke

dalam wadah yang berisi air laut yang sudah

disaring dan diaerasi. Telur dibiarkan selama

48 jam di bawah pencahayaan lampu agar

menetas sempurna. Telur yang telah menetas

menjadi larva digunakan untuk uji toksisitas.

Uji Toksisitas terhadap A. salina.

Larutan stok ekstrak etanol, ekstrak etil asetat,

dan ekstrak air dibuat dalam konsentrasi 5000

ppm kemudian diencerkan hingga diperoleh

konsentrasi 100, 500, 1000, 1500, dan 2000

ppm. Apabila ekstrak tidak larut ditambahkan

DMSO. Ke dalam multiwell dimasukkan 400

μL air laut, 10 ekor larva udang dalam 600 μL

air laut, dan 1 mL ekstrak. Ulangan dilakukan

sebanyak 4 kali. Multiwell ditutup dengan

aluminium foil dan diinkubasi selama 24 jam.

Nilai konsentrasi letal 50% (LC50) ditentukan

dengan menggunakan kurva hubungan antara

konsentrasi ekstrak (sumbu x) dengan rerata

persen kematian larva udang (sumbu y).

Uji Toksisitas Ekstrak terhadap Embrio

Ikan Zebra (Heiden et al. 2007, Wei et al.

2010, dan Coelho et al. 2011)

Uji Toksisitas. Larutan stok ekstrak

etanol, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air

dibuat dalam konsentrasi 5000 ppm kemudian

diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 100,

500, 1000, 1500, dan 2000 ppm. DMSO

ditambahkan apabila ekstrak tidak larut.

Sebanyak 10 telur ikan zebra dalam 1 mL air

tawar dan 1 mL ekstrak dimasukkan ke dalam

multiwell. Ulangan dilakukan sebanyak 4 kali.

Multiwell ditutup dengan aluminium foil dan

diinkubasi selama 24 jam. LC50 ditentukan

dengan menggunakan kurva hubungan antara

konsentrasi ekstrak (sumbu x) dengan rerata

persen kematian embrio ikan zebra (sumbu y).

Pengamatan Embrio Ikan Zebra.

Embrio ikan zebra yang telah terpapar oleh

ekstrak aktif selama 24 jam diamati

morfologinya dengan menggunakan

mikroskop stereo.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Alkaloid. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif

buah sirsak dilarutkan dalam 10 mL

kloroform lalu ditambahkan 4 tetes NH4OH

dan disaring. Filtrat yang diperoleh

ditambahkan 10 tetes H2SO4 2 M, kemudian

dikocok hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan

asam diteteskan pada lempeng tetes dan

ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer, dan

Wagner. Uji positif jika berturut-turut

didapatkan endapan berwarna jingga, putih,

dan cokelat.

Saponin. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif

buah sirsak dilarutkan dalam 10 mL akuades

panas dan dididihkan selama 5 menit.

Campuran disaring dan dikocok kuat selama

10 menit hingga timbul busa. Apabila busa

stabil selama 10 menit, maka filtrat positif

mengandung saponin.

Steroid dan Triterpenoid. Sebanyak 0.1

g ekstrak aktif buah sirsak dilarutkan dalam

25 mL etanol panas (50 ⁰C), kemudian

disaring ke kaca arloji dan diuapkan sampai

kering. Residu dilarutkan dalam eter dan

Page 12: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

ditambahkan 3 tetes pereaksi Lieberman-

Burchard. Uji positif triterpenoid ditandai

dengan terbentuknya warna merah atau ungu,

sedangkan uji positif steroid ditandai dengan

terbantuknya warna hijau atau biru.

Tanin. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif buah

sirsak dilarutkan dalam 10 mL akuades panas,

kemudian disaring. Filtrat ditambahkan FeCl3

1%. Warna hijau, biru, atau hitam

menunjukkan filtrat positif mengandung tanin.

Flavonoid. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif

buah sirsak dilarutkan dalam 10 mL akuades

panas, kemudian disaring. Sebanyak 5 mL

filtrat ditambahkan 0.05 g serbuk Mg, 1 mL

HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol, kemudian

dikocok kuat. Adanya flavonoid ditunjukkan

dengan terbentuknya warna merah, jingga,

atau kuning pada lapisan amil alkohol.

Penentuan Fraksi Ekstrak Teraktif

(Hounghton dan Raman 1998)

Digunakan pelat kromatografi lapis tipis

(KLT) aluminium jenis gel silika G60F254 dari

Merck. Ekstrak teraktif buah sirsak ditotolkan

pada pelat KLT. Setelah kering, langsung

dielusi dalam bejana kromatografi yang telah

dijenuhkan oleh uap eluen pengembang. Elusi

tahap pertama dilakukan dengan

menggunakan eluen tunggal metanol, etanol,

etil asetat, aseton, diklorometana, kloroform,

dan n-heksana. Noda yang dihasilkan dari

proses elusi masing-masing eluen diamati di

bawah lampu UV pada panjang gelombang

254 nm. Eluen terbaik ialah yang

menghasilkan noda terbanyak dan terpisah

dengan baik. Jika lebih dari 1 eluen

menghasilkan noda terbanyak dan terpisah

baik, maka eluen-eluen tersebut dicampurkan

dengan nisbah tertentu hingga diperoleh

campuran eluen terbaik dengan pemisahan

noda yang terbaik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air dan Kadar Abu

Penentuan kadar air dapat berguna untuk

mengetahui cara penyimpanan contoh agar

terhindar dari pengaruh aktivitas mikrob.

Menurut Winarno (1995), contoh dapat

disimpan dalam jangka waktu lama apabila

kadar airnya kurang dari 10%. Selain itu,

penentuan kadar air juga digunakan sebagai

faktor koreksi dalam perhitungan rendemen

ekstrak yang dihasilkan (Harborne 1987). Air

yang terkandung dalam buah sirsak

dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 105

⁰C. Air yang terikat secara fisik dapat

dihilangkan dengan pemanasan pada suhu

100–105 ⁰C (Harjadi 1986). Kadar air yang

diperoleh dari buah sirsak ratu sebesar 80.49%

dan sirsak hutan 89.28% (Tabel 1). Kadar air

buah sirsak lebih dari 10% (Lampiran 2) dan

cukup tinggi sehingga waktu simpan sampel

cukup singkat dan harus dengan penanganan

tertentu, seperti suhu penyimpanan rendah dan

tempat penyimpanan yang tidak

terkontaminasi oleh mikrob.

Tabel 1 Kadar air dan abu buah sirsak

Bahan Kadar air

(%)

Kadar abu

(%)

Sirsak ratu 80.49 0.67

Sirsak hutan 89.28 0.94

Abu merupakan zat anorganik sisa

pembakaran suatu bahan organik, kadarnya

bergantung pada bahan yang diabukan dan

cara pengabuannya (Sudarmadji et al. 1996).

Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan

metode gravimetri. Prinsip metode ini adalah

pemijaran sampel pada suhu 600 ⁰C selama ±

60 menit dalam tanur (Harjadi 1986). Hasil

pemijaran adalah bobot mineral yang

terkandung dalam suatu bahan. Dalimartha

(2005) melaporkan batas maksimum kadar

abu tanaman herbal yang dapat dipakai

sebagai obat adalah 5%. Kadar abu buah

sirsak ratu sebesar 0.67% dan buah sirsak

hutan 0.94% (Tabel 1). Kadar abu kedua buah

sirsak tersebut berada di bawah nilai 5%,

sehingga aman untuk digunakan sebagai obat

(Lampiran 2).

Ekstraksi

Metode maserasi digunakan untuk

mengekstraksi sampel buah sirsak, karena

kandungan senyawa yang terdapat pada

sampel belum diketahui daya tahannya

terhadap panas. Pelarut yang digunakan

adalah etanol 80%. Harborne (1987)

menyatakan bahwa alkohol merupakan pelarut

serba guna yang sangat baik untuk ekstraksi

pendahuluan, karena dapat mengekstraksi

senyawa polar dan nonpolar dengan baik.

Etanol juga tidak memiliki sifat toksik,

sehingga aman untuk mengekstraksi bahan

alam yang akan digunakan sebagai obat. Wu

et al. (1995), Zeng et al. (1996), dan Kim et

al. (1998) juga menggunakan pelarut etanol

dalam penelitiannya terhadap sampel sirsak

ratu. Maserasi dilakukan hingga pelarut tidak

berwarna, dengan asumsi semua senyawa

Page 13: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

5

yang terdapat dalam sampel telah terekstraksi

dengan sempurna.

Hasil maserasi menghasilkan rendemen

berdasarkan bobot basah sebesar 7.60% untuk

ekstrak sirsak ratu dan 5.06% untuk ekstrak

sirsak hutan (Tabel 2). Didapatkan padatan

berwarna cokelat tua. Rendemen ekstrak

sirsak ratu lebih besar dibandingkan dengan

ekstrak sirsak hutan (Lampiran 2). Karena itu,

kandungan senyawa fitokimia pada ekstrak

sirsak ratu diperkirakan lebih besar jika

dibandingkan dengan ekstrak sirsak hutan.

Tabel 2 Rendemen buah sirsak

Bahan

Rendemen (% (b/b))

Ekstrak

etanol

Ekstrak

etil asetat

Ekstrak

air

Sirsak ratu 7.60 0.09 1.45 Sirsak hutan 5.06 0.19 0.38

Ekstrak etanol kemudian dipartisi cair-cair

dengan pelarut air-etil asetat. Partisi ini

bertujuan memisahkan komponen-komponen

semipolar dan nonpolar dengan komponen

polar. Colegate dan Molyneux (2008)

menyatakan ekstrak metanol atau etanol dari

sampel segar dapat dipartisi kembali dengan

etil asetat untuk memisahkan komponen

nonpolar dari fraksi air. Diharapkan

komponen aktif ekstrak buah sirsak terdapat

pada fase organik (etil asetat). Rendemen

fraksi etil asetat berdasarkan bobot basah

didapatkan sebesar 0.09% untuk ekstrak sirsak

ratu dan 0.19% untuk ekstrak sirsak hutan

(Tabel 2). Rendemen fraksi air berdasarkan

bobot basah didapatkan sebesar 1.45% untuk

ekstrak sirsak ratu dan 0.38% untuk ekstrak

sirsak hutan (Tabel 2). Fraksi etil asetat

berbentuk pasta berwarna cokelat tua dan

fraksi air berbentuk padatan berwarna cokelat

tua. Rendemen etil asetat ekstrak sirsak ratu

lebih kecil (Lampiran 2), maka kandungan

senyawa semipolar dan nonpolarnya

diperkirakan lebih sedikit daripada ekstrak

sirsak hutan.

Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang

Uji toksisitas dengan metode BSLT

digunakan untuk memantau senyawa bioaktif

yang baru dari bahan alam (Mukhtar et al.

2007). Hewan uji yang digunakan adalah A.

salina L. Metode ini merupakan uji

pendahuluan suatu komponen aktif dari

tanaman yang kemudian dapat didukung oleh

uji lanjutan terhadap senyawa aktif yang telah

diisolasi. BSLT dapat meramalkan

sitotoksisitas dan aktivitas pestisida. Hasil uji

BSLT mempunyai korelasi yang positif

dengan toksisitas dan sitotoksisitas pada sel

leukemia dan sel tumor (Colegate dan

Molyneux 2008). Hasil uji yang didapatkan

adalah nilai LC50 yang apabila nilainya berada

di bawah 1000 ppm, maka ekstrak yang

diujikan memiliki sifat sitotoksik dan potensi

sebagai antikanker.

Gambar 4 menyajikan data nilai LC50

dengan metode BSLT. Hasil pengujian untuk

ekstrak etanol sirsak ratu memiliki nilai R2

sebesar 0.9931 dan LC50 sebesar 274.0497

ppm. Ekstrak etanol sirsak hutan memiliki

nilai R2 sebesar 0.9933 dan LC50 sebesar

309.2616 ppm (Lampiran 3). Ekstrak etil

asetat sirsak ratu memiliki nilai R2 sebesar

0.9921 dan LC50 sebesar 30.4470 ppm.

Ekstrak etil asetat sirsak hutan memiliki nilai

R2 sebesar 0.9931 dan LC50 sebesar 42.3488

ppm (Lampiran 4). Ekstrak air sirsak ratu

memiliki nilai R2 sebesar 0.9966 dan LC50

sebesar 143.0910 ppm. sedangkan ekstrak air

sirsak hutan memiliki nilai R2 sebesar 0.9983

dan LC50 sebesar 167.0250 ppm (Lampiran 5).

Gambar 4 Nilai LC50 uji toksisitas terhadap

A. salina.

Berdasarkan AOAC (2002), nilai koefisien

korelasi (R2) yang baik adalah lebih besar atau

sama dengan 0.9900. Semua nilai LC50

ekstrak buah sirsak memiliki nilai R2 di atas

0.9900, yang menunjukkan hubungan linear

antara persen kematian dan konsentrasi

sampel. Meskipun uji toksisitas ini tidak

spesifik untuk antikanker, hasil uji senyawa

antikanker menunjukkan korelasi yang

signifikan terhadap kematian larva udang

(Mukhtar et al. 2007). Ekstrak buah sirsak

ratu dan sirsak hutan memiliki potensi

aktivitas yang tinggi (kurang dari 1000 ppm)

untuk diteliti dan dikembangkan dengan

menggunakan metode yang lebih spesifik

terhadap efek antikanker.

Dalam penelitian sebelumnya, Zeng et al.

(1996) melakukan uji toksisitas terhadap

ekstrak etanol daun sirsak ratu. Nilai LC50

yang didapatkan sebesar 30.5 ppm, lebih kecil

dibandingkan dengan nilai LC50 ekstrak etanol

0 50

100 150 200 250 300 350

ekstrak

etanol

ekstrak etil

asetat

ekstrak air

(pp

m)

sirsak ratu sirsak hutan

Page 14: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

6

buah (274.0497 ppm). Karena itu, ekstrak

etanol daun sirsak memiliki daya sitotoksik

yang diprediksi lebih tinggi daripada ekstrak

etanol buah sirsak. Rieser et al. (1996) dan

Zeng et al. (1996) mendapatkan nilai LC50

untuk ekstrak kasar teraktif daun sirsak ratu

berada di bawah nilai 250 ppm. Jika

dibandingkan dengan nilai LC50 tersebut,

maka ekstrak etil asetat merupakan ekstrak

teraktif dengan nilai LC50 terendah.

Uji Toksisitas Terhadap Embrio Ikan

Zebra

Pengembangan embrio dan ikan zebra

sebagai hewan uji dalam pengujian penyakit

dan obat manusia dilatarbelakangi oleh

terbatasnya mamalia yang dapat digunakan

sebagai hewan uji. Embrio ikan zebra telah

berhasil dikembangkan sebagai model untuk

pengujian toksisitas akut suatu obat (Kari et

al. 2007). Pengujian toksisitas akut terhadap

embrio ikan zebra telah dilakukan oleh Wei et

al. (2010), dan Coelho et al. (2011). Heiden et

al. (2007) melakukan uji toksisitas pada

senyawa yang digunakan untuk medium obat

dalam tubuh manusia. Uji toksisitas tersebut

menghasilkan nilai LC50 yang dapat

mengindikasikan efek dari obat yang diujikan

terhadap mamalia (Kari et al. 2007).

Uji toksisitas dengan menggunakan

embrio ikan zebra merupakan uji lanjutan

terhadap ekstrak buah sirsak untuk melihat

potensinya sebagai antikanker. Embrio

diberikan perlakuan dengan penambahan

ekstrak pada rentang konsentrasi tertentu.

Setelah 24 jam, embrio ikan zebra akan

menetas dan berkembang menjadi larva (Ma

et al. 2007). Jika ekstrak yang diberikan

terhadap embrio bersifat toksik, maka

perkembangan embrio tersebut akan

terhambat dan dapat menyebabkan kematian.

Gambar 5 menyajikan data nilai LC50

dengan menggunakan metode uji embrio ikan

zebra. Ekstrak etanol sirsak ratu menghasilkan

nilai R2 sebesar 0.9971 dan LC50 sebesar

295.1257 ppm. Ekstrak etanol sirsak hutan

menghasilkan nilai R2 sebesar 0.9932 dan

LC50 sebesar 325.1409 ppm (Lampiran 6).

Ekstrak etil asetat sirsak ratu memiliki nilai R2

sebesar 0.9959 dan LC50 sebesar 36.2806

ppm. Ekstrak etil asetat sirsak hutan memiliki

nilai R2 sebesar 0.9978 dan LC50 sebesar

43.8747 ppm (Lampiran 7). Ekstrak air sirsak

ratu memiliki nilai R2 sebesar 0.9981 dan LC50

sebesar 153.8617 ppm, sedangkan ekstrak air

sirsak hutan memiliki nilai R2 sebesar 0.9936

dan LC50 sebesar 177.3610 ppm (Lampiran 8).

Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan dari

setiap ekstrak buah sirsak berada di atas nilai

0.9900, sehingga dapat dikatakan terdapat

hubungan yang linear antara persen kematian

dan konsentrasi sampel pada uji toksisitas

dengan embrio ikan zebra ini (AOAC 2002).

Gambar 5 Nilai LC50 uji toksisitas terhadap

embrio ikan zebra.

Ekstrak etil asetat dari kedua sampel buah

sirsak menghasilkan nilai LC50 yang paling

rendah. Hasil ini serupa dengan pengujian

menggunakan metode BSLT. Oleh karena itu,

dapat dikatakan bahwa ekstrak etil asetat dari

buah sirsak ratu dan sirsak hutan paling aktif

dan memiliki daya sitotoksik paling tinggi.

Bila dibandingkan dengan nilai LC50 dari

metode BSLT, nilai LC50 hasil uji toksisitas

terhadap embrio ikan zebra lebih besar. Hal

ini dikarenakan ikan zebra merupakan

organisme yang lebih kompleks dibandingkan

dengan A. salina, sehingga memiliki

ketahanan tubuh yang lebih baik terhadap

senyawa toksik yang diujikan.

Pengamatan Embrio Ikan Zebra

Embrio ikan zebra yang telah diamati

untuk penentuan nilai LC50 kemudian diamati

secara mikroskopik untuk mengetahui

pengaruh ekstrak aktif terhadap morfologi

embrio. Embrio ikan zebra secara in vivo

dapat mewakili kompleksitas fisiologis dan

morfologis yang terdapat pada organisme

dewasa. Oleh karena itu, embrio tersebut

memiliki potensi untuk menggambarkan

informasi organisme yang lengkap dalam

suatu uji toksisitas (Ma et al. 2007). Suatu

ekstrak dapat dikatakan memiliki potensi

antikanker apabila penambahan ekstrak

tersebut pada embrio ikan zebra memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan morfologi embrio (Coelho et al

2011).

Pengamatan embrio dilakukan dengan

mikroskop stereo. Foto objek dapat digunakan

untuk mengukur organ-organ embrio dengan

0

50

100

150

200

250

300

350

ekstrak

etanol

ekstrak etil

asetat

ekstrak air

(pp

m)

sirsak ratu sirsak hutan

Page 15: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

7

Gambar 6 Embrio ikan zebra dengan

penambahan ekstrak etil asetat

sirsak ratu.

Gambar 7 Embrio ikan zebra dengan

penambahan ekstrak etil asetat

sirsak hutan.

menggunakan skala preparat, setelah semua

embrio dari masing-masing konsentrasi uji

diamati. Organ-organ yang diamati antara lain

pigmentasi, panjang tubuh, diameter embrio

(jika embrio tidak menetas), kepala, mata,

jantung, kantung kuning telur, dan ekor.

Perlakuan dengan ekstrak etil asetat sirsak

ratu menghasilkan perbedaan morfologi

embrio yang cukup signifikan (Gambar 6).

Kontrol (0 ppm) menghasilkan perkembangan

embrio yang telah sempurna menjadi larva

(A). Organ-organ embrio tersebut telah

berkembang dengan sempurna dan terlihat

dengan jelas. Heiden et al. (2007) dan Wei et

al. (2010) melaporkan bahwa larva ikan zebra

yang normal akan memiliki sumbu tubuh yang

lurus. Larva kontrol memiliki sumbu tubuh

yang lurus, sehingga dapat dikatakan larva

kontrol berkembang dengan normal.

Perkembangan sempurna larva kontrol juga

dapat ditunjukkan dengan pigmentasi yang

terjadi. Coelho et al. (2011) menyatakan jika

larva ikan zebra memiliki kelainan, maka

intensitas pigmennya akan berkurang. Jika

dibandingkan dengan pigmentasi normal larva

ikan zebra pada penelitian tersebut, intensitas

pigmen pada kontrol memiliki kemiripan.

Organ jantung, kantung kuning telur, ekor,

dan kepala pada kontrol juga telah

berkembang dengan baik.

Perlakuan dengan konsentrasi 50 ppm (B)

menghasilkan embrio yang menetas menjadi

larva, namun tidak berkembang dengan

sempurna. Kerusakan terjadi pada sumbu

tubuh dan pigmentasi tidak terjadi. Bentuk

tubuh sedikit membungkuk pada bagian ekor.

Ukuran kantung kuning telur pada larva B

lebih besar jika dibandingkan dengan kontrol

(Lampiran 9). Kantung kuning telur

merupakan membran yang berfungsi untuk

menyediakan nutrisi bagi embrio. Pembesaran

kantung kuning telur merupakan salah satu

indikasi tidak terjadinya distribusi nutrisi yang

sempurna pada embrio. Hal tersebut akan

menyebabkan kekurangan nutrisi pada embrio

yang lambat laun akan menyebabkan

kematian (Bie 2001).

Page 16: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

8

Organ jantung dan mata tidak dapat teramati

dengan jelas. Keabnormalan yang terjadi pada

larva B merupakan indikasi bahwa ekstrak etil

asetat sirsak ratu sudah bersifat toksik pada

konsentrasi 50 ppm.

Perlakuan selanjutnya (C) merupakan

pemaparan ekstrak dengan konsentrasi 250

ppm. Embrio tidak menetas menjadi larva,

namun telah terjadi perkembangan embrio di

dalam telur. Perlakuan konsentrasi 500 ppm

(D), 750 ppm (E), dan 1000 ppm (F) membuat

embrio tidak menetas dan bahkan tidak terjadi

perkembangan di dalam telur. Embrio yang

berwarna gelap menunjukkan bahwa embrio

telah lama mati sebelum waktu pengamatan

(sebelum 24 jam). Hasill pengamatan ini

menunjukkan bahwa daya sitotoksik ekstrak

semakin meningkat dengan semakin

meningkatnya konsentrasi.

Hasil pengamatan pada perlakuan ekstrak

sirsak hutan (Gambar 7) tidak menampakkan

perbedaan yang signifikan jika dibandingkan

dengan ekstrak sirsak ratu. Embrio kontrol (0

ppm) telah menetas dan berkembang dengan

sempurna (A). Pigmentasi dan perkembangan

organ-organ juga telah terjadi dengan baik.

Embrio dengan perlakuan konsentrasi 50

ppm (B) telah menetas menjadi larva. Namun,

terdapat beberapa abnormalitas pada larva B.

Intensitas pigmentasi tidak sebaik kontrol,

posisi kepala menekuk ke dalam, dan ukuran

kantung kuning telur lebih besar dibandingkan

dengan kontrol (Lampiran 10). Ini merupakan

indikasi bahwa pada konsentrasi 50 ppm, daya

sitotoksik ekstrak sirsak hutan telah

memengaruhi perkembangan embrio, tetapi

tidak sekuat ekstrak sirsak ratu. Hasil ini

berkorelasi dengan nilai LC50 yang dihasilkan,

nilai LC50 ekstrak etil asetat sirsak ratu

(36.2806 ppm) lebih kecil dibandingkan

dengan ekstrak sirsak hutan (43.8747 ppm).

Konsentrasi 250 ppm (C), memberikan

pengaruh yang lebih signifikan pada larva.

Larva C lebih pendek daripada kontrol

(Lampiran 10). Bentuk kepala juga lebih

merunduk dan intensitas pigmentasi lebih

sedikit dibandingkan dengan kontrol. Kantung

kuning telur mengalami kerusakan sehingga

dapat memengaruhi asupan nutrisi yang

dibutuhkan oleh larva. Larva D dengan

konsentrasi ekstrak 500 ppm mengalami

abnormalitas yang lebih buruk. Embrio D

telah menetas, namun tidak berkembang

dengan baik menjadi larva. Diperkirakan

setelah menetas, larva D langsung mengalami

kematian. Hal ini ditunjukkan dengan organ

tubuh yang belum berkembang dengan

sempurna dan warna larva yang gelap.

Pengamatan embrio E (750 ppm) dan F

(1000 ppm) menunjukkan daya sitotoksik

tertinggi pada ekstrak etil asetat sirsak hutan.

Embrio tidak menetas, namun mengalami

perkembangan di dalam telurnya. Pada embrio

E, perkembangannya lebih baik, ditandai

dengan morfologi embrio yang sudah

menyerupai larva. Hal ini sesuai dengan

konsentrasi ekstrak yang semakin meningkat,

maka daya sitotoksiknya pun akan semakin

meningkat.

Gambar 6 dan 7 cukup jelas menunjukkan

bahwa ekstrak etil asetat kedua buah sirsak

dapat menghambat pertumbuhan embrio ikan

zebra, maka diharapkan dapat memberikan

efek yang serupa terhadap pertumbuhan sel

kanker. Ekstrak etil asetat dapat menghambat

pertumbuhan morfologi embrio, merusak

organ mata, kantung kuning telur, dan

jantung, serta menghambat laju peredaran

darah embrio. Laju aliran darah pada embrio

mengalami perlambatan dengan semakin

besarnya konsentrasi ekstrak yang diberikan.

Hal tersebut menggambarkan bahwa ekstrak

etil asetat dapat menghambat laju aliran darah

pada sel kanker. Jika laju aliran darah dapat

dihambat, maka asupan nutrisi untuk sel akan

berkurang. Hal ini jika berlangsung lama

dapat mengakibatkan kematian pada sel. Efek

tersebut diharapkan dapat membunuh sel

kanker di dalam tubuh manusia. Namun, perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui kinerja spesifik antikanker dari

ekstrak etil asetat buah sirsak.

Analisis statistik yang digunakan untuk

menguji data pengamatan embrio ikan zebra

adalah uji Anova 1 arah dan uji lanjutan

Dunnet post hoc. Uji Anova 1 arah digunakan

untuk membandingkan rata-rata lebih dari 2

kelompok dan untuk menganalisis apakah

konsentrasi ekstrak yang diberikan

memengaruhi morfologi embrio secara

signifikan. Hipotesis yang digunakan adalah

H0: konsentrasi tidak berpengaruh terhadap

morfologi embrio, dan H1: konsentrasi

berpengaruh terhadap morfologi embrio.

Pengambilan putusan didasarkan

perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika

Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak (Walpole

1993). Nilai Ftabel yang digunakan pada taraf

nyata 0.05 adalah 3.106.

Uji Dunnet digunakan untuk

membandingkan perlakuan dengan kontrol.

Kontrol adalah perlakuan dengan konsentrasi

0 ppm. Taraf signifikansi yang digunakan

0.05. Hal ini berarti jika nilai signifikansi dari

pengukuran embrio (p) < 0.05, maka

Page 17: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

9

perlakuan konsentrasi berbeda signifikan

dengan kontrol (Mattjik & Jaya 2006).

Semua data pengamatan embrio

menghasilkan nilai Fhitung > Ftabel (Lampiran

11) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima:

konsentrasi yang diberikan berpengaruh

terhadap morfologi embrio. Pigmentasi pada

ekstrak sirsak ratu tidak menghasilkan nilai

Fhitung, hal ini dikarenakan data pigmentasi

sudah berbeda nyata pada konsentrasi 50 ppm.

Hasil uji Dunnet untuk panjang tubuh

embrio (Lampiran 12) dengan ekstrak sirsak

ratu memberikan nilai p < 0.05 pada

konsentrasi 250 sampai 1000 ppm.

Konsentrasi 50 ppm menghasilkan nilai p >

0.05. Jadi, pada konsentrasi 50 ppm, panjang

tubuh embrio tidak berbeda signifikan dengan

kontrol, sedangkan pada konsentrasi 250–

1000 ppm panjang tubuh embrio berbeda

secara signifikan. Hasil uji Dunnet untuk

panjang tubuh embrio dengan ekstrak sirsak

hutan memberikan nilai p < 0.05 pada

konsentrasi 500–1000 ppm. Konsentrasi 50

dan 250 ppm menghasilkan nilai p di atas

0.05. Panjang tubuh embrio pada kedua

perlakuan tersebut tidak berbeda secara

signifikan dengan kontrol, sedangkan pada

konsentrasi 500 hingga 1000 ppm, panjang

tubuh embrio berbeda secara signifikan.

Perbandingan kedua hasil uji Dunnet tersebut

menggambarkan bahwa ekstrak sirsak ratu

memberikan pengaruh sitotoksik yang lebih

besar dibandingkan dengan ekstrak sirsak

hutan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan

panjang tubuh embrio yang signifikan dimulai

pada konsentrasi 250 ppm.

Data pigmentasi (Lampiran 9) untuk

ekstrak sirsak ratu tidak menghasilkan nilai

signifikansi. Hal ini dikarenakan pada

konsentrasi 50 ppm, skor pigmentasi embrio

adalah 0. Sama halnya untuk konsentrasi

250–1000 ppm, skor pigmentasi adalah 0,

karena pada konsentrasi tersebut embrio tidak

menetas menjadi larva sehingga tidak dapat

diamati skor pigmentasinya. Ekstrak sirsak

hutan menghasilkan nilai signifikansi pada

konsentrasi 50 dan 250 ppm (Lampiran 12).

Nilai p < 0.05, sehingga dapat dikatakan

pigmentasi embrio pada kedua konsentrasi

tersebut berbeda signifikan dengan kontrol.

Pada konsentrasi 500–1000 ppm, tidak

terdapat nilai signifikansi. Hal ini dikarenakan

embrio tidak menetas menjadi larva. Data

pigmentasi ini juga menyimpulkan bahwa

ekstrak sirsak ratu memberikan efek sitotoksik

yang lebih tinggi dibandingkan dengan

ekstrak sirsak hutan, karena telah

menghambat perkembangan pigmen embrio

dari konsentrasi 50 ppm.

Uji Dunnet pada data jantung embrio

menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak sirsak

ratu memberikan nilai p < 0.05 untuk setiap

konsentrasi (Lampiran 12). Nilai yang sama

juga diperoleh untuk konsentrasi ekstrak

sirsak hutan. Hal ini berarti setiap konsentrasi

memberikan efek sitotoksik yang

memengaruhi perkembangan jantung embrio.

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan

kedua ekstrak buah sirsak memberikan daya

sitotoksik yang cukup besar terhadap embrio

ikan zebra.

Data kantung kuning telur (Lampiran 12)

untuk perlakuan ekstrak sirsak ratu

menghasilkan nilai p < 0.05 pada konsentrasi

250 hingga 1000 ppm. Konsentrasi 50 ppm

menghasilkan nilai p > 0.05. Sementara data

kantung kuning telur untuk perlakuan ekstrak

sirsak hutan menghasilkan nilai p > 0.05 pada

konsentrasi 50–500 ppm. Konsentrasi 750 dan

1000 ppm baru menghasilkan nilai p < 0.05.

Jika dibandingkan dengan ekstrak sirsak

hutan, ekstrak sirsak ratu juga memberikan

daya sitotoksik yang lebih tinggi terhadap

perkembangan kuning telur.

Pengukuran kepala embrio (Lampiran 12)

dengan perlakuan ekstrak sirsak ratu

menghasilkan nilai p < 0.05 untuk setiap

konsentrasi. Embrio ikan pada konsentrasi

250–1000 ppm tidak menetas menjadi larva

sehingga ukuran kepala tidak dapat dihitung.

Namun, pada konsentrasi 50 ppm embrio telah

menetas dan ukuran kepala berbeda signifikan

jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini

sekali lagi menggambarkan bahwa ekstrak

sirsak ratu telah memberikan efek sitotoksik

yang cukup besar dimulai dari konsentrasi

terendah. Pengukuran kepala embrio pada

perlakuan ekstrak sirsak hutan memberikan

nilai p < 0.05 hanya pada konsentrasi 250–

1000 ppm.

Ukuran mata embrio (Lampiran 12) pada

perlakuan ekstrak sirsak ratu juga memberikan

nilai p < 0.05 untuk semua konsentrasi. Mata

embrio pada konsentrasi 50 ppm sudah tidak

terlihat dengan jelas akibat kerusakan yang

disebabkan oleh ekstrak, sedangkan pada

konsentrasi 250–1000 ppm, embrio ikan tidak

menetas menjadi larva. Ukuran mata pada

embrio dengan perlakuan ekstrak sirsak hutan

memberikan nilai p < 0.05 hanya pada

konsentrasi 500–1000 ppm. Konsentrasi 50

dan 250 ppm menghasilkan nilai p > 0.05. Hal

ini menyatakan bahwa ekstrak sirsak hutan

baru memberikan efek sitotoksik terhadap

Page 18: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

10

perkembangan mata embrio mulai konsentrasi

500 ppm.

Pengukuran ekor embrio (Lampiran 12)

pada perlakuan ekstrak sirsak ratu maupun

sirsak hutan memberikan nilai p < 0.05 pada

konsentrasi 250–1000 ppm. Konsentrasi 50

ppm memberikan nilai p > 0.05. Hal ini

dikarenakan pada konsentrasi 250–1000 ppm,

embrio tidak menetas menjadi larva. Hasil

pengukuran mata embrio menunjukkan bahwa

daya sitotoksik sirsak ratu lebih tinggi

daripada sirsak hutan, tetapi hasil pengamatan

ekor embrio memperlihatkan daya sitotoksik

yang sama untuk kedua ekstrak.

Perbandingan hasil pengamatan embrio

dari kedua ekstrak etil asetat buah sirsak

secara umum menunjukkan bahwa ekstrak etil

asetat sirsak ratu memberikan efek sitotoksik

yang lebih besar pada embrio dibandingkan

dengan ekstrak etil asetat sirsak hutan. Dapat

dikatakan bahwa daya sitotoksik yang terbesar

terdapat pada ekstrak etil asetat sirsak ratu.

Hasil pengamatan embrio ini juga

menunjukkan bahwa uji toksisitas

menggunakan embrio ikan zebra lebih sensitif

jika dibandingkan dengan menggunakan

metode BSLT. Hal ini dikarenakan data

toksisitas pada metode embrio ikan zebra

dapat ditunjang dengan pengamatan

mikroskopik bagian-bagian organ yang

terkena dampak sitotoksik. Selain itu, ikan

zebra memiliki organ-organ yang lebih

kompleks sehingga memiliki korelasi yang

lebih baik dengan organ hewan vertebrata

lainnya.

Uji Fitokimia

Pengujian fitokimia bertujuan mengetahui

kandungan metabolit sekunder yang terdapat

pada suatu tanaman. Uji fitokimia dilakukan

terhadap ekstrak teraktif, yaitu ekstrak etil

asetat. Uji yang dilakukan meliputi uji

alkaloid, saponin, triterpenoid, steroid, tanin,

dan flavonoid.

Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak etil

asetat buah sirsak (Tabel 3) menunjukkan

bahwa ekstrak etil asetat kedua buah sirsak

mengandung golongan senyawa alkaloid,

tanin, dan flavonoid. Hasil uji negatif

ditunjukkan pada uji saponin, triterpenoid, dan

steroid. Hasil uji negatif mengindikasikan

bahwa ekstrak etil asetat buah sirsak tidak

mengandung golongan senyawa tersebut atau

kandungan fitokimia yang terdapat dalam

contoh sangat kecil.

Tabel 3 Uji fitokimia ekstrak etil asetat

buah sirsak

Uji fitokimia

Bahan

Keterangan Sirsak

ratu

Sirsak

hutan

Alkaloid +++ +++ terdapat

endapan Saponin - - tidak berbusa

Triterpenoid - -

tidak

berwarna merah/ungu

Steroid - -

tidak

berwarna hijau/biru

Tanin + ++ hijau Flavonoid + ++ kuning

Keterangan: (-): tidak terdeteksi; (+): terdeteksi.

Banyaknya (+) menunjukkan intensitas

warna atau endapan yang terbentuk.

Alkaloid merupakan golongan senyawa

yang banyak terkandung pada ekstrak etil

asetat buah sirsak. Baik pada ekstrak sirsak

ratu maupun sirsak hutan, hasil uji fitokimia

untuk golongan senyawa alkaloid

menghasilkan intensitas endapan yang cukup

banyak. Uji fitokimia golongan senyawa tanin

dan flavonoid pada sirsak hutan menghasilkan

intensitas warna yang lebih pekat jika

dibandingkan dengan sirsak ratu. Hal tersebut

mengindikasikan pada sirsak hutan

mengandung lebih banyak golongan senyawa

tanin dan flavonoid dibandingkan dengan

sirsak ratu.

Hasil positif uji fitokimia menunjukkan

bahwa kemungkinan golongan senyawa yang

aktif sebagai antikanker pada buah sirsak

adalah alkaloid, tanin, dan flavonoid.

Mustariani (2011) melaporkan bahwa

senyawa golongan flavonoid yang berperan

sebagai antikanker dari daun sirsak adalah

kaempferol. Hasil uji fitokimia ini juga sesuai

dengan uji fitokimia yang dilakukan

McLaughlin (2008) terhadap Asimina triloba

(paw paw). Pada penelitian tersebut

ditemukan golongan senyawa tanin,

flavonoid, dan alkaloid pada ekstrak A.

triloba.

Penentuan Fraksi Ekstrak Teraktif

Penentuan fraksi ekstrak teraktif dilakukan

dengan menggunakan metode KLT. Langkah

awal adalah penentuan pelarut terbaik. Pelarut

yang digunakan memiliki tingkat kepolaran

yang berbeda, antara lain metanol, etanol, etil

asetat, aseton, diklorometana, kloroform, dan

n-heksana. Pelarut yang dijadikan sebagai

penyusun fase gerak adalah yang

menghasilkan jumlah noda terbanyak dan

memiliki keterpisahan yang baik. Eluen

tunggal metanol, etil asetat, dan n-heksana

Page 19: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

memberikan keterpisahan yang terbaik.

Ketiga pelarut tersebut digabungkan dengan

nisbah tertentu untuk mendapatkan eluen

campuran yang dapat memisahkan ekstrak

dengan baik. Campuran eluen yang diujikan

adalah metanol:etil asetat (1:9 hingga

9:1),metanol:n-heksana (1:9 hingga 9:1), etil

asetat:n-heksana (1:9 hingga 9:1), dan

metanol:etil asetat:n-heksana (1:1:8; 1:8:1;

8:1:1; 3:3:4; 3:4:3; 4:3:3) (Houghton dan

Raman 1998).

i ii

Gambar 6 Profil kromatogram ekstrak etil

asetat Sirsak ratu (i) dan Sirsak

hutan (ii) dengan eluen

metanol:etil asetat (3:7).

Pola keterpisahan terbaik didapatkan

dengan eluen metanol:etil asetat (3:7), baik

untuk sirsak ratu dan sirsak hutan. Komponen

ekstrak etil asetat sirsak ratu memisah menjadi

6 noda dan ekstrak etil asetat sirsak hutan

menjadi 8 noda (Gambar 6). Tabel 4

memberikan informasi nilai Rf yang

didapatkan dari kedua ekstrak etil asetat buah

sirsak tersebut.

Tabel 4 Nilai Rf ekstrak etil asetat buah sirsak

Noda Nilai Rf

Sirsak ratu Sirsak hutan

a 0.01 0.01

b 0.03 0.03

c 0.07 0.06 d 0.33 0.12

e 0.41 0.22

f 0.85 0.39

g - 0.87

h - 0.95

Berdasarkan nilai Rf tersebut, terdapat 2

noda yang memiliki nilai sama, yaitu noda a

dan b. Nilai Rf yang sama mengindikasikan

senyawa tersebut merupakan komponen atau

senyawa yang sama. Hasil KLT ini

menunjukkan bahwa terdapat 8 komponen

atau senyawa pada ekstrak aktif sirsak hutan

dan 6 komponen atau senyawa pada ekstrak

aktif sirsak ratu yang memiliki kemungkinan

sebagai antikanker.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak kasar buah sirsak (sirsak ratu dan

sirsak hutan) berpotensi sebagai antikanker.

Ekstrak etil asetat paling aktif, dengan daya

sitotoksik terbaik dimiliki oleh ekstrak etil

asetat sirsak ratu, berdasarkan uji dengan

metode BSLT dan pengamatan embrio ikan

zebra. Ekstrak etil asetat sirsak ratu memiliki

6 noda dan ekstrak etil asetat sirsak hutan

memiliki 8 noda. Golongan senyawa yang

terkandung antara lain alkaloid, flavonoid, dan

tanin.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk memfraksionasi ekstrak aktif buah

sirsak, menentukan jenis senyawa yang

berperan sebagai antikanker, dan menganalisis

kinerja spesifik antikanker dari ekstrak aktif

buah sirsak.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical

Chemists. 1984. Official Methods of

Analysis. Ed ke-14. Arlington: AOAC.

[AOAC] Association of Official Analytical

Chemists. 2002. AOAC International

methods committee guidelines for

validation of qualitative and quantitative

food microbiological official methods of

analysis. J AOAC Int 85:1-5.

Berghmans S et al. 2005. Making waves in

cancer research: New models in the

Zebrafish. BioTechniques 39:227-237.

Bie GVD. 2001. Embryology: Early

Development from a Phenomenological

Page 20: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

12

Point of View. Driebergen: Louis Bolk

Institut.

Chang FR, Wu YC. 2001. Novel cytotoxic

Annonaceous acetogenins from Annona

muricata. J Nat Prod 64:925-931.

Cochrane CB, Nair PKR, Melnick SJ, Resek

AP, Ramachandran C. 2008. Anticancer

effects of Annona glabra plant extracts in

human leukimia cell lines. Anticancer Res

28:965-972.

Coelho et al. 2011. Assessing lethal and sub-

lethal effects of trichlorfon on different

trophic levels. Aqua Toxicol 103:191-198.

Colegate SM, Molyneux RJ. 2008. Bioactive

Natural Products: Detection, Isolation,

and Structural Determination. California:

CRC Pr.

Dalimartha S. 2005. Temu Lawak dalam Atlas

Tumbuhan Obat Indonesia. [terhubung

berkala]. http://pusdiknakes.or.id/persi-

new/news/content/temulawak_herbal.pdf

[31 Des 2010].

Gleye C, Duret P, Laurens A, Hocquemiller

R, Cave A. 1998. cis-Monotetrahydrofuran

acetogenins from the roots of Annona

muricata. J Nat Prod 61:576-579.

Gleye C et al. 2000. Cohibin C and D, two

important metabolites in the biogenesis of

acetogenins from Annona muricata and

Annona nutans. J Nat Prod 63:1192-1196.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:

Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Padmawinata K, penerjemah.

Bandung: ITB. Terjemahan dari:

Phytochemical Methods.

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar.

Jakarta: Gramedia.

Heiden TCK, Dengler E, Kao WJ, Heideman

W, Peterson RE. 2007. Developmental

toxicity of low generation PAMAM

dendrimers in zebrafish. Toxicology Appl

Pharmacol 225:70-79.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory

Handbook for the Fractionation of Natural

Extract. London: Chapman & Hall.

Hsu CH, Wen ZH, Lin CS, Chakraborty C.

2007. The zebrafish model: Use in

studying cellular mechanism for a

spectrum of clinical disease entities. Curr

Neurovascular Res 4:111-120.

Jagadeeswaran P, Sheehan JP. 1999. Analysis

of blood coagulation in the Zebrafish.

Blood Cells, Molecules, and Diseases

15:239-249.

Kari G, Rodeck U, Dicker AP. 2007.

Zebrafish: An emerging model system for

human disease and drug discovery. Clin

Pharmacol Therapeutics 82:70-80.

Kim G et al. 1998. Two new mono-

tetrahydrofuran ring acetogenins,

annomuricin E and muricapentocin, from

the leaves of Annona muricata. J Nat Prod

61:432-436.

Krishnaraju AV et al. 2005. Assessment of

bioactivity of Indian medicinal plants

using Brine Shrimp (A. salina) lethality

assay. Int J Appl Sci Eng 3:125-134.

Li DY, Yu JG, Luo XZ, Sun L, Yang SL.

2000. Muricatenol, a linear acetogenin

from Annona muricata (Annonaceae).

Chinese Chem Lett 11:239-242.

Ma C et al. 2007. Zebrafish, an in vivo model

for drug screening. Drug Discovery 6:38-

45.

Mattjik AA, Jaya IS. 2006. Perancangan

Percobaan dengan Aplikasi SAS dan

MINITAB. Bogor: IPB Pr.

McLaughlin JL. 2008. Paw paw and cancer:

Annonaceous acetogenins from discovery

to commercial products. J Nat Prod

71:1311-1321.

Moore JL, Rush LM, Breneman C, Mohideen

MAPK, Cheng KCl. 2006. Zebrafish

genomic instability mutants and cancer

susceptibility. Genetics 10:1-33.

Mukhtar MH, Adnan AZ, Pitra MW. 2007.

Uji sitotoksisitas minyak atsiri daun

Kamanggi (Ocimum basilicum L) dengan

metode Brine Shrimp Lethality Test

Bioassay. J Sains Tek Far 12:1-4.

Mustariani BAA. 2011. Potensi kaempferol

daun sirsak dalam menghambat proliferasi

Page 21: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

13

sel kanker ranji [tesis]. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nicoli S, Presta M. 2007. The Zebrafish/tumor

xenograft angiogenesys assay. Nature

Protocols 2:2918-2923.

Rieser MJ et al. 1996. Five novel mono-

tetrahydrofuran ring acetogenins from the

seeds of Annona muricata. J Nat Prod

59:100-108.

Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1996.

Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.

Yogyakarta: Liberty.

Trubus. 2011. My Healthy Life: Daun Sirsak

vs Kanker. Depok: Trubus.

Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika Edisi

ke-3. Sumantri B, penerjemah. Jakarta:

Gramedia. Terjemahan dari: Introduction

to Statistics 3rd

Edition.

Wei X et al. 2010. Evaluation of

pyridoacridine alkaloids in a zebrafish

phenotypic assay. Mar Drugs 8: 1769-

1778.

Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi.

Jakarta: Gramedia.

Wu FE et al. 1995a. Two new cytotoxic

monotetrahydrofuran Annonaceous

acetogenins, annomuricins A and B, from

the leaves of Annona muricata. J Nat Prod

58:830-836.

Wu FE et al. 1995b. Muricatocins A and B,

two new bioactive monotetrahydrofuran

annonaceous acetogenins from the leaves

of Annona muricata. J Nat Prod 58: 902-

908.

Zeng L et al. 1996. Five new

monotetrahydrofuran ring acetogenins

from the leaves of Annona muricata. J

Nat Prod 59:1035-1042.

Page 22: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

LAMPIRAN

Page 23: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

15

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Ekstrak aktif

Uji toksisitas (BSLT dan uji ikan zebra)

Partisi dengan etil asetat-air

Buah sirsak Penentuan kadar air dan abu

Maserasi dengan etanol

Ekstrak etanol

Ekstrak etil asetat Ekstrak air

Pengamatan embrio ikan zebra

Uji fitokimia

Penentuan fraksi (KLT)

Perbandingan daya sitotoksik ekstrak buah

sirsak ratu dan sirsak hutan

Ekstrak dengan daya sitotoksik terbaik

Page 24: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

16

Lampiran 2 Kadar air, kadar abu, dan rendemen buah sirsak

a) Kadar air buah sirsak

Ulangan

Sirsak ratu Sirsak hutan

A (g) B (g) Kadar air

(%) A (g) B (g)

Kadar air

(%)

1 3.0796 0.6012 80.48 3.0581 0.3191 89.57

2 3.0883 0.6021 80.50 3.0661 0.3289 89.27

3 3.0939 0.6035 80.49 3.0768 0.3383 89.00

Rerata 80.49

Rerata 89.28

Contoh perhitungan:

Kadar air (%) = %100

A

BA

b) Kadar abu buah sirsak

Ulangan

Sirsak ratu Sirsak hutan

A (g) B (g) Kadar abu

(%) A (g) B (g)

Kadar abu

(%)

1 3.0244 0.0211 0.70 3.0189 0.0297 0.98

2 3.0232 0.0199 0.66 3.0122 0.0285 0.95

3 3.0111 0.0194 0.64 3.0107 0.0271 0.90

Rerata 0.67

Rerata 0.94

Contoh perhitungan :

Kadar abu (%) = %100A

B

c) Rendemen buah sirsak

Sampel Ekstrak b (gram) a (gram) Rendemen (% b/b)

Sirsak ratu

Etanol 221.5900 11.2124 5.06

Etil asetat 221.5900 0.4106 0.19

Air 221.5900 0.8450 0.38

Sirsak hutan

Etanol 493.3800 37.4768 7.60

Etil asetat 493.3800 0.4440 0.09

Air 493.3800 7.1504 1.45

Contoh perhitungan rendemen ekstrak etanol Sirsak ratu:

Page 25: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

17

y = 46.694x - 63.832

R2 = 0.9931

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etanol sirsak ratu

y = 45.586x - 63.524

R2 = 0.9933

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etanol sirsak hutan

Lampiran 3 Hasil uji toksisitas BSLT ekstrak etanol

Konsentrasi Jumlah larva

awal

Jumlah larva

mati Rerata %kematian

Jumlah larva

mati Rerata %kematian

0 10 0 0 0 0 0 0

10 0

0

10 0

0

10 0

0

50 10 2 1.75 17.5 2 1.5 15

10 2

2

10 2

1

10 1

1

250 10 4 4.5 45 5 4.5 45

10 5

5

10 4

4

10 5

4

500 10 5 6 60 5 5.75 57.5

10 6

5

10 6

6

10 7

7

750 10 6 7 70 6 6.5 65

10 7

7

10 7

7

10 8

6

1000 10 8 8 80 8 7.75 77.5

10 7

7

10 9

8

10 8

8

Contoh perhitungan LC50 :

Page 26: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

18

y = 34.741x - 1.5398

R2 = 0.9921

0

20

40

60

80

100

120

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etil asetat sirsak ratu

y = 37.472x - 10.961

R2 = 0.9931

0

20

40

60

80

100

120

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etil asetat sirsak hutan

Lampiran 4 Hasil uji toksisitas BSLT ekstrak etil asetat

Konsentrasi Jumlah larva

awal

Jumlah larva

mati Rerata %kematian

Jumlah larva

mati Rerata %kematian

0 10 0 0 0 0 0 0

10 0

0

10 0

0

10 0

0

50 10 5 5.75 57.5 5 5.25 52.5

10 5

6

10 7

5

10 6

5

250 10 7 8 80 8 8 80

10 8

7

10 9

9

10 8

8

500 10 9 9.5 95 9 8.75 87.5

10 9

9

10 10

8

10 10

9

750 10 10 10 100 10 10 100

10 10

10

10 10

10

10 10

10

1000 10 10 10 100 10 10 100

10 10

10

10 10

10

10 10

10

Contoh perhitungan LC50 :

Page 27: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

19

y = 52.83x - 63.881

R2= 0.9966

0

20

40

60

80

100

120

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak air sirsak ratu

y = 52.989x - 67.783

R2 = 0.9983

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4

% k

ema

tain

log konsentrasi

ekstrak air sirsak hutan

Lampiran 5 Hasil uji toksisitas BSLT ekstrak air

Konsentrasi Jumlah larva

awal

Jumlah larva

mati Rerata %kematian

Jumlah larva

mati Rerata %kematian

0 10 0 0 0 0 0 0

10 0

0

10 0

0

10 0

0

50 10 2 2.75 27.5 2 2.25 22.5

10 3

2

10 3

4

10 3

1

250 10 5 6 60 5 6 60

10 7

6

10 6

6

10 6

7

500 10 7 7.75 77.5 6 7.25 72.5

10 8

8

10 8

7

10 8

8

750 10 9 8.75 87.5 8 8.5 85

10 8

8

10 9

9

10 9

9

1000 10 9 9.75 97.5 9 9.25 92.5

10 10

8

10 10

10

10 10

10

Contoh perhitungan LC50 :

Page 28: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

20

y = 46.761x - 65.5

R2 = 0.9971

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etanol sirsak ratu

y = 45.23x - 63.621

R2 = 0.9932

0

20

40

60

80

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etanol sirsak hutan

Lampiran 6 Hasil uji toksisitas embrio ikan zebra ekstrak etanol

Konsentrasi Jumlah embrio

awal

Jumlah embrio

mati Rerata %kematian

Jumlah embrio

mati Rerata %kematian

0 10 0 0 0 0 0 0

10 0

0

10 0

0

10 0

0

50 10 2 1.5 15 2 1.5 15

10 2

2

10 1

1

10 1

1

250 10 4 4.5 45 4 4.25 42.5

10 5

5

10 5

4

10 4

4

500 10 5 6 60 5 5.5 55

10 6

4

10 6

6

10 7

7

750 10 5 6.75 67.5 5 6.75 67.5

10 7

7

10 7

7

10 8

8

1000 10 8 7.75 77.5 8 7.5 75

10 7

7

10 9

9

10 7

6

Contoh perhitungan LC50 :

Page 29: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

21

y = 35.915x - 6.0157

R2 = 0.9959

0

20

40

60

80

100

120

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etil asetat sirsak ratu

y = 36.997x - 10.757

R2 = 0.9978

0

20

40

60

80

100

120

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak etil asetat sirsak hutan

Lampiran 7 Hasil uji toksisitas embrio ikan zebra ekstrak etil asetat

Konsentrasi Jumlah embrio

awal

Jumlah embrio

mati Rerata %kematian

Jumlah embrio

mati Rerata %kematian

0 10 0 0 0 0 0 0

10 0

0

10 0

0

10 0

0

50 10 5 5.75 57.5 5 5.25 52.5

10 5

6

10 7

4

10 6

6

250 10 7 8 80 8 7.75 77.5

10 8

7

10 9

8

10 8

8

500 10 9 9.5 95 9 8.75 87.5

10 9

9

10 10

8

10 10

9

750 10 10 10 100 9 9.75 97.5

10 10

10

10 10

10

10 10

10

1000 10 10 10 100 10 10 100

10 10

10

10 10

10

10 10

10

Contoh perhitungan LC50 :

Page 30: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

22

y = 53.305x - 66.585

R2 = 0.9981

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak air sirsak ratu

y = 54.32x - 72.158

R2 = 0.9936

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4

% k

ema

tia

n

log konsentrasi

ekstrak air sirsak hutan

Lampiran 8 Hasil uji toksisitas embrio ikan zebra ekstrak air

Konsentrasi Jumlah embrio

awal

Jumlah embrio

mati Rerata %kematian

Jumlah embrio

mati Rerata

%kematia

n

0 10 0 0 0 0 0 0

10 0

0

10 0

0

10 0

0

50 10 2 2.5 25 2 2.25 22.5

10 3

2

10 3

4

10 2

1

250 10 5 6 60 5 5.25 52.5

10 6

6

10 6

6

10 7

4

500 10 7 7.5 75 7 7.5 75

10 8

8

10 7

7

10 8

8

750 10 9 8.75 87.5 7 8.5 85

10 8

8

10 9

9

10 9

10

1000 10 9 9.5 95 9 9.25 92.5

10 9

8

10 10

10

10 10

10

Contoh perhitungan LC50 :

Page 31: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

Lampiran 9 Hasil pengamatan embrio ikan zebra dengan perlakuan ekstrak sirsak ratu

Konsentrasi

(ppm) Ulangan

Bentuk Pigmentasi

Ukuran (mm)

Embrio Larva Diameter Panjang tubuh Jantung Kantung kuning telur Kepala Ekor Mata

0 1 - 3 - 2.75 0.07 0.51 0.46 0.14 0.27

2 - 3 - 2.42 0.11 0.58 0.37 0.15 0.16

3 - 3 - 2.74 0.06 0.53 0.44 0.15 0.22

50 1 - 0 - 2.26 - 0.54 0.30 - -

2 - 0 - 2.43 - 0.50 0.34 - -

3 - 0 - 2.16 - 0.66 0.38 0.20 -

250 1 - 0 0.95 - - - - - -

2 - 0 0.94 - - - - - -

3 - 0 1.50 - - - - - -

500 1 - 0 0.94 - - - - - -

2 - 0 0.94 - - - - - -

3 - 0 0.84 - - - - - -

750 1 - 0 1.00 - - - - - -

2 - 0 1.00 - - - - - -

3 - 0 0.95 - - - - - -

1000 1 - 0 1.00 - - - - - -

2 - 0 0.88 - - - - - -

3 - 0 0.78 - - - - - -

23

Page 32: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

Lampiran 10 Hasil pengamatan embrio ikan zebra dengan perlakuan ekstrak sirsak hutan

Konsentrasi

(ppm) Ulangan

Bentuk

Pigmentasi

Ukuran (mm)

Embrio Larva Diameter Panjang

tubuh Jantung

Kantung kuning

telur Kepala Ekor Mata

0 1 - 5 - 2.72 0.09 0.48 0.39 0.16 0.22

2 - 4 - 2.89 0.08 0.49 0.40 0.12 0.25

3 - 3 - 2.74 0.08 0.49 0.36 0.13 0.25

50 1 - 2 - 2.70 0.14 0.53 0.36 0.11 0.25

2 - 3 - 2.64 0.13 0.55 0.37 0.12 0.23

3 - 1 - 2.50 0.17 0.48 0.36 0.13 0.17

250 1 - 2 - 2.58 0.13 0.64 0.40 0.17 0.22

2 - 2 - 2.40 0.13 0.62 0.43 0.19 0.30

3 - 2 - 2.00 0.12 0.73 0.41 0.21 0.40

500 1 - 0 - 2.21 - 0.45 - - -

2 - 0 1.11 - - - - - -

3 - 0 1.01 - - - - - -

750 1 - 0 1.01 - - - - - -

2 - 0 1.05 - - - - - -

3 - 0 0.95 - - - - - -

1000 1 - 0 0.95 - - - - - -

2 - 0 1.05 - - - - - -

3 - 0 1.35 - - - - - -

24

Page 33: UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AKTIF BUAH SIRSAK RATU … · atau yang biasa disebut dengan sirsak ratu atau sirsak manis (Gambar 1). Pada umumnya bagian tanaman yang telah diteliti

Lampiran 11 Nilai Fhitung pengamatan embrio ikan zebra

Objek

pengamatan

Fhitung

Sirsak ratu Sirsak hutan

Panjang tubuh 2016.000 20.899

Pigmentasi - 24.000

Jantung 27.429 167.747

Kuning telur 178.656 20.807

Kepala 185.664 1116.000

Mata 46.429 35.932

Ekor 4.948 138.571

Lampiran 12 Hasil uji Dunnet pengamatan embrio ikan zebra

Konsentrasi

p

Sirsak ratu Sirsak hutan

Panjang

tubuh Pigmentasi Jantung

Kuning

telur Kepala Mata Ekor

Panjang

tubuh Pigmentasi Jantung

Kuning

telur Kepala Mata Ekor

50 0.092 - 0.000 0.843 0.007 0.000 0.200 0.929 0.005 0.000 0.995 0.147 0.929 0.383

250 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.010 0.275 0.005 0.000 0.236 0.021 0.231 0.001

500 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.010 0.001 0.000 0.000 0.011 0.000 0.000 0.000

750 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000

1000 0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000

25