bab ii tinjauan pustaka 2.1 pesawat angkat angkuteprints.umm.ac.id/38836/3/bab ii.pdf · car lift...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pesawat Angkat Angkut
Pesawat adalah kumpulan dari beberapa alat secara berkelompok atau
berdiri sendiri guna menghasilkan tenaga baik mekanik maupun bukan mekanik
dan dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Peralatan angkat adalah alat yang
dikontruksikan atau dibuat khusus untuk mengangkat naik dan menurun muatan.
Pesawat angkat dan angkut adalah alat yang digunakan untuk mengankat
atau memindahkan sebuah benda dengan jarak, besar dan berat tertentu yang sulit
untuk dilakukan ataupun tidak mungkin dilakukan dengan tenaga manusia.(skripsi
teknik mesin 2015,perancangan wheel aligment scissor lift)
Pesawat angkat angkut dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan cara
mekanisme angkutnya, seperti:
a. Hydraulic handling device
Hydraulic handling device (Gambar 2.1) merupakan pesawat angkut
dengan cara pengangkutan dengan menggunakan media berupa cairan atau
liquid sebagaimedia pengangkutan,
Gambar 2.1 Hydraulic handling device
(www.image.hydraulic – handling – device.com)
5
b. Pneumatic handling system
Pneumatic handling system (Gambar 2.2) merupakan pesawat
angkut dengan cara pengangkutan dengan menggunakan media berupa
udara, gas sebagai sarana pengangkutannya.
Gambar 2.2 Pneumatic handling system
(www.image.google pneumatic handling system.com )
c. Mechanical
Cara pengangkutan dengan menggunakan tenaga dari mesin sebagai
sarana pengangkutannya,contoh conveyor belt (Gambar 2.3 )menggunakan
tenaga mesin sebagai pengangkutanya .
.
Gambar 2.3 conveyor belt
6
2.2 Alat Pengangkat Mobil (Car Lift)
Car lift digumakan untuk memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada
mekanik bengkel untuk bergerak secara leluasa di bawah kendaraan dalam
memperbaiki hampir seluruh komponen yang ada di bawah kendaraan, karena
mekanik dapat berdiri dan berjalan di bawah kendaraan sehingga perbaikkan lebih
mudah dilakukan .
car lift dibedakan menjadi beberapa macam, penggerak yaitu : penggerak
mekanik (poros berulir), penggerak hidrolik, dan penggerak pneumatik, untuk jenis
pnuamatik belum digunakan secara umum di Indonesia. Sedangkan jika tinjau dari
bentuknya car lift terdiri dari beberapa jenis, yaitu : single post, double post dan
four post car lift. Tenaga yang digunakan untuk mengalirkan oli menggunakan ,
pompa yang digerakkan motor listrik, ataupun dengan pompa yang digerakkan
dengan udara tekan. Aliran fluida dari pompa dialirkan ke silinder, yang
menyebabkan piston akan terangkat ke atas dan penyangga akan mengangkat
kendaraan.
2.2.1 Single Post Car Lift
Pada car lift tipe single post (Gambar 2.4 ) terdapat empat lengan yang
dapat diatur sedemikian rupa baik panjang-pendeknya serta arah lengannya,
sehingga mobil dapat terangkat dengan aman. Jenis ini banyak digunakan untuk
membuka bengkel pencucian kendaraan, karena dapat menjangkau beberapa bagian
mesin dengan leluasa. Namun untuk perbaikan bodi ataupun kaki-kaki kendaraan,
faktor keamanannya kurang baik bila dibandingkan dengan jenis car lift yang
lainnya.
7
Gambar 2.4 Single Post Car Lift
2.2.2 Double Post Car Lift
Double post car lift (Gambar2.5) memiliki dua tiang (kaki). Car lift jenis
two post juga memiliki landasan penyangga kendaraan yang dapat diatur untuk
menyesuaikan dengan bodi/ rangka kendaraan. Car lift tipe ini cocok untuk
perbaikan, engine maupun chasis seperti rem, suspense, ball joint, tune up dan
lain-lain.
Sama halnya dengan jenis single post maka jenis ini penyangganya dapat
diatur panjang pendeknya untuk mempermudah menjangkau dudukan pada
mobil, akan tetapi hal ini dapat menyebabkan tidak seimbang.
Komponen utama pada car lift double post
1) Motor
Motor yang digunakan pada car lift digunakan sebagai sebagai
komponen penggerak utama untuk menngerakkan silinder
2) Silinder
Car lift menggunakan double silinder dopasang secara paralel supaya
kedua slide akan bekerja secara serantak sehingga slide pada car lift akan
bekerja secara bersamaan.
8
3) kabel baja
Dua kabel baja digunakan untuk kedua silinder bekerja dengan
sinkron, dan memaksa dua slide untuk bergerak bersamaan secara
efektif mencegah kemiringan kendaraan.
Keuntungan car lift two post dibandingkan car lift lainya :
a. bisa menjangkau lebih luas pada perbaikan dibawah mobil
b. tidak memakan banyak tempat
c. landasan yang bisa diatur
Gambar 2.5 Two Post Car Lift
2.2.3 Four Post Car Lift
Sedangkan untuk tipe four post car lift, memiliki tingkat keamanan yang
paling baik. Akan tetapi tidak cocok untuk perbaikan kaki-kaki kendaraan, dan lebih
cocok untuk pekerjaan dibawah kendaraan seperti perbaikan transmisi, differensial
(gardan), sistem rem dan sebagainya.
9
Gambar 2.6 Four Post Car Lift
2.3 Prinsip Kerja Hidrolik
Prinsip kerja hidrolik yang digunakan adalah Hukum Pascal, yaitu : benda cair
yang ada di ruang tertutup apabila diberi tekanan, maka tekanan tersebut akan
dilanjutnya ke segala arah dengan sama besar.
Dari hukum pascal tersebut di dapatkan rumus:
F1 : A1 = F2 : A2
dengan :
F = gaya (newton)
A = luas permukaan penampang (m2).
Penerapan prinsip Pascal salah satunya adalah pada dongkrak (lift hidrolik).
Mekanisme sistem kerja dongkrak botol hidrolik dapat dilihat pada (Gambar 2.7)
10
Gambar 2.7 dongkrak botol
Ketika sebuah gaya F1 diberikan melalui tuas dongkrak untuk menekan
penghisap kecil A1, tekanan ini akan diteruskan oleh minyak ke segala arah. Oleh
karena dinding bejana terbuat dari bahan yang kuat, gaya ini tidak cukup untuk
mengubah bentuk bejana. Satu-satunya jalan, tekanan ini diteruskan oleh minyak
ke penghisap besar A2.
Keterangan:
F1 = gaya pada penghisap kecil (N)
F2 = gaya pada penghisap besar (N)
A1 = luas penampang pengisap kecil (𝑚2)
A2 = luas penampang pengisap besar ((𝑚2)
Sistem hidrolik adalah teknologi yang memenfaatkan zat cair, biasanya oli,
untuk melakukan suatu gerakan segaris atau putaran. Sistem ini bekerja berdasarkan
prinsip jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat
kesegala arah dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya. Prinsip dalam
rangkaian hidrolik adalah menggunakan fluida kerja berupa zat cair yang
dipindahkan dengan pompa hidrolik untuk menjalankan suatu sistem tertentu.
11
2.4 Komponen Penyusun Hidrolik
2.4.1 Motor
Motor berfungsi sebagai pengubah dari energy listrik menjadi
tenaga mekanis.dalam system hidrolik motor sebagai penggerak utama dari
semua komponen hidrolik dalam rangkaian ini. Kerja dari motor itu dengan
cara memutar poros pompa yang dihubungkan dengan poros input motor.
2.4.2 Pompa Hidrolik (hydraulic Pump)
Pompa hidrolik ini digerakkan secara mekanis oleh motor listrik.
Permulaan dari pengendalian dan pengaturan system hidrolik selalu terdiri
atas suatu unsur pembangkit tekanan, jadi fungsi dari unsur tersebut
dipenuhi oleh pompa hidrolik. Pompa hidrolik berfungsi untuk mengubah
energy mekanik menjadi energi hidrolik dengan cara menekan fluida
hidrolik kedalam sistem.
Pompa hidrolik dibagi menjadi 4 macam yaitu :
a.) Pompa hidrolik sirip burung
Pompa hidrolik sirip burung (gambar 2.8) ini bergerak
terdiri dari dari banyak sirip yang dapat flexible bergerak di dalam
rumah pompanya. Bila volume pada ruang pompa membesar, maka
akan mengalami penurunan tekanan, oli hydrolik akan terhisap masuk,
kemudian diteruskan ke ruang kompressi. Oli yang bertekanan akan
dialirkan ke sistim hydrolik.
12
Gambar 2.8 pompa hidrolik sirip burung
b.) Pompa hidrolik roda gigi
Pompa hidolik roda gigi ( Gambar 2.9) ini terdiri dari 2 buah roda
gigi yang dipasang saling merapat.Perputaran roda gigi yang
saling berlawanan arah akan mengakibatkan kevakuman pada sisi hisap,
akibatnya oli akan terisap masuk ke dalam ruang pompa, selanjutnya
dikompresikan keluar pompa hingga tekanan tertentu.
Gambar 2.9 pompa hidrolik roda gigi
13
c.) Pompa Torak Aksial
Pompa torak aksial (Gambar 2.10) ini akan mengisap oli melalui
pengisapan yang dilakukan oleh piston yang digerakkan oleh poros rotasi.
Gerak putar dari poros pompa diubahmenjadi gerakan torak translasi,
kemudian terjadi langkah hisap dan kompressi secara bergantian. Sehingga
aliran oli hydrolik menjadi kontinyu.
Gambar 2.10 pompa torak aksial
d.) Pompa Torak Radial
Pompa torak radial (Gambar 2.11) ini berupa piston-piston yang
dipasang secara radial, bila rotor berputar secara eksentrik, maka piston2
pada stator akan mengisap dan mengkompressi secara bergantian.Gerakan
torak ini akan berlangsung terus menerus, sehingga menghasilkan alira oli
/fluida yang kontinyu.
14
Gambar 2.11 pompa torak radial
(www.pump.scribd.com)
2.4.3 Valve kontrol
Valve kontrol pada sebuah sistem hidrolik, selain berfungsi untuk
mengatur besar tekanan yang digunakan, juga berfungsi untuk mengatur
arah aliran dari fluida hidrolik. Arah aliran yang dimaksud adalah
berhubungan dengan sistem aktuator. Arah gerakan yang diinginkan pada
aktuator dikontrol oleh arah aliran dari fluida hidrolik, arah aliran inilah
yang diatur oleh valve kontrol. Valve kontrol yang berfungsi untuk mengatur
arah aliran biasa disebut dengan solenoid valve.
Dan berikut adalah beberapa macam valve kontrol yang biasa
dipergunakan:
a. Pressure Relief Valves
Valve ini berfungsi untuk membuang fluida hidrolik ke tangki
penyimpan fluida, apabila tekanan fluida lebih tinggi daripada nilai yang
ditentukan.(Gambar 2.12) menunjukkan preassure relief valves.
15
Gambar 2.12 Pressure Relief Valves
b. Pressure Regulating Valves
Valve ini berfungsi untuk mengatur besar tekanan fluida hidrolik
agar stabil di nilai tertentu.(Gambar 2.13) menunjukkan pressure regulating
valves.
Gambar 2.13 Pressure Regulating Valve
2.4.4 Silinder Hidrolik
Silinder hidrolik adalah sebuah aktuator mekanik yang
menghasilkan gaya searah melalui gerakan stroke yang searah. Alat ini
menjadi salah satu bagian dari sistem hidrolik selain pompa dan motor
hidrolik. Jika motor hidrolik mengubah tekanan fluida hidrolik menjadi
16
gerakan putar, maka silinder hidrolik menghasilkan gerakan stroke yang
searah. Silinder hidrolik mendapatkan gaya dari fluida hidrolik bertekanan.
Di dalam silinder hidrolik terdapat piston yang terhubung dengan rod yang
dapat bergerak maju dan mundur bergantung pada sisi mana yang diisi oleh
fluida hidrolik bertekanan. Besar tekanan yang digunakan berbeda pada
kedua sisi silinder, bergantung pada beban, luas penampang silinder dan sisi
rod-nya.silinder hidrolik dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Silinder Gerak Tunggal (Single Acting Cylinder)
Silinder gerak tunggal (Gambar 2.14) ini silinder bergerak maju dengan
tekanan dan kembali secara otomatis karena pengaruh kerja pegas di
dalamnya.
Gambar 2.14 Tabung Gerak Tunggal (SAC)
a. Silinder Gerak Ganda (Double Acting Cylinder)
Silinder gerak ganda(Gambar 2.15 ) ini silinder bergerak maju tanpa
bisa kembali lagi secara otomatis, silinder ini akan kembali ke posisi
awalnya setelah mendapatkan tekanan fluida dari arah yang berlawanan.
Gambar 2.15 Tabung Gerak Ganda (DAC)
17
2.5 Tali Baja (Steel Wire Rope)
Tali baja (steel wire rope) adalah tali yang dikontruksikan dari kumpulan
jalinan serat – serat baja (steel wire). Mula mula beberapa serat (steel wire) dipintal
hingga menjadi satu jalinan (strand),kemudian beberapa strand dijalin pada suatu
inti (core) sehingga membentuk tali dari tipe – tipe tali baja sebagai berikut:
a.6 × 19 + 1 fibre core, hoisting rope dan lain–lain artinya sebuah tali kawat baja
dengan kontruksi yang terdiri dari 6strand dan tiap strand terdiri dari 19 steel wire
dengan 1 inti serat (fiber core).
b. 6 × 37 Seal I.W.R.C (Independent Wire Rope Center), steel wire core, dengan
inti logam lunak.
c. 6 × 36 + 1 fc; 6 × 26; 6 × 41 dan lain–lain.
(pesawat pesawat pengangkat, Ir syamsir A.muin .1990:hal 52)
Kentungan dari tali baja dibandingkan dengan rantai adalah sebagai
berikut :
1. Lebih ringan
2. Lebih tahan terhadap sentakan
3. Operasinya tenang walaupun digunakan dalam operasi kecepatan tinggi
4. Kehandalan dalam operasi tinggi
Kerusakan pada rantai akan terjadi tiba – tiba sedangkan pada tali baja , kawat
bagian luar akan mengalami keausan yang lebih parah dan putus lebih dahulu
dibandingkan dengan bagian dalamnya. Bila bagian luar tali kawatnya mulai
terputus – putus jauh sebelum tali baja putus keseluruhan, maka tali baja tersebut
perlu diganti .tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan 𝜎𝑏 = 130 sampai
200 𝑘𝑔 𝑚𝑚2⁄ .dalam proses pembuatanya, kawat baja diberi perlakuan panas
tertentu dan digabung dengan penarikan dingin, sehingga menghasilkan sifat
mekanis kawat baja yang tinggi.
Tali kawat baja banyak sekali macamnya, hal ini dikelompokkan sebagai
berikut:
18
A. Berdasarkan jenis inti (core) dari tali kawat baja.
Dari jenis inti yang digunakan, tali kawat baja dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu (Rudenko, 1994):
1. Steel wire core atau Independent Wire Rope Center (I.W.R.C) dipakai
bila:
a) Tali digunakan untuk sentakan yang berlebihan dan beban–beban yang
tidak terduga.
b) Tali yang akan digulung pada drum dalam beberapa perletakan dan di
bawah tegangan tinggi jadi dapat menyebabkan deformasi.
c) Tali digunakan untuk pemakaian pada temperatur tinggi yang dapat
mengeringkan core dan dapat menyebabkan rapuh dan melenyapkan tahanannya
terhadap tekanan strand.
d) Tali digunakan untuk operasi kerja pada udara lembab dan korosif yang
menyebabkan timbulnya internal corosion.
2. Fibre core (inti serat)
Sering digunakan pada kondisi operasi yang memerlukan kefleksibelan
dari tali kawat baja tersebut, inti tali kawat baja ini terdiri dari serat lunak.
3. Armoure core
Digunakan untuk kondisi operasi pada suhu yang tinggi dan mengalami
gaya tekan yang tinggi. Tali kawat baja ini intinya merupakan suatu kombinasi dari
kawat baja serta serat/fiber. Tali kawat baja ini biasa digunakan pada daerah dekat
tempat peleburan logam.
19
4. Steel strand core (inti jalinan baja)
Tali jenis ini digunakan pada kondisi operasi yang sama dengan jenis tali
kawat baja jenis I.W.R. Pada tali kawat baja dengan inti terbuat dari jalinan baja
biasanya digunakan pada alat angkat yang bekerja pada angkat berat
Gambar 2.16. Jenis Inti Tali Kawat Baja
(http://www.bridonltd.com)
B. Berdasarkan bentuk pintalan dari masing-masing serat pada setiap strand
kawat (wire), bentuk pintalan dalam tali dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu (Rudenko, 1996):
1. Tali pintal silang atau tali biasa
Tali biasa mempunyai penerapan yang luas. Tali ini dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga arah anyaman kawat dalam untaian berlawanan dengan
arah anyaman untaian pada tali.
2. Tali pintal paralel atau jenis lang
Pada tali paralel (lang) arah anyaman kawat dalam untaian sama dengan
arah anyaman untaian pada tali. Tali ini mampu menahan gesekan lebih baik dan
lebih fleksibel tetapi cenderung untuk terpuntir.
20
3. Tali komposit atau pintal balik
Pada tali komposit kedua untaian yang berdekatan dianyam dengan arah
yang berlawanan/terbalik. Di samping itu anyaman untaian tali ini dapat dilakukan
dengan arah kanan dan kiri, lilitan arah kanan lebih sering digunakan.
Secara spesifik konstruksi tali kawat (wire) dalam jalinan (strand) tali
(rope) dapat diletakkan dalam dua arah yang berlainan, yaitu (Muin, 1995):
1. Right Regular Lay (RRL)
Arah strand ke kanan dan arah wire berlawanan arah dengan strand.
2. Left Regular Lay (LRL)
Arah strand ke kiri dan arah wire berlawanan dengan arah strand.
3. Right Lang Lay (RLL)
Arah strand ke kanan dan arah wire searah dengan strand.
4. Left Lang Lay (LLL)
Arah strand ke kiri dan arah wire searah dengan arah strand.
5. Composite atau Reverse Lay Rope
Bila strand terbagi dalam arah jalinan yang berlawanan.
Gambar 2.17. Bentuk Pintalan Tali Kawat Baja
(Rudenko, 1996)
21
C. Berdasarkan bentuk konstruksi dari kawat seratnya tali kawat baja dapat
dibedakan menjadi bermacam jenis, yaitu (Muin, 1995):
1. Sebuah konstruksi biasa (one size wire) dengan strand yang dipintal dari
kawat yang berdiameter sama yang dinamakan tali biasa (ordinary wire rope),
seperti terlihat pada Gambar 2.16. Tali dengan konstruksi one size wire
memiliki serat-serat kawat (wire) dengan ukuran diameter yang seragam.
Gambar 2.18. Penampang Potongan Tali Kawat Baja
Dengan Diameter Sama (Muin, 1995)
2. Bila dalam strand dipintal kawat dari diameter yang berbeda, tali kawat baja
tersebut disebut konstruksi warrington. Seperti terlihat pada Gambar 8. Tali
kawat baja konstruksi warrington terbagi atas dua jenis, yaitu sebagai berikut
(Muin, 1995):
a) warrington compound rope, seperti gambar 2.16b
b) warrington seal, seperti gambar 2.16a, 2.16c s/d 2.16i.
22
Gambar 2.19. Penampang Potongan Tali Kawat Baja
Dengan Diameter Berbeda (Muin, 1995)
3. Nonspinning wire rope, yaitu tali dengan konstruksi khusus dan dengan
treatment yang khusus pula. Selama dioperasikan tidak akan ada tendensi untuk
melawan pilinan di bawah tegangan, seperti dalam Gambar 2.18 (Muin, 1995)
Gambar 2.20. Kontruksi Nonspinning Wire Rope
(Muin, 1995)
23
2.6 Pemilihan Tali Baja
Pada umumnya setiap tali hanya dapat mengalami lengkungan tertentu
sepanjang umur pakai, sejumlah lengkungan tertentu yang telah melewati batas ini
akan rusak dengan cepat. Umur tali dapat di tentukan dengan memakai
perbandingan 𝐷𝑚𝑖𝑛
𝑑 (Dmin adalah diameter minimum puli atau drum dan d adalah
diameter tali) dan 𝐷𝑚𝑖𝑛
𝛿 (δ adalah diameter kawat pada tali). Lengkungan berbalik
yakni menuju arah berlawanan dengan lengkungan yang sebenarnya mengurangi
umur tali sebanyak setengahnya. Jumlah lengkungan yang di tentukan oleh jumlah
titik (puli atau drum) tempat tali lewat, lengkungan dalam satu arah pada titik
tersebut setara dengan lengkungan tunggal dan lengkungan variabel setara dengan
lengkungan ganda sistem puli yang banyak digunakan dan jumlah lengkungan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.21 jumlah lengkungan tali baja
24
Untuk memperoleh umur tali yang seragam pengaruh jumlah lengkungan harus
dikompensasikan dengan satu perubahan pada perbandingan 𝐷𝑚𝑖𝑛
𝑑dengan
menyatakan diameter tali dengan rumus :
𝑑 = 1.5 𝛿 √i
Diperoleh :
𝐷𝑚𝑖𝑛
1.5 𝛿 √i
Dengan :
δ= diameter satu kawat
i = jumlah kawat dalam tali
Tegangan pada tali yang dibebani pada bagian yang melengkung karena
tarikan dan lenturan adalah :
𝜎 =𝜎𝑏
𝑘=
𝑆
𝐹=
𝛿𝐸
𝐷𝑚𝑖𝑛
Dengan :
σ = kekuatan putus bahan kawat tali (𝑘𝑔 𝑐𝑚2⁄ )
k = faktor keamanan tali
S = tarikan pada tali (kg)
25
F = penampang berguna tali (𝑐𝑚2)
E = 3
8 E modulus elastisitas yang di koreksi ;
dimana, E =3
8 2.100.000 ~ 800.000 𝑘𝑔 𝑐𝑚2⁄
Pada tali yang sering dipakai pada mesin pengangkat (kecuali tali pintalan
kompon), misalnya tali dengan 114, 222, dan 342 buah kawat menjadi :
𝐹(114) =𝑆
𝜎𝑏
𝑘−
𝑑𝐷𝑚𝑖𝑛
50.000
𝐹(222) =𝑆
𝜎𝑏
𝑘−
𝑑𝐷𝑚𝑖𝑛
36.000
𝐹(342) =𝑆
𝜎𝑏
𝑘−
𝑑𝐷𝑚𝑖𝑛
29.000
Maka diperoleh rumus dengan memilih tali menurut kekuatan putusnya P
pada penampang total tali sebagai berikut :
𝐹(114) =𝑆. 𝜎𝑏
𝜎𝑏
𝑘−
𝑑𝐷𝑚𝑖𝑛
50.000
𝐹(222) =𝑆. 𝜎𝑏
𝜎𝑏
𝑘−
𝑑𝐷𝑚𝑖𝑛
36.000
26
𝐹(342) =𝑆. 𝜎𝑏
𝜎𝑏
𝑘−
𝑑𝐷𝑚𝑖𝑛
29.000
Tarikan kerja maksimum pada bagian tali dari sistim puli beban Sw dapat
dihitung dengan rumus :
𝑆𝑤 =𝑄
𝑛. η. η1
Dimana :
Q = berat muatan yang di angkat (kg)
n = jumlah muatan puli yang menyangga muatan
η= efisiensi puli
η1= efisiensi yang di sebabkan kerugian tali akibat kekuatannya ketika
menggulung pada drum yang diasumsikan 0,98.
Diameter drum atau puli minimum yang di izinkan didapat dari rumus :
D >𝑒1. 𝑒2. d
Dimana :
D = diameter drum atau puli pada alurnya (mm)
d = diameter tali (mm)