bab ii tinjauan pustaka 2.1 menstruasi 2.1.1...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertian Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sementara menurut Prawirohardjo (2011:161) pendarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor lain di luar organ reproduksi. 2.1.2 Siklus Menstruasi Normal Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 15-45 hari dengan rata-rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari (Price & Wilson, 2006:1281). Panjang daur menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut (Wiknjosastro, 2005). Darah menstruasi biasanya tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar 60-80 ml. Kira-kira tiga per empat darah ini hilang dalam dua hari pertama. Wanita berusia 9

Upload: duongnguyet

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MENSTRUASI

2.1.1 Pengertian

Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus

yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005).

Sementara menurut Prawirohardjo (2011:161) pendarahan haid merupakan hasil

interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu

hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor lain di luar organ

reproduksi.

2.1.2 Siklus Menstruasi Normal

Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi

yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan

dinamakan hari pertama siklus. Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari

15-45 hari dengan rata-rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari,

dengan rata-rata 4-6 hari (Price & Wilson, 2006:1281). Panjang daur menstruasi

dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya,

dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan

fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut (Wiknjosastro, 2005). Darah menstruasi

biasanya tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar 60-80 ml.

Kira-kira tiga per empat darah ini hilang dalam dua hari pertama. Wanita berusia

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

10

<35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka yang

berusia >35 tahun (Benson, 2009).

Price & Wilson (2006:1281) membagi siklus menstruasi menjadi dua yaitu

siklus ovarium dan endometrium dimana kedua siklus tersebut saling

mempengaruhi.

a. Siklus Ovarium

1) Fase Folikular

Siklus diawali hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium.

FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium.

Umumnya hanya satu terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang

lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel

yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa mensintesis

progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama

siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor dalam sintesis estrogen oleh

lapisan sel teka interna yang mengelilinginya.

Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Jalur

biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui

17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron dan estradiol.

Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat

perubahan androgen menjadi estrogen. Folikel, oosit primer mulai menjalani

proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang

berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini. Kadar

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

11

estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme

umpan balik positif.

2) Fase Luteal

LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi,

oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen

yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai

menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi

banyak mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah

menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum

terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang semakin lama

semakin meningkat.

b. Siklus Endometrium

1) Fase Proliferasi

Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam

stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira selama 5 hari. Kadar

estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang

stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar

menjadi hipertropi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak

sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar

makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel

kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan

inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke

permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

12

lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada setiap orang

dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi.

2) Fase Sekresi

Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan

terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan

menjadi seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan

epitel kelenjar menjadi berlipat-lipat, sehingga memberikan seperti gambaran

“gigi gergaji”. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut.

Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan

pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase

sekresi pada setiap perempuan 14±2 hari.

3) Fase Menstruasi

Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus

28 hari dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan

progesteron dan estrogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan

pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan

menstruasi.

2.1.3 Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada masa

remaja. Gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien

maupun keluarganya. Faktor fisik dan psikologis berperan pada masalah ini

(Chandran, 2008).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

13

Klasifikasi gangguan menstruasi menurut Prawirohardjo (2011:161) adalah

sebagai berikut :

a. Gangguan lama dan jumlah darah haid :

1) Hipermenorea atau menoragia

2) Hipomenorea

b. Gangguan siklus haid :

1) Polimenorea

2) Oligomenorea

3) Amenorea

c. Gangguan pendarahan di luar siklus haid :

1) Menometroragia

d. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :

1) Dismenorea

2) Sindroma prahaid

2.2 DISMENORE

2.2.1 Pengertian

Dismenore adalah nyeri kram atau tegang di daerah perut, mulai terjadi

pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan menstruasi dan dapat bertahan 24-36

jam meskipun beratnya hanya berlangsung 24 jam pertama. Kram tersebut

terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah dan dapat menjalar ke punggung

atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak

berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

14

2.2.2 Penyebab dan Faktor Resiko

Menurut Widjajanto (2005) penyebab dismenore primer belum jelas

hingga saat ini. Dahulu disebutkan faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat

mempengaruhi hal ini. Namun penelitian terakhir menunjukkan adanya pengaruh

zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Dimana telah dibuktikan

bahwa prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh

termasuk aktivitas usus, perubahan diameter pembuluh darah, dan kontraksi

uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar

prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus akan bertambah. Hal tersebut

yang menyebabkan terjadinya nyeri yang disebut dismenore. Jadi prostaglandin

yang berlebih dapat menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas, dan

dingin pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid.

Menurut Rahimian (2006) faktor resiko terjadinya dismenore primer

adalah:

a. Menarche dini

Menarche pada usia lebih awal yaitu sebelum umur 12 tahun menyebabkan

alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami

perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

b. Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf

yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher

rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

15

c. Lama menstruasi lebih dari normal (lebih dari 7 hari)

Lama menstruasi lebih dari normal yaitu lebih dari 7 hari dapat menimbulkan

adanya kontraksi uterus yang terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih

sering berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan.

Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan

kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus

terhenti dan terjadi dismenore.

d. Umur

Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim

bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan.

e. Mengkonsumsi alkohol

Alkohol merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab

terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati

terganggu karena adanya konsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen

tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan

dapat menimbulkan gangguan pada pelvis.

f. Perokok

Merokok dapat meningkatkan lamanya menstruasi dan meningkatkan lamanya

dismenore.

g. Tidak pernah berolahraga

Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selama

menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

16

dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi

oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.

h. Stres

Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot

punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Prawirohardjo (2011:182) dismenore dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi

pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan

disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya

prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.

Molekul yang berperan pada dismenore adalah prostaglandin F2α, yang

selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E menghambat

kontraksi uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin di endometrium saat

perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi. Perempuan dengan dismenore

primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan perempuan

tanpa dismenore. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada

48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas

keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering

menyertai dismenore yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi

sistemik.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

17

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai

keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis,

mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau

irritable bowel syndrome.

2.2.4 Patofisiologi

Dismenore terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini

terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan

sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga

terlibat dalam dismenore adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat

terkait dengan infertilitas pada wanita, dismenore, hipertensi, preeklamsi-eklamsi,

dan syok anafilaktik. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan respon

miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga

mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dismenore sebagian besar akibat kontraksi uterus (Manuaba, 2006).

2.2.5 Gejala

Menurut Kasdu (2005), gejala dismenore yang sering muncul adalah:

a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi.

b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai.

c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari, namun ada juga wanita

yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

18

d. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah

dan tungkai.

e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul

yang terus menerus.

f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.

2.2.6 Derajat Dismenore

Karakteristik gejala dismenore berdasarkan derajat nyerinya menurut

Manuaba (2001) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Dismenore ringan

Dismenore ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang

berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup

istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar

tetapi tetap berlokasi di daerah perut bawah.

b. Dismenore sedang

Dismenore yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri

saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah,

memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah

mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup

sehari-hari.

c. Dismenore berat

Dismenore berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat

menstruasi dan menyebar ke pinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing,

sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dismenore berat memerlukan istirahat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

19

sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau

lebih, dan memerlukan pengobatan dismenore.

2.2.7 Diagnosis

Pada kebanyakan pasien dengan nyeri menstruasi, terapi empiris diberikan

dengan presumpsi diagnosis dismenore primer, berdasarkan riwayat adanya nyeri

pelvik anterior bagian bawah yang dimulai pada masa remaja dan berhubungan

secara spesifik dengan periode menstruasi. Riwayat yang inkonsisten dan atau

adanya penemuan massa di pelvik pada pemeriksaan fisik, keluarnya cairan

vagina yang abnormal, atau kaku pelvik yang tidak terbatas pada periode

menstruasi mengarahkan diagnosis kepada dismenore sekunder (French, 2005).

Dismenore sekunder dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan curiga ada

patologi panggul atau kelainan bawaan atau tidak respon dengan obat.

Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan seperti USG, infus salin sonografi

atau laparoskopi dapat dipertimbangkan bila curiga adanya endometriosis

(Prawirohardjo, 2011:182).

2.2.8 Penatalaksanaan

Upaya penanganan dismenore menurut Prawirohardjo (2011:183) yaitu:

a. Obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID

NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenore.

NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis

prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar. Seperti diketahui

sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform siklooksigenase (COX) yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

20

berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat

COX-2. Studi buta ganda membandingkan penggunaan melosikam dengan

mefenamat memberikan hasil yang sama untuk mengatasi keluhan dismenore.

b. Pil kontrasepsi kombinasi

Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan

endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin

serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi sangat efektif untuk

mengatasi dismenore dan sekaligus akan membuat siklus haid menjadi teratur.

Progestin dapat juga dipakai untuk pengobatan dismenore, misalnya medroksi

progesteron asetat (MPA) 5 mg atau didrogesteron 2x10 mg mulai haid hari ke-5

sampai 25. Bila penggunaan obat tersebut gagal mengatasi nyeri haid sebaiknya

dipertimbangkan untuk mencari penyebab amenore sekunder.

Terdapat juga penanganan nonfarmakologi menurut Laila (2011) yaitu:

kompres hangat di dearah yang sakit atau kram, istirahat, olahraga, minum air

putih, pemijatan, yoga, teknik relaksasi, dan dengan akupuntur atau akupresure.

2.2.9 Dampak Dismenore

Dismenore pada remaja harus ditangani meskipun hanya dengan

pengobatan sendiri atau non farmakologi untuk menghindari hal-hal yang lebih

berat. Dismenore tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga

memberi dampak dari segi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi terhadap wanita

di seluruh dunia misalnya cepat letih, dan sering marah. Dampak psikologisnya

dapat berupa konflik emosional, ketegangan, dan kegelisahan, hal tersebut dapat

menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing, yang nantinya akan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

21

mempengaruhi kecakapan dan keterampilannya. Kecakapan dan keterampilan

yang dimaksud berarti luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang

mencakup: kecakapan mengenali diri sendiri (self awareness) dan kecakapan

berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan

akademik (academic skill), maupun kecakapan vokasional (vocational skill)

(Trisianah, 2011).

Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para

wanita khususnya remaja. Menurut Prawirohardjo (2005) dismenore membuat

wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan resep obat. Keadaan

tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita

2.3 AKTIVITAS BELAJAR

2.3.1 Pengertian

Menurut Sardiman (2004) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas

yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas yang

dimaksudkan disini bukan hanya aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas mental.

Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling terkait.

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas

psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam

rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan

supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

22

Berdasarkan pendapat tersebut, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian

kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan

mengakibatkan adanya perubahan pada dirinya baik yang tampak maupun yang

tidak tampak.

2.3.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar

Sardiman (2004) menggolongkan aktivitas sebagai berikut:

a. Emotional activity, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup,

gembira, bersemangat.

b. Visual activity, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan.

c. Oral activity, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran

mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interuksi.

d. Listening activity, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

e. Writing activity, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

f. Drawing activity, seperti menggambarkan, membuat grafik, peta, diagram.

g. Motorik activity, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

h. Mental activity, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, mengambil keputusan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

23

2.3.3 Contoh Aktivitas Belajar

Meskipun telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah

memilih set yang tepat untuk merealisasi tujuan itu, namun tindakan-tindakan

untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Situasi dapat menentukan

set belajar yang dipilih. Berikut dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar

dalam berbagai situasi yang dikemukakan oleh Soemanto (2006), yaitu:

a. Mendengar

Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah

dari guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan. Tidak

setiap orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar. Seseorang menjadi

belajar atau tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan,

motivasi, dan set seseorang itu. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu

memungkinkan sesorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan

secara aktif dan bertujuan.

b. Memandang

Setiap stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi

tidak semua pandangan penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan kita

tertuju kepada sesuatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat

kebutuhan, motivasi serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka

pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Apabila kita memandang segala

sesuatu dengan set tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan

perkembangan diri kita, maka dalam hal yang demikian kita sudah belajar.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

24

c. Menulis atau mencatat

Tidak setiap aktivitas mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang

bersifat menurun, menjiplak atau mengkopi, adalah tidak dapat dikatakan sebagai

aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk belajar yaitu apabila dalam mencatat itu

orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan set tertentu agar

catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Tanpa penggunaan

set belajar, maka catatan yang kita buat tidak mencatat apa yang mestinya dicatat.

Materi yang kita catat sangat ditentukan oleh set-set belajar kita. Sementara kita

mendengarkan ceramah atau berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, seminar dan

sebagainya, kesadaran kita tentang kebutuhan dan tujuan akan sangat menolong

kita untuk memilih materiil yang harus dicatat.

d. Membaca

Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring

santai di tempat tidurnya hanya dengan maksud agar dia bisa tidur. Menurut ilmu

jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar. Belajar

adalah aktif, dan membaca untuk keperluan belajar hendaknya dilakukan di meja

belajar daripada di tempat tidur, karena dengan sambil tiduran itu perhatian dapat

terbagi. Belajar memerlukan set. Membaca untuk keperluan belajar harus pula

menggunakan set. Membaca dengan set misalnya dengan memulai

memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama dengan berorientasi kepada

kebutuhan dan tujuan. Kemudian memilih topik yang relevan dengan kebutuhan

atau tujuan itu. Tujuan kita akan menentukan materi yang dipelajari. Di sini kita

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

25

menentukan set untuk membuat catatan-catatan yang perlu. Sementara membaca

itu catatlah setiap pertanyaan yang muncul dalam benak kita.

e. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggaris bawahi

Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu kita dalam hal mengingat atau

mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk

keperluan belajar yang intensif, membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara

membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (underlining). Hal ini

sangat membantu kita dalam usaha menemukan kembali materiil itu di kemudian

hari.

f. Mengamati Tabel, Diagram, dan Bagan

Materiil non-verbal seperti tabel, diagram dan bagan sangat berguna bagi

kita dalam mempelajari materiil yang relevan itu. Demikian pula gambar-gambar,

peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu

pemahaman kita tentang sesuatu hal.

g. Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Tidak semua aktivitas menyusun makalah merupakan aktivitas belajar.

Banyak pelajar atau mahasiswa yang menyusun makalah dengan jalan mengkopi

atau menjiplak. Memang cara yang demikian sering menguntungkan mereka

karena dengan mengambil materi sana-sini, diatur hubungannya sehingga

membentuk sajian yang sistematis dan lengkap, dengan bahasa yang bagus karena

dibuat oleh para ahli, maka mereka memperoleh angka kelulusan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

26

h. Mengingat

Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu, belum termasuk

aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk

mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah aktivitas belajar, apalagi jika

mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.

i. Berpikir

Adapun yang menjadi objek serta tujuannya, berpikir adalah termasuk

aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-

tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Syah (2006) secara global faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni:

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,

yakni: Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang

bersifat rohaniah).

1) Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat

misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi

yang dipelajarinya pun kurang atau tidak dapat ditangkap dan diingat.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

27

2) Aspek Psikologis.

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,

diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih

esensial itu adalah sebagai berikut:

a) Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

persoalan kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh

lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam

hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran

organ-organ lainnya, lantaran otak merupakan ”menara mengontrol”

hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)

siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan

siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa

maka semakin besar peluangnya untuk meraih kesuksesan sebaliknya,

semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil

peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap

terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif atau

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

28

negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran

yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar

siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata

pelajaran guru, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru dan mata

pelajaran guru dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut atau

dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

c) Bakat Siswa

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang memiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti

berpotensi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-

masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Dalam

perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan

individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak tergantung pada

upaya pendidikan dan latihan.

d) Minat Siswa

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tertinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-

bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat yang

besar terhadap matematika dan memusatkan perhatiannya lebih

banyak ketimbang siswa yang lainnya. Kemudian, karena pemusatan

perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

29

tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya dapat mencapai prestasi yang

diinginkan.

e) Motivasi Siswa

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi

instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajarnya. Termasuk dalam motivasi

instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya

terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa

yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan

yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya

untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib

sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-

contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk

belajar.

Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal

ataupun bersifat eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya

siswa dalam melakukan proses mempelajari materi-materi pelajaran baik

di sekolah maupun di rumah. Dalam prespektif psikologi kognitif,

motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah tidak tergantung pada

dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai

prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa

depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih bertahan lama

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

30

dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang

tua dan guru.

b. Faktor Eksternal

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua

macam yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.

1) Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula

berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu,

kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di

ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan

suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam

ruangan yang cukup mendukung untuk bernafas lega. Lingkungan sosial baik

yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi

proses dan hasil belajar. Sering kali guru dan para siswa yang sedang belajar

di dalam kelas merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di

luar persis di depan kelas tersebut, apalagi obrolan itu diiringi dengan galak

tawa yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara

mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, karena itu sekolah hendaknya

didirikan dalam lingkungan dan kondusif untuk belajar.

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

31

siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik

dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal

belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong

yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk

lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman

sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat

yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya

akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut

akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi

atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah

orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek

pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan biografi keluarga (letak

rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan

belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-

faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya

tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumen ini

dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum

berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan

atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Faktor-faktor ini besar

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

32

pengaruhnya pada proses dan hasil belajar, dapat dilihat dari sisi tujuan

kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan tentang

hasil pendidikan. Oleh karena itu setiap ada perubahan tujuan kurikulum

maka bisa dipastikan ada perubahan tujuan itu akan mengubah program atau

bahan (mata pelajaran) yang akan diberikan bahkan mungkin dengan ruang

lingkupnya masing-masing; dan demikian juga pada aspek-aspek lainnya,

termasuk pada aspek sarana dan fasilitas. Demikian itu akan berdampak pula

pada kompetensi yang harus dimiliki para guru.

2.3.5 Tahap-Tahap dalam Proses Aktivitas Belajar

Menurut Syah (2006) setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga

tahapan yaitu:

a. Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)

Pada tingkatan ini seorang siswa mulai menerima informasi sebagai

stimulasi dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan

pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara

pemahaman dengan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan

tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan

kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

b. Storage (tahap penyimpanan informasi)

Pada tingkat ini seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses

penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani

proses acquisition.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

33

c. Retrieval (tahap mendapat kembali informasi)

Pada tingkat ini seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi

sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan

masalah. Proses ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam

mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam

memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai

respons atas stimulus yang sedang dihadapi.

2.3.6 Pengukuran Aktivitas Belajar

Pengukuran aktivitas belajar dilakukan dengan menggunakan kuesioner

yang didapat dari penelitian sebelumnya yaitu Roza (2011) dengan modifikasi

oleh peneliti. Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih

dahulu sebelum disebarkan kepada responden. Kuesioner terdiri dari 10

pernyataan yang mencangkup emotional activity, visual activity, oral activity,

listening activity, writing activity, drawing activity, motorik activity, dan mental

activity yang berbentuk skala likert dengan jawaban tidak, kadang-kadang, sering,

dan sering sekali. Pengukuran aktivitas belajar dikategorikan menjadi 3 yaitu

tidak terganggu (skor 21-30), terganggu (skor 11-20), dan sangat terganggu (skor

0-10).

2.4 HUBUNGAN DISMENORE DENGAN AKTIVITAS BELAJAR

Dismenore merupakan nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan

terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari

yang ringan sampai berat (Prawirohardjo,.2011:182). Aktivitas belajar

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENSTRUASI 2.1.1 Pengertianerepo.unud.ac.id/9993/3/a149619cc2cf71dcd2b8e08ee32b2931.pdf · 2.1.1 Pengertian ... biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron

34

dipengaruhi juga oleh aspek fisiologis yaitu aspek yang berkaitan dengan kondisi

umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran dan dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Jika kondisi

tubuh mahasiswi tidak bugar karena mengalami dismenore, maka hal tersebut

akan mempengaruhi kemampuan mahasiswi dalam menyerap informasi dan

pengetahuan khususnya yang disajikan dalam perkuliahan (Syah, 2006).

Dampak dismenore yaitu aktivitas belajar dalam pembelajaran dapat

terganggu, konsentrasi menjadi menurun bahkan tidak ada sehingga materi yang

diberikan selama pembelajaran berlangsung tidak bisa ditangkap oleh perempuan

yang sedang mengalami dismenore. Perempuan yang mengalami dismenore pada

saat menstruasi prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan

perempuan yang tidak mengalami dismenore (Hacker N and Moore G, 2001).

Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita

khususnya remaja. Siswi yang mengalami dismenore primer tidak dapat

berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang

dirasakan (Prawirohardjo, 2005). Menurut Nanthan (2005) yang melaporkan

sebanyak 7-15% siswi yang tidak pergi ke sekolah. Hal ini didukung oleh

pendapat Laszlo, et al (2008) yang menyatakan dari 30-90% wanita yang

mengalami dismenore, sebanyak 10-20% mengeluh nyeri berat dan tidak dapat

bersekolah. Dari total responden remaja yang bersekolah, sebanyak 35%

menyatakan biasanya remaja tersebut tidak datang ke sekolah selama periode

dismenore dan 5% mengatakan datang ke sekolah tetapi mereka hanya tidur di

kelas (Sharma, et al, 2008).