bab ii tinjauan pustaka 2.1 manajemen laba 2.1.1 definisi ...repository.ump.ac.id/5599/3/diah ayu...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Laba
2.1.1 Definisi Manajemen Laba
Setiawati dan Saputro (2004) dalam Ifonie (2012) menyatakan bahwa
manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses
penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu
dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (atau perusahaannya
sendiri). Sedangkan menurut Schipper (1989) dalam Saiful (2004)
mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja
memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Copeland (1968) dalam Utami
(2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai some ability to increase or
decrease reported net income at will, ini berarti kemampuan manajemen
untuk memaksimalkan atau meminimkan laba sesuai keinginan manajemen.
Menurut Scott (2006:374) dalam Rahman, Nadirsyah dan Yahya (2012)
ada dua segi untuk memahami manajemen laba: Pertama, melihatnya
sebagai perilaku oportunistik (opportunistic earnings) untuk
memaksimumkan utilitas kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political
costs. Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif efficient
contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
10
memberikan manajer fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga.
Utami (2005) menjelaskan bahwa pengukuran atas akrual adalah hal
yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mendeteksi ada tidaknya
manajamen laba. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu: Pertama, bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam
proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non
discretionary accruals. Kedua, bagian akrual yang merupakan manipulasi
data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary
accruals.
Ada tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dipergunakan
untuk menguji perilaku etis dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan
keuangan yaitu: (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Aryani, 2011)
a. The Bonus Plan Hypothesis
Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa “managers of firms
with bonus plans are more likely to use accounting methods that
increase current period reported income”. Hipotesis ini menyatakan
bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan membuat
manajer cenderung memilih dan menggunakan metode-metode
akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih
tinggi. Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus,
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
11
manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat
menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat
menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai
pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.
b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Debt to equity hypothesis yang menyatakan bahwa “the larger the
firms debt to equity ratio, the more likely managers use accounting
methods that increase income”. Dalam konteks perjanjian hutang
manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban
hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat
ditunda untuk tahun berikutnya. Pada perusahaan yang mempunyai
rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung
menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan
atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan
mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak
kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.
c. The Political Cost Hypothesis
Political cost hypothesis yang menyatakan bahwa “larger firms
rather than small firms are more likely to use accounting choices that
reduce reported profits”. Hipotesis ini menyatakan pada perusahaan
besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih
metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
12
periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat
memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan
profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media
dan konsumen.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting
Theory (PAT) dan Agency Theory. Agency theory memiliki asumsi bahwa
masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk
memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal
memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Helen,
Meiden dan Tobing, 2005)
2.1.2 Model Manajemen Laba
Manajemen laba biasanya diteliti dengan cara peneliti membentuk
hipotesis dimana manajemen laba kemungkinan bisa muncul dan menguji
kemungkinan tersebut dengan metode yang tepat (Aryani, 2011).Beberapa
model empiris berbasis aggregate accrual untuk mendeteksi manajemen
laba ialah (Ariyani, 2011):
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
13
1. Model Healy
Model Healy mendeteksi manajemen laba dengan menghitung
nilai total akrual yaitu mengurangi laba akuntansi yang diperoleh
selama satu periode tertentu dengan arus kas operasi periode yang
bersangkutan. Perhitungan nondiscretionary accruals model Healy
dengan membagi rata-rata total akrual dengan total aktiva periode
sebelumnya. Ada kelemahan mendasar dalam model Healy yang
diindikasikan oleh Dechow dkk (1995) bahwa total akrual yang
digunakan manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebagai proksi manajemen laba mengandung
nondiscretionary accruals. Padahal nondiscretionary accruals
merupakan komponen total akrual yang tidak bisa dikelola atau diatur
oleh manajer seperti halnya komponen discretionary accruals.
2. Model DeAngelo
Model DeAngelo mengukur manajemen laba dengan
nondiscretionary accrual, yaitu dihitung dengan menggunakan total
akrual akhir periode yang diskala dengan total aktiva periode
sebelumnya. Seandainya nondisdretionary accrual selalu konstan
setiap saat dan discretionary accruals mempunyai rata-rata sama
dengan nol selama periode estimasi, maka kedua model ini akan
mengukur discretionary accrual tanpa kesalahan. Namun, apabila
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
14
nondiscretionary accrual berubah dari periode ke periode, maka kedua
model ini akan mengukur discretionary accrual dengan kesalahan.
3. Model Jones
Model Jones tidak lagi menggunakan asumsi bahwa
nondiscretionary accrual adalah konstan. Model ini menggunakan dua
asumsi sebagai dasar pengembangan yaitu akrual periode berjalan
(current accruals) dan gross property, plant, and equipment. Secara
implisit model Jones mengasumsikan bahwa pendapatan merupakan
nondiscretionary. Apabila laba dikelola dengan menggunakan
pendapatan discretionary accrual, maka model ini akan menghapus
bagian laba yang dikelola untuk proksi discretionary accrual.
4. Model Jones Dimodifikasi (Dechow, Sloan dan Sweeney,1995)
Model Jones dimodifikasi merupakan modifikasi dari model Jones
yang didesain untuk mengeliminasi kecenderungan untuk
menggunakan perkiraan yang bisa salah dari model Jones untuk
menentukan discretionary accruals ketika discretion melebihi
pendapatan. Sama halnya dengan model manajemen laba berbasis
aggregate accrual yang lain, model ini menggunakan discretionary
accrual sebagai proksi manajemen laba. Kelebihannya, model ini
memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual, yaitu
discretionary current accrual, discretionary long term accrual, dan
nondiscretionary long term accruals. Discretionary current accrual
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
15
dan nondiscretionary current accrual merupakan akrual yang berasal
dari aktiva lancar. Sedangkan discretionary long term accrual dan
nondiscretionary long term accruals merupakan akrual dari aktiva tidak
lancar.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting
Theory (PAT) dan Agency Theory. Agency theory memiliki asumsi bahwa
masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk
memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal
memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Helen,
Meiden dan Tobing, 2005)
2.2 Voluntary Disclosure
Pengungkapan merupakan suatu informasi yang diberikan sebagai lampiran
atau pelengkap bagi laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan.
Informasi ini memberikan suatu penjelasan tentang posisi keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan (Wulandari dan Shanti, 2008). Menurut Meek, et. al.,
(1996) dalam Harmadi dan Anggraeeni (2010), pengungkapan sukarela
(Voluntary Disclosure) merupakan pengungkapan informasi melebihi yang
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
16
diwajibkan, karena di pandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan
keuangan. Voluntary disclosure diungkapkan sesuai dengan kebijakan suatu
perusahaan untuk memberikan informasi yang lebih relevan serta meningkatkan
kinerja perusahaan di bursa saham.
Menurut Hendriksen (1997: 327) dalam Wulandari dan Shanti (2008)
terdapat tiga konsep pengungkapan yang umum diusulkan, antara lain:
1. Adequate Disclosure (pengungkapan cukup)
Pengungkapan cukup merupakan pengungkapan minimum yang
diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan
dapat diinterprestasikan dengan benar oleh investor.
2. Fair disclosure (pengungkapan wajar)
Pengungkapan yang wajar merupakan tujuan etis agar memberikan
perlakuan yang sama kepada semua pihak pemakai laporan keuangan.
3. Full Disclosure (pengungkapan penuh)
Bagi beberapa pihak pengungkapan secara penuh diartikan sebagai
penyajian informasi yang berlebihan dan tidak bisa disebut layak. Terlalu
banyak informasi yang diungkap akan membahayakan perusahaan, karena
penyajian rinci dan informasi yang tidak penting justru menggambarkan
informasi yang signifikan.
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
17
2.3 Asimetri Informasi
Informasi yang akurat dalam sebuah lapporan keuangan sangat penting untuk
kelangsungan suatu perusahaan. Manajer mempunyai peranan penting dalam
memberikan informasi yang akurat dalam laporan keuangan yang sangat
berkaitan dengan kondisi dan prospek perusahaan dibandingkan investor atau
pihak lain, hal ini dapat menyebabkan adanya asimeri informasi, dimana salah
satu pihak dalam hal ini manajer lebih mengetahui informasi dibanding pihak
lain. Ketika terdapat asimetri informasi, keputusan pengungkapan yang dibuat
oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham karena asimetri informasi antara
investor yang lebih informed dan kurang informed akan menimbulkan biaya
transaksi dan mengurangi likuiditas dalam pasar saham suatu perusahaan (Ifonie,
2012).
Sri (2008) dalam Ariyani (2011) menyatakan bahwa asimetri informasi
adalah kesenjangan informasi antara manajer dan pihak luar peusahaan (pemilik,
calon investor, kreditur, supplier, regulator, pemerintah, dan stakeholder lain)
yang mempunyai keterbatasan sumber dan akses untuk memperoleh informasi
mengenai perusahaan.
Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer
sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Adanya asimetri informasi
yang dapat merugikan para pemegang saham, maka pemegang saham perlu
menciptakan suatu sistem yang dapat memonitor perilaku agen supaya bertindak
seperti yang diharapkan. Aktivitas ini meliputi biaya untuk penciptaan standar,
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
18
biaya monitoring agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lainlain.
Aktivitas ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost (Armadi dan
Anggraeni, 2010).
Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer
sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Adanya asimetri informasi
yang dapat merugikan para pemegang saham, maka pemegang saham perlu
menciptakan suatu sistem yang dapat memonitor perilaku agen supaya bertindak
seperti yang diharapkan. Aktivitas ini meliputi biaya untuk penciptaan standar,
biaya monitoring agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lainlain.
Aktivitas ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost (Armadi dan
AnggraeniArmadi dan Anggraeni, 2010).
Menurut Rahmawati, et al. (2006) dalam Wulandari dan Shanti (2008)
Terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection
Adverse selectionya itu jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan transaksi usaha, memiliki informasi lebih atas
pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti
manajer perusahaan dan para pihak dalam perusahaan lainnya lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para
investor luar.
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
19
2. Moral hazard
Moral hazard yaitu jenis asimetri informasi apabila satu pihak atau lebih
yang melangsungkan transaksi usaha, dapat mengamati tindakan-tindakan
mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak
lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan
dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan
besar.
Bid-ask spread biasanya diproksikan untuk mengukur asimetri
informasi. Bid-ask spread merupakan selisih antara bid price (harga beli)
tertinggi dengan ask price (harga jual) terendah saham trader. Pedagang
sekuritas menetapkan bid-ask spread sedemikian rupa sehingga keuntungan
yang diharapkan dari pedagang tidak terinformasi dapat menutup kerugian
dari pedagang terinformasi. Ketika pedagang sekuritas berdagang dengan
pedagang terinformasi maka biaya transaksi akan meningkat, dan adanya
asimetri informasi ini akan membawa pada bid-ask spread yang lebih besar
(Ifonie, 2012). Besarnya bid-ask spread berkaitan dengan biaya transaksi dan
efisiensi pasar.
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
20
2.4 Cost Of Equity Capital
2.4.1 Definisi Cost Of Equity Capital
Cost Of Equity Capital didefinisikan sebagai rate of return minimum
suatu perusahaan yang diukur berdasarkan proporsi ekuitas dari seluruh
inventasi agar dapat mempertahankan harga pasar sekuritasnya
(Harmadi,2011).
Utami (2005) mendefinisikan Biaya modal ekuitas (cost of equity
capital) merupakan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan oleh
investor, yaitu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan oleh
penyedia dana (investor) untuk mau/bersedia menanamkan modalnya pada
perusahaan. Utami (2005), menjelaskan bahwa biaya modal merupakan
konsep yang dinamis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi.
Struktur biaya modal didasarkan pada beberapa asumsi yang berkaitan
dengan risiko dan pajak. Asumsi dasar yang digunakan dalam estimasi biaya
modal adalah risiko bisnis dan risiko keuangan adalah tetap (relatif stabil).
Menurut Mardiyah (2002), Cost Of equity Capital adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan (source of financing).
Cost of equity capital merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan
oleh penyedia dana, baik investor maupun kreditur (Ifonie, 2012)
Didalam penelitian Utami (2005) menyebutkan bahwa biaya modal
dihitung atas dasar sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi
perusahaan. Ada empat sumber dana jangka panjang yaitu:
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
21
1. Hutang jangka panjang,
Biaya hutang jangka panjang adalah biaya hutang sesudah pajak saat ini
untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pinjaman.
2. Saham preferen
Biaya saham preferen adalah deviden saham preferen tahunan dibagi
dengan hasil penjualan saham preferen.
3. Saham biasa
Biaya modal saham biasa adalah besarnya rate yang digunakan oleh
investor untuk mendiskontokan deviden yang diharapkan diterima di
masa yang akan datang.
4. Laba ditahan
Laba ditahan merupakan bagian dari laba tahunan yang di investasikan
kembali dalam usaha selain dibayarkan dalam kas sebagai deviden.
Utami (2005) menyebutkan tiga model penilaian perusahaan:
1. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation
model).
Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa nilai saham sama
dengan nilai tunai (present value) dari semua deviden yang akan
diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat
pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas (Model ini
dikenal dengan sebutan Gordon model)
2. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
22
Berdasarkan model CAPM, biaya modal saham biasa adalah
tingkat return yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas
risiko yang tidak dapat dideversifikasi yang diukur dengan beta.
3. Model Ohlson
Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan
dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai
tunai dari laba abnormal. Dalam penelitian Utami (2005) menggunakan
model Ohlson untuk mengestimasi cost of equity capital.
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Kajian Hasil
1 Wiwik
Utami
(2005)
Pengaruh Manajemen Laba
terhadap Biaya Modal Ekuitas
Manajemen laba
mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
terhadap biaya modal
ekuitas
2 Regina
Reizky
Ifonie
(2012)
Pengaruh Asimetri Informasi Dan
Manajemen Laba Terhadap Cost
Of Equity Capital
Tidak ada pengaruh
positif signifikan antara
asimetri informasi dan
manajemen laba dengan
cost of equity capital.
3 Indayani
dan Dewi
Mutia
(2013)
Pengaruh Informasi Asimetri Dan
Voluntary Disclosure Terhadap
Cost Of Equity Capital
tingkat voluntary
disclosure berpengaruh
positif terhadap cost of
equity capital dan
informasi asimetri
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
23
secara individu
berpengaruh negatif
terhadap cost of equity
capital
4 I G A
Raka
Heriyanthi
(2013)
Pengaruh Pengungkapan Sukarela
Dan Manajemen Laba Pada Cost
Of Equity Capital Dengan
Variabel Asimetri Informasi
Sebagai Variabel Intervening
Manajemen laba dan
asimetri informasi
berpengaruh negatif dan
signifikan pada cost of
equity capital.
5 H. Armadi
dan
Mariska
Dewi
Anggraeni
(2010)
pengaruh pengungkapan sukarela
pada cost of equity capital dengan
asimerti informasi sebagai
variabel intervening
pengungkapan sukarela
berpengaruh negatif
signifikan terhadap cost
of equity capital.
2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.6.1 Kerangka Pemikiran
.
Manajemen Laba
Voluntary Dislosure
Asimetri Informasi
Cost Of Equity
Capital
H1+
H2 +
H3 -
H4 +
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
24
2.6.2 Pengaruh Secara Silmutan Manajemen Laba, Voluntary Disclosure,
Asimetri Informasi Terhadap Cost Of Equity Capital.
Utami (2005) mendefinisikan Biaya modal ekuitas (cost of equity
capital) merupakan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan oleh
investor, yaitu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan oleh
penyedia dana (investor) untuk mau/bersedia menanamkan modalnya pada
perusahaan. Hasil penelitiann Utami (2005) menyebutkan bahwa biaya
modal dihitung atas dasar sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi
perusahaan. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi
melebihi yang diwajibkan, karena di pandang relevan dengan kebutuhan
pemakai laporan keuangan (Meek, et. al.,1996 dalam Armadi dan
Anggraeni, 2010). Pengungkapan Botosan (1997) dalam menetapkan suatu
penilaian terhadap pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan
menggunakan indeks pengungkapan dan menemukan bahwa semakin besar
tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan semakin
rendah cost of equity capitalnya. Dari Pengungkapan tersebut dapat
mempengaruhi asimetri informasi, penurunan informasi asimetri akan
menurunkan cost of capital (Indayani dan Mutia, 2013). Adanya Asimetri
Informasi dapat menyebabkan terjadinya praktik manajemen laba, yang
akan mempengaruhi cost of equity capitalnya.
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
25
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disusun hipotesis ketiga:
H1 : Manajemen laba, voluntary disclosure dan asimetri informasi
secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap cost of
equity capital
2.6.3 Manajemen Laba dan Cost Of Equity Capital
Praktik manajemen laba yang dapat merugikan investor sehingga
resiko yang dihadapi investor pun semakin tinggi, yang akan menyebabkan
tingginya cost of equity capital. Utami (2005) membuktikan secara empiris
bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya
modal ekuitas dengan menggunakan model pengukuran Ohslon sebagai
proksi pengukuran biaya modal ekuitas. Semakin tinggi tingkat akrual,
maka semakin tinggi biaya modal ekuitas. Semakin tinggi tingkat
manajemen laba menunjukkan semakin tinggi resiko imbal hasil saham dan
konsekuensinya investor akan menaikkan rate biaya modal ekuitas.
Beberapa penelitian mengenai manajemen laba dan Cost of Equity
Capital menunjukkan bahwa terdapat hubungan diantara variabel-variabel
tersebut. Temuan diatas menunjukkan bahwa manajemen laba yang
diproksi dengan total akrual mempunyai hubungan positif dan signifikan
dengan Cost of Equity Capital.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disusun hipotesis kedua:
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
26
H2 : Manajemen laba secara parsial berpengaruh positif terhadap cost
of equity capital.
2.6.4 Voluntary Disclosure dan Cost Of Equity Capital
Pengungkapan informasi melalui pengungkapan sukarela dibutuhkan
oleh investor dalam menilai perusahaan dan mengambil keputusan
berkaitan dengan ketidakpastian aliran kas sekarang dan masa mendatang
atas kualitas sekuritas perusahaan (Armadi dan Anggraeni, 2010).
Perusahaan yang tidak memberikan tingkat disclosure yang memadai
dianggap oleh sebagian investor sebagai laporan keuangan yang berisiko.
Hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi, karena
Investor mengharapkan return atas investasi mereka berupa deviden dan
akan mempengaruhi cost of equity capital yang dikeluarkan. Semakin
tinggi pengungkapan sukarela maka semakin rendah cost of equity capital
Menurut penelitian Armadi dan Anggraeni (2010). Apabila semakin
banyak informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan maka akan semakin
sedikit cost of equity capital yang dibayarkan kepada investor, karena
perusahaan mengeluarkan biaya untuk pengungkapapan tersebut yang akan
mengurangi cost of equity capital yang seharusnya dibayarkan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disusun hipotesis ketiga:
H3 : Voluntary disclosure secara parsial berpengaruh negatif signifikan
terhadap cost of equity capital.
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015
27
2.6.5 Asimetri Informasi dan Cost Of Equity Capital
Asimetri informasi merupakan kondisi dimana terdapat kesenjangan
antara agen dan prinsipal. Kesenjangan informasi ini akan meningkatkan
resiko perusahaan. Resiko yang tinggi akan mengakibatkan tingkat return
yang diminta investor menjadi tinggi, sehingga tingkat cost of equity
capital yang dikeluarkan perussahaan juga tinggi (Heriyanthi, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disusun hipotesis keempat:
H4 : Asimetri informasi secara parsial berpengaruh positf signifikan
terhadap cost of equity capital.
PENGARUH MANAJEMEN LABA ….
DIAH AYU WULANDARI, FAKULTAS EKONOMI UMP 2015