bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 pisa

20
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA Program of Internasional Student Assessment biasa disebut PISA merupakan salah satu penilaian yang diinisiasi oleh (OECD) yang berkedudukan di Paris, Prancis. Menurut OECD (2016) program yang diadakan 3 tahun sekali ini, Indonesia telah berpartisipasi mulai tahun 2000 dan pertama kali diikuti oleh 43 negara peserta. Setiap diadakan PISA, terdapat bidang yang menjadi fokus penilaian. Fokus utama PISA 2000 adalah pada penilaian literasi membaca, PISA 2003 berfokus pada literasi matematika, fokus utama PISA 2006 fokus pada literasi sains, fokus utama PISA 2009 adalah literasi membaca, dan pada PISA 2012 berfokus pada literasi matematika dan pada PISA 2015 berfokus pada literasi sains. PISA dinilai setiap tiga tahun sekali untuk memberi informasi dan mendukung pengambilan keputusan kebijakan pendidikan di negara-negara. Siklus tiga tahun memberi negara informasi yang tepat waktu yang mencakup data dan analisis untuk mempertimbangkan dampak keputusan kebijakan dan program terkait. Jika lebih sering itu tidak akan memberikan waktu yang cukup untuk perubahan dan inovasi untuk menunjukan peningkatan atau penurunan, jika lebih jarang itu berarti penurunan kinerja tidak dapat segera ditangani. Desain dan implementasi studi berada dalam tanggungjawab konsorsium internasional yang beranggotakan lembaga penelitian dan pengujian yang 12 http://repository.unimus.ac.id

Upload: others

Post on 02-Jan-2022

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 PISA

Program of Internasional Student Assessment biasa disebut PISA

merupakan salah satu penilaian yang diinisiasi oleh (OECD) yang berkedudukan

di Paris, Prancis. Menurut OECD (2016) program yang diadakan 3 tahun sekali

ini, Indonesia telah berpartisipasi mulai tahun 2000 dan pertama kali diikuti oleh

43 negara peserta. Setiap diadakan PISA, terdapat bidang yang menjadi fokus

penilaian. Fokus utama PISA 2000 adalah pada penilaian literasi membaca, PISA

2003 berfokus pada literasi matematika, fokus utama PISA 2006 fokus pada

literasi sains, fokus utama PISA 2009 adalah literasi membaca, dan pada PISA

2012 berfokus pada literasi matematika dan pada PISA 2015 berfokus pada

literasi sains. PISA dinilai setiap tiga tahun sekali untuk memberi informasi dan

mendukung pengambilan keputusan kebijakan pendidikan di negara-negara.

Siklus tiga tahun memberi negara informasi yang tepat waktu yang mencakup

data dan analisis untuk mempertimbangkan dampak keputusan kebijakan dan

program terkait. Jika lebih sering itu tidak akan memberikan waktu yang cukup

untuk perubahan dan inovasi untuk menunjukan peningkatan atau penurunan, jika

lebih jarang itu berarti penurunan kinerja tidak dapat segera ditangani.

Desain dan implementasi studi berada dalam tanggungjawab konsorsium

internasional yang beranggotakan lembaga penelitian dan pengujian yang

12

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

13

terkemuka di dunia yaitu Educational Testing Service (ETS), the Australian

Council For Educational Research (ACER), the Netherlands National Institute

For Educational Measurement (Citogroep), the National Institute For

Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.

Teknis penyelenggaraan studi PISA dikoordinasikan oleh konsorsium

internasional yang diketuai oleh (ACER) yang berkedudukan di Melbourne,

Australia. Setiap tiga tahun diadakannya PISA, Negara-negara yang mengikuti

PISA selalu bertambah. Pada tahun 2000 PISA diikuti 41 negara. Pada tahun 2003

PISA diikuti oleh 40 negara. Pada tahun 2006 PISA diikuti 57 negara. Pada tahun

2009 diikuti 65 negara. Pada tahun 2012 diikuti 65 negara. Pada tahun 2015 PISA

diikuti 72 negara. Gambaran Negara PISA pada tahun 2015 terdapat pada gambar

2.1

Gambar 2.1 Negara-negara yang mengikuti PISA tahun 2015

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

14

Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca,

matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta.

Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk

mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan

prestasi literasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan (OECD, 2016).

Menurut OECD (2016) PISA merupakan survei tiga tahunan yang sedang

berlangsung untuk menilai sejauh mana siswa berumur 15 tahun medekati akhir

wajib belajar telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang penting

untuk partisipasi penuh dalam masyarakat modern. PISA merupakan program

yang ditunjukan untuk mengevaluasi sistem pendidikan 72 negara pada tahun

2015. Soal PISA matematika dibuat berdasarkan masalah dan tantangan dalam

pribadi, pekerjaan, sosial, dan aspek ilmiah dari kehidupan siswa. PISA sangat

penting untuk mengetahui pemahaman tentang sejauh mana siswa siap untuk

menerapkan matematika untuk memahami permasalahan dan memecahkan

masalah. Hal tersebut berarti penilaian pada usia 15 tahun memberikan indikasi

awal bagaimana individu dapat merespon di kemudian hari dengan beragam

situasi yang akan mereka hadapi yang melibatkan matematika.

2.1.2 SOAL PISA

Soal PISA merupakan soal yang berkaitan dengan permasalahan

kehidupan sehari-hari. Menurut Stacey dalam Dewantara (2018) fokus dari PISA

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

15

adalah menekankan pada dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan

dapat digunakan dalam kehidupan sehari - hari dan dalam berbagai situasi. Soal

PISA matematika memiliki konten, konteks, dan level berbeda-beda seperti pada

gambar 2.2

Gambar 2.2 Framework Soal PISA

Menurut OECD (2016) soal PISA terdapat empat konten yaitu konten ruang dan

bentuk (space and shape), perubahan dan hubungan (change and relationship),

bilangan (quantity) dan probabilitas atau ketidakpastian (uncertainty). Menurut

OECD (2016) soal PISA matematika yang diujikan merupakan permasalahan

matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam beberapa konteks yaitu konteks

personal (pribadi), occupational (pekerjaan), societal (kemasyarakatan), dan

scientific (ilmiah).

Proses pengerjaan soal PISA matematika menurut OECD (2016) ada tiga

tahapan yaitu pertama formulate atau merumuskan yaitu menunjukkan seberapa

efektif siswa dapat mengenali dan mengidentifikasi peluang untuk menggunakan

matematika dalam masalah kemudian memberikan struktur matematika yang

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

16

diperlukan untuk merumuskan bahwa masalah dikontekstualisasikan ke dalam

bentuk matematika. Kedua Employ atau memperkerjakan yaitu menunjukkan

seberapa baik siswa dapat melakukan perhitungan dan manipulasi serta

menerapkan konsep dan fakta. Pada tahap ini siswa tahu solusi masalah

matematika serta merumuskan secara matematis. Terakhit tahap interpret atau

menafsikan yaitu menunjukkan seberapa efektif siswa dapat merefleksikan solusi

matematika atau kesimpulan, menafsirkannya dalam konteks masalah dunia nyata,

dan menentukan hasil atau kesimpulan.

Menurut OECD (2016) Soal PISA matematika dibuat dalam beberapa

tingkat kesulitan dalam pengerjaannya. Tingkat kesulitan soal PISA mulai dari

level 1 hingga level 6 yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan

literasi matematika siswa. Penjelasan setiap tingkatan level PISA matematika

dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Ringkasan Deskripsi Enam Tingkat Kemampuan Matematika di

PISA 2015

Level Batas Atas

Nilai

Deskripsi

1 358 Pada level satu, siswa dapat memecahkan masalah dasar

di mana informasi yang relevan disajikan secara eksplisit,

dan situasinya langsung dan sangat terbatas cakupannya.

Siswa pada level ini dapat menangani situasi di mana

aktivitas komputasi yang diperlukan jelas dan tugas

matematika dasar, seperti operasi aritmatika sederhana satu

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

17

langkah, atau untuk menjumlahkan kolom tabel sederhana

dan membandingkan hasilnya. Mereka dapat membaca dan

menafsirkan tabel angka sederhana; ekstrak data dan

lakukan perhitungan sederhana; gunakan kalkulator untuk

menghasilkan data yang relevan; dan mengekstrapolasi

dari data yang dihasilkan, menggunakan penalaran dan

perhitungan dengan model linier sederhana.

2 420 Pada level dua, siswa dapat menafsirkan tabel sederhana

untuk mengidentifikasi dan mengekstrak informasi

kuantitatif yang relevan, dan dapat menafsirkan model

kuantitatif sederhana (seperti hubungan proporsional) dan

menerapkannya menggunakan perhitungan aritmatika

dasar. Mereka dapat mengidentifikasi tautan antara

informasi tekstual yang relevan dan data tabular untuk

menyelesaikan masalah kata; menafsirkan dan menerapkan

model-model sederhana yang melibatkan hubungan

kuantitatif; mengidentifikasi perhitungan sederhana yang

diperlukan untuk memecahkan masalah langsung ke depan;

melakukan perhitungan sederhana yang melibatkan operasi

aritmatika dasar; memesan 2 dan 3 digit angka bulat dan

angka desimal dengan satu atau dua tempat desimal; dan

menghitung persentase.

3 482 Di Level 4, siswa dapat menafsirkan instruksi dan situasi

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

18

yang kompleks; menghubungkan informasi numerik

berbasis teks ke representasi grafis; mengidentifikasi dan

menggunakan informasi kuantitatif dari berbagai sumber;

menyimpulkan aturan sistem dari representasi yang tidak

dikenal; merumuskan model numerik sederhana; mengatur

model perbandingan; dan jelaskan hasilnya. Mereka dapat

melakukan perhitungan yang akurat dan lebih kompleks

atau berulang, seperti menambahkan 13 kali dalam format

jam / menit; melakukan perhitungan waktu menggunakan

data yang diberikan tentang jarak dan kecepatan

perjalanan; melakukan pembagian sederhana dari banyak

dalam konteks; melakukan perhitungan yang melibatkan

urutan langkah-langkah; dan secara akurat menerapkan

algoritma numerik yang diberikan yang melibatkan

sejumlah langkah. Siswa pada level ini dapat melakukan

perhitungan yang melibatkan penalaran proporsional, dapat

dibagi atau persentase dalam model sederhana dari situasi

yang kompleks.

4 545 Siswa dapat bekerja secara efektif dengan model eksplisit

untuk situasi kompleks dan konkret yang mungkin

melibatkan kendala atau panggilan untuk membuat asumsi.

Mereka dapat memilih dan mengintegrasikan representasi

yang berbeda, termasuk simbolis, menghubungkan mereka

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

19

langsung ke aspek situasi dunia nyata. Siswa pada tingkat

ini dapat memanfaatkan keterbatasan mereka berbagai

keterampilan dan dapat bernalar dengan beberapa

wawasan, dalam konteks langsung. Mereka dapat

membangun dan berkomunikasi penjelasan dan argumen

berdasarkan interpretasi, argumen, dan tindakan mereka.

5 607 Pada Level 5, siswa dapat merumuskan model

perbandingan dan membandingkan hasil untuk menentukan

harga tertinggi, dan menafsirkan informasi kompleks

tentang situasi dunia nyata (termasuk grafik, gambar, dan

tabel kompleks, misalnya dua grafik menggunakan skala

yang berbeda). Mereka dapat menghasilkan data untuk dua

variabel dan mengevaluasi proposisi tentang hubungan di

antara mereka. Siswa dapat mengkomunikasikan alasan

dan argumen; mengenali pentingnya angka untuk menarik

kesimpulan; dan memberikan argumen tertulis

mengevaluasi proposisi berdasarkan data yang diberikan.

Mereka dapat membuat estimasi menggunakan

pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari; menghitung

perubahan relatif dan / atau absolut; menghitung rata-rata;

menghitung perbedaan relatif dan / atau absolut, termasuk

perbedaan persentase, diberikan data perbedaan mentah;

dan dapat mengkonversi unit (misalnya perhitungan yang

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

20

melibatkan area dalam unit yang berbeda).

6 669 Di Tingkat 6 dan di atas, siswa membuat konsep dan

bekerja dengan model proses kuantitatif yang kompleks

dan hubungan; menyusun strategi untuk memecahkan

masalah; merumuskan kesimpulan, argumen, dan

penjelasan yang tepat; menafsirkan dan memahami

informasi yang kompleks, dan menautkan banyak sumber

informasi yang kompleks; menafsirkan informasi grafis

dan menerapkan penalaran untuk mengidentifikasi,

membuat model dan menerapkan pola numerik. Mereka

dapat menganalisis dan mengevaluasi pernyataan

interpretatif berdasarkan data yang diberikan; bekerja

dengan ekspresi formal dan simbolik; merencanakan dan

mengimplementasikan perhitungan berurutan dalam

konteks yang kompleks dan asing, termasuk bekerja

dengan angka besar, misalnya untuk melakukan urutan

konversi mata uang, memasukkan nilai dengan benar dan

hasil pembulatan. Siswa pada level ini bekerja secara

akurat dengan pecahan desimal; mereka menggunakan

penalaran tingkat lanjut mengenai proporsi, representasi

geometris kuantitas, kombinatorik dan hubungan bilangan

bulat; dan mereka menafsirkan dan memahami ekspresi

formal hubungan antar angka, termasuk dalam konteks

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

21

ilmiah.

Sumber: Pisa 2015 Results Excellence and Equity in EducationVolume I

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari deksripsi pada level 6 memuat

beberapa indikator dari pemecahan masalah menurut NCTM, sehingga dalam soal

PISA level 6 merupakan soal kemampuan mencipta (Kemendikbud, 2014).

Hasil PISA yang terfokus pada literasi matematika pada siklus sebelumnya

yaitu pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut :

Gambar 2.3 Hasil Pisa Tahun 2012.

Hasil PISA juga dapat dilihat secara detail terkait fokus literasinya, sebagaimana

terfokus pada tahun 2012, diketahui rerata matematika yang dapat dilihat pada

gambar 2.4. berikut :

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

22

Gambar 2.4. Hasil Rerata PISA Matematika pada tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis PISA 2003-2009 juga menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa Indonesia tidak mampu menyelesaikan permasalahan matematika

level tinggi (Widjaja, 2011). Menurut Wardhani dalam, (Setiawan et al., 2014)

mengemukakan bahwa soal-soal PISA sangat menuntut kemampuan penalaran

dan pemecahan masalah. Menurut Zulkardi, Z., & Santoso, B. Dalam Rokhima

dan Suparman (2015) Rendahnya hasil studi PISA dikalangan siswa Indonesia

selama ini disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya siswa Indonesia tidak

terbiasa dengan soal yang berbau pemodelan dan kurangnya buku teks

matematika yang menekankan pada pemecahan masalah sehari-hari yang diujikan

PISA.

2.1.3 Pemecahan Masalah

Menurut Siswono dalam Intan (2016), pemecahan masalah adalah suatu

proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan atau

kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Menurut

Anwar & Amin dalam Netriwati, (2013) Pemecahan masalah diartikan sebagai

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

23

suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Menurut Lestari (2016)

Kemampuan pemecahan masalah sangat terkait dengan kemampuan siswa dalam

membaca dan memahami bahasa soal cerita, menyajikan dalam model

matematika, merencanakan perhitungan dari model matematika, serta

menyelesaikan perhitungan dari soal-soal yang tidak rutin.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka pemecahan masalah dapat

dikatakan sebagai proses yang ditempuh oleh seseorang sebagai suatu usaha

mencari jalan keluar dari suatu kesulitan.

2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah

Istilah kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, dapat, dan

sanggup. Keadaan sanggup yang dimaksud adalah sanggup melakukan suatu

pekerjaan atau sanggup dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa mempunyai

tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mendukung kemampuan dasar siswa tersebut. Diantaranya yaitu hasrat dan

kecintaannya untuk terus mempelajari dan mengembangkan diri, kemauan keras

dan juga disiplin diri untuk tetap gigih dalam belajar. (Purwanti, 2016)

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa dalam menyelesaikan masalah siswa

mempunya tingkat kemampuan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh bakat

yang dibawanya sejak lahir serta lingkungan yang ada di sekitarnya. Namun untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam belajar dapat diukur dari prestasi

yang diperolehnya dalam pelajaran tersebut.

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

24

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah dapat menggunakan tingkatan kemampuan menurut

Vermont Department of Education. Menurut Departemen Pendidikan Vermont

dalam Nafi’an (2011) tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

dapat dikategorikan sebagai berikut : Levels One (a) No work is present, or (b) No

part of the solution is correct,or (c) Some work is present but the work doesn't

support the answer given. Levels Two (a) The solution is correct for only part of

the problem and there is workto support these correct part, or (b) The solution

contains mathematical error which leads to an incompleteor incorrect answer.

Levels Three (a) The answer is correct and the work the sollution support the

answer.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah adalah suatu kesanggupan dalam menyelesaikan masalah

dengan tingkat kemampuan pemecahan yang berbeda-beda.

2.1.5 Pentingnya Pemecahan Masalah

Menurut Kristianti dalam Intan, (2016) Salah satu tujuan pembelajaran

matematika adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, ini

menandakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang

sangat penting diasah dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian,

pemecahan masalah matematis dapat membantu seseorang memahami informasi

yang tersebar di sekitarnya secara lebih baik.

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

25

Penyelesaian masalah merupakan komponen penting dari kurikulum

matematika dan di dalamnya terdapat inti dari aktivitas matematika. Sehingga

tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah

merupakan tujuan utama dalam pembelajaran matematika dengan begitu

pentingnya mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika dalam

pembelajaran matematika sehingga ada yang menjuluki bahwa pemecahan

masalah adalah jantungnya matematika (Soifer dalam Kartono et al., 2014).

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan Singapore telah

menetapkan kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai tujuan utama

pembelajaran matematika dalam kerangka kurikulum mereka disamping tujuan

lainnya (Kaur & Har, dalam Kartono et al., 2014).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa aspek kemampuan

pemecahan masalah menjadi sangat penting ketika kemampuan tersebut dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kemampuan memecakan

masalah kehidupan, yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Hal inilah yang

sebenaranya direkomendasikan oleh kurikulum matematika sekolah di Indonesia

terkait dengan kemampuan pemecahan masalah matematika. Alasan yang

mendasari hal ini adalah karena pemecahan masalah

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan

masalah menjadi sangat penting karena pemecahan masalah adalah jantungnya

matematika yang mana menjadi tujuan utama dalam pembelajaran matematika,

bahkan melalui latihan rutin dan strategi pengajaran keterampilan pemecahan

masalah akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa serta

http://repository.unimus.ac.id

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

26

dapat mengembangkan kognitif siswa secara umum, mendorong kreatifitas,

mengembangkan kemampuan menulis dan verbal yang merupakan bagian dari

proses aplikasi matematika, dan dapat memotivasi siswa untuk belajar

matematika, apalagi ketika kemampuan tersebut dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya kemampuan memecakan masalah kehidupan,

yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang.

2.1.6 Indikator Pemecahan Masalah

Menurut National Council of Teacher of Mathematic (NCTM) untuk

mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa maka terdapat

indikator-indikator, diantaranya:

1. Siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan,

dan kecukupan unsur yang diperlukan,

2. Siswa dapat merumuskan masalah matematik atau menyusun model

matematik,

3. Siswa dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah

(sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika,

4. Siswa dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal, dan

5. Siswa dapat menggunakan matematika secara bermakna.

Indikator pemecahan masalah yang digunakan adalah indikator pemecahan

masalah menurut NCTM, karena pada indikator tersebut dapat menjadi solusi atas

persoalan yang dibutuhkan, sebagaimana penelitian yang dilaksanakan Yusuf

http://repository.unimus.ac.id

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

27

dalam Novita, et al., (2012) bahwa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

PISA tahun 2012 adalah kesuitan dalam memahami soal, mengubah pernyataan

nyata kedalam bentuk model matematika, memecahkan masalah. Sehingga

dengan menggunakan indikator tersebut diharapkan mampu memudahkan siswa

dalam pemecahan masalah pada soal PISA level 6 tahun 2012.

2.2 Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, ada beberapa

penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti akan

lakukan.

Penelitian yang dilakukan Nuriani (2017) berjudul analisis soal model PISA

dalam buku siswa matematika kelas VII SMP/MTs semester I. Hasil penelitian

menunjukan bahwa buku matematika kelas VII semester I kurikulum 2013 sudah

memuat soal serupa pisa dengan presentasi masih tergolong rendah. Dalam

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan soal-soal dalam

buku matematika kelas VII semester I kurikulum 2013 berdasarkan model PISA.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2017) berjudul analisis tingkat

kesulitan soal pemechan masalah dalam buku siswa pelajaran matematika

peminatan SMA kelas X kurikulum 2013. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1)

Terdapat 40 butir soal pemecahan masalah dari keseluruhan soal dalam buku, 2)

Terdapat 97,50% jenis soal pemecahan masalah rutin dan 2,50% jenis soal

pemecahan masalah non rutin, 3) Pada buku siswa pelajaran matematika soal-soal

pemecahan masalah menggunakan jenis bilangan cacah 45%, bilangan negatif

http://repository.unimus.ac.id

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

28

5%, bilangan desimal 40%, dan bilangan pecahan 10%, 4) Kecukupan data pada

soal terhitung lengkap, dan beberapa soal ada yang mirip dengan soal

sebelumnya. Dari hasil analisis setiap soal pemecahan masalah dapat disimpulkan

persentase tingkat kesulitan soal. Persentase tingkat kesulitan soal dalam kategori

mudah sebesar 17,5%, ketegori sedang adalah 57,5%, dan kategori sukar adalah

25%. Dari persentase tersebut buku siswa pelajaran matematika termasuk

memiliki proporsi tingkat kesulitan soal yang baik.

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidkan merupakan suatu hal yang perlu menjadi perhatian semua pihak

dimana tujuan dari pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Namun pada kenyataannya

Indonesia belum mampu mencapai tujuan tersebut, rendahnya mutu pendidikan di

Indonesia dapat dilihat dari hasil studi internasional yang sering disebut sebagai

Tes PISA, ketika hasil PISA Indonesia rendah maka secara tidak langsung juga

menunjukan hasil literasi matematika siswa Indonesia pada kancah internasional,

terkhusus pada soal PISA level 6 dengan menguji kemampuan mencipta siswa.

Selain itu adanya hasil PISA matematika Indonesia yang rendah dapat diketahui

dari beberapa observasi sekolah yang telah mengikuti Tes PISA (SMA N 01

SEMARANG, SMP MUH. 01 PURBALINGGA, dan MAN PURWOKERTO 2),

rendahnya hasil PISA tentu menjadi suatu persoalan yang perlu dilirik Indonesia,

http://repository.unimus.ac.id

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

29

dengan kemampuan kreatifitas (mencipta) yang rendah tentu sangat berpengaruh

terhadap mutu pendidikan di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan secara tidak

langsung sangat berpengaruh terhadap mutu Sumber Daya Manusia (SDM)

sehingga dapat menjadi kendala dalam tercapainya tujuan pendidikan, selain itu

didukung dengan pentingnya tingkat pemecahan masalah soal PISA level 6 tahun

2012, yang dapat membantu siswa dalam mempelajari indikator yang perlu

ditingkatkan dalam mempersiapkan mengikuti Tes PISA pada perionde

berikutnya yaitu tahun 2021.

Berdasarkan beberapa kendala dalam pencapaian tujuan tersebut

menunjukan perlu adanya sebuah penelitian untuk mengetahui seberapa besar

tingkat pemecahan masalah pada soal PISA level 6. Pemecahan masalah adalah

suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu

solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik (Syaharuddin, 2016).

Dengan diketahuinya tingkat pemecahan masalah tentu akan berpengaruh positif

terhadap proses belajar untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki,

yang mana dengan kemampuan pemecahan masalah yang tinggi merupakan salah

satu cara untuk dapat menyelesaikan soal PISA berskala tinggi terkhusus pada

soal PISA level 6 (mencipta). Dengan adanya pengetahuan akan tingkat

pemecahan masalah dalam soal level 6, maka ini akan dijadikan sebagai pedoman

untuk dapat lebih meningkatkan kembali hasil PISA pada periode selanjutnya.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian diambil

dari beberapa sampel dari kota Semarang, Purbaligga, dan Banyumas dengan

menggunakan teknik purpose sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan

http://repository.unimus.ac.id

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

30

sekolah yang pernah mengikuti Tes PISA pada periode sebelumnya. Berdasarkan

hal tersebut dapat diperoleh hasil dari penelitian yaitu diperoleh hasil analisis atas

tingkat pemecahan masalah soal PISA yang perlu ditingkatkan oleh siswa dalam

menyelesaikan soal PISA matematika level 6 pada Tes yang akan datang, seperti

pada Gambar 2.5 berikut :

http://repository.unimus.ac.id

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PISA

31

Tujuan Pendidikan & PISA

1. Tujuan Pendidikan adalah Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

2. Tujuan Program for International Student Assessment (PISA) itu sendiri adalah

untuk peningkatan mutu pendidikan yang mana hasil studi PISA diharapkan

dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk

peningkatan mutu pendidikan.”(OECD, 2013).

Permasalahan:

1. Tujuan Pendidikan belum tercapai (rendahnya kemampuan berfikir kreatif siswa)

2. Hasil PISA Indonesia rendah.

3. Hasil PISA matematika tahun 2009 siswa belum mampu menyelesaikan soal level

6.

4. Berdasarkan hasil beberapa observasi sekolah yang telah mengikuti tes PISA

kemampuan mencipta siswa masih rendah.

SOLUSI

Dampak Kemampuan Mencipta Rendah :

2 Siswa tidak mampu berfikir secara kreatif

untuk memecahkan masalah.

3 Siswa tidak mampumenciptakan strategi

pemecahan masalah yang baik.

4 Siswa tidak dapat menyelesaikan soal.

Dampak Rendahnya

Hasil PISA Matematika :

1. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM).

2. Rendahnya Mutu Pendidikan Di Indonesia.

3. Terhambatnya Tujuan Pendidikan Di

Indonesia.

.

Hasil

Mengetahui hasil analisis

tingkat pemecahan

masalah dalam soal PISA

Matematika pada level 6

tahun 2012.

Tingkat Pemecahan Masalah

1. Mengetahui indikator pemecahan masalah yang perlu ditingkatkan siswa dalam

menyelesaikan soal PISA level 6.

2. Mempersiapkan Tes PISA pada periode selanjutnya dengan meningkatkan

kemampuan sswa berdasar pada indikator pemecahan masalah dalam soal PISA level

6.

3. Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam menyelesaikan soal PISA.

(Wardhani dalam,Setiawan dkk, 2014).

Indikator Pemecahan Masalah (NCTM)

1. Mengidentifikasi Masalah.

2. Menyusun Model Matematik.

3. Menerapkan Strategi dalam berbagai

masalah.

4. Menjelaskan Hasil Permasalahan.

5. Menggunakan Matematis Secara Bermakna.

Gambar 2.5 Kerangka Berfikir

http://repository.unimus.ac.id