bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian pustakaerepo.unud.ac.id/19112/3/1321503009-3-bab ii.pdf ·...

29
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Pendidikan pengguna (user education) bukan merupakan hal yang baru dalam dunia perpustakaan. Bahasan ini sudah beberapa kali diangkat dalam bentuk karya ilmiah oleh para penulis. Salah satunya adalah Lailan Azizah Rangkuti (2014) dalam karyanya yang berjudul “Pentingnya Pendidikan Pemakai (User Education) di Perpustakaan Perguruan Tinggi”. Rangkuti membahas mengenai pentingnya pelaksanaan pendidikan pengguna yang diadakan di perpustakaan perguruan tinggi agar seluruh fasilitas dan layanan yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu ia juga membahas mengenai kendala yang mungkin akan dihadapi oleh sebuah perpustakaan dalam pelaksanaan pendidikan pengguna. Hasil dalam penelitian ini menyebutkan bahwa pendidikan pengguna yang diadakan di perpustakaan perguruan tinggi dapat membantu civitas akademika untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, sehingga dapat menunjang kegiatan perkuliahan. Selain karya Rangkuti, Eva Rabita dan Aidina Fitria (2008) juga menulis karya yang senada yaitu “Pengaruh Pendidikan Pemakai terhadap Penggunaan Perpustakaan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi”. Dalam penelitiannya, mereka membahas mengenai pengaruh pendidikan pengguna yang diadakan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan

Upload: doankhanh

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Pendidikan pengguna (user education) bukan merupakan hal yang baru dalam

dunia perpustakaan. Bahasan ini sudah beberapa kali diangkat dalam bentuk karya

ilmiah oleh para penulis. Salah satunya adalah Lailan Azizah Rangkuti (2014) dalam

karyanya yang berjudul “Pentingnya Pendidikan Pemakai (User Education) di

Perpustakaan Perguruan Tinggi”. Rangkuti membahas mengenai pentingnya

pelaksanaan pendidikan pengguna yang diadakan di perpustakaan perguruan tinggi

agar seluruh fasilitas dan layanan yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain

itu ia juga membahas mengenai kendala yang mungkin akan dihadapi oleh sebuah

perpustakaan dalam pelaksanaan pendidikan pengguna. Hasil dalam penelitian ini

menyebutkan bahwa pendidikan pengguna yang diadakan di perpustakaan perguruan

tinggi dapat membantu civitas akademika untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan secara efektif dan efisien, sehingga dapat menunjang kegiatan

perkuliahan.

Selain karya Rangkuti, Eva Rabita dan Aidina Fitria (2008) juga menulis karya

yang senada yaitu “Pengaruh Pendidikan Pemakai terhadap Penggunaan

Perpustakaan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya

Universitas Panca Budi”. Dalam penelitiannya, mereka membahas mengenai

pengaruh pendidikan pengguna yang diadakan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan

7

Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi. Hasil dari penelitian tersebut

menyebutkan bahwa pendidikan pengguna berpengaruh signifikan pada pemanfaatan

perpustakaan oleh mahasiswa di Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas

Panca Budi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Wadah yang tepat bagi masyarakat umum, pelajar maupun mahasiswa untuk

mencari serta memenuhi segala kebutuhan informasi adalah perpustakaan. Basuki

(1991:42) mengelompokkan jenis perpustakaan sebagai berikut:

1. Perpustakaan Nasional

2. Perpustakaan Internasional

3. Perpustakaan Umum

4. Perpustakaan Perguruan Tinggi

5. Perpustakaan Sekolah

6. Perpustakaan Khusus

7. Perpustakaan Pribadi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada di

lingkungan suatu perguruan tinggi dan diperuntukkan sebagai sarana guna memenuhi

kebutuhan informasi civitas akademika, khususnya mahasiswa. Basuki (1991:51)

menyatakan “perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat di

dalam suatu perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang

8

berhubungan dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama yaitu membantu

perguruan tinggi mencapai tujuannya yakni Tri Dharma Perguruan Tinggi

(pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat)”. Dengan demikian, civitas

akademika dapat mencari informasi yang mereka butuhkan di perpustakaan

perguruan tinggi untuk menunjang kegiatan perkuliahan sesuai dengan bidang ilmu

mereka, maupun mengisi waktu luang disela-sela kegiatan perkuliahan.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam

lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa Perpustakaan Universitas,

Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Akademik, dan Perpustakaan Sekolah Tinggi

(Pamuntjak, 2000:4). Senada dengan Pamuntjak, Qalyubi (2007:10), menyatakan

bahwa “perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu unit pelaksana teknis (UPT)

perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri

Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat

dan melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan

masyarakat akademis pada umumnya”. Selaras dengan ketiga pendapat diatas,

menurut Noerhayati (1987:1), “perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja

yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama

unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi

yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharmanya”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya perpustakaan perguruan tinggi adalah

perpustakaan yang berada di bawah naungan suatu perguruan tinggi. Perpustakaan

tersebut didirikan dengan tujuan untuk membantu dan mendukung perguruan tinggi

9

dalam mencapai tri dharma perguruan tinggi, salah satunya memenuhi kebutuhan

informasi ilmiah civitas akademika. Karena tidak dipungkiri lagi bahwa perpustakaan

merupakan pusat sumber informasi yang dapat diandalkan untuk menjawab semua

kebutuhan informasi.

2.2.1.1 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menghimpun semua informasi yang ada khususnya yang menyangkut tentang

kebutuhan pengguna (dalam hal ini mahasiswa) merupakan kewenangan

perpustakaan perguruan tinggi, sehingga informasi akan lestari dan terus berkembang

seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan informasi pengguna

perpustakaan. Adapun Basuki (1991:107) memaparkan fungsi perpustakaan

perguruan tinggi antara lain:

1. Fungsi edukatif, perpustakaan membantu mengembangkan potensi

mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum

pendidikan.

2. Fungsi informasi, perpustakaan membantu mahasiswa dalam memperoleh

informasi sebanyak-banyaknya melalui penelusuran informasi yang ada di

perpustakaan.

3. Menunjang kegiatan penelitian, dalam hal ini perpustakaan menyediakan

sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen,

mahasiswa dan staf non edukatif dapat dilakukan berdasar data-data yang

diperoleh dari perpustakaan.

10

4. Sebagai tempat rekreasi atau hiburan, mahasiswa dapat mengandalkan

perpustakaan untuk mengurangi ketegangan setelah lelah belajar dengan

bahan bacaan yang ringan dan menghibur.

Serupa dengan Basuki, Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi

(2004:3-4) menjabarkan fungsi perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut:

1. Fungsi Edukasi, yakni perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas

akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan

pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar

mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi, yakni perpustakaan merupakan sumber informasi yang

mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset, yakni perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan

sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian

dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung

penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas

perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat

diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai

bidang.

11

4. Fungsi Rekreasi, yakni perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif

yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat

dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi, yakni perpustakaan selayaknya juga membantu

melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya

yakni civitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit, yakni perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh

karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi, yakni perpustakaan sudah seharusnya malakukan

kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi

yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan tri

dharmanya.

Selain fungsi yang telah disebutkan di atas terdapat beberapa fungsi mengenai

perpustakaan perguruan tinggi seperti yang dikemukakan oleh Noerhayati (1987:53)

yang membagi fungsi tersebut menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi proses pelayanannya, berfungsi sebagai pusat

pengumpulan informasi, pusat pelestarian informasi, pusat pengelolaan

informasi, pusat pemanfaatan informasi dan pusat penyebarluasan

informasi.

2. Ditinjau dari segi program kegiatan perguruan tinggi, berfungsi sebagai

pusat pelayanan informasi untuk program pendidikan dan pengajaran,

program penelitian dan program pengabdian masyarakat.

12

Menurut ketiga pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai pusat sumber informasi yang

mengelola informasi dan melayankannya kepada pengguna. Informasi tersebut

dikemas dalam bentuk tercetak maupun elektronik yang disediakan untuk mendukung

kegiatan pendidikan, meningkatkan pengetahuan, serta sebagai referensi untuk

keperluan penelitian dan dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi dengan

menyediakan koleksi yang bersifat hiburan.

2.2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut Pamuntjak (2000:4), “tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi

adalah membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran”.

Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:32) menjabarkan 6 tujuan

perpustakaan perguruan tinggi, sebagai berikut:

1. Mengadakan buku dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen,

mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di

perguruan tinggi.

2. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk

penelitian sejauh dana tersedia.

3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah

yang dihasilkan oleh civitas akademika.

4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka.

5. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani

13

kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan

pelatihan pengguna pustaka.

6. Bekerjasama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program

perpustakaan.

Dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas bahwa perpustakaan perguruan

tinggi ikut serta dalam mendukung kegiatan pendidikan dan pengajaran yang

berlangsung di dalam sebuah perguruan tinggi. Perpustakaan bertugas mencari,

mengumpulkan, mengolah, mengembangkan serta merawat informasi yang berupa

koleksi perpustakaan maupun informasi dalam bentuk tercetak dan non tercetak.

Peran perpustakaan perguruan tinggi sebagai pusat sumber informasi sedapat

mungkin menyediakan informasi-informasi terbaru demi memenuhi kebutuhan

informasi penggunanya dan kelangsungan kegiatan akademis di perguruan tinggi

tersebut.

2.2.2 Pemustaka

Pemustaka atau pengguna perpustakaan merupakan istilah untuk orang-orang

yang mengunjungi perpustakaan guna mencari informasi atau sekedar mencari

kesenangan dan hiburan. Menurut Sutarno NS (2008:150) “Pengguna perpustakaan

merupakan pengunjung, anggota, pemakai berupa kelompok orang dalam masyarakat

yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan”.

Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 disebutkan bahwa

“Pemustaka adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang,

14

masyarakat atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”.

Pendapat Suwarno (2009:80) menyebutkan bahwa “Pemustaka adalah pengguna

fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka

maupun fasilitas lainnya)”.

Berpedoman pada ketiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

pemustaka atau pengguna perpustakaan merupakan individu maupun kelompok dari

masyarakat yang datang mengunjungi perpustakaan. Individu maupun kelompok

tersebut datang ke perpustakaan guna memenuhi kebutuhan informasi dengan

memanfaatkan layanan pustaka yang ada seperti koleksi pustaka maupun fasilitas-

fasilitas penunjang lainnya.

2.2.2.1 Jenis Pemustaka

Menurut pemaparan Rahmawati (2014:21-22) jenis pemustaka terbagi menjadi

dua, yakni:

1. Pemustaka Potensial

Pemustaka potensial merupakan semua orang yang dapat atau

berkemungkinan menggunakan perpustakaan. Pemustaka potensial terbagi

menjadi dua, yaitu:

1) Potensial Target, yaitu orang-orang yang diharapkan dapat

memanfaatkan perpustakaan.

2) Potensial Non Target, yaitu pengguna selain sasaran utama.

15

2. Pemustaka Aktual

Pemustaka aktual merupakan pemustaka yang sudah menggunakan

perpustakaan yang ditandai dengan memiliki kartu keanggotaan.

Pemustaka aktual terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Aktual Aktif, yaitu pemustaka dengan kesadaran sendiri datang ke

perpustakaan untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

2) Aktual Pasif, yaitu pemustaka tidak dengan kesadaran sendiri

datang ke perpustakaan. Misalnya karena ajakan atau pengaruh dari

pihak lain.

2.2.2.2 Kebutuhan Pemustaka

Setiap pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan pasti memiliki suatu

keinginan maupun kebutuhan yang ingin dipenuhi. Menurut Anwar dalam Cahyono

(2012), kebutuhan pemustaka dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Need for information, yaitu suatu kebutuhan akan informasi yang bersifat

umum.

2. Need for material and facilities, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan buku-

buku maupun bahan pustaka lainnya, serta kebutuhan akan fasilitas

perpustakaan yang menunjang kegiatan belajar.

3. Need for guidance and support, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan

bimbingan atau petunjuk yang memberikan kemudahan pengguna dalam

mendapatkan informasi yang diinginkannya.

16

2.2.3 Pendidikan Pengguna

Pendidikan pengguna merupakan suatu program atau kegiatan yang memiliki

pengaruh besar terhadap optimalnya pemanfaatan perpustakaan. Rangkuti (2014:41)

menyatakan bahwa “Pendidikan pengguna memiliki berbagai macam istilah

diantaranya user education (kegiatan yang menyangkut pendidikan pengguna atau

bimbingan pengguna), library orientation (kegiatan yang menyangkut orientasi

perpustakaan, penyuluhan perpustakaan), library instruction (kegiatan yang

menyangkut pengajaran atau arahan perpustakaan), bibliographic instruction

(kegiatan pengajaran bibliografi), library use instruction (petunjuk penggunaan

perpustakaan), dan user guidance (bimbingan pengguna).”

Menurut beberapa ahli yaitu Hazel Mews, Sherly Anspaugh dan Hugh

Flemming dalam Dharmawan (2005:3) definisi dari pendidikan pengguna adalah

sebagai berikut:

1. Mews (1972)

Pendidikan Pengguna adalah instruksi yang diberikan kepada pemakai agar

mereka dapat menggunakan perpustakaan dengan baik.

2. Anspaugh (1978)

Perpustakaan menggunakan petunjuk untuk mengajari manusia tentang

efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan perpustakaan dan mempunyai

pengetahuan dari berbagai sumber.

3. Flemming (1990)

Sebagai program yang berupa sekumpulan instruksi pendidikan dan

17

eksplorasi yang diselenggarakan oleh perpustakaan untuk pengguna agar

sumber-sumber informasi dan layanan tersedia secara efektif, efisien dan

mandiri.

Menurut pendapat Sutarno NS (2008:118), “Pendidikan pengguna merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh petugas layanan tentang seluk-beluk perpustakan,

manfaat perpustakaan, cara menjadi anggota, persyaratan keanggotaan, tata tertib,

jenis layanan, kegunaan sistem katalogisasi dan klasifikasi, partisipasi masyarakat

dalam perpustakaan, dsb. Semua itu dikerjakan dalam rangka memberikan

pengetahuan dan keterampilan masyarakat pemakai dalam memanfaatkan

perpustakaan secara cepat dan tepat tanpa mengalami banyak kesulitan”.

Berdasarkan keempat pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

pengguna merupakan program yang memberikan intruksi kepada para pengguna

dalam hal layanan perpustakaan berupa layanan informasi maupun fasilitas di

perpustakaan sehingga dapat terjadinya efektivitas dalam pemanfaatan sumber

informasi dan fasilitas yang ada secara optimal.

2.2.3.1 Sifat Pendidikan Pengguna

Malley dalam Rangkuti (2014:42) membedakan pendidikan pengguna ke dalam

dua hal yaitu orientasi perpustakaan (library orientation) dan instruksi perpustakaan

(library instruction). Orientasi perpustakaan bertujuan untuk mengenalkan pengguna

akan keberadaan perpustakaan dan layanan apa saja yang tersedia di perpustakaan

juga memungkinkan pengguna mempelajari secara umum bagaimana menggunakan

18

perpustakaan, jam buka, letak koleksi tertentu dan cara meminjam koleksi

perpustakaan. Pendapat dari Ratnaningsih dalam Rangkuti (2014:42) mengenai

tujuan orientasi perpustakaan yaitu:

1. Mengetahui fasilitas yang tersedia di perpustakaan.

2. Mengetahui kewajiban yang harus dipenuhi.

3. Mengetahui tata letak gedung, ruang koleksi serta layanan yang tersedia.

4. Mengerti tata cara menggunakan katalog, komputer dan media teknologi

lain.

5. Mampu memanfaatkan perpustakaan secara maksimal dengan efektif dan

efisien.

6. Mampu menemukan koleksi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat.

7. Dapat menggunakan sumber-sumber penelusuran referensi, baik secara

tradisional maupun media elektronik yang ada.

8. Termotivasi senang belajar di perpustakaan.

Instruksi perpustakaan bertujuan agar para pengguna dapat memperoleh

informasi yang diperlukan dengan tujuan tertentu dengan menggunakan semua

sumber daya dan bahan yang tersedia di perpustakaan. Instruksi perpustakaan

berkaitan dengan temu kembali informasi. Instruksi perpustakaan menurut

Ratnaningsih dalam Rangkuti (2014:42) adalah memberikan bimbingan bagi pemakai

dengan tingkatan tertentu dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mampu memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien.

2. Mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam penemuan informasi

19

yang mereka butuhkan.

3. Mampu menelusur informasi melalui sarana-sarana penelusuran informasi

yang ada.

4. Memahami penelusuran bibliografi baik secara manual (katalog) maupun

dengan media teknologi (komputer, CD ROM, dll.).

2.2.3.2 Tujuan Pendidikan Pengguna

Tujuan utama diadakannya kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan adalah

untuk memperkenalkan ke pemakai bahwa perpustakaan adalah suatu sistem yang

didalamnya terdapat koleksi dan sumber informasi lain. Menurut Aderibigbe dan

Ajiboye (2011:247) menyatakan bahwa tujuan pengguna dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan katalog perpustakaan

mandiri di perpustakaan dengan memasukkan nama pengarang/judul

buku/subjek buku.

2. Memungkinkan pengguna untuk memahami skema klasifikasi di

perpustakaan setiap sehingga dapat menemukan bahan pustaka yang

dikehendaki (buku, jurnal, audio visual, dll.) dengan sedikit atau tanpa

kendala.

3. Memungkinkan pengguna untuk melihat katalog perpustakaan sebagai

indeks untuk seluruh koleksi dan dapat menggunakannya.

20

4. Memungkinkan pengguna untuk melihat perpustakaan sebagai gudang

pengetahuan yang menentukan keberhasilan program akademik

mahasiswa.

Menurut Rahayuningsih dalam Rangkuti (2014:42), ada bermacam-macam

tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan pengguna, diantaranya adalah:

1. Agar pengguna dapat menggunakan perpustakaan secara efektif dan

efisien.

2. Agar pengguna dapat menggunakan sumber-sumber literatur dan dapat

menemukan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi.

3. Memberi pengertian kepada mahasiswa akan tersedianya informasi di

perpustakaan dalam bentuk tercetak atau tidak.

4. Memperkenalkan kepada mahasiswa jenis-jenis koleksi dan ciri-cirinya.

5. Memberikan latihan atau petunjuk dalam menggunakan perpustakaan dan

sumber-sumber informasi agar pemakai mampu meneliti suatu masalah,

menemukan materi yang relevan mempelajari dan memecahkan masalah.

6. Mengembangkan minat baca pemakainya.

7. Memperpendek jarak antara pustakawan dengan penggunanya.

Defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan pengguna

bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai jasa, fasilitas dan

layanan yang diberikan oleh perpustakaan, agar pengunjung mengetahui secara pasti

21

bagaimana sebuah informasi didapat dan didayagunakan dengan cara efektif dan

efisien.

2.2.3.3 Metode Pendidikan Pengguna

Program pendidikan pengguna akan berjalan dengan baik apabila pengajar

sudah menentukan terlebih dahulu metode apa yang akan efektif dan efisien serta

sesuai untuk digunakan. Menurut Kosterman dalam Salapuddin (2009:33)

menganjurkan agar metode pengajaran memiliki ciri seperti berikut:

1. Dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat.

2. Dapat membuat seseorang tertarik untuk perhatian dan memotivasi mereka.

3. Dapat mendorong seseorang untuk ambil bagian dengan menolongnya

untuk mempersiapkan pelajaran-pelajaran.

4. Dapat ditindak lanjuti.

5. Dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektifitas metode tersebut

melalui indikator-indikator yang jelas.

Trelowjorg dalam Salapuddin (2009:34) menyatakan bahwa pada metode

pengajaran pendidikan pengguna terbagi menjadi 2 (dua) macam yakni:

1. Pengajaran langsung yaitu pelajaran yang disampaikan melalui hubungan

langsung antara pengajar dengan mahasiswa. Metode pengajaran langsung

dapat bersifat resmi maupun tidak resmi.

22

1) Pengajaran langsung bersifat resmi ialah pengajaran yang

merupakan bagian dari kurikulum perguruan tinggi yang

bersangkutan.

2) Pengajaran langsung bersifat tidak resmi merupakan pengajaran

yang bukan bagian dari kurikulum perguruan tinggi.

2. Pengajaran tidak langsung yaitu pengajaran yang diberikan melalui media

tertentu.

Salapuddin (2009:34) menyatakan terdapat beberapa teknik atau metode yang

dapat dimanfaatkan untuk pengajaran pendidikan pengguna di lingkungan civitas

perguruan tinggi, yaitu:

1. Mengadakan seminar/kuliah/ceramah di kelas

Dalam metode ini pengajar memaparkan serta menjelaskan kepada

pengguna mengenai tata cara pemanfaatan layanan dalam hal ini

mahasiswa, agar mereka dapat menggunakan layanan perpustakaan dengan

baik, efisien dan efektif guna memenuhi kebutuhan informasi mereka.

2. Wisata perpustakaan

Metode ini berupa kegiatan keliling perpustakaan dan memperkenalkan

perpustakaan serta segala jenis layanannya. Kegiatan ini biasanya

dilaksanakan dalam agenda Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus

(OSPEK) di awal tahun ajaran baru. Teknik yang dapat digunakan dalam

pemandu wisata antara lain:

23

1) Bersikap ramah dan sopan, sehinggal menimbulkan suasana yang

bersahabat, serta mempersilakan jika ada yang ingin mengajukan

pertanyaan.

2) Tidak berbicara terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang

dialami pemakai.

3) Menggunakan sarana pembantu pada saat memberikan penjelasan,

misalnya menggunakan katalog atau Online Public Access Catalog

(OPAC).

4) Buat peserta wisata agar berperan aktif dalam kegiatan dan mencoba

menggunakan fasilitas yang ada.

5) Waktu yang digunakan tidak terlalu lama agar tidak menimbulkan

kebosanan (maksimal 45 menit)

6) Menyediakan buku panduan untuk peserta wisata agar mempermuda

mereka dalam mengikuti kegiatan tersebut.

3. Penggunaan Audio Visual

Penggunaan metode ini merupakan salah satu teknik pengajaran tidak

langsung, yakni pengajaran yang menggunakan media-media tertentu,

misalnya seperti kaset, CD, komputer, TV, slide show, dll. Setelah

mendengarkan atau melihat pemaparan dari media-media tersebut,

pengguna perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan secara mandiri.

Mereka dapat menggunakan media tersebut secara fleksibel, kapan saja dan

24

dimana saja (selama media dan perangkat pendukung tersedia) baik sekali

penggunaan maupun berulang-ulang.

4. Buku Pedoman atau Pamflet

Metode ini juga merupakan metode pengajaran secara tidak langsung, yang

mana teknik ini biasanya menuntut pengguna untuk membaca dan

mempelajari sendiri keterangan-keterangan yang terdapat dalam pamflet.

Buku pedoman atau pamflet biasanya diberikan pada saat peserta

melaksanakan wisata perpustakaan.

2.2.4 Layanan Perpustakaan

Perpustakaan dan layanan merupakan hal yang sangat erat kaitannya. Salah satu

hal yang berpengaruh besar dalam tingkat kunjungan suatu perpustakaan adalah dari

segi layanannya. Layanan perpustakaan merupakan suatu penyediaan bahan pustaka

atau sumber informasi, serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

pemustaka yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka (Istiana, 2011:1).

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan perpustakaan, maka

fasilitas yang dapat dimanfaatkan dalam menyajikan berbagai jenis jasa layanan

perpustakaan beraneka ragam. Pada intinya, semua harus memberikan kemudahan

untuk mengakses berbagai sumber informasi yang disediakan oleh perpustakaan dan

memberikan kesempatan dan kenyamanan belajar yang lebih luas bagi masyarakat

penggunanya. Layanan perpustakaan merupakan sebagai patokan berhasil atau

tidaknya pengelolaan sebuah perpustakaan (Sutarno NS, 2006:90).

25

2.2.4.1 Jenis Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah suatu lembaga yang didirikan dengan

tujuan untuk melayani mahasiswa dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi. Untuk

mewujudkan visi dan misi perpustakaan tersebut, disediakanlah beberapa

jasa/layanan di dalam perpustakaan. Menurut Pedoman Umum Perpustakaan

Perguruan Tinggi (2004:71-80), “jenis layanan perpustakaan yang ditawarkan yaitu

layanan sirkulasi, layanan referensi dan layanan multimedia”. Jenis layanan

perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Layanan Peminjaman (Sirkulasi)

Salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan adalah layanan sirkulasi.

Layanan ini memberi kesempatan kepada pengguna untuk meminjam bahan

perpustakaan untuk dibawa ke luar perpustakaan. Jenis bahan yang dapat

dipinjamkan dapat berupa buku, kaset, CD, atau bahan perpustakaan lainnya.

Layanan sirkulasi merupakan layanan peminjaman koleksi yang diberikan untuk

pengguna perpustakaan. Fungsi utamanya adalah untuk meminjamkan koleksi

perpustakaan dengan jangka waktu tertentu. Sedangkan tugas dari layanan sirkulasi

adalah meminjamkan, mengembalikan, mencatat pemesanan, memperpanjang masa

pinjam, menagih, memberikan sanksi dan memberikan keterangan bebas/bersih

pinjaman.

Menurut Darmono (2001:141), “layanan sirkulasi adalah layanan kepada

pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki

26

perpustakaan”. Senada dengan pendapat diatas, Sutarno NS (2006:93) menyatakan

bahwa, “layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam

pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian

adminstrasinya”.

Kedua pernyataan diatas dapat dinyatakan bahwa layanan sirkulasi merupakan

layanan yang menyangkut peredaran bahan-bahan pustaka yang dimiliki oleh

perpustakaan. Layanan sirkulasi merupakan kegiatan yang berhubungan langsung

dengan pengguna perpustakaan dan memiliki tugas seperti peminjaman buku,

perpanjangan waktu peminjaman buku, pengembalian buku, dan tugas lain yang

berkaitan dengan peminjaman serta penyelesaian administrasi bahan pustaka yang

dimiliki oleh perpustakaan. Penyelenggaraan layanan sirkulasi bertujuan untuk:

1) Agar pemustaka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal

mungkin.

2) Agar pustakawan mengetahui siapa yang meminjam koleksi tertentu,

alamat peminjam serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian

apabila koleksi itu diperlukan oleh pemustaka lain akan dapat diketahui

alamat peminjam/dinantikan pada waktu pengembalian.

3) Terjaminnya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas dengan

demikian kemana bahan pustaka akan terjaga.

4) Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan

pemanfaatan koleksi.

27

5) Apabila terjadi pelanggaran akan segera diketahui (Lasa, 1994:1-2).

Berdasarkan tujuan layanan sirkulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa

pekerjaan layanan sirkulasi harus dilakukan dengan tepat serta prosedur layanan yang

mudah dan sederhana sehingga keamanan bahan pustaka dapat terjaga dan

pelanggaran dapat diatasi dengan segera. Selain itu, pelayanan sirkulasi memiliki

tugas menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan, membuat statistik

peminjaman serta tugas layanan terutama yang berkaitan dengan peminjaman.

2. Layanan Referensi

Layanan referensi atau layanan rujukan adalah kegiatan untuk membantu

pengguna menelusur informasi dalam berbagai subjek. Menurut Darmono

(2001:141), “layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan

untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, almanak, direktori, buku tahunan yang

berisi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung

perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca ditempat”. Pengguna datang keperpustakaan

untuk mencari informasi yang beraneka ragam. Ada yang mencari data biografi

seorang pahlawan atau lokasi suatu kota. Untuk dapat membantu dalam menemukan

informasi yang diperlukan, perpustakaan menyediakan koleksi referensi yang terpilih

dan yang tepat untuk menjawab pertanyaan pengguna perpustakaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelayanan referensi merupakan

kegiatan untuk melayani pengguna perpustakaan untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dengan koleksi yang dimiliki perpustakaan seperti ensiklopedia, kamus,

28

almanak, direktori dan sebagainya. Koleksi ini tidak boleh dipinjam tetapi hanya

boleh dibaca ditempat.

Menurut Lasa (1994:34) tujuan pelayanan referensi adalah sebagai berikut:

1) Membimbing pengguna jasa perpustakaan agar memanfaatkan

semaksimal mungkin akan koleksi yang dimiliki suatu perpustakaan.

Mereka diharapkan mampu mandiri dalam menggunakan sumber-sumber

tersebut.

2) Memilihkan sumber rujukan yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan

dalam bidang tertentu.

3) Memberi pengarahan kepada pengguna untuk memperluas wawasan

mereka dalam suatu topik, subjek, karena penjelasan suatu masalah

diberikan beberapa sumber dengan gaya yang berbeda.

4) Mendayagunakan sumber rujukan semaksimal mungkin dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

5) Tercapainya efesiensi tenaga, biaya dan waktu.

Fungsi layanan referensi menurut Sumardji (1992:12) yaitu:

1) Informasi

Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang informasi yang

dibutuhkan oleh para pemakai perpustakaan.

2) Bimbingan kepada para pemakai perpustakaan untuk mencari bahan

pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang tepat, dan bagaimana pula

cara menggunakannya untuk mencari informasi yang dikehendaki.

29

3) Pemilihan/Penilaian

Memberikan petunjuk/pengertian tentang bagaimana cara memilih/menilai

bahan pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang bermutu dan

berbobot ilmiah agar diperoleh sumber informasi yang berdaya guna

maksimal.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas tujuan dan fungsi layanan

pelayanan referensi memberikan bimbingan kepada pengguna tentang bagaimana

cara menemukan serta cara menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi.

3. Layanan Multimedia

Layanan multimedia bertugas melayankan segala kebutuhan pemustaka yang

berkaitan dengan komputer, internet dan audiovisual. Biasanya layanan multimedia

juga menyediakan alat-alat multimedia pendukung kepada pengguna untuk misalnya

film berupa CD, DVD dan proyektor. Selain itu, perpustakaan juga menyediakan

bahan pustaka berupa audiovisual serta sarana pendukungnya seperti radio, tape

recorder, TV dsb. Adapun tujuan dari layanan audiovisual dalam Pedoman Umum

Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:90) adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran,

penelitian dan rekreasi.

2) Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas

perpustakaan.

3) Meningkatkan kualitas penyampaikan informasi dan pesan pendidikan.

4) Meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan perpustakaan

30

multimedia di samping lewat bacaan.

Sedangkan bahan perpustakaan multimedia dan perlengkapannya dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan

citra, misalnya slide, beningan (trancparancy) dan bahan pustaka renik.

2) Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya mengeluarkan

bunyi, misalnya kaset audio, piringan hitam, cakram optik.

3) Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapnnya menampilkan citra

diserta bunyi, misalnya kaset atau cakram video melalui mesin video, film

suara melalui proyektor film (Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan

Tinggi, 2004: 90)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan audiovisual adalah

salah satu layanan yang dapat memberikan motivasi kepada pengguna untuk

menggunakan layanan yang ada di perpustakaan. Layanan audiovisual juga terdiri

dari berbagai macam bahan yang dapat dipakai pengguna perpustakaan sesuai dengan

kebutuhannya.

2.2.4.2 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

Pemanfaatan berasal dari kata manfaat, ialah merupakan suatu kegiatan

menerima, yang dimana pada umumnya mengarah kepada perolehan maupun

pemakaian dalam hal-hal yang berguna, baik yang digunakan secara langsung

maupun tidak langsung agar nantinya dapat bermanfaat bagi si pengguna.

31

Pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja dalam memanfaatkan sesuatu yang berguna.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:711) dipaparkan bahwa “pemanfaatan

terambil dari kata dasar manfaat yang artinya guna, faedah. Kemudian mendapatkan

imbuhan pe-an yang berarti proses, cara, perbuatan pemanfaatan. Dengan demikian

pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu cara atau proses dalam memanfaatkan

suatu benda atau obyek”. Kesimpulan dari pernyataan diatas ialah pemanfaatan

merupakan suatu cara untuk memanfaatkan sesuatu sehingga hal yang dimanfaatkan

tersebut dapat berguna bagi yang memanfaatkannya.

Layanan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari perpustakaan.

Menurut pendapat Sutarno NS (2006:90) “layanan perpustakaan merupakan salah

satu kegiatan utama disetiap perpustakaan dimana layanan tersebut merupakan

kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat dan sekaligus merupakan

barometer keberhasilan perpustakaan”. Senada dengan pendapat diatas, Suparlan

dalam Suryanthy (2013:585) menyatakan bahwa “Pelayanan atau layanan adalah

suatu usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik merupakan

materi maupun non materi”. Jadi dari kedua pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa

layanan merupakan suatu tindakan, kegiatan, usaha maupun sikap yang dapat

memuaskan pengunjung.

Sutarno NS (2005:113) mengemukakan pemanfaatan layanan yang efektif

adalah yang dapat memenuhi keinginan pemakai dalam hal:

1. Penyediaan informasi yang sesuai dengan keinginan pemakai.

32

2. Waktu yang tepat, leluasa, memadai dan tidak terlalu mengikat, termasuk

kesempatan sore dan malam untuk kelompok masyarakat.

3. Kebebasan, tata cara dan akses informasi, tidak kaku dengan pengawasan

longgar, tidak terlalu ketat, tertib, kondusif dan simpatik.

4. Suasana yang menyenangkan, aman, tenang, tentram, jauh dari kegaduhan

dan kebisingan.

5. Sikap dan perilaku petugas yang penuh perhatian, ramah, santun, bersifat

membimbing, memandu, penuh perhatian, menguasai masalah.

6. Tata tertib yang sederhana, mudah dipahami, diikuti dan dilaksanakan.

Adanya fasilitas dan kemudahan yang lain seperti: panduan, petunjuk,

informasi singkat atau yang lain.

7. Menimbulkan kesan yang baik, menyenangkan dan memuaskan sehingga

orang ingin kembali lagi.

8. Berorientasi kepada pelangang/konsumen dan bersifat mandiri.

Sehingga dari keseluruhan paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemanfaatan layanan pustaka merupakan suatu cara untuk memanfaatkan tindakan

dari pustakawan yang dapat memuaskan pemustaka dengan bahan pustaka seperti

koleksi buku, microfilm, maupun fasilitas yang lainnya.

33

2.3 Model Analisis

Pemanfaatan layanan perpustakaan yang maksimal merupakan tujuan dari

setiap perpustakaan. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan layanan salah satunya

adalah pendidikan pengguna (user education). Hal tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah pendidikan pengguna yang diduga berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pemanfaatan layanan perpustakaan, maka dapat

dirumuskan hipotesis kerjanya sebagai berikut:

Ho : β1 = 0 (Tidak terdapat pengaruh pendidikan pengguna terhadap

pemanfaatan layanan perpustakaan di Perpustakaan Universitas Udayana)

H1 : β1 ≠ 0 (Terdapat pengaruh pendidikan pengguna terhadap pemanfaatan

layanan perpustakaan di Perpustakaan Universitas Udayana)

Pendidikan

Pengguna (X)

Pemanfaatan

Layanan

Perpustakaan

(Y)

34

2.5 Operasionalisasi Konsep

Penjabaran konsep dalam penelitian ini adalah pendidikan pengguna

perpustakaan (X) berpengaruh terhadap pemanfaatan layanan perpustakaan (Y).

Variabel X dijabarkan dalam indikator library orientation dan library instruction,

sedangkan variabel Y dijabarkan dalam indikator fasilitas dan layanan serta jam

operasional perpustakaan. Berikut tabel operasionalisasi konsep penelitian.

Tabel 2.1 Operasionalisasi Konsep Penelitian

Variabel Indikator Skala Pengukuran

Pendidikan

Pengguna

Perpustakaan (X)

library orientation

Skala Likert

library instruction

Pemanfaatan

Layanan

Perpustakaan (Y)

fasilitas dan layanan

perpustakaan

jam operasional

perpustakaan

Sumber: Data primer diolah, 2016