bab ii tinjauan pustaka 2.1 jurnalisme 2.1.1 definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/bab ii.pdf · b....

27
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi Jurnalisme Dari segi kata, jurnalisme berasal dari kata “jurnal” dan “isme”. Jurnal artinya laporan, isme artinya paham atau ajaran. Jurnalisme artinya paham atau aliran jurnalistik. Isme artinya paham, seperti pada kata nasionalisme, patriotisme dll. Secara bahasa, istilah dan praktis, nyaris tidak ada beda antara pengertian jurnalistik dan jurnalisme hakikatnya sama. Secara harafiah, pengertian jurnalisme (berasal dari kata journal) yaitu catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Jurnalisme merupakan kegiatan yang berhubungan kegiatan untuk mencari dan mengolah informasi untuk disiarkan ke khalayak. Dalam perkembangannya, jurnalisme menjadi sebuah profesi yang dilakukan oleh seorang yang bekerja pada media massa. Di dalam profesi dibutuhkan keahlian dan kerja sesuai dengan keahliannya sehingga orang itu mendapat imbalan (Nurudin, 2009 : 9) Jurnalisme adalah seni dan profesi dengan tanggung jawab profesional art and craft with professional respondsibilities yang mensyaratkan wartawannya melihat dengan mata yang segar eyes that see pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik. Jurnalisme bukanlah tentang menulis saja. Anda belajar tentang “apa sesungguhnya mencari itu

Upload: others

Post on 02-Nov-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jurnalisme

2.1.1 Definisi Jurnalisme

Dari segi kata, jurnalisme berasal dari kata “jurnal” dan “isme”. Jurnal

artinya laporan, isme artinya paham atau ajaran. Jurnalisme artinya paham

atau aliran jurnalistik. Isme artinya paham, seperti pada kata nasionalisme,

patriotisme dll. Secara bahasa, istilah dan praktis, nyaris tidak ada beda

antara pengertian jurnalistik dan jurnalisme hakikatnya sama. Secara harafiah,

pengertian jurnalisme (berasal dari kata journal) yaitu catatan harian atau

catatan mengenai kejadian sehari-hari.

Jurnalisme merupakan kegiatan yang berhubungan kegiatan untuk

mencari dan mengolah informasi untuk disiarkan ke khalayak. Dalam

perkembangannya, jurnalisme menjadi sebuah profesi yang dilakukan oleh

seorang yang bekerja pada media massa. Di dalam profesi dibutuhkan

keahlian dan kerja sesuai dengan keahliannya sehingga orang itu mendapat

imbalan (Nurudin, 2009 : 9)

Jurnalisme adalah seni dan profesi dengan tanggung jawab profesional

art and craft with professional respondsibilities yang mensyaratkan

wartawannya melihat dengan mata yang segar eyes that see pada setiap

peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik. Jurnalisme bukanlah

tentang menulis saja. Anda belajar tentang “apa sesungguhnya mencari itu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

10

dan apa sebenarnya bertanya mengenai hal-hal pelik dengan kegigihan”

(Luwi, 2011 : 17).

Seorang jurnalis mencari atau mendapatkan informasi dari segala

penjuru untuk mendapatkan berita yang terbaik. Dengan kepiawainnya

jurnalis juga mendapatkan informasi dari tokoh masyarakat, Instansi

pemerintah, Humas, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sebagainya (Andi,

2011 : 83).

Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian hari semakin

berkembang, jurnalisme juga semakin berkembang pula. Jurnalisme yang

awalnya hanya dimonopoli oleh media cetak sudah bertambah dengan media

elektronik seperti televisi dan radio. Bahkan sekarang, sudah kian mewabah

fenomena internet yang mau tidak mau menyeret pembahasan jurnalisme ke

bentuk media baru itu. Lebih dari itu, media cetak dan elektronik saat ini

sudah berkolaborasi dengan media internet (Nurudin, 2009 :13). Saat ini,

jurnalisme berdasarkan cara publikasinya terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Jurnalisme Cetak

Jurnalisme cetak adalah jurnalisme yang mempublikasikan

informasi atau berita melalui tulisan dan dicetak seperti koran dan

majalah.

2. Jurnalisme Online

Jurnalisme daring atau online adalah jurnalisme yang

menyiarkan informasi melalui internet namun mengikuti kode etik

jurnalis. Jurnalisme Online kini terus berkembang seiring

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

11

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, bahkan

program berita televisi pun juga membuat media onlinenya sendiri.

Jurnalistik Online juga menumbuh kembangkan konsep

Citizen Journalism yang diperlihatkan dengan perkembangan

media sosial (social media) seperti Facebook, Twitter, dan Youtube.

3. Jurnalisme Siaran

Jurnalisme siaran adalah jurnalisme yang menyiarkan berita

atau informasinya melalui televisi atau radio. Jurnalisme siaran

dituntut untuk tidak hanya pandai membuat teks berita namun juga

mampu berkomunikasi dengan lancar, baik di depan kamera

maupun radio. Selain itu, jurnalisme siaran juga dituntut untuk

memiliki suara yang bagus agar menarik perhatian penonton.

Wartawan televisi bekerja secara cepat mengumpulkan

informasi, menentukan lead berita, menulis berita dan

melaporkannya, baik secara langsung (live) atau direkam dalam

bentuk paket yang akan disiarkan kemudian. Perkembangan

teknologi yang cepat dalam pengiriman gambar dan suara

(electronic news-gathering techniques), mengharuskan wartawan

televisi untuk bekerja lebih cepat pula, ia harus secara cepat

berangkat ke lokasi liputan, mengumpulkan informasi di lapangan

dan melaporkannya langsung di depan kamera (Morissan,

2010 :48).

Seorang reporter televisi adalah seorang wartawan aktif

yang bertugas mengumpulkan berita-berita dari berbagai sumber,

menyusun masing-masing laporan dan kadang-kadang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

12

menuliskannya kemudiann melaporkannya melalui stasiun televisi

yang bersangkutan (Deddy, 2005 : 189).

Seorang reporter TV atau jurnalisme siaran dituntut untuk

mengerti ilmu jurnalistik dan kreatif sehingga mempu memahami

fenomena yang terjadi di masyarakat (Morissan, 2010 :50).

Media televisi mendapatkan berita dari berbagai peristiwa dan

diolah semenarik mungkin untuk disampaikan kepada khalayak.

Selanjutnya, tim redaksi media televisi akan membahas berita yang

menarik untuk ditayangkan (Andi, 2011 : 78) . Berikut ini kategori

asal berita berdasarkan pada :

a. Berita Berdasarkan Isu Hangat

Seluruh peristiwa atau isu yang muncul setiap detik akan

berkembang dan sampai kepada masyarakat luas bergantung

pada kecanggihan teknologi informasi dan konverensi media.

Seorang jurnalis setiap saat harus memperhatikan seluruh

peristiwa atau kejadian yang bisa menjadi perhatian atau isu

menarik.

b. Berita Berdasarkan Momentum

Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa

sepengetahuan manusia. Peristiwa alamiah yang berasal dari

alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir

bandang, kebakaran hutan, dan wabah penyakit merupakan

spontanitas yang dapat menjadi berita menarik namun tidak

dapat diprediksikan atau direncanakan terlebih dahulu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

13

c. Berita Berdasarkan Pengamatan

Pengamatan terhadap gejala yang terjadi dapat

diprediksikan akan terjadi suatu peristiwa yang menjadi

perhatian masyarakat seperti kemacetan saat mudik dan liburan.

d. Berita Berdasarkan Agenda Event

Peristiwa yang telah teragenda rutin sepanjang tahun,

jadwal kegiatan penting berbagai institusi, konferensi pers

pejabat atau tokoh masyarakat, pertandingan olahraga populer,

dan lain sebagainya.

e. Berita Berkelanjutan

Berita berkelanjutan merupakan berita kelanjutan dari

peristiwa yang dilaporkan pada format sebelumnya. Berita

berkelanjutan menjadi harapan redaksi untuk mendapatkan

materi berita aktual, mendalam dan rutin disiarkan.

2.2 Jenis-Jenis Jurnalisme

Jurnalistik tidak hanya sebatas kegiatan meliput berita, lalu semua berita

diperbolehkan diliput oleh setap wartawan. Akan tetapi, ada banyak lagi jenis jenis

jurnalistik yang ada di dunia jurnalisme. Setiap jurnalis memiliki tugas tersendiri

dalam meliput berita, bahkan setiap jurnalis memiliki label nama tersendiri dalam

mengkategorikan diri mereka sebagai jurnalis. Bahkan, hanya dengan mengandalkan

diri sendiri sebagai wartawan dadakan pun sudah dapat disebut sebagai jurnalistik

dengan tipe tertentu, jenis-jenis jurnalisme tersebut yaitu :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

14

2.2.1 Jurnalisme Warga Negara

Salah satu fenomena aktual yang berkaitan dengan proses

penyebaran informasi adalah maraknya aktivitas blog, vlog dan

mengirimkan video amatir ke stasiun televisi (contoh Net CJ), yang

sering disebut dengan citizen journalism (jurnalisme warga negara).

2.2.2 Jurnalisme Presisi

Jurnalisme presisi adalah aplikasi ilmu sosial dalam dunia

jurnalistik. Jadi, syarat yang ada pada ilmu sosial digunakan dalam

lapangan jurnalistik. Dengan kata lain, jurnalisme presisi adalah

kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan (presisi) informasi

dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses kerjanya. Bahkan

jurnalisme presisi kemudian berkembang secara drastispada tahun

1980’an. Jurnalis presisi tidak “menyewa’ orang lain untuk mengadakan

polling dalam membuat berita, tetapi jurnalis menjadi orang yang

mrmbuat polling sendiri (Nurudin, 2009 :226).

2.2.3 Jurnalisme Kuning

Ciri khas Jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang

bombastis, sensasional, dan pembuatan judul utama yang menarik

perhatian publik. jurnalisme kuning adalah jurnalisme pemburukan

makna, ini disebabkan karena orientasi pembuatannya lebih

menekankan pada berita-berita sensasional daripada subtansi isinya

(Nurudin, 2009 : 230).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

15

2.2.4 Jurnalisme “Lher’

Jurnalisme “Lher” sering juga disebut dengan jurnalisme

sensasional. Gambar dan penulisan berita sering ditujukan untuk

mencari sensasi semata.

2.2.5 Jurnalisme Perdamaian dan Jurnalisme Perang

Jurnalisme perang ibarat bahan mentah yang menjadi negasi

munculnya jurnaslime perdamaian. Jurnalisme perang selalu menjadi

kritikan jurnaslime perdamaian, harus dihilangkan. Alasannya adalah

mengancam peradaban manusia. Padahal peradaban manusia bisa

tumbuh dan berkembang dengan baik karena adanya perang juga

(Nurudin, 2009:239).

2.2.6 Jurnalisme Kepiting

Jurnalisme kepiting adalah istilah yang pernah dipopulerkan oleh

wartawan senior Rosihan Anwar (2001). Jurnalisme kepiting adalah

istilah yang dipakai Rosihan untuk melihat sepak terjang Jakob

Oetama (JO) dengan kompas-nya, jurnalisme kepiting adalah

jurnalisme yang mementingkan “jalang tengah” (baca:jalan aman”

dalam menanggapi persoalan, untuk tak mengatakan “memilih jalan

selamat”. Lebih dalam lagi, bisa dikatakan, ia tidak mencoba masuk ke

dalam diskusi yang lebih dalam jika punya dampak yang buruk bagi

lembaga dan karir jurnalistik dirinya (Nurudin,2009:251).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

16

2.2.7 Jurnalisme Bencana

Jurnalisme bencana dimaksudkan sebagai bagaimana media

memberitakan bencana. Dari kata ”bagaimana memberitakan”

terkandung dua dimensi yaitu dimensi proses dan hasil. Dimensi hasil

mengacu pada berita-berita bencana yang dimuat atau disiarkan media,

sedangkan Dimensi proses mengacu pada proses produksi berita-berita

bencana (Eriyanto, 2001). Bencana tsunami di Aceh 2004, gempa bumi

di Yogyakarta pada 27 Mei 2006, lumpur panas Lapindo di Sidoarjo

yang belum terselesaikan hingga sekarang dan masih banyak lagi

bencana yang melanda di berbagai daerah merupakan hasil dari liputan

jurnalisme bencana.

Secara sosiologis dan geologis Indonesia adalah negeri rentan

terhadap bencana. Media massa akan memberitakan setiap peristiwa

bencana yang terjadi, sehingga masyarakat menggantungkan

keingintahuannya pada bencana kepada informasi yang disajikan

media massa. Informasi perihal bencana sering kali tidak jelas atau

terjadi kesimpang siuran, oleh sebab itu media massa menjadi acuan

masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar (Jurnal

Komunikasi, Vol.1 Nomor 2, April 2007:149).

Dalam konteks jurnalisme, jurnalisme bencana di Indonesia,

nyatanya bisa menjadi bencana baru. Kekeliruan peliputan, baik yang

disengaja ataupun tidak disengaja karena bekal peliputan yang tidak

memadai harus dikontrol (Arif,2011 :150). Prinsip-prinsip penting

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

17

dalam jurnalisme bencana adalah akurasi, humanisme, komitmen

menuju rehabilitasi, serta kontrol dan advokasi.

Dalam prinsip jurnalisme bencana juga disebutkan jika

wartawan televisi dalam meliput, mengulas atau merekontsruksi

peristiwa traumatis (misalnya pembantaian, kerusuhan sosial, bencana

alam) harus mempertimbangkan perasaan korban, keluarga korban,

maupun pihak terkait dengan peristiwa traumatis tersebut (Morissan,

2010 : 255).

Pada faktanya, masih banyak media massa yang meliput

bencana tidak sesuai dengan prinsip jurnalisme bencana. Contoh

nyatanya adalah ketika bencana Aceh pada 26 Desember 2004 silam.

Bukan hanya dari segi ketidak siapan fisik dan mental, tetapi juga dari

sisi teknologi yang digunakan Indonesia belum mendukung

sepenuhnya untuk meliput bencana. Ahmad Arif dalam buku

Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme (2010 : 52-53) menyatakan

“Beberapa kali saya dan teman-teman melirik bekal beberapa

wartawan Internasional, seperti CNN dan ABC, saya hanya bisa iri

dengan mereka yang dengan lancarnya mengirim berita jauh ke luar

negeri menggunakan pemancar satelit. Sementara itu, saya dan

beberapa wartawan domestik hanya bisa menyimpan hasil pengamatan,

wawancara dan foto-foto dari lapangan karena tidak bisa

mengirimkannya ke luar Aceh”.

Selain itu, demi berebut penonton dan pembaca, media bersaing

satu sama lain merebut hati pemirsa dengan memberikan penayangan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

18

yang menarik empati penonton. Wartawan umumnya memang begitu

bersemangat ketika meliput bencana, kekerasan atau hal-hal berbau

atau suatu tragedi besar. Mereka akan berjuang habis-habisan menjadi

yang pertama datang di lokasi (Ahmad Arif, 2010 : 17). Media di

Indonesia memang tidak meniadakan pendidikan tentang meliput,

bahkan media Indonesia juga belum memiliki standar operasional yang

jelas dalam meliput bencana (Ahmad Arif, 2010 : 34).

Kala itu, media juga dengan jelas memperlihatkan korban.

Meskipun ada beberapa yang mengambil angle dari kejuhan, tetapi

mayat masih nampak hitam dan terlihat sadis oleh kebanyakan orang.

Demi tidak mau kalah kecepatan dengan media lainnya, banyak media

yang kala itu membuat berita “bohong” dalam artian membuat

kesimpulan sendiri yang belum tentu benar, seperti jumlah korban dan

lokasi ditemukan korban. Wartawan seolah tidak memiliki sikap

skeptis dan malas untuk verifikasi. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel

menyebutkan bahwa disiplin verifikasi adalah ihwal yang memisahkan

jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi atau semi.

Gambar di media penuh dengan mayat bergelimpangan berbaur

dengan bangkai mobil dan puing yang berserak, orang-orang berlarian

menghindari air hitam yang mematikan. Beberapa media

menggambarkan bencana itu dengan sangat telanjang, dengan tayangan

dan foto-foto yang seram. Kematian yang telanjang. Di televisi

diperdengarkan suara teriakan kengerian berbaruan ratapan orang-

orang yang kehilangan keluarga dan harta benda, diiringi lagu-lagu

yang mengalun pedih (Ahmad Arif, 2010 : 77).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

19

2.3 Etika dan Prinsip Jurnalisme

2.3.1 Definisi Etika

Ward (2009) mendefinisikan etika sebagai : the analysis,

evaluation, and promotion of correct conduct and good character,

according to the best available standards. (analisis, evaluasi dan

promosi perilaku yang benar dan atau karakter yang bagus menurut

standar terbaik yang ada).

Untuk panduan warga profesi, maka ditetapkanlah etika profesi

yang mencerminkan misi dan fungsi profesi yang bersangkutan.

Sebagai contoh, dokter adalah ekspert di bidang perawatan kesehatan,

pengacara merupakan spesialis yang membantu orang lain dalam

melindungi hak dan kepentingan mereka berkenaan dengan keadilan

dan hukum. Jadi sebuah profesi berkewajiban untuk mengartikulasikan

inti nilai-nilai etika dan komitmennya. Etika jangan dipaksakan secara

arbitrer dari luar, haruslah lahir dari refleksi dan pengalaman para

praktisi yang mempunyai pemikiran (Zulkarimein Nasution, 2015 : 70).

Etika Jurnalisme telah tertulis dan disepakati, di antaranya :

1. Kode Etik Jurnalistik Indonesia

Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi

manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam

mewujudkan kebebasan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

20

tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat (Nurudin, 2009 :

315).

Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-

hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral atau etika profesi

yang bisa menjamin pedoman operasional dalam menegakan integritas

dan profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartawan Indonesia

menetapkan kode etik :

1. Wartawan Indonesia menghargai hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk

memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas

kepada sumber informasi,

3. Wartawan Indonesia menghargai asas praduga tak bersalah, tidak

mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti

kebeneran informasi , serta tidak melakukan plagiat.

4. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak

menyalahgunakan profesi.

5. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan

embargo, informasi latar belakang dan off th record sesuai

kesepakatan.

6. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan

dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.

Menurut Andi Fachrudin dalam buku Dasar-Dasar Produksi

Televisi (2012:281-286), beberapa isu dalam kode etik jurnalistik

(Dewan Pers dan beberapa organisasi wartawan, 2006) yang palimg

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

21

sering dilanggar oleh jurnalis, berdasarkan pengakuan mereka sendii

adalah (berdasarkan kuesioner yang diedarkan kepada 100 wartawan

Indonesia, tahun 2002),yaitu :

1. Menerima Amplop, dalam kode etik jurnalistik Dewan Pers

2006, tertera aturan pada Pasal 6 yang berbunyi “Wartawan

Indonesia Tidak Menyalahgunakan Profesi dan Menerima

Suap”. Pada kode etik Aji lebih jelas lagi mengatakan amplop

adalah sogokan.

2. Melanggar kesepakatan Off the record, permintaan narasumber

yang menginginkan off the record harus dihargai, jangan

dikhianati karena hal itu melanggar kide etik jurnalistik yang

disepakati 29 organisasi wartawan pada tahun 2006 yaitu

pasal 7 menjelaskan : wartawan Indonesia harus memiliki hak

tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia

diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai

ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record

sesuai denan kesepakatan”.

3. Cover both sides (balance/keseimbangan), persoalan yang

berkaitan dengan keberpihakan seorang jurnalis dalam

menjalankan tugas dilarang ada dalam pasal 1 kode etik

jurnalistik (Dewan Pers 2006) yaitu “Wartawan Indonesia

bersikap Independen, menghasilkan berita yang akurat,

berimbang dan tidak beritikad buruk”.

4. Berita tanpa wawancara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

22

5. Judul berita bermasalah, dalam kode etik jurnalistik (Dewan

Pers,2006) pada pasal 4 yaitu “wartawan Indonesia tidak

membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul”.

6. Kesalahan visual

7. Kloning, Copy Paste, dan plagiarism

8. Bahasa, Stereotipe, Label

1. Undang-Undang pers Nomor 40 Tahun 1999

Sejak era Reformasi 1999, dengan lahirnya Undang-Undang

No.40 tentang Pers , kebebasan mengemukakan pendapat oleh

kalangan pers terhadap pmerintah di Indonesia sangat kritis seolah-

olah siapapun tak kan luput dari kritikan bila tercium

menyalahgunakan kekuasaannya, khususnya pejabat publik.. Sehingga

tak ada lagi siaran pers yang harus melalui tahapan birokrasi untuk

disensor negara. Undang-Undang Pers Nomor 40 tahun 1999 ini berisi

10 bab dan terdapat 21 pasal (Andi,2012:293).

2. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

(P3SPS) dan Undang-Undang No.32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran

Pedoman perilaku penyiaran merupakan panduan tentang

batasan-batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan/atau tidak

diperbolehkan berlangsung dalam proses pembuatan program siaran,

sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduan tentang

batasan apa yang diperbolehkan dan/atau tidak diperbolehkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

23

ditayangkan dalam program siaran. Dengan demikian P3SPS

merupakan penjabaran dari ketentuan kode etik dalam Undang-Undang

No.32 Tahun 2002 yang masih bersifat umum (Morissan, 2010:248).

Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang

sekurang-kurangnya berkaitan dengan :

a. Rasa hormat terhadap pandangan atau keyakinan agama

b. Rasa hormat terhadap hal pribadi

c. Kesopanan dan kesusilaan

d. Pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme

e. Perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan

f. Penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak

g. Penyiaran program dalam Bahasa asing

h. Ketepatan dan kenetralan program berita dan lain-lain.

Sedangkan untuk aturan yang mengatur tentang peliputan

bencana, telah diatur dalam Pedoman Perilaku (PP) dan Standar

Program Siaran (SPS) pada tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Komisi

Penyiaran indonesia (KPI), pada Bab XXIV pasal 34.

3. Kode Etik Jurnalistik Televisi

Menurut Hasan Asy’ari Oramahi dalam buku Jurnalistik Televisi

(2015: 16-18) Jurnalistik Televisi mengenal istilah ABC Jurnalistik

Televisi, yaitu :

1. Accuracy (akurat), yaitu hal paling utama dalam penulisan berita

televisi. Berita televisi akan mengalami distorsi atau gangguan apabila

ketidaktepatan (inaccuracies) dan ketidak benaran (unruth)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

24

menggantikan fakta. Untuk menulis ulang (rewriting) berita, seorang

redaktur harus selalu mengacu pada sumber aslinya.

2. Balance (berimbang), yaitu dalam meliput berita agar hasilnya dapat

digunakan sebagai materi siaran, semuanya haruslah berimbang. Untuk

itu, diperlukan upaya yang disebut cover both sides. Khusus berita-

berita kontroversional, cover both sides merupakan suatu keharusan.

Jika tidak, berita tersebut akan kehilangan kredibilitasnya.

3. Clarity (jelas), yaitu pesan harus jelas dan dapat dimengerti oleh

pemirsa.

Jadi, rumus dasarnya adalah Accuracy+Balance+Clarity = Credibility

Menurut Morissan dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir

(2010:249) terkait dengan pemberitaan atau informasi yang disiarkan

stasiun TV, maka P3SPS menyatakan bahwa stasiun penyiaran dalam

menayangkan informasi harus senantiasa mengindahkan prinsip-

prinsip jurnalistik yang terdiri atas tiga prinsip yaitu : 1. Prinsip

akurasi, 2. Prinsip keadilan 3. Prinsip ketidak berpihakan

(imparsialitas).

2.3.2 Definisi Prinsip

Altschull menyatakan etika merupakan “studi tentang pembentukan

nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip mengenai benar dan salah.” Dalam suatu

konsep awal dari etika jurnalistik dinyatakan perihal melayani kemanusiaan

(humanity) dan bukan untuk mencapai tujuan pribadi si jurnalis (Zulkarimein

Nasution, 2015 : 84 ). Itu berarti prinsip terbentuk karena adanya etika, dalam

kata lain prinsip merupakan bagian dari etika. Prinsip adalah suatu kebenaran

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

25

yang dijadikan pedoman oleh individu atau kelompok dalam berpikir atau pun

bertindak. Berikut ini beberapa prinsip dalam Jurnalisme :

1. Sembilan Prinsip Jurnalisme

Secara bersama, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dengan dukungan dan

bantuan dari para ahli media yang tergabung dalam commiteof concerned

journalist melakukan riset yang ekstensif terhadap apa yang sesungguhnya

harus dikerjakan oleh para wartawan. Hasil riset tersebut kemudian dituangkan

dalam buku The Element Of Journalism. Dari penelitian terhadap tugas dan

pekerjaan para wartawan tersebut, committe of concerned journalist akhirnya

menyimpulkan bahwa sekurang-kurangnya ada sembilan inti prinsip

jurnalisme yang harus dikembangkan (Luwi, 2011 : 21).

a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

b. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat

c. Inti Jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi

d. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka

liput

e. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas

terhadap kekuasaan

f. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik

g. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik

dan relevan

h. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan

komprehensif

i. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

26

2. Prinsip Jurnalisme Bencana

Dalam Pedoman Perilaku (PP) dan Standar Program Siaran (SPS) 2009

yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebenarnya telah

diatur pada Bab XXIV pasal 34 tentang peliputan bencana alam (Fajar Junaedi,

2013:114). Dalam meliput dan/ atau menyiarkan program yang melibatkan

pihak-pihak yang terkena musibah, lembaga penyiaran wajib mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

a. Melakukan peliputan subjek yang tertimpa musibah harus

mempertimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya.

b. Tidak menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/atau keluarga

yang berada pada kondisi gawat darurat, korban kecelakaan atau korban

kejahatan, atau orang yang sedang berduka dengan cara memaksa,

menekan, mengintimidasi korban dan/atau keluarganya untuk

diwawancarai dan/atau diambil gambarnya dan menyiarkan gambar

korban dan/atau orang yang sedang dalam kondisi menderita hanya dalam

konteks yang dapat mendukung tayangan.

Selain itu, pada 1 Oktober 2018 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Pusat mengeluarkan surat edaran bernomor 515/K/KPI/31.2/10/2018 yang

meminta kepada seluruh lembaga penyiaran televisi, untuk memperhatikan

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran KPI Tahun 2012

terkait kewajiban dan batasan dalam menayangkan peliputan bencana atau

musibah pada program siaran jurnalistik. Berikut ini isi dari surat edaran

KPI Pusat terkait kewajiban dan batasan dalam menayangkan peliputan

bencana atau musibah pada program siaran jurnalistik antara lain:

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

27

1. Wajib mempertimbangkan proses pemulihan korban, keluarga,

dan/atau masyarakat

2. Dilarang :

a. Menambah penderitaan atau trauma korban, keluarga, dan

masyarakat, dengan cara memaksa, menekan, dan/atau mengintimidasi

untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya

b. Menampilkan gambar dan/atau suara saat-saat menjelang kematian

c. Mewawancarai anak di bawah umur sebagai narasumber

d. Menampilkan gambar korban atau mayat secara detail dengan close

up dan/atau

e. Menampilkan gambar luka berat, darah, dan/atau potongan organ

tubuh.

3. Wajib menampilkan narasumber kompeten dan terpercaya dalam

menjelaskan peristiwa bencana secara ilmiah.

2.4 Media Massa

Media massa semakin tumbuh dan berkembang di kehidupan masyarakat, mulai

dari media cetak, elektronik hingga kini ada media baru yang lebih mudah diakses

yaitu media daring atau online. Meskipun media daring (online) kian berkembang,

nyatanya media elektronik terutama media televisi kian diminati oleh masyarakat

karena menjelaskan berita dengan audio visual, sehingga tidak menimbulkan ambigu

bagi masyarakat yang mendengar.

Bencana Alam yang terjadi di pelosok Indonesia akan dengan cepat diketahui

oleh seluruh orang di dunia karena kekuatan dari media dalam menyampaikan

informasi. Dedy Mulyana (2007) menambahkan bahwa komunikasi massa melibatkan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

28

banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang

rendah (jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan,

pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera.

Adapun fungsi komunikasi media massa secara teknis menurut Alexis S.Tan

(Nurudin, 2007 :65) :

a. Memberi Informasi (to inform)

Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan,

menguji kenyataan, meraih keputusan.

b. Mendidik (to educated)

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna

memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya,

mempelajari nilai-nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam

masyarakatnya.

c. Mempersuasi (to persuade)

Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan

yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

d. Menyenangkan dan Memuaskan Kebutuhan Komunikan (to

entertain and to satisifed)

Menggemberikan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan

mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

29

2.4.1 Liputan 6 SCTV

Liputan 6 SCTV adalah salah satu program berita terpopuler di

Indonesia. Tayang perdana pada tanggal 7 November 1994 dengan mengusung

konsep features yang menitik beratkan pada liputan investigasi serta aspirasi

dari wakil rakyat. Hal itu pula yang menjadi sebab dari kehadiran Liputan 6

Petang yang pertama kali mengudara pada tanggal 20 Mei 1996. Tepatnya

pada tanggal 25 Agustus 1996 Liputan 6 Pagi perdana siaran dengan bertema

santai. Mengawali awal tahun 1997 Liputan 6 siang mengudara untuk pertama

kalinya. Kemudian, pada tanggal 10 Maret 1997 Liputan 6 hadir dengan

program berita-berita bahasa Inggris yang bertajuk News Watch. Pada tanggal

16 Februari hingga 5 April 1998 SCTV sempat menghentikan penayangan

Liputan 6 pagi dikarenakan krisis moneter kala itu. Pada tanggal 2 Oktober

2002 Liputan 6 mulai menghadirkan program hukum dan kriminal BUSER

(singkatan dari buru dan sergap) yang ditayangkan dini hari. Hingga kini,

liputan 6 tetap mengudara dan meraih berbagai penghargaan di antaranya pada

tahun 2001 memenangkan program berita televisi ngetop pada SCTV Awards

dan sejak 2002 hingga 2006 menjadi pemenang berita terfavorit pada

Panasonic Gobel Awards.

Berdasarkan Semi Rating atau pemeringkatan program televisi yang

paling banyak ditonton, untuk kategori berita maka siaran Liputan 6 Petang

SCTV menjadi program berita yang paling banyak ditonton pada tahun 2015.

Semi Rating KPI adalah penilaian terhadap program siaran yang diusulkan

stasiun Televisi berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada Survey Indeks

Kualitas Program. Berikit hasil Semi Rating KPI pada tahun 2015 :

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

30

No Nama Program Stasiun TV Persentase

1. Liputan 6 Petang SCTV 60,10 %

2. Kabar Petang TV One 57,90 %

3. Top News Metro TV 40,50 %

4. Prime Time News Metro TV 39,00 %

5. Indonesia Morning NET. 36,90 %

Sumber : kpi.go.id

Program berita Liputan 6 SCTV mendapat predikat sebagai program berita

unggulan lantaran menjadi paling banyak ditonton pada tahun 2017 dengan

perolehan angka 46 persen yang diikuti program Kabar Petang TV One dan Prime

Time News Metro TV. Sedangkan penilaian yang didapat dari panel ahli program

berita Liputan 6 SCTV mendapat indeks 2,99 dari yang ditetapkan KPI minimal

3,00. Panel ahli adalah orang-orang yang tergabung dalam 120 sosok pemirsa

pilihan yang terdiri dari 12 kota seluruh penjuru Indonesia dari masyarakat umum

yang paham akan program siaran televisi dan bisa menilainya. mereka juga harus

berpendidikan minimal S1, berusia 21 sampai 60 tahun dan aktif menonton

televisi sekurang-kurangnya 20 jam per minggu.

Di samping itu, berdasarkan penilaian responden, kualitas program siaran

berita Liputan 6 Petang mendapatkan indeks penilaian 3,22 di posisi kedua setelah

NET16 dan sebelum Kompas Pagi dengan indeks penilaian 3,20. Survei sendiri

dilakukan sejak tayangan televisi pada Januari hingga April 2017 di 12 kota di

Indonesia dengan total responden 1.200 orang yang terdiri atas 50 persen laki-laki,

46 persen perempuan dan 4 persennya tidak menjawab jenis kelamin. Usianya pun

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

31

beragam, seperti 26 persen responden berusia 31 sampai 40 tahun dan 41 sampai

50 tahun. Lalu, 20 persen responden berusia 21 sampai 30 tahun dan 19 persen

responden berusia 51 sampai 60 tahun. Latar belakang responden juga beragam

seperti responden sebanyak 29 persen adalah ibu rumah tangga, 18 persen

wiraswasta, dan 13 persen bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan

pendidikan responden adalah 69 persen berpendidikan tamat SMA, 14 persen S1

dan masing-masing 6 persen D3 serta berstatus masih menjadi mahasiswa.

Liputan 6 SCTV merupakan salah satu program berita terbesar di Indonesia,

bahkan sering kali mengukir prestasi dan menjadi media terdepan. Pada 15

Agustus 2015 Liputan 6 SCTV mengukir sejarah baru pertelevisian. Liputan 6

SCTV mencatat rekor menjadi satu-satunya televisi di dunia yang bersiaran

langsung dari tiga titik bawah laut sekaligus, dari perairan Sabang, Manado, dan

Ambon. Prestasi itu menambah deretan rekor sebelumnya yang juga diukir oleh

Liputan 6 SCTV. Pada 17 Agustus 2010, sebagai satu-satunya televisi di dunia

yang bersiaran langsung dari darat, laut dan udara di Wakatobi, Sulawesi

Tenggara. Tak hanya berjaya di laut, 17 Agustus 2006, Liputan 6 SCTV juga

menjadi satu-satunya program berita di dunia yang pernah bersiaran langsung dari

puncak tertinggi di Indonesia, Cartenz Pyramid, Pegunungan Jayawijaya, Papua.

Dalam dua dekade Liputan 6 SCTV membuktikan eksistensinya menjadi saksi

sejarah reformasi, menghadirkan dialog politik yang kritis, membidik peristiwa

transisi rezim pemerintahan hingga memfasilitasi persidangan antar Benua Asia

dan Eropa dalam kasus Bulog Gate pada tahun 2002. Dalam lima tahun terakhir

Liputan 6 SCTV terbukti menjadi preferensi program berita di Indonesia. Liputan

6 SCTV meraih share tertinggi dalam sejumlah live event. Di antaranya quick

count Pilpres 2014, serta Jokowi mantu Juni 2015.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

32

Pada bencana Palu lalu, liputan 6 juga tak kalah cepat dalam melakukan

peliputan. Liputan 6 SCTV juga menugaskan 3 jurnalisme bencananya yaitu

David Rizal. Rusdy Maulana dan Kiwantoro. Dari tiga jurnalisme tersebut

menghasilkan berita-berita di antaranya :

N0. Judul Tanggal Penayangan Konten

1. Duka Keluarga Anthonius 29 September 2018 Mengekspose kesedihan keluarga

Anthonius dan menceritakan profil

Anthonius sebagai petugas bendara

yang menjadi korban gempa

2. Pencarian Korban Palu-

Donggala

30 September 2018 Pencarian korban yang dilakukan oleh

warga setempat

3. Duka Cita Keluarga Korban

Gempa dan Tsunami

30 September 2018 Mengekpose kesedihan keluarga

korban, hingga meliput suasana

kediaman keluarga korban

4. Bocah Mengadu Ke Jokowi 3 Oktober 2018 Memperlihatkan seorang anak kecil

yang mengeluh kepada presiden

5. 3 Hari Tertimpa Rumah 3 Oktober 2018 Menceritakan kondisi seorang lelaki

yang selamat setelah tertimpa rumah

selama 3 hari

6. Korban Gempa Palu Asal

Lamongan Dipulangkan

5 Oktober 2018 Isak tangis keluarga dan korban selamat

asal Lamongan yang merantau di Palu

7. Sekolah di Palu Masih Libur 8 Oktober 2018 Menceritakan beberapa siswa sekolah

dasar yang hendak ke sekolah, namun

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

33

gedung sekolah masih ditutup

8. Pengungsi Tidur di Kuburan 9 Oktober 2018 Menceritakan warga yang mengungsi di

pemakaman, akan tetapi setelahnya

reporter mewawancarai salah satu

pengungsi dengan mengekspose

kesedihan

9. Dunia Peduli Palu 9 Oktober 2018 Memberitakan trauma healing untuk

anak-anak yang menjadi korban gempa

Beberapa berita Liputan 6 SCTV pasca gempa

2.5 Komodifikasi Media

Komodifikasi merupakan kata kunci yang dikemukakan oleh Karl Marx

sebagai “Ideologi” yang bersemayam di balik media. Menurutnya, kata itu bisa

dimaknai sebagai upaya mendahulukan peraihan keuntungan dibandingkan tujuan-

tujuan lain ( Syaiful Halim, 2013 : 45). Tidak dapat dipungkiri, jika tujuan media

dalam memberikan tayangan adalah semata-mata untuk meraup keuntungan. Media

massa merupakan bagian dari proses yang melihat perusahaan media memperoduksi

khalayak untuk diantarkan kepada pengiklan. Para perancang program di media

membuat program-program menarik untuk menarik minat khalayak (Syaiful Halim,

2013 : 52).

Persaingan program adalah mendapatkan jumlah penonton dalam setiap

penayangannya sangat penting. Semakin besar penonton yang didapatkan, peluang

mendapat rating semakin besar. Otomatis program tersebut dapat mendatangkan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

34

pemasang iklan lebih banyak (Rusman dan Yusiatie, 2015 : 50). Dengan demikian,

media televisi saling berlomba untuk menarik perrhatian penonton agar menaikan

rating program acaranya. Salah satunya yaitu berita bencana yang digunakan sebagai

komoditas. Berita bencana sering didramatisir untuk menarik empati dari penonton.

Ditayangkan dengan isak tangis dari keluarga korban, pula gambar-gambar korban

yang diperlihatkan secara fulgar. Contoh nyatanya adalah pada pemberitaan tsunami

Aceh pada 24 Desember 2004 lalu dengan tsunami Jepang pada 2011 lalu yang dari

segi penayangan beritanya, sangat jauh berbeda. Pada tsunami Aceh, media indonesia

cenderung menjadikan bencana sebagai “sumber uang”, dalam artian menarik

penonton dengan mengumbar kesedihan. Sedangkan di Jepang, berita tsunami

diberitakan dengan angle yang berbeda, yaitu hanya memperlihatkan pantai dan

beberapa bangunan yang rusak saja. Bahkan, tidak ada pengambilan gambar korban

secara dekat apalagi fulgar. Tujuan dari televisi sendiri yaitu stasiun televisi sebagai

industri informasi dan teknologi, bertujuan memberikan informasi secara cepat, aktual,

akurat dan terpercaya kepada masyarakat (Rusman dan Yusiatie, 2015 : 63). Sehingga

masyarakat mudah percaya dan tersentuh oleh apa yang disampaikan media.

2.6 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Farhanah mahasiswi Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2007, yang telah dinyatakan lulus pada

tahun 2011 lalu. Skripsi tersebut berjudul “Jurnalisme Bencana Dalam Konstruksi Media

Massa”. Penelitian terdahulu fokus pada tafsiran jurnalisme bencana pada konstruksi TV

One Online dan Media Indonesia Online. Peneliti menggunakan data bencana tsunami

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jurnalisme 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/46233/3/BAB II.pdf · b. Berita Berdasarkan Momentum Peristiwa bencana alam sering kali terjadi tanpa sepengetahuan

35

Mentawai yang terjadi pada 25 Oktober 2010 lalu, yang menewaskan 311 orang.

Sedangkan pada penelitian ini, peneliti berfokus pada prinsip yang dipraktikan jurnalisme

bencana dalam meliput bencana Palu pada 28 September 2018 lalu.

Penelitian terdahulu yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe

interpretatif ini menghasilkan kesimpulan yaitu TV One Online berusaha menampilkan

diri sebagai media yang berpihak kepada warga mentawai yang menjadi korban gempa

dan tsunami dengan selalu menyuarakan kebutuhan-kebutuhan dan penderitaan korban.

Konstruksi seperti ini dilakukan untuk memperbaiki pandangan negatif masyarakat

terhadap pemilik TV One yang mempunyai track record kurang baik. Sedangkan Media

Online Indonesia selalu berusaha berimbang dan berhati-hati dalam menonjolkan suatu

bagian dalam teks beritanya dengan juga melakukan penyamaran pada bagian lain. Media

Indonesia yang memposisikan diri di luar peristiwa yang mencoba menengahi isi dengan

mengimbangi bagian negatif dalam peristiwa dengan bagian positif. Konstruksi

pemberitaan seperti ini dilakukan untuk mempertahankan kedibilitasnya di mata semua

lapisan masyarakat.

2.7 Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada bagaimana praktik jurnalisme bencana Liputan 6

SCTV dalam menerapkan prinsip jurnalsime bencana ketika meliput bencana Palu.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan key person sebagai informan kunci dalam

penelitian karena dianggap menguasai permasalahan dan bersedia memberikan

informasi yang lengkap kepada peneliti, serta peneliti juga akan meneliti dengan data

yaitu melihat video pemberitaan pasca bencana Palu oleh Liputan 6 SCTV dimulai

tanggal 29 September 2018 hingga 9 Oktober 2018.