bab ii tinjauan pustaka 2.1 direct chill casting
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Direct Chill Casting
Direct Chill Casting paduan aluminium sering dikenal dengan DC casting,
teknologi ini sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
aluminium adalah logam yang ditemukan pada 200 tahun yang lalu, DC casting
dapat menghasilkan aluminium batangan (ingot) padat berbentuk dari beberapa
paduan dari aluminium yang digunakan, contohnya aluminium 4xxx yang dapat
digunakan untuk DC casting tersebut, secara umum paduan aluminium
diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu aluminium cor, dan aluminium tempa.
Untuk aluminium cor contohnya yaitu velg, piston, blok mesin. sedangkan
aluminium tempa yaitu plat yang digunakan dalam konstruksi. DC casting
digunakan pada skala industri karena produk yang dihasilkan cukup baik,
permukaan ingot yang mulus serta rata, hal tersebut menjadi salah satu alasan
mengapa DC casting digunakan dalam skala industry, proses terjadinya ingot
dapat dilihat dari gambar dibawah ini, skema diagram menggunakan metode
DC casting. [8]
Gambar 2.1 Skema Diagram DC Casting
(Sumber : Fegade R.S, 2019) [8s]
7
2.2 Aluminium
Aluminium berasal dari bahasa latin: Alumen, Alum. Yunani bangsa
romawi kuno menggunakan Alum sebagai cairan untuk menutupi pori-pori,
bahan nya membuat proses pewarnaan lebih jelas. Pada 1787, Lavoisier
menebak unsur ini adalah oksida logam yang belum ditemukan. Di tahun 1761,
de Morveau mengusulkan untuk menamai bauksit sebagai bauksit dasar. Di
tahun 1827, Wohler disebut-sebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi
logam ini. Pada 1807 davy mengusulkan untuk menamai logam tersebut
aluminium, meski akhirnya disepakati untuk menggantinya dengan aluminium
[9]. Aluminium adalah logam paling umum di bumi hampir sebanyak 8% massa
kerak bumi di isi dengan aluminium. Aluminium diciptakan oleh Humphrey
Davy pada tahun 1809 sebagai elemen dan untuk pertama kalinya direduksi
sebagai logam oleh H.C. Oersted pada tahun 1955. Bijih bauksit adalah bahan
pokok dalam memproduksi aluminium, ditemukan pada bebatuan di kerak bumi.
Ada aluminium di dalam bebatuan tetapi masih membentuk silikat dan
komponen lain yang lebih rumit. Komponen aluminium yang rumit seperti itu
diperlukan waktu yang cukup lama sekitar kurang lebih dari 60 tahun untuk
menemukan cara ekonomis dari produksi aluminium bijih bauksit [10].
Aluminium merupakan material yang biasa digunakan kehidupan sehari-hari
karena karakteristik aluminium sangat baik, dibandingkan dengan material jenis
lain. Berikut adalah karakteristik umum aluminium:
a. Ringan
Beratnya yaitu 1/3 dari baja, temabaga, material ini banyak digunakan
dalam transportasi udara.
b. Tahan Terhadap Korosi
Aluminium memiliki sifat daya tahan yang baik, sehingga dapat digunakan
di lingkungan yang ekstrim yang dapat menyebabkan korosi yaitu, air,
udara, suhu, dan unsur kimia lain nya, hingga luar angkasa bahkan bawah
laut.
8
c. Kuat
Aluminium sangat dapat di unggulkan dan memiliki kekuatan yang sangat
baik, apabila ketika dipadu dengan logam yang lain nya. Komponen yang
memerlukan kekuatan seperti : pesawat terbang, kapal laut dan lain-lain
sangat cocok menggunakan material ini.
d. Konduktor Listrik
Aluminium selain kuat dan tahan terhadap korosi, material ini dapat
menghantarkan arus listrik lebih besar dari tembaga. Serta aluminium
terkategori murah dan tidak berat, aluminium sering juga digunakan untuk
kabel-kabel listrik overhead, maupun bawah tanah yang mana itu cukup
baik dengan karakteristiknya.
e. Mudah Dibentuk
Pengolahan aluminium mudah dibentuk karena dapat disambungkan
melalui pengelasan, menyolder, dengan logam lainnya. Atau dengan teknik
penyambungan lainnya.
f. Konduktor Panas
Selain menghantarkan arus listrik, aluminium juga menghantarkan panas,
karakteristik ini menjadi sangat baik saat digunakan pada mesin pemindah
panas, untuk penghematan energi.
g. Non Magnetik
Aluminium sangat cocok untuk peralatan elektronik, karena dibutuhkan
magnet negatif. [9].
Selain sifat di atas, pada tabel di bawah terdapat sifat mekanik dari
aluminium sebagai acuan pada kekuatan aluminium yang diberikan
perlakuan, sebagai berikut :
9
Tabel 2.1 Sifat Mekanik Aluminium
Sumber : Surdia.T.,Saito,S., 1995 [10]
Aluminium dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu aluminium paduan dan murni,
terdapat perbedaan dari dua jenis tersebut diantaranya sebagai berikut :
a. Aluminium Murni
Berat jenis aluminium adalah 2,7 gram/cm3 , yaitu sepertiga dari aluminium
baja 7,83 gram/cm3, tembaga 8,93 gram/cm3, atau kuningan. Aluminium
dapat tahan terhadap korosi dengan cuaca yang cukup ekstrim. Dari
perspektif konduktivitas termal antara 50% dan 60% tembaga, itu non-
magnetik dan tidak beracun.[10]
b. Aluminium Paduan
Menurut metode pengerasan, aluminium terbagi menjadi dua kelompok,
paduan yang dapat diolah dengan panas dan paduan yang tidak dapat diolah
dengan panas. Heattreatble alloys yaitu paduan yang dapat dikeraskan
aging. Pada saat yang sama, nonheattreable alloys tidak dapat diperkuat
dengan aging tetapi penguatan larutan-padat (Solid Solution Strengthening),
pengerasan butiran, atau pengerasan dispersi. Paduan tempa yang bisa
diperkuat dengan perlakuan panas adalah kelas satu. Beberapa kombinasi
meningkatkan elemen integrasi, memperkuat mekanisme dan perkiraan
nilai kekuatan yang bisa dilihat pada tabel berikut [11] :
Sifat-sifat
Kemurnian Al %
99,996 >99,0
Dianil 75% dirol
dingin
Dianil H18
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
4,9 11,6 9,3 16,9
Kekuatan mulur (0,2%)
(kg/mm2)
1,3 11,0 3,5 14,8
Perpanjangan % 48,8 5,5 35 5
Kekerasan Brinell 17 27 23 44
10
Tabel 2.2 Klasifikasi Paduan Tempa Aluminium, Mekanisme Penguatan, dan
Rentang Nilai Kekuatannya
Sumber :Surdia .T.,Saito,S., 1995 [10]
Tabel berikut adalah tabel klasifikasi paduan aluminium yang diperkuat
setelah perlakuan panas dan tidak dapat diberi perlakuan panas. Seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.2 ini memberikan perkiraan nilai intensitas itu
dapat dicapai, dan Tabel 2.3 adalah klasifikasi paduan aluminium. Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa kode dan karakteristik material menurut
paduan aluminium yang berbeda pengelompokan atau klasifikasi pada
Tabel 2.3
Seri
Aluminium
Sistem
Paduan
Tensile Strength (MPa)
Work – Hardenable Alloys
1xxx Al-Murni 70-75
3xxx Al-Mn-Mg 140-280
4xxx Al-Si 105-350
5xxx Al-Mg 140-280
Precipitation-Hardenable Alloys
2xxx Al-Cu-Mg 170-310
2xxx Al-Cu-Mg 380-520
6xxx Si 150-380
7xxx Al-Mg-Si 380-520
7xxx Al-Zn-Mg 520-620
8xxx Al-Zn-Mg-
Cu-Al-Li-
Cu-Mg
280-560
11
Tabel 2.3 Klasifikasi Paduan Aluminium
Sumber : Subagyo, 2017 [9]
Selain klasifikasi paduan aluminium, terdapat tabel klasifikasi aluminium
berdasarkan paduan utama dan proses pengerjaan dapat dijelaskan pada
tabel 2.4
Al Paduan Untuk
Dimesin
Paduan Jenis Tidak
Dapat di Perlakukan
Panas
Al Murni (Seri 1000)
Paduan Al-Mn (Seri 3000)
Paduan Al-Si (Seri 4000)
Paduan Al-Mg (Seri 5000)
Paduan Jenis Dapat di
Perlakukan Panas
Paduan Al-Cu (Seri 2000)
Paduan Al-Mg-Si (Seri 6000)
Paduan Al-Zn (Seri 7000)
Al Paduan Untuk
Coran
Non Heat Treatable
Alloy
Paduan Al-Si (Silumin)
Paduan Al-Mg (Hydronarium)
Heat Treatable Alloy Paduan Al-Cu
Paduan Al-Sl-Mg (Silumin,
Lo-ex)
12
Tabel 2.4 Klasifikasi Paduan Aluminium Tempaan dengan Unsur Paduan Utama
Sumber : Surdia . T.,Saito,S., 1995 [10]
Stand ar AA Standar Alcoa
Terdahulu Keterangan
1001 1S Al Murni 99,5% Atau diatasnya
1100 2S Al Murni 99,0% Atau diatasnya
2010-2029 10S-29S Cu Merupakan Unsur Paduan
Utama
3003-3009 3S-9S Mn Merupakan Unsur Paduan
Utama
4030-4039 30S-9S Si Merupakan Unsur Paduan
Utama
5050-5086 50S-69S Mg Merupakan Unsur Paduan
Utama
6061-6069 Mg2Si Merupakan Unsur
Paduan Utama
7070-7079 70S-79S Zn Merupakan Unsur Paduan
Utama
13
Terdapat klasifkasi paduan aluminium berdasarkan perlakuan bahan, pada
tabel berikut :
Tabel 2.5 Klasifikasi Paduan Aluminium Berdasarkan Perlakuan Bahan
Tanda Perlakuan
-F Setelah Pembuatan
-O Dianil Penuh
-H Pengerasan Regangan
-H 1n Pengerasan Regangan
-H 2n Sebagian Dianil Setelah Pengerasan Regangan
-H 3n Dianil Untuk Penyetabilan Setelah Pengerasan Regangan n=2 (1/4
Keras), 4 (1/2 Keras), 6 (3/4 Keras), 8 (Keras), 9 (Sangat Keras)
-T Perlakuan Panas
-T2 Penganilan Penuh (Hanya Untuk Coran)
-T3 Pengerasan Regangan Setelah Perlakuan Pelarutan
-T4 Penuaan Alamiah Penuh Setelah Perlakuan Pelarutan
-T5 Penuaan Tiruan (Tanpa Perlakuan Pelarutan)
-T6 Penuaan Tiruan Setelah Perlakuan Pelarutan
-T7 Penyetabilan Setelah Perlakuan Pelarutan
-T8 Perlakuan Pelarutan, Pengerasan Regangan, Penuaan Tiruan
-T9 Perlakuan Pelarutan, Penuaan Tiruan, Pengerasan Regangan
-T10 Pengerasan Regangan Setelah Penuaan Tiruan
Sumber : Surdia . T.,Saito,S., 1995 [10]
Berikut ini adalah jenis aluminium paduan yang paling banyak digunakan
dengan cara pengerjaan yang berbeda-beda.
a. Paduan Aluminium-Silikon
Pada paduan aluminium-silikon dapat menghasilkan paduan aluminium
yang mengandung silikon hingga 15% kekerasan dan kekuatan Tarik,
yang cukup tinggi hingga 525 MPa pada paduan aluminium yang
dihasilkan dengan perlakuan panas. Jika konsentrasi silicon lebih besar
dari 15% maka derajat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis,
dikarenakan pembentukan kristal butiran silika.
14
b. Paduan Aluminium-Magnesium
Kandungan magnesium sebesar 15,35% dapat menurunkan titik leleh
paduan logam yang sangat kuat dari 660 ºC hingga 450 ºC. Namun tidak
akan membuat paduan aluminium menjadi ulet, justru mudah digunakan
karena korosi yang terjadi berada di atas suhu 60 ºC. Kehadiran
magnesium juga membuat logam paduan tersebut bekerja dengan baik
pada suhu yang sangat rendah. Logam akan mengalami kegagalan pada
saat di temperatur tersebut.
c. Paduan Aluminium-Tembaga
Paduan Aluminium-Tembaga memiliki ketangguhan dan performa yang
kuat, tetapi dapat rapuh juga. Biasanya untuk penempaan paduan
konsentrasi tembaga tidak boleh melebihi 5,6% senyawa CuAl2
terbentuk di dalam logam, sehingga membentuk logam menjadi rapuh.
d. Paduan Aluminium-Seng
Aluminium-seng adalah paduan yang kebanyakan orang menggunakan
nya, karena merupakan bahan untuk sayap pesawat terbang.
Dibandingkan dengan paduan-padaun lain nya, paduan ini memiliki
kekuatan paling tinggi sebaliknya, aluminium dengan seng kandungan
nya mencapai 5,5% memiliki kekuatan Tarik 580 MPa, perpanjangan
11% per 50 mm bahan. Sangat jauh ketika di bandingkan dengan
aluminium dengan magnesium hanya 1%. Sedangkan kekuatan tariknya
hanya 410 MPa, dan memiliki perpanjangan sebesar 6% per 50 mm
bahan.[9]
Selain jenis paduan aluminium di atas, aluminium juga memiliki kelas tergantung
pada elemen paduan dan perlakuan panasnya terhadap aluminium itu sendiri.
Peringkat dari aluminium mungkin memiliki sifat mekanik yang berbeda dari
aluminium dengan penampilan yang bagus, kemudahan eksekusi, daya tahan
korosi yang baik, kemampuan las yang baik serta ketahanan retak yang tinggi.
Peringkat dalam aluminium yang sesuai tergantung pada aplikasinya ketika
15
dibutuhkan dan kebutuhan dilapangan. Ini dia paduan aluminium berdasarkan
peringkat dan kode masing-masing paduan aluminium.
a. Grade Aluminium Seri 1xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 1xxx yaitu (1050, 1060, 1100,
1145, 1200, 1230, 1350 dll.) dicirikan oleh ketahanan aluminium yang
sangat baik terhadap korosi, konduktivitas sifat termal dan listrik, sifak
mekanik rendah, dan kemampuan kerja yang sangat baik. Kelas
aluminium ini memiliki kandungan besar besi dan silicon.
b. Grade Aluminium Seri 2xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 2xxx yaitu (2011, 2014, 2017,
2018, 2124, 2219, 2319, 2010, 2030, 2060, 2240, 2420 dll). sangat
memerlukan proses pemanasan yang baik untuk mendapatkan kinerja
terbaik dalam perlakuan panas, sifat mekanik mirip dengan baja karbon
rendah, bahkan terkadang, melebihi sifat mekanik baja karbon rendah.
Dalam beberapa kasus, proses perlakuan panas digunakan untuk
meningkatkan sifat mekanik. Paduan aluminium pada seri 2xxx tidak
memiliki ketahanan korosi yang baik. Nilai aluminium dalam seri 2xxx
cocok untuk suku cadang yang membutuhkan kekuatan tinggi, yaitu
dengan suhu hingga 150ºC (300ºF). selain kelas 2219 paduan aluminium
memiliki ini bisa dilas, tapi masih terbatas. Beberapa paduan seri ini
memiliki kemampuan mesin yang baik.
c. Grade Aluminium Seri 3xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 3xxx yaitu (3003, 3004, 3105,
3830, 3850, 3900). Umumnya mempunyai sifat rentan terhadap panas
tetapi memiliki kekuatan 20% lebih dari seri 1xxx, karena hanya
mempunyai 1,5 % mangan. Yang dapat ditambahkan ke aluminium,
mangan digunakan sebagai elemen utama di beberapa paduan.
d. Grade Aluminium Seri 4xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 4xxx yaitu (4032, 4043, 4145,
4643, dll). Silikon dapat ditambahkan hingga 12%, menghasilkan rentang
16
leleh yang sangat berkurang. Oleh karena itu paduan Al-Si digunakan di
kawat las, serta titik leleh lebih rendah dari logam dasar yang dipakai.
e. Grade Aluminium Seri 5xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 5xxx yaitu (5005, 5052, 5083,
5086, dll) paduan yang terdapat pada seri ini yaitu magnesium, jika dipakai
sebagai elemen dasar atau bahkan dicampurkan dengan mangan, hasilnya
yaitu mempunyai tingkat kekerasan yang sedang sampai tinggi. Mangan
kurang efektif sebagai pengeras dibandingkan magnesium jauh lebih
efektif. Sekitar 0,8% Mg sama dengan 1,25% Mn. Mempunyai sifat
pengelasan yang cuku baik serta ketahanan yang baik terhadap korosi.
Pekerjaan dingin sangat dibatasi yaitu 150º.[12]
f. Grade Aluminium Seri 6xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 6xxx yaitu (6061, dan 6063)
kelas aluminium ini mengandung silikon serta magnesium sekitar dalam
proporsi yang dibutuhkan untuk membentuk magnesium silisida (Mg2Si),
sehingga paduannya memiliki kinerja perlakuan panas yang baik. Meski
tidak sekuat aluminium kelas 2xxx dan 7xxx, paduan aluminium kelas
6xxx memiliki kemampuan bentuk, las, serta ketahanan korosi yang baik.
Paduan aluminium seri 6xxx mengandung elemen paduan Al-Mg-Si.
Paduan ini sangat kurang baik jika dijadikan sebagai bahan tempa,
dibandingkan dengan paduan lain, tetapi aluminium kelas ini sangat baik
ketika dijadikan penempaan, dan ekstrusi. Paduan aluminium 6063
digunakan untuk rangka struktural.[10]
Paduan aluminium 6061 adalah salah satu bahan yang memiliki banyak
aplikasi di industry untuk saat ini, karena memiliki berbagai keunggulan
seperti, kemampuan permesinan yang bagus, permukaan sempurna,
kekuatan yang tinggi serta ringan dan tahan korosi.[13]
17
g. Grade Aluminium Seri 7xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 7xxx yaitu (7075, 7050, 7049,
7100, 7110) dalam seri ini terdapat zinc yang berjumlah sebanyak 1%
sampai 8% yang menjadi paduan utama. Ketika dicampur dengan
magnesium yang persentasenya lebih kecil didalam perlakuan panas maka
paduan tersebut dapat mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Selain
magnesium ada unsur lain yang ditambahkan dalam jumlah kecil yaitu
tembaga dan kromium. Paduan ini biasanya digunakan dalam pembuatan
struktur badan pesawat.
h. Grade Aluminium Seri 8xxx
Terdapat pembagian kelas aluminium seri 8xxx yaitu (8006, 8111, 8079,
8500, 8510, 8520). Ada beberapa unsur yang digunakan dalam seri ini
yaitu besi dan nikel untuk meningkatkan kekuatan tanpa kerugian dalam
konduktivitas listrik. Aluminium-lithium paduan 8090, dikembengkan di
aplikasi ruang angkasa karena memiliki kekuatan yang sangat tinggi. [10]
Tabel 2.6 Komposisi Aluminium
Sumber : Titiek Deasy, 2014 [14]
Jenis
Bahan
Komposisi
Cu Mg Si Fe Mn Ni Zn Ti Pb Sn Cr
Aluminium
Siku 0.028 0.0171 0.09 0.1975 0.0177 00024 0.0352 0.0161 0.00006 0.0054 0.005
Kampas
Rem 2.245 0.1226 10.66 1.1163 0.1586 0.0558 0.8256 0.0252 0.0609 0.0235 0.0264
Panci
Bekas 0.156 0.0294 0.7 0.6236 0.0815 0.0136 0.6461 0.0119 0.0436 0.019 0.0123
Aluminium
Plat 0.06 0.6355 0.38 0.4249 0.0408 0.0084 0.0854 0.0143 0.0063 0.0072 0.0106
18
2.3 Heat Treatment
Heat Treatment adalah proses perubahan bentuk logam, dari padat ke cair
dengan menggunakan proses pemanasan logam tersebut, akan tetapi tidak
sedikitpun mengubah kandungan yang ada pada logam yang telah dilakukan
proses heat treatment. Tujuan dari proses heat treatment ini adalah untuk
mencapai sifat-sifat dari logam yang harus melewati proses heat treatment
terlebih dahulu dan sesuai dengan yang kita butuhkan. Ada beberapa proses di
dalam heat treatment yaitu [9] :
1. Heating
Proses melebur suatu logam dengan temperatur tinggi agar merubah
bentuk dari padat ke cair.
2. Holding
Proses penahanan saat peleburan suatu logam dengan temperatur tinggi
lalu agar logam tersebut dapat membentuk struktur dengan teratur dan
sejenis sebelum proses pendinginan.
3. Cooling
Proses terjadi nya pendinginan logam yang awalnya telah dilebur menjadi
cair, lalu di dinginkan menjadi padat kembali sesuai dengan bentuk yang
di inginkan.[9]
Hal di atas dapat meningkatkan ketangguhan dari suatu material, serta
mendapatkan hasil yang ulet. Terdapat beberapa proses dari untuk heat
treatment yang dapat dilakukan yaitu :
a. Annealing
Proses annealing yaitu proses memanaskan suatu logam hingga
mencapai suhu tertentu kemudian pendinginannya dilakukan secara
perlahan dalam tungku. Kegunaan dari proses ini yaitu :
1. Menurunkan kekerasan
2. Melenyapkan tegangan sisa
3. Memperbaiki sifat mekanik
4. Melenyapkan terjadinya retak panas
5. Menurunkan ketidakhomogenan struktur
6. Memperhalus ukuran butir
19
7. Melenyapkan tegangan dan mempersiapkan strukur logam untuk
dilakukan perlakuan panas
b. Tempering
Proses tempering yaitu proses pemanasan logam setelah mengeras pada
temperature dibawah suhu kritis. Lalu dilakukan proses pendinginan,
logam khususnya baja yang mengeras akan mengalami kerapuhan
setelah melewati proses tempering, baja akan mendapatkan sifat uletm
serta tangguh tetapi kekuatan tariknya akan turun.
c. Normalizing
Proses Normalizing yaitu proses menstandarkan dengan perlakuan
panas, biasanya sangat cocok untuk hampir semua produk pengecoran,
standarisasi ini bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan,
meminimalisir tegangan sisa, dan memperbaiki sifat mekanik suatu
baja paduan rendah.[9]
d. Quenching
Proses quenching yaitu proses pengerasan logam dengan cara
memanaskan sampai batas leleh, lalu didinginkan dengan menggunakan
beberapa media pendingin yaitu, oli, air, dan lain-lain. Tujuan dari
proses ini yaitu agar menghasilkan material yang tangguh. [16]
2.4 Media Pendingin
Media pendingin sangat beragam, dari viskositas nya, temperatur, kadar
larutan, media tersebut dapat mempengaruhi hasil dari produk yang
membutuhkan media pendingin, media pendingin harus disesuaikan dengan
kebutuhan, karena dari sifat media pendingin tersebut berbeda-beda yang
nantinya akan menentukan hasil dari proses pendinginan yang terjadi.
Beberapa contoh media pendingin yang dapat digunakan yaitu, oli, air, minyak,
dan lain-lain. Berikut penjelasan mengenai media pendingin yang dapat
digunakan sebagai berikut [16] :
20
1. Air
Air dapat mendinginkan dengan cepat. Air mempunyai ciri khas yang
senyawa lain tidak punya, yaitu suhu 0 ºC - 100 ºC berwujud cair,
sedangkan 0 ºC yaitu titik beku, dan 100 ºC yaitu titik didih. Temperatur
air berubah secara lambat maka dari itu air memiliki ciri penyimpan panas
yang baik. Sifat ini membuat air tidak seketika panas lalu dingin, atau
sebaliknya.
2. Oli/Minyak
Oli dapat digunakan menjadi media pendingin, oli memiliki viskositas
yang cukup kental dibandingkan air, viskositas dapat mempengaruhi pada
kekerasan dari proses quenching. Minyak mineral sering digunakan karena
memiliki sifat pendinginan yang baik, selain itu minyak memiliki
pendinginan tertinggi sekitar 600 ºC. [16]
2.5 Cooling Rate and Melt Temperature
Terdapat beberapa faktor yang sangat penting dalam melakukan proses
pengecoran terutama dalam menggunakan metode dc casting yaitu
pendinginan dan suhu leleh. pendingin berhubungan erat dengan tingkat
pembekuan, atau dapat disebut dengan kecepatan membeku. Tingkat
pembekuan serta pendinginan sangat memengaruhi bentuk selama proses
pembekuan. Tingkat kehalusan dari sebuah produk cor dengan menggunakan
material aluminium jarang sekali dilelehkan sampai dengan suhu 800 ºC karena
akan mengakibatkan produk dengan permukaan yang kasar. Beberapa
penelitian menjelaskan bahwa suhu, viskositas, serta massa jenis diamati pada
proses heating dan cooling, maka dari itu hal ini sangatlah mempengaruhi hasil
dari proses pendinginan serta temperature leleh yang dilakukan. Jika
pendinginan terlalu cepat, maka hasil pengecoran tidak akan sempurna,
membeku dahulu sebelum menjadi produk yang sesuai harapan. Dan jika suhu
leleh pada suatu aluminium tidak sesuai maka proses solidifikasi atau
pembekuan akan gagal yang mengakibatkan proses pengecoran gagal. [5]
21
2.6 Water Sprays Cooling
Media pending dengan menyemprotkan air, water sprays cooling digunakan
untuk mendinginkan proses pengecoran dengan metode dc casting, fungsi dari
water sprays cooling tersebut yaitu menciptakan suhu yang dingin, untuk proses
pemadatan (solidification). Kecepatan pendinginan yang tinggi dapat
menaikkan produktivitas tetapi dapat menimbulkan suhu yang lebih tinggi di
dalam ingot. Hal tersebut tidak dapat menghasilkan keseimbangan dalam proses
solidifikasi.
Besar lubang yang biasa digunakan yaitu sekitar 70 µm - 100 µm, air yang
digunakan dalam penyemprotan ini sebagai tahap awal proses solidifikasi, hal
ini yang dapat mengubah aluminium yang cair menjadi padat. Berikut adalah
gambar dari water sprays cooling di dalam metode dc casting.[17]
Gambar 2.2 Water Sprays Cooling
Sumber : Otmani A, 2020 [17]
22
2.7 Uji Kekerasan Material (Hardness Test)
Hardness Test atau bisa disebut dengan uji kekerasan material, hal ini
biasanya digunakan untuk menguji suatu material agar kita dapat mengetahui
suatu kualitas dan sifat kekerasan dari material tersebut. Alat yang digunakan
dalam pengujian kekerasan ini yaitu Universal Hardness Tester Zwick Roell
ZHU 250 Cl Models dan sebuah computer untuk mengoperasikan alat tersebut.
Gambar 2.3 Universal Hardness Tester Zwick Roell ZHU 250 CL Models
Sumber : Modul Praktikum Material Teknik Itera, 2020 [18]
Lalu Ada beberapa metode yang bisa digunakan sebagai berikut :
1. Stracth Hardness
2. Indentation Hardness
3. Rebound Hardness
Proses pengujian ini berguna untuk mengetahui seberapa kuat dan kerasnya
suatu material, dengan cara memberi gaya pada material yang akan
mengakibatkan deformasi. Dari gaya tersebut dapat dianalisis seberapa besar
kekerasan yang dihasilkan. Material memiliki nilai kekerasan yaitu deformasi
karena kekerasan lekukan pada permukaan. Selain itu dalam pengujian nya
terdapat standar yang harus dipatuhi yaitu :
1. ASTM E10 & ISO 6506 Brinell
2. ASTM E92, E384 & ISO 6507 Vickers
3. ASTM E18 Rockwell
23
A. Brinell
Pengujian kekerasan brinell ditemukan oleh J.A Brinell di tahun 1990.
Sebelum dilakukan nya pengujian kekerasan brinell yang perlu diperhatikan
yaitu permukaan logam, harus dipastikan sudah datar, permukaan tidak
kasar, serta bersih dari debu, lalu permukaan material ditekan dengan
menggunakan bola indentor, dengan waktu yang sudah ditentukan, lalu hasil
nya diukur. Dapat dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 2.4 Pengujian Kekerasan Brinell
Sumber : Modul Praktikum Material Teknik Itera, 2020 [18]
Terdapat persamaan untuk pengujian kekerasan brinell ini, yaitu:
BHN = 𝑃
𝜋
2[𝐷−{𝐷2−𝑑2}
1
2]……………………………..(2.1)
Diketahui :
P = Beban yang diterapkan (kgf)
D = Diameter pada indentor (µm)
d = Diameter Lekukan (µm)
Pengujian kekerasan brinell ini menimbulkan bekas yang cukup besar yang
membuat keuntungan dalam pemerataan dalam keseragaman. Pengujian ini
hanya memiliki sedikit goresan serta permukaan kekasaran nya berbeda dari
jenis pengujian yang lain seperti vickers dan rockwell. Tetapi ada
kekurangan dari uji brinell ini, benda uji yang kecil dapat menghalangi
dalam penggunaan uji brinell dan dapat mengakibatkan kegagalan pada
material yang akan di uji coba.
24
b. Vickers
Pengujian kekerasan vickers, berbeda dengan pengujian brinell. Pengujian
ini memakai indentor berbentuk bujursangkar dengan berbahan dasar
material dari piramida intan. Sudut yang terdapat pada piramida intan
tersebut adalah 136º. Ada alasan mengapa memakai besaran sudut 136º,
karena besar dari nilai diameter lekukan serta diameter penumbuk bola
sesuai dengan perbandingan yang diinginkan. Terdapat persamaan yang
dapat digunakan pada pengujian vickers ini yaitu :
HV =2𝑃 𝑆𝑖𝑛
𝜃
2
𝑑2 =
(1,854)𝑃
𝑑2………………………………..(2.2)
Diketahui :
P = Beban yang diterapkan (kgf)
θ = Sudut permukaan Intan 136º
d = Panjang rata-rata diagonal (µm)
Pada pengujian vicker ini memiliki jejak, ketika terjadinya penekanan
terhadap material dengan menggunakan indentor berbentuk pyramid, dan
ukuran jejak tersebut tidak terdapat masalah mengenai ukurannya. Maka dari
itu VHN tidak bergantung dengan beban. Beban seberat 120 kg biasanya
sering digunakan dalam pengujian ini. Dan tergantung dengan kekerasan
suatu material yang nantinya akan diuji. Terdapat beberapa hal yang dimiliki
oleh uji vickers sehingga uji ini jarang digunakan dan tidak menguntungkan
yaitu:
1. Uji vickers sangat tidak cocok digunakan jika rutin, karena pengujian nya
tergolong sangat lambat
2. Harus mempersiapkan dengan hati-hati untuk permukaan benda uji
3. Penting nya penentuan panjang diagonal, tetapi sering kali terdapat
kesalahan manusia pada penentuan panjang diagonal
25
Gambar 2.5 Jenis Lekukan Pada Piramid Intan a) Lekukan yang Sempurna b)
Lekukan Dengan Bantal Jarum dan c) Lekukan yang Berbentuk Tong
Sumber : Modul Praktikum Material Teknik Itera, 2020 [18]
Dalam penentuan panjang diagonal khususnya piramid intan, lekukan harus
berbentuk bujur sangkar seperti pada gambar a, selain itu terdapat lekukan
bantal jarum seperti pada gambar b, logam di sekitar permukaan piramida
yang datar mengalami penurunan akibat lekukan bantal jarum. Keadaan
tersebut diakibatkan karena material dilunakkan yang nantinyua akan
mengakibatkan pengukuran panjang dan diagonal yang berlebihan.
Lekukan pada gambar c, dikarenakan adanya logam atau material yang telah
mengalami proses pendinginan.
c. Rockwell
Selain uji brinell, vickers, terdapat uji rockwell. Uji ini cukup mirip dengan
uji brinell, karena ketika telah dilakukan pengujian lalu angka pada
kekerasan diperoleh, pada uji tersebut merupakan fungsi derajat dari
indentas. Pengujian ini memiliki variasi dari beban dan indentor nya
tergantung pada pengujian yang dilakukan dengan kondisi tertentu.
Pengujian rockwell sangat berbeda dengan brinell, karena indentasi yang
dihasilkan lebih kecil dan sangat halus dengan indentor dan beban yang
digunakan lebih kecil. Pengujian ini sangat sering digunakan karena
prosedur pada pengujian rockweel sangatlah cepat. Metode rockwell
tersebut paling sering digunakan juga karena hasil uji nya dapat langsung
dilihat pada gage yang terdapat di mesin, pengujian ini bertujuan untuk
menghindari kesalahan manusia (human error) pada pembacaan hasil yang
sudah di dapat pada mesin. terdapat beberapa kekerasan yang cukup kecil
ketika baja diperkuat dari pengujian ini. Serta bagian yang telah
26
mendapatkan perlakuan panas (heat treatment) dapat dilakukan pengujian
terhadap kekerasan nya, tanpa harus takut menimbulkan kerusakan pada
material yang diuji dan ukuran lekukan yang cukup kecil. Terdapat 2
pengujian dalam metode rockwell, yaitu uji rockwell biasa lalu uji rockwell
superficial, dalam pengujian ini memiliki 2 variasi yaitu pembebanan mayor
dan minor dengan nilai dari masing-masing pembebanan berbeda.
Pembebanan pada minor dilakukan agar spesimen yang kotor dapat diatasi.
Maka itu energi dari penekanan yang diberikan, kotoran tersebut dapat
menyerapnya.[18]
Lalu pembebanan mayor, pembebanan ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang cukup akurat. Metode rockwell memiliki beragam indentor, dari
setiap indentor memiliki nilai dengan macam-macam pembebanan nya
seperti yang ada pada tabel berikut :
Tabel 2.7 Skala Pada Pengujian Rockwell
Sumber : Modul Praktikum Material Teknik Itera, 2020 [18]
27
2.8 Analisis Struktur Mikro
Rumpun ilmu yang mempelajari metode pengamatan atau observasi yang
diperuntukkan guna memahami hubungan antar struktur dengan karakteristik
suatu logam atau paduan disebut dengan metalografi. Salah satu sifat yang
terdapat pada metode metalografi adalah sifat makroskopik. Sifat ini berkaitan
erat dengan mikrostruktur dan sifat makroskopik yang mempunyai peran
penting dalam pengembangan material logam. Hal tersebut berfungsi untuk
mengetahui performa material dengan menguji mikrostruktur suatu material.
Penggunaan metode metalografi berawal dari tahap pengembangan, produksi,
manufacturing process control, hingga analisis kegagalan logam. Metode
tersebut menggunakan alat mikroskopik optic yang dihubungkan dengan
computer serta sistem analisis gambar yang akurat. Melalui pengamatan
metalografi, dapat diketahui ukuran, bentuk, distribusi fasa hingga matriks
mikrostruktur. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu data mikrostruktur yang
dapat digunakan untuk memprediksi sifat mekanik logam seperti deformasi
plastis, elongasi serta kekuatan Tarik, selain itu terdapat tujuan dari proses
pengujian ini yaitu agar mengetahui dan memahami spesimen yang telah diuji
dan terbentuk setelah melewati proses persiapan heat treatment. Sifat suatu
logam memiliki kaitan erat dengan struktur mikro pada material tersebut.
Perubahan struktur mikro dapat dilakukan melalui pengaturan pendingin atau
heat treatment, yang dapat mengubah sifat baja. Pengaturan pendingin terdiri
dari annealing, quenching, normalizing, dan tempering. Alat yang
dipergunakan dalam pengujian analisis struktur mikro menggunakan Trinocular
Metalurgical Microscope Carl Zeiss Type Axiovert Al MAT berikut gambar alat
pengujian nya :
28
Gambar 2.6 Trinocular Metalurgical Microscope
Sumber : Modul Praktikum Material Teknik Itera, 2020 [18]
Hubungan antara temperatur yang terjadi saat perubahan fasa selama proses
pendinginan dan pemanasan lambat yang memiliki kandungan karbon (%C)
dapat dilihat melalui diagram Fe-Fe3c. Diagram fasa besi dan karbida besi Fe3c
dapat menjadi landasan untuk perlakuan panas dari kebanyakan macam jenis
baja yang diketahui. Terdapat beberapa informasi penting yang diperoleh dari
diagram fasa sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan antara fasa yang terjadi pada komposisi dan
temperature dengan pendinginan yang lambat.
b. Jika melakukan pendinginan yang lambat, maka dapat diketahui
temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C.
c. Derajat temperatur yang cair dari setiap paduan.
d. Batas kesetimbangan atau batas kelarutan dari unsur karbon fasa
tertentu.
e. Hasil reaksi metalurgis
Suhu eutektid yang terdapat pada 4,3% berat karbon yang terdiri atas 17% atom
adalah 1.148ºC. salah satu komponen yang berada pada daerah eutekid yaitu
besi cork arena rata-rata mengandung 2.5% - 4%. Suatu mikrostruktur baja
dapat diatur dan disesuaikan dengan keinginan jika berada pada bagian
29
diagram antara 700ºC - 900ºC dan daerah karbon antara 0% - 1%. Terdapat
struktur yang berada pada diagram fasa Fe – Fe3c sebagai berikut :
a. Besi γ atau austenit besi γ merupakan suatu larutan padat yang memiliki
sifat ketangguhan yang baik, dan memiliki ketahanan korosi yang cukup
baik, mudah dibentuk, non hardened heat treatment, merupakan besi
yang banyak digunakan dalam industri. Selain itu, austenite memiliki
batas maksimum kelarutan karbon sebesar 2.11% C pada temperatur
1148 ºC, lalu struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic)
b. Besi α atau ferrit merupakan suatu komposisi logam yang memiliki sifat
ketangguhan rendah, keuletan tinggi, ketahanan korosi medium,
kekerasan kurang dari 90 HRB dan merupakan struktur paling lunak
pada diagram Fe-Fe3C. Selain itu, ferrit memiliki batas maksimum
kelarutan karbon sebesar 0,025% pada temperatur 723 ºC, struktur
kristal BCC (Body Center Cubic) dan batas kelarutan karbon 0,008% C
pada temperatur kamar.
c. Besi karbida atau cementite merupakan senyawa yang terdiri dari unsur
fed an c dengan sifat sangat keras dan bersifat getas serta mempunyai
rumus empiris sebagai perbandingan tertentu dan struktur kristalnya
orthorhombic.
d. Lediburite merupakan campuran eutectic yang terdiri atas cementite
dengan besi gamma yang mengandung 4.3% karbon serta terjadi pada
suhu 1.130 ºC
e. Pearlit merupakan campuran eeutectoid yang terdiri atas ferrite dan
cementite (α + Fe3C) yang mengandung 0.8% karbon serta terjadi pada
suhu 723 ºC. [16]