bab ii tinjauan pustaka 2.1 badan penyelenggara...

14
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Jaminan Kesehatan adalan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013). Peserta Jaminan Kesehatan yaitu setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi: a. penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang yang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. b. bukan penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (Non PBI), terdiri dari: i. pekerja penerima upah dan anggota keluarganya diantaranya sebagai berikut: 1. pegawai negeri sipil 2. anggota TNI 3. anggota POLRI 4. pejabat negara 5. pegawai pemerintah non pegawai negeri 6. pegawai swasta Universitas Sumatera Utara

Upload: lythuan

Post on 03-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS

Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Jaminan Kesehatan

adalan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

Peserta Jaminan Kesehatan yaitu setiap orang, termasuk orang asing yang

bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran,

meliputi:

a. penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang yang

tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. bukan penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (Non PBI), terdiri dari:

i. pekerja penerima upah dan anggota keluarganya diantaranya sebagai berikut:

1. pegawai negeri sipil

2. anggota TNI

3. anggota POLRI

4. pejabat negara

5. pegawai pemerintah non pegawai negeri

6. pegawai swasta

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

8

7. pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan 6 yang menerima

upah termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)

bulan.

ii. pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, terdiri atas pekerja di

luar hubungan kerja dan pekerja mandiri.

iii. bukan pekerja dan anggota keluarganya, terdiri atas:

1. investor

2. pemberi kerja

3. penerima pensiun, terdiri dari :

a. pegawai negeri sipil yang berhenti dengan hak pensiun

b. anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak pensiun

c. pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun

d. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat

hak pensiun

e. penerima pensiun lain

f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang

mendapat hak pensiun.

4. veteran

5. perintis Kemerdekaan

6. bukan Pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan 6 yang mampu

membayar iuran. Anggota keluarga yang ditanggung antara lain:

a. pekerja penerima upah:

i. keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak

tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

9

ii. anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang

sah, dengan kriteria:

1. tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan

sendiri.

2. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua

puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

b. pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja : Peserta dapat mengikut

sertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).

c. peserta dapat mengikut sertakan anggota keluarga tambahan yang meliputi

anak ke 4 dan seterusnya ayah, ibu dan mertua.

d. peserta dapat mengikut sertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi

kerabat lain seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga (Kemenkes,

RI., 2013)

2.2 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan

Hak Peserta BPJS Kesehatan Sebagai Berikut :

a. mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan

kesehatan.

b. memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur

pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan.

d. menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke

kantor BPJS Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

10

Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan Sebagai Berikut :

a. mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian,

kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I.

c. menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang.

d. mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan (Kemenkes, RI.,

2004).

2.3 Biaya Iuran Peserta BPJS Kesehatan

1. biaya iuran peserta penerima bantuan iuran (PBI)

Peserta BPJS Kesehatan PBI dibayar oleh pemerintah sebesar

Rp19.225/orang/bulan

2. biaya iuran bukan penerima bantuan iuran (Non-PBI)

a. PNS 5% (gaji) :

i. 2% dari pekerja

ii. 3% dari pemerintah

b. Pegawai Perusahaan 4,5% (gaji) :

i. 0,5% dari pekerja

ii. 4% dari perusahaan

c. Mandiri :

i. kelas 1 = Rp 59.500/orang/bulan

ii. kelas 2 = Rp 42.500/orang/bulan

iii. kelas 3 = Rp.25.500/orang/bulan (Kurniawan, 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

11

2.4 Sistem Rujukan Berjenjang Peserta BPJS Kesehatan

Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan

kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib

dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan

seluruh fasilitas kesehatan (Kemenkes, RI., 2004). Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Alur pelayanan kesehatan

2.5 Tata Cara Sistem Rujukan Berjenjang Peserta BPJS Kesehatan

Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,

fasilitas kesehatn tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan

tingkat rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

sebagai berikut:

a. sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis yaitu:

i. dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan

tingkat pertama.

ii. jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat

dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

12

iii. pelayanan kesehatan tingkat kedua di fasilitas kesehatan sekunder hanya

dapat diberikan atas rujukan dari fasilitas kesehatan primer.

iv. pelayanan kesehatan tingkat ketiga di fasilitas kesehatan tersier hanya

dapat diberikan atas rujukan dari fasilitas kesehatan sekunder dan

fasilitas kesehatan primer.

b. pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan primer yang dapat dirujuk langsung

ke fasilitas kesehatan tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan

diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya

tersedia di fasilitas kesehatan tersier.

c. ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:

i. terjadi keadaan gawat darurat, kondisi kegawat daruratan mengikuti

ketentuan yang berlaku.

ii. bencana, kriteria bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat dan atau

pemerintah daerah.

iii. kekhususan permasalahan kesehatan pasien.

iv. pertimbangan geografis.

v. pertimbangan ketersediaan fasilitas.

d. pelayanan oleh bidan dan perawat.

i. dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan

pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

ii. bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau

dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam

kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

13

yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi

pelayanan kesehatan tingkat pertama.

e. rujukan parsial

i. rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi

pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau

pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di

Fasilitas kesehatan tersebut.

ii. rujukan parsial dapat berupa:

a. pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau

tindakan.

b. pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang.

iii. apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan

pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk (Kemenkes, RI.,

2004).

2.6 Puskesmas

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas dinyatakan bahwa

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Secara rinci, pengertian dari Puskesmas tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. unit pelaksana teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),

Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

14

Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama

serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh

bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. penanggung jawab penyelenggaraan

Penanggung jawab utama seluruh upaya pembangunan kesehatan

diwilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan

puskesmas bertanggung jawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan

yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan

kemampuannya.

4. wilayah kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,

tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka

tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas

tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan

kabupaten/kota (Kemenkes, RI., 2004).

Puskesmas sesuai peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan

merupakan pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama,

pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri atas:

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

15

a. pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama.

b. pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama.

c. pelayanan kesehatan gigi.

d. pelayanan kesehatan oleh bidan dan perawat (Kemenkes, RI., 2014).

Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama meliputi :

a. pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama harus memiliki fungsi

pelayanan kesehatan yang komprehensif berupa pelayanan kesehatan promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan

gawat darurat termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan

laboratorium sederhana dan pelayanan farmasi.

b. pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud diatas untuk

pelayanan medis mencakup:

i. kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di pelayanan Kesehatan

tingkat pertama.

ii. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan

rujukan.

iii. kasus medis rujuk balik.

iv. pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat

pertama.

v. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh

bidan atau dokter.

vi. rehabilitasi medik dasar.

c. pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan

non spesialistik yang mencakup:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

16

a. administrasi pelayanan yang meliputi biaya administrasi pendaftaran

peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas

kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas

kesehatan tingkat pertama.

b. pelayanan promotif dan preventif yang meliputi kegiatan penyuluhan

kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, skrining

kesehatan.

c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis.

d. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, dan bayi.

e. upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi.

f. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.

g. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

h. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama berupa

pemeriksaan darah sederhana (Hemoglobin, trombosit, leukosit,

hematokrit, eosinofil, eritrosit, golongan darah, laju endap darah, malaria),

urine sederhana (warna, berat jenis, kejernihan, pH, leukosit, eritrosit),

feses sederhana (benzidin tes, mikroskopik cacing), gula darah sewaktu.

i. pemeriksaan penunjang sederhana lain yang dapat dilakukan di fasilitas

kesehatan tingkat pertama.

j. pelayanan rujuk balik dari fasilitas kesehatan lanjutan.

k. pelayanan program rujuk balik.

l. pelaksanaan prolanis dan home visit.

m. rehabilitasi medik dasar (Kemenkes, RI., 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

17

2.7 Peran Puskesmas pada JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)

Puskesmas merupakan ujung tombak dari program jaminan kesehatan

nasional (JKN). Peran puskesmas sangat krusial dimana merupakan posisi

pelayanan kesehatan dasar yang berperan sebagai kontak pertama kepada

masyarakat.Untuk mencapai tujuan MDGs maka pembangunan puskesmas perlu

direvitalisasi untuk memberikan layanan primer yang lebih baik dan berkualitas

(Kemenkes, RI., 2013).

Berdasarkan peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 pasal 21 pelayanan

promotif dan preventif yang diberikan puskesmas meliputi penyuluhan kesehatan

perorangan berupa:

a. penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup

bersih dan sehat.

b. imunisasi dasar

Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B

(DPT-HB), Polio, dan Campak.

c. keluarga berencana

meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama

dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.

d. skrining kesehatan

diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan

mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu. Ketentuan mengenai

tata cara pemberian pelayanan skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu

pelayanan skrining kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

18

e. vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Sedangkan pelayanan kuratif dan

rehabilitatif yang diberikan meliputi :

i. administrasi pelayanan.

ii. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

iii. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

iv. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

v. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

vi. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.

vii. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi (Kemenkes, RI.,

2013).

2.8 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di

Puskesmas yang berorientasi kepada pasien dan untuk melaksanakan ketentuan

Pasal 21 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian maka diperlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai acuan

dalam pelayanan kefarmasian. Untuk itu, pada tanggal 20 Juni 2014 Kementerian

Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang wajib diikuti oleh setiap apoteker

dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang menyelenggarakan Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas yang kemudian menjadi tolok ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan

Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

19

kehidupan pasien. Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

bertujuan untuk:

a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (Kemenkes, RI., 2014).

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai (mulai dari perencanaan

kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi

pengelolaan) dan standar pelayanan farmasi klinik mulai dari pengkajian resep,

penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, Pelayanan Informasi obat (PIO),

konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap), pemantauan dan

pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat serta evaluasi penggunaan

obat (Kemenkes, RI., 2014).

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1

(satu) orang tenaga apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh

tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah apoteker di Puskesmas

dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan

serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien per

hari. Bagi Puskesmas yang belum memiliki apoteker sebagai penanggung jawab,

penyelenggaran pelayanan kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga

teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain (Kemenkes, RI., 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55602/4/Chapter II.pdf · sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang

20

2.9 Kepuasan

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai

akibat dari kinerja layanan kesehatan yang di perolehnya. Menurut Merkouris, et.

al., (1999) mengukur kepuasan pasien dapat digunakan untuk evaluasi kualitas

atau mutu pelayanan kesehatan dengan parameter penilaian sebagai beriut:

a. Reliability atau kehandalan yaitu kemampuan untuk menampilkan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera dan akurat.

b. Assurance atau jaminan yaitu kompetensi yang dimiliki sehingga membuat

rasa aman, bebas resiko atau bahaya, kepastian yang mencakup pengetahuan

sikap perilaku.

c. Tangibles atau wujud nyata yaitu penampilan fisik, fasilitas, peralatan, sarana

informasi, petugas.

d. Empathy atau perhatian yaitu sifat dan kemampuan untuk memberikan

perhatian penuh, kemudahan kontak, komunikasi yang baik.

e. Responsiveness atau ketanggapan yaitu kemampuan untuk membantu

konsumen dan meningkatkan kecepatan pelayanan (Merkouris, et. al., 1999).

Menurut Supranto untuk mengembangkan ikatan serta kepuasan

pelanggan yang lebih kuat, perlu tiga pendekatan penciptaan nilai pelanggan,

yaitu:

a. Pendekatan I adalah memberikan keuntungan finansial bagi pelanggan

b. Pendekatan II adalah meningkatkan ikatan sosial antara perusahaan dengan

pelanggan dengan cara mempelajari kebutuhan masing-masing pelanggan serta

memberikan pelayanan yang lebih pribadi sifatnya.

c. Pendekatan III adalah meningkatkan ikatan struktural (Supranto, 2011).

Universitas Sumatera Utara